Anda di halaman 1dari 26

Makalah Miopi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Miopi adalah penyakit mata yang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat, dewasa
sudah banyak sekali orang yang mengalaminya. Miopi dapat terjadi karena bola mata yang
terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang
masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini
tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif
(cekung). Tidak tua maupun muda, sekarang sudah tidak bisa dibedakan lagi semuanya bisa
terkena. Oleh karena itu, kita harus waspada terhaap berbagai ancaman dari luar termasuk
gangguan mata yang salah satunya adalah miopi atau rabun jauh.
Maka kita mulai sekarang harus bisa mengetahui tanda dan gejala dininya,
penyebabnya dan cara pencegahannya sehingga kita tidak terkena penyakit tersebut. Jikalau
memang sudah terkena sebaiknya kita tau cara penatalaksaannya dan cara mengobatinya agar
tidak menjadi lebih parah lagi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengetahui apa itu miopi (rabun jauh).
2. Bagaimana tanda dan gejala orang yang mengalami gangguan mata miopi.
3. Bagaimana mengetahui penyebab terjadinya miopi.
4. Apa yang harus dilakukan jika sudah terkena gangguan miopi.
5. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah agar tidak terkena miopi.

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa itu miopi (rabun jauh).
2. Mengetahui tanda dan gejala mata miopi.
3. Mengetahui penyebab mata miopi.
4. Mengetahui apa-apa yang harus dilakukan jika terjadi.
5. Mengetahui cara untuk mengatasi dan mencegahnya.
D. Sistematika Penelitian
1. Halaman judul
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. BAB I PENDAHULUAN
- Latar belakang
- Perumusan masalah
- Tujuan Penulisan
- Sistematika Penulisan
5. BAB II PEMBAHASAN
6. BAB III PENUTUP
- Kesimpulan
- Saran
7. Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian

Miopi (bahasa Yunani: μυωπία myopia) yang berarti „penglihatan-dekat‟ atau rabun
jauh adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di depan
retina ketika akomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapat terjadi karena bola mata yang
terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang
masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini
tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif
(cekung).
Bentuk Miopia

1. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih
kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat
pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
2. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan
kornea dan lensa yang normal.

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:


1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.
2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri.
3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.
4. Miopia sangat berat, diatas 10 dioptri.
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :
1. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa.
2. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata.
3. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasio
retina dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa atau miopia degeneratif.
Pembagian mipia berdasarkan kelainan jaringan mata:
a. Miopia Simpleks
 Dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah sampai anak berhenti tumbuh + 20 tahun.
 Berat kelainan refraktif biasanya kurang dari -5 D atau -6 D.
b. Miopia progresif
 Miopia bertambah secara cepat (-4 Dioptri / tahun).
 Sering disertai perubahan vitreo-retina.
 Biasanya terjadi bila miopia lebih dari -6 D.
Menurut tipe (bentuknya) miopia dikenal beberapa bentuk :
1. Miopia Axial, miopia akibat diameter sumbu bola mata (diameter antero-posterior) >
panjang. Dalam hal ini, terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter
Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power
normal dan tipe mata ini lebih besar dari normal.
2. Miopia Kurvartura, diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea &
kelengkungan lensa. Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan dari
kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang
terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga
pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata norma
3. Miopia Indeks Refraksi, bertambahnya indeks bias media penglihatan. Perubahan
indeks refraksi atau myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan
seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus sehingga pembiasan lebih kuat.
4. Perubahan posisi lensa, pergerakan lensa yang lebih ke anterior. setelah operasi
glaucoma berhubungan dengan terjadinya miopia. Pada miopia degeneratif atau
miopia maligna bila lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan
panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian
temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian
setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang
dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada
miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan,
atrofi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik.

