1. Gastroenterologi
Dehidrasi 1
Terapi komplikasi diare 14
Rumus defisit elektrolit 19
AGDA 21
Gejala klinis defisiensi 25
Koreksi 27
Perbedaan RF & Physiologic oliguria 31
Oralit 32
Antimikroba 35
Gejala khas diare akut 37
2. Hematologi
Transfusi darah 39
MCV,MCH, MCHC 42
ANC 43
3. Gizi
Tatalaksana Gizi Buruk 44
Pengobatan Penyakit Penyerta 48
Formula 75, 100, 135 50
Bagan & Jadwal Pengobatan Gibur 52
Kebutuhan Gizi 53
Diet Gizi Buruk 54
Cara Membaca NCHS 56
Sosialisasi NCHS WHO 2000 58
4. Tindakan Kegawatan
Syok 61
Anemia berat 61
Hipovolemic shock 62
Contoh obat inotropik 65
Penatalaksanaan shock anafilaksis 66
Tanda kegawatan pada bayi/anak 67
5. Tumbuh Kembang
Kebutuhan cairan & peningkatan BB 68
RR, HR & TD normal pada anak 69
Laboratorium normal 74
Rumus berat badan 76
Developmental reflexes 77
6. Infeksi
Tetanus neonatorum 80
Kecacingan 85
Sepsis 87
Malaria 88
DHF 92
Demam Tifoid 98
Difteri 101
Varicella 103
Avian Flu 104
7. Neurologi
Lumbal punksi 107
Penatalaksanaan Meningitis serosa 114
Penilaian derajat kekuatan otot 117
Perbedaan M. serosa & M. purulenta 117
Refleks patologis 118
Rangsang meningeal 119
Meningismus 120
Skala koma pediatrik 121
Hidrosefalus 123
Hydranencephaly 127
Pemeriksaan neurologis 129
BSR & Difftell 130
Kejang demam 131
Klasifikasi ILAE 139
Kelainan menyerupai epilepsy 145
Sinkop 146
Kelainan psikiatrik 147
Sindroma Lennox-Gestaut 148
Acute Transverse Myelitis 150
Distrofia Muskular 153
8. Respirologi
Croup 156
Bronchopneumonia 158
Pneumonia 160
Tatalaksana Asma 165
OAT & dosisnya 179
Chest Physiotherapy 182
Acute Respiratory Failure 183
Bronkiolitis 186
Bronkitis 188
9. Gastroenterohepatologi
Hepatitis viral 189
Perdarahan saluran cerna 190
Kolestasis pada bayi 192
Sakit perut berulang 194
10. Hematologi
Prosedur bagian hematologi 199
Obat-obat chemotherapy 199
Approximation of surface area to weight207
Sindroma tumor lisis 208
Hyperleucocytosis 210
Transfusi darah pada keganasan 212
Trombositosis 214
Thalassemia 217
Demam neutropenia 219
Koagulasi 228
Tatalaksana trombositopenia neonatal 230
Nilai normal laboratorium 232
Dosis pemberian terapi pengganti konsentrat
faktor pembekuan pasien Hemofilia 236
11. Perinatologi
Antibiotika profilaksis untuk neonatus 238
Pemberian minum BBL 239
Hiperbilirubinemia 241
Langkah Resusitasi BBLR 247
Algoritma resusitasi BBL 250
Asfiksia 251
Penatalaksanaan apnoe pada neonatus 252
Obat-obat resusitasi 253
Dosis obat-obatan 255
Ciri kematian batang otak 257
Ventilator 257
Kriteria spesifik gagal organ 258
Pemantauan sistem organ 260
Feed & fluid volumes for baby 262
Sick babies 263
Hipoglikemia pada neonatus 264
Diagnostic criteria for sepsis 267
Continuum of Infection in the newborn 269
Skor Down 270
Cara pemasangan KVS 271
SOP 272
Guidelines for starting volumes 274
APGAR score 275
Antimicrobial in neonates 270
Kesepakatan tatalaksana cairan,
elektrolit, dan nutrisi pada neonatus 272
Guidelines for RBC transfusion 293
Guidelines for platelet transfusion 294
Suhu inkubator 295
12. Nefrologi
Evaluasi fungsi ginjal 296
Hipertensi sistemik 297
Hipertensi krisis 303
Acute renal failure 308
Acute glomerulonephritis 310
Sindroma nefrotik 312
Pemeriksaan lab pada pasien
dengan edema 316
UTI 317
13. Kardiologi
Decompensasi cordis 319
TOF with cyanotic spells 322
ASD
15. Immunisasi
Vaksin polio oral trivalent 352
Vaksin BCG kering 355
Vaksin campak kering 358
Vaksin jerap DPT 360
Vaksin jerap DT 363
16. Sedasi & Analgesik
Minor pain 365
Moderate & Severe pain 366
DEHIDRASI
DEHIDRASI
Hemokonsentrasi
1
Gastroenterologi
Tanda-tanda dehidrasi :
1. Gelisah s/d koma / kesadaran
2. UUB cekung
3. Air mata kering
4. Mata cekung
5. HR
6. TD
7. Pols halus
8. Oliguria
9. Turgor jelek
10. Bibir kering
11. Ujung jari dingin
12. BB
Tanpa R-S B
* Tanda kunci
Derajat dehidrasi : min. 2 tanda + 1 tanda kunci
(dibaca dr kanan ke kiri).
2
Gastroenterologi
T : 5% BB
Hilang vol. R-S : 5-10% BB
cairan B : >10% BB
Dehidrasi
Isonatremi : 135-150
mEq/L
Na Hiponatremi : < 135 mEq/L
Hipernatremi: >150 mEq/L
Initial
Rehidrasi
Repletion
Terapi Cairan
Normal
Maintenance Holliday Segar
Abnormal
Tampung
3
Gastroenterologi
Penanganan
Hilang < 5% BB
Oralit (WHO) : - Isotonik
- Na+ mirip plasma (90 mEq/l)
- Glukosa 2-3%
- K+ (lbh tgg 20 mEq/l dr plasma)
- Basa 30-40 mEq/l
RL/Asering
4
Gastroenterologi
initial :
30 cc/kg BB (1 jam)
< 1 thn 6 jam
repletion :
70 cc/kg BB (5 jam)
initial :
30 cc/kg BB (0,5 jam)
> 1 thn 3 jam
repletion :
70 cc/kg BB (2,5 jam)
5
Gastroenterologi
Initial Repletion
Memberantas renjatan Sisa defisit
Fungsi ginjal 70 cc/kgBB
20-30 cc/kgBB 2½ jam - 5 jam
2 atau 3 x (>1thn) (<1thn)
cth : BB : 15 kg
= 100 cc + 50 (15-10)
= 1250 cc
6
Gastroenterologi
Tetes makro 1 cc = 20 tetes atau :24 lalu :3
Tetes mikro 1 cc = 60 tetes atau :24
Dehidrasi
Cairan
7
Gastroenterologi
Maintenance elektrolit
Na+ : 2-3 mEq/kg/24 jam
K+ : 1-2 mEq/kg
Koreksi elektrolit
K+ rendah : oral : 1,5-3 gr KCl/hari
i.v. : 2-4 mEq/kgBB/jam
8
Gastroenterologi
1. Jenis cairan
a. Oral :
- Formula lengkap (mengandung NaCl,
NaHCO3, KCl dan glukosa)
Na+ : 90 mEq/L (u/ kolera, diare akut,
anak > 6 bulan)
Na+ : 50-60 mEq/L (diare akut non
kolera, anak < 6 bulan)
Oralit
- Formula tidak lengkap ( mengandung
NaCl, Sukrosa, KH )
Larutan gula garam
Larutan air tajin
Larutan tepung beras
b. Parenteral :
- DG aa (Darrow 1 bgn + glukosa 5 % 1
bgn)
- RL 9 (RL 1 bgn + glukosa 5 % 1 bgn)
- RL
- 3A (NaCl 0,9 % 1 bgn + glukosa 5 % 1
bgn + Na Laktat 1 bgn 1/6 mol/L ).
- DG 1:2 (Darrow 1 bgn + glukosa 5% 2
bgn)
- RL 9 1:3 (RL 1 bgn + glukosa 5-10% 3
bgn)
- Cairan 4:1 (glukosa 5-10% 4 bgn +
NaHCO3 1,5%) atau (glukosa 5-10% 4
bgn + NaCl 0,9% 1 bgn) < 1 tahun
9
Gastroenterologi
2. Cara
a. oral D-RS, tanpa dehidrasi, kesadaran
baik, anak mau minum.
b. Intragastrik D-RS, tanpa dehidrasi, anak
tidak mau minum, kesadaran menurun.
c. Intravena D. berat
3. Jumlah cairan
a. < 2 tahun
b. 2 – 5 tahun
10
Gastroenterologi
Jlh
BB Umur PWL NWL CWL
(ml)
<3kg < 1 bln 150 125 25 300
3-10 1 bln-2thn 125 100 25 250
10-15 2-5thn 100 80 25 205
15-25 5-10thn 80 65 25 170
11
Gastroenterologi
Neonatus
BBLR <2 Kg: kebutuhan cairan 250 ml/kg/24
jam, cairan 4:1
4 jam pertama : 25 ml/kg/jam
6 gtt/kg/i (1 ml=15 gtt)
8 gtt/kg/i (1ml=20 gtt)
12
Gastroenterologi
13
Gastroenterologi
Indikasi IV
1. Dehidrasi berat dengan/tanpa renjatan
2. Mencret hebat
3. Masukan per oral
4. Malabsorbsi Glukosa
5. Distensi abdomen/obstruktif paralitik
6. Oliguria/anuria berlarut-larut
V. Asidosis Metabolik
Bila kadar pH < 7,2 atau biknat drh < 10 mEq/L
BicNat (meylon) setelah rehidrasi
< 1 mEq/kg/x (tidak boleh lebih),
(diencerkan 5 x dengan D5 %) & dapat
diulang setelah 1 jam.
Tidak dianjurkan bila ada gangguan ventilasi
paru (hiperkarbia) & hipokalemia (bisa
terjadi paralise pernafasan).
Rumus HILL :
PCO2 = (1,54 x HCO3) + 8,36 + 1,11
VI. Demam
a. mendinginkan tubuh
b. asal demam : PCT 10 mg/kg/x
c. penurunan > 10 C : menggigil selimuti &
kompres hangat
VII. Kejang
Diazepam 1 mg/kg/hr ( 3-4 dosis )
15
Gastroenterologi
16
Gastroenterologi
17
Gastroenterologi
BB (kg) (m2)
3,3 0,20
5 0,25
8 0,35
10 0,45
15 0,60
20 0,80
30 1,05
60 1,70
150
anak 3-10 kg
100 x70 105ml / kg / hr
18
Gastroenterologi
Untuk Neonatus, diberi PCT maka 0,25 gr/hr
- bayi : 1 gr/hr
- anak : 3 gr/hari
- dewasa : 6 gr/hr
Kalium : 1,5 mEq/kg/hr atau 40 mEq/m2/hr (1-2
g/hr)
Anak < 10 tahun : 0,5 – 1 gr/hr (tergantung BB)
Anak > 10 tahun : 1,2-1,4 gr/hr
Fosfor + 200-300mg/hr
Cl : 0,5 gr/hr
Elektrolit mintenance
Na+ = 3 mEq/kg/hr atau 3 mEq/100 ml H2O
K+ = 2 mEq/kg/hr atau 2 mEq/100ml H2O
Cl- = 3 mEq/100 ml H2O
Glukosa = 5 gr/100 ml H2O
19
Gastroenterologi
Kalium IV
Tidak boleh diberikan pada :
1. Anuria
2. Dehidrasi
3. Konsentrasi > 40 mEq/L ( biasanya 25-30
meg/l)
4. > 4 mEq/kg/hr 2-3 mEq/kg/hr
5. Koreksi bertahap 2-3 hari
- Diberikan dalam D5 % sesuai H.Segar
- Dalam 500 cc D5 % K : 2 mEq, jumlah K
yang sudah ada dalam infus ditambah
dengan KCl dari luar
cth :
K sekarang : 2 KN3B
Batas N : 3,5 mEq (3,5 -2 ) + 2 x 5 kg
= 17,5 meg
Bicarbonat
Dosis HCO3 :
1-2 mEq/kgBB
Pengenceran 5-6 x
Bila tidak diencerkan utk cegah 1 jam
- Intra cranial - overshoot
- Blood vessel rupture - alkalosis metabolik
- asidosis intraseluler
20
Gastroenterologi
Langkah-langkah :
1. baca pH n
asd
alk
2. lihat PaCO2 yang searah dengan pH/BE
3. bila PaCO2 yang searah respiratorik
(proses primer )
4. bila BE yang searah metabolisme
sebagai proses primer.
5. bila proses primer sudah diketahui lihat
komponen lain.
- bila berlawanan - proses kompensasi
- bila searah - proses ganda
- bila posisi N - belum/kurang
proses kompensasi
pH Degree of impairment
<7,20 Severe acidosis
7,20-7,24 Moderate acidosis
7,30-7,34 Mild acidosis
7,35-7,45 N acidosis
7,46-7,50 Mild alkalosis
7,51-7,55 Moderate alkalosis
>7,55 Severe alkalosis
Asidosis Metabolik
Beri Na bicarbonat : 1-2 mEq/kg
(Meylon:NaBic 0,4%)
diberi per bolus perlahan-lahan
(setelah diencerkan dengan Ds% )
cth: BB 7 kg
(2,3-1,9) x 0,3 x 7 = 44,31 mEq
beri bertahap > 1 mEq/kg/hr
Cara :
- ½ dosis pelan-pelan -15’ (IV) encerkan
dengan D5 % 1:5
- ½ jam cek AGDA masih alk ½ dosis 18
drp D5 %
dehidrasi berat D5 % : NaCl 0,9 % = 4:1
dehidrasi + asidosis : D5 % bicnat 1% =
4:1
cara pemberian IV, ¼ dari kebutuhan
selama 4 jam sisanya 20 jam.
23
Gastroenterologi
Neonatus
Dehidrasi berat : Glukosa 5%:NaCl 0,9% (4:1)
Dehidrasi dgn asidosis :
Glukosa 5% : Bicnat 1% (4 :1)
Cairan infus
Pasien-pasien GE & DHF, terapi awal : RL
Pasien-pasien pulmo & neuro : terapi awal :
4:1 (NaCl 0,225 % : D5 %) bayi < 2 tahun
2:1 ( NaCl 0,45% : D5 %) anak > 2 tahun
Infus
4 tahun : 2A = D5% + NaCl 0,9 %
3A = D5% + NaCl 0,9% + Na.laktat
> 2 tahun : 2 : 1 = D5 % + NaCl 0,45 %
< 2 tahun : 4 : 1 = D5 % + NaCl 0,225 %
HSD : ½ Darrow + Glucosa 2,5 %
KAEN III B K naik 20 %
KAEN III A Na naik 60 %
24
Gastroenterologi
Gejala Klinis Defisiensi
Keadaan Kadar Gejala klinis
plasma
Hiponatremia < 135 Pening,anorexia,naus
mEq/L ea, lemah, letargi,
konvulsi, disorientasi,
penglihatan kabur,
kejang, koma.
Hipermatremia > 145 Pirexia,gelisah, lemah
mEq/l paralisis, mengantuk,
letargi, tremor,
konvulsi, hipreflexia,
kejang,koma
Hipokalemia < 3,5 Hipotensi ortostatik,
mEq/l tetani, ileus paralitik,
areflexia paralitik,
rhabdomyolisis,
perubahan EKG (flat
wave, prolong QT
interval)
Hiperkalemia > 5,0 Parastesia,
mEq/l kelemahan otot,
lumpuh layu,
perubahan EKG,
(peak T wave,
prolong PR interval,
wide QRS )
Hipochloremia < 100 = Hiponatremia
mEq/l
Hyperchloremia < 110 = Hipernatremia
mEq/l
Hipokalsemia > 2,5 Anorexia, nausea,
mEq/l muntah, konstipasi,
poliuria,polidipsi,
25
Gastroenterologi
pruritus, hipotonia,
arthtralgia, mialgia.
Hipomagnesemia < 1,5 Jarang timbul gejala,
mEq/l konfusi, delirium,
kejang, ataxia,
torsades de pointes
Hipermagnesemia > 210 Mengantuk, koma,
mEq/l hiporeflexia,
hipotensi, gangguan
konduksi jantung
Hipofosfatemia < 2,5 Anemia, parastesia,
mEq/l ataxia, konfusi,
delirium, kejang,
koma,hipotoni,
hipoventilasi,rhabdo
myolisis, hipotensi,
gagal jantung, RTA,
osteomalasia
Hiperfosfatemia > 4,5 Tetani, kejang, ATN,
mEq/l nephrocalcinosis
26
Gastroenterologi
KOREKSI
Koreksi Asidosis Metabolik
Cara pemberian :
1. ½ dosis diberikan/bolus diencerkan dengan
D5% dengan pengenceran 1:5 (diberikan
periahan kurang lebih 15’)
2. ½ dosis diberikan / drip dalam D5%
Kemasan 1 fls bicnat : 25 mEq = 25 cc
Cara pemberian :
- Setelah dosis total K diencerkan D5%
Jumlah cc D5 % sesuai dengan kebutuhan cairan
maintenance (24 jam)
- Pemberian perdrip
27
Gastroenterologi
5. Kalo hipokalemia + metabolisme asidosis
bicnat & K dapat diberikan bersama
Cara pemberian :
- Koreksi dilakukan dalam waktu 1-4 jam dengan
NaCl 3%,
- Dalam 1 L NaCl 3% mengandung 513 mEq Na
- Koreksi Na dilakukan setelah rehidrasi tercapai.
- Koreksi dilakukan bila Na < 125
28
Gastroenterologi
Koreksi Hipoglikemia
Dosis : 100-200 mg/kgBB
Cara pemberian :
- Menggunakan larutan D 40%
- 1 cc D 40% mengandung 0,4 gr glukosa
40% dextrose injection (25 ml)
(Dextrose monohidrat 40 %)
D40% 25 ml x 0,4 gr : 10gr
: 10.000 mg
- Seluruh kebutuhan D40% diencerkan dengan RL
atau D5% NaCl 0,225 % dengan perbandingan
1:1
- Pemberian secara per bolus
Cth: BB : 10 kg
Kebutuhan : 1000 - 2000 = 2 g
Diberi 2 g = 5 cc 5 cc D40% + 5 cc RL
0,4
Koreksi Hipoalbuminemia
Cara pemberian :
- Pemberian minimal 4 jam per kolf (tidak boleh
cepat-cepat, bisa edema pulmonum)
- Koreksi bila kadar albumin < 2,5 gr/dl
Cara :
1. Mula-mula D5% 10 gtt/i (mikro )
2. Lalu NaCl 0,9% 50 cc (makro)
29
Gastroenterologi
Transfusi alb 20%, 100 cc = 20 gtt/i
(makro)
3. 15’ setelah masuk alb inj. Lasix 20
mg/12 jam/IV
4. Setelah itu NaCl 50 cc D5 10 gtt/i (mikro).
Kemasan :
- Plasbumin 25 % (20 cc, 50 cc, 100 cc)
- Albumin 25 % (50 cc, 100 cc)
- Dalam 100 cc plasbumin 25 % albumer 25 %
mengandung 25 gr albumin.
Koreksi Albumin
Dalam satuan gram :
(c2 – c1) x 0,8 x BB
Dalam satuan cc :
(c2 – c1) x 4 x BB
Keterangan :
C2 = jumlah albumin yg diinginkan (3,5)
C1 = jumlah albumin sekarang
GE Anak
30
Gastroenterologi
Setiap pemberian 20 cc/kg dievaluasi ulang,
terutama diuresis, BB, TD, pols, perfusi perifer,
tek.vena sentralis (k/p).
RF Phys. Olig.
1. Lasix Diuresis (-) Diuresis (+)
2. Lab :
- Urin osm. < 350mosm/kgH2O > 500
- Na+ urin > 40 mEq/l < 20
- Fr. excr > 1% < 1%
31
Gastroenterologi
ORALIT
Prevention
Treatment
Maintenance
Dehidrasi Diare
DIARE
Rehidrasi
Cairan Cairan
Makanan
1. Setelah rehidrasi
2. < 4 bulan : - ASI (+)
- ASI (-) ??
3. > 4 bulan : - ASI - Tahu, tempe
- Bubur nasi - Susu formula
- Pisang stop
- Ikan
32
Gastroenterologi
ORALIT
Na rendah WHO
(30-50 mEq/L) (90 mEq/L)
Hipoosmolar Isoosmolar
Rehidrasi&Maintenance Rehidrasi&Maintenance
Diare Non Kolera & Diare Kolera
Gizi Buruk
Indikasi IV
1. Dehidrasi berat dengan/tanpa renjatan
2. Mencret hebat
3. Masukan per oral
4. Malabsorbsi Glukosa
5. Distensi abdomen/obstruktif paralitik
6. Oliguria/anuria berlarut-larut
Oralit (WHO) :
- Isotonik
- Na+ mirip plasma (90 mEq/l)
- Glukosa 2-3%
- K+ (lbh tgg 20 mEq/l dr plasma)
- Basa 30-40 mEq/l
ORALIT
<2 Th : 50-100cc/x mencret; 500cc/hr
2-10 Th : 100-200 cc/x mencret;1000cc/hr
>10 Th : 200cc/hr
33
Gastroenterologi
Normal Abnormal
Ig G Helicobacter
pylori Tidak sembuh Sembuh
GASTROENTERITIS RS
Diagnosa Elektrolit Darah dan AGDA ?
Lakukan 2 x
FORCE DIURESIK
1. RL 10 - 20 cc / kgBB / jam
Kalau tidak keluar urin diulangi 1 jam lagi,
kalau tidak keluar lagi :
Lasix 1 mg/kgBB/hari bila tidak keluar :
Gagal ginjal, Dx: RFI
2. RL 10 cc / kgBB / jam
Dalam ½ jam tida keluar
Lasix 1 mg/kgBB/IV
34
Gastroenterologi
ANTI MIKROBA
1. Kolera
2. Disentri Basiler
3. Amubiasis
4. Giardiasis
36
GEJALA KHAS DIARE AKUT
37
Darah - Sering Kadang2 - + -
Bau - +/- Busuk + - Amis
Warna Tidak
Kuning Merah Merah Cucian
Kehijauan b’war-
hijau hijau hijau beras
na
Leukosit - + + - + -
Lainnya Kejang Meteo-
Anoreksia Sepsis +/- Infeksi -
+/- rismus
38
Hematologi
TRANSFUSI DARAH
Hilang darah akut 30% atau lebih, pada :
< 4 tahun : tek. sistolik < 65 mmHg
5 – 8 tahun : tek. sistolik < 75 mmHg
9 – 12 tahun : tek. sistolik < 85 mmHg
13 – 16 tahun : tek. sistolik < 90 mmHg
Hb 5 – 7 gr% : 5 cc/kgBB
7 – 10 gr% : 7 cc/kgBB
< 5 gr% : 3 cc/kgBB
39
Hematologi
20 cc/kgBB
Indikasi : perdarahan masif, mis. kecelakaan,
perdarahan saluran cerna
PRC : 4 x BB x Hb
10 – 15 cc/kgBB
Indikasi : tanpa perdarahan masif, penyakit
kronis mis. anemia, thalassemia,
leukemia.
FFP : 10 – 15 cc/kgBB
Prosedur Transfusi
1. NaCl 0,9% 50 cc
2. Dexamethasone inj. 0,5 mg/kgBB
1 amp = 1 ml 5 mg/ml
3. Lasix inj = 1 mg/kgBB
1 amp = 2 ml 10 mg/ml
Transfusi
Cek Hb setelah 1 jam transfusi
Cairan berikut 4 : 1
40
Hematologi
Kemampuan Transfusi
Hb 5 - 7 = 5 cc/kgBB
7 – 10 = 7cc/kgBB
<5 = 3 cc/kgBB
41
Hematologi
MCV : Mean Corpuscular Volume (vol eritrosit
rata2)
MCV = Ht vol% x 10 .
Jumlah eritrosit juta/mm3
N = 81 – 90 m3
Mikrositik Normositik Makrositik
N = 30 – 36 gr/100 ml darah
Hipokrom Normokrom Hiperkrom
42
Hematologi
ANC :
43
Gizi
TATALAKSANA GIZI BURUK
5 Aspek yang harus diperhatikan :
1. 10 Penanganan gizi buruk
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Kegagalan pengobatan
4. Pasien pulang sebelum rehabilitasi tuntas
5. Tindakan pada kegawatan
Th/ :
- Bolus 50 cc glukosa 10%/sukrosa 10%
peroral/NGT
- Setiap 30’ beri larutan tersebut (1 sdt gula
dalam 5 sd)
- Mulai pemberian makan tiap 2 jam
- Beri antibiotik
Ambil KGD dari ujung jari/tumit tiap 2 jam.
Bila tidak ada pemeriksaan, anggap tiap
anak hipoglikemia.
Langkah II
Atasi Hipotermia
Hipotermia : < 36C (suhu rectal)
44
Gizi
Metode Kangguru : Peluk di dada ibu, selimuti
sampai kepala
Mulai pemberian makanan cair/formula khusus.
Langkah III
Atasi Dehidrasi
Langkah IV
Koreksi Elektrolit
Cairan WHO : >> Na, << K
Resomal
KEP
- Na , K
- Tambahkan K 2,4 mEq/kgBB/hari
(150 - 300 mg/KCl/kgBB/hari)
- Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari
(7,5 – 15 mg MgCl2/kgBB/hari)
Langkah V
Pengobatan dan Pencegahan Infeksi.
45
Gizi
AB Spektrum luas.
Tanpa komplikasi
Kotrimoksazol 5 ml susp. ped. oral.
2 x/hari selama 5 hr (2,5ml bila BB < 4kg)
atau
Bila sakit berat (apatis, letargi) atau ada
komplikasi (hipoglikemia, hiponatremia,
dll)
Ampicillin 50 mg/kgBB/IM/IV
Setiap 6 jam selama 2 hari, dilanjutkan
dengan Amoksisilin oral 15 mg/kgBB/8 jam
selama 5 hari.
Bila Amoksisilin tidak ada teruskan
Ampicillin 50 mg/kgBB/6 jam oral.
dan
Gentamicin 7,5 mg/kgBB/IM/IV
1 x/hari selama 7 hari.
Langkah VI
Mulai pemberian makanan
Langkah VIII
Koreksi Defisiensi Mikronutrien
Multivitamin
Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari I)
Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari
Bila BB : Fe 3 mg/kgBB/hari atau
SF 10 mg/kgBB/hari
Vitamin A oral pada hari I
> 1 tahun : 200.000 SI
6 – 12 bulan : 100.000 SI
< 6 bulan : 50.000 SI
Langkah IX
Stimulai sensorik & dukungan emosional.
47
Gizi
Langkah X
Tindak lanjut di rumah.
Kontrol : Bulan I : 1 x/minggu
II : 1 x/minggu
III : 1 x/bulan
DERMATOSIS
Kompres larutan KMnO4 (PK 1%) selama 10’
Salep/krim Zn
Zn peroral
PARASIT
Mebendazole 7,5 mg (kgBB/8 jam/7 hari)
DIARE
Metronidazole 7,5 mg (kgBB/8 jam/7 hari)
TBC
Tes Mantoux.
