Anda di halaman 1dari 11

ALIRAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF

PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN ESENSIALISME

Oleh: Ahmad Ma’ruf


Dosen Prodgram Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Yudharta Pasuruan

Abstrak: Progresivisme ditampilkan sebagai aliran filsafat pendidikan yang


dapat digunakan sebagai basis epistimologi bagi pengembangan pendidikan
partisipasif, setidaknya ada beberapa alasan. Pertama, ia kurang menyetujui
adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman
dahulu maupun pada zaman sekarang. Kedua, inti perhatiannya pada
kemajuan atau progress. Ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan
kemajuan dipandang oleh progresivisme merupakan bagian utama dari
kebudayaan. Ketiga, pengalaman adalah ciri dinamika hidup. Keempat,
Progresivisme tidak cukup hanya mengakui ide-ide, teori-teori, atau cita-cita
sebagai hal yang ada, tetapi yang ada itu harus dicari artinya bagi suatu
kemajuan atau maksud-maksud baik yang lain. Kelima, progresivisme
mengharuskan manusia dapat memfungsikan jiwanya untuk membina hidup
yang mempunyai banyak persoalan yang silih berganti.

Kata Kunci: Aliran Pendidikan, Progresivisme dan Esensialisme

ALIRAN PENDIDIKAN bukanlah karena kesadaran yang


PROGRESIVISME berangsur-angsur ini, bahkan ide
A. Perkembangan Progresivisme tentang progress atau kemajuan pada
Manusia dizamanya selama akhirnya tumbuh. Secara lambat laun
berabad-abad menghadapi dunia ini pula menusia menginsyafi bahwa dunia
hanya dengan ototnya. Akan tetapi ini merupakan jalan.
tidaklah begitu banyak membuahkan Kata progress pada dasarnya
hasil sebelum lahirnya ilmu adalah suatu kata baru yang baru bisa
pengetahuan yang teratur. Tatkala dipahami dan dimengerti maksud dan
manusia telah memulai menyadari arti yang sebenarnya pada abad ke 19,
alangkah hebatnya tenaga yang mereka namun tidak dapat disangkal lagi bahwa
miliki ketika mereka mempergunakan maksud dari kata tersebut dewasa ini
otak mereka sejalan dengan tangan dan telah dipergunakan dan dikenal di dalam
anggota badan mereka, maka segala pengalaman hidup kita yang
terbayanglah kepada mereka bahwa mengandung ide perbaikan dalam
dunia ini dapat mereka perbaiki. Tetapi segala sektor kehidupan, seperti politik,

87
masalah-masalah kemasyarakatan, memiliki kemajuan dalam bidang ilmu
hubungan kemanusiaan, kehidupan pengetahuan yang meliputi: ilmu hayat,
keluarga, perawatan anak didalam bahwa manusia untuk mengetahui
segala keadaan kehidupan termasuk semua masalah kehidupan. Antropologi
juga bidang agama. yaitu bahwa manusia memiliki
Aliran progresivisme mengkui dan pengalaman, pencipta budaya, dengan
berusaha mengembangkan asas demikian dapat mencari hal baru.
progresivisme dalam semua realita, Psikologi yaitu manusia akan berpikir
terutama dalam kehidupan untuk tetap tentang dirinya sendiri, lingkungan,
survive terhadap semua tantangan pengelaman-pengalamannya, sifat-sifat
hidup manusia, harus praktis dalam alam, dapat menguasai dan
melihat segala sesuatu dari segi mengaturnya.
keagungannya. Progresivisme
dinamakan instrumentalisme, karena B. PANDANGAN PROGRESIVISME
aliran ini beranggapan bahwa TENTANG PENDIDIKAN
kemampuan intelegensi manusia a. Pendidikan
sebagai alat untuk hidup, untuk Progresivisme dalam pendidikan
kesejahteraan, untuk mengembangkakn adalah bagian dari gerakan revormis
kepribadian manusia. Dinamakan umum sosial-politik yang menandai
eksperimental atau empirik karena aliran kehidupan Amerika. Progresivisme
tersebut menyadari dan mempraktekkan sebagai teori yang mucul dalam reaksi
asas eksperimen untuk menguji terhadap pendidikan tradisional yang
kebenaran suatu teori. Progresivisme menekankan metode formal pengajaran,
dinamakan environtalisme karena aliran belajar mental dan, suasana klasik
ini menganggap lingkungan hidup ini peradaban barat. Pada dasarnya teori
mempengaruhi pembinaan kepribadian menekankan beberapa prinsip, antara
(Imam Muis, 2004). lain; Pertama, proses pendidikan
Dalam pendapat lain, berawal dan berakhir pada anak. Kedua,
pragmatisme berpendapat bahwa suatu subjek didik adalah aktif, bukan pasif.
keterangan itu benar kalau kebenaran Ketiga, peran guru hanya sebagai
itu seseai dengan realitas, atau suatu fasilitator, pembimbing atau pengarah.
keterangn akan dikatakan benar kalau Keempat, sekolah harus koperatif dan
kebenaran itu sesuai dengan demokratif. Kelima, aktifitas lebih fokus
kenyataan. Aliran progresivisme

