Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1 MANAJEMEN PERUBAHAN

1. a. Jelaskan perbedaan karakteristik perubahan pada era industri dan era informasi dari
aspek: pemasaran, teknologi, informasi, komoditas, produksi, dan distribusi.
Jawab :
Secara umum beberapa karakteristik penting dari era informasi adalah sebagai berikut :
a. Teknologi-teknologi baru. Teknologi baru pada era informasi menciptakan industri baru
yang bersifat dinamis yang berbasis pada quantum electronics, teori informasi, biologi
molekuler, ekologi kelautan, dan pengetahuan ruang angkasa. Sementara itu tingkat
produktivitas industri bisa ditingkatkan melalui komputer, data processing, aerospace,
petrokimia, semiconductors, komunikasi canggih, fisika, rekayasa system, artificial
intelligence, fuzzy logic kimia polimer, dan diversifikasi sumber daya energi terbarukan.
b. Industri ruang angkasa. Meski baru beberapa negara yang bisa melakukannya, pada era
ini industri ruang angkasa diperkirakan akan menjadi embrio bagi revolusi pada tahap
berikutnya.
c. Industri kelautan. Wilayah lautan yang begitu luas melebihi luas daratan namun belum
tergarap dengan baik bisa menjadi sumber kemanusiaan di masa yang akan datang. Laut
menyediakan sumber protein yang cukup banyak sehingga bisa dimanfaatkan untuk
mengurangi masalah kelaparan.
d. Industri genetik. Ilmu pengetahuan di bidang biologi molekuler bisa dimanfaatkan untuk
meningkatkan produksi pangan. Bukan hanya itu, ilmu pengetahuan ini juga bisa
digunakan untuk meningkatkan bidang kesehatan.
e. De-masifikasi media. Ketika informasi semakin membludak tidak terkendali, orang pada
akhirnya hanya memilih informasi sesuai dengan kebutuhan. Kalaulah kita masih
berlangganan surat kabar, tidak lagi bisa dan mau membaca seluruh isi surat kabar
tersebut. Hanya berita-berita tertentu yang dibaca. Itulah sebabnya sekarang ini sudah
banyak surat kabar yang menawarkan surat kabar on-line dengan tujuan agar para
pembaca bisa memilih berita sesuai selera dan kebutuhan. Dengan kata lain, media
tidak lagi masif melainkan terspesialisasi.
f. Sistem memori masyarakat yang baru. Pada era agrikultur, komunitas menyimpan
ingatan bersama hanya pada seseorang yang dianggap bijak atau pada orang yang lebih
tua. Pada era industri, ingatan bersama justru disebarluaskan secara masal. Sekarang
pada era informasi, ingatan-ingatan tersebut disimpan secara sistematis pada soft file -
soft file yang sewaktu-waktu bisa diakses kembali melalui bantuan personal komputer
yang bisa dibawa ke mana-mana.
g. Sistem keluarga. Bisa dikatakan sistem “keluarga inti” yang berkembang pada era
industri sudah semakin pudar pada era informasi. Keluarga menjadi beragam terpencar
ke mana-mana. Pada era informasi orang mengatakan bahwa ketemu fisik antar
anggota keluarga sudah kurang berarti jika tidak dibarengi dengan kualitas pertemuan.
Dengan kata lain, anggota keluarga boleh terpencar dan tidak perlu sering -sering
ketemu fisik asal pertemuan secara maya semakin meningkat.
h. Standarisasi yang berkembang pada era industri dianggap tidak cocok pada era
informasi. One-size-fits-all sudah tergantikan dengan yang serba cocok pada keadaan.