2.2. Etiologi

 Genetika (Herediter)
Penelitian genetika menunjukkan bahwa miopia ringan dan sedang biasanya bersifat
poligenik, sedangkan miopia berat bersifat monogenik. Penelitian pada pasangan kembar
monozigot menunjukkan bahwa jika salah satu dari pasangan kembar ini menderita miopia,
terdapat risiko sebesar 74% pada pasangannya untuk menderita miopia juga dengan
perbedaan kekuatan lensa di bawah 0,5 D.
 Nutrisi
Nutrisi diduga terlibat pada perkembangan kelainan-kelainan refraksi. Penelitian di
Afrika menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan malnutrisi yang berat terdapat prevalensi
kelainan refraksi (ametropia, astigmatisma, anisometropia) yang tinggi.
 Tekanan Intraokuler
Peningkatan tekanan intraokuler atau peningkatan tekanan vena diduga dapat
menyebabkan jaringan sklera teregang. Hal ini ditunjang oleh penelitian pada monyet, yang
mana ekornya digantung sehingga kepalanya terletak di bawah. Pada monyet-monyet tersebut
ternyata timbul miopia.

2.3. Patofisiologi
Tipe mata miopia yang ekstrim dapat meluas dalam semua bagian posterior, tetapi
memiliki panjang aksial yang sangat panjang. Pada bagian anterior, kornea kemungkinan
agak menipis dan terlihat datar dari normal, dengan ruangan anterior yang dalam dan terlihat
sudut sempit yang menunjukkan proses mendekatnya iris ke arah trabekulum. Lensa memiliki
kecenderungan untuk mengalami awal sklerosis inti. Biasanya terdapat defek pada membran
zonula dan kemungkinan terdapat sebuah hambatan selama pembedahan katarak.
Penipisan skleral pada umumnya berhubungan dengan elastisitas skleral atau
penurunan kekakuan okular. Terutama ketika bergabung dengan zonular dehiscence, ini dapat
mengakibatkan cairan vitreus cepat regress dan rapuh ketika mata membuka terhadap tekanan
atmosfer. Kadang-kadang terjadi hipotoni bisa diakibatkan oleh serosa atau pendarahan
koroid selama pembedahan intra okular. Secara anatomi, sklera tidak hanya tipis tetapi juga
bisa menjadikan kondisi abnormal. Mikroskop elektron yang ditemukan oleh Garzino
menunjukkan serat kolagen yang rata-rata berdiameter kecil dan menunjukkan banyak serat
pemisah antar serat.
2.4. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda mata miopi:
 Objek dekat bisa terlihat, sedangkan objek jauh terlihat kabur
 Mengecilkan mata ketika melihat objek jauh
 Tidak dapat melihat papan hitam dengan jelas
 Terlalu dekat dengan buku ketika membaca
Gejala Mata Minus Atau Miopi
Gejalanya adalah kepala nyeri berdenyut terutama bagian depan, bola mata perih dan
berat, terasa seperti mau keluar dan air mata meleleh berlebihan. Keadaan ini biasanya
membaik bila mata diistirahatkan atau dengan minum obat antinyeri. Tapi sering kali kambuh
beberapa waktu kemudian.
Miopia memang bisa menyebabkan sakit kepala. Untuk seorang penderita miopia, pada
saat melihat miopia, pada saat melihat jauh, bayangan jatuh di depan retina sehingga
mengurangi kecembungan lensa. Perubahan kecembungan ini dinamakan kemampuan
akomodasi mata. Mata yang berakomodasi terus-menerus dalam waktu yang lama akan
menimbulkan kelelahan. Kelelahan mata inilah yang mencetuskan nyeri kepala dan nyeri
pada mata.