48
Gizi
PENANGANAN PASIEN PULANG
BB minimal 70% BB/U atau 80% BB/TB
KEP berat pulang belum tuntas, terapi :
Energi 150 kkal/kgBB/hari
Protein 4 – 6 g/kgBB/hari
49
Gizi
FORMULA-75
Susu skim 25 gram
Gula pasir 100 gram
Minyak sayur 30 gram
Larutan elektrolit 20 gram
Tambahan air 1000 cc
FORMULA 100
Susu skim 85 gram
Gula pasir 50 gram
Minyak sayur 60 gram
Larutan elektrolit 20 rgam
Tambahan air 1000 cc
50
Gizi
FORMULA 135
Susu skim 90 gram
Gula pasir 65 gram
Minyak sayur 65 gram
Larutan elektrolit 75 gram
Tambahan air 600 cc
51
BAGAN DAN JADWAL PENGOBATAN
52
KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKANAN
FASE
ZAT GIZI
STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
1. Energi 100 kkal/kgBB/hari 150 kkal/kgBB/hari 150-200 kkal/kgBB/hari
2. Protein 1-1,5 g/kgBB/hari 2-3 g/kgBB/hari 4-6 g/kgBB//hari
3. Vitamin A Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8
4. Asam Folat ” ” ”
5. Zinc ” ” ”
6. Cuprum ” ” ”
7. Fe ” ” ”
8. Cairan 130 ml/kgBB/hari 150 ml/kgBB/hari 150-200 ml/kgBB/hari
atau
100 ml/kgBB/hari
bila edema
53
Gizi
Cth : BB : 5 kg
Dx : KEP berat
Fase Stabilisasi
- Kebutuhan cairan : 130 x 5,4 = 700 ml
- Bila edema : 100 cc/kgBB/hari
- Kebutuhan kalori : 100 cc/kgBB/24 jam
= 100 x 5,4 = 540 kkal
Fase Transisi
Kebutuhan cairan : 150 cc x 5,4 = 810 cc
Kebutuhan kalori : 150 cc/kgBB/hari
= 150 x 5,4
= 810 kkal
Fase Rehabilitasi
Kebutuhan cairan 200 cc x 5,4 = 1080 cc/hari
Kebutuhan kalori 200 cc x 5,4 = 1080 kkal/hari
Cth : BB : 18 kg
Dx : BP
IVFD = 6 gtt/i
Bukan KEP
55
Gizi
Misal :
3 tahun, laki-laki, BB = 10 kg, TB = 90 cm.
BB/U BB os
BB menurut median/SD
= 10 x 100% = 68%
14,6
KEP sedang
TB/U TB os
TB menurut median/SD
= 90 x 100% = 94%
94,9
Gizi baik
BB/TB BB os
TB menurut median/SD
= 10 x 100% = 76%
13
KEP sedang
56
Gizi
BB seharusnya = (3x800)+(3x550)+(3x350)+2600
= 7700 gram
> 1 tahun :
1 – 6 tahun : 2n + 8 n= umur + bulan
tahun
6 – 12 bulan : 7n + 5
2
57
Gizi
SOSIALISASI NCHS
WHO 2000
THE EID INDEX
RDA (kalori)
58
Gizi
Peningkatan BB/hari
Usia
(g)
0 – 4 bulan 20 – 25
4 – 12 bulan 15
1 – 3 tahun 8
4 – 6 tahun 6
Contoh Kasus :
1. Seorang anak lelaki berusia 2 tahun dgn BB 10
kg TB 85 cm:
a. Bagaimana status nutrisinya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
2. Seorang anak lelaki berusia 2 tahun dgn BB 10
kg TB 75 cm :
a. Bagaimana status nutrisinya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
3. Seorang anak lelaki berusia 21 bulan dgn BB 8
kg dan PB 75 cm :
a. Apa diagnosisnya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
59
Gizi
4. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun
dengan BB 30 kg dan PB 115 cm :
a. Bagaimana status nutrisinya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
Jawab :
1. a. Status nutrisi : Mild malnutrition
BB/TB = 10/12,2 x 100% = 82%
b. Kebutuhan nutrisi
= 100 (RDA 21 bulan) x 12,2
= 1220 kkal
2. a. Status nutrisi : sesuai (normal)
BB/TB = 10/9,9 = 101%
b. Kebutuhan nutrisi
= 10 x (100 – 120)
= 1000 – 1200 kkal
3. a. BB 8 kg (<P3); PB 75 cm (<P3)
Diagosa Failure to thrive dimana
seharusnya BB anak :
0 – 4 bulan : 2400 gr
4 – 12 bulan : 3600 gr
12 – 21 bulan : 2160 gr
8160 gr + 2600 gr
= 10,7 kg
b. Kebutuhan nutrisi 100 x 10,4 = 1040 kkal
Status nutrisi = B/T = 8/10,4 = 7%
(moderate malnutrition)
4. BB 30 kg (> P97), PB 115 cm (= P90)
a. Status nutrisi
BB/TB = 30/20 x 100% = 150%
(obesitas)
BMI = 22,6
b. Kebutuhan nutrisi = 90 x 20 = 1800 kkal
60
Tindakan Kegawatan
TINDAKAN KEGAWATAN
SYOK
ANEMIA BERAT
Transfusi bila : - Hb < 4 g/dl
- Hb 4 – 6 g/dl + distress nafas
& gagal jantung
Transfusi :
- Darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam
Bila gagal jantung (+) PRC
- Furosemid 1 ml/kgBB IV
Bila setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl
atau 4-6 g/dl jangan ulangi
pada anak distress.
61
Tindakan Kegawatan
HYPOVOLEMIC SHOCK
Berkurangnya vol darah yg bersirkulasi
Preload
Stroke Volume
Cardiac Output
Tidak dapat memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
Masalah pokok :
o Pe perfusi aliran darah
o Pe penyampaian oksigen ke jaringan
Kegagalan mekanisme kompensasi
hemodinamik dan transpor oksigen.
Diagnosis :
1. Riwayat kehilangan darah/volume
2. Tanda-tanda renjatan :
- Takikardia & hipotensi
- Kolaps vena & kapiler pucat, dingin,
keringat, extremitas dingin
- Oliguria
- Kurangnya darah ke otak, gelisah
- Perubahan tingkah laku, apatis, stupor,
kejang
- Perubahan tekanan vena centralis
diukur & dicatat setiap 30-60’
62
Tindakan Kegawatan
Laboratorium :
o Hb.Ht pada awalnya normal
o Bila plasma keluar Hb/Ht
o Urine BJ : > 1,020
o Saturasi O2 dari NaCO2 biasanya
o Metabolik asidosis
o Perubahan elektrolit
o Gangguan faal ginjal
o Gangguan faal hati
o Gangguan pembekuan darah
o Sepsis kultur darah bisa (+)
Penatalaksanaan :
A. Tindakan Inisial
1. Bebaskan jalan nafas
2. Beri O2 5-10 L/i
3. Posisi pasien : Supinasi, kaki diangkat 30
4. Segera pasang kateter IV pada satu tmp/
lebih bila setelah 1-2 menit akses IV tidak
berhasil, lakukan teknik infus intra osseus.
5. Pasang kateter urine, periksa urine rutin,
termasuk BJ urine.
B. Resusitasi Cairan
1. Berikan kristaloid (RL, NS) 10-20 cc/kg,
guyur.
2. Bila tanda klinis syok masih tetap,
pemberian kedua sebesar 10-20 ml/kg
dapat diulangi.
3. Bila syok masih belum teratasi (hipotensi,
pengeluaran urine < 1 ml/kg/jam),
diberikan lagi kristalloid 10 ml/kg, bila
anuria diberikan 10-20 ml/kg.
4. Pantau irama jantung dengan EKG
63
Tindakan Kegawatan
5. Lakukan pemeriksaan darah lengkap,
AGDA, elektrolit, glukosa, kalsium darah,
ureum kreatinin.
Bila asidosis metabolik koreksi dengan
Natrium bikarbonat 8,4% sebanyak 1
mEq/kg/bolus ventilasi harus adekuat.
Bila asidosis repiratorik pasang ventilator
pulse oxymeter untuk menilai perfusi
jaringan.
Koreksi hipokalsemia, hipoglikemia &
elektrolit.
6. Lakukan evaluasi ulang, bila dijumpai
hipotensi, urine < 1 ml/kg lakukan
pemasangan CVP, foto thoraks,
ekokardiogram.
64
Tindakan Kegawatan
Beberapa contoh obat-obatan inotropik
Obat Dosis Efek
Dopamin 1-4 g/kg/mnt Vasodilator
5-10 µg/kg/mnt splanchnik
>10-15 g/kg/mnt Me kontraktilitas
Vasokonstriksi
Isoproterenol 0,1-1,0 µg/kg/mnt Me kontraktilitas
Vasodilatasi
perifer
Dobutamin 1-15 g/kg/mnt Memperbaiki
Kontraktilitas
Epinephrine 0,1-0,2 g/kg/menit Memperbaiki
Kontraktilitas
Mengurangi resis-
tensi vaskular
sistemik
65
Tindakan Kegawatan
PENATALAKSANAAN SHOCK
ANAFILAKSIS PADA ANAK
1. Tidurkan segera, bila perlu dengan sikap
trendelenburg.
2. Nilai tanda vital kalau perlu dilakukan
resusitasi kardiopulmonal.
3. Suntikkan segera adrenalin 1:1000 dengan
dosis 0,01 cc/kg yg banyaknya tidak melebih
0,3-0,5 cc, dapat diulangi setiap 15-30’ bila
respon tidak ada. Bila TD tidak terukur perlu
diberi adrenalin 0,3 cc intrakardial.
4. Bila TD sistolik belum mencapai diatas 50
mmHg dapat diberikan cairan IV dekstran atau
cairan isotonik dengan dosis sebanyak 20-30
cc/kg.
5. Pemberian hidrokortison IM atau
dexamethasone IM/IV boleh diberikan pada
reaksi yang hebat dengan dosis awal :
7-10 mg/kg dan selanjutnya 5 mg/kg.
Dexamethasone 0,5 mg/kg
ttp dpt diberikan setelah 48-72 jam.
6. Pemberian antihistamin tidak efektif & tidak
dianjurkan.
7. Aminofilin IV dapat diberikan bila dijumpai
bronkospasme menetap dengan dosis 6 mg/kg
selama 15’ 5-15 mg/kg dalam 24 jam
berikutnya.
8. Intubasi & trakeostomi dapat dilakukan bila
terdapat obstruksi jalan nafas bagian atas yang
dapat mengganggu ventilasi.
9. Oksigen diberikan bila ada indikasi.
66
Tindakan Kegawatan
TANDA-TANDA KEGAWATAN
PADA BAYI / ANAK
Umur FP/i FN/i TD SKG Pupil
(Sist)
Neonatus <20 <80
<40 <8 Dil
>80 >180
Bayi <10 <60
<60 <8 Dil
>60 >160
Anak <10 <40
<80 <8 Dil
> 60 >140
67
Tumbuh Kembang
PERTUMBUHAN CEPAT I
TRIWULAN I : 800 g/bulan
II : 550 g/bulan
III : 350 g/bulan
IV : 250 g/bulan
PENINGKATAN BB
Tahun I : BB 6000 g
Tahun II : BB 3000 g
Tahun III : BB 1500 g
Tahun IV : < 1500 g
Tahun V : < 1500 g
PENINGKATAN TB
1. Umur 2-5 tahun : 7,5 cm/tahun
2. Umur 5-10 tahun : 6,0 cm/tahun
3. Umur 12-16 tahun : 9,0 cm/tahun
68
Tumbuh Kembang
69
Tumbuh Kembang
Sistole Diastole
Usia
mmHg mmHg
Neonatus 50 – 70 30 – 45
1-12 bulan 60 – 90 40 – 70
1-3 tahun 75 – 110 50 – 75
4-8 tahun 80 – 115 50 – 75
9-15 tahun 85 – 12 50 – 80
70
Tumbuh Kembang
71
Tumbuh Kembang
APNEUSTIC BREATHING
72
Tumbuh Kembang
ATAXIC BREATHING
CLUSTER BREATHING
Lesi di MO
Nafas tinggal satu2,
Lesi di MO
73
Tumbuh Kembang
KADAR Hb,Ht,LEUKOSIT,
TROMBOSIT NORMAL
KADAR Hb
UMUR KADAR HB (G/DL)
1 – 3 hari 14,5 – 22,5
2 bulan 9,0 – 14,0
6 – 12 tahun 11,5 – 15,5
12 – 18 tahun : Male 13 – 16
Female 12 – 16
18 – 49 tahun : Male 13,5 – 17,5
Female 12,0 – 16,0
KADAR LEUKOSIT
UMUR KADAR LEUKOSIT
(/MM3)
Lahir 9000 – 30000
24 jam 9400 – 34000
1 bulan 5000 – 19500
1 – 3 tahun 6000 – 17500
4 – 7 tahun 5500 – 15500
8 – 13 tahun 4500 – 13500
Dewasa 4500 – 11000
74
Tumbuh Kembang
KADAR HEMATOKRIT
UMUR KADAR (%)
1 hari 48 – 49
2 hari 48 – 75
3 hari 44 – 72
2 bulan 28 – 42
6 – 12 tahun 35 – 45
12 – 18 tahun : Male 37 – 49
Female 36 – 46
18 – 49 tahun : Male 41 – 53
Female 36 – 46
TROMBOSIT
75
Tumbuh Kembang
RUMUS BERAT BADAN
12 bln = Umur (bulan) + 9 kg
2
76
Tumbuh Kembang
SOSIALISASI NCHS
WHO 2000
THE EID INDEX
BB anak dibandingkan TB anak ke persentile ke
50 diekspresikan dengan BB/umur pada
persentile ke 50.
BB/TB (IBW)
> 120% Obesity
> 110 – 120% Overweight
> 90 – 110% Normal
> 80 – 90% Mild malnutrition
> 70 -80% Moderate malnutrition
< 70% Severe malnutrition
RDA (kalori)
77
Tumbuh Kembang
Kalkulasi kebutuhan untuk Catch-Up growth
pada bayi aterm dan anak
Peningkatan BB/hari
Usia
(g)
0 – 4 bulan 20 – 25
4 – 12 bulan 15
1 – 3 tahun 8
4 – 6 tahun 6
Contoh Kasus :
1. Seorang anak lelaki berusia 2 tahun dgn BB 10
kg TB 85 cm:
a. Bagaimana status nutrisinya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
2. Seorang anak lelaki berusia 2 tahun dgn BB 10
kg TB 75 cm :
a. Bagaimana status nutrisinya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
3. Seorang anak lelaki berusia 21 bulan dgn BB 8
kg dan PB 75 cm :
a. Apa diagnosisnya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
78
Tumbuh Kembang
4. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun
dengan BB 30 kg dan PB 115 cm :
a. Bagaimana status nutrisinya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
Jawab :
1. a. Status nutrisi : Mild malnutrition
BB/TB = 10/12,2 x 100% = 82%
b. Kebutuhan nutrisi
= 100 (RDA 21 bulan) x 12,2
= 1220 kkal
2. a. Status nutrisi : sesuai (normal)
BB/TB = 10/9,9 = 101%
b. Kebutuhan nutrisi
= 10 x (100 – 120)
= 1000 – 1200 kkal
3. a. BB 8 kg (<P3); PB 75 cm (<P3)
Diagosa Failure to thrive dimana
seharusnya BB anak :
0 – 4 bulan : 2400 gr
4 – 12 bulan : 3600 gr
12 – 21 bulan : 2160 gr
8160 gr + 2600 gr
= 10,7 kg
b. Kebutuhan nutrisi 100 x 10,4 = 1040 kkal
Status nutrisi = B/T = 8/10,4 = 7%
(moderate malnutrition)
4. BB 30 kg (> P97), PB 115 cm (= P90)
a. Status nutrisi
BB/TB = 30/20 x 100% = 150%
(obesitas)
BMI = 22,6
b. Kebutuhan nutrisi = 90 x 20 = 1800 kkal
79
Infeksi
TETANUS NEONATORUM
Etiologi
Clostridium tetani tali pusat
Masa Inkubasi
3 – 14 hari
Diagnosa
Gejala Karakteristik
Malas minum, mudah terangsang
Menangis terus, tidak sanggup menghisap
Rahang kaku
Mulut mencucu, suara tangisa mendesis
Spasme dinding perut
Prognosa Buruk
Umur < 7 hari
MI < 7 hari
Gejala timbul < 48 jam
Muscular spasme (+)
80
Infeksi
Terapi
1. Atasi kejang : Diazepam 10 mg IV/IM
2. NGT (bila kejang sudah teratasi)
3. IVFD D5% & NaCl
4. Perawatan incubator
5. Monitoring HR, RR, suhu incubator, frek.kejang
6. Suction
7. Ubah posisi/2 jam
8. Zalf AB mata
9. Fisioterapi dada/4 jam
10. Cairan input/output
11. Tali pusat H2O2 3%
12. PP 100.000 U/kg/hari IM
Atau Crystalline PNC 100.000 U/kgBB/hari IV :4
13. ATS 100.000 U/IV
14. TT sesudah sembuh (0,5 cc IM)
15. Untuk mengontrol kejang 20 mg/kg/hari
8x beri (tiap 3 jam)
Dosis max : 40 mg/kgBB/hari
81
Infeksi
Skema Pemberian Diazepam
pada Tetanus Neonatorum
Diazepam 10 mg IM
Diazepam 10 mg
(max 3x pemberian)
82
Infeksi
TETANUS ANAK
Masa Inkubasi
3 – 14 hari
Penatalaksanaan
Atasi kejang :
Diazepam 10-20 mg (pd yang berat) atau 5-10
mg (pada yg sedang) IV/IM.
Bila kejang tetap (+) ICCU
O2
NGT bila kejang sudah (-)
Antibiotik : PP 50.000/kg/12 jam IM (7-10 hr)
Bila alergi :
Tetrasiklin 30-40 mg/kgBB/24 jam : 4
PNC G : IV : 200.000 U/kgBB/24 jam : 6
10 hari
Disuntik setelah injeksi Diazepam.
ATS : 40.000 unit terbagi 2
20.000 IU dalam 200 cc NaCl dalam 30-45’
20.000 IU secara IM pada paha sebelah luar
TT
Dilakukan bersamaan dengan pemberian
antitoxin, tetapi pada sisi yang berbeda dengan
alat suntik yang berbeda, IM 0,5 cc.
Untuk mengontrol kejang :
Diazepam : 3-4 mg/kg/hari (:8) tiap 3 jam
Dosis max : 25 mg/kg/hari
O2 pada saat kejang
83
Infeksi
Diazepam 10 mg
(max 3x pemberian)
KECACINGAN
TRICHURIASIS
Th/ :
1. Mebendazole oral : 2 x 100 mg
Selama 3 hari (R/ vermox)
Sediaan tab 100 mg
2. Albendazole
> 2 tahun : 400 mg (2 tab)/
20 ml suspensi single dose
< 2 tahun : dosis ½ nya
OXYURIASIS
Th/ : Mebendazole oral, dosis tunggal 1 x 100 mg
ANKILOSTOMIASIS
Th/ :
1. Mebendazole oral 2 x 100 mg/3 hari.
Bila anemia berat < 5 g/dl :
Beri preparat besi/oral : 2 mg/kgBB 3 x 1
Hingga anemia dikoreksi
2. Albendazole
ASKARIASIS
Th/ : Pyrantel Pamoate 10mg/kgBB single dose
Dapat diulang 2 minggu kemudian
Sediaan : Susp 250 mg/5 cc
Tab 125 mg/tab
TAENIASIS
Th/ : Praziquantel sediaan tab 60 mg
150 mg dosis tunggal
85
Infeksi
TRICHURIASIS
Treatment:
Mebendazole (100 mg oral selama 3 hari
atau 500 mg oral dosis tunggal) aman &
efektif, karena sedikit yang diabsorbsi dari
saluran gastrointestinal
mengurangi jumlah telur 90 – 99 % &
angka keberhasilan 70 - 90 %
Albendazole (400 mg peroral dosis
tunggal)
Dengan infeksi berat dapat diberikan
selama 3 hari
OXYURIASIS
Treatment :
Mebendazole 100 mg oral dosis tunggal
diulangi 2 minggu kemudian angka
keberhasilan 90 – 100 %
Albendazole 400 mg oral dosis tunggal
diulangi 2 minggu kemudian
Pyrantel Pamoate (11 mg/kgBB oral, max :
1 gram)
86
Infeksi
SEPSIS
1. Anamnesis : Infeksi intrapartum
2. Perubahan suhu (hipo & hipertermi)
3. BB tanpa sebab
4. Feeding difficulties (not doing well)
5. Lethargi
6. Prematuritas
1. Ikterus
2. Kejang
3. Respiratory problems
4. Local infection
5. Vomiting
87
Infeksi
MALARIA
Gejala Klinis
Demam sifat paroksismal, terdiri dari :
1. Stadium dingin (15 – 60’)
2. Stadium panas (> 2 jam)
3. Stadium keringat (1 jam)
Anemia Anemia hemolitik
Hepatosplenomegali
Darah Tepi
Falciparum cincin & gametosit (bentuk
pisang)
Vivax, Ovale & Malariae semua stadium
ditemukan
Manifestasi Ganas
P. falciparum
Parasitemia > 2%
88
Infeksi
Terapi
Dosis obat malaria untuk anak
BB Umur Dosis
3,2 kg Neonatus 12% dosis dewasa (1/8)
4,5 kg 2 bulan 15% dosis dewasa (1/6)
6,5 kg 4 bulan 20% dosis dewasa (1/5)
10 kg 1 tahun 25% dosis dewasa (1/4)
15 kg 3 tahun 33% dosis dewasa (1/3)
23 kg 7 tahun 50% dosis dewasa (1/2)
40 kg 12 tahun 75% dosis dewasa (3/4)
MALARIA FALCIPARUM
I. Sensitif Chloroquin
Hari I : 10 mg/kgBB/oral 6 jam kemudian
5 mg/kgBB/oral
Hari II : 5 mg/kgBB/oral
Hari III : 5 mg/kgBB/oral
Hari IV-V: 5 mg/kgBB/oral : bila dibutuhkan,
Biasanya kombinasi dengan :
- Primaquin 45 mg(SD) atau
- Pirimetamin 50 mg
89
Infeksi
MALARIA VIVAX/OVALE/MALARIE
1. Chloroquin 600 mg (base) SD atau dibagi 2
dosis dengan interval 6 jam, digabung dengan
primaquin 15 mg/hari (selama 14 hari).
2. Pada Defisiensi G6PD
Chloroquin 300 mg + Primaquin 45 mg
1 x seminggu (selama 8 hari)
dosis dewasa
MALARIA CEREBRAL
Gejala :
- Demam - Hepatosplenomegali
- Kejang - Deserebrasi
- Anemia - Deviation conj.
Obat-obat Lain
Kuinin Dihidroklorida dose : 10 mg/kg, diencerkan
dengan 20 cc NaCl disuntik pelan-pelan 20 menit
atau dimasukkan dalam infuse 500 cc NaCl.
90
Infeksi
Dapat diulang setelah 6-8 jam.
Dosis max : 2000 mg/hari.
91
Infeksi
D H F
Diagnosa (Kriteria WHO)
1. Demam tinggi, mendadak & terus menerus
selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, setidak-tidaknya uji
Tourniquet (+) dan salah satu bentuk lain,
ptekiae, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis atau melena
3. Pembesaran hati
4. Renjatan, tanda-tanda nadi lemah, cepat,
disertai tekanan nadi (< 20 mmHg)
5. TD me (TD me s/d 80 mmHg)
Disertai kulit dingin dan lembab, terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah,
timbul sianosis sekitar mulut
Laboratorium
92
Infeksi
Derajat DHF
DD
1. DHF
2. Chikunguya Haemorrhagic Fever
3. Phillipine
4. ITP
93
Infeksi
Tersangka DBD
Demam ,mendadak,terus
menerus, <7 hari,tdk disertai
ISPA, badan lemah & lesu
(Lihat bagan 3)
Rawat Inap Rawat Jalan
Minum banyak Nilai tanda klinis
Paracetamol Minum byk 1,5-2 L/hr
Kontrol tiap hari Periksa trombosit & Ht
sampai demam bila demam menetap
Periksa Hb, Ht, setelah hari ke-3
trombosit tiap kali
Segera bawa ke RS
94
Infeksi
Pulang
95
Infeksi
DBD Derajat II dengan Peningkatan Ht > 20%
Cairan Awal
RL/NaCl 0,9% atau
RLD5/NaCl 0,9% + D5
6-7 ml/kgBB/jam
Monitor tanda vital/nilai Ht & trombosit tiap 6 jam
3 ml/kgBB/jam
Distress Ht turun
IVFD stop pd 24-48 jam pernafasan
Bila tanda vital/Ht stabil Ht
Diuresis cukup Tek.nadi < 20mmHg
Koloid Transfusi
20-30 ml/kgBB darah segar
(max.1500 ml) 10 ml/kgBB
Perbaikan
96
Infeksi
DBD Derajat III & IV
DSS
1. Oksigenasi (berikan O2 2-4 L/i)
2. Penggantian vol.plasma segera
(cairan kristalloid isotonis)
RL/NaCl 0,9%
10-20 ml/kgBB secepatnya (bolus dlm 30 menit)
Evaluasi 30’, apakah syok teratasi?
Pantau tanda vital tiap 10’
Catat balans cairan selama pemberian cairan IV
Syok teratasi Syok tidak teratasi
Kesadaran membaik Kesadaran me
Nadi teraba kuat Nadi lembut/tdk teraba
Tek.nadi >20 mmHg Tek.nadi < 20mmHg
Tdk sesak nafas/sianosis Distress pernafasan/
Ekstremitas hangat sianosis
Diuresis cukup 1ml/kgBB/jam Ekstremitas dingin
Periksa KGD
97
Infeksi
DEMAM TIFOID
Kriteria Diagnosa :
Demam > 1 minggu
Kesadaran
2-3 gejala gastrointestinal
Typhoid tongue
Hepatosplenomegali
Penatalaksanaan :
Umum :
- Bed rest
- Perawatan kulit & mulut
- Makanan mudah dicerna/tdk merangsang
- Tidak konstipasi 3 hari
Pakai liq.parafin & gliserin supp.
