Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah hal mutlak yang ada dalam kehidupan. Tanpa pendidikan maka
masyarakat dan individu akan terus terbelenggu dalam kebodohan dan kevakuman sehingga
sulit untuk berbuat sesuatu yang berguna demi meningkatkan kualitas diri. Manusia dalam
proses pendidikan adalah inti utama. Realitas sejarah membuktikan pada kita bahwa
pendidikan dalam kultur masyarakat manapun berkepentingan mengarahkan manusia
kepada tujuan-tujuan tertentu. Manusia dengan pendidikan tidak dapat dipisahkan, karena
pada dasarnya pendidikan diciptakan oleh manusia untuk membentuk manusia itu sendiri.
Sederhananya, proses pendidikan ditujukan pada proses pemanusiaan manusia.
Prof. Nana S. (2003;163) menyatakan bahwa keberhasilan belajar sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri peserta didik, baik faktor fisik maupun sosial-
psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Berkaitan dengan
lingkungan sekolah, disini ada dua aspek yaitu lingkungan fisik seperti sarana prasarana, dan
lingkungan sosial yang menyangkut hubungan sosial dan emosional antar seluruh anasir
yang ada dalam lingkungan sekolah, juga berkenaan dengan suasana dan pelaksanaan
proses belajar-mengajar, kegiatan ekstra kurikuler, dan lainnya. Sekolah yang kaya dengan
aktivitas belajar, memiliki sarana prasarana yang memadai, terkelola dengan baik, diliputi
oleh suasana pembelajaran yang wajar, akan sangat mendorong semangat belajar para
peserta didik. Karena pentingnya lingkungan dimana para peserta didik belajar, maka para
ahli pendidikan bersepakat bahwa lingkungan individu yang terlibat dalam proses
pendidikan, menjadi salah satu sumber belajar dalam pendidikan.
Mengingat pentingnya sumber belajar bagi proses pembelajaran, terutama
lingkungan sekolah tempat peserta didik belajar secara formal, lebih khusus lagi peran dan
fungsi dari tenaga kependidikan lainnya, maka kami mengangkat permasalahan tersebut
dalam sebuah karya tulis berbentuk makalah ini untuk menyoroti tema tersebut secara lebih
mendalam.

1|Tenaga Kepandidikan
1.2 Rumusan Masalah
Dari tema tersebut di atas, kami mencoba merumuskan permasalahan yang akan
dibahas sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan tenaga kependidikan?
2. Apa kompetensi yang harus dikuasai oleh tenaga kependidikan lainnya?
3. Apa tugas dari tenaga kependidikan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi kewajiban tugas kelompok mata kuliah Profesi Kependidikan.
2. Untuk memberikan gambaran, pengertian dan pemahaman kepada sidang pembaca
mengenai pengertian serta macam-macam tenaga kependidikan.

2|
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tenaga Kependidikan


Undang-undang No. 20 Pasal 1 Ayat (5) tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa Tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan.
  UU No. 20 Pasal 39 Ayat (1) tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
menyatakan bahwa: Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pendidikan
pada satuan pendidikan.
Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau: Tenaga kependidikan adalah
tenaga/pegawai yang bekerja pada satuan pendidikan selain tenaga pendidik. Tenaga
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan.
UU No. 20 Pasal 40 Ayat (2): Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis,
dan dialogis;
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan;
dan
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Standar Kualifikasi Tenaga Kependidikan:
1. Kepala Tenaga Administrasi SD/MI/SDLB
a. Berpendidikan minimal lulusan SMK atau yang sederajat, program studi yang relevan
dengan pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi sekolah/madrasah minimal 4
(empat) tahun.
b. Memiliki sertifikat kepala tenaga administrasi sekolah/madrasah dari lembaga yang
ditetapkan oleh pemerintah.