2.5. Komplikasi
Komplikasi Miopia
1. Ablatio retina terutama pada myopia tinggi
2. Strabismus
a. esotropia bila myopia cukup tinggi bilateral
b. bexotropia pada myopia dengan anisometropia
3. Ambliopia terutama pada myopia dan anisometropia
2.6. Penatalaksanaan Medik
1. Kacamata
Meskipun masih sedikit bukti ilmiah untuk menyatakan bahwa pemakaian kacamata
koreksi secara terus menerus progresivitas miopia atau mempertahankan visus namun dapat
mengurangi kelelahan pada mata dan melatih mata terutama pada anak-anak. Miopi dikoreksi
dengan lensa konkaf atau lensa negatif. Pada kasus dengan miopi tinggi koreksi yang penuh
jarang diberikan. Pengurangan koreksi dilakukan sampai tercapai penglihatan binokuler yang
masih nyaman. Jika sudah terdapat perubahan patologis pada fundus maka sedikit sekali
keuntungan yang didapat pada pemakaian kacamata.
2. Penggunaan Lensa kontak
Lensa kontak telah menjadi pilihan yang baik untuk miopia tinggi selama bertahun-
tahun karena disamping dapat mengurangi berat dan ketebalan lensa pada kacamata, juga
mengeliminasi kesulitan akibat pemakaian lensa yang tebal tersebut. Pasien miopia biasanya
akan memiliki mengatasi masalah yang timbul pada pemakaian kacamata. Lensa kontak yang
sering digunakan yaitu lensa kontak yang soft dan lensa kontak gas-permeabel. Lensa kontak
yang soft dapat menimbulkan kenyamanan namun harus dimonitor pemakaiannya karena
dapat menyebabkan terjadinya hipoksia. Lensa gas-permeabel memberikan optik yang penuh
dan fisiologi yang baik. Lensa gas-permeabel memberikan optik yang penuh dan fisiologi
yang baik.
3. Bedah Refraktif / LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomileusis)
LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis) adalah suatu prosedur untuk mengubah
bentuk lapisan kornea mata dengan menggunakan sinar excimer laser. Prosedur LASIK dapat
dilakukan untuk mengoreksi miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat) maupun
astigmatisme (silinder). Tindakan ini bertujuan untuk membantu melepaskan diri dari
ketergantungan pada kacamata dan lensa kontak.
LASIK konvensional menggunakan alat mikrokeratom untuk membuka lapisan
permukaan kornea mata. Kemudian dilakukan excimer laser untuk menghilangkan sebagian
lapisan kornea.
Lapisan permukaan kornea yang dibuka (flap), dikembalikan ke posisi semula.
Karena prosedur LASIK hanya dikerjakan pada lapisan dalam kornea saja (permukaan kornea
sama sekali tidak disentuh), maka tidak ada rasa sakit pasca tindakan. Flap akan secara alami
melekat kembali setelah beberapa menit tanpa perlu dijahit sama sekali.
Alternatif lain untuk pasien miopia adalah penanaman lensa intraokular yaitu suatu
lensa yang ditanam bilik mata depan melalui insisi kecil sedangkan lensa yang asli masih
tetap ada terutama dilakukan untuk mengoreksi miopi yang berat. Akan tetapi keamanan
penggunaan pada beberapa kasus dapat dilakukan ekstraksi lensa tapi lensa intraokular tidak
dipasang. Dengan mengangkat lensa maka sekitar 15 D dari miopi secara otomatis akan
terkoreksi. Namun harus diingat bahwa teknik ini dapat menimbulkan komplikasi berupa
ablasio retina sehingga jarang digunakan.

