Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS

DI Ruang ICCU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Oleh:

SULTAN

NIM: P1706063

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2018
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

DISUSUN OLEH:

Sultan

NIM: P1706063

LAPORAN PENDAHULUAN INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL, 08 MEI 2018

PEMBIMBING AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK


LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:

SULTAN

NIM: P1706063

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL, 08 Mei 2018

PEMBIMBING AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK


LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP ICCU (INTENSIF CORONARY CARE UNIT)

A. Pengertian ICCU
ICU/ICCU adalah pelayanan rumah sakit yang memberikan asuhan

keperawatan secara terkonsentrasi dan lengkap. Unit ini memiliki tenaga perawat yang
terlatih khusus dan berisi peralatan yang memantau dan dukungan khusus untuk

pasien yang membutuhkan perawatan dan observasi intensive dan komprehensif


pada pasien dengan gangguan kardiovaskular yang tidak di operasi dan

masih berada dalam kondisi kritis sehingga memerlukan pemantauan

hemodinamik yang sangat ketat.

Ruangan Intensive Coronary Care Unit (ICCU) adalah unit pelayanan rawat inap

di rumah sakit yang memberikan perawatan khusus pada pasien yang memerlukan
perawatan yang intensif akibat mengalami gangguan jantung dan pembuluh darah

dengan melibatkan tenaga kesehatan terlatih serta didukung dengan kelengkapan

peralatan khusus pula.

Perawatan intensif biasanya hanya disediakan untuk pasien-pasien dengan


kondisi kritis yang memiliki peluang baik untuk bertahan hidup. Ruang lingkup

pelayanan ICU/ICCU meliputi pemberian dukungan fungsi organ-organ vital seperti

pernafasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, renal baik pada pasien dewasa, anak,

dan pasien paska bedah (Depkes RI, 2003).


ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana, serta peralatan khusus

untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik,

perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan

tersebut.Fungsi utama ICU/ICCU adalah untuk pasien kritis yang membutuhkan


perhatian medis dan alat-alat khusus, sehingga memudahkan pengamatan dan

perawatan oleh perawat yang sudah terlatih (WHO, 1992).

B. Tujuan Pelayanan

1. Mencegah terjadinya kematian akibat gangguan jantung dan pembuluh darah

2. Mencegah terjadinya penyulit


3. Menerima rujukan dari level lebih rendah dan melakukan rujukan ke level yang

lebih tinggi
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien khususnya jantung dan
pembuluh darah
5. Mengurangi angka kematian pasien kritis akibat gangguan jantung dan pembulluh

darah serta mempercepat proses penyembuhan pasien

C. Indikasi Masuk dan Keluar ICCU


Suatu ICCU harus mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian

khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat yang dibutuhkan
untuk merawat pasien sakit kritis dan yang masih diharapkan dapat pulih kembali.

Pasien yang layak untuk dirawat di ruang ICCU adalah

1. Pasien yang memerlukan intervensi medis yang segera oleh tim intensive care.

2. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sitem organ tubuh secara

terkoordinasi dan secara berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan


yang konstan terus menerus dan terapi titrasi.

3. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantuan kontinyu dan tindakan segera

untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis, yang termasuk ke dalam

sakit kritis yaitu penyakit jantung koroner.


a. Kriteria Masuk:

 Pasien Proritas 1(Satu):

Pasien dengan penyakit atau gangguan akut pada organ vital yang

memerlukan terapi intensif dan agresif seperti gagal nafas akut, gangguan
atau gagal sirkulasi akibat gangguan kardiovaskular, misalnya pasca operasi

jantung.Terapi tidak terbatas.

 Pasien Prioritas 2 (Dua):

Pasien yang memerlukan pemantauan canggih di ICCU,sebab sangat


beresiko terancam gangguan pada sistem organ vital bila tidak

mendapatkan terapi intensif segera,misalnya pasien pasca bedah dengan

komplikasi penyakit jantung. Terapi juga tidak terbatas.