88
pada pemecahan masalah, bukan untuk sekolah. Dimana aktifitas dan
pengajaran materi kajian. pengalaman anak didik berada dalam
kontrol lembaga pendidikan.
Menurut progresivisme proses
Progresivisme memandang
pendidikan memiliki dua segi, yaitu
kurikulum sebagai pengalaman
psikologis dan sosiologis. Dari segi
mendidik, bersifat eksperimental, dan
psikologis, pendidik harus dapat
adanya rencana serta susunan yang
mengetahui tenaga-tenaga atau daya-
teratur. Pengalaman belajar adalah
daya yang ada pada anak didik yang
pengalaman apa saja yang serasi
akan dikembangkan. Psikologinya
dengan tujuan menurut prinsip-prinsip
seperti yang berpangaruh di Amerika,
yang telah digariskan dalam pendidikan,
yaitu psikologi dari aliran Behaviorisme
dimana setiap proses belajar yang ada
dan Pragmatisme. Dari segi sosiologis,
membantu pertumbuhan dan
pendidik harus mengetahui kemana
perkembangan anak didik.
tenaga-tenaga itu harus dibimbingnya
Progresivisme merupakan
(Imam Barnabid, 1994).
pendidikan yang berpusat pada siswa
dan memberi penekanan lebih besar
b. Kurikulum
pada kreativitas, aktivitas, belajar
Kurikulum sebagai jantung
“naturalistik”, hasil belajar “dunia nyata”,
pendidikan tidak saja dimaknai sebagai
dan juga pengalaman teman sebaya.
seperangkat rangkaian mata pelajaran
Teori Dewey tentang sekolah adalah
yang ditawarkan dalam sebuah program
“Progresivisme” yang lebih menekankan
sekolah, melainkan kurikulum memiliki
pada anak didik dan minatnya dari pada
arti yang lebih luas. Oleh sebab itu,
mata pelajaran itu sendiri. Maka
banyak pakar memaknai kurikulum
munculah “child centered curriculum”
dengan titik tekan yang berbeda.
dan “child centered school”.
Misalnya, Hirtsdan petters menekankan
Progresivisme mempersiapkan anak
pada aspek fungsional, yakni kurikulum
masa kini dibanding masa depan yang
diposisikan sebagai rambu-rambu yang
belum jelas, seperti yang diungkapkan
menjadi acuan dalam proses belajar-
Dewey dalam bukunya “my pedagogical
mengajar. Sedangkan Musgave
creed”, bahwa pendidikan adalah proses
menekankan pada ruang lingkup
dari kehidupan dan bukan persiapan
pengalaman belajar yang meliputi
masa yang akan datang. Jadi aplikasi
pengalaman diluar maupun di dalam
ide Dewey adalah anak-anak banyak

