Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pemilihan Bahan Aktif

Oleum iecoris aselli (Minyak ikan) merupakan lemak yang diperoleh dari
hati segar Gadus morhua L dan dimurnikan dengan penyaringan pada suhu
00C. Potensi vitamin A tidak kurang dari 600 UI/g, potensi vitamin D tidak
kurang dari 80UI/g (FI III hal 457). Minyak ikan (Cod Liver Oil) dalam USP
yaitu mengandung tidak kurang dari 180𝜇𝑔 (600 unit USP) dan tidak lebih
dari 750 𝜇𝑔 2500 unit USP) vitamin A, dan tidak kurang dari 1,5 𝜇𝑔 (60 unit
USP) dan tidak lebih dari 6,25 𝜇𝑔 (250 unit USP) (USP30-NF25, p. 1822).

Emulsi Oleum iecoris aselli adalah termasuk dalam emulsi spuria (emulsi
buatan) yakni emulsi dengan minyak lemak. Pembuatan emulsi minyak
lemak biasanya dengan emulgator gom arab (P.G.A) dengan konsentrasi
pemakaian sebanyak 10-20 % dari total volume emulsi yang dibuat (HPE ed
6 hal 01).

Oleum iecoris aselli mengandung vitamin A dan vitamin D, gliserida


tripalmitat dan tristearat, kolesterol, gliserida dan asam-asam jenuh yang
disebut asam morrhuat berupa campuran berbagai asam.

Lemak ikan berbeda dengan lemak mamalia, terutama pada panjang rantai
karbon dan ikatan rangkap asam lemaknya. Asam lemak ikan mempunyai 14
–22 atom karbon (C) dengan 5 – 6 ikatan rangkap; sementara asam
lemak pada mamalia disamping mempunyai rantai karbon yang lebih
pendek juga mempunyai ikatan rangkap yang lebih sedikit, jarang lebih dari
2 ikatan rangkap. Total polyunsaturated fatty acid (PUFA) dengan 4, 5 dan 6
ikatan rangkap lebih banyak ditemui pada ikan laut (88%) dibandingkan pada
ikan air tawar (70%). Ada tiga PUFA yang dominan dalam minyak ikan
yaitu eicosapentanoic acid (EPA, C20:5ω3), docosaheksaenic acid
(DHA, C22:6ω3) dan arachidonic acid (C20:4ω6). Dalam gizi manusia,
asam lemak EPA dan DHA dianggap sebagai asam lemak esensial
karena tidak dapat disintesa oleh tubuh. EPA (Eicosapentaenoic acid)
dapat mencegah dan menyembuhkan penyakit kulit, artherosclerosis atau
sebagai faktor antithrombosis, dan DHA (Docosahexaenoic acid) berperan
dalam proses pertumbuhan sel-sel saraf, terutuma sel-sel saraf otak dan
penglihatan (Winarno, 1984). Norwegian Fisheries Research Institute juga
melaporkan bahwa kelompok utama asam dalam minyak ikan adalah
asam monoenoat 16, 18 , 20 dan 22, jumlahnya sekitar 50 persen dari
semua asam lemak, sedangkan asam polyenoat utama terdapat 25-26% dari
total asam lemak.

Asam oleat merupakan setengah dari jumlah asam monoenoat tersebut,


sehingga komposisi asam lemak pada minyak ikan yang mendominasi adalah
asam oleat C 18:1 (25%), diikuti oleh lima asam C16:0 (11%), C16:1
(9%), C20:1 (11%), C20:5 (9%) dan C22: 6 (10%) (Bergen, 1965).

Karakteristik Bahan Obat (FI III,1979)

Nama Bahan Obat : Oleum iecoris aselli

Sinonim : Cod liver, minyak ikan, Levertran

Efek Terapeutik : Sumber asupan vitamin A dan vitamin D

Farmakokinetika

Oleum iecoris aselli mengandung asam lemak –omega (EPA, DHA) yang
bekerja sebagai anti tumor karena mendesak arachidonat dari membran sel dan
membentuk prostaglandin baik tanpa efek stimulasi tumor (OOP ed 5 hal 542).

