Anda di halaman 1dari 8

Tarif asuransi merupakan suatu harga satuan dari suatu kontrak asuransi tertentu, untuk orang

tertentu, terhadap kerugian tertentu, dan digunakan untuk masa tertentu pula. Penentuan tarif
asuransi harus memperhatikan beberapa unsur agar diperoleh tarif yang ideal. Unsur – unsur
tersebut, antara lain : adequate,notexcessive, equity, dan flexible.
Premi dalam asuransi atau dikenal dengan pertanggungan adalah kewajiban tertanggung,
Ketika hasil dari kewajiban tertanggung akan digunakan oleh penanggung untuk mengganti
kerugian yang diderita tertanggung. Penentuan premi biasanya merupakan hal yang cukup
teknis dan kompleks karena penentuan tarif biasanya tidak standar antara asuransi yang satu
dengan asuransi yang lainnya.
Ada beberapa metode dalam penentuan tarif asuransi, antara lain tarif individual, tarif kelas,
dan tarif modifikasi. Tarif individual didasarkan atas pertimbangan petugas yang menetapkan
tarif, ditambah dengan data statistic yang tersedia dan pengetahuan atas premi yang
dikenakan pada tertanggung serupa. Tarif kelas diterapkan terhadap seluruh calon nasabah
yang mempunyai karakteristik sama yang telah ditentukan. Sedangkan tarif modifikasi
dibedakan antara para tertanggung dalam kelas penarifan yang sama, atas dasar perbedaan
dalam prakiraan klaim atau biaya per unit eksposur.
Underwriting adalah sebuah proses indentifikasi dan seleksi risiko dari calon tertanggung
yang mengasuransikan di sebuah perusahaan asuransi. Tujuan dari underwriting adalah untuk
melihat agar pemohon tidak mempunyai risiko atau tidak menghasilkan kerugian yang
menyimpang jauh dari yang diperkirakan oleh perusahaan asuransi. Underwriting muncul
karena adanya beberapa faktor yang mendasari. Salah satu diantaranya adalah sebuah usaha
agar calon tertanggung mendapatkan beban premi yang sesuai dengan risiko yang dimilikinya
dengan kata lain ada keadlian dalam pembebanan premi.
Sumber : Buku Materi Pokok ADBI4211 Manajemen Risiko dan Asuransi modul 6
Iuran untuk BPJS Kesehatan termasuk sangat murah dan terjangkau. Untuk pekerja, sebagian
besar iuran itu ditanggung oleh perusahaan, sementara untuk veteran dan fakir miskin, iuran
BPJS dibayar secara penuh oleh pemerintah.
Sementara itu, untuk pekerja non formal seperti pedagang, nelayan, pengangguran, atau
freelancer, iuran BPJS juga sangat terjangkau karena minimal mereka bisa membayar Rp
25.500 rupiah per bulan untuk perawatan kelas III di rumah sakit.
Oh ya, iuran BPJS ini ditarik setiap bulan dan ada denda sebesar 2 persen dari total iuran
seandainya Anda telat membayar.
Informasi lainnya:
Tidak ada perbedaan besaran iuran antara peserta tua dan muda
Tidak ada perbedaan besaran premi antara peserta yang perokok dan bukan perokok
Tidak ada perbedaan besaran premi antara peserta yang laki-laki dan perempuan
2. Segi Manfaat
Bisa dibilang BPJS memiliki manfaat fasilitas kesehatan yang cukup lengkap. Selain rawat
inap, BPJS juga menerima rawat jalan, optik, gigi, dan kehamilan.
Menariknya lagi BPJS memberi manfaat untuk layanan promotif dan preventif seperti
penyuluhan, imunisasi, dan keluarga berencana. Selain itu ada manfaat non medis seperti
ambulan. Bisa dibilang manfaat yang diberikan BPJS lebih lengkap dibanding asuransi
kesehatan swasta.
3. Plafon
Tidak ada batasan plafon. Semua biaya ditanggung BPJS dan pesertanya cuma harus
mengikuti sejumlah prosedur yang sudah ditentukan termasuk dirawat di ruang rawat yang
sesuai dengan iuran yang mereka bayar. Pokoknya BPJS akan membayar pengobatan pasien
sampai dia sembuh benar. Biaya tambahan akan diminta pihak rumah sakit seandainya pasien
ingin pindah ke ruang rawat lebih kelasnya lebih tinggi, atau pembelian sejumlah obat yang
tidak ditanggung BPJS.
4. Penyakit Bawaan
Semua penyakit baik penyakit bawaan atau penyakit baru akan ditanggung oleh BPJS. Tidak
ada diskriminasi. Selain itu tidak ada yang namanya medical check up untuk mendapatkan
kepesertaan BPJS. Calon peserta cukup mengisi formulir dan melengkapi persyarata
kemudian membayar.
5. Layanan
Memiliki layanan berjenjang, yaitu saat Anda sakit Anda harus ke fasilitas kesehatan (faskes)
I terlebih dahulu untuk mendapat rujukan. Setelah itu baru faskes I akan merujuk Anda ke
