BAB I (Emulsi Minyak Ikan)
BAB I (Emulsi Minyak Ikan)
PENDAHULUAN
Oleum iecoris aselli (Minyak ikan) merupakan lemak yang diperoleh dari
hati segar Gadus morhua L dan dimurnikan dengan penyaringan pada suhu
00C. Potensi vitamin A tidak kurang dari 600 UI/g, potensi vitamin D tidak
kurang dari 80UI/g (FI III hal 457). Minyak ikan (Cod Liver Oil) dalam USP
yaitu mengandung tidak kurang dari 180𝜇𝑔 (600 unit USP) dan tidak lebih
dari 750 𝜇𝑔 2500 unit USP) vitamin A, dan tidak kurang dari 1,5 𝜇𝑔 (60 unit
USP) dan tidak lebih dari 6,25 𝜇𝑔 (250 unit USP) (USP30-NF25, p. 1822).
Emulsi Oleum iecoris aselli adalah termasuk dalam emulsi spuria (emulsi
buatan) yakni emulsi dengan minyak lemak. Pembuatan emulsi minyak
lemak biasanya dengan emulgator gom arab (P.G.A) dengan konsentrasi
pemakaian sebanyak 10-20 % dari total volume emulsi yang dibuat (HPE ed
6 hal 01).
Lemak ikan berbeda dengan lemak mamalia, terutama pada panjang rantai
karbon dan ikatan rangkap asam lemaknya. Asam lemak ikan mempunyai 14
–22 atom karbon (C) dengan 5 – 6 ikatan rangkap; sementara asam
lemak pada mamalia disamping mempunyai rantai karbon yang lebih
pendek juga mempunyai ikatan rangkap yang lebih sedikit, jarang lebih dari
2 ikatan rangkap. Total polyunsaturated fatty acid (PUFA) dengan 4, 5 dan 6
ikatan rangkap lebih banyak ditemui pada ikan laut (88%) dibandingkan pada
ikan air tawar (70%). Ada tiga PUFA yang dominan dalam minyak ikan
yaitu eicosapentanoic acid (EPA, C20:5ω3), docosaheksaenic acid
(DHA, C22:6ω3) dan arachidonic acid (C20:4ω6). Dalam gizi manusia,
asam lemak EPA dan DHA dianggap sebagai asam lemak esensial
karena tidak dapat disintesa oleh tubuh. EPA (Eicosapentaenoic acid)
dapat mencegah dan menyembuhkan penyakit kulit, artherosclerosis atau
sebagai faktor antithrombosis, dan DHA (Docosahexaenoic acid) berperan
dalam proses pertumbuhan sel-sel saraf, terutuma sel-sel saraf otak dan
penglihatan (Winarno, 1984). Norwegian Fisheries Research Institute juga
melaporkan bahwa kelompok utama asam dalam minyak ikan adalah
asam monoenoat 16, 18 , 20 dan 22, jumlahnya sekitar 50 persen dari
semua asam lemak, sedangkan asam polyenoat utama terdapat 25-26% dari
total asam lemak.
Farmakokinetika
Oleum iecoris aselli mengandung asam lemak –omega (EPA, DHA) yang
bekerja sebagai anti tumor karena mendesak arachidonat dari membran sel dan
membentuk prostaglandin baik tanpa efek stimulasi tumor (OOP ed 5 hal 542).
Efek Samping
Bentuk : Cairan
a. Kelarutan
Oleum iecoris aselli sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P (FI III hal 457).
b. Stabilitas
Oleum iecoris aselli mudah teroksidasi oleh udara dan cahaya ( British
Pharmacopheia, p.11).
Alasan :
Alasan :
1. Oleum iecoris aselli tidak bisa bersatu dengan air dan tidak stabil bila
dicampur dengan air sehingga perlu dibuat sediaan emulsi.
2. Sediaan emulsi dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari minyak ikan
3. Sediaan emulsi dapat digunakan dalam berbagai bentuk penggunaan termasuk
oral.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. PERHITUNGAN DOSIS
Dewasa : Dosis lazim 1 x p = 5 ml (FI III, 1979)
1 x h = 8 – 30 ml
Aturan pakai :
Anak – anak 1 – 6 tahun = 2 sendok teh (1 x h)
Anak – anak 7 – 12 tahun = 1 sendok makan (1 x h)
Anak – anak > 12 tahun = 2 sendok makan (1 x h)
Bahan
No Fungsi Kadar Karakteristik Alasan
Tambahan
1 CMC Na Emulgator 0,25- Bentuk serbuk Digunakan
1,0% hablur berwarna sebagai
(HPE ed atau hampir emulgator
6th, p. putih, tidak karena tidak
119) berbau, tidak toksik dan
berasa. Bersifat tidak
higroskopis mengiritasi.
setelah
pengeringan.