 Pasien Prioritas 3 (Tiga):

Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai harapan

kecil untuk penyembuhan(prognosa jelek) dan pengelolaan di ICCU hanya


untuk mengatasi masalah akutnya saja dan tidak sampai melakukan intubasi

atau resusitasi jantung paru,misalnya pasien dengan keganasan metastatik


disertai penyulit infeksi.
 Pengecualian
Pasien yang tergolong di sini, atas pertimbangan luar biasa dan persetujuan
Kepala ICCU bisa masuk ICCU dengan catatan sewaktu-waktu bisa

dikeluarkan dari ICCU agar bisa digunakan oleh pasien prioritas 1(satu),
2(dua) dan 3(tiga). Pasien yang tergolong ini adalah:

 * Pasien memenuhi kriteria masuk tapi menolak tunjangan


hidup,termasuk pasien dengan perintah DNR (Do Not Rususcitate)

 * Pasien dalam keadaan vegetatif permanen


 *Pasien yang sudah dipastikan mati batang otak namun hanya untuk

kepentingan donor organ

b. Kriteria Keluar

Prioritas pasien dipindahkan dari ICCU berdasarkan pertimbangan medis oleh Kepala
ICCU (intensivist) dan tim yang merawat pasien. Indikasi keluar ICCU antara lain

sebagai berikut:

 Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil

 Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada pasien.


 Pasien sudah tidak menggunakan ventilator lagi

 Pasien mengalami mati batang otak

 Pasien mengalami gagal napas stadium akhir

 Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICCU (pulang Paksa)

D. Perawat ICCU

Seorang perawat yang bertugas di ICU melaksanakan tiga tugas utama yaitu,

life support, memonitor keadaan pasien dan perubahan keadaan akibat pengobatan
dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Di Australia diklasifikasikan empat

kriteria perawat ICU yaitu, perawat ICU yang telah mendapat pelatihan lebih dari

duabelas bulan ditambah dengan pengalaman, perawat yang telah mendapat latihan
sampai duabelas bulan, perawat yang telah mendapat sertifikat pengobatan kritis

(critical care certificate), dan perawat sebagai pelatih (trainer) (Rab, 2007).

Di Indonesia, ketenagaan perawat di ruang ICU di atur dalam Keputusan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit yaitu, untuk ICU level I maka
perawatnya adalah perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan
bantuan lanjut, untuk ICU level II diperlukan minimal 50% dari jumlah seluruh perawat
di ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU, dan untuk ICU level III
diperlukan minimal 75% dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat

terlatih dan bersertifikat ICU.

E. Peralatan di ruang ICU/ICCU


Pada prinsipnya alat dalam perawatan intensif dapat di bagi atas dua yaitu alat-

alat pemantau dan alat-alat pembantu termasuk alat ventilator, hemodialisa dan
berbagai alat lainnya termasuk defebrilator. Alat-alat monitor meliputi bedside dan

monitor sentral, ECG, monitor tekanan intravaskuler dan intrakranial, komputer cardiac

output, oksimeter nadi, monitor faal paru, analiser karbondioksida, fungsi

serebral/monitor EEG, monitor temperatur, analisa kimia darah, analisa gas dan

elektrolit, radiologi (X-ray viewers, portable X-ray machine, Image intensifier), alat-alat
respirasi (ventilator, humidifiers, terapi oksigen, alat intubasi (airway control

equipment), resusitator otomatik, fiberoptik bronkoskop, dan mesin anestesi ( Rab,

2007).

Instrumentasi yang begitu beragam dan kompleks serta ketergantungan pasien


yang tinggi terhadap perawat dan dokter (karena setiap perubahan yang terjadi pada

pasien harus di analisa secara cermat untuk mendapat tindakan yang cepat dan tepat)

membuat adanya keterbatasan ruang gerak pelayanan dan kunjungan keluarga.

Kunjungan keluarga biasanya dibatasi dalam hal waktu kunjungan (biasanya dua kali
sehari), lama kunjungan (berbeda- beda pada setiap rumah sakit) dan jumlah

pengunjung (biasanya dua orang secara bergantian.

F. Persyaratan Khusus
 Letak bangunan instalasi ICCU harus berdekatan dengan instalasi bedak sentral,

Instalasi gawat darurat,laboratorium dan instalasi radiologi

 Harus bebas dari gelomBang elektromagnetik dan tahan terhadap getaran


 Gedung harus terletak di daerah yang tenang

 Temperatur ruangan harus terjaga tetap dingin

 Aliran listrik tidak boleh terputus


 Harus tersedia pengatur kelembaban udara

 Sirkulasi udara yang dikondisikan seluaruhanya udara segar


 Ruang perawat disarankan menggunakan pembatas fisik transparan untuk kurangi
kontaminasi terhadap perawat
 Perli disediakan titik grounding untuk peralatan elektrostatik