3|
2. Kepala Tenaga Administrasi SMP/MTs/SMPLB
a. Berpendidikan minimal lulusan D3 atau yang sederajat, program studi yang relevan,
dengan pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi sekolah/ madrasah minimal 4
(empat) tahun.
b. Memiliki sertifikat kepala tenaga administrasi sekolah/madrasah dari lembaga yang
ditetapkan oleh pemerintah.
3. Kepala Tenaga Administrasi SMA/MA/SMK/MAK/SMALB
a. Berpendidikan S1 program studi yang relevan dengan pengalaman kerja sebagai tenaga
administrasi sekolah/madrasah minimal 4 (empat) tahun, atau D3 dan yang sederajat,
program studi yang relevan, dengan pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi
sekolah/madrasah minimal 8 (delapan) tahun.
b. Memiliki sertifikat kepala tenaga administrasi sekolah/madrasah dari lembaga yang
ditetapkan oleh pemerintah.
4. Pelaksana Urusan Administrasi Kepegawaian
Berpendidikan minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau yang sederajat, dan dapat
diangkat apabila jumlah pendidik dan tenaga kependidikan minimal 50 orang.
5. Pelaksana Urusan Administrasi Keuangan
Berpendidikan minimal lulusan SMK/MAK, program studi yang relevan, atau SMA/MA
dan memiliki sertfikat yang relevan.
6. Pelaksana Urusan Administrasi Sarana dan Prasarana
Berpendidikan minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau yang sederajat.
7. Pelaksana Urusan Administrasi Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Berpendidikan minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau yang sederajat, dan dapat
diangkat apabila sekolah/madrasah memiliki minimal 9 (sembilan) rombongan belajar.
8. Pelaksana Urusan Administrasi Persuratan dan Pengarsipan
Berpendidikan minimal lulusan SMK/MAK, program studi yang relevan.
9. Pelaksana Urusan Administrasi Kesiswaan
Berpendidikan minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau yang sederajat dan dapat
diangkat apabila sekolah/madrasah memiliki minimal 9 (sembilan) rombongan belajar.
10. Pelaksana Urusan Administrasi Kurikulum
Berpendidikan minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau yang sederajat dan diangkat
apabila sekolah/madrasah memiliki minimal 12 rombongan belajar.

4|
11. Pelaksana Urusan Administrasi Umum untuk SD/MI/SDLB
Berpendidikan minimal SMK/MAK/SMA/MA atau yang sederajat.
12. Petugas Layanan Khusus
a. Penjaga Sekolah/Madrasah berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang
sederajat.
b. Tukang Kebun berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat dan
diangkat apabila luas lahan kebun sekolah/madrasah minimal 500 m2 .
c. Tenaga Kebersihan berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat.
d. Pengemudi berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat, memiliki SIM
yang sesuai, dan diangkat apabila sekolah/madrasah memiliki kendaraan roda empat.
e. Pesuruh berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat

2.2 Macam-macam Tenaga Kependidikan dan Tugasnya


2.2.1 Pendidik dan pengajar
UU No. 20 Pasal 1 Ayat (6) Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi dan berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas
adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
1. Kompetensi pedagogik adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang
berkaitan dengan interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa dalam kelas.
Kompetensi pedagogik meliputi, kemampuan guru dalam menjelaskan materi,
melaksanakan metode pembelajaran, memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan,
mengelola kelas, dan melakukan evaluasi.
2. Kompetensi kepribadian adalah seperangkat kemampuan dan karakteristik personal
yang mencerminkan realitas sikap dan perilaku guru dalam melaksanakan tugas-
tugasnya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi kepribadian ini melahirkan ciri-ciri
guru diantaranya, sabar, tenang, tanggung jawab, demokratis, ikhlas, cerdas,
menghormati orang lain, stabil, ramah, tegas, berani, kreatif, inisiatif, dll.

5|
3. Kompetensi profesional adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan terhadap
penguasaan materi pelajaran secara mendalam, utuh dan komprehensif. Guru yang
memiliki kompetensi profesional tidak cukup hanya memiliki penguasaan materi secara
formal (dalam buku panduan) tetapi juga harus memiliki kemampuan terhadap materi
ilmu lain yang memiliki keterkaitan dengan pokok bahasan  mata pelajaran tertentu.
4. Kompetensi sosial adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang terkait
dengan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Artinya, guru harus dituntut
memiliki keterampilan berinteraksi dengan masyarakat khususnya dalam
mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan problem masyarakat. Dalam realitas
masyarakat, guru masih menjadi sosok elit masyarakat yang dianggap memiliki otoritas
moral cukup besar, salah satu konsekuensi agar peran itu tetap melekat dalam diri guru,
maka guru harus memiliki kemampuan hubungan dan komunikasi dengan orang lain.
UU No.20 Tahun 2003 Pasal 39 Ayat (2) :
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Tanggung Jawab Pengajar :
1. Merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran
2. Menilai hasil pembelajaran
3. Melakukan pembimbingan dan pelatihan
4. Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

2.2.2 Pustakawan
Pustakawan ialah seseorang yang bekerja di perpustakaan dan membantu
orang menemukan buku, majalah, dan informasi lain. Pada tahun 2000-an, pustakawan
juga mulai membantu orang menemukan informasi menggunakan komputer, basis data
elektronik, dan peralatan pencarian di internet. Terdapat berbagai jenis pustakawan,
antara lain pustakawan anak, remaja, dewasa, sejarah, hukum, dsb. Pustakawan wanita
disebut sebagai pustakawati. Untuk menjadi seorang pustakawan, seseorang perlu
menempuh pendidikan tentang perpustakaan setingkat S2 maupun D2.