Kelarutan :
praktis tidak
larut dalam
aseton, etanol
95%, eter dan
toluene. Mudah
terdispersi
dalam air pada
berbagai
temperatur,
membentuk
suspensi
koloidal.
2 Gliserin Humektan ≤ 30% Cairan sirup, Meningkatkan
dan (HPE ed jernih tidak kelarutan dari
kosolven 6th, p. berwarna, tidak oleun iecoris
283) berbau, manis
diikuti rasa
hangat,
higroskopi. Jika
disimpan pada
suhu rendah
dapat memadat.
Kelarutan :
dapat
bercampur
dengan air,
etanol(95%)P;
praktis tidak
larut dalam
kloroform
pekat, dalam
eter P dan
minyak lemak.
3 Metil paraben Pengawet 0,015- Bentuk kristal, Aktivitas anti
0,2% tidak mikrobanya
(HPE ed berwarna/serbuk luas dan tidak
6th, p. kristal putih, menimbulkan
441) tidak berbau. iritasi.
Kelarutan :
(1:10) dalam
eter; (1:400)
dalam air; (1;2)
dalam etanol;
(1:60) gliserin;
praktis tidak
larut dalam
mineral oil.
4 Propil paraben Pengawet 0,01- Kristal tidak Penggunaan
0,02% berwarna/ bersama
(HPE ed serbuk putih, dengan metil
6th, p. tidak berbau, paraben
596) hampir tidak sebagai
berbau. antimikroba
Kelarutan : akan
sangat mudah meningkatkan
larut dalam efektifitasnya
aseton dan eter, dan tidak
(1:1) toksik.
dalametanol
95%; (1:3,9)
dalam propilen
glikol; (1:2500)
dalam air.
5 Sirupus Pemanis - Cairan jernih, Menutupi bau
simplex tidak berwarna. dan rasa amis
Pembuatan dari oleum
sirupus simplex iecoris.
dengan
melarutkan 65
bagian sukrosa
dalam larutan
metil paraben
0,25% b/v
secukupnya ad
diperoleh 100
bagian sirup (FI
III, hal. 567)
6 Orange essense Pewarna - Larutan kental Untuk
berwana orange memberikan
dan berbau bau dan rasa
jeruk buah untuk
meutupi bau
amis dari
oleum iecoris
dan
memperbaiki
warna sediaan
7 Aquadest Pelarut - Cairan jernih Digunakan
tidak berwarna, sebagai
tidak berbau dan pelarut dan
tidak fase luar dari
mempunyai rasa sediaan
(FI III, hal. 96) emulsi (tipe
o/w)
D. RANCANGAN FORMULASI
Pemilihan Bahan Tambahan
NAMA RENTANG % YANG
NO KEGUNAAN
BAHAN PEMAKAIAN DIPILIH
1. CMC Na Emulgator 0,25 - 1% 0,25%
2. Gliserin Humektan+Kosolven <30 10%
3. Metil Paraben Pengawet 0,015 – 0,2% 0,18%
4. Propil Paraben Pengawet 0,01 – 0,02% 0,02%
5. Syrup Simplex Pemanis - 15%
6. Essense Orange Pewarna, perasa - 0,1%
7. Aquadest Pelarut Ad 100% 44,45%
1 SENDOK
NAMA 3 BOTOL
NO KECIL 1 BOTOL (60ml)
BAHAN (3X60ml)
(5ml)
1. Oleum Iecoris 1,5 1,5 x 12 = 18 18 x 3 = 54
aselli
2. CMC Na 0,0125 0,0125 x 12 = 0,15 0,15 x 3 = 0,45
3. Gliserin 0,5 0,5 x 12 = 6 6 x 3 = 18
4. Metil Paraben 0,009 0,009 x 12 = 0,108 0,108 x 3 = 3,324
5. Propil Paraben 0,001 0,001 x 12 = 0,012 0,012 x 3 = 0,036
6. Syrup Simplex 0,75 0,75 x 12 = 9 9 x 3 = 27
7. Essense Orange 0,005 0,005 x 12 = 0,06 0,06 x 3 = 0,18
8. Aquadest 2,2255 2,2255 x 12 = 26,67 26,67 x 3 = 80,01
E. SPESIFIKASI SEDIAAN
Bentuk sediaan : Emulsi
Kadar bahan aktif : 30%
pH sediaan : 4,5-5,0
Warna : Orange
Bau : Jeruk
Rasa : Jeruk
Kestabilan : Stabil, tidak cracking
Homogenitas : Homogen, terdispersi merata
Volume : 60 mL
Dosis : 1,5 mg/5 mL
Tipe emulsi : O/W atau M/A
F. RANCANGAN PEMBUATAN
1. Menyiapkan semua bahan yang akan digunakan
2. Menimbang semua bahan yang akan digunakan
3. Menara botol 60 mL
4. Mengambil Oleum iecoris aselli (Levertran) dalam beaker glass
sebanyak 54 g, kemudian disisihkan.