Perbedaan Karakteristik pada Masing-masing Era

Era Agrikultur Industri Informasi


Komoditas kunci Tanah Modal Data
Sumber energi Manusia dan hewan Fossil Bioteknologi
Teknologi Widgets Elekro mekanikal Digital/Genetik
Kerajinan/untuk
Produksi Massal/pertukaran Prosumptive
digunakan sendiri
Distribusi Terbatas Massa Spesialisasi
Pemasaran Barter Product centric Consumer centric
Informasi Interpersonal Massa Interaktif
Hubungan
Spiritual Kontraktual Mutual
kemasyarakatan
Individual/ Konglomerat/Ad
Bisnis partnership Korporasi/birokrasi hoc
Pepanjangan
Keluarga keluarga Keluarga inti Keluarga diperluas
Spesialisasi/life-
Pendidikan Elitist Masa/standarisasi long
Otoritas
kekuasaan Melekat Dipilih Setengah langsung

Sumber: Baloch & Kareem, 2007, p.141

Sumber : Buku Materi Pokok Manajemen Perubahan EKMA4565 hal 1.22-1.23


b. Berikan contoh rill pada perusahaan yang Anda ketahui, tentang gambaran karakteristik
suatu perusahaan di era informasi pada aspek pemasaran, informasi, komoditas,
produksi, dan distribusinya.
Jawab :

2. Jelaskan dengan contoh tekanan lingkungan penyebab organisasi berubah dari faktor
persaingan yang tinggi (hypercompetition), khususnya karena kondisi pada era globaliasi
dan perkembangan teknologi informasi!
Jawab :
Globalisasi dan teknologi informasi adalah dua terminologi yang sejak tahun 1990an
menjadi bahan pembicaraan sehari-hari para pelaku bisnis dan akademisi. Dua terminologi yang
sangat fenomenal tersebut boleh jadi menjadi angin surga bagi pelaku bisnis yang bisa
memanfaatkannya tetapi bisa pula menjadi monster bagi pelaku bisnis yang tidak siap
meresponnya. Globalisasi misalnya di satu sisi dianggap membuka peluang bisnis bagi pelaku
bisnis yang sebelumnya hanya bermain pada pasar lokal. Banyak pengrajin tradisional yang
sekarang bisa menjual produknya di pasar global setelah mampu berinteraksi dengan mitra
bisnis di luar negeri. Mereka dengan bangga mengatakan bahwa pasar luar negeri masih
terbuka lebar. Namun di sisi lain globalisasi juga menjadi ancaman bagi pelaku bisnis yang
memiliki energi terbatas. Pedagang retail dan pasar tradisional dewasa ini mulai tersisih gara-
gara Carrefour yang Notabenenya adalah perusahaan global merangsek sampai kemana-mana.
Demikian juga dengan alasan uang tidak memiliki kewarganegaraan yang bisa dengan mudah
bergerak dari satu Negara ke Negara lain, tak pelak industri perbankan juga larut dalam
globalisasi. Bisa dikatakan bahwa hamper tidak ada bank swasta di Indonesia yang tidak dimilik
perusahaan asing. Sebut saja Bank Niaga, Bank Buana, Bank NISP dan Bank Bumiputra yang
semula adalah perusahaan milik orang Indonesia sekarang sebagian besar saham milik asing
sehingga nama-nama bank tersebut mendapat embel-embel nama asing.
Pengaruh teknolosi informasi terhadap kegiatan bisnis di Indonesia kurang lebih juga sama
seperti pengaruh globalisasi seperti disebutkan di atas. Brick-and-mortar-business untuk
sebutan bisnis tradisional sekarang sudah beralih ke click-and-mortar-business untuk menyebut
bisnis melalui internet. Sekarang perusahaan penerbitan misalnya mulai mendapat pesaing
baru – e-book. Semua ini dimungkinkan sekali lagi karena kemajuan teknologi. Akibatnya,
masyarakat lebih suka membaca berita melalui internet ketimbang harus berlangganan media
cetak.
Walhasil globalisasi dan kemajuan teknologi informasi menjadikan peta bisnis berubah dan
perubahannya mengarah pada tingkat persaingan yang begitu tajam. Oleh karena itu
perusahaan yang tidak siap dengan perubahan tersebut pasti akan tersisih. Sebaliknya, jika
perusahaan tersebut mau merubah dirinya bukan tidak mungkin globalisasi dan kemajuan
teknologi justru memberi peluang bisnis bagi dirinya.