6|
Kompetensi yang harus dimiliki oleh pustakawan:
1. Kompetensi Manajerial
a. Melaksanakan kebijakan
b. Melakukan perawatan koleksi
c. Melakukan pengelolaan anggaran dan keuangan
2. Kompetensi Pengelolaan Informasi
a. Mengembangkan koleksi perpustakaan
b. Melakukan pengorganisasian informasi
c. Memberikan jasa dan sumber informasi
d. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
3. Kompetensi Kependidikan
a. Memiliki wawasan kependidikan
b. Mengembangkan keterampilan memanfaatkan informasi
c. Melakukan promosi perpustakaan
d. Memberi bimbingan literasi informasi
4. Kompetensi Kepribadian
a. Memiliki integritas yang tinggi
b. Memiliki etos kerja yang tinggi
c. Kompetensi Sosial
d. Membangun hubungan social
e. Membangun komunikasi
5. Kompetensi Pengembangan Profesi
a. Mengembangkan ilmu
b. Menghayati etika profesi
c. Menunjukkan kebiasaan membaca
Tanggung Jawab Umum Pustakawan:
1. Melakukan perawatan koleksi.
2. Mengembangkan koleksi perpustakaan.
3. Memberikan bimbingan literasi informasi.
4. Menunjukkan kebiasaan membaca.

7|
2.2.3 Kepala Satuan Pendidikan
Kepala satuan pendidikan yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung
jawab untuk memimpin satuan pendidikan tersebut. Kepala Satuan Pendidikan harus
mampu melaksanakan peran dan tugasnya sebagai edukator, manajer, administrator,
supervisor, leader, inovator, motivator, figur dan mediator.
Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat terkait erat dengan
keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PTK) tanpa mengabaikan factor-faktor lainnya seperti sarana dan
prasarana serta pembiayaan. Kepala satuan pendidikan merupakan salah satu PTK yang
posisinya memegang peran sangat signifikan dan strategis dalam meningkatkan
profesionalisme guru dan mutu pendidikan di sekolah. Kegiatan seorang kepala satuan
pendidikan adalah kegiatan dalam menyusun program, melaksanakan program, evaluasi
hasil pelaksanaan program, dan melaporkan: pelaksanaan program. Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 15 ayat 3 menyatakan bahwa
guru yang telah bersertifikat profesi dapat diangkat menjadi kepala satuan pendidikan
dengan beban kerja satuan pendidikan. Implementasi tugas tersebut tertuang dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru
sebagai Kepala Sekolah, Pasal 12 yang secara garis besar dapat dirangkum dalam tiga
aspek yaitu : usaha pengembangan sekolah / madrasah, peningkatan kualitas
sekolah /madrasah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan, dan usaha
pengembangan profesionalisme sebagai kepala sekolah /madrasah.
Menurut E. Mulyasa, kepala sekolah mempunyai 7 fungsi utama, yaitu:
1.    Kepala Sekolah Sebagai Educator (Pendidik)        
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru
merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah
yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan
kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat
kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha
memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan
kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.
2.    Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala
sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para
guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan

8|
kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan
pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang
dilaksanakan di sekolah, seperti: MGMP/MGP tingkat sekolah, atau melalui kegiatan
pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti kesempatan melanjutkan pendidikan
atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
3.    Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya
peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah
dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan
mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala
sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya
peningkatan kompetensi guru.
4.    Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
    Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara
berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan
melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara
langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan
dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat
diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran,
tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi,
pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan
yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan
pembelajaran. Sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim mengemukakan bahwa
menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam
tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru
mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka. Dari ungkapan ini,
mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang
kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan
bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik.
5.    Kepala Sekolah Sebagai Leader (Pemimpin)
Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-
suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi
guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan
yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi

9|
pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah
dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel,
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Mulyasa menyebutkan
kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian, dan kepribadian kepala
sekolah sebagai pemimpin akan tercermin sifat-sifat sebagai barikut : jujur; percaya
diri; tanggung jawab; berani mengambil resiko dan keputusan; berjiwa besar; emosi
yang stabil, dan teladan.
6. Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan
teladan kepada seluruh tenaga kependidikan sekolah, dan mengembangkan model
model pembelajaran yang inofatif. Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari
cara cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif,
rasional, objektif, pragmatis, keteladanan
7. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberikan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan
suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai
sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).