5. Memasukkan aquadest sebanyak 20 kali berat CMC Na, lalu ditaburkan
serbuk CMC Na sebanyak 0,45 g di atasnya secara merata, di tunggu
ad 15 menit.
6. CMC Na yang telah mengembang diaduk ad homogen, lalu
memasukkan Oleum iecoris sedikit demi sedikit sambil terus diaduk ad
terbentuk korpus emulsi.
7. Mengambil gliserin dalam beaker glass sebanyak18 g, lalu
menambahkan metil paraben ke dalamnya sebanyak 0,324 g, kemudian
diaduk ad larut dan homogen.
8. Memasukkan propil paraben dalam campuran gliserin dan metil
paraben, dan diaduk ad larut.
9. Campuran tadi dicampurkan kedalam korpus emulsi yang telah
terbentuk sambil terus diaduk.
10. Menambahkan sirupus simplex sebanyak 27 g dan essense orange
secukupnya, sambil diaduk ad homogen.
11. Menambahkan sisa aquadest ad 180 mL, dan dimasukkan ke dalam
botol 60 mL.
12. Sediaan emulsi yang telah jadi dimasukkan ke dalam kemasan dan di
beri etiket.
BAB III
1. Organoleptis
Mencakup : a. Konsistensi sediaan
a. Bau sediaan
b. Warna sediaan
Alat : secara visual dengan panca indera
Cara kerja : a) Menggunakan subjek/responden (dengan kriteria tertentu).
b) Menetapkan kriteria pengujian.
c) Menghitung presentasi kriteria.
d) Mengambil keputusan.
Hasil :
No Kriteria Hasil
1 Konsistensi Kental
2 Warna Sediaan Orange
3 Bau Sediaan Khas oleum iecoris
aselli
4 Rasa Sediaan Agak manis
2. Penentuan pH Sediaan
Alat : pH universal
Cara kerja : a) Menimbang 5 g sediaan (5 ml).
b) Mengambil Ph universal.
c) Ph universal dimasukkan dalam sediaan, di tunggu sebentar.
d) Ukur pH sediaan.
Hasil :
Replikasi pH Hasil
Replikasi 1 6,7
Kesimpulan :
4. Metode Warna
Alat : Gelas Arloji
Cara kerja :
1. Mencampurka beberapa tetes pewarna (metilen blue) pada emulsi
2. Jika berwarna seragam, maka jenis minyak dalam air (o/w)
3. Mencampurka beberapa emulsi dengan Sudan III
4. Jika larut dan homogen, maka tipe air dalam minyak (w/o)
Hasil :
Bahan Uji Hasil
Sudan III (w/o) -
Metilen Blue (o/w) +
5. Pengenceran
Alat : Gelas Arloji
Cara Kerja :
1. Mencampurkan emulsi dengan air
2. Jika emulsi tercampur baik dengan air, maka tipe emulsi minyak dalam air
(o/w)
3. Jika emulsi tidak tercampur, maka tipe air dalam minyak (w/o)
Hasil :
Bahan Uji Hasil
Air Larut
Minyak Tidak larut
6. Konduktivitas Listrik
Alat : Konduktometer
Cara Kerja :
1. Memasukkan kabel yang telah dirangkai dengan bolam lampu kedalam
sediaan emulsi
2. Jika bolam lampu menyala, maka tipe emulsi minyak dalam air (o/w)
3. Jika bolam lampu tidak menyala, maka emulsi tipe air dalam minyak (w/o)
Hasil :
Lampu menyala, jadi emulsi tipe minyak dalam air (o/w).
BAB IV
PEMBAHASAN
Emulsi biasanya terdiri atas komponen fase disper (fase diskontinu) yaitu
merupakan sediaan cair yang terbagi atas butir butir kecil kedalam zat cair,
sedangkan fase kontinue merupakan zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai
bahan pendukung dari emulsi dan komponen ketiga merupakan emulgator yaitu
zat yang berguna untuk menstabilkan emulsi. Emulsi terdiri atas dua tipe yaitu
tipe o/w dan w/o. Emulsi tipe o/w merupakan emulsi yang terdiri dari butir
minyak yang terdispersi dalam air. Emulsi tipe w/o merupakan emulsi yang butir
air terdispersi dalam fase minyaknya.