89
berpartisipasi dalam kegiatan fisik dulu, sesuai ruang lingkup filsafat pendidikan
baru peminatan (Imam Barnadib, 1987). islam diatas mengandung indikasi
Pendidikan dalam islam bahwa filsafat pendidikan islam sebagai
memperoleh tempat dan posisi yang sebuah disiplin ilmu (Abudin Nata,
sangat tinggi, karena melalui pendidikan 1996).
orang dapat memperoleh ilmu, dan
Kurikulum sebagai jantung
dengan ilmu orang menggenal
pendidikan tidak saja dimaknai sebagai
Tuhannya, mencapai ma’rifatullah.
seperangkat rangkaian mata pelajaran
Pribadatan seseorang juga akan hampa
yang ditawarkan sebagai gaet dalam
jika tidak di barengi dengan ilmu.
sebuah program pendidikan disekolah,
Demikian juga tinggi rendahnya derajat
tetapi sesungguhnya kurikulum
seseorang, di sampaing iman, juga di
mengandung arti lebih luas, oleh
tentukan oleh kualitas keilmuan
karenannya banyak pakar memaknai
(kearifan) seseorang. Karena ilmu
kurikulum dengan titik tekan yang
sangat menentukan, maka pendidikan,
berbeda. Ambil contoh Hirtsdan petters
sebagai sebuah proses perolehan ilmu,
menekankan pada aspek fungsional
menjadi sangat penting. Karena itu,
yakni kurikulum diposisikan sebagai
proses pencarian ilmu harus terus
rambu-rambu yang menjadi acuan
menerus dilakukan, dimanapun
dalam proses belajar mengajar.
kapanpun juga.
Sedangkan musgave menekankan pada
Pendidikan dalam Islam dipahami
ruang lingkup pengalaman belajar yang
sebagai sebuah proses transformasi
meliputipengalaman di luar amupun di
dan internalisasi nilai-nilai ajaran Islam
dalam sekolah.pendapat musgave ini
terhadap peserta didik, melalui
seirama dengan pendapat romine
pengembangan fitrah, agar memperoleh
Stephen yang mengatakan bahwa
keseimbangan hidup dalam semua
kurikulum menyakup segala materi
aspeknya. Dengan demikian fungsi
pelajaran, aktivitas dan pengalaman
pendidikan Islam pada hakikatnya
anak didik, dimana ia berada dalam
adalah proses pewarisan nilai-nilai
control lembaga pendidikan, baik yang
budaya islam untuk menggembangkan
terjadi di luar maupun yang di dalam
potensi manusia, dan sekaligus proses
kelas.
produksi nilai-nilai budaya Islam baru
sebagai hasil interaksi potensi dengan
lingkungan dan konteks zamannya,