Efek Samping

Oleum iecoris aselli pada over dose dapat memperpanjang waktu


perdarahan berhubungan dengan penghambatan penggumpalan pelat darah.
Oleum iecoris aselli juga pada dosis tinggi menimbulkan perdarahan dihidung,
maka tidak boleh dikombinasi dengan asetosal yang memiliki daya kerja sama
(OOP ed 4, hal 898).
Organoleptis (FI III hal 457)

Bentuk : Cairan

Warna : Kuning pucat

Bau : Bau khas ( minyak ikan )

Rasa : Agak manis, tidak tengik dan rasa khas

Karakteristik Fisika – Kimia

a. Kelarutan
Oleum iecoris aselli sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P (FI III hal 457).
b. Stabilitas
Oleum iecoris aselli mudah teroksidasi oleh udara dan cahaya ( British
Pharmacopheia, p.11).

BAHAN AKTIF TERPILIH : Oleum iecoris aselli

Alasan :

1. Oleum iecoris aselli mengandung kadar vitamin A dan vitamin D yang


berkhasiat menurunkan kolesterol.
2. Oleum iecoris aselli mengandung asam lemak-omega3 (n-3) EPA dan DHA
yang berkhasiat untuk antilipemis, antitrombosit dan anti hipertensi ringan.

B. BENTUK SEDIAAN TERPILIH : Emulsi

Alasan :

1. Oleum iecoris aselli tidak bisa bersatu dengan air dan tidak stabil bila
dicampur dengan air sehingga perlu dibuat sediaan emulsi.
2. Sediaan emulsi dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari minyak ikan
3. Sediaan emulsi dapat digunakan dalam berbagai bentuk penggunaan termasuk
oral.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSYARATAN MUTU SEDIAAN


1. Aman
a. Sediaan aman dipakai dan tidak memberikan efek samping yang
merugikan, serta tidak toksis.
b. Sediaan mengandung bahan aktif tidak kurang dari 180 g dan tidak
lebih dari 750 g dari jumlah yang tertera pada etiket. Catatan : hal ini
tergantung dari bentuk sediaan berbeda dengan kandungan bahan aktif
yang sama dapat memiliki persyaratan yang berbeda.
2. Efektif
a. Pemakaian sediaan dengan dosis yang benar akan memberikan efek
terapetik optimal dengan efek samping seminimal mungkin.
3. Akseptabel
Sediaan hendaknya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Penampilan yang baik dan benar.
b. Organoleptis yang dapat diterima oleh konsumen.
c. Mudah dipakai (instan).
4. Stabilitas Kimia (FI III hal 38)
Setiap zat adiktif dalam sediaan tetap menunjukkan sifat kimia seperti
semula dan kadarnya sesuai dengan yang tertera pada etiket. Kadar bahan
aktif 180 g- 750 g dari jumlah yang tertera pada etiket.
5. Stabilitas Fisika
Sediaan mempertahankan sifat fisika seperti keadaan awal termasuk
penampilan kesesuaian keseragaman, disolusi dan kemampuan untuk
disuspensikan.
a. Organoleptis : tetap sama seperti semula.
b. Homogenitas : tetap sama seperti semula.
c. Mudah dituang : tetap sama seperti semula.
d. Densitas sediaan > densitas air.
e. Viskositas sediaan
f. Sifat aliran
g. Stabilitas Mikrobiologi
a. Sediaan tidak ditumbuhi oleh mikroba, sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan untuk sediaan non steril.
b. Sediaan yang mengandung zat anti mikroba harus tetap efektif dalam
batas yang ditentukan.
c. Sediaan harus bebas mikroba (Salmonella Sp, Eschrichia colli,
Pseudomonas Sp, Clostridium Sp, Candida albican).
h. Stabilitas Farmakologi
Efek farmakologi tidak berubah.
i. Stabilitas Toksikologi
Tidak boleh terjadi peningkatan toksisitas.