Antimikroba :
Chloramfenicol oral/IV
Dosis Infant : 25 mg/kgBB/hari
Anak : 50-100 mg/kgBB/hari
Leukosit 1000-2500/mm3 dosis ½ jam
< 1000/mm3 jgn diberikan
Ampisillin & Amoksisilin
Beri IV, dilanjutkan :
Dosis : Ampisillin 100-200 mg/kgBB/hr :4
Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari :4
Lama 14 hari
Sulfametoxazol + TMP
Dosis 185 mg/kgBB/hari + 0,25 mg/m2/hr
Pemberian oral
Lama 14 hari
98
Infeksi
Ceftriaxone
Kortikosteroid
THYPHOID FEVER
→ Fecal oral
MI : 7 – 14 hari (3 -60 hari)
Klinis :
Lidah keabu-abuan, pinggir hiperemis, tremor
Rose spot: bintik lembayung di punggung,
abdomen, di dalamnya mengandung salmonella
→ mgg I
Abdomen : perut lembek spt nenek2, diare
berbiji
Lab :
Anemia normokromik
Leukosit 3000 – 6000/mm3
Albuminuria ketika
Kultur darah → mgg 1 – 3
Kultur tinja → mgg 2 – 4
99
Infeksi
DD :
Primary atypical pneumonia
Scrub thypus
Tularemia
Tb paru
Malaria
Demam paratifoid
Terapi :
Chloramphenicol
50–100 mg/kgBB/hari bagi 4 dosis selama 14 hari atau
5–7 hari bebas demam
Cotrimoxazole
8–10 mg/kgBB/hari bagi 2 dosis selama 14 hari/ 5–7
hari bebas demam
Amoksisilin
100 mg/kgBB/hari bagi 4 dosis selama 14–21 hr
Kronik :
Setelah sembuh, 6 bln kmdn diperiksa tinja (+)
salmonella
Terapi : Antibiotika jangka panjang spt ampicillin
(bekerja intra sel) selama 4–6 mgg. Jika gagal :
Operatif (kasai operation)
100
Infeksi
DIFTERI
Etiologi
Corynebacterium diphteriae
(basil gram (+))
Diagnosa
Demam
Pseudomembran putih/keabuan, bila diangkat
mudah berdarah
Pilek/sekret , epistaksis, bull neck
Anoreksia, dysphagia, batuk, sesak, stridor
inspiratoir
DD
Pharyngitis, Tonsilitis, Laryngitis
Dx
Darah tepi rutin, sediaan hapus pseudomembran,
Kultur pseudomembran, Thorax foto,
EKG (2-3 x/mgg)
Terapi
ADS 40.000 IU dalam NaCl 0,9% 200 cc
Per IV habis dalam 30-45’ (test dulu)
Cara test :
1 cc ADS diencerkan 100x dgn NaCl 0,9%
disuntikkan IC (+) > 10 mm/20 menit
PP 50.000 IU/kg/12 jam selama 7 hari atau
Eritromisin 40 mg/kg/hari selama 7 hari
Kortikosteroid (Dexa)
1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu
101
Infeksi
Tracheostomy (k/p)
Digitalis bila miokarditis DC, kec: bila ada
aritmia
Isolasi
Mukolitik
Paracetamol
VARICELLA
Terapi :
Asetaminofen
Antihistamine
Calamine lotion jika gatal
Acyclovir 20 mg/kg 4x/hari selama 5 hari (max
800 mg) (tab 200 mg & 400 mg)
(tiap 5 jam : 1200, 1700, 2200, 0300)
Preventive:
Zoster Ig (Z Ig) 5 ml/IM dalam 72 jam setelah
terpapar
Live attenuated varicella vaccine
(direkomendasikan diberikan > 10 thn tapi <
10 thn jg boleh)
Penularan :
1 hari sebelum timbul ruam sampai dengan
krustanya kering.
103
Infeksi
AVIAN FLU
Curiga suatu kemungkinan flu burung:
1. Infeksi respiratorik akut demam >38c
2. Batuk pilek
3. Dengan atau tanpa sesak nafas
4. Disertai salah satu atau lebih keadaan
berikut:
o 1 minggu terakhir kontak dengan
penderita avian influenza yang
terkonfirmasi.
o 1 minggu terakhir kontak atau
mengunjungi peternakan yang dilanda
avian influenza unggas.
o 1 minggu terakhir riwayat kerja di lab
yg memproses spesimen manusia atau
hewan yang dicurigai menderita avian
influenza.
Kelompok Diagnosa:
1. Kasus observasi
Demam > 38C DAN salah satu gejala
berikut : Batuk, radang tenggorokan,
sesak nafas, pemeriksaan klinis & lab
sedang dilakukan
104
Infeksi
2. Kasus tersangka
Kasus observasi DAN galah satu:
Hasil tes lab + untuk virus influenza A
tanpa diketahui subtipenya
Kontak 1 minggu sebelum timbul
gejala dengan penderita avian
influenza yang konfirm.
Kontak 1 minggu sebelum timbul
gejala dengan unggas yang mati
karena sakit
Bekerja di lab 1 minggu sebelum
timbul gejala yang memproses sampel
dari orang/binatang yang disangka
terinfeksi highly pathogenic avian
influenza
3. Kasus kemungkinan
Kasus tersangka DAN hasil lab tertentu +
untuk virus influenza A (H5) seperti tes
antibodi spesifik 1 spesimen serum.
4. Kasus terbukti
Kasus tersangka yg menunjukkan salah
satu (+) :
Hasil biakan virus + influenza A
(H5N1)
ATAU
Hasil dengan pemeriksaan PCR +
untuk influenza H 5
ATAU
Peningkatan titer antibodi spesifik H5
sebesar > 4 x
Hasil dengan IFA + untuk antigen H5
105
Infeksi
Therapy:
Oseltamir
Anak usia > 1 tahun
Dosis th/ : 2 mg/kgBB/x, 2 kali sehari
selama 5 hari.
Profilaksis : 12 tahun ke atas, sehari sekali
selama 7 hari
Obat efektif jika diberikan dalam 48 jam I
sejak timbul gejala.
106
Neurologi
LUMBAL PUNKSI
Indikasi :
Kejang atau twitching
Paresis atau Paralisis termasuk Paresis N.VI
Koma
UUB menonjol
Kaku kuduk dengan kesadaran menurun
TBC milier
Leukemia
Mastoiditis kronik yg dicurigai meningitis
Sepsis
LP berulang2 jg dilakukan pada TIK meninggi
jinak (Beningn Intracranial Hypertension) & jg
untuk memasukkan obat2 tertentu.
Kontraindikasi :
Shock
Infeksi didaerah sekitar tempat punksi
TIK meninggi yg disebabkan SOL
Kelainan pembekuan
TIK yg meningkat yg diduga karena infeksi
(meningitis) bukan KI tetapi harus hati2 !!
Lokasi
Pada garis potong yg menghubungkan SIAS kiri &
kanan dengan columna vertebralis, biasanya
diantara L3 – L4 & boleh turun antara L4-L5 atau
naik antara L2-L3 (tetapi tidak boleh pada bayi).
107
Neurologi
Alat yg diperlukan :
Jarum N0.22-20
o No. 24 – 25 Neonatus
o 20 – 22 Bayi
o 18 – 20 Anak-anak
Cairan antiseptik : Larutan yodium & alkohol
70%
Kapas
Sarung tangan steril, kain kassa steril ,kain
penutup steril, manometer steril/plastik
disposable
2 tabung reaksi, masing2 berisi reagensia Pandy
dan Nonne & 2 tabung reaksi yg steril bertutup
untuk menampung cairan CSS
Cara :
1. Bersihkan tempat L sekitar 10 cm ke semua
arah dari tempat LP dengan larutan yodium
kmdn dgn alkohol 70 %
2. Tentukan tanda didaerah yg akan ditusuk dgn
menekankan ibu jari tgn slm kira2 15-30 detik.
Tindakan ini akan memberi tanda didaerah tsb
selama 1 menit
3. Jarum LP ditusukkan didaerah yg dimaksud.
Jarum akan melalui beberapa lapisan yg terasa
sbg tahanan. Mis : Lig Flavum & duramater.
Setelah menembus jaringan terasa tahanan
berkurang. Kemudian manchet dicabut dari
punksi perlahan2 untuk mengetahui apakah
CSS telah keluar. Bila belum keluar jarum
diputar 900 ditempat yg sama. Bila masih
belum keluar tusuk sedikit lebih dalam lagi
108
Neurologi
dengan mandren yg telah dimasukkan kembali
ke dalam jarum,cek lagi seperti diatas.
PANDY
NONNE
0,5 ml LCS
+
1 ml ammonium sulfat
109
Neurologi
Yang Dinilai :
Leukosit : Bayi – 1 tahun : 10 sel/µl
1 – 4 tahun : 8 sel/µl
Remaja - dewasa : 2,59 + 1,73 µl
Eritrosit : (-)
110
Neurologi
MENINGITIS PURULENTA
Anamnesa
Panas, muntah, kejang, kesadaran menurun.
Pemeriksaan Fisik
Kaku kuduk
Punggung kaku (opistotonus)
Kesadaran
Apatis, somnolen, sopor, koma
Kelumpuhan syaraf otak III, IV, VI
Gangguan penglihatan
Papil edema
Lingkar kepala
UUB
Laboratorium
LCS
Tekanan Creatin
Warna phosphynase
Sel Chlor
DiffTel Kultur
Protein
Kadar protein
Kadar gula
Lactic
dehidrogenase
Glutamic
oxaloacetic
Acid
transamilase
111
Neurologi
Fase Pengobatan
I. Pengobatan Fase I
(Belum ada hasil kultur)
Obat antibakteri
Ampicillin : 200 mg/kgBB/hari
6 dosis, IV
Kemicetin : 100 mg/kgBB/hari
Neonatus : 50 mg/kgBB/hari
4 dosis, IV
Atau
- Pada neonatus
Ampicillin + Aminoglikosida atau
Ampicillin + Cefotaxim
- Pada 3 bulan – 10 tahun
Ampicillin + Kloramfenikol atau
Ampicillin + Cefotaxim/Ceftriaxon
- > 10 tahun
Penicillin
II. Fase II
(Setelah kultur (+))
Sesuai kuman penyebab
H. INFLUENZAE
Ampicillin : 200 – 300 mg/kgBB/hari
(tunggal 400 mg)
Kloramfenikol: 100 mg/kgBB/hari
(neonatus 50 mg/kgBB/hari)
Ceftriaxon : 100 mg/kgBB/hari
Cefotaxim : 200 mg/kgBB/hari
(neonatus 100 mg/kgBB/hari)
112
Neurologi
S. PNEUMONIAE
Penicillin
Kloramfenikol
Cefotaxim 250 mg/kgBB/hari
Ceftriaxon
Vancomisin
N. MENINGITIDIS
Penicillin
Kloramfenikol
Cefotaxim
Ceftriaxon
STAPHYLOCOCCUS
Nafsilin
Vancomisin
Rifampisin
Neonatus :
Ampicillin, Tobramycin, Kanamycin, Ceftriaxon,
Cefotaxim
Gentamycin : 0-7 hari : 5 mg/kgBB/hari
7-28 hari : 7,5 mg/kgBB/hari
Amikasin : 10 – 15 mg/kgBB/hari
Ceftazidin : 150 mg/kgBB/hari
(neonatus 60-90 mg/kgBB/hari)
113
Neurologi
PENATALAKSANAAN
MENINGITIS SEROSA
Anamnesis
Batuk, demam, badan semakin kurus, muntah,
mencret, kejang, kesadaran , sangkaan kontak
dgn Tb.
Tingkat II
Kesadaran spoor
Kernig sign
Brudzinski sign II
Reflex tendon
Reflex dinding perut (superficial)
Clonus pergelangan kaki
Kelumpuhan syaraf otak III, IV, VI, VII
10% penderita mempunyai tuberkel
choroids
Tingkat III
Kesadaran comatous
Klonik anggota gerak yang berulang-ulang
Pernafasan tidak teratur
Suhu tubuh
114
Neurologi
2
Hidrosefalus (pada /3 kasus yang
penyakitnya sudah 3 minggu atau lebih,
tetapi terlambat atau tidak tepat).
Laboratorium
Tuberkulin test
LED
Rö thorax/kepala
LCS : - warna
- tekanan
- ptechiae
- reaksi nonne, pandy
Funduscopy
Transilluminasi (pada usia 2 tahun)
> Jumlah sel darah count, kadar glukosa total
protein
115
Neurologi
MANTOUX TEST
Reaksi tipe IV
Kiri daerah volar, 2 jari dibawah siku
Indurasi/Penonjolan
0 – 4 mm : (-)
5 – 9 mm : Meragukan diukur diameter
> 10 mm : (+) terpanjang
Diulang bila :
(-) menggunakan PPD yang intermediate
dapat saat itu juga diulang
Bila jadi (+) menggunakan PPD yang second
strength Mycobacterium atypical
Meragukan, gunakan PPD intermediate
diulang 1-2 minggu kemudian dgn PPD yg
sama
Waktu Pembacaan
48 – 72 jam.
Jenis PPD
First strength
Intermediate usually
Second strength
116
Neurologi
PENILAIAN DERAJAT
KEKUATAN OTOT
5 = Normal
117
Neurologi
REFLEX PATOLOGIS
Babinsky
Garis permukaan plantar kaki dari tumit ke atas
menyilang ke medial.
Oppenheim
Menekan tulang kering dari atas ke bawah.
Chaddock
Gores bagian lateral kaki.
Gordon
Pencet betis.
Hoffman
Menyentil kuku (phalanx terakhir).
(+) : Flexi ibu jari & jari ke II/III
Lesi pyramidal UMN & Tetani
Chvastek Sign
Ketuk di depan telinga dengan jari/hammer.
(+) : Kontraksi sebagian atau seluruh otot N.
fascialis
Pada Tetani
118
Neurologi
RANGSANG MENINGEAL
Kaku Kuduk
Leher ditekuk hingga dagu menempel.
(+) : Tetanus, meningitis, abses retropharyngeal,
abses peritonsil, ensefalitis, keracunan
timbale, arthritis rheumatoid.
Brudzinsky I
Leher ditekuk ke dada.
(+) : Kedua tungkai bawah fleksi pada sendi
panggul dan lutut.
Brudzinsky II
Fleksi tungkai pada sendi panggul.
(+) : Fleksi tungkai lain pada sendi lutut.
Kernig Sign
Fleksi tungkai atas tegak lurus, kemudian dicoba
luruskan tungkai bawah pada sendi lutut.
(+) : < 135, sakit, ada hambatan.
119
Neurologi
MENINGISMUS
M. virus, Leptospira & Encephalitis.
Lumbal punksi :
Warna : Jernih – Opalescent
Tekanan : N /
Sel : N / = 3 – 2000/mm3
DiffTel : MN > PMN
Glucosa : Normal
120
Neurologi
Membuka Mata
Respon Verbal
121
Neurologi
Respon Motorik
Interpretasi :
> 9 : Non komatosa
< 9 : Koma
122
Neurologi
HIDROSEFALUS
Anamnesis
Pembesaran kepala yang berlebihan sejak
lahir/sesudah lahir, sesudah menderita demam,
kejang, kesadaran .
Riwayat kesehatan ibu sewaktu hamil, riwayat
persalinan & perawatan dalam masa neonatal.
Keluhan : High pitch cry, muntah.
Aliran LCS
Produksi di ventrikel lateralis foramen monroi
ventrikel III bergabung dengan yang diproduksi
di ventirkel III aquaductus sylvii ventrikel IV
bergabung dengan yang diproduksi di ventrikel IV
foramen luschka (lateral) dan magendi (medial)
sisterna magna melalui dasar otak ke atas
konveksitas di dalam sulkus cortical convolutions
vili arakhnoid dan granulasi di daerah supratentorial
(ruang subarakhnoid), juga ke MS setinggi lumbal I
Produksi LCS 20 ml/hari, infant 50 ml, dewasa 150
ml.
Pembagian
1. Obstruktif atau non komunikans
Tekanan LCS meningkat akibat obstruksi pada
satu tempat antara pembentukan LCS oleh
pleksus koroidalis dan keluarnya dari ventrikel
IV melalui foramen Luschka dan Magendi,
Obstruksi terbanyak pada foramen monroi,
luschka dan magendie, sisterna magna dan
sisterna basalis.
123
Neurologi
2. Komunikans
Bila LCS meninggi tanpa adanya obstruksi,
akibat dari obliterasi atau malfungsi dari vili
arachnoid
124
Neurologi
Diagnosa Fisik
Kepala : Lingkar kepala,
UU menonjol, tegang, pulsasi (-),
Sutura terbuka (Mechewen sign/
pemisahan sutura),
Kulit kepala mengkilat,
Pembuluh darah prominent,
Crack pot sign,
Sunset sign pada mata.
Jidat mengecil Chiari malformation
Jidat melebar Dandy Walker
Refleks primitif lemah.
Gejala neurologik lain.
Punksi Lumbal
Warna, tekanan, quickensteat test.
Reaksi nonne pandy, jumlah sel, hitung jenis.
Jika ada perdarahan, lakukan percobaan tiga tabung
Rontgen
Schedel photo, cranial USG & CT Scan.
Observasi
Menentukan progresivitas hidrosefalus.
Ukur lingkaran kepala tiap minggu, lihat
pertambahan pelebaran ventrikel, diamati dengan
USG/CT scan serial.
Asetazolamide
25 mg/kgBB/hari
Dinaikkan : 25 mg/kgBB/hari
dalam 4 hari
Sampai dosis 100 mg/kgBB/hari
Furosemide
1 mg/kgBB/hari
Alklizer
KCl : 75 mg/kgBB/hari
6 bulan
Diturunkan perlahan (2-4 minggu)
Gagal
Lanjutkan pengobatan 3 – 4 bulan
GAGAL
126
Neurologi
Follow Up
Lingkar kepala & gejala klinik lain
Cranial USG/CT scan
Operative (Shunting)
Indikasi :
1. Rapidly Progressive Hydrocephalus
(2,5 cm/2 minggu)
2. Gagal pengobatan medikamentosa
3. Pe ICP yang akut
HYDRANENCEPHALY
Tidak ada hemisfer serebral, atau ada kantung
membrane bekas korteks bagian frontal,
temporal, atau occipital yang tersebar pada
membrane. Midbrain dan brainstem intak.
Kemungkinan penyebab oklusi bilateral dari
arteri carotid interna.
Anak iritabel, sulit makan, kejang, spastis pada
keempat ekstremitas, tidak ada perkembangan
kognitif.
127
Neurologi
NEUROLOGI
Dosis Phenitoin :
Loading : 15 - 20 mg/kgBB/IV
Kecepatan tidak boleh lebih dari
0,5 mg/kgBB/mnt
Maintenance :
5 mg/kgBB/IV dibagi 2 dosis
Depatene syrup:
15 – 60 mg/kgBB/hr
Dibagi 3 dosis (1 cc = 50 mg)
Dosis dapat dinaikkan 5 mg/kgBB/minggu
Efek samping: Hepatotoxic
Pancreatitis
128
Neurologi
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Sensorium
2. Raba UUB
3. Nervus cranialis
4. Motorik
5. Sensorik
6. Rangsang meningeal
7. TIK
Carbamazepin
5 mg/kgBB/hr :3
3 hari
10 mg/kgBB/hr :3
15 mg/kgBB/hr : 3
dgn SIO !
129
Neurologi
BSR
Westergren
Child : 0 – 10
Adult : M < 50 : 0 – 15
F < 50 : 0 – 20
Wintrobe
Child : 0 – 13
Adult : M < 50 : 0 – 9
F < 50 : 0 – 20
DIFFTEL
Neutrofil : Band :3–5
Segmen : 54 – 62
Limfosit : 25 – 33
Monosit :3–7
Eosinofil :1–3
Basofil : 0 – 0,75
Myeolosit :0
130
Neurologi
KEJANG DEMAM
Defenisi
Bangkitan kejang yang timbul pada kenaikan suhu
tubuh per rectal > 38C yang disebabkan oleh suatu
proses extracranial.
Manifestasi Klinis
“Kriteria Livingstone”
1. Umur : 6 bulan – 4 tahun
2. Lama : < 15’
3. Sifat : Umum tonik klonik
4. Kelainan saraf (-), sebelum/sesudah
5. Frekuensi : < 4 x/tahun
6. EEG : Normal (1 minggu bebas panas)
7. Timbul kejang pada 16 jam I setelah demam
Kejang
Demam
- Kejang demam kompleks
> 15’ fokal/multiple, >1x per episode demam
- Kejang demam sementara/simpleks
- Kejang demam berulang>1 episode demam
131
Neurologi
Catatan :
Pada kejang demam sederhana, tidak usah diberi
fenobarbital.
Profilaksis Intermitten
Bila suhu > 38,5C Rectal
Diazepam BB < 10 kg 5 mg
BB > 10 kg 10 mg
Tiap 8 jam
Oral
0,5 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis.
132
Neurologi
133
Neurologi
134
Neurologi
135
Neurologi
BAGAN PENGHENTIAN
KEJANG DEMAM
Kejang 1. Diazepam rectal 0,5 mg/kg
or BB < 10 kg: 5 mg
> 10 kg: 10 mg
2. Diazepam IV 0,3 – 0,5 mg/
Kejang kgBB (dosisi max 20 mg)
Diazepam rectal
Di rumah sakit
Diazepam IV
Kecepatan 0,5 – 1 mg/kgBB/mnt (3 – 5 mnt)
(Depresi pernafasan dapat terjadi)
Kejang
Fenitoin bolus IV 10 – 20 mg/kgBB
Kecepatan 0,5 – 1 mg/kgBB/mnt
(Pastikan ventilasi adekuat)
Kejang
Transfer ke ICU
136
Neurologi
Keterangan :
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis
intermitten atau rumatan diberikan
berdasarkan kejang demam sederhana atau
kompleks dan faktor resikonya
2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip
intravena dicampur dengan cairan NaCl
fisiologis, untuk mengurangi efek samping
aritmia dan hipotensi, pengenceran 10 mg/cc
Catatan :
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam
rectal dapat diulangi lagi dengan cara & dosis
yang sama dgn interval 5 menit.
Bila kejang telah berhenti dengan fenitoin IV
dosis awal selanjutnya 4 – 8 mg/kgBB/hari,
12 jam stlh dosis awal.
137
Neurologi
138
Neurologi
KLASIFIKASI SERANGAN
KEJANG BERDASARKAN
INTERNATIONAL LEAGUE
AGAINTS EPILEPSY (ILAE)
YANG TELAH DIMODIFIKASI
I. Kejang Parsial
Kejang parsial kompleks
Kejang parsial sederhana
Motorik
Sensorik
Autonomik
Psikiatrik
Kejang umum tonik-klonik sekunder
139
Neurologi
Serangan Parsial
(sederhana, kompleks dan umum sekunder)
OAE pilihan pertama :
Karbamazepin, fenobarbital, primidon,
fenitoin
OAE pilihan kedua :
Benzodiazepin, asam valproat
Serangan Umum:
Serangan tonik-klonik
OAE pilihan pertama :
Karbamazepin, fenobarbital, pirimidon,
fenitoin, asam valproat
OAE pilihan kedua :
Benzodiazepin, asam valproat
Serangan absence
OAE pilihan pertama :
Etosuksimid, asam valproat
OAE pilihan kedua :
Benzodiazepin
Serangan mioklonik
OAE pilihan pertama :
Benzodiazepin, asam valproat
OAE pilihan kedua :
Etosuksimid
Serangan tonik, klonik, atonik
Semua OAE kecuali etosuksinid
140
Neurologi
Karbamazepin
Dosis anak < 6 tahun: 10-30 mg/kg/hari
dibagi dalam 2-4 dosis, terapeutik dlm 3-4
hari tanpa loading dose.
6-12 tahun : 100 mg 2 kali sehari. 12
tahun: 200 mg BID.
Dosis rendah dulu 3 hari lalu naikkan pelan2
dalam 2 minggu.
Intoksikasi : diplopia, vertigo, pusing,
inkoordinasi, distonik.
141
Neurologi
Kronik : hiponatremia, gangguan fungsi hati,
leukopenia, mood elevation, peningkatan
kesadaran.
Pemberian dengan Ca channel bloker, INH,
eritromisin mempercepat timbul toksisitas
karena menghambat metabolisme.
Lab DL 2 minggu, 1 bulan, 2 bulan, tiap 6 bulan
Perbaikan perilaku, anak lebih sadar dan enak.
Fenitoin
Etosuksimid
Paling efektif untuk absens.
Dosis 15-20 mg/kg/hr dibagi 3-4 dosis.
Intoksikasi: vertigo, sefalgia, ataksia, nausea,
letargi, anoraksia, batuk, gangguan GIT.
Kronik : Sefalgia, gangguan perilaku.
142
Neurologi
Asam Valproat
Meninggikan efek inhibisi postsinaptik GABA,
menghambat pembentukan gelombang paku
dan menghambat jaras neuronal eksitatorik.
Dosis inisial 15-20 mg/kg/hari dalam 2-4
dosis (6-15 jam waktu paruh), dosis
rumatan 30-60 mg/kg/hari.
Dosis naik ikatan protein menurun drastis.
+ fenobarbital sedasi berat
+ fenitoin dan karbamazepin meningkatkan
kadar kedua obat
+ aspirin kenaikan kadar valproat
Idiosinkratik : ruam kulit, gagal hati akut,
diskrasia darah.
Intoksikasi : mengantuk,vertigo, perubahan
perilaku.
Kronik : mengantuk, perubahan perilaku,
tremor, hiperamonia, bertambahnya berat
badan, rambut rontok, penyakit perdarahan,
gangguan lambung.
Pemeriksaan fungsi hati sebelum dan sesudah
terapi (2 minggu I, setiap 2 bulan selama 6
bulan I, kemudian tiap 4 bulan).
Benzodiazepin
Sering untuk absens dan mioklonik.
Klonazepam : 0,05 mg/kg/hari dalam 3-4 dosis
lalu dinaikkan 0,05 mg/kg per minggu sampai
kejang teratasi (dosis max 0,5 mg/kg).
Gangguan emosi bila bareng fenobarbital dan
benzodiazepin lain.
143
Neurologi
Nitrazepam : untuk serangan motor minor dan
spasme infantil, hepatotoksik.
Clobazam : epilepsi berat, kejang umum
primer, partial, lennox-gastaut, refleks epilepsi;
dosis: 0,1-0,8 mg/kg/hari.
144
Neurologi
KELAINAN MENYERUPAI
EPILEPSI
BREATH HOLDING SPELL
Serangan napas-terhenti sejenak pada anak.
4 % < 5 tahun, 75 % 6-18 bulan, 85 %
menghilang pada umur 5 tahuin.
Ada 2 :
1. Cyanotic breath-holding spell
Pencetus: marah, takut, sakit,frustasi,
menangis kuat sebentar, nahan nafas
dalam ekspirasi, sianosis, lemas, tidak
sadar.
Karena berkurangnya aliran darah ke otak,
karena peninggian tekanan dalam rongga
dada.
2. Pallid breath-holding spell
(white breath-holding spell)
Karena trauma ringan, benturan di kepala,
anak frustasi dan marah, tidak sadar,
pucat, kaku dan atau opistotonus.kadang
mata melirik ke bawah dan sentakan2
anggota gerak.
Kegagalan sirkulasi karena asistole yang
terangsang oleh refleks vagal.
Tidak bahaya, tidak perlu pengobatan.
145
Neurologi
SINKOP
Kehilangan kesadaran mendadak akibat
berkurangnya aliran darah ke otak.
Penyebab :
1. Refleks vaskular abnormal menyebabkan
asistole atau hipotensi.
2. Kegagalan refleks simpatetik menyebabkan
hipotensi berat.
3. Penyakit jantung intrinsik menyebabkan
aritmia arau sistole jantung.
Sinkop refleks :
Pasien berdiri atau duduk sebelumnya pasien
merasa dingin atau panas, pusing, nausea,
pucat, berkeringat dingin, convulsive syncope,
urinary incontinence.