90
c. Pendidik bersama setiap individu di kelas
Guru menurut pandangan filsafat tersebut akan tujuan bersama sesuai
progresivisme adalah sebagai dengan tanggungjawab masing-masing
penasihat, pembimbing, pengarah dan dalam konteks pembelajaran di kelas,
bukan sebagai orang pemegang otoritas serta konsisten pada tujuan tersebut
penuh yang dapat berbuat apa saja (Imam Muis, 2004).
(otoriter) terhadap muridnya. Sebagai Teori progresivisme ingin
pembimbing karena guru mempunyai mengatakan bahwa tugas pendidik
pengetahuan dan pengalaman yang sebagai pembimbing aktivitas anak didik
banyak di bidang anak didik maka dan berusaha memberikan
secara otomatis semestinya ia akan kemungkinan lingkungan terbaik untuk
menjadi penasihat ketika anak didik belajar. Sebagai Pembimbing ia tidak
mengalami jalan buntu dalam boleh menonjolkan diri, ia harus
memecahkan persoalan yang dihadapi. bersikap demokratis dan
Oleh karena itu peran utama pendidik memperhatikan hak-hak alamiah
adalah membantu peserta didik atau peserta didik secara keseluruhan.
murid bagaimana mereka harus belajar Pendekatan yang digunakan adalah
dengan diri mereka sendiri, sehingga pendekatan psikologis dengan
pesrta didik akan berkembang menjadi keyakinan bahwa memberi motivasi
orang dewasa yang mandiri dalam suatu lebih penting dari pada hanya memberi
lingkungannya yang berubah. informasi. Pendidik atau guru dan anak
Menurut John Dewey, guru harus didik atau murid bekerja sama dalam
mengetahui ke arah mana anak akan mengembangkan program belajar dan
berkembang, karena anak hidup dalam dalam aktualisasi potensi anak didik
lingkungan yang senantiasa terjadi dalam kepemimpinan dan kemampuan
proses interaksi dalam sebuah situasi lain yang dikehendaki.
yang silih berganti dan sustainable Dengan demikian dalam teori ini
(berkelanjutan). Prinsip keberlanjutan pendidik/guru harus jeli, telaten,
dalam penerapannya berarti bahwa konsisten (istiqamah), luwes, dan
masa depan harus selalu diperhitungkan cermat dalam mengamati apa yang
di setiap tahapan dalam proses menjadi kebutuhan anak didik, menguji
pendidikan. Guru harus mampu dan mengevaluasi kepampuan-
menciptakan suasana kondusif di kelas kemampuannya dalam tataran praktis
dengan cara membangungun kesadaran dan realistis. Hasil evaluasi menjadi

91
acuan untuk menentukan pola dan dalam lapangan pendidikan untuk dapat
strategi pembelajaran ke depan. merespon segala perubahan yang
Dengan kata lain guru harus mempunyai terjadi di lingkungannya. Dan
kreatifitas dalam mengelola peserta pandangan progresivisme mengenai
didik, kreatifitas itu akan berkembang belajar bertumpu pada pandamgan
dan berfariasi sebanyak fariasi peserta mengenai anak didik sebagai mahluk
didik yang ia hadapi. yang mempunyai kelebihan
dibandingkan mahluk lain (Imam,
d. Peserta Didik Barnadib. 1994).
Teori progresivisme menempatkan Secara institusional sekolah harus
pesrta didik pada posisi sentral dalam memelihara dan manjamin kebebasan
melakukan pembelajaran. karena murid berpikir dan berkreasi kepada para
mempunyai kecenderungan alamiah murid, sehingga mereka memilki
untuk belajar dan menemukan sesuatu kemandirian dan aktualisasi diri, namun
tentang dunia di sekitarnya dan juga pendidik tetap berkewajiban mengawasi
memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu dan mengontrol mereka guna
yang harus terpenuhi dalam meluruskan kesalahan yang dihadapi
kehidupannya. Kecenderungan dan murid khusunya dalam segi metodologi
kebutuhan tersebut akan memberikan berpikir. Dengan demikian prasyarat
kepada murid suatu minat yang jelas yang harus dilakukan oleh peserta didik
dalam mempelajari berbagai persoalan. adalah sikap aktif, dan kreatif, bukan
Anak didik adalah makhluk yang hanya menunggu seorang guru mengisi
mempunyai kelebihan dibanding dengan dan mentransfer ilmunya kepada
makhluk-makhluk lain karena peserta mereka. Murid tidak boleh ibarat “botol
didik mempunyai potensi kecerdasan kosong” yang akan berisi ketika diisi
yang merupakan salah satu oleh penggunanya. Jika demikian yang
kelebihannya. Oleh karenanya setiap terjadi maka proses belajar mengajar
murid mempunyai potensi kemampuan hanyalah berwujud transfer of
sebagai bekal untuk menghadapi dan knowledge dari seorang guru kepada
memecahkan permasalahan- murid, dan ini tidak akan
permasalahannya. Tugas guru adalah mencerdasakan sehingga dapat dibilang
meningkatkan kecerdasan potensial tujuan pendidikan gagal.
yang telah dimiliki sejak lahir oleh setiap
murid menjadi kecerdasan realitas