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
1. Pengkajian Fisik Penglihatan
a. Pengkajian Ketajaman Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen.
- Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satu mata ditutup.
- Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari baris paling atas kebawah
dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya dengan benar.
Penilaiannya: Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca
seluruh huruf dalam kartu Snellen dengan benar.
b. Pengkajian Gerakan Mata
Salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tangan pemeriksa, dan pasien di
minta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda diam sementara mata yang di
tutup karton/tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau tangan tiba-tiba di singkirkan, dan
akan nampak gerakan abnormal mata.
c. Pengkajian Lapang Pandang
Pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki, saling berhadapan. Pasien
di minta menutup salah satu mata dengan karton, tanpa menekan, sementara ia harus
memandang hidung pemeriksa. Pasien di minta tetap melirik pada hidung pemeriksa dan
menghitung jumlah jari yang ada di medan superior dan inferior lirikan temporal dan nasal.
Jari pemeriksa di gerakkan dari posisi luar terjauh ke tengah dalam bidang vertical, horizontal
dan oblik. Medan nasal, temporal, superior dan inferior di kaji dengan memasukkan benda
dalam penglihatan dari berbagai titik perifer. Pada setiap manuver, pasien memberi informasi
kepada pemeriksa saat ketika benda mulai dapat terlihat sementara mempertahankan arah
lirikannya ke depan.
2. Pemeriksaan Fisik Mata
a. Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata
b. Bulu Mata, posisi dan distribusinya
c. Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata.
d. Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama.
e. Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti
cermin, terang, simetris dan tunggal.

3.2. Diagnosa Keperawatan


 Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan status
organ indera.
 Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala,
kelelahan pada mata).
 Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan.

3.3. Intervensi
Diagnosa I:
Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/perubahan status organ indera.
1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien
2. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta kepercayaan klien-
perawat
3. Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien-perawat dan penerimaan diri
4. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan penglihatannya
Rasional: Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan tejadi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
Diagnosa II :
Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada
kepala, kelelahan pada mata.)
1. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional : Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan
2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya
Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan mengurangi
ansietas
3. Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan.
Rasional : Mengurangi ansietas klien
Diagnosa III :
Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
1. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan
Rasional : Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien.
2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan
Rasional : Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya.
3. Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur,
menonton TV dengan jarak terlalu dekat.
Rasional : Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV
dengan jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan pada mata
BAB VI
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dengan merebaknya masalah kesehatan sekarang ini, alangkah baiknya kita menjaga
kesehatan kita agar tidak terserang penyakit, salah satunya adalah penyakit miopi (rabun
jauh).
4.2. Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati, salah satunya adalah menjaga kondisi mata
kita agar tetap dalam keadaan yang sehat, sering makan buah dan sayuran segar terutama
yang mengandug vitamin A. Jika sudah terlanjur, maka sebaiknya segera periksakan dan
obati agar tidak menjadi semakin parah.