rumah sakit yang menjadi mitra BPJS untuk pengobatan lebih lanjut. Birokrasi ini terkadang
berbelit-belit. Belum lagi antriannya cukup panjang untuk memperoleh pelayanan. Selain itu
rumah sakit yang menjadi mitra BPJS masih sedikit dibanding rumah sakit yang menjadi
mitra asuransi kesehatan.
6. Pilihan Rumah Sakit
Anda cuma bisa berobat ke rumah sakit yang sudah ditunjuk BPJS begitu juga rumah sakit
rujukannya. Tidak hepi dengan pilihan rumah sakit? Nah, Anda harus menunggu tiga bulan
untuk merubah rumah sakit rujukan supaya sesuai dengan rumah sakit yang Anda inginkan.
Anehnya, sistem ini juga berlaku meskipun Anda sedang berada di luar kota dan mengalami
sakit. Anda tetap harus meminta rujukan ke faskes I sebelum ke rumah sakit. Ketentuan BPJS
akan dinafikan jika pasien dalam kondisi darurat. Tetapi Anda harus terlebih dulu tahu apa
definisi darurat menurut BPJS.
7. Asuransi Jiwa
Tidak ada program ini dalam BPJ Kesehatan.
8. Batas Wilayah
Namanya asuransi nasional ya hanya berlaku di Indonesia. Jadi Anda harus merogoh kocek
kalau terpaksa dirawat di luar negeri.
9. Double Klaim
Sementara untuk BPJS tidak bisa dilakukan double claim. Jadi misalnya Anda sakit dan
dibayar oleh asuransi kantor, Anda tidak bisa klaim lagi ke BPJS. Perlu diketahui BPJS hanya
menerima klaim dari fasilitas kesehatan langsung dan tidak menerima klaim perorangan.
Sumber : https://www.cermati.com/artikel/bpjs-kesehatan-dan-asuransi-kesehatan-mana-
yang-lebih-baik
IURAN
Bagi peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayar oleh Pemerintah.
Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga Pemerintahan terdiri
dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai
pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan
dengan ketentuan : 4% (empat persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 1% (satu persen)
dibayar oleh peserta.
Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta
sebesar 5% ( lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4% (empat
persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.
Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan
seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari
gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.
Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara kandung/ipar, asisten
rumah tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja
adalah sebesar:
Sebesar Rp. 42.000, - (empat puluh dua ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas III. Khusus untuk kelas III, bulan Juli - Desember 2020,
peserta membayar iuran sebesar Rp. 25.500, -. Sisanya sebesar Rp 16.500,- akan dibayar oleh
pemerintah sebagai bantuan iuran. Per 1 Januari 2021, iuran peserta kelas III yaitu sebesar Rp
35.000,-, sementara pemerintah tetap memberikan bantuan iuran sebesar Rp 7.000,-.
Sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di
ruang perawatan Kelas II.
Sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak
yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima
persen) dari 45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang
III/a dengan masa kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.
Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan Tidak ada denda
keterlambatan pembayaran iuran terhitung mulai tanggal 1 Juli 2016. Denda dikenakan
apabila dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak status kepesertaan diaktifkan kembali,
peserta yang bersangkutan memperoleh pelayanan kesehatan rawat inap. Berdasarkan Perpres
No. 64 Tahun 2020, besaran denda pelayanan sebesar 5% (lima persen) dari biaya diagnosa
awal pelayanan kesehatan rawat inap dikalikan dengan jumlah bulan tertunggak dengan
ketentuan: 
Jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 (dua belas) bulan. 
Besaran denda paling tinggi Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah). 
Bagi Peserta PPU pembayaran denda pelayanan ditanggung oleh pemberi kerja. 
Sumber : https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/pages/detail/2014/13
1. Produsen harus memperhatikan berbagai macam faktor yang sangat berpengaruh
dalam pemilihan saluran distribusi. Sebutkan dan jelaskan pertimbangan apa saja
yang perlu diperhatikan produsen dalam memilih saluran pemasaran!

