Anda di halaman 1dari 417

DAFTAR ISI

1. Gastroenterologi
Dehidrasi 1
Terapi komplikasi diare 14
Rumus defisit elektrolit 19
AGDA 21
Gejala klinis defisiensi 25
Koreksi 27
Perbedaan RF & Physiologic oliguria 31
Oralit 32
Antimikroba 35
Gejala khas diare akut 37

2. Hematologi
Transfusi darah 39
MCV,MCH, MCHC 42
ANC 43

3. Gizi
Tatalaksana Gizi Buruk 44
Pengobatan Penyakit Penyerta 48
Formula 75, 100, 135 50
Bagan & Jadwal Pengobatan Gibur 52
Kebutuhan Gizi 53
Diet Gizi Buruk 54
Cara Membaca NCHS 56
Sosialisasi NCHS WHO 2000 58

4. Tindakan Kegawatan
Syok 61
Anemia berat 61
Hipovolemic shock 62
Contoh obat inotropik 65
Penatalaksanaan shock anafilaksis 66
Tanda kegawatan pada bayi/anak 67

5. Tumbuh Kembang
Kebutuhan cairan & peningkatan BB 68
RR, HR & TD normal pada anak 69
Laboratorium normal 74
Rumus berat badan 76
Developmental reflexes 77

6. Infeksi
Tetanus neonatorum 80
Kecacingan 85
Sepsis 87
Malaria 88
DHF 92
Demam Tifoid 98
Difteri 101
Varicella 103
Avian Flu 104

7. Neurologi
Lumbal punksi 107
Penatalaksanaan Meningitis serosa 114
Penilaian derajat kekuatan otot 117
Perbedaan M. serosa & M. purulenta 117
Refleks patologis 118
Rangsang meningeal 119
Meningismus 120
Skala koma pediatrik 121
Hidrosefalus 123
Hydranencephaly 127
Pemeriksaan neurologis 129
BSR & Difftell 130
Kejang demam 131
Klasifikasi ILAE 139
Kelainan menyerupai epilepsy 145
Sinkop 146
Kelainan psikiatrik 147
Sindroma Lennox-Gestaut 148
Acute Transverse Myelitis 150
Distrofia Muskular 153

8. Respirologi
Croup 156
Bronchopneumonia 158
Pneumonia 160
Tatalaksana Asma 165
OAT & dosisnya 179
Chest Physiotherapy 182
Acute Respiratory Failure 183
Bronkiolitis 186
Bronkitis 188

9. Gastroenterohepatologi
Hepatitis viral 189
Perdarahan saluran cerna 190
Kolestasis pada bayi 192
Sakit perut berulang 194

10. Hematologi
Prosedur bagian hematologi 199
Obat-obat chemotherapy 199
Approximation of surface area to weight207
Sindroma tumor lisis 208
Hyperleucocytosis 210
Transfusi darah pada keganasan 212
Trombositosis 214
Thalassemia 217
Demam neutropenia 219
Koagulasi 228
Tatalaksana trombositopenia neonatal 230
Nilai normal laboratorium 232
Dosis pemberian terapi pengganti konsentrat
faktor pembekuan pasien Hemofilia 236

11. Perinatologi
Antibiotika profilaksis untuk neonatus 238
Pemberian minum BBL 239
Hiperbilirubinemia 241
Langkah Resusitasi BBLR 247
Algoritma resusitasi BBL 250
Asfiksia 251
Penatalaksanaan apnoe pada neonatus 252
Obat-obat resusitasi 253
Dosis obat-obatan 255
Ciri kematian batang otak 257
Ventilator 257
Kriteria spesifik gagal organ 258
Pemantauan sistem organ 260
Feed & fluid volumes for baby 262
Sick babies 263
Hipoglikemia pada neonatus 264
Diagnostic criteria for sepsis 267
Continuum of Infection in the newborn 269
Skor Down 270
Cara pemasangan KVS 271
SOP 272
Guidelines for starting volumes 274
APGAR score 275
Antimicrobial in neonates 270
Kesepakatan tatalaksana cairan,
elektrolit, dan nutrisi pada neonatus 272
Guidelines for RBC transfusion 293
Guidelines for platelet transfusion 294
Suhu inkubator 295
12. Nefrologi
Evaluasi fungsi ginjal 296
Hipertensi sistemik 297
Hipertensi krisis 303
Acute renal failure 308
Acute glomerulonephritis 310
Sindroma nefrotik 312
Pemeriksaan lab pada pasien
dengan edema 316
UTI 317

13. Kardiologi
Decompensasi cordis 319
TOF with cyanotic spells 322
ASD

14. PGD - PICU


Luka bakar 323
Keracunan 325
Dosis obat 326
TPN 328
PICU 338
GCS 342
Tuba endotrakeal & kateter suction 344
Parameter gangguan keseimbangan
asam basa 347
IWL 349
Pedoman pemulihan pasca anestesia 349
Protap pemasangan kateter 351

15. Immunisasi
Vaksin polio oral trivalent 352
Vaksin BCG kering 355
Vaksin campak kering 358
Vaksin jerap DPT 360
Vaksin jerap DT 363
16. Sedasi & Analgesik
Minor pain 365
Moderate & Severe pain 366

17. Gamimune 368

18. Notes 372

19. Perbandingn kandungan elektrolit


cairan infus 382
Gastroenterologi

DEHIDRASI

Muntah Hilang diare


muntah

DEHIDRASI

Demam Air plasma  Hipovolemia

Hemokonsentrasi

Kompensasi Renjatan RBF

Simpatis Hormonal Koma ARF


- HR  - ADH 
- Vasokonstriksi - Aldosteron 
- ANF 

1
Gastroenterologi

Tanda-tanda dehidrasi :
1. Gelisah s/d koma / kesadaran 
2. UUB cekung
3. Air mata kering
4. Mata cekung
5. HR 
6. TD 
7. Pols halus
8. Oliguria
9. Turgor jelek
10. Bibir kering
11. Ujung jari dingin
12. BB 

Kriteria Dehidrasi (WHO)

Tanpa R-S B

- KU* Baik Gelisah Tdk sadar


- Air mata (+) (-) (-)
- Mata N Cekung Sgt cekung
- Mulut N Kering Sgt kering
- Haus* Minum Haus Tdk minum
- Turgor* Baik < Jelek

* Tanda kunci
Derajat dehidrasi : min. 2 tanda + 1 tanda kunci
(dibaca dr kanan ke kiri).

2
Gastroenterologi

T : 5% BB
Hilang vol. R-S : 5-10% BB
cairan B : >10% BB
Dehidrasi
Isonatremi : 135-150
mEq/L
Na Hiponatremi : < 135 mEq/L
Hipernatremi: >150 mEq/L

Initial
Rehidrasi
Repletion

Terapi Cairan
Normal

Maintenance Holliday Segar

Abnormal

Tampung

3
Gastroenterologi

Penanganan

1 thn : 50-100 cc/x BAB


Oralit
>1 thn : 100-200 cc/x
BAB
1. Tanpa
dehidrasi
Minum/makan > dari biasa
Utk mencegah jgn timbul dehidrasi

Hilang < 5% BB
Oralit (WHO) : - Isotonik
- Na+ mirip plasma (90 mEq/l)
- Glukosa 2-3%
- K+ (lbh tgg 20 mEq/l dr plasma)
- Basa 30-40 mEq/l

2. Dehidrasi ringan sedang


Hilang 5- 10% BB
Koreksi dehidrasi dulu lalu maintenance

Oralit : 75 cc/kg BB (dlm 3-4 jam)



Indikasi


RL/Asering

Evaluasi : - jika diare berlanjut  ulangi


- bila stop beri maintenance
pisang barangan

4
Gastroenterologi

3. Dehidrasi berat (100 cc/kg BB dlm 3-6 jam)


Hilang > 10% BB
100 cc / kgBB / 3 – 6 jam

initial :
30 cc/kg BB (1 jam)
< 1 thn 6 jam
repletion :
70 cc/kg BB (5 jam)

initial :
30 cc/kg BB (0,5 jam)
> 1 thn 3 jam
repletion :
70 cc/kg BB (2,5 jam)

Fase initial diulangi lagi bila volume nadi sangat


kecil.
Initial : mengatasi kedaruratan.
Repletion : mengganti sisa cairan yang diberikan
pada masa dehidrasi.

Evaluasi : - bila diare berlanjut:


 Nilai derajat dehidrasi
 Ulangi pemberian RL sesuai
derajat
- diare stop  cairan maintenance

5
Gastroenterologi

Rehidrasi pada Dehidrasi Berat

Initial Repletion
 
Memberantas renjatan Sisa defisit
Fungsi ginjal 70 cc/kgBB
 
20-30 cc/kgBB 2½ jam - 5 jam
2 atau 3 x (>1thn) (<1thn)

Renjatan Tanpa renjatan


 
Bolus 30 mnt – 60 menit
(>1thn) (<1thn)

Koreksi diare, menghitung pemberian cairan


1. Defisit : jumlah cairan yg hilang  5-15% BB
2. Normal water losses : urin + IWL (cairan yg
hilang via kulit & nafas)  100 cc/kgBB/24 jam.
3. Concomitant losses : hilang via muntah dan
diare  25 ml/kgBB/24 jam.

Holliday Segar/24 jam


< 10 kg : 100 cc/kg BB
10-20 kg : 1000 cc + 50 cc/kg ( BB > 10 kg).
> 20 kg : 1500 cc + 20 cc/kg ( BB > 20 kg).

cth : BB : 15 kg
= 100 cc + 50 (15-10)
= 1250 cc

6
Gastroenterologi
Tetes makro  1 cc = 20 tetes  atau :24 lalu :3
Tetes mikro  1 cc = 60 tetes  atau :24

100 kkal : 100 cc


: 2,5 mEq Na+/1000 Kkal/hr
: 2 mEq K+

Perhitungan defisiensi air & e’lit


Defisit air (water defisit) = % dehidrasi x BB
Defisit Sodium (Na+) = water deficit x 80 mEq/L
Defisit Potasium (K+) = water deficit x 30 mEq/L

Dehidrasi

Cairan

Anuria/Oliguria Urine cukup

Renal failure Physiologic oliguria


 
Restriksi Cairan 
Diare  Asidosis metabolik
 Basa (+)

Rehidrasi  Ringer Laktat, Asering

Muntah  Alkalosis metabolik


 NaCl 0,9%
Ringer solution

7
Gastroenterologi

Nilai Normal Elektrolit


Na+ : 135 – 150 mEq/l
K+ : 3,5 mEq/l
Cl- : 100 mEq/l
Ca++ : 10 mg/dl
HCO3- : 20 – 25 mEq/l
Osm : 290 mOsm/kg air
Tek. onkotik : 17 – 19 mmHg
Anion gap : 8 – 16 mEq/l
pH : 7,35-7,45
pCO2 : 27 – 40 mmHg

Perbedaan Elektrolit ECF & ICF


ECF ICF
Na+ > <
K+ < >
Cl- > <
HCO3- > <

Maintenance Water Rate


0-10 kg : 4 ml/kgBB/jam
10-20 kg : 40 ml/jam + {2 ml/kgBB/jam x (BB-
10)}
>20 kg : 60 ml/jam + {1 ml/kgBB/jam x (BB-
20)}

Maintenance elektrolit
Na+ : 2-3 mEq/kg/24 jam
K+ : 1-2 mEq/kg

Koreksi elektrolit
K+ rendah : oral : 1,5-3 gr KCl/hari
i.v. : 2-4 mEq/kgBB/jam

8
Gastroenterologi

Hipokalemi berat : KCl 0,5-1 mEq/kgBB/jam i.v.


Max : 20 mEq/jam

Pemberian Cairan pada Diare Dehidrasi Murni

1. Jenis cairan
a. Oral :
- Formula lengkap (mengandung NaCl,
NaHCO3, KCl dan glukosa)
Na+ : 90 mEq/L (u/ kolera, diare akut,
anak > 6 bulan)
Na+ : 50-60 mEq/L (diare akut non
kolera, anak < 6 bulan) 
Oralit
- Formula tidak lengkap ( mengandung
NaCl, Sukrosa, KH )
 Larutan gula garam
 Larutan air tajin
 Larutan tepung beras

b. Parenteral :
- DG aa (Darrow 1 bgn + glukosa 5 % 1
bgn)
- RL 9 (RL 1 bgn + glukosa 5 % 1 bgn)
- RL
- 3A (NaCl 0,9 % 1 bgn + glukosa 5 % 1
bgn + Na Laktat 1 bgn 1/6 mol/L ).
- DG 1:2 (Darrow 1 bgn + glukosa 5% 2
bgn)
- RL 9 1:3 (RL 1 bgn + glukosa 5-10% 3
bgn)
- Cairan 4:1 (glukosa 5-10% 4 bgn +
NaHCO3 1,5%) atau (glukosa 5-10% 4
bgn + NaCl 0,9% 1 bgn)  < 1 tahun
9
Gastroenterologi

2. Cara
a. oral  D-RS, tanpa dehidrasi, kesadaran
baik, anak mau minum.
b. Intragastrik  D-RS, tanpa dehidrasi, anak
tidak mau minum, kesadaran menurun.
c. Intravena  D. berat

3. Jumlah cairan

a. < 2 tahun

Dehidrasi PWL NWL CWL Jlh


ml/Kg
R 50 100 25 175
S 75 100 25 200
B 125 100 25 250

b. 2 – 5 tahun

Dehidrasi PWL NWL CWL Jlh


ml/Kg
R 30 80 25 135
S 50 80 25 155
B 80 80 25 185

10
Gastroenterologi

c. Dehidrasi berat menurut BB & umur


(DAUL DARROW)

Jlh
BB Umur PWL NWL CWL
(ml)
<3kg < 1 bln 150 125 25 300
3-10 1 bln-2thn 125 100 25 250
10-15 2-5thn 100 80 25 205
15-25 5-10thn 80 65 25 170

4. Jadwal pemberian cairan (dehidrasi berat)

a. 1 bulan – 2 tahun, BB 3-10 Kg

- 1 jam pertama  40 ml/kg/J/


10 gtt/kg/i (1 ml=15gtt)
= 13 gtt/kg/i (1 ml=20gtt)
- 7 jam kemudian  12 ml/kg/J/
3 gtt/kg/i (1 ml=15 gtt)
4 gtt/kg/i (1 ml=20 gtt)
- 16 jam berikutnya : 125 ml/kg oralit
bila anak tidak mau minum :
DG aa 2 gtt/kg/i
3 gtt/kg/i

b. > 2 - 5 tahun, BB 10-15 Kg

- 1 jam pertama  30 ml/kg/J/


8 gtt/kg/i (1 ml=15 gtt)
10 gtt/kg/i (1 ml=20 gtt)

11
Gastroenterologi

- 7 jam kemudian 10 ml/kg/J/


3 gtt /kg/i
4 gtt/kg/i
- 16 jam berikutnya : 125 ml/kg oralit
bila anak tdk mau minum :
DG aa 2 gtt/kg/i
3 gtt/kg/i

c. > 5 - 10 tahun, BB 15-25 Kg

- 1 jam pertama  20 ml/kg/J/


5 gtt/kg/i
7 gtt/kg/i
- 7 jam kemudian 10 ml/kg/J/
2,5 gtt/kg/i
3 gtt/kg/i
- 16 jam berikutnya : 105 ml/kg oralit
bila anak tidak mau minum :
DG aa 1 gtt/kg/i
1,5 gtt/kg/i

Neonatus
 BBLR <2 Kg: kebutuhan cairan 250 ml/kg/24
jam, cairan 4:1
4 jam pertama : 25 ml/kg/jam
6 gtt/kg/i (1 ml=15 gtt)
8 gtt/kg/i (1ml=20 gtt)

12
Gastroenterologi

Malnutrisi Energi Protein + Diare Dehidrasi


Berat

 Marasmus + Dehidrasi berat


Jenis cairan : DG aa
Jumlah cairan : lihat dalil DARROW
(PWL+NWL+CWL)
cth : BB 3-10 kg maka jumlah cairan 250
ml/kg/24 jam
Kecepatan 4 jam pertama : 60 ml/kg/4 J/
4 tts/kg/i (1 ml=15 tts)
5 tts/kg/i (1 ml=20 tts)

20 jam berikutnya : 190 ml/kg/20 J


= 10 ml/kg/J
2,5 tts/kg/i
3 tts/kg/i

 Marasmic-kwashiorkor, Kwar + Dehidrasi berat


Jenis cairan : DG aa
Jumlah cairan : 4/5 (PWL+NWL+CWL)
cth : umur 1 bln–2 thn, BB 3-10 kg maka
jumlah cairan 4/5 x 250 = 200 ml/kg/24
jam
kecepatan 4 jam pertama :
60 ml/kg/4 J/ =15 ml/kg/J
4 tts/kg/i (1 ml=15 tts)
5 tts/kg/i (1 ml=20 tts)

20 jam berikutnya : 140 ml/kg/20 J


= 7 ml/kg/j
1 ¾ tts/kg/i
2 ¼ tts/kg/i

13
Gastroenterologi

Indikasi IV
1. Dehidrasi berat dengan/tanpa renjatan
2. Mencret hebat
3. Masukan per oral 
4. Malabsorbsi Glukosa
5. Distensi abdomen/obstruktif paralitik
6. Oliguria/anuria berlarut-larut

Note. Bila sudah diberi cairan melalui IV (baik


untuk rehidrasi dan maintenance) jgn ditambah lg
dgn oralit
Oralit diberikan bila cairan melalui IV stop.

TH/ Komplikasi diare


I. Hiponatremia
(Na maintenance : 3-4 mEq/kg/hr)
a. Asimptomatik ( Na serum < 130 mEq/L )
 RL saja.
b. Simptomatik ( Na serum < 120 mEq/L )
 NaCl 3% defisit Na (1 – 4 jam )

Rumus : Na yang dibutuhkan =


( 135 – Na+serum ) x 0,6 x BB

Kenaikan Na+ serum 5-10 mEq/L (1 - 4 jam)


atau NaCl 3 % 12 cc/kg (6 mEq/kg)
 kenaikan Na serum = 10 mEq/L
NaCl 3% 1 L = 513 mEq

c. Asimptomatik setelah rehidrasi


= restriksi cairan

II. Hipernatremia (> 150 meg/L )


 stop IVFD RL & beri air putih saja.
14
Gastroenterologi

III. Hipokalemia (< 3,5 meg/L )


a. mencret (+)  IVFD RL
b. mencret berkurang  EKG N  KCl oral
c. mencret berkurang, EKG (+) tanda
hipokalemia  KCL drip 4 mEq/kg/hr (dalam
2-3 hr )

IV. Hiperkalemia (> 5 mEq/L )


 Fgs ginjal  GGA  restriksi cairan.

V. Asidosis Metabolik
Bila kadar pH < 7,2 atau biknat drh < 10 mEq/L
 BicNat (meylon) setelah rehidrasi
< 1 mEq/kg/x (tidak boleh lebih),
(diencerkan 5 x dengan D5 %) & dapat
diulang setelah 1 jam.
Tidak dianjurkan bila ada gangguan ventilasi
paru (hiperkarbia) & hipokalemia (bisa
terjadi paralise pernafasan).

Rumus HILL :
PCO2 = (1,54 x HCO3) + 8,36 + 1,11

 untuk menentukan asidosis metabolik murni

VI. Demam
a. mendinginkan tubuh
b. asal demam : PCT 10 mg/kg/x
c. penurunan > 10 C : menggigil  selimuti &
kompres hangat

VII. Kejang
Diazepam 1 mg/kg/hr ( 3-4 dosis )

15
Gastroenterologi

VIII. Hipoglikemia (KGD < 50 mg %)


 Glukosa 20 % : 2,5 cc/kg/5’ IV

Untuk cairan yang hilang selama diare masih


berlangsung, WHO menganjurkan :
Oralit
< 2 tahun : 50-100 cc/x mencret/500 cc/hr
2-10 tahun : 100-200 cc/x mencret/1000cc/hr
>10 tahun : 200 cc/hr

Kebutuhan air & e’lit (maintenance)

BB (gr) Air (ml) Na K Cl


mEq/kg
<1250 140-160 1-4 1-4 1-4
1250-1750 130-120 1-4 1-4 14
>1750 100-120 1-4 1-4 1-4
<10 kg 100/kg 2-4 1-2 2-4
10-20 kg 1000+50 2-4 1-2 2-4
(BB-10)
>20 kg 1500+20 2-4 1-2 2-4
(BB-20)

Jumlah pengeluaran urin pada anak


Umur (tahun) Vol. Urin (ml/24jam )
Neoratus 1-2 hari 15-60
4-12 hari 100-300
15-60 hari 250-450
Anak 1 500
3 600
5 700
7-8 1000
9 1500

16
Gastroenterologi

IWL : 45 ml/100 kal


Jumlah urine (obligatoir ) : 50 – 55 ml/100 kal
Air tinja : 0-5 ml/100 kal

Kebutuhan Cair rumatan & e’lit

BB (kg) Na,K,Cl Kebutuhan /hari


3-10 2,5 mmol/kg 100 ml/kg
11-20 2 mmol / kg 1000 ml+50
ml/kg ( >10 kg )
> 20 1,5 mmol/kg 1500 ml + 20
ml/kg ( >20kg)

Kenaikan kebutuhan cairan rumatan


 Demam : 12% setiap kenaikan 10C diatas
37,50C
 Hiperventilasi 20-50 %
 Berkeringat banyak 10-25 %
 Hipermetabolik 25-75 %
 Bayi di bawah radiant heat/dalam th/sinar
25%

Produk Na Cl K Laktat DX Kal DSM


Gr/ltr Kkal/l Mog/l
KAEN 1B 38,5 38,5 - - 37,5 150 285
KAEN 3A 60 50 10 20 27 108 290
KAEN 3B 50 50 20 20 27 108 290
KAEN MG 50 50 20 20 100 400 695
3B
KAEN 4A 30 20 - 10 40 160 284
KAEN 4B 30 28 8 10 37,5 150 284
Ca Asetat Laktat
RL 130 109 4 3 - 28 273
NS 154 154 - - - - 300
RINGER’S 147 155,5 4 4,5 - - 310
ASERING 130 109 4 3 28 - 273

17
Gastroenterologi

Hubungan BB-luas perm tbh (m2)

BB (kg) (m2)
3,3 0,20
5 0,25
8 0,35
10 0,45
15 0,60
20 0,80
30 1,05
60 1,70

Cara menghitung jumlah kalori & cair.maintenance :


Neonatus + 50 kal/kg/hr
BB 3-10 kg + 70 kal/kg/hr
10-15 kg + 55 kal/kg/hr
15-25 kg + 45 kal/kg/hr
Untuk membentuk panas, metabolisme 100 kal
perlu 150 ml air.
150 
cth , neonatus
100 x50  75ml / kg / hr 

150 
anak 3-10 kg
100 x70  105ml / kg / hr 

 Setiap kenaikan suhu tubuh 10C di atas 370C,


maka harus tambah 12 % dari jumlah cairan
maintenance tersebut.
 Natrium 2 mEq/kg/hr atau 50 mEq/m2/hr

18
Gastroenterologi
 Untuk Neonatus, diberi PCT maka 0,25 gr/hr
- bayi : 1 gr/hr
- anak : 3 gr/hari
- dewasa : 6 gr/hr
 Kalium : 1,5 mEq/kg/hr atau 40 mEq/m2/hr (1-2
g/hr)
Anak < 10 tahun : 0,5 – 1 gr/hr (tergantung BB)
Anak > 10 tahun : 1,2-1,4 gr/hr
 Fosfor + 200-300mg/hr
 Cl : 0,5 gr/hr