Sinkop demam :
Seperti kejang demam bentuk tonik, bedakan:
penekanan pada bola mata pasien
(oculocardiac reflex) serangan, berarti
syncope.
Syncope jantung:
Pada penyakit jantung seperti tetralogi fallot.
146
Neurologi
KELAINAN PSIKIATRIK
Ada 2:
Manifestasi psikiatrik akut
Gelisah dan panik, urinary ncintinence,
serangan takut, sakit epigastrik EEG
Serangan pseudoepileptic
Dewasa muda, anak umur 4-6 tahun,
biasanya terjadi pada anak penderita
epilepsi, bisa juga bukan penderita
epilepsi, meniru serangan epilepsi, tonik
klonk, tonik atau parsial kompleks, mirip
gerakan yang diatur, tidak mendadak,
berulang-ulang, didahului perasaan aneh,
kelumpuhan sebelah atau kedua anggota
gerak, pasien segera bangun, waktu
serangan menghindari rasa sakit dan
menolak membuka mata, tidak pernah
terjadi saat tidur.
Anak perempuan >>, pasien intractable
epilepsy pikirkan serangan ini.
147
Neurologi
SINDROMA LENNOX-
GESTAUT
Kumpulan gejala epilepsi dengan ciri kejang
berbagai macam tipe, jatuh mendadak karena
serangan atonik, tonik aksial, atipikal absens,
mioklonik.
Slow spike-wave complexes difus pada EEG.
Manifestasi kejang :
Kedip2, mengangkat bahu, kepala terjatuh ke
depan, pandangan kosong, sering 5-6 x per
hari.
Insidens < 2 thn, 10%, laki-laki > perempuan.
Klinis :
Kriteria diagnostik
1. Onset saat kanak-kanak, kurang dari 8
tahun, memuncak usia 3-5 tahun
2. 2 jenis kejang saat serangan: Atonik
(astatic atau akinetic), tonik, atypical petit
mal, mioklonik.
3. Abnormal atau spike/sharp wave pada
EEG frek. 1,5-2,5 Hz pada keadaan
interictal dan slow-spike wave complexes
yg difus.
4. Sering disertai gangguan fungsi intelektual
5. Etiologi multi-faktorial
148
Neurologi
Prognosis jelek, 80-90% kejang sp dewasa dan
gangguan kognitif dan tingkah laku berat (82-
92%).
Terapi :
1. Farmakologis
Multidrug Valproic acid doc
Fenobarbital
Doc: multidrug valproic acid dan clobazam
(gol. benzodiazepim)
2. Non farmakologis
Pembedahan, stimulasi n.vagus, diet (diet
fetogenik?)
149
Neurologi
ACUTE TRANSVERSE
MYELITIS
Postinflamasi, postvaksinasi, atau awal multiple
sclerosis.
Karakteristik:
1. Kelemahan ekstremitas bwh juga atas bisa
kehilangan kemampuan mengontrol
sphincter
2. Diawali dg infeksi saluran nafas
3. Severe : melibatkan sensorium dan
motorik serta autonom dari spinal cord
4. Dapat juga menyebabkan kelainan nervus
kranial II seperti neuritis Devic
disease (neuromyelitis optik) dengan lesi
pada N.II yang sama dengan pada spinal
cord tapi tidak ada kelainan lain di otak
5. Tidak ada keterlibatan kelainan otak. Kalau
ada dx: multiple sclerosis
Patologik :
1. Akut : infiltrasi monosit dan limfosit pada
segmen spinal + astroglial dan aktivasi
mikroglial
2. Subakut : monosit/makrofag
150
Neurologi
Klinis:
1. Backpain
2. Nyeri pada ekstremitas bawah
3. Gait disturbance karena kelemahan
4. Paraplegia atau tetraplegia dan paresthesia
yang progresif cepat
5. Disfungsi sphincter retensi urin
6. Motorik, sensoris, autonom terganggu
LCS:
1. Moderate lymphocytic pleocytosis
2. Level protein yang meningkat bila terkena
saraf oeriier
3. Glukosa N
4. Beda dengan GBS: tidak ada albuminique
dissociation
Management :
1. Kortikosteroid
Metilprednisolon 2 mg/kgBB/hari 2 minggu
tapering
2. Intravenous imunoglobulin
Jika kombinasi 2 ini gagal metotreksate
atau siklofosfamid.
Outcome :
1. 50% 1 mata buta, 1 lainnya baik.
2. Hampir 50% tidak bisa jalan tanpa
bantuan.
Saran :
MRI untuk melihat lesi pada neural cord.
152
Neurologi
DISTROFIA MUSKULAR
Defenisi :
Gangguan perkembangan otot yang progresif dan
herediter, berakhir dengan degenerasi serta
hilangnya kekuatan dari otot.
4 kriteria :
1. Kelainan otot murni, bukan neurogenik
2. Genetik
3. Progresif
4. Degenerasi dan kematian serabut otot/
miofiber pada stadium tertentu
DM tipe Becker
Onset lambat
Herediter resesif x linked lokus Xp 21
Terjadi delesi berpindahnya triplet kodon
secara keseluruhan, pembacaan kodon tetap
sama sintesis dari molekul distrofin yang
lebih pendek, tapi tidak ada kerusakan rantai
karbon dan asam amino alasan degenerasi
miofiber pada DM tipe Becker lebih lambat.
DMB muncul lebih lambat dari DMD usia setelah
8 tahun hingga exit dekade ke dua (16 thn).
Gejala khas:
Pes cavus 60%
CK meningkat karena gangguan jumlah
dan struktur distrofin > 5000 U/L
EMG miogenik khas
Biopsi : deltoid, biseps,quadriceps atau
gastrocnemius
153
Neurologi
Uji distrofin : uji genetika molekular untuk
melihat mutasi gen di otot
Kelainan jantung, retardasi mental jarang
Sebelum kelemahan otot Liposit
menyusup diantara sel2 serabut otot
Kelemahan otot pembengkakan dan
nekrose serabut otot sel endoplagma
serabut otot menjadi lemak, atrofik secara
primer.
Otot membesar dan sebagian mengecil
pseudohipertrofi, biasanya : vastus lat,
infra spinosus, deltoid, gluteus maximus,
trisep, masseter.
Pemeriksaan fisik:
Kelumpuhan LMN (arefleksia)
Gower's sign
Penatalaksanaan:
Suportif
Nutrisi adekuat
Glukokortikoid:
Prednison 0,75mg/kgBB/ hari, 3 x 1
dapat ditingkatkan hingga 2 mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis selama 4-6 bln bisa sampai
3 tahun.
Refrakter :
Metilprednisolon 15-30 mg/kgBB/IV tiap 2-
4 minggu dengan Ig, azathioprene, metho-
trexate, siklosporin atau siklofosfamid.
Fisiotherapy
Edukasi keluarga
Pengecekan enzim CK pd keluarga
154
Neurologi
DM tipe Duchenne
Pd x linked p 21 lengan pendeknya gen
terapi sedang dicoba.
Distrofin menjembatan f actin ke plasma
membran ?
Duchenne paling banyak pada anak2.
Biasanya dikenali di tahun ke 3 dan hampir
selalu sbl usia 6 thn
Tidak adanya protein distrofin pada serat otot
Muskular distrofi dari iliopsoas,quadriceps, otot
gluteus, otot tibia
Pemeriksaan fisik :
Gower's sign
Lordosis
Waddless dan straddles gait
Reflex tendon menurun
Pembesaran otot gluteus dan calf
(pseudohipertrofi)
CPK meningkat
EMG:
Very low spike, short duration of motor unit,
polyphasic, kecepatan konduksi dan sensori
saraf normal, hanya untuk skrining, diagnosa
pastinya dengan gen.
Therapy :
Prednison 0,75/kg 6 bln
Untuk mengurangi banyaknya krusakan
otot
Fisiotherapy
Untuk membatasi kontraktur
Pilihan selain prednisone : Diflazakot?
155
Obat untuk Menghentikan Kejang Akut dan Mencegah Kejang
Berikutnya. Antikonvulsan dengan Masa Kerja Singkat, Penghentian
Kerja Akut
Kecepatan
Obat Pemberian Dosis Ulangan Komentar
Pemberian
Diazepam IV,IO 0,3 mg/kg 5 menit <2 Tanpa
Maks 10 mg mg/menit dilarutkan
Diazepam Rectal 0,5 mg/kg Tiap 5-10
Max 10 mg menit
Lorazepam IV,SL,IO 0,1 mg/kg 2 kali <2 Hrs
Max 4 mg tiap 10 menit mg/menit dilarutkan
Hipotensi,dep
resi nafas
Midazolam IM 0,2 mg/kg 2 kali Hipotensi,
Max 10 mg tiap 5-10 depresi nafas
menit
Fenitoin* IV,IO 20 mg/kg Tambahkan 5 1 mg/kg Hipotensi,
Max 1000 mg mg/kg IV bila /menit aritmia,
196
(30 mg/kg) masih kejang harus larutan
non glukosa
Fenobarbit IV 20 mg/kg 1 mg/kg Pilihan utama
al* Max 600 mg /menit neonatus
(30 mg/kg) Depresi
nafas,
terutama
setelah
diazepam
*bila telah dengan fenitoin dan fenobarbital dapat diberikan lagi 5 mg/kg.Dosis
berikutnya berdasarkan kadar antikonvulasn darah
*IV=intravena, IM=intramuscular, SL=sublingual, PR=perektum, IO=intraoseus
Sumber: ped.neurology and neuro emergency in daily practice,27-28 mar2006
197
0-5 menit Diazepam 0,3 mg/kg Maks 10 mg
0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg im
Kejang belum berhenti dalam 5-10 menit,
Ulang dosis dan cara Sama
dengan
10 menit Diazepam 0,3 mg/kg, Maks 10 mg
0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg im
15 menit Fenitoin 20 mg/kg, Max 1000mg(30 mg/kg)
Iv drips dalam 20 mnt dalm NaCl (infus 1 mg/kg/mnt)
35 menit Fenobarbital 20 mg/kg Iv, bolus 5-10 menit (infus 1 mg/kg/mnt) hati-hati
depresi nafas
Bila masih kejang setelah 10 Menit pemb.fenobarbital, terapi sebagai status epileptikus
refrakter
45-60 menit* Midazolam iv Bolus 0,2 mg/kg dilanjutkan drip 0,02-0,4 mg/kg/jam
infus Pertimbangkan tambahan fenobarbital 10-15 mg/kg
Bila tidak kejang selama 24 jam, tukar midazolam 1 Ug/menit
setiap 15 menit
198
199
PERBEDAAN ANTARA MENPUR & MENSER
201
Respirologi
CROUP
Istilah untuk infeksi pada grup yang berbeda-
beda dengan batuk yang aneh-aneh (croupy
cough).
Stridor inspiratoar/serak/distress pernafasan.
ACUTE LARYNGOTRACHEOBRONCHITIS
Paling sering, etiologi : Virus
Gejala klinik :
Stridor inspiratoir, respiratory distress
Expirasi susah & memanjang
Ketakutan, T = 40C
Suara nafas , ronki (+)
156
Respirologi
Gejala klinik :
Sering waktu malam, anak terbangun dengan :
- Barking/metallic cough
- Inspirasi yang keras
- Cemas, ketakutan
- Respiratory distress
- Retraksi, nafas lambat & sukar
- Frekuensi nadi
- Kulit dingin & basah
- Afebris
- Dyspnoe, stenosis
Terapi :
Afebris
Dirawat di rumah beri uap panas
rgs muntah
Febris > 39 C
- Rawat
- Gelisah sedatif
- O2
- Sianosis indikasi tracheostomy
- Ampicillin 150 mg/kgBB/hari
- Viral = AB
- Ekspektoran
- Bronchodilator tidak menolong
- Antihistamin
- Kortikosteroid edema msh ragu
- Hasil baik, dengan :
Nebulizer berisi epinefrin 2,5%
dilarutkan dalam air 1 : 8
- IPPB (Intermitten Pressure Breathing)
157
Respirologi
BRONCHOPNEUMONIA
Kriteria Diagnosa :
Didahului ISPA, seperti batuk/pilek
Temperatur 39-40C
Sesak > 60 x/i
Pernafasan cuping hidung, sianosis, retraksi
sela iga
Ronchi basah gelembung kecil/sedang
DD :
1. Bronchiolitis
2. Atelektasis
3. Abses paru
4. Aspirasi benda asing
5. DC
6. Tb paru
Terapi :
1. O2
2. Atasi dehidrasi, elektrolit & asidosis metabolik
3. Antibiotik polifarmasi
o Ampicillin 100-200 mg/kgBB/hari
o Klomramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari
o Gentamicin 5-7 mg/kgBB/hari selama 7-10
hari
Dx :
Darah tepi, thorax foto, AGDA
158
Respirologi
Bayi 0 - 2 bulan
PNEUMONIA BUKAN PNEUMONIA
Nafas cepat (> 60x/i) Tidak ada nafas cepat
(<60 x/i)
Tarikan pada bagian Tarikan dada bagian
bawah bawah (-)
Rawat di rumah
159
Respirologi
PNEUMONIA
Viral dan comm-acquired bact. Pneumonia
Defenisi :
Inflamasi akibat infeksi pada parenkim paru,
mengenai alveolus dan jaringan interstitial dan
mungkin meluas sampai bronkiolus (tidak
termasuk bronkus)
Inflamasi jaringan paru karena infeksi yang
menstimulasi respon dan berakibat kerusakan
jaringan paru.
Incidence :
Virus : usia < 5 tahun, 20% RSV, angka
kematian 2000 anak.
Bakteri : usia < 5 tahun, 30 - 45 per 1000, > 9
thn 6 – 12 per 1000
Etiologi:
1. RSV
2. Influenza virus
1. Parainfluenza virus
--superinf:-- dan bakteri
1. Streptococcus pneumonia
2. H. Influenzae
3. Staphylococcus aureus
160
Respirologi
VIRAL PNEUMONIA
Pemeriksaan fisik :
1. Meningkatnya frekuensi nafas
2. Retraksi supracostal, intercostal,subcostal
3. Infant : PCH
4. Ngorok
5. Demam pd 50% kasus, trutama jk virus
influenza
6. Respiratory Failure: hypoxia, retensi CO2
7. Gemericik (crackles), ronki terutama saat
inspirasi
8. Coryza
9. Hidung mampet
10. Dapat dehidrasi rs
Foto thorax :
1. Hyperaeration, hyperinflasi
1. Batas paru jelas, dinding paru menebal
2. Atelektasis fokal
3. Infiltrat interstitial bilateral
4. Bayi: densitas bilateral difus, gambaran
granular~ HMD
Indikasi rawat :
1. Severe respiratory distress
1. Hypoxia
2. Dehidrasi
Indikasi O2 :
1. Sesak
2. Saturasi 02< 90-92%
3. Depresi PO2 (<60-70 mmHg)
4. Peningkatan CO2
161
Respirologi
Terapi :
1. Suportif
2. Chest fisiotherapy
3. Mukolitik
4. Obat virus : M2 ion channel inhibitors
amantidine, rimantidine, neuraminidase
inhibitors oseltamivir, zanamivir. Ribavirin
aerosol severe
Komplikasi:
1. Otitis media
2. Sinusitis
3. Tracheitis bakterial
4. Ens, myositis, myokarditis, kejang demam,
ensefalopaty, reyes syndrome
5. Emfisema
Dd/ :
1. Bronkiolitis
2. Asma
3. Interstitiel lung diss.
4. Aspirasi sindr.
5. TBC daerah endemis pneumonia yg tdk
sembuh2/rekuren pd foto thorax
Lab :
1. Leukositosis(> 20 ribu sel/mm3)
2. CRP meningkat (N: 60 mg/L)
3. Gold standard : lung puncture
bronchoalveolar lavage
Komplikasi :
1. Pneumonia nekrotik
2. Efusi pleura
3. Empyema
4. Abses paru
Terapi :
1. Mild & moderate : th/ di rmh kontrol
dalam 48 jam.
2. Indikasi rawat :
Bayi: SaO2 < 92%, cyanosis, RR> 70x/
163
Respirologi
menit, dyspnoe, intermitten apnoe,
ngorok. Tdk mau mkn, tdk ada yg merawat
Anak bsr: SaO2 < 92%, cyanosis, RR >
50X/menit, dyspnoe, ngorok, dehidrasi.tdk
ada yg merawat
3. O2, IVFD
4. Jangan chest therapi
5. Hati2 hiponatremi inapp. ADH
164
Respirologi
TATALAKSANA ASMA
1. Serangan Ringan
- Sekali nebule respon baik ringan
- Di observasi 1-2 jam bertahan pulang
dgn dibekali obat agonis (oral/hirup) tiap 4-
6 jam.
- Bisa ditambah steroid oral jangka pendek (3-
5 hari).
- Jika setelah 2 jam, gejala timbul lagi
sedang
2. Serangan Sedang
- Nebule 2-3 kali respon parsial sedang
- Dirawat & dipasang jalur parenteral
3. Serangan Berat
- Nebul 3x respon jelek serangan berat
- O2
- Dehidrasi & asidosis IVFD & koreksi
- Steroid IV : Dexa 0,5-1 mg/kgBB/6 jam
1x selanjutnya : 0,1-0,25 mg/kgBB/6 jam
Aminofilin
Bila belum mendapat aminofilin sebelumnya diberi
bolus dosis : 4-6 mg/kgBB dilarutkan dalam D5%
atau NaCl 0,9% sebanyak 20 cc, diberikan dalam
20-30 menit.
165
Respirologi
Selanjutnya aminofilin dosis rumatan (di drips
dalam 24 jam), dosis 0,5-1 mg/kgBB/jam.
STATUS ASMATICUS
1. O2
2. Cairan IVFD sampai UOP 2 cc/kgBB/jam
3. Nebulizer : max 20’, 2x atau
Epinefrin SC 2x (interval 10’) 0,01 cc/kg
Kortikosteroid (Dexa) : 0,5-1 mg/kgBB/6 jam
4. Aminofilin IV, diawali :
5 mg/kgBB dalam 20 cc 0,5% IV 20’
dilanjutkan
0,5 mg/kgBB/jam, di drips (dosis rumatan)
BicNat bila ada asidosis
Antibiotika bila ada infeksi
Gagal nafas PICU
5. Bila sudah mendapat aminofilin, dosis awal ½
nya
167
Respirologi
ASMA
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Penyakit Asma Anak
Parameter
klinis, Asma Asma
Asma
kebutuhan Episodik Episodik
Persisten
obat dan faal Jarang Sering
paru
1. Frekuensi <1x/bulan >1x/bulan Sering
serangan
2. Lama <1minggu >1minggu Hampir
serangan sepanjang
tahun,tidak
ada remisi
3. Intensitas Biasanya Biasanya Biasanya
serangan ringan sedang berat
4. Di antara Tanpa Sering ada Gejala
serangan gejala gejala siang dan
malam
5. Tidur dan Tidak Sering Sangat
aktivitas terganggu terganggu terganggu
6. Pemeriksaan Normal Mungkin Tidak
fisis di luar (tidak terganggu pernah
serangan ditemukan (ditemukan normal
kelainan) kelainan)
7. Obat pengen- Tidak perlu Perlu Perlu
dali (anti
inflamasi)
8. Uji faal paru PEF/FEV1 PEF/FEV1 PEF/FEV1
(di luar >80% 60-80% <60%
serangan)
9. Variabilitas Variabilitas Variabilitas Variabilitas
faal paru (bila >15% >30% 20-30%
ada sera- Variabilitas
ngan) >50%
Sumber : Pedoman Nasional Asma Anak
UKK Pulmonologi PP IDAI – 2004
168
Respirologi
Alur Diagnosis Asma Anak
Batuk dan/wheezing
Tatalaksana Awal
Nebulisasi -agonis 1-3x, selang 20 menit
Nebulisasi ketiga + antikolinergik
Jika serangan berat, nebulisasi –agonis + antikolinergik
170
Respirologi
Catatan :
Jika menurut penilaian serangannya berat,
nebulisasi pertama kali langsung dgn –agonis +
antikolinergik
Bila terdapat tanda ancaman henti nafas segera
ke Ruang Rawat Intensif
Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti
dgn adrenalin subkutan 0,01 ml/kgBB/kali
maksimal 0,3 ml/kali
Untuk serangan sedang dan terutama berat,
oksigen 2-4 L/menit diberikan
171
Respirologi
Alur Tatalaksana Asma Anak Jangka Panjang
H
Pertimbangkan alternatif
penambahan salah satu obat :
Asma I
-agonis kerja panjang (LABA)
Persisten
Teofilin lepas lambat
Antileukotrien N
Atau dosis steroid hirupan ditingkatkan
(medium) D
Nama Nama
Fungsi Sediaan Ket.
Generik Dagang
Golongan -agonis (kerja pendek)
Terbutalin Bricasma Sirup, 0,05-
tablet, 0,1
turbuhale mg/
r kg/kali
Salbutamol Ventolin Sirup, 0,05-
tablet, 0,1
Obat MD I mg/
Pereda kg/kali
(Relie- Orsiprenalin Alupent Sirup,
ver) tablet,
MD I
Heksoprenal Tablet
in
Fenoterol Berotec MD I
Golongan santin
Teofilin Sirup,
tablet
Golongan anti-inflamasi steroid
Budesonid Pulmicort MDI,
inflammid turbuhale
e r
Flutikason Flixotide MD I Tdk
tersedi
Obat a lagi
Pengen
Bekiometas Becotide MD I
dali
on
(Control
Golongan -agonis kerja panjang
-ler)
Prokaterol Meptin Sirup,
tablet,
MD I
Bambuterol Bambec Tablet
Salmeterol Serevent MD I
Klenbuterol Spiropent Sirup, tablet
173
Respirologi
174
Respirologi
175
Respirologi
Nama Nama
Sediaan Dosis
Generik Dagang
Metil Medixon Tab 4 0.5-1
Prednisolon mg mg/kgBB/hr
tiap 6 jam
Prednisolon Tab 5 0.5-1
mg mg/kgBB/hr
tiap 6 jam
M.Prednisolo Medixon Vial 125 30 mg
n suksinat mg dalam 30
inj. Vial 500 menit (dosis
mg tinggi) tiap
6 jam
Hidrokortiso Vial 100 4
n Suksinat mg mg/kgBB/ka
inj. li tiap 6 jam
Deksametas Kalmeta ampul 0.5-1
on inj. son mg/kgBB
bolus,
dianjurkan 1
mg/kgBB/ha
ri diberikan
tiap 6-8 jam
Betametason Ampul 0.05-0.1
inj. mg/kgBB
tiap 6 jam
176
Respirologi
Penggunaan Penggunaan
Organ
Akut & Kronik Kronik
Metabolik - Hipokalemia Hiperlipidemia
- Diabetes Penampakan
Mellitus Cushing
- Supresi Amenore
- Aksis HPA sekunder
(Hypothalamus Impotensi
Pituitary Adrenal)
Kardio- - Hipertensi
vaskular - Eksaserbasi
gagal jantung
kongestif
- Udem
Saluran - Ulkus peptikum
cerna - Esofagitis
- Pankreatitis
- Perforasi usus
Komplikasi - Rentan terhadap
Infeksi infeksi
- Reaktivasi
infeksi
- Dissemionation
of live vaccine
Kulit - Penipisan
dan
kerapuhan
- Mudah
tergores
- Hirsuitism
177
Respirologi
SSP - Perubahan
psikologis
- Kejang
Muskulo- - Miopati - Osteoporosis
skeletal - Nekrosis aseptik - Kehilangan
pada kaput massa otot
femoris
Okular Glukoma Katarak
178
Respirologi
179
Respirologi
SKORING TB
Para-
0 1 2 3
meter
Kontak TB Tidak Laporan Kavitas BTA (+)
jelas keluarga (+) BTA
BTA (-)/ tidak
tidak jelas
tahu
Uji (-) (+) : >
tuberkulin 10 mm
atau > 5
mm pd
immunos
upresi
BB / BB/TB < Klinis gizi
keadaan 90% buruk
gizi atau
atau BB/TB <
70%
BB/U < atau
80% BB/U
<60%
Demam
≥2
tanpa
minggu
sebab jelas
Batuk ≥3
minggu
P’besaran ≥ 1 cm,
kel. Limfe jumlah
colli, >1,
aksila, tidak
inguinal nyeri
Pembeng Ada
kakan pemben
tulang/sen gkakan
di panggul,
lutut,
falang
180
Respirologi
Foto Normal/ - -Infiltrat -Kalsifikasi
rontgen tidak - -P’besa + infiltrat
torak jelas ran kel. -P’besaran
- -Konsoli kelenjar +
dasi seg infiltrat
mental/
lobar
- -Atelek
tase
Catatan :
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan
oleh dokter
Jika dijumpai skrofuloderma, langsung di
diagnosis Tuberkulosa
Berat badan dinilai saat datang
Demam dan batuk tidak ada respon terhadap
terapi sesuai baku
Foto rontgen toraks bukan alat diagnosa utama
pada TB anak
Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus
dievaluasi dengan sistem skoring TB anak
Diagnosis TB jika jumlah skor ≥ 6 (skor
maksimal 14), cut off point ini masih bersifat
tentatif/sementara, nilai definitif menunggu
hasil penelitian yang sedang dilaksanakan
181
Respirologi
CHEST PHYSIOTHERAPY
Teknik dalam chest physiotherapy :
1. Postural drainage
2. Percussion
3. Vibration
4. Secretion removal
Indikasi :
1. bronchiectasis
2. cystic fibrosis
3. hyaine membrane disease
4. pneumonia
5. lung abcess
6. bronchopumonary dysplasia
7. asthma
8. atelectasis
182
Respirologi
ACUTE RESPIRATORY
FAILURE
Failure Oxygenation
Ventilation
Both
Respiratory Failure
Type I :
Normocapnic or non ventilatory failure
Hypoxemia
Normal or low pCO2
V/Q mismatch, impaired gas difussion acros the
a/v capil membrane, intrapulmonary shunt
(darah melewati paru tidak mengalami proses
oksigenasi)
Type II:
Ventilatory or hypercapnc failure
Elevated pCO2
Variable degree or hypoxemia
Alveolar hyperventilation, dead space
ventilation
CO2 production >> impair the central
ventilatory drive
183
Respirologi
Kriteria Akut Gagal Nafas
Laboratory Parameters
Hypoxemia
- Pa O2 < 50- 60 torr
- Sa O2 < 90 %
- Pa O2/Fi O2 ratio < 300
- Pa O2 , 60 torr or Fi O2 > 40
Hypercapnea
- Pa CO2 > 55 torr
- Pa CO2 > 50 torr with acidosis (pH < 7,25)
- Pa CO2 > 40 torr with severe distress
Pulmonary function
- vital capacity < 15 ml/kg
- max inspiratory force (force) < 20 – 25
cmH2O
- VD/VT (dead space/tidal volume) > 0,6
184
Respirologi
Cause of Type II Respiratory Failure
Alveolar hypoventilation
Neurologic disease
Respiratory muscle disease
Chest wall/pleura disease
Airway disease
Pulmonary disease
CO2 production/met <<
185
Respirologi
BRONKIOLITIS
Defenisi :
Peradangan pada bronkiolus.