92
e. Teknik dan Pandangan Belajar rasionalis dan empirik, berkembang
Menurut teori pendidikan berbagai konsepi atau teori pendidikan
progresivisme adalah mengajarkan cara seperti misalnya. nativisme, empirisme
belajar yang tepat, sehingga seorang dan konverguensi.disamping itu pula,
dapat belajar setiap saat dari realitas muncul aliran progresifisme,
secara mandiri, baik di dalam maupun di essensialisme, perenialisme, dan
luar sekolah, pada saat, sedang, rekonstruksionisme.
ataupun setelah menyelesaikan Dalam konsepsinya, peserta didik
pendidikan formal. Dengan cara diberi kebebasan baik fisiknya maupun
demikian sekolah akan melahirkan cara berfikirnya, supaya dapat
individu-individu yang cerdas, kreatif, mengembangkan bakat dan
dan inovatif yang pada akhirnya dapat kemampuan yang terpendam dalam
melakukan transformasi budaya positif dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan
kearah yang lebih baik dari masyarakat yang dibuat oleh orang lain. Jadi,
yang progresif. progresivisme tidak menyutujui
pendidikan yang otoriter, sebab
C. Model Pendidikan yang pendidikan yang demikian itu akan
Berparadigma Progresivisme mematikan daya kreasi baik secara fisik
mapupun psikis peserta didik (Imam
Dunia pendidikan di Indonesia
Barnadib, 1987).
sering kali mendapat kritikan dari
Hal ini tak lepas dari peran John
berbagai pihak. Diantaranya, pendidikan
Dewey seorang tokoh progresivisme,
di Indonesia belum menemukan sebuah
dimana alirannya ini sangat
paradigma dan patokan yang subtansial
berpengaruh dalam setiap
baik dalam tatanan teoritis filosofis
pembaharuan pendidikan. Dan dengan
maupun operasionalnya. Sehingga
pandangannya, progresivisme dianggap
terkesan pendidikan hanya sebagai
sebagai the liberal road to culture dalam
ajang percobaan. Hal ini cukup kuat
artian bahwa liberal berarti fleksibel,
dijadikan alasan, karena penampilan
berani toleran dan transparan.
pendidikan itu sendiri masih abstrak dan
masih belum menyentuh realitas budaya
ALIRAN PENDIDIKAN ESENSIALISME
Indonesia. Dalam konteks pendidikan
A. Konsep Pendidikan Esensialisme
modern saat ini yang lebih
a. Gerakan Back to Basic
mengedepankan corak pemikiran