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN SALURAN


Produsen harus memperhatikan berbagai macam faktor yang sangat berpengaruh dalam
pemilihan saluran distribusi. Faktor-faktor tersebut antara lain menyangkut (1) pertimbangan
pasar, (2) pertimbangan barang, (3) pertimbangan perusahaan, dan (4) pertimbangan
perantara.
1. Pertimbangan Pasar
Karena saluran distribusi sangat dipengaruhi oleh pola pembelian konsumen maka keadaan
pasar ini merupakan faktor penentu dalam pemilihan saluran. Beberapa faktor pasar yang
harus diperhatikan adalah (a) pasar konsumen ataukah pasar industrial, (b) jumlah pembeli
potensial, (c) konsentrasi pasar secara geografis, (d) jumlah pesanan, dan (e) kebiasaan dalam
pembelian.

a. Konsumen atau pasar industrial

Apabila pasarnya berupa pasar industrial, maka pengecer jarang atau bahkan tidak pernah
digunakan dalam saluran ini. Jika pasarnya berupa konsumen akhir dan pasar industrial,
perusahaan akan menggunakan lebih dari satu saluran.

b. Jumlah pembeli potensial

Jika jumlah konsumen relatif kecil dalam pasarnya, maka perusahaan dapat mengadakan
penjualan secara langsung kepada pemakai. Sedangkan apabila jumlah konsumen banyak,
maka penggunaan pengecer lebih tepat.

c. Konsentrasi pasar secara geografis

Secara geografis pasar dapat dibagi ke dalam beberapa konsentrasi seperti industri tekstil,
industri kertas, dan sebagainya. Untuk daerah konsentrasi yang mempunyai tingkat kepadatan
yang tinggi maka perusahaan dapat menggunakan distributor industrial.

d. Jumlah pesanan

Volume penjualan sebuah perusahaan akan sangat berpengaruh pada saluran yang
dipakainya. Jika volume yang dibeli oleh pemakai industrial tidak begitu besar atau relatif
kecil, maka perusahaan dapat menggunakan distributor industrial (untuk barang-barang jenis
perlengkapan operasi).

e. Kebiasaan dalam pembelian

Kebiasaan membeli konsumen akhir dan pemakai industrial sangat berpengaruh pula pada
kebijakan dalam penyaluran. Termasuk dalam kebiasaan membeli ini, antara lain:
1) kemauan untuk membelanjakan uangnya;
2) tertariknya pada pembelian dengan kredit;
3) lebih senang melakukan pembelian yang tidak berkali-kali;
4) tertariknya pada pelayanan penjual.
2. Pertimbangan Barang
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dari segi barang ini antara lain: (a) nilai unit, (b)
besar dan berat barang, (c) mudah rusaknya barang, (d) sifat teknis, (e) barang standar dan
pesanan, (f) luasnya lini produk.

a. Nilai unit

Jika nilai unit barang yang dijual relatif rendah maka produsen cenderung untuk
menggunakan saluran distribusi yang panjang. Tetapi sebaliknya, jika nilai unitnya relatif
tinggi maka saluran distribusinya pendek tau langsung.

b. Besar dan berat barang

Manajemen harus mempertimbangkan ongkos angkut dalam hubungannya dengan nilai


barang secara keseluruhan di mana besar dan berat barang sangat menentukan. Jika ongkos
angkut terlalu besar dibandingkan dengan nilai barangnya sehingga terdapat beban yang berat
bagi perusahaan, maka sebagian beban tersebut dapat dialihkan kepada perantara. Jadi,
perantara ikut menanggung sebagian dari ongkos angkut.

c. Mudah rusaknya barang

Jika barang yang dijual mudah rusak maka perusahaan tidak perlu menggunakan perantara.
Jika ingin menggunakannya maka harus dipilih perantara yang memiliki fasilitas
penyimpanan yang cukup baik, misalnya ruang pendingin.

d. Sifat teknis

Beberapa jenis barang industrial seperti instalasi biasanya disalurkan secara langsung kepada
pemakai industrial. Dalam hal ini produsen harus mempunyai penjual yang dapat
menerangkan berbagai masalah teknis penggunaan dan pemeliharaannya. Mereka juga harus
dapat memberikan pelayanan baik sebelum maupun sesudah penjualan. Pekerjaan seperti ini
jarang sekali atau bahkan tidak pernah dilakukan oleh pedagang besar/grosir.

e. Barang standar dan pesanan

Jika barang yang dijual berupa barang standar maka perlu dipelihara sejumlah persediaan
pada penyalur. Demikian pula sebaliknya, kalau barang yang dijual berdasarkan pesanan
maka penyalur tidak perlu memelihara persediaan yang besar.