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di
depan retina (bintik kuning) dimana sistem akomodasi berkurang. Pasien dengan myopia
akan menyatakan melihat lebih jelas bila dekat sedangkan melihat jauh kabur atau pasien
adalah rabun jauh. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih
dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang
akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap maka
penderita akan terlihat juling ke dalam atau esotropia.
Mata minus / myopia / short sighred eye adalah : keadaan pada mata dimana cahaya/benda
yang jauh letaknya jatuh/difokuskan didepan retina/selpaut jala/bintik kuning
Myopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang
sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan retina. Kelainan ini diperbaiki
dengan lensa negatif sehingga bayangan benda tergeser ke belakang dan diatur dan tepat
jatuh diretina (Mansjoer, 2002).
Myopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari
jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi
dibiaskan pada satu titik di depan retina.
Terdapat dua teori utama tentang terjadinya pemanjangan sumbu bola mata pada myopia
yaitu :
 Teori biologik menganggap pemanjangan sumbu bola mata sebagai akibat kelainan
pertumbuhan retina(overgrowth).
 Teori mekanik mengemukakan penekanan (stress) sklera sebagai penyebab pemanjangan
tersebut.
Myopia yaitu keadaan di mana mata terasa kabur apabila melihat objek-objek yang letaknya
jauh, tapi mata mampu melihat objek yang dekat. Pada rabun jauh (myopia) penderita selalu
berusaha memicingkan matanya agar dapat melihat lebih jelas objek-objek yang jauh
letaknya. Hal ini adalah ciri khas utama dari penderita myopia.
Myopia paling banyak terjadi pada usia anak-anak dan ditemukan secara tak sengaja pada
saat skrining pemeriksaan mata di sekolah. Pada umumnya memang hal ini disebabkan oleh
keturunan. Selain karena faktor keturunan, myopia juga bisa disebabkan oleh faktor
kelengkungan kornea maupun kelainan bentuk lensa mata.
Ciri khas lain dari myopia ini adalah sifatnya yang progresif hingga pada usia remaja (hal ini
dikarenakan faktor panjang sumbu bola mata yang bertambah seiring pertumbuhan anak) dan
kemudian progresifitasnya menurun pada usia dewasa muda. Pertambahan derajat myopia
membutuhkan kaca mata yang makin berat kekuatannya, karena itu pada masa usia dini
dianjurkan agar pemeriksaan diulang tiap 6 bulan.
Tipe/Bentuk myopia yaitu :
a. Myopia Axial
Dalam hal ini, terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter Antero-
posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power normal dan tipe
mata ini lebih besar dari normal.
b. Myopia Kurvatura
Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan darikelengkungan kornea atau
perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana
lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata
normal.
c. Perubahan Index Refraksi
Perubahan indeks refraksi atau myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan
seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitussehingga pembiasan lebih kuat.
d. Perubahan Posisi Lensa
Pergerakan lensa yang lebih ke anterior setelah operasi glaucomaberhubungan dengan
terjadinya myopia
Myopia dikategorikan berbahaya apabila berpotensi untuk menimbulkan kebutaan bagi
penderitanya, karena tidak bisa diatasi dengan pemberian kacamata. Myopia berbahaya ini
dibarengi dengan kerapuhan dari selaput jala (retina) yang makin lama makin menipis dari
waktu ke waktu.
Pada puncaknya proses penipisan ini menimbulkan perobekan pada selaput jala (retina), yang
membutuhkan tindakan bedah sedini mungkin untuk pemulihannya. Tingkat keberhasilan
pemulihan penglihatan akibat hal ini sangat tergantung pada kecepatan tindakan
penanggulangannya.

2.2. Etiologi
Pertengahan tahun 1900 SM, para dokter ahli mata dan ahli pemeriksa mata (ahli kacamata)
percaya bahwa miopia menjadi hereditas utama. Di antara peneliti-peneliti dan para
professional peduli mata, mereka mengatakan bahwa miopia sekarang telah menjadi sebuah
kombinasi genetik dan merupakan salah satu faktor lingkungan.
Ada 2 mekanisme dasar yang dipercaya menjadi penyebab myopia yaitu:
Hilangnya bentuk mata (juga diketahui sebagai hilangnya pola mata), terjadi ketika kualitas
gambar dalam retina berkurang.
Berkurangnya titik fokus mata, terjadi ketika titik fokus cahaya berada di depan atau di
belakang retina. Myopia Terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi.
Dikatakan pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka
semakin besar kemungkinan mengalami miopi. Ini karena organ mata sedang berkembang
dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan.akibatnya para penderita miopi umumnya
merasa bayangan benda yang dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina matanya, melainkan
didepannya (Curtin, 2002).

2.3. Tanda dan Gejala


Pasien miopi mempunyai pangtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang
dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan
telihat juling ke dalam atau esotropia (Ilyas, 2003).
Gejala miopi terbagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala subjektif :
1) Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita miopia hanya
dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan pengglihatan jauh akan kabur.
2) Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari miopinya dapat
disembuhkan.
3) Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk mendapatkan
efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.
4) Penderita miopia biasanya suka membaca dekat, sebab mudah melakukannya tanpa usaha
(Slone, 1979).
b. Gejala objektif :
1) Miopi simplex :
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-
kadang bola mata ditemukan agak menonjol.
2) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen
miopi yang ringan disekitar papil saraf optik.
Miopi Patologi :
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopi simple.
Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kalainan-kelainan pada :
a) Korpus vitreum
b) Papiler saraf optic
c) Makula
d) Retina terutama pada bagian temporal
e) Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.