2.2.4 Teknisi Sumber Belajar


Teknisi Sumber Belajar adalah petugas yang perannya sebagai penyedia fasilitas
yang di perlukan dalam proses belajar mengajar. Istilah Teknisi pada umumnya adalah
seseorang yang menguasai bidang teknologi tertentu yang lebih banyak memahami
teori bidang tersebut, seperti insinyur. Umumnya mereka lebih menguasai teknik, atau
malah profesional dalam bidang itu. Pemahaman tingkat menengah atas teori dan
teknik tingkat tinggi umumnya dikuasai oleh teknisi untuk menjadi ahli dalam hal
peralatan tertentu. Ini bisa menjadi bagian proses (manufaktur) yang lebih besar.
Tugas Teknisi Sumber Belajar membantu kepala sekolah dalam kegiatan:
1. Perencanaan pengadaan alat dan bahan untuk media sumber belajar.
2. Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan media sumber belajar.
3. Mengatur penyimpanan, pemeliharaan, dan perbaikan alat-alat sumber belajar.

10 |
4. Membuat dan menyusun daftar alat-alat pembelajaran.
5. Inventarisasi dan pengadministrasian peralatan pembelajaran.
6. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan penggunaan media sumber belajar secara
berkala.
Syarat Teknisi Sumber Belajar:
Syarat teknisi sumber belajar Juga tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No 38 Tahun 1992 Tentang Tenaga Pendidikan Khususnya pengadaan tenaga
kependidikan yang bukan tenaga pendidik
Pasal 19
1. Untuk dapat diangkat sebagai tenaga kependidikan yang bukan tenaga pendidik, yang
bersangkutan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri, Menteri lain,
atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Pasal 20
1. Tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai pengelola satuan
pendidikan dan pengawas pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipilih dari
kalangan guru.
2. Tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai pengelola satuan
pendidikan dan penilik di jalur pendidikan luar sekolah dipilih dari kalangan tenaga
pendidik.
3. Calon tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipersiapkan melalui
pendidikan khusus.
Pasal 21
1. Tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai pustakawan, laboran,
dan teknisi sumber belajar dipersiapkan melalui pendidikan khusus.
2. Pelaksanaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan olch
Menteri, Menteri lain, atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Pasal 22
1. Pengangkatan dan penempatan tenaga kependidikan yang bukan tenaga pendidik pada
satuan pendidikan yang disclenggarakan oleh Pemerintah dilakukan oleh Menteri,
Menteri lain, atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan
memperhatikan keseimbangan antara penempatan dan kebutuhan serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi pegawai negeri.
2. Pengangkatan dan penempatan tenaga kependidikan yang bukan tenaga pcndidik pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan olch masyarakat dilakukan oleh penyelenggara

11 |
satuan pendidikan yang bersangkutan dengan memperhatikan persyaratan yang
ditetapkan oleh penyelenggara dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Pemerintah dapat memberi bantuan kepada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat dengan memperbantukan dan/atau mempekerjakan tenaga
kependidikan yang bukan tenaga pendidik dan/atau membina tenaga kependidikan
yang bukan tenaga pendidik.

2.2.5 Pelatih
Pelatih merupakan posisi yang penting dalam susksesnya suatu pengembangan
profesional. Penguasannya terhadap materi latih tidak cukup untuk menjadi andalan
bila tidak didampingi dengan beberapa keahlian lain. Keahlian lain ini berkaitan dengan
pemahaman mengenai metode pembelajaran orang dewasa dan keterkaitan kegiatan
belajar dalam pelatihan tersebut dengan kegiatan profesional para siswa latihnya
selama ini. Selain itu pemahaman mengenai pengembangan karirnya sendiri juga
menjadi salah satu kompetensi penting seorang pelatih yang sukses.
Berikut adalah beberapa kompetensi pelatih yang dapat menjadi bahan
masukan bagi pelatih dan pengembang praktisi lainnya dalam usaha meningkatkan
kualitas pelatihan:
1. Keterampilan penggunaan A/V
Seorang pelatih semestinya terampil menggunakan alat-alat audio, visual
maupun audio visual. Peralatan ini akan sangat membantu pelatih mengolah
pembelajaran menjadi lebih menarik, lebih fokus dan dapat memacu motivasi belajar
para trainee.
2. Pemahaman pengetahuan pengembangan karir
Seorang pelatih semestinya mengetahui prosedur dan tata laksana
penngembangan karirnya sesuai dengan kebijakan di mana ia bekerja. Untuk seorang
Pegawai Negeri Sipil yang bekerja sebagai pelatih di lembaga pemerintahan, peraturan
yang berlaku sesuai dengan ketentuan pemerintah mengenai jabatannya di lembaga
tempat ia bekerja. Untuk trainer yang bekerja di perusahaan swasta, pengembangan
karirnya ditentukan oleh kebijakan perusahaan. Hal- hal yang berkaitan dengan
pengembangan karirnya semestinya diketahui secara jelas, sehingga tidak menimbulkan
masalah dalam kegiatannya melakukan pelatih maupun kebutuhan finansial dan masa
depan karirnya.