Sumber : Buku Materi Pokok Manajemen Perubahan EKMA4565 hal 2.26-2.27

3. Jelaskan dengan singkat apa pola perilaku dan proses perubahan yang terjadi pada kondisi
tahapan Unfreezing, Movement, Refreezing dari model perubahan Lewin!
Jawab :
Burke (2002) menyatakan, ada lima cara agar model organisasi bisa digunakan
sebagaimana mestinya:

1. Membuat situasi yang sangat kompleks, dimana ratusan atau ribuan kejadian berbeda,
lebih manageable dengan cara mengurangi situasi yang kompleks tersebut menjadi
sejumlah kategori yang lebih mudah dipahami.
2. Membantu mengidentifikasikan kegiatan-kegiatan organisasi atau property organisasi
yang betul-betul membutuhkan perhatian
3. Menyoroti kesalingterkaitan berbagai property organisasi seperti antara strategi dan
struktur organisasi.
4. Menggunakan Bahasa yang sama ketika mendiskusikan karakteristrik organisasi.
5. Menyediakan pedoman tentang urutan tindakan yang harus diambil dalam situasi
perubahan.

A. Lewin’s Three-stage Model

Kurt Lewin- seorang pioneer di bidang psikologi social mengajukan dua konsep teori yang
terkait dengan perubahan dan transisi. Teori pertama, Quasi-stationary equilibria,
menjelaskan bagaimana keseimbangan dan ketidakseimbangan ‘force-field’ menentukan
sejauh mana sistem sosial masyarakat bisa mempertahankan titik keseimbangan atau harus
berubah menuju titik keseimbangan baru. Teori kedua adalah model perubahan organisasi
sederhana yang dikenal dengan Three-Stage Model. Meski terkesan sebagai model yang
statis, model ini bisa ditemukan di berbagai literatur manajemen perubahan dan sampai
hari ini masih menjadi rujukan bagi para praktisi yang hendak melakukan perubahan
organisasi. Menurut Lewin perubahan bersumber dari perubahan kekuatan yang menimpa
organisasi, termasuk di dalamnya struktur dan sistem, serta individu. Penjelasan ini secara
tidak langsung menegaskan bahwa perubahan organisasi bisa terjadi pada tiga level yang
berbeda yaitu:

a. Perubahan pada level individu karyawan yang bekerja di organisasi yakni skill, nilai-nilai,
sikap dan perilaku. Dalam hal ini harus di perhatikan bahwa perubahan perilaku individu
harus dipandang sebagai instrumen menuju perubahan organisasi.
b. Perubahan pada struktur dan sistem organisasi termasuk di dalamnya sistem imbalan,
sistem pelaporan, desain kerja dan sebagainya.
c. Perubahan yang secara langsung merubah iklim organisasi dan gaya kepemimpinan
yakni sejauh mana hubungan interpersonal bersifat terbuka, bagaimana konflik dikelola,
dan bagaimana keputusan dibuat.