1 gr NaCl  17 mEq Na, 17 mEq Cl


1 gr NaHCO3  12 mEq Na, 12 mEq HCO3
1 gr KCl  13 mEq K, 13 mEq Cl
1 gr MgCl2 21 mEq Mg, 21 mEq Cl

Rumus defisit Elektrolit


Na  yang diinginkan  Na  sekarang
Na+ = 135 x 0,6 x BB
K+ = K+ serum yang diinginkan – K+ sekarang x 0,25x BB
Cl- = Cl- yang diinginkan – Cl sekarang x 0,45 x BB

Elektrolit mintenance
Na+ = 3 mEq/kg/hr atau 3 mEq/100 ml H2O
K+ = 2 mEq/kg/hr atau 2 mEq/100ml H2O
Cl- = 3 mEq/100 ml H2O
Glukosa = 5 gr/100 ml H2O

19
Gastroenterologi
Kalium IV
Tidak boleh diberikan pada :
1. Anuria
2. Dehidrasi
3. Konsentrasi > 40 mEq/L ( biasanya 25-30
meg/l)
4. > 4 mEq/kg/hr  2-3 mEq/kg/hr
5. Koreksi bertahap 2-3 hari
- Diberikan dalam D5 % sesuai H.Segar
- Dalam 500 cc D5 %  K : 2 mEq, jumlah K
yang sudah ada dalam infus ditambah
dengan KCl dari luar

Koreksi kalium drips :


K + 2 x BB

cth :
K sekarang : 2 KN3B
Batas N : 3,5 mEq (3,5 -2 ) + 2 x 5 kg
= 17,5 meg

1 fls KCl : 25 mEq : 25 cc

Bicarbonat

Dosis HCO3 :
1-2 mEq/kgBB

Pengenceran 5-6 x
Bila tidak diencerkan  utk cegah  1 jam
 
- Intra cranial - overshoot
- Blood vessel rupture - alkalosis metabolik
- asidosis intraseluler

20
Gastroenterologi

Pemberian HCO3- tidak boleh :


1. Terlalu cepat  overshoot metabolik
alkalosis
asidosis intrasel
2. Hipokalemia  paralise otot pernafasan
3. Gangguan fungsi paru  hiperkarbia
4. Insuffisiensi sirkulasi
AGDA
Asidosis Alkalosis
7,35 pH 7,45
45 PaCO2 35
-2 BE +2
22 HCO3 26

Langkah-langkah :
1. baca pH n
asd
alk
2. lihat PaCO2 yang searah dengan pH/BE
3. bila PaCO2 yang searah  respiratorik
(proses primer )
4. bila BE yang searah  metabolisme
sebagai proses primer.
5. bila proses primer sudah diketahui lihat
komponen lain.
- bila berlawanan - proses kompensasi
- bila searah - proses ganda
- bila posisi N - belum/kurang
proses kompensasi

PaCO2 (mmHg) Klasifikasi


35 – 45 N
> 45 Asidosis respiratorik
< 35 Alkalosis respiratorik
21
Gastroenterologi
BE HCO3 Klasifikasi
0+2 24 + 2 N
< -2 < 22 Metabolik asidosis
> +2 > 26 Metabolik alkalosis

pH Degree of impairment
<7,20 Severe acidosis
7,20-7,24 Moderate acidosis
7,30-7,34 Mild acidosis
7,35-7,45 N acidosis
7,46-7,50 Mild alkalosis
7,51-7,55 Moderate alkalosis
>7,55 Severe alkalosis

pH : > 7,40  Alkalosis is primary


Acidosis is compensatory
pH : < 7,40  Acidosis is primary
Alkalosis is compensatory

Class of degree of compensatory

pH 7,35 – 7,45 Complete


<7,35 Partial (asidemia )
>7,45 partial ( alkalemia )

Klasifikasi Adult Newborn


PaO2(mmHg)
Hiperoxemia >100 >90
Normoxemia 80-100 60-90
Mild hipoxemia 70-79 50-59
Moderate 45-69 40-49
hipoxemia
Severe <45 <40
hipoxemia
22
Gastroenterologi

Asidosis Metabolik
Beri Na bicarbonat : 1-2 mEq/kg
(Meylon:NaBic 0,4%)
 diberi per bolus perlahan-lahan
(setelah diencerkan dengan Ds% )

Untuk koreksi dipakai rumus :

Jlh bicnat yang diberi =


Bicnat yg diinginkan (mEq) - Bicnat sekarang (mEq)
x 0,3 x BB (kg)

 dilakukan setelah rehidrasi tercapai


indikasi bila pH < 7,2 dan klinis bertambah

cth: BB 7 kg
(2,3-1,9) x 0,3 x 7 = 44,31 mEq
beri bertahap > 1 mEq/kg/hr

cth: BB = 7 kg, BE : - 29,5


0,6 x 7 x ( 29,5 ) = 68,8 mEq

Cara :
- ½ dosis pelan-pelan -15’ (IV)  encerkan
dengan D5 % 1:5
- ½ jam  cek AGDA  masih alk  ½ dosis 18
 drp D5 %
 dehidrasi berat D5 % : NaCl 0,9 % = 4:1
 dehidrasi + asidosis : D5 % bicnat 1% =
4:1
 cara pemberian IV, ¼ dari kebutuhan
selama 4 jam sisanya 20 jam.

23
Gastroenterologi

Usia Wing Abocath NGT


needle
Prematur 4-5
Bayi 27 26
Balita 21,23,25 22-24

Neonatus
 Dehidrasi berat : Glukosa 5%:NaCl 0,9% (4:1)
 Dehidrasi dgn asidosis :
Glukosa 5% : Bicnat 1% (4 :1)

Cairan infus
 Pasien-pasien GE & DHF, terapi awal : RL
 Pasien-pasien pulmo & neuro : terapi awal :
4:1 (NaCl 0,225 % : D5 %)  bayi < 2 tahun
2:1 ( NaCl 0,45% : D5 %)  anak > 2 tahun

Infus
 4 tahun : 2A = D5% + NaCl 0,9 %
3A = D5% + NaCl 0,9% + Na.laktat
 > 2 tahun : 2 : 1 = D5 % + NaCl 0,45 %
 < 2 tahun : 4 : 1 = D5 % + NaCl 0,225 %
 HSD : ½ Darrow + Glucosa 2,5 %
KAEN III B  K naik 20 %
KAEN III A  Na naik 60 %

24
Gastroenterologi
Gejala Klinis Defisiensi
Keadaan Kadar Gejala klinis
plasma
Hiponatremia < 135 Pening,anorexia,naus
mEq/L ea, lemah, letargi,
konvulsi, disorientasi,
penglihatan kabur,
kejang, koma.
Hipermatremia > 145 Pirexia,gelisah, lemah
mEq/l paralisis, mengantuk,
letargi, tremor,
konvulsi, hipreflexia,
kejang,koma
Hipokalemia < 3,5 Hipotensi ortostatik,
mEq/l tetani, ileus paralitik,
areflexia paralitik,
rhabdomyolisis,
perubahan EKG (flat
wave, prolong QT
interval)
Hiperkalemia > 5,0 Parastesia,
mEq/l kelemahan otot,
lumpuh layu,
perubahan EKG,
(peak T wave,
prolong PR interval,
wide QRS )
Hipochloremia < 100 = Hiponatremia
mEq/l
Hyperchloremia < 110 = Hipernatremia
mEq/l
Hipokalsemia > 2,5 Anorexia, nausea,
mEq/l muntah, konstipasi,
poliuria,polidipsi,
25
Gastroenterologi
pruritus, hipotonia,
arthtralgia, mialgia.
Hipomagnesemia < 1,5 Jarang timbul gejala,
mEq/l konfusi, delirium,
kejang, ataxia,
torsades de pointes
Hipermagnesemia > 210 Mengantuk, koma,
mEq/l hiporeflexia,
hipotensi, gangguan
konduksi jantung
Hipofosfatemia < 2,5 Anemia, parastesia,
mEq/l ataxia, konfusi,
delirium, kejang,
koma,hipotoni,
hipoventilasi,rhabdo
myolisis, hipotensi,
gagal jantung, RTA,
osteomalasia
Hiperfosfatemia > 4,5 Tetani, kejang, ATN,
mEq/l nephrocalcinosis

26
Gastroenterologi
KOREKSI
Koreksi Asidosis Metabolik

Rumus : Bicnat = 0,3 x BB x BE

Cara pemberian :
1. ½ dosis diberikan/bolus diencerkan dengan
D5% dengan pengenceran 1:5 (diberikan
periahan kurang lebih 15’)
2. ½ dosis diberikan / drip dalam D5%
Kemasan 1 fls bicnat : 25 mEq = 25 cc

Koreksi Hipokalemi (K serum < 3,5 mEq)

Rumus : defisit :  K x 0,4 x BB


K maintenance : 1-2 mEq/kg/hr
Kebutuhan total K : defisit K + K maintenance
Koreksi : habis dalam 24 jam

Cara pemberian :
- Setelah dosis total K diencerkan D5%
Jumlah cc D5 % sesuai dengan kebutuhan cairan
maintenance (24 jam)
- Pemberian perdrip

Syarat KCl drips :


1. BAK (+)
2. Dehidrasi (-)
3. Tidak boleh lebih dari 4 mEq/kg/hr
4. Konsentrasi larutan tidak boleh > 40 mEq/l

27
Gastroenterologi
5. Kalo hipokalemia + metabolisme asidosis
 bicnat & K dapat diberikan bersama

Kemasan HCl: 1 Fls KCl mengandung 25 mEq=25 cc

KCl 25 ml (7,46 % potassium chloride injection)


Potassium 1 mm/ml chloride 1 mm/ml

Tidak boleh lebih 70-80 mEq/l K  takut terjadi


spasme pilorus

Koreksi Hiponatremia (< 130 mEq/l)

Rumus : defisit Na (135 - Na lab)x BB x 0,6

Cara pemberian :
- Koreksi dilakukan dalam waktu 1-4 jam dengan
NaCl 3%,
- Dalam 1 L NaCl 3% mengandung 513 mEq Na
- Koreksi Na dilakukan setelah rehidrasi tercapai.
- Koreksi dilakukan bila Na < 125

Pemberian NaCl 3% 12 ml/kgBB


(1 ml = ½ mEq/l) = 6 mEq/kgBB
Akan meningkatkan Na serum 10 mEq/l

28
Gastroenterologi
Koreksi Hipoglikemia
Dosis : 100-200 mg/kgBB

Cara pemberian :
- Menggunakan larutan D 40%
- 1 cc D 40% mengandung 0,4 gr glukosa
40% dextrose injection (25 ml)
(Dextrose monohidrat 40 %)
D40%  25 ml x 0,4 gr : 10gr
: 10.000 mg
- Seluruh kebutuhan D40% diencerkan dengan RL
atau D5% NaCl 0,225 % dengan perbandingan
1:1
- Pemberian secara per bolus

Cth: BB : 10 kg
Kebutuhan : 1000 - 2000 = 2 g
Diberi 2 g = 5 cc  5 cc D40% + 5 cc RL
0,4

Koreksi Hipoalbuminemia

Rumus : Kebutuhan alb. (3,5 – Alb.lab ) x BB x 0,8

Cara pemberian :
- Pemberian minimal 4 jam per kolf (tidak boleh
cepat-cepat, bisa edema pulmonum)
- Koreksi bila kadar albumin < 2,5 gr/dl

Cara :
1. Mula-mula D5% 10 gtt/i (mikro )
2. Lalu NaCl 0,9% 50 cc (makro)

29
Gastroenterologi
Transfusi alb 20%, 100 cc = 20 gtt/i
(makro)
3. 15’ setelah masuk alb  inj. Lasix 20
mg/12 jam/IV
4. Setelah itu NaCl 50 cc D5 10 gtt/i (mikro).

Kemasan :
- Plasbumin 25 % (20 cc, 50 cc, 100 cc)
- Albumin 25 % (50 cc, 100 cc)
- Dalam 100 cc plasbumin 25 % albumer 25 %
mengandung 25 gr albumin.

Koreksi Albumin
 Dalam satuan gram :
(c2 – c1) x 0,8 x BB

 Dalam satuan cc :
(c2 – c1) x 4 x BB

Keterangan :
C2 = jumlah albumin yg diinginkan (3,5)
C1 = jumlah albumin sekarang

GE Anak

1. Setiap penderita yang dirawat/keadaan


penyakit berat berarti harus periksa : RR,
Kesadaran, Tensi, Pols, suhu, BB, TB.

2. Setiap pasien yang hypovolemik berat harus


diberi cairan bertahap : 20 cc/kg tiap 2 jam
(max 5 hari).

30
Gastroenterologi
Setiap pemberian 20 cc/kg dievaluasi ulang,
terutama diuresis, BB, TD, pols, perfusi perifer,
tek.vena sentralis (k/p).

3. Pemberian Meylon harus bertahap, tidak boleh


>1 cc/kg/x beri.
Meylon diencerkan 5 x.
Pemberian Meylon bertujuan hanya untuk
mengatasi kedaruratan, apabila pH dibawah
7,1 atau 7,2.

Perbedaan Antara Renal Failure dengan


Physiologic Oliguria

RF Phys. Olig.
1. Lasix Diuresis (-) Diuresis (+)
2. Lab :
- Urin osm. < 350mosm/kgH2O > 500
- Na+ urin > 40 mEq/l < 20
- Fr. excr > 1% < 1%

Fr.excr of Na+ = Na+ urine/Na+ plasma x 100%


Cr urine/Cr plasma

31
Gastroenterologi

ORALIT

 Prevention
 Treatment
 Maintenance

Dehidrasi Diare

DIARE

Rehidrasi

Anuria / Oliguria Urine cukup

RF Physiologic Tidak persoalan


Oliguria

Cairan  Cairan 

Makanan
1. Setelah rehidrasi
2. < 4 bulan : - ASI (+)
- ASI (-)  ??
3. > 4 bulan : - ASI - Tahu, tempe
- Bubur nasi - Susu formula
- Pisang  stop
- Ikan
32
Gastroenterologi

ORALIT

Na rendah WHO
(30-50 mEq/L) (90 mEq/L)
 
Hipoosmolar Isoosmolar
 
Rehidrasi&Maintenance Rehidrasi&Maintenance
Diare Non Kolera & Diare Kolera
Gizi Buruk

Indikasi IV
1. Dehidrasi berat dengan/tanpa renjatan
2. Mencret hebat
3. Masukan per oral 
4. Malabsorbsi Glukosa
5. Distensi abdomen/obstruktif paralitik
6. Oliguria/anuria berlarut-larut

Oralit (WHO) :
- Isotonik
- Na+ mirip plasma (90 mEq/l)
- Glukosa 2-3%
- K+ (lbh tgg 20 mEq/l dr plasma)
- Basa 30-40 mEq/l

ORALIT
<2 Th : 50-100cc/x mencret; 500cc/hr
2-10 Th : 100-200 cc/x mencret;1000cc/hr
>10 Th : 200cc/hr

33
Gastroenterologi

SAKIT PERUT KRONIS



SEHAT

Periksa : - Tinja
- Urine

Normal Abnormal

Ig G Helicobacter
pylori Tidak sembuh Sembuh

GASTROENTERITIS RS

Diagnosa Elektrolit Darah dan AGDA ?

Lakukan 2 x

Sewaktu masuk RS Setelah rehidrasi

FORCE DIURESIK
1. RL 10 - 20 cc / kgBB / jam
 Kalau tidak keluar urin diulangi 1 jam lagi,
kalau tidak keluar lagi :
Lasix 1 mg/kgBB/hari  bila tidak keluar :
 Gagal ginjal, Dx: RFI
2. RL 10 cc / kgBB / jam
Dalam ½ jam tida keluar
 Lasix 1 mg/kgBB/IV

34
Gastroenterologi
ANTI MIKROBA
1. Kolera
2. Disentri Basiler
3. Amubiasis
4. Giardiasis

Antimikroba Pilihan (WHO)


1. Kolera : Tetracyclin 12,5 mg/kgBB
4 x/hari (3 hari)
2. Disentri basiler :
5 mg TMP + 2,5 mg SMX/kgBB
2 x/hari (5 hari)
3. Amubiasis : Metronidazole 10 mg/kgBB
3 x/hari (5 hari)
4. Giardiasis : Metronidazole 5 mg/kgBB
3 x/hari (5 hari)

Nb: 1. TMP : trimetropin , SMX : Sulfametoksazol


2. di BIKA FK USU pengobatan amubiasis dgn :
- Metronidazole, Ornidazole, Tinidazole
50 mg/kg/hari, single dose atau single
daily dose 3 hari.
- Socnidazole 30 mg/kgBB/hari, single
dose.

HASIL MEMUASKAN

Antimikroba Alternatif (WHO)


1. Kolera :
Furazolidone 1,25 mg/kg : 4 x/hr (3 hari)
TMP 5 mg/kg & SMX 25 mg/kg 2 x/hari (3 hari)
2. Disentri Basiler :
Nalidixic acid 15 mg/kg 4 x/hari (5 hari)
Ampicillin 25 mg/kg 4 x/hari (5 hari)
35
Gastroenterologi
3. Amubiasis :
Dehydroemetyne Hydrochloride
1-1,5 mg/kg/hari (max 90 mg) IM dalam
sampai 5 hr (untuk kasus berat)
4. Giardiasis:
Quinacrine 2,5 mg/kg 3 x/hari (5 hari)

36
GEJALA KHAS DIARE AKUT

Gejala Klinis ROTAVIRUS SHIGELLA SALMONELLA EIEG EIGG KOLERA


Panas ++ ++ ++ - ++
Mual/
Sering Jarang Sering - - Sering
Muntah
Nyeri
Tenesmus Cramp Kolik - Cramp Cramp
perut
Nyeri
- + + - - -
kepala
Lamanya 2-3
5-7 hari > 7 hari 3-7 hari Variasi 3 hari
sakit hari
Sifat
Tinja
Volume Sedang Sedikit2 Sedikit2 Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi >10
5-10 x/hari Sering Sering Sering Terus
x/hari
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Lendir Jarang Sering + + + -

37
Darah - Sering Kadang2 - + -
Bau - +/- Busuk + - Amis
Warna Tidak
Kuning Merah Merah Cucian
Kehijauan b’war-
hijau hijau hijau beras
na
Leukosit - + + - + -
Lainnya Kejang Meteo-
Anoreksia Sepsis +/- Infeksi -
+/- rismus

38
Hematologi
TRANSFUSI DARAH
Hilang darah akut 30% atau lebih, pada :
 < 4 tahun : tek. sistolik < 65 mmHg
 5 – 8 tahun : tek. sistolik < 75 mmHg
 9 – 12 tahun : tek. sistolik < 85 mmHg
 13 – 16 tahun : tek. sistolik < 90 mmHg

Hilang darah 20% :


 Dewasa : Pulse rate > 100 x/i
 Newborn : > 170 x/i
 1 – 11 bln : > 160 x/i
 1 – 2 thn : > 130 x/i
 2 – 6 thn : > 120 x/i
 6 – 10 thn : > 110 x/i

 Hb level atau Ht dalam 3–6 jam setelah


perdarahan  > 20 – 25%

Amiparen Paed 250 ml  10% AA, 30% BCAA

Kebutuhan asam amino :


Bayi 0-1 tahun : 2,5 gr/kgBB/hari
Anak 2-13 tahun : 1,5 – 2,0 gr/kgBB/hari

Hb 5 – 7 gr% : 5 cc/kgBB
7 – 10 gr% : 7 cc/kgBB
< 5 gr% : 3 cc/kgBB

WBC : 6 x BB x  Hb (habis dalam 4 jam)

39
Hematologi
 20 cc/kgBB
Indikasi : perdarahan masif, mis. kecelakaan,
perdarahan saluran cerna

PRC : 4 x BB x  Hb

 10 – 15 cc/kgBB
Indikasi : tanpa perdarahan masif, penyakit
kronis mis. anemia, thalassemia,
leukemia.

FFP : 10 – 15 cc/kgBB

Sediaan 200 – 250 cc

Prosedur Transfusi
1. NaCl 0,9%  50 cc
2. Dexamethasone inj. 0,5 mg/kgBB
1 amp = 1 ml  5 mg/ml
3. Lasix inj = 1 mg/kgBB
1 amp = 2 ml  10 mg/ml

Transfusi

Cek Hb setelah 1 jam transfusi

Cairan berikut 4 : 1

40
Hematologi
Kemampuan Transfusi
Hb 5 - 7 = 5 cc/kgBB
7 – 10 = 7cc/kgBB
<5 = 3 cc/kgBB

Max : Hb < 3  3 cc/kgBB


<5  5 cc/kgBB
5-10  10 cc/kgBB

Transfusi pada gizi buruk :


 Darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam
 Bila gagal jantung (+) PRC
Anemia berat :
 Transfusi bila Hb < 4 gr/dl + distress
pernafasan + gagal jantung

Cryoprecipitat : 20 – 50 cc/kgBB  100 U/kantong


Platelet : 0,1 U/kgBB  1 unit/kantung (30-50 cc)

1 U  meningkatkan trombosit 30.000/mm3


1 U/10 kg (platelet 50.000/mm3)

Albumin 25% : 1 – 4 cc/kg


5% : 10 cc/kg

Faktor VIII concentrate : 50 – 100 U/kg


Sediaan : 250, 1000 U/vial

41
Hematologi
MCV : Mean Corpuscular Volume (vol eritrosit
rata2)

MCV = Ht vol% x 10 .
Jumlah eritrosit juta/mm3

N = 81 – 90 m3
Mikrositik  Normositik  Makrositik

MCHC : Mean Corpuscular Hb Conc.


(Kons. Hb eritrosit rata-rata)

MCHC = Hb 9/100 ml x 100


Ht vol%

N = 30 – 36 gr/100 ml darah
Hipokrom  Normokrom  Hiperkrom

MCH : Mean Corpuscular Hb (Kons. Hb rata-rata)

MCH = Hb 9/100 ml/ 10


Jumlah eri juta/mm3

N = 27 – 31 pikogram/ sel darah merah

Defisiensi besi : mikrositer hipokrom


Defisiensi asam folat : mikrositer normokrom

42
Hematologi
ANC :

ANC = Neutrofil batang+neutrofil segmen x lekosit


100
<500 = KI untuk kemoterapi

Bleeding time : Menilai trombosit


aPTT : Menilai faktor XII (intrinsik)
PT : Menilai fx ekstrinsik & jalur umum
 gangguan hepar  vit K
TT : Final step dari cascade clotting
Fibrinogen  Fibrin
(Menilai Fibrinogen)
 beri As. Tranexamic
(kerja di faktor XIII)
Clotting time : Menilai factor VIII & IX
(intrinsik saja)

43
Gizi
TATALAKSANA GIZI BURUK
5 Aspek yang harus diperhatikan :
1. 10 Penanganan gizi buruk
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Kegagalan pengobatan
4. Pasien pulang sebelum rehabilitasi tuntas
5. Tindakan pada kegawatan

10 Langkah Penanganan Gizi Buruk


Langkah I
 Atasi Hipoglikemia
 Hipoglikemia bila : - Anak < 40 mg%
- Bayi < 50 mg%
Hipoglikemia sering bersamaan dengan
hipotermia  tanda adanya infeksi.