B. PERHITUNGAN DOSIS
Dewasa : Dosis lazim 1 x p = 5 ml (FI III, 1979)
1 x h = 8 – 30 ml
Aturan pakai :
Anak – anak 1 – 6 tahun = 2 sendok teh (1 x h)
Anak – anak 7 – 12 tahun = 1 sendok makan (1 x h)
Anak – anak > 12 tahun = 2 sendok makan (1 x h)

C. PEMILIHAN BAHAN TAMBAHAN

Bahan
No Fungsi Kadar Karakteristik Alasan
Tambahan
1 CMC Na Emulgator 0,25- Bentuk serbuk Digunakan
1,0% hablur berwarna sebagai
(HPE ed atau hampir emulgator
6th, p. putih, tidak karena tidak
119) berbau, tidak toksik dan
berasa. Bersifat tidak
higroskopis mengiritasi.
setelah
pengeringan.
Kelarutan :
praktis tidak
larut dalam
aseton, etanol
95%, eter dan
toluene. Mudah
terdispersi
dalam air pada
berbagai
temperatur,
membentuk
suspensi
koloidal.
2 Gliserin Humektan ≤ 30% Cairan sirup, Meningkatkan
dan (HPE ed jernih tidak kelarutan dari
kosolven 6th, p. berwarna, tidak oleun iecoris
283) berbau, manis
diikuti rasa
hangat,
higroskopi. Jika
disimpan pada
suhu rendah
dapat memadat.
Kelarutan :
dapat
bercampur
dengan air,
etanol(95%)P;
praktis tidak
larut dalam
kloroform
pekat, dalam
eter P dan
minyak lemak.
3 Metil paraben Pengawet 0,015- Bentuk kristal, Aktivitas anti
0,2% tidak mikrobanya
(HPE ed berwarna/serbuk luas dan tidak
6th, p. kristal putih, menimbulkan
441) tidak berbau. iritasi.
Kelarutan :
(1:10) dalam
eter; (1:400)
dalam air; (1;2)
dalam etanol;
(1:60) gliserin;
praktis tidak
larut dalam
mineral oil.
4 Propil paraben Pengawet 0,01- Kristal tidak Penggunaan
0,02% berwarna/ bersama
(HPE ed serbuk putih, dengan metil
6th, p. tidak berbau, paraben
596) hampir tidak sebagai
berbau. antimikroba
Kelarutan : akan
sangat mudah meningkatkan
larut dalam efektifitasnya
aseton dan eter, dan tidak
(1:1) toksik.
dalametanol
95%; (1:3,9)
dalam propilen
glikol; (1:2500)
dalam air.
5 Sirupus Pemanis - Cairan jernih, Menutupi bau
simplex tidak berwarna. dan rasa amis
Pembuatan dari oleum
sirupus simplex iecoris.
dengan
melarutkan 65
bagian sukrosa
dalam larutan
metil paraben
0,25% b/v
secukupnya ad
diperoleh 100
bagian sirup (FI
III, hal. 567)
6 Orange essense Pewarna - Larutan kental Untuk
berwana orange memberikan
dan berbau bau dan rasa
jeruk buah untuk
meutupi bau
amis dari
oleum iecoris
dan
memperbaiki
warna sediaan
7 Aquadest Pelarut - Cairan jernih Digunakan
tidak berwarna, sebagai
tidak berbau dan pelarut dan
tidak fase luar dari
mempunyai rasa sediaan
(FI III, hal. 96) emulsi (tipe
o/w)
D. RANCANGAN FORMULASI
Pemilihan Bahan Tambahan
NAMA RENTANG % YANG
NO KEGUNAAN
BAHAN PEMAKAIAN DIPILIH
1. CMC Na Emulgator 0,25 - 1% 0,25%
2. Gliserin Humektan+Kosolven <30 10%
3. Metil Paraben Pengawet 0,015 – 0,2% 0,18%
4. Propil Paraben Pengawet 0,01 – 0,02% 0,02%
5. Syrup Simplex Pemanis - 15%
6. Essense Orange Pewarna, perasa - 0,1%
7. Aquadest Pelarut Ad 100% 44,45%