12 |
3. Keterampilan identifikasi: job, tugas dan peranan.
Seorang pelatih harus dengan cermat mengetahui wilayah kerjanya, tugas-tugas
yang diembannya dan peranannya dalam tugas tersebut. Hal ini berkaitan dengan
pertanggungjawabannya dari segi pekerjaan dan secara moral.
4. Keterampilan mengelola fasilitas
Fasilitas memegang peranan penting dalam keberhasilan sebuah pelatihan.
Dengan pengetahuan pengelolaan fasilitas,s eorang pelatih dapat secara teratur
menggunakan fasilitas tersebut, tanpa adanya kesulitan akibat kerusakan dini,
kehilangan, sirkulasi yang tidak teratur, dan sebagainya. Untuk itu semestinya fasilitas
pelatihan, baik hardware maupun software dikelola dengan baik dan penuh tanggung
jawab oleh pelatih. Pengelolaan ini meliputi pengadaan, penyimpanan, perawatan,
pelayanan/ sirkulasi, dan perbaikan.
5. Keterampilan menciptakan model
Model adalah suatu pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu
yang akan dibuat atau dihasilkan. Model dapat memperjelas ide atau gagasan, arahan,
konsep dan sebagainya, sehingga orang lain dapat melaksanakan suatu pekerjaan sesuai
dengan harapan si pembuat model. Seorang pelatih membutuhkan keterampilan
menciptakan model sebagai suatu alat untuk mencitrakan idenya untuk dapat diikuti
oleh para trainee (orang-orang yang mengikuti pelatihan).
6. Pemahaman wilayah pelatihan dan pengembangan
Setiap pelatihan memiliki wilayah masing-masing. Seorang pelatih harus
memahami wilayah pelatihan dan pengembangan yang ia lakukan. Dengan memahami
wilayah pelatihan dan pengembangan itu, seorang pelatih dapat lebih dalam dan
terarah menjalankan tugasnya dalam pelatihan tersebut.
7. Pemahaman teknik pelatihan dan pengembangan
Ada beberapa teknik pelatihan dan pengembangan yang dapat diterapkan
dalam kegiatan diklat. Teknik-teknik ini dituangkan ke dalam model-model
pengembangan instruksional diklat, yang masing-masing memiliki orientasi berbeda.
Orientasi model-model ini meliputi orientasi kelas, orientasi hasil, orientasi sistem, dan
orientasi organisasi.
Pengetahuan mengenai berbagai teknik dan model pelatihan dan
pengembangan ini memungkinkan seorang pelatih menyesuaikan orientasi
pembelajaran diklat dengan teori-teori yanhg sesuai. Dengan demikian diharapkan
proses pembelajaran diklat dapat berjalan dengan baik.

13 |
2.2.6 Pengawas
Surat Keputusan MENPAN Nomor 118 tahun 1996 yang diperbaharui dengan SK
MENPAN Nomor 091/KEP/MEN.PAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya dinyatakan:
 Pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan prasekolah, sekolah dasar, dan sekolah
menengah (pasal 1 ayat 1).
 Pengawas sekolah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana
teknis dalam melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu
yang ditunjuk/ditetapkan (pasal 3 ayat 1)
Tugas dan tanggungjawab pengawas:
 Mengawal disiplin pelajar.
 Mementingkan image diri dan menunjukkan teladan yang baik kepada pelajar dan
pengawas junior.
 Menjaga image dan nama baik sekolah.
 Membantu guru, pembantu kepada para guru dari segi penyampaian arahan atau
maklumat kepada rakan-rakan pelajar.
 Memastikan keceriaan sekolah dijaga.
 Mematuhi peraturan sekolah sambil menguatkuasakannya.
 Memimpin rekan-rekan pelajar.
 Mencegah kes jenayah di sekolah.
 Menghormati guru.
 Tidak memberat sebelah dalam tugas harian.
 Serius dan bersikap positif semasa menjalankan setiap tugas, sentiasa menjalankan
tugas dengan penuh dedikasi.
 Mendisiplinkan diri sebelum mendisiplinkan pelajar lain.
 Memastikan diri sendiri mencapai prestasi yang cemerlang dalam bidang akademik,
kokurikulum, sahsiah dan disiplin.
 Sentiasa peka terhadap apa yang berlaku dan memberikan cadangan dan pendapat
kepada Lembaga Pengawas untuk memperbaiki keadaan.
 Mengenalpasti pelajar-pelajar yang bermasalah disiplin dan cuba sedaya upaya untuk
mengubah sikap mereka.