2.4. Pathofisiologi
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui.
Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti
degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya, tentang
penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan
intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika
kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata
manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua
mekanisme patogenesa terhadap elongasi berlebihan pada myopia. Menurut perjalanan
miopia dikenal bentuk :
1) Myopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa.
2) Myopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata.
3) Myopia maligna, myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina
dan kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa sama dengan myopia maligna sama
dengan myopia degenerative.
4) Myopia degenertif atau myopia maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai
kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma
postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina.
Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sclera dan kadang-kadang terjadi
rupture membrane Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya
neovaskularisasi subretina. Pada myopia dapat terjadi bercak Fuch berupa biperplasi pigmen
epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi
papil saraf optic (Sidarta, 2005).

2.5. Pathway

2.6. Pemeriksaan Penunjang


1) Foto fundus / retina
2) Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri
3) Pemeriksaan kwalitas retina (E.R.G = electro retino gram)
4) Pemeriksaan kelainan otak / brain berkaitan dengan kelainan mata (E.E.G = electro –
encefalogram).
5) EVP (evoked potential examination)
6) USG (ultrasonografi) bola mata dan keliling organ mata misal pada tumor, panjang bola
mata, kekentalan benda kaca (vitreous).
7) Retinometri (maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang tersisa).
8) CT scan dengan kontras / MRI. VI. Penatalaksanaan

2.7. Penatalaksanaan Medis


1) Penatalaksanaan Nonfarmakologi
 Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk mengobati
gejala-gejala visual pada pada penderita myopia. Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang
digunakan adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang
berfungsi untuk mengurangi miopia.
 Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi
Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan latihan
pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan). Akan tetapi,
kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata.
Pada tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek. Dari peninjauan
tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti (fakta) ilmiah yang menyatakan bahwa
latihan pergerakan mata adalah pengobatan myopia yang efektif.
 Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau operasi lasik
mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati miopia.
Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat miopia
dengan menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan juga terapi lain yaitu
Photorefractive Keratotomy (PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini menggunakan konsep
yang sama yaitu dengan pergantian kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang
berbeda. Selain itu ada juga pengobatan yang dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi
dan pemotongan jaringan kornea mata. Orang-orang dengan miopia rendah akan lebih baik
bila menggunakan teknik ini. Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-
angsur dan pergantian sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata
menggunakan bahan-bahan plastik yang ditanamkan ke dalam kornea mata untuk mengganti
kornea yang rusak (Lee dan Bailey, www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).
2) Penatalaksanaan Farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi
kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisional pun banyak digunakan ada
penderita myopia.

2.8. Pendidikan Kesehatan

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
1. Pengkajian Fisik Penglihatan
a. Pengkajian Ketajaman Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen.
- Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satu mata ditutup.
- Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari baris paling atas kebawah
dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya dengan benar.
Penilaiannya : Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh
huruf dalam kartu Snellen dengan benar.
b. Pengkajian Gerakan Mata
Salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tangan pemeriksa, dan pasien di minta
memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda diam sementara mata yang di tutup
karton/tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau tangan tiba-tiba di singkirkan, dan akan
nampak gerakan abnormal mata.
c. Pengkajian Lapang Pandang
Pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki, saling berhadapan. Pasien di
minta menutup salah satu mata dengan karton, tanpa menekan, sementara ia harus
memandang hidung pemeriksa. Pasien di minta tetap melirik pada hidung pemeriksa dan
menghitung jumlah jari yang ada di medan superior dan inferior lirikan temporal dan nasal.
Jari pemeriksa di gerakkan dari posisi luar terjauh ke tengah dalam bidang vertical, horizontal
dan oblik. Medan nasal, temporal, superior dan inferior di kaji dengan memasukkan benda
dalam penglihatan dari berbagai titik perifer. Pada setiap manuver, pasien memberi informasi
kepada pemeriksa saat ketika benda mulai dapat terlihat sementara mempertahankan arah
lirikannya ke depan.
2. Pemeriksaan Fisik Mata
a) Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata
b) Bulu Mata, posisi dan distribusinya
c) Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata.
d) Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama.
e) Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti
cermin, terang, simetris dan tunggal.