Model yang ditawarkan Lewin, prinsipnya sesungguhnya sederhana yaitu perubahan dapat
dilakukan dengan memperhatikan dua kekuatan yang saling berlawanan namun keduanya
memberi tekanan kepada organisasi. Kedua faktor tersebut adalah faktor pendorong
perubahan dan faktor penghambat perubahan. Agar terjadi perubahan maka perlu
dikakukan upaya untuk memperkuat faktor pendorong perubahan atau memperlemah
resistensi perubahan. Namun demikian lewin membuat satu catatan penting berkaitan
dengan prinsip perubahan tersebut “memperkuat faktor pendorong perubahan tanpa
diikuti oleh memperlemah resistensi terhadap perubahan hanya menghasilkan sebuah
ketegangan tanpa menghasilkan efek perubahan”. Berdasarkan prinsip yang sederhana ini
Lewin membuat model tiga tahap perubahan yaitu Unfreezing – movement/change –
refreezing.
Tahap pertama proses perubahan adalah unfreezing. Pada tahap ini perilaku pada kondisi
yang sekarang berlangsung (status quo) diguncang,sehingga orang merasa kurang nyaman
sebagai upaya awal untuk mengelola resistensi terhadap perubahan. Bergantung pada level
perubahan yang diinginkan, unfreezing pada level individu misalnya dilakukan dengan
mempromosikan atau sebaliknya memecat beberapa orang secara selektif; pada level
struktural mendesain ulang struktur organisasi, misalnya dari functional menuju process
based structure dan mengembangkan model pelatihan sebagai tindak lanjutnya; atau pada
level organisasi menyediakan database sebagai umpan balik tentang iklim kerja atau iklim
organisasi dan pandangan karyawan terhadap praktik kerja manajemen. Pada level
manapun proses unfreeze dilakukan, tujuan dari intervensi ini adalah untuk menyadarkan
para anggota organisasi akan adanya kebutuhan untuk berubah, meningkatkan perhatian
mereka terhadap pola perilaku yang selama ini menjadi pedoman bertindak dan membuat
mereka lebih terbuka terhadap perubahan organisasi. Sederhananya, pada tahap ini proses
perubahan lebih ditujukan untuk mengatasi terjadinya resistensi terhadap perubahan yang
secara keseluruhan dilakukan dengan membuka kelemahan dari sistem yang sedang
digunakan. Kadang-kadang upaya ini harus ditempuh dengan jalan konfrontasi langsung
atau tidak langsung dengan karyawan dan dilanjutkan dengan mengadakan pelatihan ulang
untuk merubah perilaku lama menuju perilaku yang diharapkan.

Pada tahap kedua, movement atau change, meliputi proses perubahan sesungguhnya
dimana organisasi akan bergerak dari kondisi sekarang ke kondisi yang diharapkan. Pada
level individu misalnya kita berharap para anggota organisasi sudah memiliki perilaku yang
berbeda katakanlah memiliki keterampilan baru atau cara baru dalam mensupervisi
karyawan. Pada level struktur diharapkan ada perubahan pada struktur organisasi,sistem
pelaporan dan sistem imbalan yang pada akhirnya mempengaruhi cara kerja dan perilaku
karyawan. Terakhir pada level organisasi sangat diharapkan terciptanya iklim organisasi
baru dan pola perilaku baru yang bisa menciptakan terjadinya saling percaya dalam
hubungan kerja, keterbukaan dan meminimalisir interaksi yang disfungsi.

Terakhir, adalah refreezing. Pada tahap ini dilakukan stabilisasi dan institusionalisasi
perubahan dengan cara membangun sistem yang memungkinkan pola perilaku yang baru
relative aman atau tidak mudah goyah terhadap perubahan-perubahan lebih lanjut jika
perubahan tersebut memang dianggap perlu. Beberapa kegiatan atau intervensi yang
termasuk pada tahap ini misalnya desain ulang sistem rekrutmen karyawan. Dengan desain
sistem yang baru diharapkan diperoleh calon pegawai yang sejalan dengan gaya
manajemen dan nilai – nilai organisasi yang baru. Di samping itu, diharapkan pula pola
perilaku karyawan yang baru menjadi norma kerja yang permanen yang didukung oleh
sistem imbalan yang sesuai dan memungkinkan karyawan bisa lebih berpartisipasi aktif
dalam kegiatan organisasi dan dalam proses pengambilan keputusan.

Contoh aplikasi model Lewin dalam praktik, dapat dilihat pada tulisan Goldstein & Burke
(1991). Kedua penulis ini menggunakan British Airways (BA) sebagai contoh kasus
bagaimana model perubahan tiga tahapnya Lewin diimplementasikan ke dalam praktik.
Ringkaasan dari aplikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.6 sebagai berikut.
Sumber : Buku Materi Pokok Manajemen Perubahan EKMA4565 hal 3.49-3.52

Anda mungkin juga menyukai