Kisi Kisi Pelaporan Korporat
Kisi Kisi Pelaporan Korporat
1.Metode berjenjang
Nah jika di asuransi lain anda bisa langsung ke berobat ke rumah sakit yang bekerja sama atau
rekanan,maka kalau di bpjs anda harus ke faskes 1,biasanya klinik atau puskesmas setelah di
faskes 1 dapat rujukan baru anda ke rumah sakit yang bekerja sama dengan bpjs,
2.Hanya Indonesia
Perlindungan asuransi bpjs hanya melindungi di indonesia berbeda dengan asuransi swasta
sebelah yang bisa melindungi dan rumah sakit yang bekerja sama hingga seluruh dunia
Pada kenyataannya banyak orang yang berobat dengan menggunakan fasilitas BPJS tidak
mendafat fasilitas sesuai ketentuan, masih banyak yang seharusnya secara iuran bulanan
mendapat failitas kelas 1 namun kenyataannya di kelas 3.
Proses registrasi tidak hanya dilakukan secara manual, namun juga dapat dilakukan secara
online, namun ternyata system tersebut belum berjalan efektif karena proses registrasi online
yang ribet, ternyata website BPJS sendiri mengalami trouble.
Dimana dalam pelayanannya karena banyaknya orang yang memakai fasilitas ini, secara
operasional kenyataannya masih berantakan.
Ini kondisi yang banyak dikeluhkan peserta BPJS, yaitu penggantian tidak penuh meskipun sudah
mengikuti ketentuan kelas kamar, atau penggantian obat dilakukan secara bertahap (tidak
sekaligus).
Kelebihan:
1.Murah
Murah bukan berarti murahan dengan hanya premi perbulan untuk kelas 1 59ribu kelas 2 49.500
kelas 3 25.000 anda sudah bisa di cover puluhan penyakit,rawat inap,
2.Wajib
Kenapa wajib karena di undang undang sudah ada dan bersifat wajib artinya jika anda ikut
asuransi swasta maka anda juga harus asuransi bpjs kesehatan
Dalam asuransi kesehatan terdapat plafond atau limit manfaat. Misalnya, batasan berapa hari
maksimum rawat inap di rumah sakit, kemudian biaya dokter, biaya obat serta lab, dan biaya –
biaya lainnya yang punya batasan jumlah maksimum yang ditanggung asuransi kesehatan.
Perbedaan mendasar yang terdapat di SAK ETAP dibandingkan dengan PSAK adalah sebagai berikut
:
1. Tidak mengatur pajak tangguhan
2. Hanya menggunakan metode tidak langsung untuk laporan arus kas.
3. Menggunakan cost model untuk investasi ke asosiasi dan menggunakan metode ekuitas untuk
anak perusahaan.
4. Tidak secara penuh menggunakan PSAK 50/55.
5. Hanya menggunakan model cost untuk aset tetap, aset tidak berwujud dan properti investasi,
sedangkan PSAK-IFRS boleh memilih cost model atau model revaluasi.
Laporan Arus Kas PSAK No. 2 (Revisi 2009) PSAK ETAP Bab 7Sama
· Arus kas aktivitas operasi: dengan PSAK kecuali:
metode langsung dan tidak · Arus kas aktivitas operasi
langsung disajikan dengan metode tidak
· Arus kas mata uang asing langsung
· Arus kas mata uang asing,
tidak diatur.
• Sebagai aturan umum, pengaruh signifikan dianggap ada ketika investor memiliki, secara
langsung maupun tidak langsung melalui entitas anak, 20% atau lebih hak suara investee.
• Keberadaan pengaruh signifikan oleh entitas umumnya dibuktikan dengan satu atau lebih
cara berikut ini:
̶ keterwakilan dalam dewan direksi dan dewan komisaris atau organ setara di investee;
̶ partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk partisipasi dalam pengambilan
keputusan tentang dividen atau distribusi lain;
̶ adanya transaksi material antara entitas dengan investee;
̶ pertukaran personel manajerial; atau
̶ penyediaan informasi teknis pokok
Bagaimana syarat yang harus dipenuhi sebuah entitas dalam menerapkan metode ekuitas
Dijabarkan dalam PSAK 15 (r2013)
Metode ekuitas adalah metode pencatatan investasi yang pada awal perolehan investor mencatat
investasi sebesar biayanya, dividen maupun distribusi laba dicatat sebagai pengurang akun investasi.
Nilai investasi ditambah atau dikurangi dengan bagian laba/rugi investor pada perusahaan asosiasi
setelah tanggal perolehan. Untuk investasi dalam perusahaan asosiasi diatur dalam PSAK No. 15
tentang Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi. Metode ekuitas harus diterapkan oleh
investor yang memiliki saham berhak suara pada perusahaan investee baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan kepemilikan 20% atau lebih.
Dengan kepemilikan 20% atau lebih, secara akuntansi investor dianggap memiliki pengaruh yang
signifikan pada investee, oleh karena itu pengakuan penghasilan berdasarkan dividen yang diterima
tidak dapat digunakan sebagai ukuran yang memadai untuk merefleksikan penghasilan yang
diperoleh investor dari investasi dalam investee karena distribusi yang diterima tersebut hampir tidak
ada hubungannya dengan kinerja investee. Mengingat pengaruh yang signifikan terhadap investee,
investor memiliki tolok ukur atas kinerja investee, yaitu imbalan investasi (return on
investment). Investor melaksanakan tanggung jawab ini dengan memperluas lingkup laporan
keuangan konsolidasi sehingga mencakup bagiannya atas hasil usaha investee dan dengan demikian
menyediakan analisis terhadap penghasilan serta investasi sehingga rasio yang lebih relevan dapat
dihitung. Dengan demikian, penerapan metode ekuitas memungkinkan pelaporan aktiva bersih dan
penghasilan bersih oleh investor dengan lebih informatif.