3.2. Diagnosa Keperawatan


1) Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan status
organ indera.
2) Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala,
kelelahan pada mata).
3) Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan.
3.3. Intervensi
Diagnosa I:
Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/perubahan
status organ indera.
1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual
Rasional : Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien
2. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta kepercayaan klien-
perawat
3. Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien-perawat dan penerimaan diri
4. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan penglihatannya
Rasional : Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan tejadi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
Diagnosa II :
Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala,
kelelahan pada mata.)
1. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional : Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan
2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya
Rasional : Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan mengurangi ansietas
3. Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan.
Rasional : Mengurangi ansietas klien
Diagnosa III :
Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
1. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan
Rasional : Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien.
2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan
Rasional : Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya.
3. Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur,
menonton TV dengan jarak terlalu dekat.
Rasional : Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan
jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan pada mata

3.4. Implementasi
Dilakukan pada satu mata secara bergantian, biasanya dimulai dari mata kanan lalu mata kiri.
Dilakukan setelah tajam penglihatan dilakukan dan diketahui terdapat kelainan refraksi.
Caranya adalah :
1. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari karti snellen.
2. Satu mata ditutup, dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca dari baris terkecil
yang masih bisa terbaca.
3. Pada mata yang terbuka letakkan lensa negatif (-) 0,50 untuk menghilangkan akomodasi pada
saat pemeriksaan.

3.5. Evaluasi
1. Menyatakan penerimaan diri sehubungan dengan perubahan sensori
2. Mampu memakai metode koping untuk menghilang ansietas
3. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan

miopia

A. Pengertian Miopi
1. Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan
atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina ( bintik
kuning ) dimana sistem akomodasi berkurang.
2. Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan
sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina.
3. Miopia adalah suatu keadaan dimana panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau
kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.
4. Miopi adalah keadaan pada mata dimana cahaya/benda yang jauh letaknya jatuh/difokuskan
didepan retina/selpaut jala/bintik kuning

B. Etiologi
Pertengahan tahun 1900 SM, para dokter ahli mata dan ahli pemeriksa mata ( ahli kacamata )
percaya bahwa miopia menjadi hereditas utama. Di antara peneliti-peneliti dan para professional
peduli mata, mereka mengatakan bahwa miopia sekarang telah menjadi sebuah kombinasi genetik
dan merupakan salah satu faktor lingkungan.

Ada 2 mekanisme dasar yang dipercaya menjadi penyebab myopia yaitu:

1. Hilangnya bentuk mata ( juga diketahui sebagai hilangnya pola mata ), terjadi ketika kualitas gambar
dalam retina berkurang.
2. Berkurangnya titik fokus mata, terjadi ketika titik fokus cahaya berada di depan atau di belakang
retina

Myopia Terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan pula, semakin dini
mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin besar kemungkinan mengalami
miopi. Ini karena organ mata sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal
kehidupan.akibatnya para penderita miopi umumnya merasa bayangan benda yang dilihatnya jatuh
tidak tepat pada retina matanya, melainkan didepannya (Curtin, 2002).
C. Jenis-Jenis Miopi
1. Menurut bentuk miopi

a. Myopia Axial

terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter Antero-posterior), dengan
kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power normal dan tipe mata ini lebih besar dari
normal.

b. Myopia Kurvatura
terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea atau perubahan
kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi
lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata normal.

c. Perubahan Index Refraksi

Perubahan indeks refraksi atau myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan
seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitussehingga pembiasan lebih kuat.