Th/ :
- Bolus 50 cc glukosa 10%/sukrosa 10%
peroral/NGT
- Setiap 30’ beri larutan tersebut (1 sdt gula
dalam 5 sd)
- Mulai pemberian makan tiap 2 jam
- Beri antibiotik
 Ambil KGD dari ujung jari/tumit tiap 2 jam.
 Bila tidak ada pemeriksaan, anggap tiap
anak hipoglikemia.

Langkah II
 Atasi Hipotermia
 Hipotermia : < 36C (suhu rectal)

44
Gizi
Metode Kangguru : Peluk di dada ibu, selimuti
sampai kepala
Mulai pemberian makanan cair/formula khusus.

Langkah III
 Atasi Dehidrasi

Resomal (Rehydration Solution for Malnutrition)


5 cc/kgBB/30’ selama 2 jam oral/NGT.
Selanjutnya 5-10 cc/kgBB/jam /4-10 jam.
Formula khusus diberikan, ASI diberikan.
Jadi setelah 6 jam di rehidrasi.
Pantau : Nadi, Nafas, BAK, Muntah/Diare

Langkah IV
 Koreksi Elektrolit
 Cairan WHO : >> Na, << K
 Resomal
 KEP
- Na , K 
- Tambahkan K  2,4 mEq/kgBB/hari
(150 - 300 mg/KCl/kgBB/hari)
- Tambahkan Mg  0,3-0,6 mEq/kgBB/hari
(7,5 – 15 mg MgCl2/kgBB/hari)

Langkah V
 Pengobatan dan Pencegahan Infeksi.

Metronidazole 7,5 mg/kgBB/8 jam selama 7


hr.
 Untuk perbaikan mukosa usus
 Sebagai tambahan AB spektrum luas

45
Gizi
AB Spektrum luas.
 Tanpa komplikasi
Kotrimoksazol 5 ml susp. ped. oral.
2 x/hari selama 5 hr (2,5ml bila BB < 4kg)
atau
 Bila sakit berat (apatis, letargi) atau ada
komplikasi (hipoglikemia, hiponatremia,
dll)
Ampicillin 50 mg/kgBB/IM/IV
Setiap 6 jam selama 2 hari, dilanjutkan
dengan Amoksisilin oral 15 mg/kgBB/8 jam
selama 5 hari.
Bila Amoksisilin tidak ada  teruskan
Ampicillin 50 mg/kgBB/6 jam oral.
dan
 Gentamicin 7,5 mg/kgBB/IM/IV
1 x/hari selama 7 hari.

 Bila 48 jam kemajuan (-), tambahkan


Kloramfenikol 25 mg/kgBB/IM/IV/6 jam selama
5 hari.
 Bila kuman spesifik  (+) AB spesifik.
 Bila anoreksia menetap setelah 5 hari 
lengkapi hingga 10 hari.

Langkah VI
 Mulai pemberian makanan

Porsi kecil tapi sering.


Beri oral/NGT.
Energi : 80 – 100 kal/kgBB/hari
Protein : 1 – 1,5 g/kgBB/hari
Cairan : 130 ml/kgBB/hari
(100 ml/kgBB/hari bila edema)
46
Gizi
Langkah VII
 Fasilitasi Tumbuh Kejar

Ganti Formula Khusus awal (energi 75 kkal &


protein 0,9 – 1,0 gram/100 ml) dengan
Formula Khusus lanjutan (energi 100 kkal &
protein 2,9 g/100 ml) dalam 48 jam.
Naikkan 10 ml/hari sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya pada saat tercapai
jumlah 30 ml/kgBB/x (200 ml/kgBB/hari).
Setelah periode transisi terlampaui :
 Energi 150 – 220 kkal/kgBB/hari
 Protein 4 – 6 g/kgBB/hari
Bila  BB < 50 g/minggu  reevaluasi
Bila  BB > 50 g/minggu  lanjutkan

Langkah VIII
 Koreksi Defisiensi Mikronutrien

Multivitamin
Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari I)
Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari
Bila BB  : Fe 3 mg/kgBB/hari atau
SF 10 mg/kgBB/hari
Vitamin A oral pada hari I
> 1 tahun : 200.000 SI
6 – 12 bulan : 100.000 SI
< 6 bulan : 50.000 SI

Langkah IX
 Stimulai sensorik & dukungan emosional.

47
Gizi
Langkah X
 Tindak lanjut di rumah.
 Kontrol : Bulan I : 1 x/minggu
II : 1 x/minggu
III : 1 x/bulan

PENGOBATAN PENYAKIT PENYERTA


DEFISIENSI VITAMIN A
Beri vitamin A oral pada hari I 1,2 & 14
Dosis : > 1 tahun : 200.000 SI/x
6 – 12 bulan : 100.000 SI/x
0 – 5 bulan : 50.000 SI/x

ULCERASI PADA MATA


Kloramfenikol tetes/tetrasalep/2 – 3 jam
selama 7 – 10 hari.
Tetes atrofin 1 tetes 3 x/hari selama 3 – 5 hari.
Tutup mata dengan kasa basah.

DERMATOSIS
Kompres larutan KMnO4 (PK 1%) selama 10’
Salep/krim Zn
Zn peroral

PARASIT
Mebendazole 7,5 mg (kgBB/8 jam/7 hari)

DIARE
Metronidazole 7,5 mg (kgBB/8 jam/7 hari)

TBC
Tes Mantoux.

48
Gizi
PENANGANAN PASIEN PULANG
 BB minimal 70% BB/U atau 80% BB/TB
 KEP berat pulang belum tuntas, terapi :
 Energi 150 kkal/kgBB/hari
Protein 4 – 6 g/kgBB/hari

49
Gizi
FORMULA-75
Susu skim 25 gram
Gula pasir 100 gram
Minyak sayur 30 gram
Larutan elektrolit 20 gram
Tambahan air 1000 cc

Contoh: F75 200 cc/3jam


→ 8 x 200 = 1,6
6

Susu skim = 1,6 x 25 = 40 gram


Gula pasir = 1,6 x 100 = 160 gram
Minyak sayur = 1,6 x 30 = 48
Elektrolit = 1,6 x 20 = 32

Larutan elektrolit dibuat dari bubuk KCl.

FORMULA 100
Susu skim 85 gram
Gula pasir 50 gram
Minyak sayur 60 gram
Larutan elektrolit 20 rgam
Tambahan air 1000 cc

50
Gizi
FORMULA 135
Susu skim 90 gram
Gula pasir 65 gram
Minyak sayur 65 gram
Larutan elektrolit 75 gram
Tambahan air 600 cc

51
BAGAN DAN JADWAL PENGOBATAN

FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITA


SI
Hari 1-2 Hari 2-7 Minggu II Minggu III -
VII
1. Hipoglikemia
2. Hiponatremia
3. Dehidrasi
4. Elektrolit
5. Infeksi
6. Mulai beri makan
7. Tumbuh kembang
8. Mikronutrien Tanpa Fe Dengan Fe
9. Stimulasi
10. Tindak lanjut

52
KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKANAN

FASE
ZAT GIZI
STABILISASI TRANSISI REHABILITASI
1. Energi 100 kkal/kgBB/hari 150 kkal/kgBB/hari 150-200 kkal/kgBB/hari
2. Protein 1-1,5 g/kgBB/hari 2-3 g/kgBB/hari 4-6 g/kgBB//hari
3. Vitamin A Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8
4. Asam Folat ” ” ”
5. Zinc ” ” ”
6. Cuprum ” ” ”
7. Fe ” ” ”
8. Cairan 130 ml/kgBB/hari 150 ml/kgBB/hari 150-200 ml/kgBB/hari
atau
100 ml/kgBB/hari
bila edema

53
Gizi

DIET GIZI BURUK

Cth : BB : 5 kg
Dx : KEP berat

Fase Stabilisasi
- Kebutuhan cairan : 130 x 5,4 = 700 ml
- Bila edema : 100 cc/kgBB/hari
- Kebutuhan kalori : 100 cc/kgBB/24 jam
= 100 x 5,4 = 540 kkal

F75  75 kkal dalam 100 cc


= 702 cc (kebutuhan cairan) x 75
100
= 536 = 540 kkal

Untuk permintaan F75 ke bagian Gizi dihitung dari


cairannya :
702 cc/12 jam = 57 cc / 2 jam
Diet : F75 = 57 cc / 2 jam

Fase Transisi
Kebutuhan cairan : 150 cc x 5,4 = 810 cc
Kebutuhan kalori : 150 cc/kgBB/hari
= 150 x 5,4
= 810 kkal

F100  100 kkal dalam 100 cc


= 810 x 100 = 810 sesuai kebutuhan kalori
100
Dari kebutuhan cairan 810 cc  810/8
= 100 cc/3 jam
Diet : F100 = 100 cc/3 jam
54
Gizi

Fase Rehabilitasi
Kebutuhan cairan 200 cc x 5,4 = 1080 cc/hari
Kebutuhan kalori 200 cc x 5,4 = 1080 kkal/hari

F135  135 kkal dalam 100 cc


= 1080 x 135 = 1485 kkal
100

Dari kebutuhan cairan 1080 cc


 1080 (tiap 6 jam) = 170 cc/6 jam
4

Diet : F135 = 270 cc/6 jam

Cth : BB : 18 kg
Dx : BP
IVFD = 6 gtt/i
 Bukan KEP

Kebutuhan cairan = (1000 + (50 x 8) / 24 jam)


= 1400 cc / 24 jam
Tetesan = 6 x 24 jam
= 144 cc selama 24 jam
 1400 – 144 = 1256 cc/hari (per 2 jam)
12
= 104 cc/2 jam
Diet : SV 100 cc/2 jam

55
Gizi

CARA MEMBACA NCHS

BB/U atau TB/U BB/TB


 KEP ringan : 70–80%  KEP ringan : 80-90%
 KEP sedang : 60-70%  KEP sedang : 70-80%
 KEP berat : < 60%  KEP berat : < 70%

Misal :
3 tahun, laki-laki, BB = 10 kg, TB = 90 cm.

BB/U  BB os
BB menurut median/SD

= 10 x 100% = 68%
14,6
 KEP sedang

TB/U  TB os
TB menurut median/SD

= 90 x 100% = 94%
94,9
 Gizi baik

BB/TB  BB os
TB menurut median/SD

= 10 x 100% = 76%
13
 KEP sedang

56
Gizi

Cara Menghitung BB berdasarkan Umur

0 – 1 tahun = ∆kgBB triwulan + BBL


Cth : Umur 9 bulan, BBL = 2,6 kg ,BB = 7 kg

BB seharusnya = (3x800)+(3x550)+(3x350)+2600
= 7700 gram

BB os x 100% = 7000 x 100% = 90,9%


BB N 7700
 Gizi baik

> 1 tahun :
1 – 6 tahun : 2n + 8 n= umur + bulan
tahun
6 – 12 bulan : 7n + 5
2

Bila BBL tidak diketahui :


7 x umur
2

57
Gizi

SOSIALISASI NCHS
WHO 2000
THE EID INDEX

 BB anak dibandingkan TB anak ke persentile ke


50 diekspresikan dengan BB/umur pada
persentile ke 50.
 BB/TB (IBW)
> 120% Obesity
> 110 – 120% Overweight
> 90 – 110% Normal
> 80 – 90% Mild malnutrition
> 70 -80% Moderate malnutrition
< 70% Severe malnutrition

RDA (kalori)

Usia (tahun) kkal/kgBB


0–1 100 – 120
1–3 100
4–6 90
7–9 80
10 – 12 ♂ : 60 – 70
♀ : 50 – 60
12 – 18 ♂ : 50 – 60
♀ : 40 – 50

58
Gizi

Kalkulasi kebutuhan untuk Catch-Up growth


pada bayi aterm dan anak

Kkal = RDA menurut umur* x BB ideal **


(kkal/kg) (kg)

 Usia pada BB persentile ke 50


 BB/TB pada persentile ke 50

Peningkatan BB per hari

Peningkatan BB/hari
Usia
(g)
0 – 4 bulan 20 – 25
4 – 12 bulan 15
1 – 3 tahun 8
4 – 6 tahun 6

Contoh Kasus :
1. Seorang anak lelaki berusia 2 tahun dgn BB 10
kg TB 85 cm:
a. Bagaimana status nutrisinya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
2. Seorang anak lelaki berusia 2 tahun dgn BB 10
kg TB 75 cm :
a. Bagaimana status nutrisinya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
3. Seorang anak lelaki berusia 21 bulan dgn BB 8
kg dan PB 75 cm :
a. Apa diagnosisnya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
59
Gizi
4. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun
dengan BB 30 kg dan PB 115 cm :
a. Bagaimana status nutrisinya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?

Jawab :
1. a. Status nutrisi : Mild malnutrition
BB/TB = 10/12,2 x 100% = 82%
b. Kebutuhan nutrisi
= 100 (RDA 21 bulan) x 12,2
= 1220 kkal
2. a. Status nutrisi : sesuai (normal)
BB/TB = 10/9,9 = 101%
b. Kebutuhan nutrisi
= 10 x (100 – 120)
= 1000 – 1200 kkal
3. a. BB 8 kg (<P3); PB 75 cm (<P3)
Diagosa Failure to thrive dimana
seharusnya BB anak :
0 – 4 bulan : 2400 gr
4 – 12 bulan : 3600 gr
12 – 21 bulan : 2160 gr
8160 gr + 2600 gr
= 10,7 kg
b. Kebutuhan nutrisi 100 x 10,4 = 1040 kkal
Status nutrisi = B/T = 8/10,4 = 7%
(moderate malnutrition)
4. BB 30 kg (> P97), PB 115 cm (= P90)
a. Status nutrisi
BB/TB = 30/20 x 100% = 150%
(obesitas)
BMI = 22,6
b. Kebutuhan nutrisi = 90 x 20 = 1800 kkal

60
Tindakan Kegawatan

TINDAKAN KEGAWATAN

SYOK

Dextrose 5% : NaCl 0,9% (1 : 1) atau


RL dengan kadar D5% 15 ml/kgBB/dlm 1 jam I
Evaluasi 1 jam :
Bila perbaikan (+)  Shock dehidrasi

Ulangi untuk jam berikutnya, lanjutkan


Resomal/pengganti, peroral/NGT.
10 ml/kgBB selama 10 jam  selanjutnya F 75
Bila perbaikan (-)  Shock septik

Cairan rumat 4 ml/kgBB/jam


Transfusi 10 ml/kgBB perlahan-lahan (dalam 3
jam)  lanjutkan F75

ANEMIA BERAT
Transfusi bila : - Hb < 4 g/dl
- Hb 4 – 6 g/dl + distress nafas
& gagal jantung

Transfusi :
- Darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam
Bila gagal jantung (+)  PRC
- Furosemid 1 ml/kgBB IV
Bila setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl
atau 4-6 g/dl  jangan ulangi
 pada anak distress.

61
Tindakan Kegawatan
HYPOVOLEMIC SHOCK
Berkurangnya vol darah yg bersirkulasi

Preload 

Stroke Volume 

Cardiac Output 

Tidak dapat memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh

Masalah pokok :
o Pe perfusi aliran darah
o Pe penyampaian oksigen ke jaringan
 Kegagalan mekanisme kompensasi
hemodinamik dan transpor oksigen.

Diagnosis :
1. Riwayat kehilangan darah/volume
2. Tanda-tanda renjatan :
- Takikardia & hipotensi
- Kolaps vena & kapiler  pucat, dingin,
keringat, extremitas dingin
- Oliguria
- Kurangnya darah ke otak, gelisah
- Perubahan tingkah laku, apatis, stupor,
kejang
- Perubahan tekanan vena centralis 
diukur & dicatat setiap 30-60’

62
Tindakan Kegawatan
Laboratorium :
o Hb.Ht pada awalnya normal  
o Bila plasma keluar Hb/Ht 
o Urine  BJ : > 1,020
o Saturasi O2 dari NaCO2 biasanya 
o Metabolik asidosis
o Perubahan elektrolit
o Gangguan faal ginjal
o Gangguan faal hati
o Gangguan pembekuan darah
o Sepsis  kultur darah bisa (+)

Penatalaksanaan :
A. Tindakan Inisial
1. Bebaskan jalan nafas
2. Beri O2 5-10 L/i
3. Posisi pasien : Supinasi, kaki diangkat 30
4. Segera pasang kateter IV pada satu tmp/
lebih bila setelah 1-2 menit akses IV tidak
berhasil, lakukan teknik infus intra osseus.
5. Pasang kateter urine, periksa urine rutin,
termasuk BJ urine.

B. Resusitasi Cairan
1. Berikan kristaloid (RL, NS) 10-20 cc/kg,
guyur.
2. Bila tanda klinis syok masih tetap,
pemberian kedua sebesar 10-20 ml/kg
dapat diulangi.
3. Bila syok masih belum teratasi (hipotensi,
pengeluaran urine < 1 ml/kg/jam),
diberikan lagi kristalloid 10 ml/kg, bila
anuria diberikan 10-20 ml/kg.
4. Pantau irama jantung dengan EKG
63
Tindakan Kegawatan
5. Lakukan pemeriksaan darah lengkap,
AGDA, elektrolit, glukosa, kalsium darah,
ureum kreatinin.
Bila asidosis metabolik koreksi dengan
Natrium bikarbonat 8,4% sebanyak 1
mEq/kg/bolus  ventilasi harus adekuat.
Bila asidosis repiratorik pasang ventilator
pulse oxymeter untuk menilai perfusi
jaringan.
Koreksi hipokalsemia, hipoglikemia &
elektrolit.
6. Lakukan evaluasi ulang, bila dijumpai
hipotensi, urine < 1 ml/kg lakukan
pemasangan CVP, foto thoraks,
ekokardiogram.

Apabila pasien masih shock, dapat diberikan


obat-obatan yang memperbesar curah jantung.

64
Tindakan Kegawatan
Beberapa contoh obat-obatan inotropik
Obat Dosis Efek
Dopamin 1-4 g/kg/mnt Vasodilator
5-10 µg/kg/mnt splanchnik
>10-15 g/kg/mnt Me kontraktilitas
Vasokonstriksi
Isoproterenol 0,1-1,0 µg/kg/mnt Me kontraktilitas
Vasodilatasi
perifer
Dobutamin 1-15 g/kg/mnt Memperbaiki
Kontraktilitas
Epinephrine 0,1-0,2 g/kg/menit Memperbaiki
Kontraktilitas
Mengurangi resis-
tensi vaskular
sistemik

0,5-1,5 g/kg/menit Me resistensi


vascular sistemik

10-20 g/kg/menit Me kontraktilitas


resistensi vas-
kular sistemik
Kalsium 10-20 mg/kg Me kontraktilitas
Chlorida vaskular sistemik

65
Tindakan Kegawatan
PENATALAKSANAAN SHOCK
ANAFILAKSIS PADA ANAK
1. Tidurkan segera, bila perlu dengan sikap
trendelenburg.
2. Nilai tanda vital  kalau perlu dilakukan
resusitasi kardiopulmonal.
3. Suntikkan segera adrenalin 1:1000 dengan
dosis 0,01 cc/kg yg banyaknya tidak melebih
0,3-0,5 cc, dapat diulangi setiap 15-30’ bila
respon tidak ada. Bila TD tidak terukur perlu
diberi adrenalin 0,3 cc intrakardial.
4. Bila TD sistolik belum mencapai diatas 50
mmHg dapat diberikan cairan IV dekstran atau
cairan isotonik dengan dosis sebanyak 20-30
cc/kg.
5. Pemberian hidrokortison IM atau
dexamethasone IM/IV boleh diberikan pada
reaksi yang hebat dengan dosis awal :
7-10 mg/kg dan selanjutnya 5 mg/kg.
Dexamethasone 0,5 mg/kg
 ttp dpt diberikan setelah 48-72 jam.
6. Pemberian antihistamin tidak efektif & tidak
dianjurkan.
7. Aminofilin IV dapat diberikan bila dijumpai
bronkospasme menetap dengan dosis 6 mg/kg
selama 15’  5-15 mg/kg dalam 24 jam
berikutnya.
8. Intubasi & trakeostomi dapat dilakukan bila
terdapat obstruksi jalan nafas bagian atas yang
dapat mengganggu ventilasi.
9. Oksigen diberikan bila ada indikasi.

66
Tindakan Kegawatan

TANDA-TANDA KEGAWATAN
PADA BAYI / ANAK
Umur FP/i FN/i TD SKG Pupil
(Sist)
Neonatus <20 <80
<40 <8  Dil
>80 >180
Bayi <10 <60
<60 <8  Dil
>60 >160
Anak <10 <40
<80 <8  Dil
> 60 >140

Apnoe Selama Efek


5 menit Korteks serebri
10 menit Retina, kornea
15 menit Cerebellum
30 menit Medulla oblongata
45 menit Medulla spinalis

67
Tumbuh Kembang

KEBUTUHAN CAIRAN & PENINGKATAN BB

PERTUMBUHAN CEPAT I
TRIWULAN I : 800 g/bulan
II : 550 g/bulan
III : 350 g/bulan
IV : 250 g/bulan

PENINGKATAN BB ANAK (0 – 10 tahun)


(Menurut BB lahir anak)
1. Umur 5 bulan  2 x BB lahir
2. Umur 12 bulan  3 x BB lahir
3. Umur 3 tahun  4 x BB lahir
4. Umur 5 tahun  6 x BB lahir
5. Umur 10 tahun  10 x BB lahir

KEBUTUHAN CAIRAN ANAK (0 – 12 bulan)


Triwulan I : 150 – 175 cc/kgBB/hari
Triwulan II : 135 cc/kgBB/hari
Triwulan III : 125 cc/kgBB/hari
Triwulan IV : 110 cc/kgBB/hari

PENINGKATAN BB
Tahun I :  BB 6000 g
Tahun II :  BB 3000 g
Tahun III :  BB 1500 g
Tahun IV : < 1500 g
Tahun V : < 1500 g

PENINGKATAN TB
1. Umur 2-5 tahun : 7,5 cm/tahun
2. Umur 5-10 tahun : 6,0 cm/tahun
3. Umur 12-16 tahun : 9,0 cm/tahun
68
Tumbuh Kembang

KEBUTUHAN CAIRAN NEONATUS


Hari I : 60 cc/kgBB/hari
II : 90 cc/kgBB/hari
III : 120 cc/kgBB/hari
IV : 150 cc/kgBB/hari
V : 180 cc/kgBB/hari
VI : 210 cc/kgBB/hari
VII : 240 cc/kgBB/hari

TINGGI BADAN MENURUT TB LAHIR


1. Umur 1 tahun : 1,5 x TB lahir
2. Umur 4 tahun : 2 x TB lahir
3. Umur 6 tahun : 2,25 x TB lahir
4. Umur 13 tahun : 4 x TB lahir

BB : 1,5 – 2,5 kg (± 2 kg/thn)


TB : 6-10 cm (± 8cm/thn)
TB : 80 + 5n
BB : 8 + 2n
n : umur dalam tahun

RR, HR & TD NORMAL PADA ANAK

LAJU PERNAFASAN NORMAL/Menit


Umur Rentang Rata2 waktu tidur
Neonatus 30 – 60 35
1 bln-1 tahun 30 – 60 30
1 bln-2 tahun 25 – 50 25
3 - 4 tahun 20 – 30 22
5 - 9 tahun 15 – 30 18
> 10 tahun 15 – 30 15

69
Tumbuh Kembang

LAJU JANTUNG/NADI Normal pada BAYI &


ANAK
Laju/Denyut/Menit
Umur Istirahat Istirahat Aktif/
(bangun) (tidur) Demam
Bayi lahir 100 – 180 80 – 160 Sampai 220
1mgg-3bln 100 – 220 80 – 200 Sampai 220
3bln-2thn 80 – 150 70 – 120 Sampai 220
2thn-10thn 70 – 110 60 – 90 Sampai 200
>10 thn 55 - 90 50 – 90 Sampai 200

TEKANAN DARAH PADA BAYI & ANAK


Sistolik (250) Diastolik
Usia mmHg (250)
mmHg
Neonatus 80 (16) 45 (15)
6-12 bulan 90 (30) 60 (10)
1-5 tahun 95 (25) 65 (20)
5-10 tahun 100 (15) 60 (10)
10-15 tahun 115 (17) 60 (10)

Sistole Diastole
Usia
mmHg mmHg
Neonatus 50 – 70 30 – 45
1-12 bulan 60 – 90 40 – 70
1-3 tahun 75 – 110 50 – 75
4-8 tahun 80 – 115 50 – 75
9-15 tahun 85 – 12 50 – 80

70
Tumbuh Kembang

FREKUENSI NAFAS MENURUT UMUR


Umur Frekuensi/menit
Neonatus 30 – 60
1 - 6 bulan 30 – 50
6 - 12 bulan 24 – 46
1 - 4 tahun 20 – 30
4 - 6 tahun 20 – 25
6 – 12 tahun 16 – 20
> 12 tahun 12 – 16

FREKUENSI JANTUNG MENURUT UMUR


Umur (tahun) Frekuensi/menit
<1 110 – 160
2–5 95 – 140
5 – 12 80 – 120
> 12 60 – 100

TEKANAN DARAH NORMAL PADA ANAK


Tek. Sistolik Tek. Diastolik
Umur
mmHg mmHg
Neonatus 60 – 90 20 – 60
Bayi 87 – 105 53 – 66
Toddler 95 – 105 53 – 66
Usia sekolah 97 – 112 57 – 71
Remaja 112 – 128 66 – 80

71
Tumbuh Kembang

BEBERAPA KEADAAN YANG POTENSIAL


MENYEBABKAN KEGAGALAN
KARDIOPULMONAL

Frekuensi nafas > 60 menit


Frekuensi jantung/menit :
Neonatus < 80 atau > 200
0 – 1 tahun < 80 atau > 180
1 – 8 tahun < 80 atau > 180
> 8 tahun < 60 atau > 160
Kerja nafas meningkat (retraksi, cuping hidung,
merintih)
Sianosis atau penurunan kadar oksihemoglobin
Penurunan kesadaran
Kejang
Demam dengan petechiae
Trauma
Luka bakar > 10%

CNH (Central Neurogenic Hyperventilation)

Kusmaul  Asidosis metabolik

Menunjukkan disfungsi segmentum batang otak


bagian atas.