Anak usia kurang dari 2 tahun, penyebab
tersering bayi < 1 th dirawat di RS, tersering
usia 2 sampai 6 bulan.
Ditandai nafas cepat, retraksi dada dan
wheezing .
Etiologi : Respiratory syncitial virus
Imunisasi:
Respigrama(Ig) 750 mg/kgBB setiap bulan IV
untuk anak < 24 bulan.
Indikasi : Bayi baru lahir dengan umur
kehamilan < 35 minggu, bayi dg BPD.
Anamnesis:
Rinorea ringan, batuk, demam tidak tinggi 1-
2 hari diikuti nafas cepat, retraksi dada, dan
wheezing, bayi gelisah, tidak mau makan,
muntah.
Pemeriksaan Fisik :
Frekuensi nafas meningkat
Denyut nadi meningkat
Suhu atau meningkat tinggi sampai 41C
Konjungtivitis, otitis, faringitis
Ekspirium memanjang, wheezing, ronki
atau rales
Dapat cyanosis
Gangguan pertukaran gas, penurunan PaO2
dan penlngkatan PaCO2
Saturasi O2 < 96%
Foto :
186
Respirologi
Hyperinflasi difus
Diafragma datar
Penonjolan ruang retrosternal
Penonjolan rongga interkostal
Bercak infiltrat pneumonia interstitial
Air trapping, hyperaerasi
Penebalan peribronkial, atelektasis, kolaps
segmental, hyperinflasi
Lab :
Tidak spesifik; leukosit 5000 – 24000/mm3
Leukositosis: batang & PMN banyak.
Terapi :
AB tidak perlu kecuali infeksi berat :
dr. Wis :
- Ampicillin 200 mg/kgBB/8 jam
- Gentamycin 5-7 mg/kgBB/12 jam
atau
- Kloramfenikol
UI: - Ampicillin 100mg/kgBB/6 jam
- Kloramfenikol 75 mg/kgBB/6 jam
Bronkodilator kontroversial
- Ipratropium bromide
- Obat simpatomimetik
- Teofilin
Kortikosteroid:
- Dexamethason oral
0,1 mg/kgBB/hari untuk 5 hari
atau
- Prednison 1 mg/kgBB/hr
187
Respirologi
BRONKITIS
Sumber: Kedig's
Defenisi :
Inflamasi sementara dari trakea dan bronkus
mayor dengan manifestasi primer berupa
batuk.
Tanpa terapi sembuh sendiri dalam 28 hari.
188
Tabel 2. Penilaian Derajat Serangan Asma
HEPATITIS VIRAL
1. Anamnesis
2. Fisik diagnostic
3. Urine pekat ? : Bilirubin
Tinja dempul : Lemak
4. Lab :
a. Rutin : Darah, urine, tinja
b. Biokimia hati :
Bilirubin, SGOT, SGPT, Alk.phosphatase,
serum, asam empedu.
c. Fungsi hati
PTT memanjang, inj.vit K & 24 jam ke-
mudian cek kembali PTT
d. Serologi
- IgM HAV
- HbSAg, HbSAb, dsb
Th/ :
- Bed rest
- Roborantia
- Diet bebas cegah dehidrasi
189
Gastroenterohepatologi
PERDARAHAN
SALURAN CERNA
I. Anamnesa
Neonatus : - Hemorrhagic Disease Newborn
- Tertelan darah ibu
- Obat-obatan
- Penyakit berat : RDS/sepsis
190
Gastroenterohepatologi
III. Laboratorium
Darah : Hb, LED, jumlah eritrosit, difftel, Ht
cek Hb/Ht per jam
Faktor pembekuan, jumlah trombosit,
PT, PTT
Gol. Darah & reaksi silang
APT Downey Test
Aspirasi lambung
darah (+) = PSC atas
darah (-) = PSC bawah
Rö BNO/dengan kontras
IV. Tatalaksana
1. RL 10-20 cc/kgBB/jam
Vital sign
WB 10-15 cc/kgBB utk perdarahan masif
Setelah berhenti bias dgn PRC
Bila ada coagulopathi : Vit.K 1 mg/thn IM
(max.10 mg), pemberian FFP/trombosit
2. Hentikan perdarahan
- Bilas lambung dengan NGT dgn NaCl
dingin 50-100 cc tiap 1-3 jam hingga
bersih
- Beri antasida 0,5 cc/kgBB/x tiap 1-2
jam agar pH lambung > 5
(bila ada erosi)
191
Gastroenterohepatologi
KOLESTASIS PADA BAYI
Defisiensi :
Kolestasis sindroma klinis berupa :
Ikterus
Urine berwarna gelap tjd dalam 6 bln I
Tinja pucat dempul kehidupan
Laboratorium :
Kadar bilirubin direk > 1,5 -2 mg/dl
Hepatitis neonatal
Intrahepatik Def. 1 antitripsin
Dll
Kolestasis
Atresia bilier
Obstruktif Kista duct koledokus
(Ekstrahepatik) Kolangitis/Kolelitiasis
192
Gastroenterohepatologi
Penatalaksanaan :
1. Memperbaiki aliran empedu
Operatif : Utk atresia bilier pd umur 6-8
mgg
Obat (menstimulasi aliran empedu)
o Fenobarbital : 3-10 mg/kg/hari :2
o UDCA : 10-30 mg/kg/hari
o Kolestiramin : 0,25-30 mg/kg/hari
o Rifampisin : 10 mg/kg/hari
2. Terapi Nutrisi
Formula MCI
Vitamin yang larut lemak, mineral & trace
ADEK, Ca, P, Mg, Zn, Se, Fe
Tidak boleh mengandung cuprum
193
Gastroenterohepatologi
SAKIT PERUT BERULANG
Definisi :
Sakit perut yg berlangsung sedikitnya sekali dalam
sebulan selama 3 bulan berturut-turut dan cukup
berat sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Kriteria ROMA II
1. Dispepsia Fungsional
Bila dalam sekurangnya 12 minggu, yg tidak
perlu berturutan, dalam 1 tahun belakangan
terdapat keluhan sakit perut atau rasa tidak
nyaman yg terasa di bagian atas abdomen (di
atas umbilicus). Rasa tidak nyaman dapat
berupa rasa penuh di perut (begah), mudah
kenyang, kembung, mual, atau muntah. Tidak
ada hubungannya dengan proses defekasi atau
kelainan bentuk tinja (konstipasi atau diare).
Tidak terbukti (endoskopi) adanya kelainan
organik sebagai penyebab.
194
Gastroenterohepatologi
c. Onset sakit perut berkaitan dengan
perubahan-perubahan konsistensi tinja
(diare atau konstipasi)
3. Migren Perut
Bila dalam 12 bulan terdapat sekuran-
kurangnya 3 episode paroksismal sakit perut yg
bersifat akut dan hebat pada garis tengah
abdomen yg berlangsung 2 jam sampai
beberapa hari dengan interval bebas gejala
selama beberapa minggu sampai beberapa
bulan. Terdapat 2 dari gejala berikut:
- Sakit kepala selama serangan
- Fotophobia selama serangan
- Riwayat migren dalam keluarga
- Nyeri kepala sebelah
- Aura dalam bentuk gangguan penglihatan,
gejala sensorik atau kelainan motorik
- Tidak terbukti adanya kelainan metabolik,
saluran cerna, dan SSP
Anamnesis
195
Gastroenterohepatologi
Red Flags (kemungkinan penyebab organik)
Lokalisasi nyeri jauh dari umbilikus
Nyeri berkaitan dengan perubahan
defekasi, khususnya diare, konstipasi,
defekasi di malam hari
Nyeri membangunkan anak di malam hari
Muntah berulang, terutama muntah hijau
Gejala sistemik, seperti demam berulang,
anoreksia, malaise
Terjadi pada umur < 5 tahun
Pemeriksaan Fisik
Red Flags:
Penurunan berat badan
Organomegali
Nyeri tekan pada abdomen yang
terlokalisasi, terutama jauh dari umbilikus
Kelainan sekitar anus (fisura, userasi, skin
tag)
Radang sendi (bengkak, kemerahan,
hangat)
196
Gastroenterohepatologi
Algoritme & Tatalaksana Awal
Opsi Lab
Radiologi
Endoskopi
Negatif
197
Gastroenterohepatologi
Farmakoterapi :
1. Dispepsia Fungsional
- Ranitidine 2 mg/kg/dosis, 2x sehari, atau
- Famotidin 0,5 mg/kg/dosis, 2x sehari, atau
- Omeprazol 1 mg/kg setiap pagi
3. Migren Perut
- Pizotifen 0,25 mg, 2x sehari
- Siproheptadin 0,25 mg/kg/hari, atau
- Propanolol 10 mg, 2x sehari
198
SAKIT PERUT BERULANG FUNGSIONAL
Diagnosis Gejala Nyeri Gejala Umum Defekasi
Dispepsia 12 minggu Abdomen Mudah kenyang Tidak ada
fungsional bagian atas Kembung hubungan
Rasa panas di perut
Sindroma 12 minggu Nyeri hilang Kembung Kelainan frek.
Rawan Usus dgn defekasi Keram Kelainan konsis
tensi lendir
dalam tinja
Migren 3 atau lebih Paroksismal Interval bebas gejala Tidak ada
Perut episode Garis tengah Sakit kepala sebelah hubungan
selama 2 abdomen Fotofobia
jam atau Aura
lebih Riw. Keluarga
Sakit Perut 12 minggu Hampir Tdk memenuhi Tidak ada
Fungsional kontinu kriteria kelainan hubungan
sal. cerna
fungsional lainnya
Hematologi
PROSEDUR
BAGIAN HEMATOLOGI
1. Pasien baru buat status lengkap
Lapor dr. BL
2. Periksa D/U/F rutin, LFT, RFT, Thorax foto, MT,
BMP, konsul kardiologi
3. Buat pengantar rawat
4. Isi status ruangan
5. Buat permintaan izin BMP
6. Buat th/ sementara
IVFD 4:1 atau 2:1 atau RL
Paracetamol
Inj. Kalpicillin 500 mg/6 jam
OBAT-OBAT CHEMOTHERAPY
VINCRISTINE
Vial 1 g/1 ml
IV 1,5 g/m2
Cara
- Pasang wing needle, ambil spuit 5 cc dengan
NaCl 0,9%.
- Masukkan 2,5 cc ke IV line, kemudian
masukkan Vincristine yang telah diencerkan
dengan NaCl 0,9% sampai 10 cc dengan spuit
10 cc.
199
Hematologi
(Ditarik sedikit darahnya, lalu bila masih masuk
darah (+)), tusuk lagi.
Alat
- Wing needle no.25
- Spuit 5 cc
- Spuit 10 cc
- NaCl 0,9%
CISPLATIN
100 mg/m2
Vial 10 mg (20 cc) – 25 mg (50 cc) – 50 mg
(100 cc)
Cara
1. Lakukan hidrasi dengan larutan 2A 250 cc
selama 6-8 jam, 30 gtt/i mikro.
2. Kemudian di tangan yang lain diberikan
Cisplatin sesuai dosis dalam 5 ml/kg/24 jam
Lar. B.
(Larutan B : 35 ml mannitol 20% + 50 cc NaCl
0,9%) dalam 24 jam.
3. Di tangan yang lain diteruskan pemberian
larutan 2A 250-500 cc/24 jam
10-20 gtt/i mikro.
Alat
- NaCl 0,9%
- Cairan D5% : NaCl 0,9% (2A)
- Mannitol 20%
- Cisplatin : spuit 10 cc, 5 cc
200
Hematologi
Catt.
Leucovorin (As. Folat)
MTX resque setelah pemberian MTX dosis 5-
15 mg/dose/6 jam selama 3-4 hari.
DOXORUBICIN
= Donorubicin, Doxorubin
10 mg, 50 mg
IV (drips) dalam NaCl 0,9% 200 cc
Cara
- Masukkan doxorubicin ke dalam 200 cc NaCl
0,9% & ditetes cepat 4-6 jam.
- Selama pemberian dipantau frekuensi jantung.
Hal itu karena Doxorubicin : Cardiotoxic.
Bisa tjd bradikardi bila hal itu tjd
dihentikan sementara.
SIKLOFOSFAMID
IV drips dalam NaCl 0,9% 250 cc
Cara
- Sebelumnya beri dulu uromitexan (mesna)
dengan dosis 20% dari dosis siklofosfamid
untuk mencegah efek toksik obat terhadap
201
Hematologi
vesica urinaria, berikan 15’ sebelum sitostatika
dan selanjutnya tiap 4 jam sampai 24 jam
setelah sitostatika.
- Masukkan siklofosfamid dalam 250 cc NaCl
0,9% dan ditetes (dosis habis dalam 3-4 jam).
Dosis IV : 250-1800 mg/m2/hari (1-4 hari)
Oral : 100-300 mg/m2 21-28 hari
METHOTREXATE
Kemasan : 50 mg/2cc (IT), 50 mg/5cc (IV)
High dose : 1000 mg/m2
MTX 1/10 (10 %) dosis dlm NaCl 0.9% 100cc
habis dlm 1/2-1 jam, sisanya (90%) masukkan
dlm NaCl 0.9% 500 cc habis dlm 12 jam.
Setiap pemberian MTX dosis tinggi melalui IV
diberi folic acid.
LEUNASE
Kemasan 10.000 u/vial, larutkan dalam 5 cc
aquabidest atau NaCl 0,9%.
Dosis: 6000 U/m2.
Masukkan NaCl 0.9% 5cc kedlm flacon leunase
ambil untuk skin test (lihat protokol),
kemudian ambil leunase sesuai kebutuhan +
250 cc NaCl 0.9% habis dlm 6 jam 40
gtt/mnt.
202
Hematologi
CYTARABIN
Kemasan : 100 mg/1cc, dosis: 15 mg/m2/hr
atau 100 mg 5 ml.
NaCl 0.9% 250 cc + cytarabin sesuai dosis
habis dalam 4-6jam.
Atau cytarabin sesuai dosis dlm spuit 1cc
(100U), suntikkan SC 30-45° dipaha.
INTRATECHAL
MTX 50 mg/2 ml, cytarabin / alexan / citosin
arabinose 1 mg/1 ml, dexamethason 5 mg/1 ml
Cara :
Masukkan tiap obat dlm spuit 1 cc (100U), spuitnya
yang dapat dibuka naldnya, masukkan secara
intratechal seperti LP, posisi meringkuk lutut ke
dada, cari L4-L5 sejajar SIAS masukkan needle
spinal no 23, keluarkan LCS +20 tetes, masukkan
obatnya ke nald.
DESFERAL
Kemasan : 500 mg/vial
Dosis : 50 mg/kgBB 3 hari berturut-turut
Larutkan desferal dalam 5 cc aquabidest
Dosis yang diinginkan masukkan dalam 250
cc NaCl, habis dalam 4-6 jam : 40 gtt/mnt,
kecepatan 15 mg/jam.
KOATE
Kemasan : 230 U - 330 U
Dosis : sesuai kebutuhan; 20-25 mg/kgBB
203
Hematologi
Bilas dengan NaCl 0,9% 10-20cc koate
bilas lagi.
KEMASAN
Siklofosfamid (Neosar) 200 mg vial
Uromitexan (Mesna) 80 mg ampul
MTX 2 cc = 10 mg vial
5 cc = 50 mg vial
VCR (Vincristin) 1 cc = 1 mg
Leunase 10.000 IU (Asp) dilarutkan dalam 5 cc
masukkan dalam 250 cc NaCl
Dexamethasone Inj 1 cc = 4 mg ampul
1 cc = 5 mg ampul
Tablet Dexamethasone 0,5 mg
Prednisone 5 mg
Alexan vial = 100 mg (Ara-c)
Doxorubicin (Doxorubimin) vial 10 mg (5 cc)
5 mg (2,5 cc)
Setiap pemberian siklofosfamid beri Mesna.
Intratekal = MTX + Dexamethasone + Alexan
Dactinomycin = Adriamycin = Lyorec
Curacil (5-Fluorouracyl) 5 ml = 250 mg vial
10 ml = 500 mg vial
204
Hematologi
BEWARE CHEMOTX
1. METOTREXATE
Kejang, HR meningkat, ANC harus tinggi, Hb
harus > 10 g/dl.
3. DOXORUBICIN
HR meningkat jika > 140 stop, atau bradikardi,
KI : kelainan jantung terutama tachicardi, EKG
sebelum masuk doxo, selanjutnya setelah
kumulatif dose 550mg.
4. CYTARABIN
Reaksi kulit.
5. VCR
Kulit hitam seperti terbakar, hati2 VCR jangan
sampai masuk IT bisa mati mendadak.
205
Hematologi
206
Hematologi
APPROXIMATION OF
SURFACE AREA (m2)
to WEIGHT (Kg)
Kg m2
1-5 m2 = (0,05 x kg) + 0,5
6 – 10 m2 = (0,04 x kg) + 0,1
11 – 20 m2 = (0,03 x kg) + 0,2
21 – 40 m2 = (0,02 x kg) + 0,4
207
Hematologi
Penatalaksanaan :
Hydration :
5% Glucose 0,25 NS, 2-4 x maintenance
Alkalinization :
NaHCO3 50-100 mEq/l
208
Hematologi
Allopurinol :
10 mg/kg/hari atau 300 mg/m2/hari
Monitor Metabollites
Na+, K+, Cl-, CO2, Ca++, PO4, Uric Acid
209
Hematologi
HYPERLEUCOCYTOSIS
Hyperleucocytosis bila hitung leukosit darah
tepi melebihi 100.000/ml.
(Nelson : > 50.000/ml standard bagian).
Etiologi :
o Terjadi pada 9-13% anak dengan ALL
o 5-22% pada anak dengan AML
o Hampir selalu terjadi pada semua anak
dengan Chronic Myelogenous Leukemia
dalam fase kronik
Gejala klinis :
Banyak anak tidak memperlihatkan tanda &
gejala yang khas, tetapi beberapa
menunjukkan gejala :
- Hypoxia & asidosis dengan dyspnea
- Blurred vision
- Agitation
- Confusion
- Delirium
- Stupor
210
Hematologi
Pemeriksaan Fisik :
Cyanosis, papil edema, distensi arteri/vena
retina, ataxia.
Terapi :
Hidrasi, alkalinisasi dan allopurinol harus
segera diberikan.
Terapi antileukemia spesifik harus diberikan
segera setelah komplikasi yang mengancam
terkoreksi.
Jika platelet count < 20.000/L dapat
diberikan transfusi platelet (tidak memperberat
/menambah viscositas darah).
Hb : harus dinaikkan > 10 g/dl.
211
Hematologi
TRANSFUSI DARAH
PADA KEGANASAN
Jumlah PRC yg diberi
Hb (g/dl)
dalam 3-4 jam
7 – 10 10 ml/kg
5–7 5 ml/kg
< 5, 3 ml/kg
tanpa payah jantung
< 5, 3 ml/kg
dgn kemungkinan DC
212
Hematologi
P’drhn
Jumlah P’drhan
Kebiruan Ptekie Intra-
Trombosit mukosa
kranial
>100.000 0 0 0 0
50.000 – + + 0 0
100.000
20.000 – + + + 0
50.000
213
Hematologi
TROMBOSITOSIS
Bila trombosit > 400.000/mm3.
Terapi :
Anti Platelet Agent
(Mencegah agregasi)
I. Asam asetil salisilat 80-160 mg, per
oral 1x/hari.
II. Dipyridamol : 3-6 mg/kg/hari, per oral
dibagi 3 dosis.
Trombositosis Trombositosis
Esensial Reaktif
Umur < 20 tahun > 20 tahun
Lama > 2 tahun Bbrp hari-minggu
Asal Gang.stem sel Reaksi thd
hypoxemia
Platelet loss
Microvascular Sering Jarang
sinkron
Trombosis Sering Jarang
Bleeding Sering Jarang
Splenomegali Sering Jarang
Trombosit :
1
/3 trombosit di sirkulasi
2
/3 disimpan di spleen
Relatif Trombositosis
Pada post splenomegali, ok itu trombosit tidak
dapat disimpan di spleen.
Reaktif Trombositosis
Ok trombosit muda terlalu banyak, misal: pada
keganasan, infeksi, autoimun.
215
Hematologi
216
Hematologi
THALASSEMIA
1. Mayor : Homozygot
2. Minor : Heterozygot
Klinis :
Pucat, ikterus (bisa tidak jelas)
Hepatosplenomegali, kardiomegali
Facies cooley (facies rodent)
Gangguan pertumbuhan (TB & BB)
Rö :
Hair standing on end appearance
Osteoporosis pada tulang panjang
Rib within a rib
Multiple cyst pada tulang panjang
Laboratorium :
Anemia hipokrom mikrositik
Retikulosit
Gambaran eritrosit :
Target sel, poikilositosis, fragmentosis, anisositosis
BMP :
Reaktiv sistem eritropoetik
Jenis normoblas & basofil
217
Hematologi
Hb Elektroforese :
Untuk menentukan kadar HbF, HbA2 & mengetahui
adanya Hb patologis seperti : HbE, HbS, HbH, dll.
Normal HbF < 2%; HbA2 < 3%
HbA2 : Kriteria diagnosa penting untuk terapi minor
Terapi
Transfusi PRC
Antibiotika untuk atasi infeksi
Splenektomi bila pemberian transfusi terlalu
dekat (umur eritrosit <<)
Iron Chelating Agent (Disferal)
0,5-1 g, IM, perinfus selama 24 jam
Monitor tiap 6 jam Ferritin serum 1000 /ml
218
Hematologi
DEMAM NEUTROPENIA
Adalah: Demam dengan suhu aksila 380C yang
menetap > 2 jam atau suhu > 390C pada 1
x pengukuran dengan neutrofil < 1000/uL.
Resiko Tinggi :
Keadaan neutropenia > 7 hari disertai keadaan :
Usia < 6 tahun
Riwayat Sepsis/bakteremia
Infeksi pada aksis vena sentral
Non compliance
Keadaan medis yang memerlukan perawatan di RS
Syok/syok yang terkompensasi
Keadaan metabolic tak stabil
Perubahan keadaan mental
Perdarahan
Dehidrasi
Pneumonitis
Mukositis
Frekuensi pernafasan meningkat
Abses perirektal/jariongan lun ak
Diare
Muntah
Iritabel
Kegagalan organ tubuh
Cancer-Associated Comorbidities
Tumor yang progresif
Leukemia yang baru terdiagnosis
Relaps leukemia
219
Hematologi
Treatment-associated comorbidities
Neutropenia > 7 hari
1-12 bulan setelah transplantasi
sumsum tulang
Resiko Rendah :
(The Infectious Disease Society/IPSA 2002)
Hitung neutrofil absolute > 100/mm3
Hitung monosit absolute > 100 sel/mm3
Foto toraks normal
RFT dan LFT normal
Lamanya neutropenia > 7 hari
Perbaikan keadaan neutropenia diharapkan <
10 hari
Tidak terdapat infeksi pada akses vena
Terdapat tanda – tandarecovery sumsum
tulang
Penyakit keganasan dalam keadaan remisi
Demam dengan suhu tertinggi < 390C
Tidak terdapat kelainan neurologis/mental
Keadaan umum baik
Tidak terdapat nyeri abdomen
Tidak yerdapat komplikasi/komorbiditas
220
Hematologi
Antibiotik Kombinasi
Ceftazidine + Amikasin
Keuntungan : Sinergisme, Broad spectrum
termasuk Pseudomonas.
Kerugian : Biaya mahal, pe,mberian yang
multipel, aktivitas yang sub
optimal terhadap Streptococci,
Methicillin resisten staphyllococcus
dan bakteri anaerob, Resiko
terjadinya infeksi enterococcal.
Ceftriaxone + Amikasin
Keuntungan : Sinergisme, dosis tunggal, dapat
diberi pada pasien rawat jalan,
efek yang relatif baik terhadap
Streptococcus dan bakteri
anaerob.
Kerugian : Ceftriaxon mempunyai aktivitas
yang lemah terhadap
Pseudomonas sp. Aktivitas
kombinasi ini terhadap Methicillin-
resistan Staphylococcus lemah.
Resiko terjadinya infeksi
enterococcal
Piperacillin-Tazobactam + Amikasin
Keuntungan : Sinergisme, bersifat broad
spectrum, mempunyai aktifitas
yang baik terhadap Streptococcus,
enterococci, dan anaerob.