Formulsi emulsi oleum lecoris aselli ini menggunakan exipient yang sudah
dipertimbangkan dengan sifat bahan aktif itu sendiri dengan kadar 30%. Bahan
pengemulsi (emulgator) yang digunakan adalah CMC Na dimana CMC Na
merupakan emulgator yang tidak menimbulkan iritasi untuk sediaan oral.
Penggunaannya biasanya dengan rentang 0,25-1,0% . Gliserin pada kadar ≤ 30%
sebagai humektan dan cosolven yaitu peningkatan kelarutan dari oleum lecoris
agar dapat mudah bercampur dengan bahan exipient lain, pengunaan dengan
rentang 10%. Sirupus simplek sebagai pemanis yang terbuat dari sukrosa 65%.
Pengawet yang digunakan meliputi kombinasi antara propil paraben dengan metil
paraben yang ditujukan pengunaan kombinasi untuk peningkatan efektifitas
antimikroba dan tidak menimbulkan toksisitas, rentang yang digunakan untuk
metil paraben 0,18 dan propil paraben 0,02%. Pengunaan α tocoferol
dimaksudkan dengan kadar 0,001-0,05% digunakan untuk antioksidan agar
sediaan lebih stabil dan tidak mudah rusak pada paparan cahaya dan lain-lain,
sedangkan alasan dengan oleum lecoris ini mudah teroksidasi oleh udara
diharapkan pengunaan oleum dapat dijaga kestabilannya. Penambahan essensce
orange untuk meningkatkan bau jeruk dan rasa untuk menutupi bau dan rasa khas
dari minyak ikan.
Tahap kedua dengan pengawet kombinasi metil dan propil yang dilarutkan
dengan aquadest secukupnya pada campuran mucilago, sambil di mixing kuat
setelah itu ditambahkan gliserin 18 gram dalam campuran dan tetap dimixing,
setelah itu ditambahkan sirup simplex (dengan bahan dasar gula dan air) setelah
diamati dengan penambahan fase air dalam campuran dapat meningkatkan
homogenitas (pecampuran sediaan) semakin banyak fase air yang ditambahkan
semakin homogen sediaan. Jadi dapat disimpulkan emulgator pada tahap awal
hanya bekerja dengan fase minyak saja sehingga terlihat ketidakcampuran, dengan
penambahan fase minyak keja emulgator terjadi penurunan tegangan permukaan
antara minayak dan air, membentuk lapisan film antar permukaan, membentuk
lapisan rangkap elektrik sehingga antar fase dapat becampur homogen. Setelah itu
ditambahkan fase sisa air kedalam sediaan dan dengan mixing, sediaan menjadi
lebih kental.Cara pembuatan emulsi ini dengan metode gom basah.
Setelah sediaan jadi, dilakukan uji evaluasi sediaan meliput uji
organoleptis, pH sediaan, Viskositas, metode warna, pengenceran dan
konduktifitas listrik.
Dari uji organoleptis didapatkan hasil sediaan (warna orange), (rasa agak
manis), (bau khas olleum lecoris aselli) dilakukan dengan visual dengan panca
indra. Penentuan pH sediaan dilakukan dengan pH meter caranya dengan
mencelupkan ph meter pada sediaan, dicelupkan dengan tanda on lampu akan
menyala dan terhitung nilai sebesar ph 6,7. Uji viskositas dilakukan dengan alat
RT-Vt 04 hasilnya sediaan memiliki viskositas sebesar kurang lebih 150 MPas.
Uji metode warna dilakukan dengan mengambil sediaan beberapa tetes dalam 2
gelas arloji kemudiaan ditambahkan reagen berbeda 1 dengan Metilen blue dan 2
dengan Sudan III hasilnya pelarut dapat homogen pada sediaan reagen Metilen
Blue berarti sediaan emulsi bertipe o/w. Pengenceran didapatkan sediaan dapat
melarut dengan air, konduktifitas sediaan dapat menyalakan lampu berarti sediaan
emulsi bertipe o/w (minyak dalam air).
Sediaan emulsi oleum iecoriss aselli ini menunjukkan bahwa sediaan dari
uji evaluasi sediaan terbentuk pemisahan craking, dimana terdapat pemisahan
lapisan dengan penambahan fase air emulgator bekerja menurunkan tegangan
permukaan sediaan dan dapat mencampur. Dengan pengujian metode warna,
pengenceran dan konduktivitas sediaan didapatkan sediaan memiliki tipe emulsi
o/w.
BAB V
KESIMPULAN