APNEUSTIC BREATHING

Disfungsi pons tengah dan bawah dorsolateral.


Jarang pada manusia.

72
Tumbuh Kembang

ATAXIC BREATHING

Disfungsi dari pusat pernafasan yaitu formatio


retikularis bagian medio dorsal medulla oblongata
dari bagian abscess.

Umumnya pasti fatal, kecuali :


- Keracunan obat (sedatif)
- Tidur alamiah

Khas : Proses yang menekan medulla oblongata


akan mengakibatkan kegagalan pernafasan jauh
sebelum kegagalan sirkulasi.

CLUSTER BREATHING

Lesi di MO
Nafas tinggal satu2,
Lesi di MO

73
Tumbuh Kembang
KADAR Hb,Ht,LEUKOSIT,
TROMBOSIT NORMAL
KADAR Hb
UMUR KADAR HB (G/DL)
1 – 3 hari 14,5 – 22,5
2 bulan 9,0 – 14,0
6 – 12 tahun 11,5 – 15,5
12 – 18 tahun : Male 13 – 16
Female 12 – 16
18 – 49 tahun : Male 13,5 – 17,5
Female 12,0 – 16,0

KADAR LEUKOSIT
UMUR KADAR LEUKOSIT
(/MM3)
Lahir 9000 – 30000
24 jam 9400 – 34000
1 bulan 5000 – 19500
1 – 3 tahun 6000 – 17500
4 – 7 tahun 5500 – 15500
8 – 13 tahun 4500 – 13500
Dewasa 4500 – 11000

74
Tumbuh Kembang
KADAR HEMATOKRIT
UMUR KADAR (%)
1 hari 48 – 49
2 hari 48 – 75
3 hari 44 – 72
2 bulan 28 – 42
6 – 12 tahun 35 – 45
12 – 18 tahun : Male 37 – 49
Female 36 – 46
18 – 49 tahun : Male 41 – 53
Female 36 – 46

TROMBOSIT

Umur trombosit 8 hari


UMUR KADAR (/MM3)
Lahir (setelah 1 mgg = dewasa) 84000 - 478000
Dewasa 150000 - 400000

75
Tumbuh Kembang
RUMUS BERAT BADAN
12 bln = Umur (bulan) + 9 kg
2

1 – 6 thn = Umur (thn) x 2 + 8 kg

7 – 12 thn = Umur (thn) x 7 – 5


2

76
Tumbuh Kembang
SOSIALISASI NCHS
WHO 2000
THE EID INDEX
 BB anak dibandingkan TB anak ke persentile ke
50 diekspresikan dengan BB/umur pada
persentile ke 50.
 BB/TB (IBW)
> 120% Obesity
> 110 – 120% Overweight
> 90 – 110% Normal
> 80 – 90% Mild malnutrition
> 70 -80% Moderate malnutrition
< 70% Severe malnutrition

RDA (kalori)

Usia (tahun) kkal/kgBB


0–1 100 – 120
1–3 100
4–6 90
7–9 80
10 – 12 ♂ : 60 – 70
♀ : 50 – 60
12 – 18 ♂ : 50 – 60
♀ : 40 – 50

77
Tumbuh Kembang
Kalkulasi kebutuhan untuk Catch-Up growth
pada bayi aterm dan anak

Kkal = RDA menurut umur* x BB ideal **


(kkal/kg) (kg)

 Usia pada BB persentile ke 50


 BB/TB pada persentile ke 50

Peningkatan BB per hari

Peningkatan BB/hari
Usia
(g)
0 – 4 bulan 20 – 25
4 – 12 bulan 15
1 – 3 tahun 8
4 – 6 tahun 6

Contoh Kasus :
1. Seorang anak lelaki berusia 2 tahun dgn BB 10
kg TB 85 cm:
a. Bagaimana status nutrisinya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
2. Seorang anak lelaki berusia 2 tahun dgn BB 10
kg TB 75 cm :
a. Bagaimana status nutrisinya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?
3. Seorang anak lelaki berusia 21 bulan dgn BB 8
kg dan PB 75 cm :
a. Apa diagnosisnya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?

78
Tumbuh Kembang
4. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun
dengan BB 30 kg dan PB 115 cm :
a. Bagaimana status nutrisinya?
b. Berapa kebutuhan nutrisinya?

Jawab :
1. a. Status nutrisi : Mild malnutrition
BB/TB = 10/12,2 x 100% = 82%
b. Kebutuhan nutrisi
= 100 (RDA 21 bulan) x 12,2
= 1220 kkal
2. a. Status nutrisi : sesuai (normal)
BB/TB = 10/9,9 = 101%
b. Kebutuhan nutrisi
= 10 x (100 – 120)
= 1000 – 1200 kkal
3. a. BB 8 kg (<P3); PB 75 cm (<P3)
Diagosa Failure to thrive dimana
seharusnya BB anak :
0 – 4 bulan : 2400 gr
4 – 12 bulan : 3600 gr
12 – 21 bulan : 2160 gr
8160 gr + 2600 gr
= 10,7 kg
b. Kebutuhan nutrisi 100 x 10,4 = 1040 kkal
Status nutrisi = B/T = 8/10,4 = 7%
(moderate malnutrition)
4. BB 30 kg (> P97), PB 115 cm (= P90)
a. Status nutrisi
BB/TB = 30/20 x 100% = 150%
(obesitas)
BMI = 22,6
b. Kebutuhan nutrisi = 90 x 20 = 1800 kkal

79
Infeksi

TETANUS NEONATORUM
Etiologi
Clostridium tetani  tali pusat

Masa Inkubasi
3 – 14 hari

Diagnosa
Gejala Karakteristik
 Malas minum, mudah terangsang
 Menangis terus, tidak sanggup menghisap
 Rahang kaku
 Mulut mencucu, suara tangisa mendesis
 Spasme dinding perut

Palpasi abdomen : Kejang & kaku dinding perut

Prognosa Buruk
 Umur < 7 hari
 MI < 7 hari
 Gejala timbul < 48 jam
 Muscular spasme (+)

80
Infeksi

Terapi
1. Atasi kejang : Diazepam 10 mg IV/IM
2. NGT (bila kejang sudah teratasi)
3. IVFD D5% & NaCl
4. Perawatan incubator
5. Monitoring HR, RR, suhu incubator, frek.kejang
6. Suction
7. Ubah posisi/2 jam
8. Zalf AB mata
9. Fisioterapi dada/4 jam
10. Cairan input/output
11. Tali pusat H2O2 3%
12. PP 100.000 U/kg/hari IM
Atau Crystalline PNC 100.000 U/kgBB/hari IV :4
13. ATS 100.000 U/IV
14. TT sesudah sembuh (0,5 cc IM)
15. Untuk mengontrol kejang 20 mg/kg/hari
8x beri (tiap 3 jam)
Dosis max : 40 mg/kgBB/hari

Tanda intoksikasi Diazepam : pupil pin point

81
Infeksi
Skema Pemberian Diazepam
pada Tetanus Neonatorum

Penderita datang dgn kejang

Diazepam 10 mg IM

Kejang (-) Kejang (+)

Diazepam 10 mg
(max 3x pemberian)

Maintenance Kejang (-) Kejang (+)


(dimulai dosis maintenance)
20 mg/kgBB/24 jam
dibagi 8 dosis (tiap 3 jam) ICCU

Kejang (-) Berantas Kejang (+)


sampai tuntas
48-72 jam Evaluasi dosis

Turunkan dosis Dosis naikkan & buat daftar


10-15% dosis baru

Bila kejang (+) sebelum 2-3 jam, berantas kejang,


evaluasi dosis (naikkan) dan interval pemberian di
perpendek menjadi per 2 jam

82
Infeksi

TETANUS ANAK
Masa Inkubasi
3 – 14 hari

Penatalaksanaan
 Atasi kejang :
Diazepam 10-20 mg (pd yang berat) atau 5-10
mg (pada yg sedang) IV/IM.
 Bila kejang tetap (+)  ICCU
 O2
 NGT bila kejang sudah (-)
 Antibiotik : PP 50.000/kg/12 jam IM (7-10 hr)
Bila alergi :
Tetrasiklin 30-40 mg/kgBB/24 jam : 4
PNC G : IV : 200.000 U/kgBB/24 jam : 6
10 hari
Disuntik setelah injeksi Diazepam.
 ATS : 40.000 unit terbagi 2
 20.000 IU dalam 200 cc NaCl dalam 30-45’
 20.000 IU secara IM pada paha sebelah luar
 TT
Dilakukan bersamaan dengan pemberian
antitoxin, tetapi pada sisi yang berbeda dengan
alat suntik yang berbeda, IM 0,5 cc.
 Untuk mengontrol kejang :
Diazepam : 3-4 mg/kg/hari (:8)  tiap 3 jam
Dosis max : 25 mg/kg/hari
O2  pada saat kejang

Human Tetanus Ig (TIGH) = 3000-6000 U/IM

83
Infeksi

Skema Pemberian Diazepam


pada Tetanus Anak

Penderita datang dgn kejang

Diazepam 10-20 mg/IV-IM

Kejang (-) Kejang (+)

Diazepam 10 mg
(max 3x pemberian)

Maintenance Kejang (-) Kejang (+)


(dimulai dosis maintenance)
3-4 mg/kgBB/24 jam
dibagi 8 dosis (tiap 3 jam) ICCU
Dosis max : 25 mg/kgBB/24 jam

Kejang (-) Berantas Kejang (+)


sampai tuntas
48-72 jam Evaluasi dosis

Turunkan dosis Dosis naikkan & buat daftar


10-15% dosis baru

Bila kejang (+) sebelum 2-3 jam, berantas kejang,


evaluasi dosis (naikkan) dan interval pemberian di
perpendek menjadi per 2 jam
84
Infeksi

KECACINGAN
TRICHURIASIS
Th/ :
1. Mebendazole oral : 2 x 100 mg
Selama 3 hari (R/ vermox)
Sediaan tab 100 mg
2. Albendazole
> 2 tahun : 400 mg (2 tab)/
20 ml suspensi  single dose
< 2 tahun : dosis ½ nya

OXYURIASIS
Th/ : Mebendazole oral, dosis tunggal 1 x 100 mg

ANKILOSTOMIASIS
Th/ :
1. Mebendazole oral 2 x 100 mg/3 hari.
Bila anemia berat < 5 g/dl :
Beri preparat besi/oral : 2 mg/kgBB 3 x 1
Hingga anemia dikoreksi
2. Albendazole

ASKARIASIS
Th/ : Pyrantel Pamoate 10mg/kgBB  single dose
Dapat diulang 2 minggu kemudian
Sediaan : Susp 250 mg/5 cc
Tab 125 mg/tab

TAENIASIS
Th/ : Praziquantel  sediaan tab 60 mg
150 mg dosis tunggal
85
Infeksi

TRICHURIASIS
Treatment:
 Mebendazole (100 mg oral selama 3 hari
atau 500 mg oral dosis tunggal)  aman &
efektif, karena sedikit yang diabsorbsi dari
saluran gastrointestinal
 mengurangi jumlah telur 90 – 99 % &
angka keberhasilan 70 - 90 %
 Albendazole (400 mg peroral dosis
tunggal)
 Dengan infeksi berat dapat diberikan
selama 3 hari

OXYURIASIS
Treatment :
 Mebendazole 100 mg oral dosis tunggal 
diulangi 2 minggu kemudian  angka
keberhasilan 90 – 100 %
 Albendazole 400 mg oral dosis tunggal
 diulangi 2 minggu kemudian
 Pyrantel Pamoate (11 mg/kgBB oral, max :
1 gram)

86
Infeksi

SEPSIS
1. Anamnesis : Infeksi intrapartum
2. Perubahan suhu (hipo & hipertermi)
3. BB  tanpa sebab
4. Feeding difficulties (not doing well)
5. Lethargi
6. Prematuritas

Dx : 3 dari gejala di atas + 3 gejala minor

1. Ikterus
2. Kejang
3. Respiratory problems
4. Local infection
5. Vomiting

Lab Screening Service : > 2


1. Leukosit < 5.000 /mm3 atau  24.000
2. Bakteri  batang + neutrofil > 0,2
3. LED > 20 mm/jam
4. Kuman dalam darah
5. CRP (+)  > 2 mg/dl
6. Trombosit < 100.000 /mm3

Th/ : - Ampicillin IV 100 mg/kgBB/hari : 4


- Gentamycin 4-7 mgIV/kgBB/hari : 2
- Simptomatis

87
Infeksi

MALARIA
Gejala Klinis
Demam sifat paroksismal, terdiri dari :
1. Stadium dingin (15 – 60’)
2. Stadium panas (> 2 jam)
3. Stadium keringat (1 jam)
Anemia  Anemia hemolitik
Hepatosplenomegali

Darah Tepi
 Falciparum  cincin & gametosit (bentuk
pisang)
 Vivax, Ovale & Malariae  semua stadium
ditemukan

Manifestasi Ganas
P. falciparum
Parasitemia > 2%

1 Tablet Resochin (Chloroquin) mengandung :


- 250 mg Chloroquin fosfat
- 150 mg Chloroquin base

88
Infeksi

Terapi
Dosis obat malaria untuk anak
BB Umur Dosis
3,2 kg Neonatus 12% dosis dewasa (1/8)
4,5 kg 2 bulan 15% dosis dewasa (1/6)
6,5 kg 4 bulan 20% dosis dewasa (1/5)
10 kg 1 tahun 25% dosis dewasa (1/4)
15 kg 3 tahun 33% dosis dewasa (1/3)
23 kg 7 tahun 50% dosis dewasa (1/2)
40 kg 12 tahun 75% dosis dewasa (3/4)

Dosis dewasa : 600 mg base (4 tablet).

MALARIA FALCIPARUM
I. Sensitif Chloroquin
Hari I : 10 mg/kgBB/oral  6 jam kemudian
5 mg/kgBB/oral
Hari II : 5 mg/kgBB/oral
Hari III : 5 mg/kgBB/oral
Hari IV-V: 5 mg/kgBB/oral : bila dibutuhkan,
Biasanya kombinasi dengan :
- Primaquin 45 mg(SD) atau
- Pirimetamin 50 mg

II. Resisten Chloroquin


Kombinasi Sulfadozin (1500 mg) + Pirimetamin
(75 mg)  2 tab Fansidar (SD) atau
Quinin 650 mg/oral/8 jam  selama 14 hari
atau Kombinasi dengan Pirimetamin 3 x 25 mg
selama 3 hari

89
Infeksi

MALARIA VIVAX/OVALE/MALARIE
1. Chloroquin 600 mg (base)  SD atau dibagi 2
dosis dengan interval 6 jam, digabung dengan
primaquin 15 mg/hari (selama 14 hari).
2. Pada Defisiensi G6PD
Chloroquin 300 mg + Primaquin 45 mg
1 x seminggu (selama 8 hari)
 dosis dewasa

MALARIA CEREBRAL
Gejala :
- Demam - Hepatosplenomegali
- Kejang - Deserebrasi
- Anemia - Deviation conj.

Terapi : Malaria Cerebral


 IVFD D5% NaCl 0,9%
 Chloroquin 2 cc = 200 mg HCl IV drip
mg/base/kg dalam 100 cc saline
 selama 3-4 jam, dapat diulang 6 jam kmdn:
 Jika dehidrasi : NaCl 20 cc/kgBB atau
Overhidrasi : NaCl 5 cc/kgBB
 Bila kejang :
- Luminal
- Diazepam 0,2 mg/kg
 Antipiretik
Paracetamol
 Bila perlu transfusi PRC 5-10 cc/kg

Obat-obat Lain
Kuinin Dihidroklorida dose : 10 mg/kg, diencerkan
dengan 20 cc NaCl disuntik pelan-pelan 20 menit
atau dimasukkan dalam infuse 500 cc NaCl.
90
Infeksi
Dapat diulang setelah 6-8 jam.
Dosis max : 2000 mg/hari.

DOSIS OBAT ANTI MALARIA


1. Chloroquin Difosfat
Dosis total satu seri terapi 20-25 mg
(base)/kg/hari (:4)
2. Quinine Sulfat
20 mg/kg/hari (:3-6, pc)
3. Fansidar
(500 mg Sulfadoxin + 25 mg Pirimetamin)
< 4 tahun : ½ tab dosis tunggal
4 - 8 tahun : 1 tab dosis tunggal
9 – 14 tahun : 2 tab dosis tunggal
Dewasa : 2 atau 3 tab dosis tunggal

DOSIS OBAT KEMOPROFILAKSIS MALARIA


1. Chloroquin Fosfat
5 mg/base/kgBB
(6 minggu sebelum kedatangan) & 6 minggu
setelah meninggalkan daerah)
2. Primaquin
0,3 mg/base/kgBB/hari (selama 2 minggu)
3. Fansidar
0,3 mg/kgBB/hari (selama 2 minggu)

91
Infeksi

D H F
Diagnosa (Kriteria WHO)
1. Demam tinggi, mendadak & terus menerus
selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, setidak-tidaknya uji
Tourniquet (+) dan salah satu bentuk lain,
ptekiae, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis atau melena
3. Pembesaran hati
4. Renjatan, tanda-tanda nadi lemah, cepat,
disertai tekanan nadi  (< 20 mmHg)
5. TD me (TD me s/d 80 mmHg)
Disertai kulit dingin dan lembab, terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah,
timbul sianosis sekitar mulut

Laboratorium

 Trombositopenia (< 100.000 /mm3)


 Hemokonsenstrasi (Ht  > 20%)

92
Infeksi
Derajat DHF

I. Demam, disertai gejala tidak khas dan satu-


satunya manifestasi perdarahan adalah uji
tourniquet (+).

II. Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit


atau perdarahan lain.

III. Kegagalan sirkulasi : nadi cepat &


lemah, tek. nadi  (< 20 mmHg)
Atau hipotensi disertai kulit yang
dingin, lembab & penderita gelisah.
DSS
IV. Renjatan berat yang disertai nadi
tidak teraba, TD tidak terukur.

DD
1. DHF
2. Chikunguya Haemorrhagic Fever
3. Phillipine
4. ITP

93
Infeksi
Tersangka DBD

Demam ,mendadak,terus
menerus, <7 hari,tdk disertai
ISPA, badan lemah & lesu

Ada kedaruratan Tidak ada kedaruratan

Tanda shock Periksa


Muntah terus menerus Uji Tourniquet
Kejang
Kesadaran  (+) (-)
Muntah darah
BAB hitam
Jumlah trombosit
Rawat Jalan
< 100.000 U/l > 100.000 U/l Parasetamol
Kontrol tiap hari
Tatalaksana sampai demam
disesuaikan hilang

(Lihat bagan 3)
Rawat Inap Rawat Jalan
Minum banyak Nilai tanda klinis
Paracetamol Minum byk 1,5-2 L/hr
Kontrol tiap hari Periksa trombosit & Ht
sampai demam  bila demam menetap
Periksa Hb, Ht, setelah hari ke-3
trombosit tiap kali

Perhatian untuk orangtua


Pesan bila timbul syok, yaitu gelisah, lemah,
kaki/tangan dingin, sakit perut, BAB hitam,
BAK kurang

Lab : Hb, Ht , trombosit 

Segera bawa ke RS

94
Infeksi

DBD Derajat I atau II Tanpa Peningkatan Hematokrit

Gejala klinis : Demam 2-7 hari


Uji tourniquet (+)
atau perdarahan spontan
Lab : Ht tidak 
Trombositopenia ringan

Pasien masih dapat minum Pasien tidak dapat minum


Beri minum sebanyak 1-2L/hr
terus menerus atau 1 sdm/5’ Pasien muntah terus
Jenis minuman : air putih,
teh manis,sirup,jus, susu Pasang infus NaCl 0,9%
oralit Dextrose5% (1:3),tetesan
Bila suhu >38,5C  PCT rumatan sesuai berat bdn
Bila kejang  antikonvulsif Periksa Hb, Ht, trombosit
tiap 6-12 jam

Monitor gejala klinis & lab


Perhatikan tanda syok
Palpasi hati setiap hari Ht naik & atau trombosit
Ukur diuresis setiap hari turun
Awasi perdarahan
Periksa Hb, Ht, trombosit
tiap 6-12 jam Infus ganti RL
(tetesan disesuaikan, lihat
Bagan 3)

Perbaikan klinis & lab

Pulang

95
Infeksi
DBD Derajat II dengan Peningkatan Ht > 20%
Cairan Awal
RL/NaCl 0,9% atau
RLD5/NaCl 0,9% + D5
6-7 ml/kgBB/jam
Monitor tanda vital/nilai Ht & trombosit tiap 6 jam

Perbaikan Tidak ada perbaikan


Tidak gelisah Gelisah
Nadi kuat Distress pernafasan
TD stabil Frek. nadi 
Diuresis cukup (1 ml/kgBB/jam) Ht tetap  atau naik
Ht turun (2x pemeriksaan) Diuresis kurang /(-)

Tanda vital memburuk


Ht meningkat

Tetesan dikurangi Tetesan dinaikkan


10-15 ml/kgBB/jam
Perbaikan Tetesan dinaikkan
bertahap
5 ml/kgBB/jam
Evaluasi /15’

Perbaikan Tanda vital tidak stabil


sesuaikan tetesan Diuresis jarang, tanda2 syok

3 ml/kgBB/jam
Distress Ht turun
IVFD stop pd 24-48 jam pernafasan
Bila tanda vital/Ht stabil Ht 
Diuresis cukup Tek.nadi < 20mmHg

Koloid Transfusi
20-30 ml/kgBB darah segar
(max.1500 ml) 10 ml/kgBB

Perbaikan
96
Infeksi
DBD Derajat III & IV
DSS

1. Oksigenasi (berikan O2 2-4 L/i)
2. Penggantian vol.plasma segera
(cairan kristalloid isotonis)
RL/NaCl 0,9%
10-20 ml/kgBB secepatnya (bolus dlm 30 menit)

Evaluasi 30’, apakah syok teratasi?
Pantau tanda vital tiap 10’
Catat balans cairan selama pemberian cairan IV
 
Syok teratasi Syok tidak teratasi
Kesadaran membaik Kesadaran me 
Nadi teraba kuat Nadi lembut/tdk teraba
Tek.nadi >20 mmHg Tek.nadi < 20mmHg
Tdk sesak nafas/sianosis Distress pernafasan/
Ekstremitas hangat sianosis
Diuresis cukup 1ml/kgBB/jam Ekstremitas dingin
Periksa KGD

Cairan & tetesan dikurangi - Lanjutkan cairan 20ml/kg/jam


10 ml/kgBB - Tambahkan Koloid/Plasma
Dextran/FPP
Evaluasi ketat 10-20 (max.30) ml/kg/jam
Tanda vital - Koreksi Asidosis
Tanda perdarahan Evaluasi 1 jam
Diuresis
Hb, Ht, trombosit
Syok teratasi Syok belum teratasi

Stabil dlm 24 jam/Ht < 40 Ht  Ht tetap tinggi/


tetesan 5 ml/kgBB/jam  
 Transfusi darah Koloid
tetesan 3 ml/kgBB/jam segar 10 ml/kgBB 20-30
 ml/kg
Infus stop tidak melebihi 48 jam
Dapat diulang sesuai kebutuhan stlh syok t’atasi

97
Infeksi

DEMAM TIFOID
Kriteria Diagnosa :
 Demam > 1 minggu
 Kesadaran 
 2-3 gejala gastrointestinal
 Typhoid tongue
 Hepatosplenomegali

Penatalaksanaan :
 Umum :
- Bed rest
- Perawatan kulit & mulut
- Makanan mudah dicerna/tdk merangsang
- Tidak konstipasi 3 hari
 Pakai liq.parafin & gliserin supp.