14 |
 Mempengaruhi para pelajar untuk berdisiplin dan memberikan teguran kepada mereka
yang bersalah.
 Menyimpan rekod atau maklumat pelajar yang bersalah sebagai panduan masa
hadapan.
 Patuh kepada ketepatan masa. Para pengawas harus sampai ke tempat tugas lebih awal
daripada masa yang ditetapkan.
 Memastikan para pelajar beratur semasa membeli makanan di kantin, pergi ke makmal
sains atau bengkel dan di luar kelas sebelum nyanyian lagu Negaraku pada setiap pagi
dan selepas waktu rehat.

2.2.7 Laboran
Laboran adalah petugas non guru yang membantu guru untuk  melaksanakan
kegiatan praktikum/peragaan (meliputi penyiapan bahan, membantu pelaksanaan
praktikum serta mengemasi/ membersihkan bahan dan alat setelah praktikum). Selain
itu, Laboran adalah teknisi yang membantu guru dalam melaksanakan KBM yang berupa
peragaan atau praktikum.
Secara prinsip, tugas  laboran adalah :
1.      Melaksanakan kegiatan praktikum siswa
2.      Menyediakan fasilitas laboratorium untuk kegiatan penelitian atau karya ilmiah
3.      Mengembangkan dan menyempurnakan sarana dan prasarana sistem yang menunjang
kegiatan laboratorium.
4.      Kegiatan praktikum dilaksanakan setiap hari kerja sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
5.      Praktikan wajib hadir tepat pada waktunya, toleransi keterlambatan 15 menit.
6.      Selama praktikum, praktikan tidak diperkenankan melakukan kegiatan selain praktikum,
misalnya mengerjakan tugas pribadi, main game dll.
7.      Peserta praktikum (praktikan) adalah siswa yang masih aktif
8.    Calon praktikan harus mendaftarkan terlebih dahulu untuk mendapat kartu peserta
praktikum.    
Pengelola Laboratorium dalam kegiatanya sebagai berikut :
1.    Merencanakan pengadaan alat dan bahan laboratorium
2.    Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium
3.     Menyusun program dan tugas-tugas
4.     Mengatur menyimpan dan daftar alat-alat laboratorium

15 |
5.     Memelihara dan perbaikan alat-alat laboratorium
6.     Menginventarisasi dan mengadministrasikan alat-alat laboratorium
7.     Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium dan diketahui oleh Waka
Kurikulum
8.     Mengontrol pemakaian laboratorium secara rutin
9.     Mengontrol kondisi-keadaan perangkat dan sarana laboratorium secara rutin
10.    Memberikan laporan administrasi pemakaian laboratorium ke Waka Kurukulum, Waka
Sarana dan Kepala Sekolah
11.    Mendata dan menyusun daftar inventarisasi alat dan bahan laboratorium
12.    Menginventarisasi dan menyusun jadwal penggunaan laboratorium guru bidang studi
13.    Mempersiapkan alat dan atau bahan pratikum yang diperlukan dalam pembelajaran

2.2.8 Bimbingan Konseling (BK)


Fungsi bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai fasilitator dan
motivator client dalm upaya mengatasi dan mencegah problema kehidupan client
dengan kemampuan yang ada pada diri sendiri.Sesuai dengan uraian sebelumnya
bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan
dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya.
Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan
kepada preseta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara
optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri oleh karna itu pelayanan
bimbingan dan konseling mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi
melalui kegiatan bimbingan dan konseling.
Fungsi-fungsi tersebut adalah
1.      Fungsi pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang
suatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan dan perkembangan peserta
didik. Fungsi pemahaman ini meliputi:
 Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri terutama oleh peserta didik
sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
 Pemahaman tentang lingkungan peserta didik termasuk dalam lingkungan
keluarga dan sekolah terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada
umumnya dan guru pembimbing.

16 |
 Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya
informasi pendidikan, informasi jabatan, perkerjaan dan informasi social dan
budaya atau nilai-nilai) terutama oleh peserta didik.
2.      Fungsi pencegahan
Pencegahan didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif
dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum
kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi.fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan pencegahannya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat menggangu, menghambat
ataupun menimbulkan kesulitan kurugian-kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya.
       Secara operasional konselor perlu menampilkan kegiatan dalam rangka pelaksanaan
fungsi pencagahan
• Identifikasi pemesalahan yang mungkin timbul
• Mengindentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab tinbulnya masalah-
masalah
• Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah tersebut
• Menyusun rencana program pencegahan
• Pelaksanaan dan monitoring
• Evaluasi dan laporan
3.      Fungsi pengentasan
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling pemberian label atau berasumsi bahwa
peserta didik atau klien adalah orang sakit atau rusak sama sekali tidak boleh dilakukan.
Melalui fungsi pengentasan ini pelayan bimbingan dan konseling dapat mengatasi
berbagai masalah yang dialami oleh peserta didik.
4.      Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan
terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara terarah mantap dan berkelanjutan.
5.      Fungsi Advokasi
Fungsi advokasi yanitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya
pengembangan seluruh potensi secara optimal.