Kerugian : Mahal, pemberian 4 x sehari
Aktivitas kombinasi terhadap
methicillin-resistan
Staphylococcus lemah
221
Hematologi
DURASI PENGOBATAN AB
Afebril pada
hari ke-3 - 5
222
Hematologi
Demam persisten
Stop AB
4-5 hari
setelah Diteruskan
ANC sampai 2
> 500/uL minggu
Re evaluasi Re evaluasi
Stop bila
tidak
ditemukan
penyakit lain
dan KU stabil
Mentzer Index
MCV x 100%
RBC
Defisiensi Besi
6 mg/kgBB/hari Elemental iron
Kenaikan respon Hb
Jika (+) teruskan 3 bulan lagi
Don’t forget utk memeriksa : Feritin &
Transferin Reseptor
Hyperleukositosis
Aliran darah lambat O2 jaringan
Iskemia
Berikan cairan yang Na+ rendah untuk
mencegah hipernatremi
Dapat terjadi hiperkalemi krn: limfoblast pecah
mengeluarkan Kalium & Ca++ gagal ginjal
Hyperleukositosis Leukostasis
Sel-sel leukosit dapat menyebar kemana saja
Ke jantung, paru & otak
Sel DNA pecah, purin & pirimidin as. urat
pH urine periksa/6 jam usahakan 7
Begitu tegak ALL : Kortikosteroid
AML : Cytarabine inj
224
Hematologi
Larutan A
(125 ml D5% + 125 mlNaCl 0,9%)
Selama 6 jam
Larutan B
(NaCl 0,9 % 500cc + 45 ml manitol 20 %)
Habis dalam 24 jam
Diberikan bersamaan dengan cisplatin ataupun
Siklofosfamid
Ditranex/Transamin
10 mg/kgBB/x (beri/8jam)
Ondansetron (vomceran)
0,1 – 0,2 mg/kgBB/x
Dormicum
0,1 mg/kgBB
Larutkan 1: 2 dgan aquadest
225
Hematologi
Cytarabine
75 mg/m²/iv
Ambil cytarabine sesuai dosis, kemudian
larutkan dalam 250 cc NaCl 0,9 %
habiskan dlm 3 – 4 jam
Rumus Hill:
Rumus HILL :
PCO2 = (1,54 x HCO3) + 8,36 + 1,11
Contoh: BB : 7 kg
pH : 6,858
PCO2 : 10,8
PO2 : 69,2
HCO3 (Bicnat) : 1,9
Total CO2 : 2,3
BE : -29,5
O2 sat : 97,1
227
Hematologi
KOAGULASI
Terdiri dari 3 fase :
I. Tromboplastin
(dibentuk oleh interaksi faktor koagulasi,
phospholipid dan faktor jaringan)
II. Protombin (faktor II) - - - - Trombin (II d)
III. Fibrinogen - - - - - Fibrin
TT :
Untuk evaluasi fase III
Plasma + II a - - - - - menggumpal
Normal: 15-20 detik
Memanjang pada:
o Hypofibrinogemia
o Dysfibrinogemia
o Penambahan fibrin polimerisasi
(heparin)
PTT:
Evaluasi fase II koagulasi
Plasma + tromboplastin eksogen & kalsium
- - - - - bekuan
Normal : 11,5 - 14 detik
Fase III intake , PTT memanjang - - - - -
defisiensi faktor II, V, VII, X
228
Hematologi
APTT:
Fase I koagulasi
N: 25-40 detik
Untuk menilai adekuatnya faktor XII, XI,
IX, VIII
Bila fase II & III Intake, APTT memanjang
(terdapat hambatan pada jalur intrinsik)
229
TATALAKSANA TROMBOSITOPENIA NEONATAL
Platelet Non-bleeding neonate Bleeding neonate NAITP (proven or
count suspected)
(x109/l)
<30 Consider transfusion in all Transfuse Transfuse (with
patients HPA compatible
platelets)
30-49 Do not transfuse if clinically Transfuse Transfuse (with
stable HPA compatible
Consider transfusion if : platelets if any
<1000 g and < 1 week of bleeding)
age
Clinically unstable (e.g.
fluctuating blood pressure
or perfusion)
Previous major bleeding
(e.g. grade 3-4 IVH or
pulmonary haemorrhage)
230
Current minor bleeding
(e.g. petechiae, puncture
site oozing or blood
stained ET secretions)
Consurrent coagulopathy
Requires surgery or
exchange transfusion
231
NILAI NORMAL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
232
HEMATOKRIT (Ht) % dari packed red cells
1 hari 48 – 69 %
2 hari 48 – 75 %
3 hari 44 – 72 %
2 bulan 28 – 42 %
6-12 tahun 35 – 45 %
12-18 tahun ♂ 37 – 49 %
♀ 36 – 46 %
HEMOGLOBIN (Hb) g / dL
1-3 hari 14,5 – 22,5
2 bulan 9,0 – 14,0
6-12 tahun 11,5 – 15,5
12-18 tahun ♂ 13,0 – 16,0
♀ 12,0 – 16,0
INDEKS ERITROSIT pg / sel
MCH Lahir 31 – 37
1-3 hari 31 – 37
1minggu-1 bulan 28 – 40
2 bulan 26 – 34
3-6 bulan 25 – 35
233
0,5- 2 tahun 23 – 31
2-6 tahun 24 – 30
6-12 tahun 25 – 33
12-18 tahun 25 – 35
MCHC g Hb / dL RBC
Lahir 30 – 36
1-3 hari 29 – 37
1-2 minggu 28 – 38
1-2 bulan 29 – 37
3bulan-2 tahun 30 – 36
2-18 tahun 31 – 37
MCV µm3
1-3 hari 95 – 121
0,5-2 tahun 70 – 86
6-12 tahun 77 – 95
12-18 tahun ♂ 78 – 98
♀ 78 – 102
234
JUMLAH %
RETIKULOSIT
1 hari 0,4 – 6,0
7 hari <0,1 – 1,3
1-4 minggu <1,0 – 1,2
5-6 minggu <0,1 – 2,4
7-8 minggu 0,1 – 2,9
9-10 minggu <0,1 – 2,6
11-12 minggu 0,1 – 1,3
Dewasa 0,5 – 1,5
FERITIN ng / mL
Baru lahir 25 – 200
1 bulan 200 – 600
2 - 5 bulan 50 – 200
6 bulan-15 tahun 7 – 140
TIBC 22 – 184 µg/dL
TRANSFERIN 95 – 385 µg/dL
235
Dosis pemberian terapi pengganti konsentrat faktor
pembekuan pasien Hemofilia
Tipe perdarahan Faktor VIII Faktor IX
Hematoma 15-20 IU/kgBB; kompres es; 10-15 IU/kgBB kompres es;
perban elastik perban elastik
Hemarthrosis 20 IU/kgBB + Prednison 2 20-25 IU/kgBB + Prednison 2
mg/kgBB/hari (<60 mg/hari) mg/kgBB/hari (<60 mg/hari)
selama 5-7 hari selama 5-7 hari
Membran mukosa
- Mulut - 40 IU/kgBB 1x, EACA 50 - 30 IU/kgBB 1x, EACA 50
mg/kgBB per 6 jam selama 7 mg/kgBB per 6 jam selama
hari 7 hari
- Gigi - jika diekstraksi beri 40 - jika diekstraksi beri 30
IU/kgBB 1x IU/kgBB 1x
- Epistaksis - area lokal + 40 IU/kgBB 1x, - area lokal + 30 IU/kgBB 1x,
EACA 50 mg/kgBB per 6 jam EACA 50 mg/kgBB per 6 jam
selama 3 hari selama 3 hari
- Gastrointestinal - 50 IU/kgBB/hari selama 3 hari - 40 IU/kgBB/hari selama 3
Hari
236
Tipe Perdarahan Faktor VIII Faktor IX
Hematuria Prednison 2 mg/kgBB/hari Prednison 2 mg/kgBB/hari
(< 60 mg/hari) selama 3 (< 60 mg/hari) selama 3 hari;
hari; istirahat; kebutuhan istirahat; kebutuhan cairan
cairan perhari tingkatkan + perhari tingkatkan + 40
20 IU/kgB IU/kgB
Daerah berbahaya
- Sistem syaraf pusat - 50 IU/kgBB per 12 jam - 100 IU/kgBB per 12 jam hari
hari I, kemudian 25 I, kemudian 30 IU/kgBB per
IU/kgBB per 12 jam 12 jam selama 6 hari
selama 6 hari (minimum) (minimum)
- Retrofaringeal - 50 IU/kgBB, kemudian 25 - 60 IU/kgBB 1 x
IU/kgBB per 12 jam
selama 6 hari
- Retroperitoneal - 50 IU/kgBB, kemudian 25 - 60 IU/kgBB 1 x
IU/kgBB per 12 jam
selama 14 hari
237
Perinatologi
ANTIBIOTIKA
PROFILAKSIS UNTUK
NEONATUS
Diberikan jika terdapat minimal 3 dari faktor
predisposisi :
1. BBLR at preterm
2. Ibu demam selama atau dalam waktu 2 minggu
proses melahirkan
3. Ketuban bau & keruh (meconium stained)
4. PROM (> 24 jam)
5. VT > 3x selama proses melahirkan
6. Partus lama & partus sukar dengan alat-alat
7. Asfiksia & resusitasi kulit
8. Tanda patologis (+) pada tali pusat atau
dijumpai banyak polimorp
Iberet syr 1 mg
Paraco drops 1 ml = 100 mg
238
Perinatologi
239
Perinatologi
Hari I : Susu diencerkan + Glucosa 5%
Frek. > 12x
Sondage lambung diganti 2x sehari
240
Perinatologi
HIPERBILIRUBINEMIA
Ikterus
Suatu manifestasi klinis berupa timbulnya warna
kuning pada kulit selaput lender akibat dari menya
kadar bilirubin darah pada minggu I kehidupan.
24 - 72 Jam
Biasanya fisiologik, tetapi dapat juga
dicetuskan oleh :
a. Immatur
b. Asfiksia, asidosis, dehidrasi, hipotermi,
hipoglikemi
c. Pemberian obat : Vit.K, salisilat, sulfa
d. Perdarahan tertutup : sefalhematom,
perdarahan subaponeurosis
e. Polisitemia
241
Perinatologi
> 72 Jam
a. Sepsis
b. Hep. neonatus
c. Atresia biliaris
d. Ggn metabolik galaktosemia
e. Breast milk jaundice
f. Hipotiroid
g. Stenosis pylorus
Ikterus Fisiologik
A. Timbul pada hari ke 2-3 setelah lahir
B. Kadar bilirubin indirek < 10 mg/dl pd BCB atau
< 12,5 mg/dl pada BKB
C. Kecepatan pe kadar bilirubin < 5 mg/dl
D. Kadar bilirubin direk < 1 mg/dl
E. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan
keadaan patologik
Ikterus Patologis
Terjadi 24 jam I
Konsentrasi bilirubin serum > 12 mg/dl (BCB)
dan 15 mg/dl (BKB)
Pe konsentrasi bilirubin >5mg/dl setiap 24jam
Ikterus yang disertai dengan proses hemolisis
(inkompatibilitas darah, def.enzim G6PD,sepsis)
Ikterus yang disertai dgn keadaan sbb :
a. BBL < 2000 g
b. Masa gestasi < 36 minggu
c. Asfiksia, hipoksia, sindroma gangguan nafas
d. Trauma lahir kepala
e. Infeksi
f. Hipoglikemi, hiperkarbia
g. Hipoosmolalitas darah
242
Perinatologi
Daerah Ikterik
Dada
Perut atas pusat
Peruta bawah pusat
244
Perinatologi
Cara :
Dijajarkan lampu 8-10 buah, 20 watt berjarak 500
m dari bayi.
CUKUP BULAN
Transfusi
Tukar
P’timbangan Foto bila Transfusi
Jam
Foto Terapi Terapi Gagal Tukar
Foto
Terapi
<24 Perlu pemeriksaan lanjutan kemungkinan
jam hemolisis
24-
48 ≥10mg/dl ≥15 ≥20 ≥25
jam
48-
72 ≥13 ≥18 ≥25 ≥30
jam
73-
96 ≥15 ≥22 ≥25 ≥30
jam
>96
≥17 ≥22 ≥25 ≥30
jam
245
Perinatologi
BBLR
BB Foto Terapi Transfusi Tukar
<1500gr 5-8mg/dl 13-16
1500-1999 8-12 16-18
2000-2499 11-14 18-20
IKTERUS NEONATORUM
24- 48-
Billirubin BBL <24 >72
48 72
(mg%) (g) jam jam
jam jam
<5 Semua Pemberian Makanan Dini
<9 Semua TS Fenobarbital + Kalori
bila cukup
hem
< 14 <2500 TT* Terapi Sinar
bila Bila Billirubin > 12
<2500 hem mg %
< 19 <2500 Transfusi Pikirkan TT
>2500 tukar* Terapi Sinar^
> 20 Semua Transfusi Tukar*
246
Perinatologi
LANGKAH-LANGKAH
RESUSITASI BBLR
A. Letakkan di meja resusitasi dengan kepala lebih
rendah dan diekstensikan ringan, keringkan
kulit bayi, selimuti dan hangatkan di bawah
panas radian, segera bersihkan jalan nafas,
rangsang dengan taktil secara lembut.
C. AS 7-10
Menangis kuat, kulit merah jambu (RR, N, FJ >
100 x/i). Nilai pada 1 menit, menit 1 & 5
tidak butuh tindakan khusus (rawat biasa).
D. AS 4-6
FJ < 100 x/i, pernafasan lemah dan irreguler.
balon resusitasi dengan masker
Frek. 40-50 x/i, O2 100%, frek.15-20 cmH20
247
Perinatologi
E. AS 0-3 (FJ < 100 x/I, pernafasan (-))
Tindakan
1. Plasma vol ekspander (Albumin 5%, RL 10-
20 cc/kg berikan NS)
Lebih 5-10 menit & dapat diulang k/p
2. BicNat 0,4% 1-2 mEq/kg
(1 ml = 1 mEq)
Lama pemberian 2 menit IV bolus
3. Adrenalin diteruskan
248
Perinatologi
F. Pada bayi dengan depresi berat jika tidak ada
sirkulasi yang terjadi selama 10’ atau respirasi
(-) setelah 20’ Pertimbangkan hentikan
resusitasi.
G. Komplikasi asfiksia :
Respiratory failure
CV failure
Temperature instability
Metabolism dearrangement
o Asidosis
o Ca2+, Mg2+, Na+, K+
Cerebral edema/infark/haemorrhage
Convulsion
SIADH
Haematological dearrangement
Renal failure
GIT komplikasi
249
Perinatologi
ALGORITMA RESUSITASI BBL
Keringkan dan Panaskan
Bersihkan Jalan Napas
Normal NILAI APGAR
Rawat Abnormal
Beri Stimulasi O2
DJ >100 DJ <100
Kulit merah Apnoe 30”
Napas adekuat
Ventilasi Bag to Mask
Gagal
250
Perinatologi
ASFIKSIA
Bila setelah masase jantung bayi tetap tidak
ada response maka diberi obat-obatan :
Adrenalin (lar 1 : 10.000).
Dosis : 0,1-0,3 ml/kgBB diteteskan di
bawah lidah, melalui ETT atau IV
D5% - 10% untuk meningkatkan volume
darah
Bicnat 2 ml/kg. Dilarutkan dengan 10%
Dextrosa perbandingan 1:1 melalui vena
umbilikalis dalam waktu 5 menit
Naloxone. Pada bayi yang lahir tanpa
napas dengan dosis 0,01 /mg secara IM/I
Dosis
Dosis I Cara
OBAT Rumatan
(mg/kg) beri
(mg/kg)
Aminophylline 5-6 1,1-3,0 /8 IV
jam
Teophylline 4-5 2,0 / 12 jam PO
1,0 /8 jam
Caffane 20 2,5-5,0 /24 PO /
Citrate jam IV
Doxapram 5,5 1-2,5 /jam IV
251
Perinatologi
PENATALAKSANAAN APNOE
PADA NEONATUS
Apnoe :
Berhentinya pernafasan dalam > 20 detik, yang
diikuti dengan cyanosis & bradikardi.
Periodic Apnoe :
Berhentinya pernafasan > 20 detik tanpa diikuti
cyanosis & bradikardi.
Penanganan
1. O2 4L/i
2. Periksa suhu, gula darah
3. Periksa HR, RR, tipe nafas
4. Lakukan stimulasi berkala
5. Obat : Teofilin
Kadar dalam darah max 20 µg/ml
4 mg teofilin 5 mg aminofilin
Stop setelah 1 minggu bebas apnoe
Cara beri teofilin :
Dosis initial 4 mg/kgBB
252
Perinatologi
OBAT-OBAT RESUSITASI
1. ATROPIN
Ampul 0,25 mg/1 cc
Indikasi : Asistole, bradikardi, AV blok,
vagal reflex
Cara lain : 0,02 mg/kg, min : 0,1 mg,
dapat diulang/5’ sampai max
1,0 mg per IV atau EET
2. ADRENALIN
1 amp : 1 mg/cc. larutan 1:1000
Indikasi : Hipotensi, low cardiac output
Cara beri: 0.01 mg/kg (0.1 cc/kg lar
1:10.000) ditarik 1 strip
laritan lalu tambahkan hingga
1 cc aquadest dan diberi 3
strip (bila BB 3kg) dapat
diulang 15’,diberi per IV/EET
per drips 0,1-1 g/kg/menit.
3. BICNAT
Meylon 8,4%, amp.plastic 1 cc = 1 mEq
Indikasi : Metabolic asidosis
Cara beri: 1 mEq/kg/10 menit atau
BE x kg x 0,6
4. CALCIUM
Ca gluconas 10% (9 mg Ca/cc)
Indikasi : Hipokalsemi
253
Perinatologi
Cara beri: 10 mg Ca/kg (1cc/kg) IV
pelan jangan bercampur
bicnat.
5. DOPAMIN
1 amp = 50 mg/5 cc = 200 mg/5cc
Indikasi : Hipotensi
Cara beri : 5-10 g/kg/menit
Max.20 g/kg/menit per drip
dalam larutan D5%.
6. ISOPROTERENOL
0,2 mg/cc
Indikasi : Bradikardi, AV Block
Cara beri: 0,1-1 g/kg/menit drip IV
7. LIDOCAINE
HCl 1% (10 mg/cc)
Indikasi : Takikardia, Fibrilasi ventrikel
Cara beri: 1 mg/kg bolus per IV
Per drip: 20-50 g/kg/menit
dalam D5%.
8. DEXTROSE 40%
0,4 g/cc
1 g/kg (2,5 cc/kg) IV melalui vena besar.
9. NA-NITROPRUSSID
50 mg/vial
1-4 g/kg/menit drip IV (D5%).
254
Perinatologi
DOSIS OBAT-OBATAN
BRONCHODILATOR
Aminophylin
1 amp = 240 mg = 10 cc
Loading dose :
5 mg/kgBB diencerkan sampai 10 cc
Bolus dalam 30 menit
12 jam kemudian : 5-7 mg/kg/6 jam bolus IV
pelan-pelan. Bolus IV
dilanjutkan dengan 0,9-1,4
mg/kg/jam.
Blood level : 10-20 mg/ml.
Maintenance :
2,5 mg/kgBB/12 jam.
CARDIAC DRUG
Digoxin
15 mcg/kg … 6 jam – 5 mcg –
12 jam – 5 mcg IV
Blood level : 0,4 – 2 g/ml
ANTI ARITMIA
Lidocaine : 1-2 mg/kg/dosis IV
Verapamil : 0,05-0,1 mg/kg/dosis IV
DIURETIK
Aldactone : 2-3,5 mg/kg/hari oral (3-4 dosis)
Lasix : 1 mg/kg/dosis oral IM, IV
Max. 5 mg/kg/dosis
255
Perinatologi
ANALGESIC
Morphine : 0,1-0,2 mg/kg/dosis IM, IV
t½ = 2-4 jam
Pethidine : 0,5-1,0 mg/kg/dosis IM, IV
t½ = 2-4 jam
SEDATIVES
Chloral : 50 mg/kg (< 1 g)
Hydrate 6 mg/kg/6 jam oral
Haloperidol : 0,5 mg … 0,025 mg/kg/12 jam
Oral, IV
Penthotal : 2-5 mg/kg … 1,2 mg/kg/jam IV
256
Perinatologi
CIRI KEMATIAN
BATANG OTAK
Refleks batang otak (-)
Pupil dilatasi max / respon cahaya / kornea
(-)
Refleks oculocephalic / oculovestibuli
Refleks muntah, refleks batuk (-)
VENTILATOR
Bourns – minimum flow rate 2-3 L/kg/menit
Servo - tidal volume kira-kira 15 cc/kg
Ventilator rate :
Neonatus 20/menit
6 bulan 25/menit
1-5 tahun 20/menit
>5 tahun 16/menit
257
Perinatologi
KRITERIA SPESIFIK
GAGAL ORGAN
(KRITERIA WILKINSON)
CARDIOVASCULAR
MAP < 40 mmHg (infants < 12 months)
MAP < 50 mmHg (children > 12 months)
HR < 50 bpm (infants < 12 months)
HR < 40 bpm (children > 12 months)
Cardiac arrest
Continuous vasoactive drug infusion for
haemodinamic support.
RESPIRATORY
RR > 90/min (infants < 12 months)
RR > 70/min (children > 12 months)
PaO2 < 40 torr (in absence of cyanotic heart
disease)
PaCO2 > 65 torr
Mechanical ventilation (> 24 hr if post operative)
Tracheal intubation for airway obstruction or
Acute respiratory failure
NEUROLOGIC
Gcs < 5
Fixed dilated pupils
Persistent (> 20 min) ICP > 20 torr or
Requiring therapeutic intervention
258
Perinatologi
RENAL
BUN > 100 mg/dl
Serum creatinin > 2 mg/dl
Dialisis
HEMATOLOGIC
Hb < 5 g/dl
WBC < 3000 cells/mm3
Platelets < 20.000/mm3
DIC (PT > 20 detik atau aPTT > 60 detik in
presence of FDP (+) )
GIT
Blood transfusions > 20 cc/kg dalam 24 jam cause
of GI haemorrhage
HEPATIC
Total bilirubin > 5 mg/dl dan SGOT atau LDH
more than twice normal value (without
evidence of hemolysis)
Hepatic encephalopathy > grade II
259
Perinatologi
PEMANTAUAN
SISTEM ORGAN
PULMONARY
AGDA & pH
Pulmonary function test
Chest x-ray
Changein ventilatory requirements
CARDIOVASCULAR
Vital sign & capillary refill
Haemodynamic measurements
- Cardiac index
- Periods & afterload
ECG
Cardiac enzymes
Echocardiography
NEUROLOGIC
Complete examination
EEG
ICP monitoring
OTHER GIT
Amylase
Enteric Feeding Tolerance
260
Perinatologi
HEMATOLOGIC
Hb & Ht
WBC dengan difftell
Jumlah trombosit
PT & PTT
Fibrinogen & FDP
RENAL
Urine output
BUN & Creatinine
Fractional Excretion of Sodium
Free Water Clearance
Drug Levels
METABOLIK
Acid base status
Serum glucose
Lactate & Pyruvate levels
Serum & urine amino acids
Blood ketone ratio
Oxygen consumption
CO2 production
HEPATIC
Transaminase
PT & PTT
Drug levels
261
Perinatologi
FEED & FLUID VOLUMES
FOR BABY
15, - 1,749 kg
Diberikan setiap 3 jam.
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
Feed Volume every
12 18 22 26 30 33 35
3 hours (ml/feed)
1,25 – 1,491 kg
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
Feed Volume every
10 15 18 21 26 28 30
3 hours (ml/feed)
<1,25 kg
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
IV fluid rate (ml/
hour) or microdrips/ 4 4 3 3 2 2 0
mnt
Feed Volume every
0 0 3 5 8 11 15
2 hours (ml/feed)
1,75 – 2,5 kg
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
Ml/kgBB feed
60 80 100 120 140 150 160
and/or fluid
262
Perinatologi
SICK BABIES
K 1,25 kg
sama dengan bayi sehat < 1,25 kg.
1,25 – 1,49 kg
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
IV fluid rate (ml/
hour) or microdrips/ 3 3 3 2 2 0 0
mnt
Feed Volume every
0 6 9 16 20 28 30
3 hours (ml/feed)
<1,5 – 1,749 kg
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
IV fluid rate (ml/
hour) or microdrips/ 4 4 3 2 2 0 0
mnt
Feed Volume every
0 6 13 20 24 33 35
3 hours (ml/feed)
1,75 – 2,5 kg
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
IV fluid rate (ml/
hour) or microdrips/ 5 4 3 2 0 0 0
mnt
Feed Volume every
0 6 14 22 30 35 38
3 hours (ml/feed)
263
Perinatologi
HIPOGLIKEMIA PADA
NEONATUS
KGD < 25mg/dl (1,1mmol/l) atau tanda2 (+)
bolus D10% 2 cc/kgBB selanjutnya GIR, cek
KGD 1 jam kemudian jika KGD tetap ulangi
bolus dengan dosis yang sama jika 25-45
mg/dl GIR tetap cek KGD/3jam sampai > 45
mg/dl jika sudah normal cek KGD/12jam
(2x).
264
Perinatologi
KAPUT SUKSEDANEUM
Terkumpulnya cairan serosanguinus di jaringan
subkutan di atas periosteum.
Pembengkakan jaringan lunak superfisial.
Tersering daerah vertex.
Hilang dlm hitungan hari.
Diffuse.
Edematous swelling.
Presenting during vertex delivery.
Extend across midline and across suture lines
Disappears within the first few days of life/first
week of life.
Discoloration.
Distortion of the face (rare).
Molding of the head n overriding parietal bone.
Rarely become shock.
No spesific treatment, kompres bethadine.
If extensive ecchymosis early phototherapy
for hiperbilirubinemia.
SEFALHEMATOM
Terkumpulnya darah di daerah subperiosteal
akibat robeknya vena di paerah tersebut.
Pada sungsang atau forceps.
Bengkak di oksipital atau parietal tidak
menyeberangi sutura.
Dapat mengalami pengapuran dan penonjolan
tulang.
Dpt anemia. Hipotensi. Hiperbilirubinemia.
Subperiosteal hemorrhage.
Always limited to the surface of 1 cranial bone.
No discoloration.
265
Perinatologi
Not visible until several hour after birth, since
subperiosteal bleeding is a slow process.
Underlying skull fracture, usually linear and not
depressed.
Most resorbed within 2 weeks - 3months,
depending on their size.
Transfusion n phototherapy is rare.
PERDARAHAN SUBGALEAL
Terjadi di antara aponeurosis galea dan
periosteum perdarahan massif syok
hemoragik (pucat, takipneu, takikardi).
Daerah ini dibatasi tepi orbita di sebelah
anterior,oksiput di daerah posterior) dan telinga
di sebelah lateral.
Pd ekstraksi vakum dan forseps, makrosomia,
prematur, partus preslpitatus.
Massa kenyal fluktuasi menyebrangi sutura.
4 jam setelah persalinan, progresif dlm 12-72
jam.
Pantau Hb, Ht, bilirubin, hemostasis dan
koagulasi.
Suportif, transfusi, kauterisasi vena.
266
Perinatologi
DIAGNOSTIC CRITERIA
FOR SEPSIS
Clinical Variables
Temperature instability
Heart rate > SD above normal for age (≥ 180
beats / min, ≤ 100 beats / min)
Respiratory rate (> 60 breaths / min) plus
grunting / recession or desaturations
Lethargy / altered mental status
Glucose intolerance (plasma glucose > 10
mmol / L)
Feed intolerance
Hemodynamic Variables
BP 2 SD below normal for age
Systolic pressure < 50 mmHg (newborn day 1)
Systolic pressure < 65 mmHg (infants ≤ 1
months)
Pressure 3 4
Day 1 Day 4
(mmHg) weeks weeks
Systolic 68 (31) 78 (37) 76 (32) 78 (34)
Diastolic 44 (29) 53 (32) 48 (32) 49 (31)
Mean 58 (32) 65 (32) 60 (32) 65 (34)
arterial
Tan KL. Blood Pressure in very low birth weight
infants in the first 70 days of life. J Pediatri 1988 ;
112 : 266 – 270.
Inflammatory Variables
Leukocytosis (WBC count > 34.000)
Leukopenia (WBC count < 5.000 )
Immature neuthropils > 10 %
IT > 0,2
Trombocytopenia < 100.000
CRP > 10 mg / dL
Procalcitonin > 8,1 mg / dL
IL-6 or IL-8 > 70 pg/mL
16 S PCR : positive
268
Perinatologi
CONTINUUM OF INFECTION
IN THE NEWBORN
DEATH
269
Perinatologi
0 1 2
Frekuensi < 60 / 60 – 80 / > 80 /
nafas menit menit menit
Retraksi - Retraksi Retraksi
ringan berat
Sianosis - Sianosis Sianosis
hilang menetap
dengan O2 walaupun
diberi O2
Air entry Udara Penurunan Tidak ada
masuk ringan udara
udara masuk
masuk
Merintih Tidak Dapat Dapat
merintih didengar didengar
udara tanpa alat
masuk bantu
270
Perinatologi
271
Perinatologi
272
Perinatologi
273
Perinatologi
GUIDELINES FOR
STARTING VOLUMES
INTERVALS, AND INCREMENTS FOR FEEDING
RELATIVELY STABLE INFANTS
Initial
Vol
BW feed Interval Freq
(max)
(gram) Vol ( hrs ) (hrs)
(mL)
(mL)
< 750 0.5 – 1 1–2 0.5 – 1 ≥ 24
750 – 1 2 2 12 –
1000 24
1000 - 1–2 2 2 ≥ 24
1500
1500 – 2–3 2–3 2–3 ≥12
2000
2000 – 4–5 3 3 ≥8
2500
> 2500 10 3-4 3-4 ≥6
Source : Cheesex P, Van Aerde JEE. Nutrition and
feeding, Residents handbook of neonatology, 1999.