 Antimikroba :
Chloramfenicol oral/IV
Dosis Infant : 25 mg/kgBB/hari
Anak : 50-100 mg/kgBB/hari
Leukosit 1000-2500/mm3  dosis ½ jam
< 1000/mm3  jgn diberikan
Ampisillin & Amoksisilin
Beri IV, dilanjutkan :
Dosis : Ampisillin 100-200 mg/kgBB/hr :4
Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari :4
Lama 14 hari
Sulfametoxazol + TMP
Dosis 185 mg/kgBB/hari + 0,25 mg/m2/hr
Pemberian oral
Lama 14 hari
98
Infeksi

Ceftriaxone
Kortikosteroid

Diagnosa Demam Tifoid


 Demam kontinu – Bradikardi relative
 Diare, obstipasi
 Toksik, meteorismus, hepatomegali
 Widal 0 > 1/160 atau bila diulang  >4x
(tanda infeksi akut)  minggu I – II
Titer H > 1/160  Fase akhir (mgg II-III)
Titer Vi > 1/160  Kronik/carrier

THYPHOID FEVER
→ Fecal oral
MI : 7 – 14 hari (3 -60 hari)

Klinis :
 Lidah keabu-abuan, pinggir hiperemis, tremor
 Rose spot: bintik lembayung di punggung,
abdomen, di dalamnya mengandung salmonella
→ mgg I
 Abdomen : perut lembek spt nenek2, diare
berbiji

Lab :
 Anemia normokromik
 Leukosit 3000 – 6000/mm3
 Albuminuria ketika 
 Kultur darah → mgg 1 – 3
 Kultur tinja → mgg 2 – 4

99
Infeksi

 Widal serial → peningkatan titer 4x/lebih


Titer O : Fase akut, pd mgg ke-1 dan puncaknya pd
mgg ke-2
Titer H : Meningkat pd akhir mgg ke-2 dan
puncaknya pn mg ke-3

DD :
 Primary atypical pneumonia
 Scrub thypus
 Tularemia
 Tb paru
 Malaria
 Demam paratifoid

Terapi :
 Chloramphenicol
50–100 mg/kgBB/hari bagi 4 dosis selama 14 hari atau
5–7 hari bebas demam
 Cotrimoxazole
8–10 mg/kgBB/hari bagi 2 dosis selama 14 hari/ 5–7
hari bebas demam
 Amoksisilin
100 mg/kgBB/hari bagi 4 dosis selama 14–21 hr

Kronik :
 Setelah sembuh, 6 bln kmdn diperiksa tinja (+)
salmonella
 Terapi : Antibiotika jangka panjang spt ampicillin
(bekerja intra sel) selama 4–6 mgg. Jika gagal :
Operatif (kasai operation)

Diazo test → pd urin (+ pd hr ke-4)

100
Infeksi

DIFTERI
Etiologi
Corynebacterium diphteriae
(basil gram (+))

Diagnosa
 Demam
 Pseudomembran putih/keabuan, bila diangkat
mudah berdarah
 Pilek/sekret , epistaksis, bull neck
 Anoreksia, dysphagia, batuk, sesak, stridor
inspiratoir

DD
Pharyngitis, Tonsilitis, Laryngitis

Dx
Darah tepi rutin, sediaan hapus pseudomembran,
Kultur pseudomembran, Thorax foto,
EKG (2-3 x/mgg)

Terapi
ADS 40.000 IU dalam NaCl 0,9% 200 cc
Per IV habis dalam 30-45’ (test dulu)
Cara test :
1 cc ADS diencerkan 100x dgn NaCl 0,9%
 disuntikkan IC (+)  > 10 mm/20 menit
PP 50.000 IU/kg/12 jam selama 7 hari atau
Eritromisin 40 mg/kg/hari selama 7 hari
Kortikosteroid (Dexa)
 1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu
101
Infeksi

Tracheostomy (k/p)
Digitalis bila miokarditis  DC, kec: bila ada
aritmia
Isolasi
Mukolitik
Paracetamol

R/ ADS therapeutic mg fls II


S pro inf inj

METODE DESENSITISASI (BEDRESKA)

Untuk ADS/ATS  bila test sensitivitas (+)


Cara :
0,05 cc dr larutan 1 : 20  SC
 20’
0,1 cc “ 1 : 20  SC
 20’
0,1 cc “ 1 : 10  SC
 20’
0,1 cc tanpa pengenceran  SC
 20’
0,3 cc “  IM
 20’
0,5 cc “  IM
 20’
0,1 cc “  IV

Bila reaksi (-), sisa antitoksin diberi perlahan


melalui infuse. Bila dijumpai reaksi dari pemberian
antitoxin, harus segera diobati dengan pemberian
epinefrin (1:1000) secara IV.
Catt. Dapat juga digunakan dalam pemberian AB.
102
Infeksi

VARICELLA
Terapi :
 Asetaminofen
 Antihistamine
 Calamine lotion jika gatal
 Acyclovir 20 mg/kg 4x/hari selama 5 hari (max
800 mg) (tab 200 mg & 400 mg)
(tiap 5 jam : 1200, 1700, 2200, 0300)

Preventive:
 Zoster Ig (Z Ig) 5 ml/IM dalam 72 jam setelah
terpapar
 Live attenuated varicella vaccine
(direkomendasikan diberikan > 10 thn tapi <
10 thn jg boleh)

Penularan :
1 hari sebelum timbul ruam sampai dengan
krustanya kering.

103
Infeksi

AVIAN FLU
 Curiga suatu kemungkinan flu burung:
1. Infeksi respiratorik akut demam >38c
2. Batuk pilek
3. Dengan atau tanpa sesak nafas
4. Disertai salah satu atau lebih keadaan
berikut:
o 1 minggu terakhir kontak dengan
penderita avian influenza yang
terkonfirmasi.
o 1 minggu terakhir kontak atau
mengunjungi peternakan yang dilanda
avian influenza unggas.
o 1 minggu terakhir riwayat kerja di lab
yg memproses spesimen manusia atau
hewan yang dicurigai menderita avian
influenza.

 Darah tepi rutin :


1. Lekopeni (< 3000)
2. Dengan atau tanpa limfopenia dan
trombositopenia

 Kelompok Diagnosa:
1. Kasus observasi
Demam > 38C DAN salah satu gejala
berikut : Batuk, radang tenggorokan,
sesak nafas, pemeriksaan klinis & lab
sedang dilakukan

104
Infeksi

2. Kasus tersangka
Kasus observasi DAN galah satu:
 Hasil tes lab + untuk virus influenza A
tanpa diketahui subtipenya
 Kontak 1 minggu sebelum timbul
gejala dengan penderita avian
influenza yang konfirm.
 Kontak 1 minggu sebelum timbul
gejala dengan unggas yang mati
karena sakit
 Bekerja di lab 1 minggu sebelum
timbul gejala yang memproses sampel
dari orang/binatang yang disangka
terinfeksi highly pathogenic avian
influenza
3. Kasus kemungkinan
Kasus tersangka DAN hasil lab tertentu +
untuk virus influenza A (H5) seperti tes
antibodi spesifik 1 spesimen serum.

4. Kasus terbukti
Kasus tersangka yg menunjukkan salah
satu (+) :
 Hasil biakan virus + influenza A
(H5N1)
ATAU
 Hasil dengan pemeriksaan PCR +
untuk influenza H 5
ATAU
 Peningkatan titer antibodi spesifik H5
sebesar > 4 x
 Hasil dengan IFA + untuk antigen H5

105
Infeksi

 Therapy:
 Oseltamir
Anak usia > 1 tahun
Dosis th/ : 2 mg/kgBB/x, 2 kali sehari
selama 5 hari.
Profilaksis : 12 tahun ke atas, sehari sekali
selama 7 hari
 Obat efektif jika diberikan dalam 48 jam I
sejak timbul gejala.

 PSI (penyakit serupa influenza)


1. Gejala respiratorik : batuk, pilek, nyeri
tenggorokan, dengan atau tanpa sesak
nafas.
2. Gejala sistemik infeksi virus: cefalgia,
mialgia,diare.

106
Neurologi

LUMBAL PUNKSI
Indikasi :
 Kejang atau twitching
 Paresis atau Paralisis termasuk Paresis N.VI
 Koma
 UUB menonjol
 Kaku kuduk dengan kesadaran menurun
 TBC milier
 Leukemia
 Mastoiditis kronik yg dicurigai meningitis
 Sepsis
 LP berulang2 jg dilakukan pada TIK meninggi
jinak (Beningn Intracranial Hypertension) & jg
untuk memasukkan obat2 tertentu.

Kontraindikasi :
 Shock
 Infeksi didaerah sekitar tempat punksi
 TIK meninggi yg disebabkan SOL
 Kelainan pembekuan
TIK yg meningkat yg diduga karena infeksi
(meningitis) bukan KI tetapi harus hati2 !!

Lokasi
Pada garis potong yg menghubungkan SIAS kiri &
kanan dengan columna vertebralis, biasanya
diantara L3 – L4 & boleh turun antara L4-L5 atau
naik antara L2-L3 (tetapi tidak boleh pada bayi).

107
Neurologi

Alat yg diperlukan :
 Jarum N0.22-20
o No. 24 – 25  Neonatus
o 20 – 22  Bayi
o 18 – 20  Anak-anak
 Cairan antiseptik : Larutan yodium & alkohol
70%
 Kapas
 Sarung tangan steril, kain kassa steril ,kain
penutup steril, manometer steril/plastik
disposable
 2 tabung reaksi, masing2 berisi reagensia Pandy
dan Nonne & 2 tabung reaksi yg steril bertutup
untuk menampung cairan CSS

Cara :
1. Bersihkan tempat L sekitar 10 cm ke semua
arah dari tempat LP dengan larutan yodium
kmdn dgn alkohol 70 %
2. Tentukan tanda didaerah yg akan ditusuk dgn
menekankan ibu jari tgn slm kira2 15-30 detik.
Tindakan ini akan memberi tanda didaerah tsb
selama 1 menit
3. Jarum LP ditusukkan didaerah yg dimaksud.
Jarum akan melalui beberapa lapisan yg terasa
sbg tahanan. Mis : Lig Flavum & duramater.
Setelah menembus jaringan terasa tahanan
berkurang. Kemudian manchet dicabut dari
punksi perlahan2 untuk mengetahui apakah
CSS telah keluar. Bila belum keluar jarum
diputar 900 ditempat yg sama. Bila masih
belum keluar tusuk sedikit lebih dalam lagi

108
Neurologi
dengan mandren yg telah dimasukkan kembali
ke dalam jarum,cek lagi seperti diatas.

Jarak kulit ke ruang subarachnoid :


o Bayi : 1,5 – 2,5 cm
o 3-5 thn : 5 cm
o Remaja : 6-8 cm

PANDY

1 atau 2 tetes LCS


+
1 ml Fenol jenuh (Carbolic acid)

Protein  ada endapan putih/cairan keruh

NONNE

0,5 ml LCS
+
1 ml ammonium sulfat

Protein   ada cincin putih

109
Neurologi

Yang Dinilai :
Leukosit : Bayi – 1 tahun : 10 sel/µl
1 – 4 tahun : 8 sel/µl
Remaja - dewasa : 2,59 + 1,73 µl

Eritrosit : (-)

Sel : Jumlah sel  : tu PMN 


Meningitis Bacterialis
Normal : Neonatus minggu I : 100/3 per µl
Anak : 20/3 per µl

Protein : Normal : 20 – 40 mg/dl


 pada sindroma Guillain Barre,
tumor, perdarahan, meningitis.
Neonatus : 40 -80 mg/dl (0-2 mgg)
30–50 mg/dl (2-4 mgg)
100 mg/dl (BBLR)

Glucosa : Normal : 50 – 90 mg/dl


 : Meningitis bacterial, karsinoma
selaput otak.

Mikroorganisme : Dengan pewarnaan Gram.

110
Neurologi

MENINGITIS PURULENTA
Anamnesa
Panas, muntah, kejang, kesadaran menurun.

Pemeriksaan Fisik
Kaku kuduk
Punggung kaku (opistotonus)
Kesadaran 
Apatis, somnolen, sopor, koma
Kelumpuhan syaraf otak III, IV, VI
Gangguan penglihatan
Papil edema
Lingkar kepala
UUB

Laboratorium
LCS
Tekanan Creatin
Warna phosphynase
Sel Chlor
DiffTel Kultur
Protein 
Kadar protein
Kadar gula
Lactic
dehidrogenase
Glutamic
oxaloacetic
Acid
transamilase

111
Neurologi

Fase Pengobatan
I. Pengobatan Fase I
(Belum ada hasil kultur)
Obat antibakteri
Ampicillin : 200 mg/kgBB/hari
6 dosis, IV
Kemicetin : 100 mg/kgBB/hari
Neonatus : 50 mg/kgBB/hari
4 dosis, IV

Atau

- Pada neonatus
Ampicillin + Aminoglikosida atau
Ampicillin + Cefotaxim
- Pada 3 bulan – 10 tahun
Ampicillin + Kloramfenikol atau
Ampicillin + Cefotaxim/Ceftriaxon
- > 10 tahun
Penicillin

II. Fase II
(Setelah kultur (+))
 Sesuai kuman penyebab

H. INFLUENZAE
Ampicillin : 200 – 300 mg/kgBB/hari
(tunggal 400 mg)
Kloramfenikol: 100 mg/kgBB/hari
(neonatus 50 mg/kgBB/hari)
Ceftriaxon : 100 mg/kgBB/hari
Cefotaxim : 200 mg/kgBB/hari
(neonatus 100 mg/kgBB/hari)
112
Neurologi

S. PNEUMONIAE
Penicillin
Kloramfenikol
Cefotaxim 250 mg/kgBB/hari
Ceftriaxon
Vancomisin

N. MENINGITIDIS
Penicillin
Kloramfenikol
Cefotaxim
Ceftriaxon

STAPHYLOCOCCUS
Nafsilin
Vancomisin
Rifampisin

Neonatus :
 Ampicillin, Tobramycin, Kanamycin, Ceftriaxon,
Cefotaxim
 Gentamycin : 0-7 hari : 5 mg/kgBB/hari
7-28 hari : 7,5 mg/kgBB/hari
 Amikasin : 10 – 15 mg/kgBB/hari
 Ceftazidin : 150 mg/kgBB/hari
(neonatus 60-90 mg/kgBB/hari)

113
Neurologi

PENATALAKSANAAN
MENINGITIS SEROSA
Anamnesis
Batuk, demam, badan semakin kurus, muntah,
mencret, kejang, kesadaran , sangkaan kontak
dgn Tb.

Diagnosa untuk Menentukan Tingkat Penyakit


Tingkat I
 Kesadaran apatis
 Gejala GIT yang menonjol
 Mudah terangsang
 10% penderita seperti kejang demam

Tingkat II
 Kesadaran spoor
 Kernig sign
 Brudzinski sign II
 Reflex tendon 
 Reflex dinding perut (superficial)
 Clonus pergelangan kaki
 Kelumpuhan syaraf otak III, IV, VI, VII
 10% penderita mempunyai tuberkel
choroids

Tingkat III
 Kesadaran comatous
 Klonik anggota gerak yang berulang-ulang
 Pernafasan tidak teratur
 Suhu tubuh 

114
Neurologi
2
 Hidrosefalus (pada /3 kasus yang
penyakitnya sudah 3 minggu atau lebih,
tetapi terlambat atau tidak tepat).

Laboratorium
Tuberkulin test
LED
Rö thorax/kepala
LCS : - warna
- tekanan
- ptechiae
- reaksi nonne, pandy
Funduscopy
Transilluminasi (pada usia 2 tahun)
> Jumlah sel darah count, kadar glukosa total
protein

115
Neurologi

MANTOUX TEST
Reaksi tipe IV
Kiri daerah volar, 2 jari dibawah siku

Indurasi/Penonjolan
 0 – 4 mm : (-)
 5 – 9 mm : Meragukan diukur diameter
 > 10 mm : (+) terpanjang

Diulang bila :
 (-) menggunakan PPD yang intermediate
 dapat saat itu juga diulang
 Bila jadi (+) menggunakan PPD yang second
strength  Mycobacterium atypical
 Meragukan, gunakan PPD intermediate
diulang 1-2 minggu kemudian dgn PPD yg
sama

Waktu Pembacaan
48 – 72 jam.

Jenis PPD
 First strength
 Intermediate  usually
 Second strength

116
Neurologi

PENILAIAN DERAJAT
KEKUATAN OTOT
5 = Normal

4 = Dapat menggerakkan sendi untuk menahan


berat & melawan tahanan secara simultan

3 = Dapat menggerakkan anggota gerak untuk


menahan berat.
Tidak dapat menggerakkan anggota badan
untuk melawan tahanan pemeriksa.

2 = Dapat menggerakkan anggota gerak, tetapi


tidak kuat menahan berat & tidak dapat
melaan tahanan pemeriksa.

1 = Terlihat atau teraba ada gerakan kontraksi


otot, tetapi tidak ada gerakan anggota gerak
sama sekali.

0 = Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama


sekali.

117
Neurologi

REFLEX PATOLOGIS
Babinsky
Garis permukaan plantar kaki dari tumit ke atas 
menyilang ke medial.

Oppenheim
Menekan tulang kering dari atas ke bawah.

Chaddock
Gores bagian lateral kaki.

Gordon
Pencet betis.

(+) : Ekstensi ibu jari & menyebarnya jari-jari lain.


Normal pada bayi – 18 bulan.
Pada bayi usia 2 - 2 ½ tahun :
 lesi pyramidal

Hoffman
Menyentil kuku (phalanx terakhir).
 (+) : Flexi ibu jari & jari ke II/III
 Lesi pyramidal UMN & Tetani

Chvastek Sign
Ketuk di depan telinga dengan jari/hammer.
 (+) : Kontraksi sebagian atau seluruh otot N.
fascialis
 Pada Tetani

118
Neurologi

RANGSANG MENINGEAL
Kaku Kuduk
Leher ditekuk hingga dagu menempel.
(+) : Tetanus, meningitis, abses retropharyngeal,
abses peritonsil, ensefalitis, keracunan
timbale, arthritis rheumatoid.

Brudzinsky I
Leher ditekuk ke dada.
(+) : Kedua tungkai bawah fleksi pada sendi
panggul dan lutut.

Brudzinsky II
Fleksi tungkai pada sendi panggul.
(+) : Fleksi tungkai lain pada sendi lutut.

Kernig Sign
Fleksi tungkai atas tegak lurus, kemudian dicoba
luruskan tungkai bawah pada sendi lutut.
(+) : < 135, sakit, ada hambatan.

119
Neurologi

MENINGISMUS
M. virus, Leptospira & Encephalitis.

Lumbal punksi :
 Warna : Jernih – Opalescent
 Tekanan : N / 
 Sel : N /  = 3 – 2000/mm3
 DiffTel : MN > PMN
 Glucosa : Normal

120
Neurologi

SKALA KOMA PEDIATRIK

Membuka Mata

4-15 tahun < 4 tahun


 Spontan 4  Spontan
 Terhadap bicara 3  Terhadap bicara
 Terhadap nyeri 2  Terhadap nyeri
 Tidak ada 1  Tidak ada

Respon Verbal

 Terorientasi 5 Terorientasi, tersenyum


Ikuti objek, interaksi
berhubungan.

 Kata-kata 4 Menangis, interaksi


tidak tepat, menangis
tidak konsisten.

 Suara 3 Interaksi mengerang.

 Menangis 2 Menangis tidak


berhubungan, interaksi
irritable.

 Tidak ada 1 Tidak ada.

121
Neurologi

Respon Motorik

 Menurut perintah 6 Spontan, menurut


perintah.

 Lokalisasi nyeri 5 Lokalisasi nyeri.

 Withdraw to pain 4 Menarik karena nyeri.

 Abnormal flexi 3 Postur dekortikasi.

 Abnormal ekstensi 2 Ekstensi abnormal


krn nyeri.
(Postur deserebrasi)

 Tidak ada 1 Tidak ada.

Interpretasi :
> 9 : Non komatosa
< 9 : Koma

122
Neurologi

HIDROSEFALUS
Anamnesis
Pembesaran kepala yang berlebihan sejak
lahir/sesudah lahir, sesudah menderita demam,
kejang, kesadaran .
Riwayat kesehatan ibu sewaktu hamil, riwayat
persalinan & perawatan dalam masa neonatal.
Keluhan : High pitch cry, muntah.