93
Kaum esensialis mengemukakan c. Kurikulum
bahwa sekolah harus melatih atau Beberapa tokoh idealisme
mendidik siswa untuk berkomunikasi memandang bahwa kurikulum
dengan jelas dan logis, keterampilan- esensialisme, yaitu kurikulum yang
keterampilan inti kurikulum haruslah berpusat pada mata pelajaran (subjek
berupa membaca, menulis, berbicara matter centered) dan berpangkal pada
dan berhitung, serta sekolah memiliki landasan ideal dan organisasi yang
tanggung jawab untuk memperhatikan kuat. Pengusaan materi kurikulum
penguasaan terhadap keterampilan- tersebut merupakan dasar yang
keterampilan tersebut. Menurut filsafat esensialisme general education (filsafat,
esensialisme, pendidikan sekolah harus matematika, IPA, sejarah, bahasa, seni
bersifat praktis dan memberi pengajaran dan sastra) yang diperlukan dalam
yang logis yang mempersiapkan untuk hidup belajar dengan tepat berkaitan
hidup mereka, sekolah tidak boleh dengan disiplin tersebut akan mampu
mempengaruhi atau menetapkan mengembangkan pikiran (kemampuan
kebijakan-kebijakan sosial. nalar) siswa dan sekaligus membuatnya
sadar akan dunia fisik sekitarnya (Imam
b. Tujuan Pendidikan Barnadib, 1994).
Tujuannya adalah untuk Jadi, tujuan umum aliran
meneruskan warisan budaya dan esensialisme adalah membentuk pribadi
warisan sejarah melalui pengetahuan bahagia didunia dan akhirat. Isi
inti yang terakomulasi dan telah pendidikannya mencakup ilmu
bertahan dalam kurun waktu yang lama, pengetahuan, kesenian dan segala hal
serta merupakan suatu kehidupan yang yang mampu menggerakan kehendak
telah teruji oleh waktu yang lama, selain manusia. Kurikulum sekolah bagi
itu tujuan pendidikan esensialisme esensialisme merupakan semacam
adalah mempersiapkan manusia untuk miniatur dunia yang bisa dijadikan
hidup, tidak berarti sekolah lepas tangan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran
tetapi sekolah memberi kontribusi dan kegunaan. Maka dalam sejarah
bagaimana merancang sasaran mata perkembangannya, kurikulum
pelajaran sedemikian rupa, yang pada esensialisme menerapkan berbagai pola
akhirnya memadai untuk kurikulum, seperti pola idealisme,
mempersiapkan manusia hidup. realisme dan sebagainya. Sehingga
peranan sekolah dalam

94
menyelenggarakan pendidikan bisa - Inisiatif proses pendidikan adalah
berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip asimilasi dari mata pelajaran yang
dan kenyataan sosial yang ada telah ditentukan.
dimasyarakat. - Sekolah harus mempertahankan
metode-metode trasdisional yang
d. Peranan Guru dan Sekolah. bertautan dengan disiplin mental.
Peranan sekolah adalah - Tujuan akhir pendidikan adalah
memelihara dan menyampaikan warisan untuk meningkatkan kesejahteraan
budaya dan sejarah pada generasi umum merupakan tuntutan
pelajar dewasa ini, melalui hikmat dan demokrasi yang nyata.
pengalaman yang terakumulasi dari - Metode-metode tradisional yang
disiplin tradisional. Selanjutnya bertautan dengan disiplin mental
mengenai peranan guru banyak merupakan metode yang
persamaan dengan perenialisme. Guru diutamakan dalam pendidikan di
dianggap sebagai seorang yang sekolah.
menguasai lapangan subjek khusus dan -
merupakan model contoh yang sangat B. Karakteristik Aliran Esensialisme
baik untuk digugu dan tiru. Guru Esensialisme yang berkembang
merupakan orang yang mengusai pada zaman Renaissance mempunyai
pengetahuan, dan kelas berada di tinjauan yang berbeda dengan
bawah pengaruh dan pengawasan guru progressivisme mengenai pendidikan
(Imam Barnadib, 1987). dan kebudayaan. Jika progressivisme
menganggap pendidikan yang penuh
e. Prinsip-prinsip pendidikan fleksibelitas, serba terbuka untuk
Prinsip-prinsip pendidikan perubahan, tidak ada keterkaitan
esensialisme dapat dikemukakan dengan doktrin tertentu, toleran dan
sebagai berikut : nilai-nilai dapat berubah dan
- Pendidikan haruslah dilakukan berkembang, maka aliran Esensialisme
melalui usaha keras tidak begitu ini memandang bahwa pendidikan yang
saja timbul dari dalam diri siswa. bertumpu pada dasar pandangan
- Inisiatif dalam pendidikan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat
ditekankan pada guru bukan pada menjadi sumber timbulnya pandangan
siswa. yang berubah-ubah, mudah goyah dan
kurang terarah dan tidak menentu serta