274
APGAR SCORE
TANDA NILAI O NILAI 1 NILAI 2
Appearance Seluruh tubuh Badan merah, kaki Seluruh tubuh
(warna kulit) biru /pucat tangan biru kemerahan
271
KESEPAKATAN TATA LAKSANA CAIRAN, ELEKTROLIT, DAN
NUTRISI PADA NEONATUS
Tunjangan Nutrisi enteral pada bayi baru lahir:
<30 minggu 30-34 minggu 34-37 minggu
Rujuk ke RS level III Mulai dengan 20 cc/kgBB/hr, pd Mulai dengan 40-60
har I & II, tergantung situasi cc/kgBB/hr
klinisnya
Tunjangan nutrisi
Susu formula bayi premature, ASI parenteral tidak diperlukan
bila toleransi nutrisi enteral
Volume ditingkatkan 20 baik
cc/kgBB/hr bila tak ada
kontraindikasi
Dextrosa 10 %
Asam Amino 2 g/kgBB/hari ditingkatkan setiap hari sampai mencapai jumlah 2,4
g/kgBB/hari, diberikan dalam kemasan terpisah
Intralipid IV: 1 g/kgBB/hari ditingkatkan setiap hari sampai mencapai jumlah 2,6
g/kgBB/hr diberikan dalam kemasan terpisah
275
Bayi di perinatologi HAM:
-Cek kultur kalau mau masuk antibiotik
276
Sodium Sesuai kebutuhan - Biasanya 3 Na
mEq/kg/hari
278
Intralipid 0,5 gm/kg/hr 0,5 gm/kg 2,6 gm/kg/hr Trigliserida
Phosphorus Hari 1,5 kmd tiap minggu Tiap hari kadar fosfat <3,5 Tiap dua
hari sekali bila kadar fosfat 3,5-3,4
atau kadar alkali fosfatase >400
281
282
283
284
285
Daftar obat yang “compatible” dengan lipid iv bila diberikan melalui “three
way”:
1. Ampicillin
2. Cefazolin
3. Cefotaxime
4. Cefoxitin
5. Ceftazidime
6. Cefuroxime
7. Clindamycin
8. Digoxin
9. Dopamine
10. Erythromycin
11. Furocemide (Lasix)
12. Gentamicin
13. Isoproferenol
14. Lidocaine
15. Metoclopramide (Reglan)
16. Methylprednisolone (Solumedrol) (only if TPN contains <2g calcium gluconate)
17. Mezlocillin
286
18. Morphine
19. Norepinephrine
20. . Oxacilin
21. Penicillin G
22. Piperacillin
23. Ranitidine (Zantac)
24. Tobramycin
287
2. Daftar obat yang “compatible” dengan cairan nutrisi parenteral sebagai
obat tambahan
1. Aminophylline
2. Ampicillin
3. Calcium gluconate
4. Cefazolin
5. Cefotaxime
6. Cefoxitin
7. Ceftazidime
8. Ceftriaxone (7% hilang dalam 48 jam pada suhu 20°)
9. Cefuroxime
10. Cimetidine
11. Clindamicin
12. Digoxin (compatible x 4 hrs by visual observation)
13. Dopamine (compatible x 4 hrs by visual observation)
14. Furosemide
15. Gentamicin
16. Heparin
17. Hydrocortisone
288
18. Insulin
19. Lidocaine (compatible x 4 hrs by visual observation)
20. Magnesium sulfat
21. Meperidine (Demerol)
22. Methylprednisolone (Solumedrol) (only if TPN contains <2gm calcium gluconate)
23. Metoclopramide (Reglan)
24. Mezlocillin
25. Morphine
26. Norepinephrine
27. Oxacillin
28. Penicillin G
29. Piperacillin
30. Rabitidine (Zantac)
31. Sodium bicarbonate (NaHCO3)
32. Ticarcillin
33. Tobramycin
289
3. Daftar obat yang “compatible” dengan cairan nutrisi parenteral tetapi
diberikan dengan “trhee way”
1. Chloramphenicol
2. Erythromycin
3. Isoproterenol (“compatible” tiap 4 jam tetapi harus dengan observasi ketat)
4. Vancomycin
290
B. Daftar obat yang “compatible” dengan lipid iv
1. Daftar obat yang “incompatible” dengan lipid IV
1. Phenytoin
291
Premedikasi untuk pemasangan pipa endotrakeal
Cara pengenceran
Konsentra Vol. Konsentrasi
Nama obat Vol.
si sediaan pengenceran yang tercipta Dosis
obat
(NaCl 0,9%)
Morfin 10mg/ml 0,1 ml 0,9 ml 1 mg/ml 0,1-0,2 0,1-0,2
mg/ml ml/kg
Atropin 250 mcg/ml 0,4 ml 0,6 ml 100 mcg/ml 20 0,2
mch/kg ml/kg
Midazolam 1 mg/ml - - 1 mg/ml 0,15-0,3 0,15-0,3
(Dormicum) mg/kg ml/kg
FiO2 ≥ 0,3 FiO2 < 0,3 ≥ 28 days < 28 days FiO2 > 0,21 Well in air
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Hb < 12 g/dl Hb < 11 g/dl Hb < 10 g/dl Hb < 8 g/dl Hb < 7 g/dl
293
GUIDELINES FOR PLATELET TRANFUSIONS
Platelet count x 109/L Non bleeding neonate Bleeding neonate
< 30 consider transfusion Transfuse
30-49 do not transfuse if clinically Transfuse
stable
consider transfusions :
< 1000 and < 1 week of age
Clinically unstable
(eg.fluctuating BP)
Previous major bleeding
tendency (eg.IVH gr 3-4 )
Current minor bleeding
(eg.petechie)
Require surgery or exchange
transfusions
50-99 do not tranfuse Transfuse
> 99 do not transfuse do not transfuse
294
Murray NA, Roberts IAG. Neonatal transfusions practice.Arch.Dis.Child. Fetal neonatal
Ed.2004;89:101 107
Suhu Inkubator
35 C 34 C 33 C 32 C
1 - 10 hari 11 hari - 3 minggu 3 - 5 minggu >5 mgg
1 - 10 hari 11 hari - 4 minggu >4 mgg
1 - 2 hari 3 hari - 3 minggu >3 mgg
1 - 2 hari >2 hari
295
Nefrologi
HIPERTENSI SISTEMIK
Batasan Hipertensi (The Second Task Force)
ISTILAH BATASAN
TD Normal TD sistolik dan diastolic < 90
persentil menurut umur & jenis
kelamin
TD Normal - Rata-rata TD sistolik dan
Meninggi diastolik di antara 90 & 95
persentil menurut umur & jenis
kelamin
HIPERTENSI Rata-rata sistolik dan diastolik >
95 menurut umur & jenis
kelamin pada pengukuran 3 x
berturut-turut.
297
Nefrologi
Umur (tahun)
Persentase
1 – 5 6 – 12
Derajat Kenaikan >
tahun tahun
Hipertensi batasan
TD TD
Normal
Diastolik Sistolik
Ringan 5 – 15 % 75 – 85 90 – 100
Sedang 15 – 30 % 85 – 95 100 –
110
Berat 30 – 50 % 95 – 112 110 –
120
Krisis > 50 % > 112 > 120
Pemeriksaaan Penunjang
Diagnosa tahap I
Bila anak prapubertas TD diastolik > 90 mmHg
& pada remaja > 100 mmHg
Pada anamnesis mencurigakan ke arah
Hipertensi sekunder
Pemeriksaan tahap I untuk evaluasi diagnostik
ke arah penyebab Hipertensi Sekunder
298
Nefrologi
Diagnosa tahap 2
299
Nefrologi
Pengobatan :
Non Farmakologik
Hipertensi esensial dalam derajat ringan
(TD sistolik dan diastolik antara 90 dan 95
persentil). Th/:
Kurangi garam
Senam/olahraga
Tidak merokok/alkohol
Farmakologik
Pada anak dengan hipertensi 10 mmHg
diatas 95 persentil tekanan darah sistolik &
diastolik
Pada hipertensi diastolik bermakna
300
Nefrologi
301
Nefrologi
Captopril neonatus 0,5 0,5
Enapril 0,08-0,1 1 24 jam
Diuretika, Penghambat
Langkah mulai dengan Atau adrenergic mulai
I dosis minimal dgn dosis min
Tambahkan
atau ganti Tambahkan atau
Langkah dgn Atau ganti dengan
II penghambat diuretika(tiazid)
adrenergic
304
Nefrologi
PROTOKOL PENGOBATAN
HIPERTENSI KRISIS
Klonidipin drip
Dosis : 0,002 mg/kg/8 jam dalam 100 cc glucosa
5% (12 tetes mikro/i) + Lasix dosis 1-2 mg/kg/x IV
(2-3 x/hari).
TD diastolik TD diastolik
< 100 mmHg > 100 mmHg
- Klonidin di bertahap - Dosis klonidin dikan
- Captopril oral diberikan 6 tetes/30’
Dosis awal: 0,3 mg/kg/x (Dosis max 0,006 mg/kg
2-3 x/hari atau 36 gtt/i mikro)
(dosis max : 2 mg/kg/x) - Lasix tetap diberikan
TD diastolik TD diastolik
< 100 mmHg > 100 mmHg
- Klonidin di bertahap - Klonidin&Lasix diberikan
- Captopril oral diberikan - Captopril oral diberikan
dgn dosis awal : dgn dosis awal :
0,3 mg/kg/x, 2-3 x/hari 0,3 mg/kg/x, 2-3x/hari
(dosis max 2 mg/kg/x) (dosis max 2 mg/kg/x)
TD diastolik
< 100 mmHg
Klonidin di bertahap
Captopril oral diteruskan
305
Nefrologi
306
Nefrologi
307
Nefrologi
308
Nefrologi
Perfusi ginjal turun filtrasi turun urine
turun gangguan keseimbangan air, elektrolit
dan sisa metabolisme protein.
Management :
Fase oliguria :
Th/ awal :
Rehidrasi RL 20-30 ml/kgBB selama 1
jam, monitor VSdan UOP
UOP > 12 ml/m2/menit oliguria
Renal Failure karena renal
hipoperfusion
UOP < 12 ml/m2/menit ada
kemungkinan dehidrasi atau sudar
terjadi renal failure. Beri furosemid 1-2
mg/kgBB/IV/2 jam, dosis dinaikkan 6
mg/kgBB, manitol 20%
0,5mg/kgBB/IV selama 2 jam
diuresis atau tidak
Dopamin neonate 0,5-2
mikrogram/kgBB/menit, child 1-
1,5mg/kgBB/menit efek muncul 1-2
jam. Kelebihan : nausea, vomiting,
takikardia, aritmia, vasokonstriksi.
Th/ lanjutan :
Mencegah kelebihan cairan :
Cairan/hari : 25 ml/100 kkal + UOP
atau HolidaySegar
IWL + UOP
Bila cairan tidak lebih, besok BB tidak
naik, masih ditolerir bila turun BB 1-
2%/hari
309
Nefrologi
Pemberian kalori/nutrisi yang adekuat
kebutuhan kalori minimal pada GGA
400 kkal/m2/h atau 20-25% dari
kebutuhan anak.
ACUTE
GLOMERULONEPHRITIS
Defenisi :
Peradangan primer glomerulus diikuti gangguan
sistemik (ringan-berat)
Klinik :
1. Oliguria : ≤ 240 ml/m2/24 jam
2. Oedem
3. Hipertensi (renin , vasokosntriksi perifer &
retensi air dan natrium)
4. Circulatory congestion (oedem pulmonum
cardiac overload hepatomegali, distensi vena
jugularis gallop
5. Hematuria
6. Proteinuria
7. Anemia (biasanya normochromic)
8. Azotemia : akibat GFR
BUN , serum kreatinin , serum fosfatase ,
uric acid , plasma Ca++ level serum
fosfatase
9. Elektrolit & asam basa terganggu :
hiperkalemia, hiponatremia, asidosis.
310
Nefrologi
Terapi :
Fase akut : 1-2 mgg
Waktu dibutuhkan sembuh dgn spontan
Restriksi cairan : 25 cc / 100 kal + UOP
Penicillin (ospen)
Tergantung kondisi hasil lab
Diet : rendah garam & rendah protein
Anamnesa :
Bengkak pada mata dan kaki
BAK darah (+)
Anemia o/k hemodilusi (grosshematuria)
Pemeriksaan :
Hipertensi (+)
Proteinuria (+)
renal function
Lab : C3 , ASTO (+)
Terapi :
1. Water restricted & Activity Restricted
2. Ospen (3x250 mg)
3. HCT 2 x 1/2 tab (sesuai BB)
4. Captopril 2 x 12,5 mg
5. Diet rendah Garam
311
Nefrologi
HCT diberikan karena Blood Volume pada AGN
dan kerja HCT pada glomerulus.
SINDROMA NEFROTIK
1. Congenital
2. Responsif steroid
3. Resisten steroid
Gejala Klinik :
Proteinuria, hipoalbuminuria, oedem dan
hiperkolesterolemia kadang disertai : hematuria,
hipertensi dan penurunan GFR.
Patogenesis :
Lesi glomerulus permeabilitas , protein molekul
kecil keluar dlm urin (albuminuria) protein berat
hipoalbuminemia (oncotic pressure ) edema.
Protein yg keluar bersama albumin : IgG, transferin.
SPE :
----- normal 2
pada ns
1
ALB
312
Nefrologi
2 pada SN meningkat, termasuk lipoprotein
serum albumin Ca plasma (Ca terikat pd
albumin)
Gejala SN:
Proteinuria (>= 40 mg/m2/jam)
Hypoalbuminemia (<=2,5 gr/dl)
Generalized edem
Hypercholesterolemia/ hyperlypidemia
(> 220 mg/dl)
Disertai: hematuria, hipertensi,
penurunan GFR
Mekanisme edema:
Albumin turun, tek. Osmotik koloid turun
Ekskresi sodium urin turun ok tubular
reabs meningkat
Ekskresi aldosteron meningkat ok ekskresi
renin meningkat
Pindah cairan ke ekstra vask menstimulasi
renin
Retensi air, hap 240 meq Na yang dimakan
1 L air
313
Nefrologi
3. Abnormal Fibrinolysis
4. Hypogammaglobulinemia
5. Iron resisten hypochrome anemia
6. Dysquamasi luka lama sembuh
7. Perubahan vit D
8. Perubahan cortisol metabolisme.
Terapi :
1. Istirahat sampai oedem
2. Diet : rendah garam, tinggi protein
Roborantia
protein : protein loss (Esbach)
ditambah minimal daily
3. Restriksi cairan : 25 ml / 100 kal + UDP
4. Prednison regimen ISKDC
60 mg/m2/hr = 28 hari (4 mgg)
Reduction dosage
40 g/m2/hr (3 hr dlm 1 mgg) = 28 hari
5. Edema: inj. Lasix 1 mg/kgbb/x, 1 hari 3 kali
6. Hipertensi: captopril 0,3- 0,5/kgbb/kali, 2-3
kali per hari
Prognosis :
Umumnya renal failure idiopathic & MPCN
lebih baik daripada tipe lain.
Remisi total : edema (-), proteinuria (-)
Remisi parsial : edema (-), proteinuria (+)
Proteinuria (-), protein ≤ 4 mg/m2/hari atau
dengan pemeriksaan kualitatif/semikualitatif
314
Nefrologi
(dipstick) (-) atau trace selama 3 hari berturut-
turut selama 1 minggu.
R1 2/3 R2
Prednison initial dose
60 mg/m2/hr Immunosupresive
Agent
R = Remisi
315
Nefrologi
Bila protein (-) 3 hari berturut-turut dalam 1 mgg.
Bila remisi tjd pada 4 minggu I (R1) pengobatan
dengan steroid, maka dosis prednison AD diberikan
selama 4 minggu (total pengobatan 8 minggu),
namun bila remisi tjd pada 4 minggu ke-2 (R2),
maka pengobatan dosis AD diteruskan sampai 8
minggu (total pengobatan 12 minggu). Bila sampai
8 minggu pengobatan steroid belum juga tjd remisi,
disebut sebagai steroid resisten. Pada kondisi ini
terapi diganti dengan immunosupressive lain seperti
: siklofosfamid 2-3 mg/kgBb/hari.
1. Darah rutin
2. Urine rutin
3. Bila leukosit usia >, kultur & ST urin
4. BUN
5. Kreatinin serum
6. Kolesterol
7. ESBACH bila proteinuria (+)
8. SPE
9. C3
10. ASTO
316
Nefrologi
UTI
Kultur urin significant bacteri uria 10 pangkat 5
coloni/ml urin yang dikultur
Etiologi:
E. Coli
Proteus sp/ Klebsiela
Pseudomonas sp
Coccus
Virus
Diagnosa cepat
1. Lab stick (nitratnitrit)
Tri phenyl tetrazoliumtri phenyl
formazone
2. Dipstick urine culture
Suspect uti:
Infant : non spesific
Older children: spesific
Urin kultur-->usg, ivp, mcu, mri,
vesikoureteritic reflux
317
Nefrologi
Ab : ampicillin + garamycin iv long
prophilactic ab 7-10 hari
318
OBAT-OBAT ANTI HIPERTENSI UNTUK
PENANGGULANGAN KRISIS HIPERTENSI
DECOMPENSASI CORDIS
DC Kiri
1. Dyspnoe de effort s/d orthopnoe
2. Nafas Cheyne Stokes
3. Hemoptisis
4. Cyanosis
5. Paroxysmal Nocturnal Dyspnoe (PND)
6. PD : LVH, irama gallop, ronchi basah basal
DC Kanan
1. TVJ
2. Hepatomegali
3. Edema pretibial
4. Ascites
5. RVH
6. Efusi pleura
7. Hidrothorax
8. Gejala renal : Nocturia, oliguria,
albuminuria
Therapy
1. Bed rest, posisi semi fowler + atur suhu &
kelembaban.
2. Oksigen
3. Pembatasan cairan & garam
Cairan : 70-80% kebutuhan
Garam : < 0,5 g/hari
4. Digoxin :
Dosis maintenance : 0,01 mg/kg/2 dosis.
Max : 0,25 mg/hari.
5. Bila CHF berat : Lasix 1-2 mg/kg
319
Kardiologi
6. KCl 75 mg/kg/hari dibagi 3
7. Untuk mengurangi afterload & preload, dapat
diberikan :
Captopril dosis 0,1-0,3 mg/kg/2-3 x/hari
Penyakit Jantung :
DC atau tidak
Congenital atau tidak
Cyanosis TOF
Eisenmeyer
Atr. trikuspid
TGA
Acyanosis ASD
VSD
PDA
320
Kardiologi
Dosis Digitalisasi
Umur
(g/kgPO/IV)
Neonatus
Prematur 20
Cukup bulan 30
Bayi 40
Anak besar 20-30
Maksimum 1 mg
321
Kardiologi
322
PGD - PICU
LUKA BAKAR
19 15 13 10
32 32 32 36
15 17 18 18
Cara :
½ nya diberi dalam 8 jam
½ nya lagi diberi dalam 18 jam
Contoh :
Anak 4 tahun, BSA = 0,68 m2 dan 0,68 m2 dengan
derajat luka baker 40% & disertai dehidrasi.
Perhitungan cairan :
1. Cairan 20 ml/kg/hari dalam 1 atau 2 jam jgn
dihitung dalam kebutuhan sehari-hari = 200
cc/jam.
323
PGD - PICU
Bila kejang :
Diazepam IV 5-10 mg ulangi tiap 5’
Max 30 mg pada dewasa, pada anak :
0,2-0,5 mg/kg
324
PGD - PICU
KERACUNAN
Organofosfat/Karbamat
Miosis, paralysis, sweating, salivasi , diare
Terapi :
Kumbah bila < 4 jam & os sadar
Atropin :
- Anak > 12 tahun : 2-5 mg IV tiap 15’
- Anak < 12 tahun : 0,05-0,1 mg/kg/15’
hingga timbul atropinisasi
(muka merah, midriasis, takikardia)
Turunkan dosis perlahan selama 24 jam
atau 0,25 mg SA/4 jam
325
PGD - PICU
DOSIS OBAT
Cefotaxim : 25-50 mg/kg/x/12 jam/IV
Metronidazole : 15 mg/kg
start 7,5 mg/kg/dose/12 jam
Ambroxol :
Drops : 25 mg/ml,
Anak < 2 thn : 1 gtt/kg/x
2-3 x/hari
Syrup : 15 mg/ml,
2-5 tahun : 3 x ½ cth
5-10 tahun : 3 x 1 cth
Tab : 30 mg
> 10 tahun : 3 x 30 mg
326
PGD - PICU
327
PGD - PICU
TPN
Rezeki, umur 4 tahun, BB : 13 kg.
Kebutuhan cairan : 1150 cc/hari
1150 kkal/hari
Kebutuhan :
BMR : 40-45% dari kebutuhan normal
40% x 1150 = 460 kal
D5% ditarik 70 cc (buang)
dimasukkan D40% 70cc (jadi D10%)
Jadilah larutan D10% = 10 g dalam 100 cc.
Dalam 500 cc = 500 x 10 = 50 g
100
= 50 x 4 = 200 kal
Kebutuhan kita : 460 kal
328
PGD - PICU
NUTRISI PARENTERAL
Rekomendasi Komponen & Jumlah
Komponen Kalori Jumlah Holliday Segar
Karbohidrat 40-45% dr kebutuhan kalori
Protein/Asam amino 1,5-2,5 g/100 kal kebutuhan
Lemak 1-3 g/kg
Na 2-4 mEq/kg
K 2-4 mEq/kg
Cl 2-4 mEq/kg
Ca 1-2 mEq/kg
329
PGD - PICU
2. Energi (Kalori)
Kebutuhan kalori basal disesuaikan dengan
aktivitas, perubahan temperatur & faktor stress.
330
PGD - PICU
3. Karbohidrat
Bayi prematur : 4 – 18 g/kg/hari
Bayi aterm : 8 – 23 g/kg/hari
1 – 18 tahun : 8 – 23 g/kg/hari
4. Lemak
Bayi prematur : 0,5 - 3,0 g/kg/hari
Bayi aterm : 0,5 - 4,0 g/kg/hari
1-10 tahun : 0,5 - 2,5 g/kg/hari
11-18 tahun : 0,5 - 2,0 g/kg/hari
Cth emulsi lemak : R/ Ivelip 10%, 20%
5. Protein
Bayi prematur : 2,0 – 3,0 g/kg/hari
Bayi aterm : 2,0 – 3,0 g/kg/hari
1 – 18 tahun : 1,5 – 2,5 g/kg/hari
6. Elektrolit
331
PGD - PICU
7. Vitamin & Mineral
Contoh Kasus :
1. Usia 14 hari (BB lahir 1300 g) baru menjalani
reseksi usus karena enterokolitis nekrotikans.
BB sekarang 110 gram & pasien telah
mendapat D10% 120 ml/kg dengan
maintenance elektrolit.
332
PGD - PICU
NB. Pembuatan D20% NaCl 0,225% dari cairan
D5% NaCl 0,225% & D40%.
Volume cairan D5% NaCl 0,225% = 100 ml.
Selanjutnya diberi :
D10% NaCl 0,45% 200 ml + Aminofusin paed
120 ml + Ivelip 10% 100 ml
Contoh di PICU :
Bayi ♀, umur 3 hari, BB : 2,1 kg.
Hasil lab :
Total protein : 5,3 g/l (6,3 – 8,8)
Albumin : 2,20 g/l (3,2 – 5,2)
Globulin : 3,10 g/l (2,6 – 3,6)
Ureum : 52 mg/dl (20 – 40)
Creatinin : 1,07 mg/dl (0,5 – 1,6)
Uric Acid : 8,4 mg/dl (2,5 – 7,0)
Albumin
= (Albumin) x BB x 0,8
= (3,5 – 2,2) x 2,1 x 0,8
= 2,2 g 2,5 g
Plasbumin 5% = 5 g albumin/100 cc
Kebutuhan albumin = 5/2,5 x 100 = 50 cc
V1 . M1 + V2 . M2 = V3 . M3
(500-V2) x 5% + (V2 . 40%) = 500 . 10%
2500 – 5V2 + 40 V2 = 5000
335
PGD - PICU
35 V2 = 5000 – 2500
V2 = 71 cc 70 cc
D5% NaCl 0,225% dibuang sebanyak 70 cc
kemudian D40%.
70 cc D10% sebanyak 50 cc
Ditambah KCl 10 mEq
Misal : BB : 3 kg
Kebutuhan kalori : 300 kal/hari
Yang digunakan : ½ x 300
= 150 kal/hari
P1 . V1 + P2 . V2 = P3 . V3
5% (500-V2) + 40% V2 = 12,5% . 500
2500 – 5V2 + 40 V2 = 6250
35 V2 = 2750
V2 = + 100 cc
V1 = D5% = 400 cc
V2 = D10% = 100 cc
Lemak 1 g = 9 kal
Ivelip 10% = 10 g dalam 100 cc
= 90 kal dalam 100 cc
336
PGD - PICU
= 60 x 100 = 60 kal/hari 3 gtt/i
90
Protein 1 g = 4 kal
Primene 5% = 5 g dalam 100 cc
= 20 kal dalam 100 cc
= 15 x 100 = 75 kal/hari 3 gtt/i
20
Catt. Resomal :
- Oralit + 200 cc air Campur +
- 1 sdm gula pasir + 200 cc air KCl tab 0,8 g
337
PGD - PICU
PICU
Setting Ventilator
1. MODUS
a. Control, seluruh inspirasi dikendalikan
ventilator, otot pernafasan dilumpuhkan
b. Assist/control, usaha inspirasi mentrigger
c. SIMV (Synchronized Intermitten Mandatory
Ventilation)
IMV, pernapasan spontan berlangsung,
ventilator berikan bantuan pernapasan
dalam interval yang teratur: umumnya
kombinasi dengan CPAP (Continuous
Positive Airway Pressure) / PEEP (Positive
End Expiratiory Ventilation)
2. FiO2, dapat dimulai dengan 1,0
3. Volume Tidal = 10-15 cc/kg pada neonatus
lebih rendah
4. Rate cycle/menit, biasanya separuh rate
pernapasan normal sesuai usia. Rate ventilator
mempengaruhi PaCO2
5. I : E ratio
Perbandingan lama inspirasi dengan ekspirasi
I + E = 60 rate cycle/menit
Umumnya digunakan perbandingan 1:1 atau
1:2
6. Aliran gas per menit (flow/minute) 2-3 x
minute volume
Minute volume = TV x Rate Cycle / minute
7. PEEP
Sering kombinasi dengan IMV; akan perbaiki
PaO2.
338
PGD - PICU
Mulai 2 cm air, naikkan bertahap maks 20 cm
air.
Penyapihan
Kriteria :
1. Problem/proses patologik tunjukkan perbaikan
2. CV, CNS & metabolik stabil
3. ABG normal pada FiO2 << 0,4
4. TV pernapasan spontan >> 3 cc/kg
5. Vital capacity >> 10 cc/kg atau ada batuk
efektif
6. Ratio vol. dead space / vol. tidal (VD/VT) <<
0,5 (normal : 0,3)
7. P [A-a] O2 pada FiO2 1,0 << 350 torr
Cara :
1. Hentikan semua obat, beri reversal pelumpuh
otot
2. Beri IMV + PEEP, rate turunkan sampai << 5
3. Bila ABG normal pada FiO2 << 0,4, stop
ventilator, berikan CPAP + O2
4. Bila ABG normal, turunkan CPAP, bertahan
sampai = 0
5. Bila ABG normal, ekstubasi napas dengan
masker/kateter o2
6. Untuk hindari edema glottis, beberapa anjurkan
steroid.