Aliran LCS
Produksi di ventrikel lateralis  foramen monroi 
ventrikel III  bergabung dengan yang diproduksi
di ventirkel III  aquaductus sylvii  ventrikel IV 
bergabung dengan yang diproduksi di ventrikel IV 
foramen luschka (lateral) dan magendi (medial) 
sisterna magna melalui dasar otak  ke atas
konveksitas di dalam sulkus cortical convolutions 
vili arakhnoid dan granulasi di daerah supratentorial
(ruang subarakhnoid), juga ke MS setinggi lumbal I
Produksi LCS 20 ml/hari, infant 50 ml, dewasa 150
ml.

Pembagian
1. Obstruktif atau non komunikans
Tekanan LCS meningkat akibat obstruksi pada
satu tempat antara pembentukan LCS oleh
pleksus koroidalis dan keluarnya dari ventrikel
IV melalui foramen Luschka dan Magendi,
Obstruksi terbanyak pada foramen monroi,
luschka dan magendie, sisterna magna dan
sisterna basalis.
123
Neurologi
2. Komunikans
Bila LCS meninggi tanpa adanya obstruksi,
akibat dari obliterasi atau malfungsi dari vili
arachnoid

Penyebab penyumbatan aliran LCS


1. Kongenital
Stenosis akuaduktus Sylvii; buntu atau
sempit, terlihat sejak lahir atau bulan2 pertama
kelahiran.
Spina Bifida atau Kranium bifida, biasanya
X-linked resesif, sindroma Arnold chiari
(tertariknya medulla spinalis dan oblongata,
serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi
foramen magnum.
Dandy-Walker Syndrome, atresia foramen
luscka dan magendi, pelebaran ventrikel IV
seperti sebuah kista pada fosa posterior.
Kista araknoid, anomaly pembuluh arah
2. Infeksi
Perlekatan meningens pasca meningitis, serosa
 perlekatan di daerah basal, purulenta 
tersebar, obstruksi akibat eksudat purulen di
aquaductus sylvii atau sisterna basalis.
3. Neoplasma
Penyumbatan ventrikel IV  glioma serebelum.
Penyumbatan ventrikel III  kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Subarachnoid hemorrhage  non komunikans
hidrosefalus.

124
Neurologi

Diagnosa Fisik
Kepala : Lingkar kepala,
UU menonjol, tegang, pulsasi (-),
Sutura terbuka (Mechewen sign/
pemisahan sutura),
Kulit kepala mengkilat,
Pembuluh darah prominent,
Crack pot sign,
Sunset sign pada mata.
Jidat mengecil  Chiari malformation
Jidat melebar  Dandy Walker
Refleks primitif lemah.
Gejala neurologik lain.

Punksi Lumbal
Warna, tekanan, quickensteat test.
Reaksi nonne pandy, jumlah sel, hitung jenis.
Jika ada perdarahan, lakukan percobaan tiga tabung

Rontgen
Schedel photo, cranial USG & CT Scan.

Observasi
Menentukan progresivitas hidrosefalus.
Ukur lingkaran kepala tiap minggu, lihat
pertambahan pelebaran ventrikel, diamati dengan
USG/CT scan serial.

Pengobatan / Medical Therapy


Indikasi :
1.Slowly Progressive Hydrocephalus
 Pertambahan lingkar kepala lebih dari 3x
pertambahan max. standard
125
Neurologi
Pengobatan dimulai pada usia diatas 2 minggu,
sebaiknya di atas usia 20 hari.

2.Chronic Shunt Malfunction Infection


Fungsi shunt terganggu.

3.Tidak ada tanda pe ICP yang akut

Asetazolamide
25 mg/kgBB/hari
Dinaikkan : 25 mg/kgBB/hari
 dalam 4 hari
Sampai dosis 100 mg/kgBB/hari

Furosemide
1 mg/kgBB/hari

Alklizer
KCl : 75 mg/kgBB/hari
 6 bulan
Diturunkan perlahan (2-4 minggu)
 Gagal
Lanjutkan pengobatan 3 – 4 bulan

GAGAL

Catt. Pada awal pengobatan, sebaiknya penderita


diawasi di rumah sakit untuk melihat toleransi
terhadap obat dan kontrol elektrolit (K, Na, BicNat)
selama 5-7 hari.

126
Neurologi

Follow Up
 Lingkar kepala & gejala klinik lain
 Cranial USG/CT scan

Operative (Shunting)
Indikasi :
1. Rapidly Progressive Hydrocephalus
(2,5 cm/2 minggu)
2. Gagal pengobatan medikamentosa
3. Pe ICP yang akut

HYDRANENCEPHALY
 Tidak ada hemisfer serebral, atau ada kantung
membrane bekas korteks bagian frontal,
temporal, atau occipital yang tersebar pada
membrane. Midbrain dan brainstem intak.
 Kemungkinan penyebab oklusi bilateral dari
arteri carotid interna.
 Anak iritabel, sulit makan, kejang, spastis pada
keempat ekstremitas, tidak ada perkembangan
kognitif.

127
Neurologi

NEUROLOGI
Dosis Phenitoin :
 Loading : 15 - 20 mg/kgBB/IV
Kecepatan tidak boleh lebih dari
0,5 mg/kgBB/mnt
 Maintenance :
5 mg/kgBB/IV dibagi 2 dosis

Pengenceran : 1 gram dlm 250 cc NaCl


 drip selama 20'
 Pengenceran : 10 mg  1 cc

Dosis fenobarbital injeksi :


 Loading : 15 – 20 mg/kgBB/iv/po
Kecepatan < 30 mg/mnt

 Maintenance : 5 – 6 mg/kgBB/iv dibagi 2 dosis


(po)
100 mg/2 ml

Depatene syrup:
15 – 60 mg/kgBB/hr
 Dibagi 3 dosis (1 cc = 50 mg)
 Dosis dapat dinaikkan 5 mg/kgBB/minggu
 Efek samping: Hepatotoxic
Pancreatitis

128
Neurologi

Epilepsi Generalized Idiopathic


- Generalized : Kejang bersifat umum
- Idiopatik : Tidak ada penyebab yang
menjelaskan terjadinya kejang.
Gejala klinis & tumbuh kembang
biasanya normal
Piracetam
15mg/kgBB/dose, diberikan tiap 8 jam

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Sensorium
2. Raba UUB
3. Nervus cranialis
4. Motorik
5. Sensorik
6. Rangsang meningeal
7. TIK

Carbamazepin
5 mg/kgBB/hr :3

3 hari

10 mg/kgBB/hr :3

15 mg/kgBB/hr : 3

 dgn SIO !

129
Neurologi

BSR
Westergren
Child : 0 – 10
Adult : M < 50 : 0 – 15
F < 50 : 0 – 20

Wintrobe
Child : 0 – 13
Adult : M < 50 : 0 – 9
F < 50 : 0 – 20

DIFFTEL
 Neutrofil : Band :3–5
Segmen : 54 – 62
 Limfosit : 25 – 33
 Monosit :3–7
 Eosinofil :1–3
 Basofil : 0 – 0,75
 Myeolosit :0

130
Neurologi

KEJANG DEMAM
Defenisi
Bangkitan kejang yang timbul pada kenaikan suhu
tubuh per rectal > 38C yang disebabkan oleh suatu
proses extracranial.

Manifestasi Klinis
“Kriteria Livingstone”
1. Umur : 6 bulan – 4 tahun
2. Lama : < 15’
3. Sifat : Umum  tonik klonik
4. Kelainan saraf (-), sebelum/sesudah
5. Frekuensi : < 4 x/tahun
6. EEG : Normal (1 minggu bebas panas)
7. Timbul kejang pada 16 jam I setelah demam 

Kejang
Demam
- Kejang demam kompleks
 > 15’ fokal/multiple, >1x per episode demam
- Kejang demam sementara/simpleks
- Kejang demam berulang>1 episode demam

Tanpa demam : ETOF

Penghentian Kejang Demam


Diazepam : IV 0,3 – 0,5 mg/kgBB
 perlahan2 dalam waktu 1-2 mg/menit
Dosis maximal 20 mg
Bila tidak berhenti  ulangi

131
Neurologi

Rectal : 0,5 – 0,75 mg/kgBB atau


5 mg  BB < 10 kg
10 mg  BB > 10 kg

Bila tidak berhenti :


Fenitoin
Dosis awal 10 – 20 mg/kgBB IV
Perlahan-lahan dengan kecepatan
1mg/kgBB/mnt
< 50 mg/menit
Selanjutnya 4 – 8 mg/kgBB/hari, 12-24 jam
setelah dosis awal.
Setelah kejang berhenti, tunggu 4 jam.

Fenobarbital oral dgn loading dose


Dosis awal : 8 – 10 mg/kgBB selama 2 hari (:2)
4-5 mg/kgBB/hari diberikan, dibagi (:2)

Catatan :
Pada kejang demam sederhana, tidak usah diberi
fenobarbital.

Profilaksis Intermitten
Bila suhu  > 38,5C  Rectal
 Diazepam BB < 10 kg  5 mg
BB > 10 kg  10 mg
Tiap 8 jam

Oral
0,5 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis.

132
Neurologi

Profilaksis Terus Menerus


 Fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari atau
 Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hari
Beri selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir,
Kemudian dihentikan secara bertahap 1-2 bulan.

Penanganan TIK yang 


1. Pasien tidur dengan kepala ditinggikan 20-30
dari permukaan tempat tidur.
2. Mengurangi kebutuhan cairan sebanyak 15-
25% kebutuhan cairan harian.
3. Hiperventilasi sehingga kadar PCO2 : 25-40
mmHg
4. Pemberian larutan Mannitol 20%, dosis : 0,25 –
1 g/kgBB IV selama 10 – 30 menit tiap 4 – 6
jam atau dengan gliserol (kadar 10 g/dl) dosis
1 g/kgBB IV selama 30’ dan diulangi tiap 2 jam.

133
Neurologi

BAGAN PENATALAKSANAAN KEJANG


1. Segera berikan diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB
atau diazepam rectal
Dosis : < 10 kg : 5 mg
> 10 kg : 10 mg

Bila kejang tidak stop


setelah 15’

Dapat diulang diazepam dengan dosis


dan cara yang sama

Kejang tidak berhenti Kejang berhenti


beri : tunggu 4 jam, beri :
- Phenobarbital IV - Phenobarbital oral
Dosis 5 mg/kgBB Hari I & II
Atau 8 – 10 mg/kgBB/2 dosis
- Fenitoin IV Hari selanjutnya
Dosis 10-20 mg/kgBB 4 - 5 mg/kgBB/2 dosis

Kejang tidak berhenti


 ICU

134
Neurologi

2. Bila diazepam tidak tersedia, langsung berikan


Phenobarbital IM dosis :
- Neonatus : 30 mg/x
- 1 bulan – 1 tahun : 50 mg/x
- > 1 tahun : 75 mg/x

Kejang berhenti setelah 15’

Beri Phenobarbital IM dosis :


- Neonatus : 15 mg/x
- 1 bulan – 1 tahun : 30 mg/x
- > 1 tahun : 50 mg/x

Kejang tidak berhenti Kejang berhenti


Phenobarbital IC atau Pengobatan rumatan dgn
Phenytoin IM Phenobarbital oral

Kejang tidak berhenti


 ICU

135
Neurologi

BAGAN PENGHENTIAN
KEJANG DEMAM
Kejang 1. Diazepam rectal 0,5 mg/kg
or BB < 10 kg: 5 mg
> 10 kg: 10 mg
2. Diazepam IV 0,3 – 0,5 mg/
Kejang kgBB (dosisi max 20 mg)
Diazepam rectal

Di rumah sakit

Diazepam IV
Kecepatan 0,5 – 1 mg/kgBB/mnt (3 – 5 mnt)
(Depresi pernafasan dapat terjadi)

Kejang
Fenitoin bolus IV 10 – 20 mg/kgBB
Kecepatan 0,5 – 1 mg/kgBB/mnt
(Pastikan ventilasi adekuat)

Kejang
Transfer ke ICU

136
Neurologi

Keterangan :
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis
intermitten atau rumatan diberikan
berdasarkan kejang demam sederhana atau
kompleks dan faktor resikonya
2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip
intravena dicampur dengan cairan NaCl
fisiologis, untuk mengurangi efek samping
aritmia dan hipotensi, pengenceran 10 mg/cc

Catatan :
 Kejang yang belum berhenti dengan diazepam
rectal dapat diulangi lagi dengan cara & dosis
yang sama dgn interval 5 menit.
 Bila kejang telah berhenti dengan fenitoin IV
dosis awal  selanjutnya 4 – 8 mg/kgBB/hari,
12 jam stlh dosis awal.

Sumber : Konsensus Penanganan Kejang Demam

137
Neurologi

Protokol Penatalaksanaan Kejang akut


dan Status Epileptikus pada Anak

Pastikan jalan nafas,pernafasan dan sirkulasi baik

0-5 menit Diazepam 0,3 mg/kg maks 10 mg


0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg IM
Kejang belum berhenti dalam 5-10 menit
Ulangi dengan dosis dan cara yang sama
10 menit Diazepam 0,3 mg/kg, maks 10 mg
0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg IM
15 menit Fenitoin 20 mg/kg, max 1000 mg
(30 mg/kg)
IV drips dalam 20 mnt dalm
NaCl (infus 1 mg/kg/mnt)
20 mg/kg IV, bolus 5-10
35 menit Fenobar- menit (infus 1 mg/kg/ mnt)
bital hati-hati depresi pernafasan
Bila masih kejang setelah 10 menit pemberian
fenobarbital, terapi sebagai status epileptikus refrakter
45-60 Midazolam Bolus 0,2 mg/kg
menit IV infus dilanjutkan drip 0,02-0,4
mg/kg/jam
Pertimbangkan tambahan
fenobarbital 10-15 mg/kg
Bila tidak kejang selama
24 jam, tukar midazolam
1 Ug/menit setiap 15
menit

138
Neurologi

KLASIFIKASI SERANGAN
KEJANG BERDASARKAN
INTERNATIONAL LEAGUE
AGAINTS EPILEPSY (ILAE)
YANG TELAH DIMODIFIKASI
I. Kejang Parsial
Kejang parsial kompleks
Kejang parsial sederhana
Motorik
Sensorik
Autonomik
Psikiatrik
Kejang umum tonik-klonik sekunder

II. Kejang Umum


Tonik-klonik (tonik-klonik primer)
Absence
Mioklonik
Klonik
Tonik
Atonik
Absence atipikal
Spasme infantile

III. Tidak dapat diklasifikasikan

139
Neurologi

OBAT ANTI EPILEPSI


PILIHAN PERTAMA DAN KEDUA

Serangan Parsial
(sederhana, kompleks dan umum sekunder)
 OAE pilihan pertama :
Karbamazepin, fenobarbital, primidon,
fenitoin
 OAE pilihan kedua :
Benzodiazepin, asam valproat

Serangan Umum:
Serangan tonik-klonik
 OAE pilihan pertama :
Karbamazepin, fenobarbital, pirimidon,
fenitoin, asam valproat
 OAE pilihan kedua :
Benzodiazepin, asam valproat
Serangan absence
 OAE pilihan pertama :
Etosuksimid, asam valproat
 OAE pilihan kedua :
Benzodiazepin
Serangan mioklonik
 OAE pilihan pertama :
Benzodiazepin, asam valproat
 OAE pilihan kedua :
Etosuksimid
Serangan tonik, klonik, atonik
 Semua OAE kecuali etosuksinid

Sumber: Buku Ajar Neurologi Anak, IDAI, 1999

140
Neurologi

Fenobarbital dan Pirimidon


 Fenobarbital ; dosis awal: 4-5mg/kg/hari,
dibagi 2 dosis (remaja 2-3 mg/kg /hari),
mencapai kadar terapeutik 2-3 minggu. loading
dose kadar terapeutik dalam 4 hari.
 Pirimidon; dimetabolisir di hati menjadi
feniletilmalonamid dan fenobarbital. Dosis 10-
25 mg/kg/hari, dibagi 2-4 dosis.
 Es idiosinkratik : ruam kulit, diskrasia darah
 Intoksikasi : mengantuk, hiperaktivitas, mual,
sakit kepala, gangguan keseimbangan.
 Kronik : mengantuk, perubahan perilaku,
perubahan perasaan, gangguan intelektual,
penyakit tulang, metabolik, gangguan jaringan
ikat.
 Fenobarbital biasanya diganti fenitoin atau
karbamazepin.
 Pemberian dengan as.valproat efek somnolensi
nyata.

Karbamazepin
 Dosis anak < 6 tahun: 10-30 mg/kg/hari
dibagi dalam 2-4 dosis, terapeutik dlm 3-4
hari tanpa loading dose.
 6-12 tahun : 100 mg 2 kali sehari. 12
tahun: 200 mg BID.
 Dosis rendah dulu 3 hari lalu naikkan pelan2
dalam 2 minggu.
 Intoksikasi : diplopia, vertigo, pusing,
inkoordinasi, distonik.

141
Neurologi
 Kronik : hiponatremia, gangguan fungsi hati,
leukopenia, mood elevation, peningkatan
kesadaran.
 Pemberian dengan Ca channel bloker, INH,
eritromisin mempercepat timbul toksisitas
karena menghambat metabolisme.
 Lab DL 2 minggu, 1 bulan, 2 bulan, tiap 6 bulan
 Perbaikan perilaku, anak lebih sadar dan enak.

Fenitoin

 Dosis 5-7 mg/kg/hari, terapeutik dalam 7-


10 hari, efek cepat 4 dosis 5-6 mg/kg setiap 8
jam.
 Es idiosinkratik ruam kulit, diskrasia,
imunologis.
 Intoksikasi : vertigo, gerakan involunter,
pusing, mual, nistagmus, sakit kepala, ataksia,
letargi dan perubahan perilaku.
 Kronik : hirsutisme, hipertrofi giggiva,
gangguan perilaku dan fungsi kognitif, kelainan
hematologis(trombositopenia, leukopenia,
anemia), sindr. Steven johnson.

Etosuksimid
 Paling efektif untuk absens.
 Dosis 15-20 mg/kg/hr dibagi 3-4 dosis.
 Intoksikasi: vertigo, sefalgia, ataksia, nausea,
letargi, anoraksia, batuk, gangguan GIT.
 Kronik : Sefalgia, gangguan perilaku.

142
Neurologi

Asam Valproat
 Meninggikan efek inhibisi postsinaptik GABA,
menghambat pembentukan gelombang paku
dan menghambat jaras neuronal eksitatorik.
 Dosis inisial 15-20 mg/kg/hari dalam 2-4
dosis (6-15 jam waktu paruh), dosis
rumatan 30-60 mg/kg/hari.
 Dosis naik ikatan protein menurun drastis.
 + fenobarbital  sedasi berat
 + fenitoin dan karbamazepin  meningkatkan
kadar kedua obat
 + aspirin  kenaikan kadar valproat
 Idiosinkratik : ruam kulit, gagal hati akut,
diskrasia darah.
 Intoksikasi : mengantuk,vertigo, perubahan
perilaku.
 Kronik : mengantuk, perubahan perilaku,
tremor, hiperamonia, bertambahnya berat
badan, rambut rontok, penyakit perdarahan,
gangguan lambung.
 Pemeriksaan fungsi hati sebelum dan sesudah
terapi (2 minggu I, setiap 2 bulan selama 6
bulan I, kemudian tiap 4 bulan).

Benzodiazepin
 Sering untuk absens dan mioklonik.
 Klonazepam : 0,05 mg/kg/hari dalam 3-4 dosis
lalu dinaikkan 0,05 mg/kg per minggu sampai
kejang teratasi (dosis max 0,5 mg/kg).
Gangguan emosi bila bareng fenobarbital dan
benzodiazepin lain.
143
Neurologi
 Nitrazepam : untuk serangan motor minor dan
spasme infantil, hepatotoksik.
 Clobazam : epilepsi berat, kejang umum
primer, partial, lennox-gastaut, refleks epilepsi;
dosis: 0,1-0,8 mg/kg/hari.

144
Neurologi

KELAINAN MENYERUPAI
EPILEPSI
BREATH HOLDING SPELL
 Serangan napas-terhenti sejenak pada anak.
 4 % < 5 tahun, 75 % 6-18 bulan, 85 %
menghilang pada umur 5 tahuin.
 Ada 2 :
1. Cyanotic breath-holding spell
Pencetus: marah, takut, sakit,frustasi,
menangis kuat sebentar, nahan nafas
dalam ekspirasi, sianosis, lemas, tidak
sadar.
Karena berkurangnya aliran darah ke otak,
karena peninggian tekanan dalam rongga
dada.
2. Pallid breath-holding spell
(white breath-holding spell)
Karena trauma ringan, benturan di kepala,
anak frustasi dan marah, tidak sadar,
pucat, kaku dan atau opistotonus.kadang
mata melirik ke bawah dan sentakan2
anggota gerak.
Kegagalan sirkulasi karena asistole yang
terangsang oleh refleks vagal.
 Tidak bahaya, tidak perlu pengobatan.

145
Neurologi

SINKOP
 Kehilangan kesadaran mendadak akibat
berkurangnya aliran darah ke otak.
 Penyebab :
1. Refleks vaskular abnormal menyebabkan
asistole atau hipotensi.
2. Kegagalan refleks simpatetik menyebabkan
hipotensi berat.
3. Penyakit jantung intrinsik menyebabkan
aritmia arau sistole jantung.
 Sinkop refleks :
Pasien berdiri atau duduk sebelumnya pasien
merasa dingin atau panas, pusing, nausea,
pucat, berkeringat dingin, convulsive syncope,
urinary incontinence.
 Sinkop demam :
Seperti kejang demam bentuk tonik, bedakan:
penekanan pada bola mata pasien
(oculocardiac reflex)  serangan, berarti
syncope.
 Syncope jantung:
Pada penyakit jantung seperti tetralogi fallot.

146
Neurologi

KELAINAN PSIKIATRIK
 Ada 2:
 Manifestasi psikiatrik akut
Gelisah dan panik, urinary ncintinence,
serangan takut, sakit epigastrik  EEG
 Serangan pseudoepileptic
Dewasa muda, anak umur 4-6 tahun,
biasanya terjadi pada anak penderita
epilepsi, bisa juga bukan penderita
epilepsi, meniru serangan epilepsi, tonik
klonk, tonik atau parsial kompleks, mirip
gerakan yang diatur, tidak mendadak,
berulang-ulang, didahului perasaan aneh,
kelumpuhan sebelah atau kedua anggota
gerak, pasien segera bangun, waktu
serangan menghindari rasa sakit dan
menolak membuka mata, tidak pernah
terjadi saat tidur.
 Anak perempuan >>, pasien intractable
epilepsy pikirkan serangan ini.

147
Neurologi

SINDROMA LENNOX-
GESTAUT
 Kumpulan gejala epilepsi dengan ciri kejang
berbagai macam tipe, jatuh mendadak karena
serangan atonik, tonik aksial, atipikal absens,
mioklonik.
 Slow spike-wave complexes difus pada EEG.
 Manifestasi kejang :
Kedip2, mengangkat bahu, kepala terjatuh ke
depan, pandangan kosong, sering 5-6 x per
hari.
 Insidens < 2 thn, 10%, laki-laki > perempuan.
 Klinis :
Kriteria diagnostik
1. Onset saat kanak-kanak, kurang dari 8
tahun, memuncak usia 3-5 tahun
2. 2 jenis kejang saat serangan: Atonik
(astatic atau akinetic), tonik, atypical petit
mal, mioklonik.
3. Abnormal atau spike/sharp wave pada
EEG frek. 1,5-2,5 Hz pada keadaan
interictal dan slow-spike wave complexes
yg difus.
4. Sering disertai gangguan fungsi intelektual
5. Etiologi multi-faktorial
148
Neurologi
 Prognosis jelek, 80-90% kejang sp dewasa dan
gangguan kognitif dan tingkah laku berat (82-
92%).
 Terapi :
1. Farmakologis
Multidrug  Valproic acid doc
Fenobarbital
Doc: multidrug valproic acid dan clobazam
(gol. benzodiazepim)
2. Non farmakologis
Pembedahan, stimulasi n.vagus, diet (diet
fetogenik?)