17 |
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis
ayanan dan kegiatan bimbingan dan di dalam masing-masing fungsi tersebut. Setiap
layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung
mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak
dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.
Prayitno dkk (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru kelas dan
guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
2.  Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa
tersebut.
3. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing/konselor.
4.  Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang
menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus
(seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-
siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi
kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan
bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Sehubungan dengan hal tersebut Sardiman (2001:142) mengemukakan sembilan
peran guru yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah, yaitu:
1. Sebagai Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2. Sebagai Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3. Sebagai Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya

18 |
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses
belajar dan pembelajaran.
4. Sebagai Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Sebagai Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6.  Sebagai Transmitor, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan
dan pengetahuan.
7. Sebagai Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
8. Sebagai Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Sebagai Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

2.2.9 Tata Usaha


Ditinjau dari sudut asal usul kata (etimologis), maka ADMINISTRASI berasal dari
Bahasa Latin yaitu Ad+Ministrare. Ad berarti intensif, sedangkan Ministrare berarti
melayani, membantu, dan memenuhi atau menyediakan (Husaini Usman,
2006).Menurut The Lian Gie (2000), tenaga tata usaha memiliki tiga peranan pokok
yaitu: (1) melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan operatif untuk mencapai tujuan
dari suatu organisasi, (2) menyediakan keterangan-keterangan bagi pucuk pimpinan
organisasi itu untuk membuat keputusan atau melakukan tindakan yang tepat, dan (3)
membantu kelancaran perkembangan organisasi sebagai suatu keseluruhan.
Tugas dan tanggungjawab tata usaha:
1) Mengkoordinir pengelolaan keuangan sekolah;
2) Mengurus kebutuhan fasilitas tata usaha sekolah;
3) Mengatur pengurusan kepegawaian;
4) Membina dan mengembangkan karier tenaga tata usaha sekolah;
5) Mengurus kebutuhan fasilitas tata usaha;
6) Menyiapkan dan manyajikan data statistik sekolah;
7) Mengatur pelaksanaan kesekretariatan dan kerumahtanggaan;
8) Mengatur administrasi hasil proses kegiatan belajar mengajar;
9) Membantu kepala sekolah untuk mengembangkan sistem informasi sekolah;
10) Mengatur administrasi kesiswaan dan beasiswa;

19 |
11) Membantu pelaksanaan program K7; dan
12) Membantu kepala sekolah dalam penyusunan RAPBS dan RIPS.

20 |
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

21 |
Lampiran 1

Pertanyaan

1. Salah satu tugas BK adalah membantu menyelesaikan masalah peserta didik dan mampu
melakukan mediasi serta berada di pihak yang netral. Namun pada kenyataannya guru BK
lebih sering berpihak dan tidak mampu bersikap netral. Bagaimana caranya agar BK menjadi
lebih baik lagi? (Biola Yoanita)
Jawab:
Salah satu tugas BK adalah membantu menyelesaikan masalah peserta didik dan
mampu melakukan mediasi serta berada di pihak yang netral. Namun pada kenyataannya
guru BK lebih sering berpihak dan tidak mampu bersikap netral. Bagaimana caranya agar BK
menjadi lebih baik lagi?
Ada dua kemungkinan yang mungkin menjadi penyebab guru BK berpihak. Pertama,
mereka mengerti bahwa hal yang dilakukan peserta didik memanglah salah. Kedua, guru BK
memang berihak tanpa alasan tertentu. Jika penyebabnya adalah yang kedua, maka
kesalahan dilakukan oleh pihak guru Bk, karena guru BK sehausnya mampu bersikap netral.
Setiap orang butuh d upgrade, termasuk guru BK. Solusi lainnya adalah menempatkan
seseorang sebagai guru BK jika ia benar-benar professional. Salah satu wacana yang pernah
muncul adalah penempatan lulusan Psikologi pada guru BK.