95
kurang stabil. Karenanya pendidikan berdasarkan pengalaman edukatif,
haruslah diatas pijakan nilai yang dapat eksperimental, tersusun secara teratur
mendatangkan kestabilan dan telah dan tidak dipaksakan mengikuti selera
teruji oleh waktu, tahan lama dan nilai- pembuat kurikulum. Kedua, guru harus
nilai yang memiliki kejelasan dan mempunyai kelebihan dalam bidang
terseleksi. Nilai-nilai yang dapat ilmu pengetahuan dan menguasai
memenuhi adalah yang berasal dari bidang tersebut. Guru dalam mendidik
kebudayaan dan filsafat yang korelatif, tidak boleh otoriter kepada anak didik,
Puncak refleksi dari gagasan ini adalah tetapi guru seharusnya mengarahkan
pada pertengahan kedua abad ke bagaimana cara belajar anak dengan
sembilan belas (Imam Barnadib, 1987). baik menjalankan fungsinya sebagai
Idealisme dan Realisme adalah penunjuk jalan. Ketiga anak didik
aliran-aliran filsafat yang membentuk memiliki kesempatan untuk
corak Esensialisme. Sumbangan yang berkembang, aktif dan kreatif, serta
diberikan oleh masing-masing ini mempunyai kebebasan beraktualisasi
bersifat eklektik, artinya dua aliran dalam menentukan langkah mereka.
filsafat ini bertemu sebagai pendukung Keempat, lingkungan merupakan hal
Esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi yang tidak dapat dipisahkan dalam
satu. Berarti, tidak melepaskan sifat-sifat menunjang keberhasilan dalam
utama masing-masing. Realisme pendidikan. Kelima, dalam proses
modern yang menjadi salah satu pendidikan hendaknya metode lebih
eksponen esensialisme, titik berat dikedepankan dari pada materi.
tinjauannya adalah mengenai alam dan Pendidikan esensialisme
dunia fisik; sedangkan idealisme merupakan sebuah aliran pendidikan
modern sebagai eksponen yang lain, yang tidak setuju terhadap praktek-
pandangan-pandangannya bersifat praktek pendidikan progressivisme,
spiritual. yang mengklaim bahwa pergerakan
progresivisme telah merusak standar-
C. Kesimpulan standar intelektual dan moral diantara
Teori pendidikan yang dibangun kaum muda. Metode yang digunakan
dari filsafat progresivisme oleh Jhon adalah metode tradisional yang
Dewey sebagai tokoh utamanya, pada menekankan pada inisiatif guru, guru
dasarnya mengutamakan lima hal. haruslah orang terdidik dan dapat
Pertama, kurikulum hendaknya disusun menguasai pengetahuan dan kelas

96
semua itu harus berada di bawah
penguasaan guru. Esensialis
menginginkan agar sekolah berfungsi
sebagai penyampaian warisan budaya
dan sejarah yang mengandung nilai-nilai
luhur para filosof sebagai ahli
pengetahuan dimana nilai-nilai
kebudayaan itu masih tetap terjaga dan
kekal.

DAFTAR RUJUKAN

Abudin, Nata, Filsafat Pendidikan Islam.


Ciputat. Wacana Ilmu dan
Pemikiran. 1996.
Ahmad, Tafsir, Filsafat Ilmu Mengurai
Ontologi, Epistimologi dan dan
Aksiologi Pengetahuan. Remaja
Rosdakarya. 2004
Abudin, Nata, Metodologi Studi Islam,
Jakarta. Raja Grafindo Persada.
2003
Imam, Barnabid, Filsafat Pendidikan,
Sistem Dan Metode, Yogyakarta,
Andi Offset, 1988.
Imam, Muis. Pendidikan Partisipatif
Menimbang Konsep Fitrah dan
Progresivisme John Dewey,
Yogyakarta: Safira Insani Press,
2004.
Imam, Barnadib. Filsafat Pendidikan,
Sistem dan Metode. Yogyakarta.
1987, hlm 29.

97

Anda mungkin juga menyukai