Salah satu perbedaan yang cukup signifikan antara PSAK 10 (Revisi 2010) dengan PSAK/ISAK yang
berlaku sebelumnya adalah berkaitan dengan masalah penggunaan MATA UANG FUNGSIONAL.
Berdasarkan PSAK lama yaitu PSAK 52 (1998), mata uang pelaporan yang digunakan oleh
perusahaan di Indonesia adalah mata uang Rupiah. Perusahaan dapat menggunakan mata uang
selain rupiah sebagai mata uang pelaporan hanya apabila mata uang tersebut memenuhi kriteria
mata uang fungsional. Mata uang pencatatan harus sama dengan mata uang pelaporan.
Dari pengaturan tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut PSAK lama, pada umumnya perusahaan
di Indonesia harus mencatat transaksi akuntansi dan menyajikan laporan keuangan dengan
menggunakan mata uang Rupiah. Penggunaan mata uang lain hanya diperbolehkan jika memenuhi
persyaratan sebagai mata uang fungsional.
Sedangkan berdasarkan PSAK 10 (Revisi 2010), perusahaan harus menentukan mata uang
fungsional sebagai mata uang pengukuran (pencatatan transaksi) serta mata uang pelaporan yaitu
mata uang di mana laporan keuangan akan disusun. Mata uang pelaporan (penyajian) yang
dipergunakan bisa berupa mata uang fungsional ataupun mata uang lain selain mata uang
fungsional.
Jadi, berdasarkan PSAK 10 (Revisi 2010), perusahaan tidak bisa menggunakan mata uang Rupiah
sebagai mata uang pengukuran (pencatatan transaksi) jika mata uang Rupiah tersebut tidak
memenuhi persyaratan sebagai mata uang fungsional. Sedangkan untuk penyajian laporan keuangan
bisa tetap menggunakan mata uang Rupiah walaupun bukan merupakan mata uang fungsional.
PSAK 10 (Revisi 2010) mendefinisikan mata uang fungsional sebagai mata uang pada
lingkungan ekonomi utama di mana entitas beroperasi yaitu lingkungan entitas yang utamanya
menghasilkan dan mengeluarkan kas.
Untuk menentukan apakah suatu mata uang yang akan dipergunakan dalam pencatatan transaksi
memenuhi persyaratan sebagai mata uang fungsional atau tidak, maka harus diperhatikan
persyaratan yang diatur dalam paragraf 09 – 11 PSAK 10 (Revisi 2010).
Paragraf 09 mengatur bahwa entitas harus memperhatikan faktor-faktor berikut dalam menentukan
mata uang fungsionalnya :
yang paling mempengaruhi harga jual barang dan jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata
uang yang harga jual barang dan jasa didenominasikan dan diselesaikan); dan
dari negara yang kekuatan persaingan dan peraturannya sebagian besar menentukan harga jual
barang dan jasa entitas
(b) mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain dari
pengadaan barang atau jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata uang yang biaya tersebut
didenominasikan dan diselesaikan)
Paragraf 10 mengatur bahwa faktor-faktor berikut juga dapat memberikan bukti mengenai mata uang
fungsional :
1. mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan (antara lain penerbitan
instrument utang dan instrument ekuitas)
2. mata uang yang mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan
Paragraf 11 menjelaskan bahwa faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan dalam menentukan mata
uang fungsional dari kegiatan usaha luar negeri, serta apakah mata uang fungsionalnya sama
dengan mata uang entitas pelapor :
1. apakah aktivitas kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan sebagai perpanjangan dari entitas
pelapor, bukan dilaksanakan dengan tingkat otonomi signifikan.
2. apakah transaksi dengan entitas pelapor memiliki proporsi yang tinggi atau rendah dari kegiatan
usaha luar negeri.
3. apakah arus kas dari kegiatan usaha luar negeri secara langsung mempengaruhi arus kas entitas
pelapor dan siap tersedia untuk dikirimkan ke entitas pelapor.
4. apakah arus kas dari aktivitas kegiatan usaha luar negeri cukup untuk membayar kewajiban
utang yang ada ataupun yang diperkirakan dapat terjadi tanpa adanya dana yang disediakan oleh
entitas pelapor
Apabila indikator-indikator yang telah disebutkan sebelumnya bercampur dan mata uang fungsional
tidak jelas, maka manajemen menggunakan pertimbangannya untuk menentukan mata uang
fungsional yang paling tepat menggambarkan pengaruh ekonomi dari transaksi, kejadian, dan kondisi
yang mendasari. Sebagai bagian dari pendekatan yang dipergunakan manajemen, indikator yang
ditentukan dalam paragraf 09 harus diprioritaskan sebagai indikator utama sebelum
mempertimbangkan indikator di paragraf 10 dan 11 (HRD).
BAB SEWA
Perbedaan Lessor dan Lessee
Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama leasing. Kegiatan utama
perusahaan leasing adalah di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang
diinginkan nasabah. Pihak leasing dapat membiayai keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati kedua belah pihak.
Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor (perusahaan leasing)
dengan lessee (nasabah) dimana piak lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh
lessee dengan imbalan pembeyaran sewa untuk jangka waktu tertentu.