1 SENDOK
NAMA 3 BOTOL
NO KECIL 1 BOTOL (60ml)
BAHAN (3X60ml)
(5ml)
1. Oleum Iecoris 1,5 1,5 x 12 = 18 18 x 3 = 54
aselli
2. CMC Na 0,0125 0,0125 x 12 = 0,15 0,15 x 3 = 0,45
3. Gliserin 0,5 0,5 x 12 = 6 6 x 3 = 18
4. Metil Paraben 0,009 0,009 x 12 = 0,108 0,108 x 3 = 3,324
5. Propil Paraben 0,001 0,001 x 12 = 0,012 0,012 x 3 = 0,036
6. Syrup Simplex 0,75 0,75 x 12 = 9 9 x 3 = 27
7. Essense Orange 0,005 0,005 x 12 = 0,06 0,06 x 3 = 0,18
8. Aquadest 2,2255 2,2255 x 12 = 26,67 26,67 x 3 = 80,01

E. SPESIFIKASI SEDIAAN
Bentuk sediaan : Emulsi
Kadar bahan aktif : 30%
pH sediaan : 4,5-5,0
Warna : Orange
Bau : Jeruk
Rasa : Jeruk
Kestabilan : Stabil, tidak cracking
Homogenitas : Homogen, terdispersi merata
Volume : 60 mL
Dosis : 1,5 mg/5 mL
Tipe emulsi : O/W atau M/A

F. RANCANGAN PEMBUATAN
1. Menyiapkan semua bahan yang akan digunakan
2. Menimbang semua bahan yang akan digunakan
3. Menara botol 60 mL
4. Mengambil Oleum iecoris aselli (Levertran) dalam beaker glass
sebanyak 54 g, kemudian disisihkan.
5. Memasukkan aquadest sebanyak 20 kali berat CMC Na, lalu ditaburkan
serbuk CMC Na sebanyak 0,45 g di atasnya secara merata, di tunggu
ad 15 menit.
6. CMC Na yang telah mengembang diaduk ad homogen, lalu
memasukkan Oleum iecoris sedikit demi sedikit sambil terus diaduk ad
terbentuk korpus emulsi.
7. Mengambil gliserin dalam beaker glass sebanyak18 g, lalu
menambahkan metil paraben ke dalamnya sebanyak 0,324 g, kemudian
diaduk ad larut dan homogen.
8. Memasukkan propil paraben dalam campuran gliserin dan metil
paraben, dan diaduk ad larut.
9. Campuran tadi dicampurkan kedalam korpus emulsi yang telah
terbentuk sambil terus diaduk.
10. Menambahkan sirupus simplex sebanyak 27 g dan essense orange
secukupnya, sambil diaduk ad homogen.
11. Menambahkan sisa aquadest ad 180 mL, dan dimasukkan ke dalam
botol 60 mL.
12. Sediaan emulsi yang telah jadi dimasukkan ke dalam kemasan dan di
beri etiket.
BAB III

EVALUASI DAN HASIL SEDIAAN

1. Organoleptis
Mencakup : a. Konsistensi sediaan
a. Bau sediaan
b. Warna sediaan
Alat : secara visual dengan panca indera
Cara kerja : a) Menggunakan subjek/responden (dengan kriteria tertentu).
b) Menetapkan kriteria pengujian.
c) Menghitung presentasi kriteria.
d) Mengambil keputusan.
Hasil :
No Kriteria Hasil
1 Konsistensi Kental
2 Warna Sediaan Orange
3 Bau Sediaan Khas oleum iecoris
aselli
4 Rasa Sediaan Agak manis

2. Penentuan pH Sediaan
Alat : pH universal
Cara kerja : a) Menimbang 5 g sediaan (5 ml).
b) Mengambil Ph universal.
c) Ph universal dimasukkan dalam sediaan, di tunggu sebentar.
d) Ukur pH sediaan.
Hasil :
Replikasi pH Hasil
Replikasi 1 6,7

Kesimpulan :

Dari percobaan diatas didapat pH emulsi adalah 6,7.