 Tersedia Alirann gas Medis (O2,udara bertekanandan suction)


 Pintu kedap asap dan tidak mudah terbakar

 Terdapat pintu evakuasi yang luas dengan fasilitas ramp apabila letak ICCU tidak
di lantai dasar

 Ruang ICCU sebaiknya kedap api

G. Informed Consent

Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif

antara dokter dengan pasien dan bertemunya pikiran tentang apa yang akan dan apa

yang tidak akan dilakukan tehadap pasien. Definisi operasionalnya adalah suatu
pernyataan sepihak dari orang yang berhak( yaitu pasien,keluarga atau walinya) yang

isinya berupa ijin atau persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan medik

sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi. Sebelum masuk ke ICCU,pasien

dan keluarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar


pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICCU, serta berbagai

macam tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di

ICCU dan yang penting juga adalah penjelasan tentang prognosa penyakit yang diderita

pasien.Penjelasan tersebut diberikan oleh Kepala ICCU atau dokter jaga yang bertugas.
Setelah mendapatkan penjelasan tersebut, pasien dan atau keluarganya bisa menerima

atau tidak menerima.Pernyataan pasien dan atau keluarganya (baik bisa menerima atau

tidak bisa menerima) harus dinyatakan dalam formulir yang ditandatangani (informed

consent).

H. Aturan Kerjasama Multidisipliner

Dasar pengelolaan pasien ICCU adalah pendekatan multidisiplin dari beberapa disiplin
ilmu terkait yang dapat memberikan kontribusina sesuai dengan bidang keahliannya

dan bekerjasama dalam tim yang dipimpin oleh seorang dokter intensivis/dokter

spesialis anestesiologi sebagai kepala ICCU dan sebagai ketua tim.


Tim intensive care tersebut minimal terdiri dari:

1. Intensivis/dokter spesialis anestesiologi atau dokter yang berkompeten dalam ilmu


kedikteran intensive care dengan level ICCU
2. Perawat intensive care
3. Dokter ahli mikrobiologi klinik
4. Ahli farmasi klinik

5. Dietesion,Ahli Nutrisi Klinik/Ahli Gizi Klinik


6. Fisioterapis

7. Tenaga lain sesuai klasifikasi ICCU

Tim Multidisiplin mempunya 5 (lima) karakteristik:


1. Staf medis dan keperawatan yang purna waktu dengan otoritas dan tanggung jawab

penuh terhadap manajemen ICCU

2. Staf medis,keperawatan,farmasi klinik,farmakologi klinik,gizi klinik dan mikrobiologi

klinik berkolaborasi pada pendekatan multidisipliner

3. Mempergunakan standar,protokol atau guideline untuk memastikan pelayanan yang


konsisten baik oleh dokter,perawat mapun staf yang lain

4. Memiliki dedikasi untuk melakukan koordinasi dan komunikasi bagi seluruh

manajemen ICCU

5. Menekankan pada pelayanan yang sudah tersertifikasi, pendidikan, penelitian,


masalah etik dan pengutamaan pasien

Sistem kerja tim diatur sebagai berikut:

1. Sebelum masuk ICCU , dokter primer yang merawat pasien melakukan evaluasi
pasien sesuai bidangnya dan memberi pandangan atau usulan terapi

2. Ketua tim melakukan evaluasi menyeluruh,mengambil kesimpulan,memberi instruksi

terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota tim

lainnya
3. Ketua tim berkonsultasi pada konsultan lain dengan mempertimbangkan usulan-

usulan anggota tim dan memberikan perintah baik tertulis dalam status ICCU

maupun lisan
4. Untuk menghindari kesimpangsiuran/tumpang tindih pelaksanaan pengelolaan

pasien, maka perintah yang dijalankan oleh petugas hanya yang berasal dari ketua

tim saja(single management)


5. Setiap dokter primer dapat mengusulkan agar pasiennya bisa dirawat di ICCU

dengan syarat sesuai dengan indikasi masuk yang benar.


Mengingat keterbatasan ketersediaan fasilitas di ICCU,maka berlaku asas prioritas
dan keputusan akhir merupakan kewenangan penuh Kepala ICCU.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2003. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI; 2005.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/ 2010.


Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit.

Rab, T. (2007). Agenda gawat Darurat (Critical Care). P.T Alumni.

Anda mungkin juga menyukai