1. Seorang pendidik tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan namun juga memberikan
motivasi serta saran-saran positif kepada siswa, hal tersebut juga merupakan tugas seorang
guru BK. Lalu jika pendidik bisa mengambil peran guru BK, apakah titik berat guru BK itu
sendiri? (Sifa Alfiah)
Jawab:
Dipaparkan bahwa guru BK memiliki peranan yang lebih kompleks dibandingkan
guru yang hanya menjadi pendidik atau pengajar. Pada realitanya, guru yang mengajar di
kelas lebih sering berinteraksi dan menemukan banyak permasalahan. Maka, haruskah
seorang guru memiliki kemampuan seperti halnya guru BK? Jika iya, maka bagaimana dan
dimana peran utama guru BK?
Guru di kelas memang memiliki waktu yang lebih dalam hal berinteraksi dengan peserta
didik, n amun tidak jarang guru BK lebih peka pada hal tersebut meskipun tidak berinteraksi
lebih lama dengan peserta didik, karena umumnya guru BK pun memiliki hak tatap muka
dengan peserta didik.
Iya, guru di kelas harus memiliki kemampuan seperti guru BK dalam hal tertentu.
Salah satu hal yang harus dimiliki oleh guru atau pendidik adalah kompetensi social, dimana
kemampuan berinteraksi seorang guru haruslah mumpuni. Melalui kemampuan
berkomunikasinya tersebut, guru di kelas mendapati adanya masalah pada peserta didik saat
proses belajar mengajar. Tindakan penyelesaian masalah tersebut tergantung pada peserta
didik, lebih nyaman dengan bantuan guru di kelas atau bantuan guru BK.Peran guru BK tidak
akan berubah sedikitpun. Bantuan menyelesaikan masalah dapat dilakukan dengan
berbicara pada guru yang dipercaya oleh peserta didik yang memiliki masalah.

22 |
2. Apakah ada pelatihan khusus untuk seorang laboran? (Aini Fatimah)
Jawab:
Ya, karena menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI No. 26 Tahun 2008
pelatihan tenaga laboran ditempuh dan diselesaikan sekitar 3 bulan atau sesuai dengan
permintaan kompetensi yang sesuai, yaitu kompetensi kepribadian, sosial, administratif,
profesional, serta muatan lokal, praktikum kimia, biologi, fisika, serta dasar-dasar
manajemen laboratorium.

3. Berdasarkan pengalaman saya, guru mata pelajaran mengambil peran seorang laboran,
haruskah ada laboran di sekolah? (Anggita Nuarsya Arzen)
Jawab:
Menurut kelompok kami, laboran merupakan tenaga kependidikan yang harus ada
disetiap sekolah, namun kurangnya tenaga kependidikan laboran menjadikan beberapa
sekolah tidak memiliki laboran. Hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah karna seorang
guru mata pelajaran IPA harus memiliki keahlian di laboratorum, sehingga ketidaktersediaan
laboran di sekolah tidak menjadi masalah yang besar dalam keberlangsungan belajar
mengajar.

4. Salah satu jenis tenaga kependidikan adalah pemerintah,pemerintah mengeluarkan strategi


pendidikan. Namun biasanya guru memiliki strategi pendidikan sendiri, manakah yang lebih
efektif? (Diajeng Ramadhan)
Jawab:
Pemerintah bertugas merancang suatu strategi pendidikan yang gunanya untuk
memperbaiki pendidikan, namun kenyataan di lapangan seorang gurulah yang menerapkan
strategi tersebut. Guru lebih mengerti kondisi para siswa apakah dapat diterapkan atau
tidaknya strategi tersebut sehingga apabila strategi tersebut tidak dapat diterapkan guru
tersebut perlu memiliki strategi cadangan. Jadi, otomatis strategi dari gurulah yang lebih
efektif.

5. Apakah peran seorang teknisi sumber belajar? (Ria Asih)


Jawab:
Teknisi sumber belajar berperan sebagai pengelolaan dan pemberian bantuan teknis
sumber-sember belajar bagi kepentingan belajar peserta didik dan pengajaran guru.

6. Dimanakah peran seorang pengawas, diluar atau didalam sekolah? Lalu apakah guru
termasuk seorang pengawas? (Sani Nurul Syifa)
Jawab:
Menurut Departemen Pendidikan Nasional, tenaga kependidikan dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu tenaga struktural, fungsional, dan teknis. Masing-masing ada yang bertugas
di dalma dan di luar sekolah. Pengawas termasuk tenaga kependidikan fungsional yang
bekerja di luar sekolah.

23 |
7. Apakah Badan Akreditasi Nasional termasuk dalam tenaga kependidikan? (Stafanus Reno
Saputra)
Jawab:
Ya, Badan Akreditasi Nasional merupakan tenaga kependidikan yaitu tenaga
struktural yang bekerja di luar sekolah.

24 |

Anda mungkin juga menyukai