339
PGD - PICU
Set Up Mode
Pemilihan mode
- Volume mode
(S) CMV
SIMV
- Pressure mode
PCMV
PSIMV
Spontan (CPAP)
Set Up Volume mode
- (S) CMV
Tidal Volume : 8-12 ml x BB
Rate : 10-15
PEEP : 3-5 cmH2O (fisiologis)
Oksigen : 50 – 100 %
Trigger : 2-5 cmH2O
- SIMV
Tidal volume : 8-10 ml x BB
Rate : 6-12
PEEP : 3-5 cmH2O (fisiologis)
Oksigen : 30-50 %
Trigger : 2-5 cmH2O
Pressure Support : 0-15 cmH2O
Set Up Pressure mode : (untuk anak)
- PCMV
Pressure Control : 10-20 cmH2O
340
PGD - PICU
PICU
Pasien masuk PICU :
1. Darah lengkap
2. Elektrolit
3. AGDA
4. KGD
5. Faal hemostasis jika operasi/trauma
341
PGD - PICU
GCS
Eye Movement (membuka mata)
- Spontan 4
- Dengan perintah 3
- Rangsangan nyeri 2
- Tidak ada respon 1
342
PGD - PICU
Respon Verbal
> 5 tahun 2 - 5 tahun 0 - 23 bulan Skor
Orientasi Kata dan frasa Tersenyum, 5
baik dan sesuai menangis biasa
bisa bicara
Respon Motorik
> 1 tahun < 1 tahun Skor
Menurut perintah Bergerak spontan 6
Interpretasi :
Compos mentis 15
Apatis 12 - 14
Somnolen 9 - 11
Sopor 7-8
Soporokoma 5-6
Koma <5
Catatan:
< 8 tahun tanpa cuff
Ukuran kasar : kelingking/lubang hidung
Rumus : ID-mm = umur (thn) / 4 + 4
344
PGD - PICU
Subsitusi Albumin
Defisit = (3,2 gr 8 albumin) x BB x 0,8
Kapan : Sesuai dengan klinis
Kadar albumin < 2,5 g%
Subsitusi Kalium
4 – Kalium x 1/3 BB mEq/liter
2. Masker 5 40
6 50
8 60
345
PGD - PICU
3. Masker CPAP - 30-100
4. Oxyhood 7 30-100
5. Oxytent 21-60
346
PGD - PICU
Parameter Gangguan Keseimbangan Asam
Basa
pH pCO2 HCO3
1. Asidosis Respiratorik
a. Murni ↓ ↑ Normal
b. Terkompensasi ↓ ↑ ↑
sebagian
c. Terkompensasi Normal ↑ Sedikit
penuh ↑
2. Asidosis Metabolik
a. Murni ↓ Normal ↓
b. Terkompensasi ↓ ↓ ↓
sebagian
c. Terkompensasi Normal Sedikit ↓
penuh ↓
↓ ↑ ↓
3. Asidosis Respiratorik +
Metabolik
4. Alkalosis Respiratorik
a. Murni
↑ ↓ Normal
b. Terkompensasi
↑ ↓ Normal
sebagian
c. Terkompensasi
penuh ↓ ↓
Normal
5. Alkalosis Metabolik
a. Murni
b. Terkompensasi ↑ Normal ↑
sebagian ↑ ↑ ↑
c. Terkompensasi
penuh Normal ↑ ↑
6. Alkalosis Respiratorik
+ Metabolik ↑ ↓ ↑
347
PGD - PICU
Instruksi x Aplusan
Isi
348
PGD - PICU
IWL
Kehilangan air yang tidak terasa melalui udara
ekspirasi dan kulit (tanpa keringat).
Dewasa = 15 cc/kgBB/hari
Anak = [30 – (tahun)] cc/kgBB/hari
Pedoman Pemulihan
Pasca Anestesia
(menurut JA Aldrette & D Kroulik)
Pernafasan
a. Nafas baik, adekuat, menangis 2
b. Nafas depresi ringan 1
c. Nafas perlu dibantu 0
Sirkulasi
a. TD berubah di bawah 20%
pra operasi 2
b. TD berubah 20-50% pra-op 1
c. TD berubah di atas 50% 0
349
PGD - PICU
Warna Kulit
a. Merah jambu (pink) 2
b. Pucat 1
c. Sianosis 0
Kesadaran
a. Sadar penuh 2
b. Bereaksi 1
c. Tidak bereaksi 0
Catatan:
Nilai 9 atau lebih boleh pulang dengan kondisi
bedah/tindakan yang memungkinkan.
Nilai 7 ke ruang perawatan bila nilai pernafasan 2.
Nilai 5 ke UPI.
350
PGD - PICU
Protap Pemasangan
Kateter Kantung Kemih
Persiapan :
Kateter, sarung tangan, disinfektan.
Prosedur :
1. Untuk menghindari trauma pada saat
pemasangan, pakailah kateter dengan ukuran
yang sesuai dan kalau tidak ada, pakai ukuran
yang lebih kecil.
2. Petugas harus mencuci tangan dengan larutan
antiseptik dan air yang mengalir serta memakai
sarung tangan steril.
3. Bersihkan meatus dengan larutan antiseptik
dan pinset steril.
4. Lumuri kateter dengan antimikroba topical
sebelum dimasukkan.
5. Selama kateter terpasang, lakukanlah hal-hal
sebagai berikut:
Cuci tangan setiap akan melakukan
manipulasi kateter
Bersihkan meatus 2x sehari dengan
menggunakan larutan antiseptik
Hubungan kateter dengan penampungan
harus tertutup dan tidak boleh dilepas
kecuali pada saat irigasi dan sebelum
dilepas harus dilakukan disinfeksi pada
hubungan kateter dengan penampungan.
351
Immunisasi
Uraian
Vaksin ini berisi virus polio tipe 1,2, dan 3 yang
masih hidup tetapi sudah dilemahkan (suku Sabin),
dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan
distabilkan dengan sukrosa.
Tiap dosis (2 tetes= 0,1 ml) mengandung virus
polio :
Tipe 1 : 106,0 CCID50
Tipe 2 : 105,0 CCID50
Tipe 3 : 106,0 CCID50
Penyimpanan
Simpan pada suhu -200 C. Bila disimpan pada
suhu 2 – 8 0 potensi vaksin ini akan stabil selama
enam bulan. Bila disimpan pada suhu yang lebih
tinggi, potensi vaksin ini akan segera menurun.
Hindarkanlah perubahan dari keadaan beku ke cair
yang berulang – ulang. Jangan dipakai bila vaksin
menjadi keruh.
352
Immunisasi
Kadaluwarsa
Tergantung dari penyimpanan.
-200 C : 2 tahun
2 – 80 C : 6 bulan
Bila vial sudah dibuka, pada suhu 2 – 80 C, potensi
tahan satu minggu.
Cara pemberian
Tiap botol disertai sebuah pipet. Vaksin ini
dapat diteteskan langsung ke dalam mulut anak
atau dengan sendok yang telah beisi air gula atau
aquadest (hindarkan agar ujung pipet tidak
tersentuh). Vaksin polio oral harus diberikan secara
oral dan tidak boleh diberikan secara parenteral.
Kocok baik-baik sebelum dipakai.
Reaksi Sampingan
Vaksin polio oral ini adalah salah satu vaksin
yang paling aman (Bull. WHO 60/2 : 231-242,
353
Immunisasi
1982). Kemungkinan untuk terjadinya paralisis
kurang dari 0,3:1.000.000 (Bull. WHO 66/6 : 739-
746,1988).
Kontra Indikasi
Penderita leukemia dan disgammaglobulinemia.
354
Immunisasi
Reaksi
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi
bersifat umum seperti demam. Reaksi yang dapat
terjadi :
355
Immunisasi
a. Lokal
Satu sampai 2 mgg kemudian timbul undurasi
dan eritema ditempat suntikan yang berubah
menjadi pustule, kemudian pecah menjadi
ulkus dan akhirnya menyembuh spontan dalam
waktu 8-12 mgg, dengan meninggalkan parut.
Luka tersebut tidak memerlukan pengobatan.
b. Regional
Kadang2 terdapat pembesaran kelenjar ketiak
dan atau leher, terasa padat, tidak sakit, dan
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini adalah
normal (BCG-itis), tidak memerlukan
pengobatan dan akan menghilang dalam waktu
3-6 bulan.
Komplikasi
a. Abses ditempat suntikan dapat terjadi pada
anak2 > 1 thn atau dewasa. Hal ini disebabkan
oleh suntikan terlalu dalam (subkutan). Abses
bersifat tenang (cold abcess), tidak
memerlukan pengobatan dan akan menyembuh
spontan walaupun lambat. Bila abses sudah
matang (merah,fluktuasi,kulit tipis) sebaiknya
diaspirasi, jangan dilakukan insisi.
b. Limfadenitis supurativa dapat terjadi pada bayi
atau anak2 < 2 thn disebabkan oleh suntikan
terlalu dalam atau dosis terlalu tinggi. Proses
ini bersifat tenang, tidak memerlukan
pengobatan dan akan menyembuh dalam
waktu 2-6 bln sesudah vaksinasi. Apabila
proses sudah matang (merah,fluktuasi,kulit
tipis) sebaiknya diaspirasi, jangan diinsisi atau
ekstirpasi.
356
Immunisasi
Kontraindikasi
Meskipun tidak ada kontraindikasi, tetapi
sebaiknya vaksinasi BCG ditangguhkan bila ada
penyakit akut dengan panas tinggi dan penyakit
kulit berat.
Kadaluwarsa
Satu tahun.
Kemasan
Dus berisi 10 ampul dan Dus berisi 10 ampul
pelarut.
Perhatian
Harus dengan resep dokter.
357
Immunisasi
Deskripsi
Vaksin ini mengandung virus campak yang
masih hidup, tetapi sudah dilemahkan,
ditumbuhkan dalam biakan jaringan janin ayam,
kemudian dibeku keringkan. Setiap dosis vaksin
yang sudah dilarutkan mengandung virus campak
tidak kurang dari 1000 CCID dan Kanamisin Sulfat
tidak lebih dari 100 mcg dan Eritromisin tidak lebih
dari 30 mcg.
Penyimpanan
Disimpan dalam lemari es pada suhu antara +2
dan +80 C,lebih baik < 20 0C. Harus dihindarkan
dari sinar matahari dan pelarutnya disimpan pada
tempat sejuk.
Kadaluwarsa
2 tahun bila disimpan pada suhu antara +2 dan
+80 C.
Efek Samping
Bisa timbul efek samping : diare,rash,conjungtivitis,
gejala2 kataral. Jarang terjadi : febrile convulsion,
ensefalitis dan ensefalopati.
Kontraindikasi
1. Anak dengan infeksi akut yang disertai demam
2. Anak dengan defisiensi imunologik
3. Anak dengan pengobatan imunosupresif
4. Anak dengan kerentanan tinggi tdhp protein
telur,kanamisin dan eritromisin
5. Wanita hamil
Perhatian
1. Vaksin hanya diberikan secara SK, tdk boleh IV
2. Vaksin dilarutkan dalam pelarut khusus
sebanyak 5 ml pd setiap botol 10 dosis
3. Bila sudah dilarutkan,vaksin harus terlindung
dari sinar matahari dan hanya tahan sampai 8
jam pada suhu 20C 80C
4. Bila anak telah diberikan Ig atau transfusi
darah maka imunisasi harus ditangguhkan
paling sedikit 3 bulan.
5. Setelah imunisasi,tes tuberkulin pd anak harus
ditangguhkan sampai 2 bln,krn mgkn terjadi
reaksi negatif palsu.
Kemasan
Botol berisi 10 dosis vaksin campak kering
berikut ampul berisi 5 ml pelarut vaksin campak.
359
Immunisasi
VAKSIN JERAP
DIPHTERI – TETANUS –
PERTUSIS (DPT)
Indikasi
Imunisasi aktif secara simultan terhadap difteri,
tetanus, dan pertusis (batuk rejan).
Mekanisme kerja
Merangsang tubuh membentuk antibodi
terhadap difteri, tetanus dan pertusis.
Komposisi
Tiap ml mengandung :
Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf
Toksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf
B. pertussis yang diinaktivasi 24O U
Aluminium fosfat (sebagai adsorben) 3 mg
Thimerosal (sebagai preservatif) 0,1 mg
360
Immunisasi
Perhatian khusus
Penyuntikan tidak dianjurkan pada bokong atau
pantat anak dan secara intrakutan karena akan
menimbulkan reaksi lokal.
Efek Samping
Biasanya hanya gejala ringan yang bersifat
sementara seperti kemerahan dan pembengkakan
pada lokasi suntikan.
Kadang–kadang terjadi demam tinggi dan
irritabilitas dalam 24 jam setelah penyuntikan.
Kontra indikasi
Pada gangguan cerebral, gangguan syaraf pada
komponen pertusis. Apabila setelah pemberian
dosis pertama vaksin DTP terjadi reaksi yang
berlebih, suntikan imunisasi berikutnya dianjurkan
dengan DT. Pasien virus HIV, baik yang
menunjukkan gejala atau tidak.
361
Immunisasi
Penyimpanan
Pada suhu 2 – 80 C. Jangan dibekukan.
Vaksin yang telah dibuka harus disimpan pada suhu
2 – 80 C, dan masih dapat digunakan jika belum
kadaluwarsa.
Jika diduga telah terkontaminasi atau terjadi
perubahan bentuk fisik, vaksin harus segera
dimusnahkan.
Kadaluwarsa
Dua tahun.
Kemasan
Vial 5 ml (10 dosis).
362
Immunisasi
Mekanisme Kerja
Merangsang tubuh membentuk AB terhadap
tetanus dan difteri
Komposisi
Tiap ml mengandung :
- Toksoid difteri yg dimurnikan 40 Lf
- Toksoid tetanus yg dimurnikan 15 Lf
- Aluminium fosfat (sbg absorban) 3 mg
- Thimerosal (sbg preservatif) 0,1 mg
Tiap dosis (0,5 ml) memberikan potensi tdk kurang
dari 30 IU toksoid difteri dan 40 IU toksoid tetanus.
363
Immunisasi
Efek Samping
Biasanya hanya gejala ringan yang bersifat
sementara seperti demam, kemerahan dan
pembengkakan pada lokasi penyuntikan.
Kontraindikasi
Pasien HIV.
Penyimpanan
Pada suhu 2-8 0C. Jgn dibekukan. Vaksin
yang telah dibuka harus disimpan pada suhu 2-8 0C
dan masih dpt digunakan jika belum kadaluwarsa.
Kadaluwarsa
2 tahun.
364
Sedasi & Analgesik
2. Aspirin
10-15 mg/kg/x/4 jam
Advantage : Tidak mahal
Disadvantage : Gastrointestinal iritasi,
bleeding,toksisitas liver
& CNS
3. Ibuproxen (NSAID)
8-10 mg/kg/x/6 jam
Advantage : Bekerja lama (long
action)
Disadvantage : Gastrointestinal iritasi,
toksisitas liver & renal
4. Codein
Bisa pada anak kecil, tidak pada bayi.
0,8 – 1,5 mg/kg/x setiap 4-6 jam.
Advantage : Potent opioid analgin
Tidak toxis pd renal&hepar
365
Sedasi & Analgesik
Disadvantage : GIT effect (nausea &
vomiting)
Adiksi & respiratory
depress
2. Meperidine
0,5-1 mg/kg/x/3 jam
Max dose : 125 mg
Advantage : Potent analgesia
Disadvantage : Respiratory depresi &
seizure
3. Fentanyl
2-3 mg/kg/x, di drips IV selama 3-5’
Advantage : Potent analgetic &
kurang hipotensi
Disadvantage : Respiratory depresi
Apnoe
4. Ketorolac/Trametamin
0,5-1 mg/kg SD IM
Max dose : 60 mg, diikuti o,5 mg/kg/x tiap 6
jam IV. Max. 30 mg/hari.
366
Sedasi & Analgesik
5. Diazepam
0,1-0,2 mg/kg/x, PO, IV, rectal
6. Midazolam
(R/ Dormicum) amp : 5 mg/5 ml
15 mg/3 ml
0,05-0,2 mg/kg/x tiap 15’, IV pelan
0,2-0,4 mg/kg/x, intra nasal
0,2-0,5 mg/kg/x, PO
7. Chloral Hidrose
20-30 mg/kg/x, PO
8. Fentobarbital
4-5 mg/kg/IV
367
Immunodefisiensi
Gamimune
(Immune Globulin Intravenous Human)
Kemasan:
Gamimune RN 10% - vial: 10ml, IgG: 1g
- vial: 50ml, IgG: 5g
Cara pemakaian:
Tidak perlu pengenceran kembali – preparat ini
siap untuk digunakan
Harus tersimpan dengan baik (2-8°C). Jangan
digunakan jika pernah beku atau disimpan
dengan tidak baik. Cek tanggal kadaluarsa.
Jangan digunakan jika terjadi perubahan
warna, jangan digunakan jika keruh.
368
Immunodefisiensi
Infus dimulai dengan kecepatan lambat sambil
mengamati reaksi pasien (30 menit).
Buang sisa cairan yg tidak terpakai. Setiap vial
hanya boleh dipakai 1 kali.
DOSIS YANG
PERHATIAN
INDIKASI DIREKOMEND
KHUSUS
AS I
Primary 100-200 Batas minimum
Humoral mg/kg serum IgG untuk
Immuno- diberikan kekebalan belum
deficiency setiap bulan. ada kesepakatan.
Dapat
diberikan lebih
sering / dosis
ditingkatkan
sampai 400
mg jika respon
klinik kurang
memuaskan.
ITP Awal: 1000 Jika respon pada
mg/kgBB/hari pemberian
Perawatan: pertama cukup
369
Immunodefisiensi
400 mg/kgBB, baik, maka
1x. pemberian
Jika reaksi berikut mungkin
kurang dapat ditunda.
memuaskan, Dosis tinggi tidak
dapat direkomendasika
ditingkatkan n jika vol cairan
sampai 800- mjd hal yg perlu
1000 mg/kgBB diperhatikan.
Infus perawatan
dpt diberikan
berseling sesuai
dgn keadaan
klinik utk
menjaga jumlah
trombosit.
Allogenic 500 mg/kgBB Diperuntukkan
Bone pada 7 hari & 2 bagi pasien
Marrow hari sebelum berumur ≥ 28
Transplan- transplantasi. thn.
tation Diikuti dapat diberikan
seminggu melalui ..... line
sekali sampai jika tersedia, dan
hari ke-90 kemudian melalui
setelah vena perifer.
transplantasi
Pediatric 400 mg/kgBB Reaksi terlihat
HIV (8ml/kg) pada anak
infection setiap 28 hari dengan CD 4+
lebih dari 200
mm
Infection 400 mg/kgBB Baik diberikan
(sepsis) (8ml/kgBB) pada sepsis awal
selama 3-5 hari
370
Immunodefisiensi
Waktu Waktu
Gami- Gami-
Dosis infus infus
muneRN muneRN
(BB) (esti- (esti-
5% 10%
masi) masi)
200 300 89 150 56 mnt
mg/kg m/15g menit ml/15g
371
Notes
Hidrosefalus:
Diamox : 100 mg/KgBB/8 jam / 3 dosis
KCl : 75 mg/KgBB/8 jam / 3 dosis
Furosemid : 1 mg/KgBB/ dosis
Metronidazole : 5 mg/mL
Loading dose : 15 mg/KgBB/dosis,
8 jam kemudian
Maintenance : 7,5 mg/KgBB/dosis
diberi tiap 8 jam/drips
Fenitoin : 50 mg/mL
mikrodrips/i x % Dextrose
6 x BB
372
Notes
PICU
Besi
Treatment : 3 – 6 mg/kg/hr
Contoh: BB 10 kg → 50 mg/hari → elemental iron
Sulfas Ferrosus
Tablet → 20% elemental iron
1 tab : 300 mg → 60 mg elemental iron
Ferlin
Age Maintenance Therapy
0 – 6 bln 0,4 ml OD 0,4 ml TID
(iron
elemental: 6
mg)
6 – 12 bln 0,6 ml OD 0,6 ml TID
(iron
elemental: 9
mg)
1 – 2 thn 0,8 ml OD 0,8 ml TID
(iron
elemental:12
mg)
373
Notes
NAPREX
Micronized paracetamol
Drops Syrup
Age (60 mg/0,6 (250 mg/
ml) 5ml)
1 tahun 60 mg
1 – 2 tahun 60 – 120 mg
(0,6 – 1,2 ml)
2 – 6 tahun ½ sdk takar
(25 cc)
6 – 12 tahun 1 – 2 sdk
takar
(5- 10 ml)
DISUDRIN
Pseudoephedrin HCl
Disurdin Disurdin Disurdin
Dosage per
drops syr tab 30
Age administration
(7,5 mg (15mg/ mg
(3 times/day)
/0,8) 5 ml)
4 – 12 ¼ tea
3,75 mg 0,4 ml 1/8 tab
bln spoon
12 - 1/3 tea
5, 63 mg 0,6 ml 1/6 tab
32 bln spoon
2–6 ½ tea
7,50 mg 0,8 ml ¼ tab
thn spoon
6 – 12 1 tea
15 mg - ½ tab
thn spoon
374
Notes
ICU
10 cc/kgBB RBC → menaikkan kadar Hb 3
Dikali 2 untuk WBC
Desferal
50 mg/kgBB (1 vial= 500 mg)
Drips : dilarutkan dalam 250 cc NaCl 0,9%
Selama 6 – 8 jam
1x/hari selama 5 hari
Hitung Leukosit
6 lapangan pandang x 100
Hitung Trombosit
40 lapangan pandang x 1000
Tranexamic acid
Tab 500 mg, inj : 100 mg/ml
Ondasetron
Dosis :
- Oral : 0,1 – 0,2 mg/kg/dose (6 – 12 hr)
- IV : profilaksis 0,15 mg/kg
Treatment 0,2 mg/kg (over 5 min)
Tablet : 4 – 8 mg
Injection : 2mg/ml
Baclofem
Dosis : 0,2 mg/kg/dose 3x/hari
6 Mb → 50 mg/tablet
Ceftriaxon
Dosis : 50 mg/kgbb
Pemberian per drips dgn perbandingan 1:1 sd 1:2,
selama 30 menit – 1 jam
Trombositopenia
Methyl Prednisolon 30 mg/kgBB/hari (dosis )
Steroid oral 2 – 4 mg/kgBB/hari (7 hari)
Pyravit
1 sendok takar (5 ml) mengandung INH 100 mg, vit
B 10 mg dlm lar sorbitol.
376
Notes
NIPE
Usia Syrup Pediatric drops
Sesuai petunjuk
< 2 thn
dokter
1 sendok teh
2 – 6 thn 1 – 2 ml
(=5 ml)
2 sendok teh
> 6 thn 2 – 4 ml
(= 10 ml)
Diberikan 3-4 kali sehari
Amoxsan
Sediaan : Kapsul, sirop kering, tetes pediatric,
dispersible tablet
Komposisi
Kapsul : Tiap kapsul mengandung
amoksisilin trihidrat yang setara
dengan 250 mg/ 500 mg
amoksisilin
Sirop kering : Setelah penambahan air
minum, tiap 1 sendok teh (5
ml) mengandung amoksisilin
trihidrat yang setara dengan
125 mg/ 250 mg amoksisilin
377
Notes
Tetes pediatrik : Setelah penambahan air minum,
tiap ml mengandung amoksisilin
trihidrat yang setara dengan
100 mg amoksisilin
Dispersible tablet : Tiap tablet mengandung
amoksisilin trihidrat yang setara
dengan 250 mg amoksisilin
Sanmol
100 mg/ml (drops)
120 mg/5 ml (sirup)
0,6 ml → 60 mg
Ambroxol
1,2 – 1,6 mg/kgBB
1 sdt : 15 mg
Paraco
1 ml = 100 mg
Kotrimoxazol
Trimetoprim : 3 mg/kgbb/x beri
Sulfametoxazole : 15 mg/kgbb/x beri
Paed tab : 120 mg
Syr 1 cth : 240 mg
Tab : 480 mg
Forte : di kali dua dr dosis dewasa
(Primadex, bactrim)
Cefadroxil
15 – 25 mg/kgbb/hr → tiap 12 jam
Alco Drops
Tiap 0,8 ml mengandung Pseudoefedrin HCl 7,5 mg
- Anak usia 2 – 5 thn: 0,8 ml 3x1
- Anak usia < 2 thn: carefull
Diazepam : 5 mg/ml
Lasix : 10 mg/ml
Novalgin : 500 mg/ml
Dexamethason : 5 mg/ml
Ferlin
- 6 – 12 bln 0,6 ml
- 1 – 12 thn 0,8 ml
- < 6 bln sebaiknya jangan
379
Notes
- Maintenance: 1x/hr
- Treatment : 3x/hr
Eliksir Retard
Drops
Muco 15 Eliksir 30 Tablet 75 mg
15mg
pect mg/5 mg 30 mg
/ml
ml
Dws & 10 ml 5 ml (1 1 tab, 1 kap
anak (2 sdk sndk teh) 3 x/hr Sehari
> 10 teh) 3 x sehari Pagi
thn 3x atau
sehari malam
Anak 5m 2,5 ml ½ tab,
5–10 (1 sdk (1/2 sndk 3 x/hr
thn teh) teh) 2 – 3
2–3x/hr x sehari
Anak 2,5 ml
2–5 ½ sdk
thn teh
3 x/hari
Anak 2,5 ml 1,2– 1 tetes
<2 ½ sdk 1,6 /kgBB/
thn teh mg/kg x
2 x/hari /hr 2-3
x/hr
Digitalisasi
Digoxin : 0.04 mg/kbb
I. 50% → 8 jam
II. 25%
III. 25%
Pemeliharaan
0,01 mg/kgbb → bagi 2 dosis
380
Notes
Vomeseran (Ondansetron)
0,1 – 0,2 mg/kg/x
Asam Folat
10 – 15 mg/m2
→ 12 jam setelah MTX, selama 2 hari, tiap 6 jam.
Pemberian aminofilin
Belum pernah aminofilin:
Bolus 4 - 6 mg/kgBB dilarutkan dlm D5% atau
NaCl 0,9% sebanyak 20 cc dlm 20 - 30 menit
Sudah pernah aminofilin, dosis ½ nya.
Setelahnya aminofilin dosis rumatan (drips
dalam 24 jam) dosis 0,5 - 1 mg/kgBB/jam.
Perbaikan klinis : nebule teruskan tiap 6 hingga
24 jam dan steroid serta aminofilin ganti oral.
Dalam 24 jam pasien stabil pasien pulang
dengan -agonis (hirup/oral) tiap 4 - 6 jam,
sebelum 24 - 48 jam. Steroid oral dilanjutkan
dlm 24 – 48 jam.
Atresia Ani
Foto : Wangensteen-rice roentgenographic.
381
PERBANDINGAN KANDUNGAN ELEKTROLIT CAIRAN INFUS
383