Tujuan terapi : mengurangi kejang.

 Asam Valproat : meningkatkan ekskresi gaba 


kejang berkurang
 Prognosis ditentukan : deficit neurology
sebelumnya (co: spasme infantile), onset <3 th
prognosis buruk, serangan sangat sering,
berlansung lama, adanya status epileptikus,
EEG dengan irama dasar yang lambat dan ada
focus epilepsy disamping gambaran paku-
ombak lambat.

149
Neurologi

ACUTE TRANSVERSE
MYELITIS
 Postinflamasi, postvaksinasi, atau awal multiple
sclerosis.
 Karakteristik:
1. Kelemahan ekstremitas bwh juga atas bisa
kehilangan kemampuan mengontrol
sphincter
2. Diawali dg infeksi saluran nafas
3. Severe : melibatkan sensorium dan
motorik serta autonom dari spinal cord
4. Dapat juga menyebabkan kelainan nervus
kranial II seperti neuritis  Devic
disease (neuromyelitis optik) dengan lesi
pada N.II yang sama dengan pada spinal
cord tapi tidak ada kelainan lain di otak
5. Tidak ada keterlibatan kelainan otak. Kalau
ada dx: multiple sclerosis

 Adanya frequent inflammantory reaction pada


CSF, infiltrasi bagian putih spinal dengan sel-sel
imun.
 Patologi : makrofag memakan myelin jadi
pertahanan tubuh harus ditingkatkan.

 Patologik :
1. Akut : infiltrasi monosit dan limfosit pada
segmen spinal + astroglial dan aktivasi
mikroglial
2. Subakut : monosit/makrofag

150
Neurologi

 Klinis:
1. Backpain
2. Nyeri pada ekstremitas bawah
3. Gait disturbance karena kelemahan
4. Paraplegia atau tetraplegia dan paresthesia
yang progresif cepat
5. Disfungsi sphincter  retensi urin
6. Motorik, sensoris, autonom terganggu

 LCS:
1. Moderate lymphocytic pleocytosis
2. Level protein yang meningkat bila terkena
saraf oeriier
3. Glukosa N
4. Beda dengan GBS: tidak ada albuminique
dissociation

 Foto cerviks dll: Normal

 Management :
1. Kortikosteroid
Metilprednisolon 2 mg/kgBB/hari 2 minggu
 tapering
2. Intravenous imunoglobulin
Jika kombinasi 2 ini gagal  metotreksate
atau siklofosfamid.

 Lebih banyak pada anak perempuan, dan


ditemukan makin muda makin mungkin jadi
multiple sclerosis.
 Tetraplegia kelainan di cervical dengan resiko
respiratory failure.
 Paraplegia kelainan di thorakal.
151
Neurologi

 Outcome :
1. 50% 1 mata buta, 1 lainnya baik.
2. Hampir 50% tidak bisa jalan tanpa
bantuan.

 Saran :
MRI untuk melihat lesi pada neural cord.

152
Neurologi

DISTROFIA MUSKULAR
Defenisi :
Gangguan perkembangan otot yang progresif dan
herediter, berakhir dengan degenerasi serta
hilangnya kekuatan dari otot.

4 kriteria :
1. Kelainan otot murni, bukan neurogenik
2. Genetik
3. Progresif
4. Degenerasi dan kematian serabut otot/
miofiber pada stadium tertentu

DM tipe Becker
 Onset lambat
 Herediter resesif x linked lokus Xp 21
 Terjadi delesi  berpindahnya triplet kodon
secara keseluruhan, pembacaan kodon tetap
sama  sintesis dari molekul distrofin yang
lebih pendek, tapi tidak ada kerusakan rantai
karbon dan asam amino  alasan degenerasi
miofiber pada DM tipe Becker lebih lambat.
 DMB muncul lebih lambat dari DMD usia setelah
8 tahun hingga exit dekade ke dua (16 thn).
 Gejala khas:
 Pes cavus 60%
 CK meningkat  karena gangguan jumlah
dan struktur distrofin > 5000 U/L
 EMG  miogenik khas
 Biopsi : deltoid, biseps,quadriceps atau
gastrocnemius
153
Neurologi
 Uji distrofin : uji genetika molekular untuk
melihat mutasi gen di otot
 Kelainan jantung, retardasi mental jarang
 Sebelum kelemahan otot  Liposit
menyusup diantara sel2 serabut otot
 Kelemahan otot  pembengkakan dan
nekrose serabut otot  sel endoplagma
serabut otot menjadi lemak, atrofik secara
primer.
 Otot membesar dan sebagian mengecil 
pseudohipertrofi, biasanya : vastus lat,
infra spinosus, deltoid, gluteus maximus,
trisep, masseter.
 Pemeriksaan fisik:
 Kelumpuhan LMN (arefleksia)
 Gower's sign
 Penatalaksanaan:
 Suportif
 Nutrisi adekuat
 Glukokortikoid:
Prednison 0,75mg/kgBB/ hari, 3 x 1
dapat ditingkatkan hingga 2 mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis selama 4-6 bln bisa sampai
3 tahun.
 Refrakter :
Metilprednisolon 15-30 mg/kgBB/IV tiap 2-
4 minggu dengan Ig, azathioprene, metho-
trexate, siklosporin atau siklofosfamid.
 Fisiotherapy
 Edukasi keluarga
 Pengecekan enzim CK pd keluarga

154
Neurologi

DM tipe Duchenne
 Pd x linked p 21 lengan pendeknya  gen
terapi sedang dicoba.
 Distrofin menjembatan f actin ke plasma
membran ?
 Duchenne paling banyak pada anak2.
 Biasanya dikenali di tahun ke 3 dan hampir
selalu sbl usia 6 thn
 Tidak adanya protein distrofin pada serat otot
 Muskular distrofi dari iliopsoas,quadriceps, otot
gluteus, otot tibia
 Pemeriksaan fisik :
 Gower's sign
 Lordosis
 Waddless dan straddles gait
 Reflex tendon menurun
 Pembesaran otot gluteus dan calf
(pseudohipertrofi)
 CPK meningkat
 EMG:
Very low spike, short duration of motor unit,
polyphasic, kecepatan konduksi dan sensori
saraf normal, hanya untuk skrining, diagnosa
pastinya dengan gen.
 Therapy :
 Prednison 0,75/kg 6 bln
Untuk mengurangi banyaknya krusakan
otot
 Fisiotherapy
Untuk membatasi kontraktur
Pilihan selain prednisone : Diflazakot?

155
Obat untuk Menghentikan Kejang Akut dan Mencegah Kejang
Berikutnya. Antikonvulsan dengan Masa Kerja Singkat, Penghentian
Kerja Akut

Kecepatan
Obat Pemberian Dosis Ulangan Komentar
Pemberian
Diazepam IV,IO 0,3 mg/kg 5 menit <2 Tanpa
Maks 10 mg mg/menit dilarutkan
Diazepam Rectal 0,5 mg/kg Tiap 5-10
Max 10 mg menit
Lorazepam IV,SL,IO 0,1 mg/kg 2 kali <2 Hrs
Max 4 mg tiap 10 menit mg/menit dilarutkan
Hipotensi,dep
resi nafas
Midazolam IM 0,2 mg/kg 2 kali Hipotensi,
Max 10 mg tiap 5-10 depresi nafas
menit
Fenitoin* IV,IO 20 mg/kg Tambahkan 5 1 mg/kg Hipotensi,
Max 1000 mg mg/kg IV bila /menit aritmia,
196
(30 mg/kg) masih kejang harus larutan
non glukosa
Fenobarbit IV 20 mg/kg 1 mg/kg Pilihan utama
al* Max 600 mg /menit neonatus
(30 mg/kg) Depresi
nafas,
terutama
setelah
diazepam

*bila telah dengan fenitoin dan fenobarbital dapat diberikan lagi 5 mg/kg.Dosis
berikutnya berdasarkan kadar antikonvulasn darah
*IV=intravena, IM=intramuscular, SL=sublingual, PR=perektum, IO=intraoseus
Sumber: ped.neurology and neuro emergency in daily practice,27-28 mar2006

197
0-5 menit Diazepam 0,3 mg/kg Maks 10 mg
0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg im
Kejang belum berhenti dalam 5-10 menit,
Ulang dosis dan cara Sama
dengan
10 menit Diazepam 0,3 mg/kg, Maks 10 mg
0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg im
15 menit Fenitoin 20 mg/kg, Max 1000mg(30 mg/kg)
Iv drips dalam 20 mnt dalm NaCl (infus 1 mg/kg/mnt)
35 menit Fenobarbital 20 mg/kg Iv, bolus 5-10 menit (infus 1 mg/kg/mnt) hati-hati
depresi nafas
Bila masih kejang setelah 10 Menit pemb.fenobarbital, terapi sebagai status epileptikus
refrakter
45-60 menit* Midazolam iv Bolus 0,2 mg/kg dilanjutkan drip 0,02-0,4 mg/kg/jam
infus Pertimbangkan tambahan fenobarbital 10-15 mg/kg
Bila tidak kejang selama 24 jam, tukar midazolam 1 Ug/menit
setiap 15 menit
198
199
PERBEDAAN ANTARA MENPUR & MENSER

MENINGITIS PURULENTA MENINGITIS SEROSA


Merupakan peradangan selaput otak yang Merupakan peradangan selaput otak akibat
menghasilkan eksudat berupa pus di komplikasi dari TB milier.
rongga subarachnoid.
Tanda & Gejala : Tanda & Gejala :
 Demam, kejang, kesadaran   Panas naik turun sudah lama
 Kaku kuduk, refleks cahaya (+)   Batuk, nafsu makan kurang, BB 
 Rangsang meningeal (+)  Tampak sakit berat, kesadaran ,
 Refleks patologis  kaku kuduk
 Babinsky (+)  Reaksi meningeal (+), pupil anisokor,
 Brudzinsky I & II (+) refleks cahaya (+) , parese
 Kernig Sign (+)
Lumbal Punksi : Lumbal Punksi :
 Warna mengawan s/d keruh  Warna : Jenih  opalescent
 Tekanan meninggi  Tekanan 
 Sel : Meninggi (1000-10.000/mm3)  Protein :  45-500 mg% (Nonne &
200
 DiffTell : PMN > MN Pandy (+))
 Protein  (Nonne/Pandy (+))  Sel :  25-500 g%
 Glucosa   DiffTell : MN > PMN
 Chlorida  (>> pd TBC)  Fibrinous web (+)
 Organisme : di dalam/di luar sel cairan  Glucosa  20-40 mg%
otak (Normal : 2/3 dari KGD)
Normal KGD : 80 – 120 mg%

201
Respirologi

CROUP
Istilah untuk infeksi pada grup yang berbeda-
beda dengan batuk yang aneh-aneh (croupy
cough).
Stridor inspiratoar/serak/distress pernafasan.

ACUTE INFECTIOUS LARYNGITIS


 Etiologi : Virus
 Didahului : UTI
 Gejala klinik :
Horseness, severe inspiratoir stridor,
dyspnoe, retraksi, restlessness, air hunger
& fatigue.
Suara nafas  (auskultasi)

ACUTE LARYNGOTRACHEOBRONCHITIS
 Paling sering, etiologi : Virus
 Gejala klinik :
Stridor inspiratoir, respiratory distress
Expirasi susah & memanjang
Ketakutan, T = 40C
Suara nafas , ronki (+)

ACUTE SPASMODIC LARYNGITIS


(Spasmodic Croup)
 Spasme laring
 > 1-3 tahun
 Etiologi : Virus, alergi & psikologis

156
Respirologi
 Gejala klinik :
Sering waktu malam, anak terbangun dengan :
- Barking/metallic cough
- Inspirasi yang keras
- Cemas, ketakutan
- Respiratory distress
- Retraksi, nafas lambat & sukar
- Frekuensi nadi 
- Kulit dingin & basah
- Afebris
- Dyspnoe, stenosis

Beberapa jam kemudian  Gejala 


Besoknya  Sehat

 Terapi :
Afebris
 Dirawat di rumah  beri uap panas
rgs muntah
Febris > 39 C
- Rawat
- Gelisah  sedatif
- O2
- Sianosis  indikasi tracheostomy
- Ampicillin 150 mg/kgBB/hari
- Viral = AB
- Ekspektoran
- Bronchodilator tidak menolong
- Antihistamin
- Kortikosteroid   edema  msh ragu
- Hasil baik, dengan :
Nebulizer berisi epinefrin 2,5%
dilarutkan dalam air 1 : 8
- IPPB (Intermitten Pressure Breathing)
157
Respirologi

BRONCHOPNEUMONIA
Kriteria Diagnosa :
 Didahului ISPA, seperti batuk/pilek
 Temperatur  39-40C
 Sesak > 60 x/i
 Pernafasan cuping hidung, sianosis, retraksi
sela iga
 Ronchi basah gelembung kecil/sedang

DD :
1. Bronchiolitis
2. Atelektasis
3. Abses paru
4. Aspirasi benda asing
5. DC
6. Tb paru

Terapi :
1. O2
2. Atasi dehidrasi, elektrolit & asidosis metabolik
3. Antibiotik polifarmasi
o Ampicillin 100-200 mg/kgBB/hari
o Klomramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari
o Gentamicin 5-7 mg/kgBB/hari selama 7-10
hari

Bila setelah 3 hari tidak respon  Sefalosporin.


Diet puasa bila sangat sesak.

Dx :
Darah tepi, thorax foto, AGDA

158
Respirologi

Bayi 0 - 2 bulan
PNEUMONIA BUKAN PNEUMONIA
Nafas cepat (> 60x/i) Tidak ada nafas cepat
(<60 x/i)
Tarikan pada bagian Tarikan dada bagian
bawah bawah (-)
 Rawat di rumah

Bayi 2 bulan – 5 tahun


PNEUMONIA PNEUMONIA BUKAN
BERAT PNEUMONIA
Tarikan dada Tarikan dada Tarikan dada
bagian bawah bagian bawah (-)
(+) (-)
Nafas cepat : Nafas cepat :
> 50 x/i < 50 x/i
(2bln-1thn) < 40 x/i
> 40 x/i
(> 1 tahun)

159
Respirologi

PNEUMONIA
 Viral dan comm-acquired bact. Pneumonia

 Defenisi :
Inflamasi akibat infeksi pada parenkim paru,
mengenai alveolus dan jaringan interstitial dan
mungkin meluas sampai bronkiolus (tidak
termasuk bronkus)
Inflamasi jaringan paru karena infeksi yang
menstimulasi respon dan berakibat kerusakan
jaringan paru.

 Incidence :
Virus : usia < 5 tahun, 20% RSV, angka
kematian 2000 anak.
Bakteri : usia < 5 tahun, 30 - 45 per 1000, > 9
thn 6 – 12 per 1000

 Infeksi Saluran Pernafasan Bawah :


Ditemukannya gemericik, ronki atau wheezing
pd pf atau infiltrat pd rontgent, scr anatomis di
bwh vocal cords

 Etiologi:
1. RSV
2. Influenza virus
1. Parainfluenza virus
--superinf:-- dan bakteri
1. Streptococcus pneumonia
2. H. Influenzae
3. Staphylococcus aureus

160
Respirologi
VIRAL PNEUMONIA
 Pemeriksaan fisik :
1. Meningkatnya frekuensi nafas
2. Retraksi supracostal, intercostal,subcostal
3. Infant : PCH
4. Ngorok
5. Demam pd 50% kasus, trutama jk virus
influenza
6. Respiratory Failure: hypoxia, retensi CO2
7. Gemericik (crackles), ronki terutama saat
inspirasi
8. Coryza
9. Hidung mampet
10. Dapat dehidrasi rs

 Foto thorax :
1. Hyperaeration, hyperinflasi
1. Batas paru jelas, dinding paru menebal
2. Atelektasis fokal
3. Infiltrat interstitial bilateral
4. Bayi: densitas bilateral difus, gambaran
granular~ HMD

 Indikasi rawat :
1. Severe respiratory distress
1. Hypoxia
2. Dehidrasi

 Indikasi O2 :
1. Sesak
2. Saturasi 02< 90-92%
3. Depresi PO2 (<60-70 mmHg)
4. Peningkatan CO2
161
Respirologi

 Terapi :
1. Suportif
2. Chest fisiotherapy
3. Mukolitik
4. Obat virus : M2 ion channel inhibitors
amantidine, rimantidine, neuraminidase
inhibitors oseltamivir, zanamivir. Ribavirin
aerosol  severe

 Komplikasi:
1. Otitis media
2. Sinusitis
3. Tracheitis bakterial
4. Ens, myositis, myokarditis, kejang demam,
ensefalopaty, reyes syndrome
5. Emfisema

COMMUNITY ACQUIRED BACTERIAL


PNEUMONIA
 Pemeriksaan fisik :
1. Bisa tidak sakit (30% dengan Streptococcal
pneumonia)
2. Demam, menggigil
3. Nyeri perut, nyeri dada
4. Batuk produktif
5. Awalnya: Nyeri kepala
Malaise
Batuk kering
Demam ringan
 m. Pneumonia
6. Wheezing  viral, mycoplasma, clamydia
7. Tachypnoe  PALING SPESIFIK
162
Respirologi
8. Ngorok
9. Retraksi

 Foto thorax : sensitivitas 75%


1. fokal alveolar pneumonia (lobar infiltrat
atau segmental)
2. Interstitial-> virus, stlh inf mycoplasma &
clamydia

 Dd/ :
1. Bronkiolitis
2. Asma
3. Interstitiel lung diss.
4. Aspirasi sindr.
5. TBC  daerah endemis pneumonia yg tdk
sembuh2/rekuren pd foto thorax

 Lab :
1. Leukositosis(> 20 ribu sel/mm3)
2. CRP meningkat (N: 60 mg/L)
3. Gold standard : lung puncture 
bronchoalveolar lavage

 Komplikasi :
1. Pneumonia nekrotik
2. Efusi pleura
3. Empyema
4. Abses paru

 Terapi :
1. Mild & moderate : th/ di rmh  kontrol
dalam 48 jam.
2. Indikasi rawat :
Bayi: SaO2 < 92%, cyanosis, RR> 70x/
163
Respirologi
menit, dyspnoe, intermitten apnoe,
ngorok. Tdk mau mkn, tdk ada yg merawat
Anak bsr: SaO2 < 92%, cyanosis, RR >
50X/menit, dyspnoe, ngorok, dehidrasi.tdk
ada yg merawat
3. O2, IVFD
4. Jangan chest therapi
5. Hati2 hiponatremi  inapp. ADH

164
Respirologi

TATALAKSANA ASMA
1. Serangan Ringan
- Sekali nebule  respon baik  ringan
- Di observasi 1-2 jam  bertahan  pulang
dgn dibekali obat  agonis (oral/hirup) tiap 4-
6 jam.
- Bisa ditambah steroid oral jangka pendek (3-
5 hari).
- Jika setelah 2 jam, gejala timbul lagi 
sedang

2. Serangan Sedang
- Nebule 2-3 kali  respon parsial  sedang
- Dirawat & dipasang jalur parenteral

3. Serangan Berat
- Nebul 3x  respon jelek  serangan berat
- O2
- Dehidrasi & asidosis  IVFD & koreksi
- Steroid IV : Dexa 0,5-1 mg/kgBB/6 jam
1x selanjutnya : 0,1-0,25 mg/kgBB/6 jam

Aminofilin
Bila belum mendapat aminofilin sebelumnya diberi
bolus dosis : 4-6 mg/kgBB dilarutkan dalam D5%
atau NaCl 0,9% sebanyak 20 cc, diberikan dalam
20-30 menit.

 Jika telah mendapat aminofilin sebelumnya, dosis


diberikan ½ nya.

165
Respirologi
Selanjutnya aminofilin dosis rumatan (di drips
dalam 24 jam), dosis 0,5-1 mg/kgBB/jam.

Bila telah terjadi perbaikan klinis, nebule diteruskan


tiap 6 jam hingga 24 jam & steroid serta aminofilin
ganti oral.

Jika dalam 24 jam pasien stabil, pasien dipulangkan


dengan dibekali obat  agonis (hirup/oral) tiap 4-6
jam, sebelum 24-48 jam.
Steroid oral dilanjutkan dalam 24-48 jam.

STATUS ASMATICUS
1. O2
2. Cairan IVFD sampai UOP 2 cc/kgBB/jam
3. Nebulizer : max 20’, 2x atau
Epinefrin SC 2x (interval 10’) 0,01 cc/kg
Kortikosteroid (Dexa) : 0,5-1 mg/kgBB/6 jam
4. Aminofilin IV, diawali :
5 mg/kgBB dalam 20 cc 0,5% IV 20’

dilanjutkan
0,5 mg/kgBB/jam, di drips (dosis rumatan)
BicNat  bila ada asidosis
Antibiotika  bila ada infeksi
Gagal nafas  PICU
5. Bila sudah mendapat aminofilin, dosis awal ½
nya

Ventolin nebul 2,5 mg


Solution for inhalation
Bisolvon 4 mg/2 ml
Bromhexine HCl
166
Respirologi

PETUNJUK PENGGUNAAN ALAT


Aerosol Nebulizer
1. Sambungkan ke arus listrik
2. Sambungkan tube ke kompresor
3. Sambungkan tube yang satu lagi ke kepala
nebulizer
4. Isi obat nebulizer, seperti :
- Barotec sol 0,1% 4-6 tetes
- Ventolin nebule 1 nebule
- Bricasma respules
 NaCl 0,9% 5 ml
 Bisolvon 0,5-1 ml
5. Pasangkan masker ke kepala nebulizer
6. Hidupkan kompresor
7. Tekan bagian yang berwarna biru pada bagian
bawah nebulizer head & pasien menarik nafas
teratur & dihirup dari aerosol. Aerosol hanya
aktif jika ditekan bagian yang berwarna biru.
8. Waktu pemberian 10-15 menit.