3. Viskositas
Alat : Viskometer
Cara kerja : a) Masukkan alat uji dalam wadah viscometer.
b) Pasang alat pemutar viscometer.
c) Letakkan wadah viscometer di tengah alat.
d) Usahakan alat pemutar “mengembang” di dalam wadah
viscometer sehingga bagian bawah alat tidak menyentuh
permukaan wadah dan bagian atas alat sudah terendam
seluruhnya.
e) Tekan tombol “on” kemudian membaca skala yang ditunjuk.

Hasil : Sediaan memiliki viskositas sebesar 150 MPas

4. Metode Warna
Alat : Gelas Arloji
Cara kerja :
1. Mencampurka beberapa tetes pewarna (metilen blue) pada emulsi
2. Jika berwarna seragam, maka jenis minyak dalam air (o/w)
3. Mencampurka beberapa emulsi dengan Sudan III
4. Jika larut dan homogen, maka tipe air dalam minyak (w/o)
Hasil :
Bahan Uji Hasil
Sudan III (w/o) -
Metilen Blue (o/w) +

5. Pengenceran
Alat : Gelas Arloji
Cara Kerja :
1. Mencampurkan emulsi dengan air
2. Jika emulsi tercampur baik dengan air, maka tipe emulsi minyak dalam air
(o/w)
3. Jika emulsi tidak tercampur, maka tipe air dalam minyak (w/o)
Hasil :
Bahan Uji Hasil
Air Larut
Minyak Tidak larut

6. Konduktivitas Listrik
Alat : Konduktometer
Cara Kerja :
1. Memasukkan kabel yang telah dirangkai dengan bolam lampu kedalam
sediaan emulsi
2. Jika bolam lampu menyala, maka tipe emulsi minyak dalam air (o/w)
3. Jika bolam lampu tidak menyala, maka emulsi tipe air dalam minyak (w/o)
Hasil :
Lampu menyala, jadi emulsi tipe minyak dalam air (o/w).
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini, kami melakukan pembuatan sediaan emulsi


dengan bahan aktif oleum lecoris aselli (minyak ikan). Emulsi merupakan suatu
dispersi dimana fase terdispersinya terdiri atas bulatan bulatan (droplet) kecil zat
cair yang terdistribusi dalam seluruh pembawa yang tidak tercampur
(Ansel,1989). Emulsi merupakan sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Fase terdispersi diubah
menjadi tetesan kecil yang berukuran 0,1-100 nm (Farmakope Indonesia
III,1995).

Emulsi biasanya terdiri atas komponen fase disper (fase diskontinu) yaitu
merupakan sediaan cair yang terbagi atas butir butir kecil kedalam zat cair,
sedangkan fase kontinue merupakan zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai
bahan pendukung dari emulsi dan komponen ketiga merupakan emulgator yaitu
zat yang berguna untuk menstabilkan emulsi. Emulsi terdiri atas dua tipe yaitu
tipe o/w dan w/o. Emulsi tipe o/w merupakan emulsi yang terdiri dari butir
minyak yang terdispersi dalam air. Emulsi tipe w/o merupakan emulsi yang butir
air terdispersi dalam fase minyaknya.

Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan apakah hasil dari sediaan