2. Menurut derajat myopia


a. Miopia ringan, dimana myopia kecil dari pada 1-3 dioptri
b. Miopia sedang, dimana myopia lebih diantara 3-6 dioptri
c. Myopia berat atau tinggi, dimana myopia lebih besar dari 6 dioptri
3. Menurut perjalanan myopia
a. Myopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa
b. Myopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambahnya panjangnya
bola mata
c. Myopia maligna, myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan
kebutaan
d. Myopia degenertif atau myopia maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan
pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang
terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina.

D. Patofisiologi miopi
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui.
Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi
chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya, tentang penilaian
perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas
ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini
merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak ada bukti yang
menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesa terhadap elongasi
berlebihan pada myopia.
E. Manifestasi Klinik
Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan jarak
jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi mereka dapat dengan
mudah membaca tulisan dalam sebuah buku.

Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu
tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus
melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen) .
Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia).
Apabila terdapat myopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia
pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang disebut
strabismus divergen (eksotropia). (Illyas,2005).

Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling
dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan
matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien
myopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga
mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia
konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau
esoptropia (Sidarta, 2005).

Gejala-gejala myopia juga terdiri dari:

1. Gejala subjektif :

a. Kabur bila melihat jauh

b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi )

d. Astenovergens

2. Gejala objektif :

a. Myopia simpleks :
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relative lebar. Kadang-
kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen myopia
( myopic cresent ) yang ringan di sekitar papil saraf optik.

b. Myopia patologik :

1) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks.

2) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada:


3) Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenarasi yang terlihat sebagai
floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi
badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan myopia.

4) Papil saraf optic : terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas
terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil
dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur

5) Makula: Berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan pendarahan subretina pada
daerah macula.

6) Retina bagian perifer: Berupa degenersi kista retina bagian perifer Seluruh lapisan fundus yang
tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak
lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid. (Illyas,2005).

F. Pencegahan
1. Tidak membaca dalam keadaan gelap
2. Tidak menonton TV dalam jarak yang terlalu dekat
3. Jangan membaca terlalu dekat

G. Pengobatan

1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

a. Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk mengobati gejala-gejala
visual pada pada penderita myopia. Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan adalah
adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang berfungsi untuk
mengurangi miopia.

b. Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi


Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan latihan pergerakan
mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan). Akan tetapi, kemanjuran dari latihan
ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata. Pada tahun 2005, dilakukan
peninjauan ilmiah pada beberapa subjek. Dari peninjauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada
bukti-bukti (fakta) ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah pengobatan
myopia yang efektif.
c. Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau operasi lasik mata,
yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati miopia. Dalam
prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat miopia dengan
menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan juga terapi lain yaitu Photorefractive Keratotomy
(PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini menggunakan konsep yang sama yaitu dengan pergantian
kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang berbeda. Selain itu ada juga pengobatan
yang dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi dan pemotongan jaringan kornea mata. Orang-
orang dengan miopia rendah akan lebih baik bila menggunakan teknik ini. Orthokeratologi
menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian sementara lekukan kornea.
Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan bahan-bahan plastik yang ditanamkan ke dalam
kornea mata untuk mengganti kornea yang rusak.

(Lee dan Bailery, www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006

2. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran
yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada penderita myopia
(www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC

Chan,WM.2004. Ophthalmology and Visual Science. The Chinese university of


Hongkong.88(10):1315-1319. www.pubmedcentral.nih.gov/artclender
Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-381
Curtin Brian J, Whitemore, Wayne G. The Optics of Myopia, In Duanes Clinical
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Guell, JL., Morral, M.,Gris, O. 2007. Implantation for Myopia Ophthalmology (abstract only). - -
www.pubmedcentral.nih.gov/articlender

Prof.dr.H.Sidarta Ilyas DSM.2000.ilmu penyakit mata. Jakarta. Fakultas kedokteran universitas


Indonesia

Anda mungkin juga menyukai