f. Luasnya lini produk


Jika perusahaan hanya membuat satu macam barang saja (satu lini produk), maka
penggunaan pedagang besar sebagai penyalur adalah baik. Tetapi, jika macam barangnya
banyak (banyak lini produk) maka perusahaan dapat menjual langsung kepada para pengecer
khususnya pengecer besar.
3. Pertimbangan Perusahaan
Pada segi perusahaan, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, adalah: (a) sumber
pembiayaan, (b) pengalaman dan kemampuan manajemen, (c) pengawasan saluran, dan (d)
pelayanan yang diberikan oleh penjual.

a. Sumber pembiayaan

Penggunaan saluran distribusi langsung atau pendek biasanya memerlukan jumlah dana yang
lebih besar. Oleh karena itu, saluran distribusi pendek ini kebanyakan hanya dilakukan oleh
perusahaan yang kuat di bidang keuangannya. Perusahaan yang tidak kuat kondisi
keuangannya akan cenderung menggunakan saluran distribusi lebih panjang.

b. Pengalaman dan kemampuan manajemen

Biasanya, perusahaan yang menjual barang baru, atau ingin memasuki pasar baru, lebih suka
menggunakan perantara. Hal ini disebabkan karena umumnya para perantara sudah
mempunyai pengalaman, sehingga manajemen dapat mengambil pelajaran dari mereka.

c. Pengawasan saluran

Faktor pengawasan saluran kadang-kadang menjadi pusat perhatian produsen dalam


kebijakan saluran distribusinya. Pengawasan akan lebih mudah dilakukan bilamana saluran
distribusinya pendek. Jadi, perusahaan yang ingin mengawasi penyaluran barangnya
cenderung memilih saluran yang pendek walaupun ongkosnya tinggi.

d. Pelayanan yang diberikan oleh penjual

Jika produsen mau memberikan pelayanan yang lebih baik seperti membangun etalase (ruang
peragaan), mencarikan pembeli untuk perantara, maka akan banyak perantara yang bersedia
menjadi penyalurnya.
4. Pertimbangan Perantara
Pada segi perantara, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: (a) pelayanan yang
diberikan oleh perantara, (b) kegunaan perantara, (c) Sikap perantara terhadap kebijakan
produsen, (d) volume penjualan, dan (e) Ongkos.

a. Pelayanan yang diberikan oleh perantara

Jika perantara mau memberikan pelayanan yang lebih baik, misalnya dengan menyediakan
fasilitas penyimpanan, maka produsen akan bersedia menggunakannya sebagai penyalur.

b. Kegunaan perantara
Perantara akan digunakan sebagai penyalur apabila ia dapat membawa barang produsen
dalam persaingan, dan selalu mempunyai inisiatif untuk memberikan usul tentang barang
baru.

c. Sikap perantara terhadap kebijakan produsen

Kalau perantara bersedia menerima risiko yang dibebankan oleh produsen, misalnya risiko
turunnya harga maka produsen dapat memilihnya sebagai penyalur. Hal ini dapat
memperingan tanggung jawab produsen dalam menghadapi berbagai macam risiko.

d. Volume penjualan

Dalam hal ini, produsen cenderung memilih perantara yang dapat menawarkan barangnya
dalam volume yang besar untuk jangka waktu lama.

e. Ongkos

Jika ongkos dalam penyaluran barang dapat lebih ringan dengan digunakannya perantara,
maka hal dapat dilaksanakan terus.
Sumber : Buku Materi Pokok Manajemen Pemasaran EKMA4216 hal 8.18-8.22
Bagaimana perkembangan teknologi informasi dapat mempengaruhi kinerja saluran
distribusi? Jelaskan!
Perkembangan Teknologi Saluran Pemasaran
Strategi pemasaran tidak akan efektif kalau tidak ditunjang oleh sistem distribusi yang
efektif. Kunci keefektifan distribusi adalah informasi dan koordinasi. Perkembangan nyata
dalam manajemen saluran pemasaran adalah pemakaian electronic data interchange (EDI).
Sistem ini memungkinkan anggota-anggota saluran berbagi informasi tentang pergerakan
produk dan penjualan dan juga bertransaksi satu sama lain. Sistem ini memungkinkan
koordinasi tentang kapan pengiriman produk dan seberapa banyak produk yang dikirim pada
setiap wilayah pemasaran. Koordinasi ini memungkinkan penerapan just-in-time inventory
control, yaitu pengendalian persediaan yang melakukan pengiriman barang sesuai kebutuhan.
Sistem ini menghindari penumpukan barang yang tidak perlu maupun situasi kehabisan stok.
Sumber : Buku Materi Pokok Pemasaran Strategis EKMA4475 hal 6.42

Anda mungkin juga menyukai