minyak ikan yang telah kami buat stabil dan sesuai dengan persyaratan sediaan
emulsi. Praktikum pembuatan sediaan emulsi ini kami mengguankan bahan aktif
oleum iecoris aselli. Pemilihan bahan aktif minyak ikan disini dengan alasan
tertentu yaiti oleum lecoris aselli mengandung bahan dengan kadar vitamin A dan
D yang berkhasiat menurunkan kolesterol dan sebagai suplemen vitamin untuk
meningkatkan daya imun serta oleum lecoris aselli juga mengandung asam lemak
omega-3 (EPA dan DHA) yang baik untuk melawan penyakit antilipemis,
antitrombosit, dan atihipertensi serta kandungan oleum ini dapat meningkatkan
nutrisi otak. Baik dikonsumsi oleh anak-anak yang masih dalam masa
pertumbuhan.
Sediaan yang dibuat untuk bahan aktif oleum lecoris aselli cocok dibuat
sediaan emulsi karena oleum itu memilki kelarutan yang sukar bersatu dengan air
dan tidak stabil bila bercampur dengan air sehingga pada sediaan emulsi ini
diharapkan zat aktif dapat terdispersi dalam medium cair. Oleum lecoris aselli ini
memilki bau dan rasa yang tidak enak sehingga dimaksudkan adanya pembuatan
formulsi minyak ikan dapat meningkatkan aseptabilitas sediaan oral. Oleum
lecoris aselli memilki dosis lazim untuk 1xpakai 5 ml, dan untuk 1xhari 8-30 ml.

Formulsi emulsi oleum lecoris aselli ini menggunakan exipient yang sudah
dipertimbangkan dengan sifat bahan aktif itu sendiri dengan kadar 30%. Bahan
pengemulsi (emulgator) yang digunakan adalah CMC Na dimana CMC Na
merupakan emulgator yang tidak menimbulkan iritasi untuk sediaan oral.
Penggunaannya biasanya dengan rentang 0,25-1,0% . Gliserin pada kadar ≤ 30%
sebagai humektan dan cosolven yaitu peningkatan kelarutan dari oleum lecoris
agar dapat mudah bercampur dengan bahan exipient lain, pengunaan dengan
rentang 10%. Sirupus simplek sebagai pemanis yang terbuat dari sukrosa 65%.
Pengawet yang digunakan meliputi kombinasi antara propil paraben dengan metil
paraben yang ditujukan pengunaan kombinasi untuk peningkatan efektifitas
antimikroba dan tidak menimbulkan toksisitas, rentang yang digunakan untuk
metil paraben 0,18 dan propil paraben 0,02%. Pengunaan α tocoferol
dimaksudkan dengan kadar 0,001-0,05% digunakan untuk antioksidan agar
sediaan lebih stabil dan tidak mudah rusak pada paparan cahaya dan lain-lain,
sedangkan alasan dengan oleum lecoris ini mudah teroksidasi oleh udara
diharapkan pengunaan oleum dapat dijaga kestabilannya. Penambahan essensce
orange untuk meningkatkan bau jeruk dan rasa untuk menutupi bau dan rasa khas
dari minyak ikan.

Tahap pembuatan dalam sediaan emulsi ini pertama yaitu penyiapan


semua alat, bahan dan menara botol yang akan digunakan. Tahapan ini dilakukan
dengan mengambil CMC Na seberat 0,45 gram, menyiapkan air untuk CMC 10
kali berat CMCNa ,memasukan air sebanyak 9 ml dalam mortir, kemudian CMC
Na ditaburkan dalam mortir ditunggu 15 menit agar CMC mengembang,
kemudian diaduk ad terbentuk mucilago setelah itu menambahkan oleum iecoris
dengan memasukan seluruh minyak dengan pengocokan kuat hasilnya terjadi
craking (koalesen) yaitu pecahnya emulsi karena film yang menyelimui partikel
rusak dan butir minyak aan berkumpul sehingga irreversibel tidak dapat menyatu.
Sehingga kelompok kami memutuskan untuk membuat ulang sediaan emulsi dari
tahap awal dengan konsentrasi bahan yang sama namun perbedaan hanya terlihat
pada proses pengerjaannya saja, yaitu mengembangkan CMC Na dalam suatu
wadah berisi air, setelah 15 menit dan sediaan sudah mengembang baru di gerus
ad terbentuk mucilago dengan stemper, setelah itu tahap yang paling hati-hati
dengan pencampuran fase minyak sedikit demi sedikit dimixser kuat, setelah
beberapa saat hasilnya terlihat sama dalam pengerjaan tahap pertama terlihat
terjadinya pemisahan antara fase minyak dan mucilago, sehingga kami mengocok
dengan stemper dengan pengadukan kuat hasinya sedit demi sedikit tampak lebih
bisa mencampur, sehingga kami tetap mengunakan stemper untuk pengadukannya
namun setelah penambahan berlebih dari minyak ikan ke dalam mucilago tampak
pemisahan terjadi lagi seperti cracking, dengan mempertimbangkan banyak hal
kami melanjutkan mixing dengan mixser dengan tidak memperhatikan ketidak
campuran fase minyaknya (hal ini kemungkinaan kesalahan dalam penggunaan
kadar CMC Na yang terlalu kecil yaitu 0,25%.

Tahap kedua dengan pengawet kombinasi metil dan propil yang dilarutkan
dengan aquadest secukupnya pada campuran mucilago, sambil di mixing kuat
setelah itu ditambahkan gliserin 18 gram dalam campuran dan tetap dimixing,
setelah itu ditambahkan sirup simplex (dengan bahan dasar gula dan air) setelah
diamati dengan penambahan fase air dalam campuran dapat meningkatkan
homogenitas (pecampuran sediaan) semakin banyak fase air yang ditambahkan
semakin homogen sediaan. Jadi dapat disimpulkan emulgator pada tahap awal
hanya bekerja dengan fase minyak saja sehingga terlihat ketidakcampuran, dengan
penambahan fase minyak keja emulgator terjadi penurunan tegangan permukaan
antara minayak dan air, membentuk lapisan film antar permukaan, membentuk
lapisan rangkap elektrik sehingga antar fase dapat becampur homogen. Setelah itu
ditambahkan fase sisa air kedalam sediaan dan dengan mixing, sediaan menjadi
lebih kental.Cara pembuatan emulsi ini dengan metode gom basah.
Setelah sediaan jadi, dilakukan uji evaluasi sediaan meliput uji
organoleptis, pH sediaan, Viskositas, metode warna, pengenceran dan
konduktifitas listrik.

Dari uji organoleptis didapatkan hasil sediaan (warna orange), (rasa agak
manis), (bau khas olleum lecoris aselli) dilakukan dengan visual dengan panca
indra. Penentuan pH sediaan dilakukan dengan pH meter caranya dengan
mencelupkan ph meter pada sediaan, dicelupkan dengan tanda on lampu akan
menyala dan terhitung nilai sebesar ph 6,7. Uji viskositas dilakukan dengan alat
RT-Vt 04 hasilnya sediaan memiliki viskositas sebesar kurang lebih 150 MPas.
Uji metode warna dilakukan dengan mengambil sediaan beberapa tetes dalam 2
gelas arloji kemudiaan ditambahkan reagen berbeda 1 dengan Metilen blue dan 2
dengan Sudan III hasilnya pelarut dapat homogen pada sediaan reagen Metilen
Blue berarti sediaan emulsi bertipe o/w. Pengenceran didapatkan sediaan dapat
melarut dengan air, konduktifitas sediaan dapat menyalakan lampu berarti sediaan
emulsi bertipe o/w (minyak dalam air).

Sediaan emulsi oleum iecoriss aselli ini menunjukkan bahwa sediaan dari
uji evaluasi sediaan terbentuk pemisahan craking, dimana terdapat pemisahan
lapisan dengan penambahan fase air emulgator bekerja menurunkan tegangan
permukaan sediaan dan dapat mencampur. Dengan pengujian metode warna,
pengenceran dan konduktivitas sediaan didapatkan sediaan memiliki tipe emulsi
o/w.
BAB V

KESIMPULAN

Hasil praktikum pembuatan sediaan emulsi dengan bahan aktif Oleum


iecoris aselli (Cod Liver oil/ Levertran) menghasilkan sediaan emulsi dengan tipe
emulsi O/W atau A/M, akan tetapi bentuk (penampakan) sediaannya kurang
sempurna.

Anda mungkin juga menyukai