167
Respirologi
ASMA
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Penyakit Asma Anak
Parameter
klinis, Asma Asma
Asma
kebutuhan Episodik Episodik
Persisten
obat dan faal Jarang Sering
paru
1. Frekuensi <1x/bulan >1x/bulan Sering
serangan
2. Lama <1minggu >1minggu Hampir
serangan sepanjang
tahun,tidak
ada remisi
3. Intensitas Biasanya Biasanya Biasanya
serangan ringan sedang berat
4. Di antara Tanpa Sering ada Gejala
serangan gejala gejala siang dan
malam
5. Tidur dan Tidak Sering Sangat
aktivitas terganggu terganggu terganggu
6. Pemeriksaan Normal Mungkin Tidak
fisis di luar (tidak terganggu pernah
serangan ditemukan (ditemukan normal
kelainan) kelainan)
7. Obat pengen- Tidak perlu Perlu Perlu
dali (anti
inflamasi)
8. Uji faal paru PEF/FEV1 PEF/FEV1 PEF/FEV1
(di luar >80% 60-80% <60%
serangan)
9. Variabilitas Variabilitas Variabilitas Variabilitas
faal paru (bila >15% >30% 20-30%
ada sera- Variabilitas
ngan) >50%
Sumber : Pedoman Nasional Asma Anak
UKK Pulmonologi PP IDAI – 2004

168
Respirologi
Alur Diagnosis Asma Anak

Batuk dan/wheezing

Riwayat Penyakit - Pemeriksaan fisis - Uji tuberkulin

Patut diduga asma : Tidak jelas asma :


 Episodik &/atau kronik  Timbul masa neonatus
 Nokturnal/morning drip  Gagal tumbuh
 Musiman  Infeksi kronik
 Pajanan thd pencetus  Muntah/tersedak
 Riw.atopi pasien/  Kelainan fokal paru
 keluarga  Kelainan sistem
kardiovaskular

Periksa peak flow meter Pertimbangkan :


atau spirometer untuk  Foto Rö toraks&sinus
menilai :  Uji faal paru
 Reversibilitas (>15%)  Uji respon terhadap
 Variabilitas (> 15%) bronkodilator & steroid
sistemik 5 hari
 Uji provokasi bronkus
 Uji keringat
 Uji imunologis
Berikan bronkodilator
 Pem.motilitas silia
Tidak berhasil  Pem.refluks GE
Berhasil

Dx kerja : Asma Tdk m’dukung M’dukung


diagnosis lain dx lain

Berikan obat anti


Dx & terapi peny. lain
asma: tdk
berhasil, nilai
ulang dx & Pertimbangan asma Bukan
ketaatan berobat disertai peny.lain asma
169
Respirologi
Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak

Klinik/Unit Gawat Darurat


Nilai derajat serangan
(sesuai tabel 2)

Tatalaksana Awal
Nebulisasi -agonis 1-3x, selang 20 menit
Nebulisasi ketiga + antikolinergik
Jika serangan berat, nebulisasi –agonis + antikolinergik

Serangan ringan Boleh pulang


(nebulisasi 1x,  Bekali obat –agonis
respon baik) (hirupan/oral)
 Observasi 1jam  Jika sudah ada obat
 Jika efek pengendali, teruskan
bertahan, blh plg  Jika infeksi virus sbg
 Jika gejala timbul pencetus, dpt diberi
lg, perlakukan sbg steroid oral (3-5 hr)
serangan sedang  Dalam 24-48 jam
control ke Klinik
R.Jalan, utk reevaluasi

Serangan sedang Ruang Rawat Sehari/


(nebulisasi 2x, respon Observasi
parsial)  Oksigen teruskan
 Berikan oksigen  Steroid oral dilanjutkan
 Nilai kembali derajat  Nebulisasi tiap 12 jam
serangan, jk sesuai  Bila dlm 12 jam
dgn serangan perbaikan klinis stabil,
sedang, observasi di boleh pulang, tetapi jk
Ruang Rawat Sehari klinis tetap belum
 Berikan steroid oral membaik atau
 Pasang jalur memburuk, alih rawat
parenteral ke Ruang Rawat Inap

170
Respirologi

Serangan berat Ruang Rawat Inap


(nebulisasi 3x,  Oksigen teruskan
respon buruk)  Atasi dehidrasi dan
 Sejak awal asidosis jika ada
berikan O2  Steroid IV tiap 6-8 jam
saat/diluar  Nebulisasi tiap 1-2 jam
nebulisasi  Aminofilin IV awal,
 Pasang jalur lanjutkan rumatan
parenteral  Jika membaik dlm 4-6x
 Steroid IV nebulisasi, interval jd 4-6
 Nilai ulang jam
klinisnya, jk  Jika dalam 24 jam
sesuai dgn perbaikan klinis stabil,
serangan berat, boleh pulang
rawat di Ruang  Jk dgn steroid dan
Rawat Inap aminofilin parenteral tdk
membaik, bahkan timbul
Ancaman henti nafas,
alih rawat ke Ruang
Rawat Intensif

Catatan :
 Jika menurut penilaian serangannya berat,
nebulisasi pertama kali langsung dgn –agonis +
antikolinergik
 Bila terdapat tanda ancaman henti nafas segera
ke Ruang Rawat Intensif
 Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti
dgn adrenalin subkutan 0,01 ml/kgBB/kali
maksimal 0,3 ml/kali
 Untuk serangan sedang dan terutama berat,
oksigen 2-4 L/menit diberikan

171
Respirologi
Alur Tatalaksana Asma Anak Jangka Panjang

Obat pereda -agonis atau


Asma Episodik
Jarang teofilin (hirupan atau oral)
bila perlu

4-6 minggu >3x dosis <3x dosis P


/minggu /minggu
E
Asma Episodik Tambahkan obat pengendali:
steroid hirupan dosis rendah N
Sering

6-8 minggu, respon: G

H
Pertimbangkan alternatif
penambahan salah satu obat :
Asma I
 -agonis kerja panjang (LABA)
Persisten
 Teofilin lepas lambat
 Antileukotrien N
Atau dosis steroid hirupan ditingkatkan
(medium) D

6-8 minggu, respon: A

Steroid dosis medium ditambahkan R


salah satu obat :
 -agonis kerja panjang A
 Teofilin lepas lambat
 Antileukotrien
 Atau dosis steroid hirupan
N
ditingkatkan (tinggi)

6-8 minggu, respon:

Obat diganti steroid oral


172
Respirologi
Daftar Obat Asma yang Ada di Indonesia

Nama Nama
Fungsi Sediaan Ket.
Generik Dagang
Golongan  -agonis (kerja pendek)
Terbutalin Bricasma Sirup, 0,05-
tablet, 0,1
turbuhale mg/
r kg/kali
Salbutamol Ventolin Sirup, 0,05-
tablet, 0,1
Obat MD I mg/
Pereda kg/kali
(Relie- Orsiprenalin Alupent Sirup,
ver) tablet,
MD I
Heksoprenal Tablet
in
Fenoterol Berotec MD I
Golongan santin
Teofilin Sirup,
tablet
Golongan anti-inflamasi steroid
Budesonid Pulmicort MDI,
inflammid turbuhale
e r
Flutikason Flixotide MD I Tdk
tersedi
Obat a lagi
Pengen
Bekiometas Becotide MD I
dali
on
(Control
Golongan  -agonis kerja panjang
-ler)
Prokaterol Meptin Sirup,
tablet,
MD I
Bambuterol Bambec Tablet
Salmeterol Serevent MD I
Klenbuterol Spiropent Sirup, tablet
173
Respirologi

Golongan obat lepas lambat/


lepas terkendali
Terbutalin Kapsul
Salbutamol Volmax Tablet
Teofilin Tablet salut
Obat
Golongan antileukotrin
Pengen
Zafirlukas Accolate Tablet -Ada
dali
montelukas -Blm
(Control
-ler) ada
Golongan kombinasi Steroid + LABA
Budesonid + Symbicor Turbuhal
formoterol t Seretide er
Flutikason + MD I
Salmeterol

174
Respirologi

Daftar Obat untuk Nebulisasi

Nama Nama Dosis


Sediaan
Generik Dagang Nebulisasi
Golongan -agonis
Fenoterol Berotec Solution 5 – 10
0.1 % tetes
Albutamol Ventolin Nebule 1 Nebule
2.5 mg
Terbutalin Bricasma Respule 1 Respule
2.5 mg
Golongan antikolinergik
Ipratropium Atrovent Solution > 6 tahun :
Bromida 0.025% 8 – 20 tetes
≤ 6 tahun :
4 – 10
tetes
Golongan Steroid
Budesonide Pulmicort Respules
Flutikason Flixotide Nebules
Golongan -agonis + Antikolinergik
Salbutamol Combivent Unit ½ - 1 vial
+ UDV dosis
Ipratropium vial

175
Respirologi

Daftar Obat Steroid Sistemik untuk


Serangan Asma

Nama Nama
Sediaan Dosis
Generik Dagang
Metil Medixon Tab 4 0.5-1
Prednisolon mg mg/kgBB/hr
tiap 6 jam
Prednisolon Tab 5 0.5-1
mg mg/kgBB/hr
tiap 6 jam
M.Prednisolo Medixon Vial 125 30 mg
n suksinat mg dalam 30
inj. Vial 500 menit (dosis
mg tinggi) tiap
6 jam
Hidrokortiso Vial 100 4
n Suksinat mg mg/kgBB/ka
inj. li tiap 6 jam
Deksametas Kalmeta ampul 0.5-1
on inj. son mg/kgBB
bolus,
dianjurkan 1
mg/kgBB/ha
ri diberikan
tiap 6-8 jam
Betametason Ampul 0.05-0.1
inj. mg/kgBB
tiap 6 jam

176
Respirologi

Daftar Efek Samping Steroid Sistemik

Penggunaan Penggunaan
Organ
Akut & Kronik Kronik
Metabolik - Hipokalemia Hiperlipidemia
- Diabetes Penampakan
Mellitus Cushing
- Supresi Amenore
- Aksis HPA sekunder
(Hypothalamus Impotensi
Pituitary Adrenal)
Kardio- - Hipertensi
vaskular - Eksaserbasi
gagal jantung
kongestif
- Udem
Saluran - Ulkus peptikum
cerna - Esofagitis
- Pankreatitis
- Perforasi usus
Komplikasi - Rentan terhadap
Infeksi infeksi
- Reaktivasi
infeksi
- Dissemionation
of live vaccine
Kulit - Penipisan
dan
kerapuhan
- Mudah
tergores
- Hirsuitism
177
Respirologi
SSP - Perubahan
psikologis
- Kejang
Muskulo- - Miopati - Osteoporosis
skeletal - Nekrosis aseptik - Kehilangan
pada kaput massa otot
femoris
Okular Glukoma Katarak

178
Respirologi

OAT & DOSISNYA


1. Isoniazid
5 – 15 mg/kgBB/hari (maks. 300 mg/hari)
 dosis tunggal
ES : Hepatitis, Neuritis perifer, Hipersensitivitas
 Kombinasi INH dengan Rifampisin, dosisnya
tidak boleh > 10 mg/kgBB/hari.
2. Rifampisin
10-20 mg/kgBB/hari (maks. 600 mg/hari)
 dosis tunggal
ES : Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,
trombositopeni, peningkatan enzim hati,
cairan tubuh berwarna oranye
kemerahan.
 Rifampicin tidak boleh diracik dengan OAT
lain.
3. Pirazinamid
15-30 mg/kgBB/hari (max. 2000 mg/hari)
ES : Toksisitas hepar, arthralgia,
gastrointestinal
4. Ethambutol
15-20 mg/kgBB/hari (max. 1250 mg/hari)
ES : Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah dan hijau,
hipersensitivitas, gastrointestinal
5. Streptomisin
15-40 mg/kgBB/hari (max. 1000 mg/hari) IM
ES : Ototoksik, Nefrotoksik

179
Respirologi
SKORING TB
Para-
0 1 2 3
meter
Kontak TB Tidak Laporan Kavitas BTA (+)
jelas keluarga (+) BTA
BTA (-)/ tidak
tidak jelas
tahu
Uji (-) (+) : >
tuberkulin 10 mm
atau > 5
mm pd
immunos
upresi
BB / BB/TB < Klinis gizi
keadaan 90% buruk
gizi atau
atau BB/TB <
70%
BB/U < atau
80% BB/U
<60%
Demam
≥2
tanpa
minggu
sebab jelas
Batuk ≥3
minggu
P’besaran ≥ 1 cm,
kel. Limfe jumlah
colli, >1,
aksila, tidak
inguinal nyeri
Pembeng Ada
kakan pemben
tulang/sen gkakan
di panggul,
lutut,
falang

180
Respirologi
Foto Normal/ - -Infiltrat -Kalsifikasi
rontgen tidak - -P’besa + infiltrat
torak jelas ran kel. -P’besaran
- -Konsoli kelenjar +
dasi seg infiltrat
mental/
lobar
- -Atelek
tase

Catatan :
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan
oleh dokter
Jika dijumpai skrofuloderma, langsung di
diagnosis Tuberkulosa
Berat badan dinilai saat datang
Demam dan batuk tidak ada respon terhadap
terapi sesuai baku
Foto rontgen toraks bukan alat diagnosa utama
pada TB anak
Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus
dievaluasi dengan sistem skoring TB anak
Diagnosis TB jika jumlah skor ≥ 6 (skor
maksimal 14), cut off point ini masih bersifat
tentatif/sementara, nilai definitif menunggu
hasil penelitian yang sedang dilaksanakan

Sumber Pedoman Nasional TB Anak

181
Respirologi

CHEST PHYSIOTHERAPY
Teknik dalam chest physiotherapy :
1. Postural drainage
2. Percussion
3. Vibration
4. Secretion removal

Indikasi :
1. bronchiectasis
2. cystic fibrosis
3. hyaine membrane disease
4. pneumonia
5. lung abcess
6. bronchopumonary dysplasia
7. asthma
8. atelectasis

182
Respirologi

ACUTE RESPIRATORY
FAILURE
Failure Oxygenation
Ventilation
Both

Respiratory Failure
Type I :
 Normocapnic or non ventilatory failure
 Hypoxemia
 Normal or low pCO2
 V/Q mismatch, impaired gas difussion acros the
a/v capil membrane, intrapulmonary shunt
(darah melewati paru tidak mengalami proses
oksigenasi)

Type II:
 Ventilatory or hypercapnc failure
 Elevated pCO2
 Variable degree or hypoxemia
 Alveolar hyperventilation, dead space
ventilation
 CO2 production >> impair the central
ventilatory drive

Dead space : Ruang tinggal yang tidak ikut


dalam pertukaran gas.
Dead space  : Gagal nafas, karena lebih banyak
udara yg tidak ikut dalam
pertukaran gas.

183
Respirologi
Kriteria Akut Gagal Nafas
Laboratory Parameters
 Hypoxemia
- Pa O2 < 50- 60 torr
- Sa O2 < 90 %
- Pa O2/Fi O2 ratio < 300
- Pa O2 , 60 torr or Fi O2 > 40
 Hypercapnea
- Pa CO2 > 55 torr
- Pa CO2 > 50 torr with acidosis (pH < 7,25)
- Pa CO2 > 40 torr with severe distress
 Pulmonary function
- vital capacity < 15 ml/kg
- max inspiratory force (force) < 20 – 25
cmH2O
- VD/VT (dead space/tidal volume) > 0,6

Cut off points ventilator


 Peak air way pressure < 35 cmH2O
 Fi O2 < 60
 Ventilator rate < 30/minute
 PEEP < 12 cmH2O
 Oxygen saturation of 88% or better

Cause of Type I Respiratory Failure


 V/Q abnormalities : pulmonary edema,
meconeum apirasi, pneumonia
 Shunting : cyanotic CHD, pneumonia/ARDS
 Diffusion abnormalities : interstitial fibrosis
 Systemic blood flow << : shock,
cardiomyophaty
 CO2 << : abnormal Hb
 Cellular O2 uptake << : cyanide poisioning

184
Respirologi
Cause of Type II Respiratory Failure
 Alveolar hypoventilation
 Neurologic disease
 Respiratory muscle disease
 Chest wall/pleura disease
 Airway disease
 Pulmonary disease
 CO2 production/met <<

NO : gas yang fungsinya memvasodilatasi


pembuluh darah paru → memperbaiki perfusi

185
Respirologi
BRONKIOLITIS
Defenisi :
Peradangan pada bronkiolus.
Anak usia kurang dari 2 tahun, penyebab
tersering bayi < 1 th dirawat di RS, tersering
usia 2 sampai 6 bulan.
Ditandai nafas cepat, retraksi dada dan
wheezing .
Etiologi : Respiratory syncitial virus
Imunisasi:
Respigrama(Ig) 750 mg/kgBB setiap bulan IV
untuk anak < 24 bulan.
Indikasi : Bayi baru lahir dengan umur
kehamilan < 35 minggu, bayi dg BPD.

Anamnesis:
Rinorea ringan, batuk, demam tidak tinggi  1-
2 hari diikuti nafas cepat, retraksi dada, dan
wheezing, bayi gelisah, tidak mau makan,
muntah.
Pemeriksaan Fisik :
 Frekuensi nafas meningkat
 Denyut nadi meningkat
 Suhu atau meningkat tinggi sampai 41C
 Konjungtivitis, otitis, faringitis
 Ekspirium memanjang, wheezing, ronki
atau rales
 Dapat cyanosis
 Gangguan pertukaran gas, penurunan PaO2
dan penlngkatan PaCO2
 Saturasi O2 < 96%
Foto :
186
Respirologi
Hyperinflasi difus
Diafragma datar
Penonjolan ruang retrosternal
Penonjolan rongga interkostal
Bercak infiltrat  pneumonia interstitial
Air trapping, hyperaerasi
Penebalan peribronkial, atelektasis, kolaps
segmental, hyperinflasi

Lab :
Tidak spesifik; leukosit 5000 – 24000/mm3
Leukositosis: batang & PMN banyak.

Terapi :
AB tidak perlu kecuali infeksi berat :
dr. Wis :
- Ampicillin 200 mg/kgBB/8 jam
- Gentamycin 5-7 mg/kgBB/12 jam
atau
- Kloramfenikol
UI: - Ampicillin 100mg/kgBB/6 jam
- Kloramfenikol 75 mg/kgBB/6 jam
Bronkodilator  kontroversial
- Ipratropium bromide
- Obat simpatomimetik
- Teofilin
Kortikosteroid:
- Dexamethason oral
0,1 mg/kgBB/hari untuk 5 hari
atau
- Prednison 1 mg/kgBB/hr

187
Respirologi

BRONKITIS
Sumber: Kedig's

Defenisi :
Inflamasi sementara dari trakea dan bronkus
mayor dengan manifestasi primer berupa
batuk.
Tanpa terapi sembuh sendiri dalam 28 hari.

188
Tabel 2. Penilaian Derajat Serangan Asma

Parameter Klinis, Ancaman


Ringan Sedang Berat
Fungsi Paru, Lab henti napas

Sesak Berjalan Berbicara Istirahat


(breathless)
Bayi: Bayi: Bayi:
Menangis - Tangis Tidak mau
keras pendek dan minum /
lemah makan
- Kesulitan
menetek /
makan

Posisi Bisa berbaring Lebih suka Duduk


duduk bertopang
lengan
Bicara Kalimat Penggal Kata-kata
kalimat
Kesadaran Mungkin Biasanya Biasanya Kebingungan
iritable irritable irritable
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Wheezing Sedang, sering Nyaring, Sangat Sulit / tidak
hanya pada sepanjang nyaring,ter- terdengar
akhir ekspirasi ekspirasi dengar tanpa
±inspirasi ste-toskop
Penggunaan otot Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan
bantu respiratorik paradok torako-
abdominal
Retraksi Dangkal, Sedang, Dalam, Dangkal /
retraksi ditambah ditambah hilang
interkostal retraksi napas cuping
suprasternal hidung
Frekuensi napas Takipnu Takipnu Takipnu Bradipnu

Pedoman nilai baku frekuensi napas pada anak sadar


Usia Frekuensi napas normal
<2 bulan <60 / menit
2-12 bulan <50 / menit
1-5 tahun <40 / menit
6-8 tahun <30 / menit
Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi

Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak


Usia Frekuensi nadi normal
2-12 bulan <160 / menit
1-2 tahun <120 / menit
3-8 tahun <110 / menit
Pulsus Tidak ada Ada Ada Tidak ada,
paradoksus <10 mmHg 10-20 mmHg >20 mmHg tanda kelela-
(pemeriksaannya han otot
tidak praktis) respiratorik

PEFR atau FEV1 (% nilai (% nilai


dugaan) terbaik)
 Pra bronkodilator > 60 % 40-60% < 40 %
 Pasca
bronkodilator > 80 % 60-80% < 60 %
respons < 2 jam

SaO2% > 95 % 91-95% ≤90 %


PaO2 Normal >60 mmHg >60 mmHg
(biasanya
tidak perlu
diperiksa)

PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg <45 mmHg

Table of drugs frequently used in pediatric nephrology requiring dose adjustment


Groups of drugs (antibiotics, antihypertensives, psychotropics, hypourecemics, antihistamine
drugs) with route of excretion, normal dose interval, adjustments for renal failure (3 groups
based on GFR) and the supplemental dose for dialysis
Drug name,
Dose for
increased Adjustment For Renal Failure
normal Met Supplemental dose
risks in GFR for 1.73 m
renal hod for dialysis
patients
function
with CRF
>50 10-50 <10
mL/mm mL/mm mL/mm
ANTIBIOTICS
Single dose q 24 h
*Aminoglycosides:
is also possible
Ototoxicity, nephrotoxicity
Amikacin 5mg/kg D 70-100% 30-70% 20-30% HD:2/3 normal dose
Kanamycin q8h I q 8-12 h q 12 h q24-48 h CAPD:30% q24h
CAVH:dose for 10-50
Gentamycin 1mg/kg D 70-100% 30-70% 20-30% HD:2/3 normal dose
Tobramycin q8h I q 8-12 h q 12 h q24-48 h CAPD:30% q24h
CAVH:dose for 10-50
Netilmycin 2m/kg D 70-100% 30-70% 20-30% HD:2/3 normal dose
q8h I q 8-12 h q 12 h q24-48 h CAPD:30% q24h
CAVH:dose for 10-50
*Cephalosporins: interstitial nephritis, bleeding in patient with CRF
Cefixime 4mg/kg D 100 % 75 % 50 % HD: none
q 12 h CAPD:none
CAVH:unlikely
Cefotaxime 30-50 I q6h q 8-12 h q24 h HD:30-50 mg/kg
mg/kg CAPD:none
q6h CAVH:none
Ceftazidime 25-50 I q 8-12 h q 24-48h q48-72 h HD:dose after HD
m/kg CAPD:dose for 10-50
q 8-12h CAVH:dose for 10-50
Ceftriaxone 25-50 D 100 % 100 % 100 % HD:none
mg/kg CAPD:none
q12-24h CAVH:none
Moxalactam 25-50 I q 8-12 h q 12-24h q 24-48h HD:dose after HD
mg/kg CAPD:dose for 10-50
q 8-12h CAVH:dose for 10-50
*Macrolides
Clarithromyci 5-10 D 100 % 50-100% 50 % HD: unlikely
n mg/kg CAPD: unlikely CAVH:
q 12 h unlikely
Erythromycin 5-10 D 100 % 100 % 50-75% HD:none
Ototoxicity mg/kg CAPD:none
q6h CAVH: unlikely
*Penicillines
Amoxicillin / 10-40 I Q8h Q 8-12 h Q 12 h HD:dose after HD
clavulanic mg/kg CAPD:dose for 10-50
acid 10 CAVH:dose for 10-50
mg/kg
q8h
Oxacillin atau 30-50 D 100 % 100 % 100 % HD:none
dicloxacillin mg/kg CAPD:none
Na=2.2 q6h CAVH:none
mEq/g
Penicillin G 20.000- D 100 % 75 % 25-50 % HD:dose after HD
Seizure 50.000 CAPD:dose for <10
K=1.7 mEq
U/kg CAVH:dose for <10
/million U q6h
Piperacilin 50-75 I q6h q 6-8 h q8h HD:dose after HD
Na=1.9 mg/kg CAPD:dose for <10
mEq/g q 4-6 h CAVH:dose for <10
Ticarcillin 30-50 D 50-100% 50-60% 30 % HD:dose after HD
mg/kg I q4h q8h q 12 h CAPD:dose for <10
q4h CAVH:dose for <10
*Miscellaneous antibacterials
Chloramphen 12,5-25 D 100 % 100 % 100 % HD: none
icol mg/kg CAPD: unlikely
q6h CAVH: unlikely
Metronida- 7.5 D 100 % 100 % 50 % HD:dose after HD
zole mg/kg CAPD:none
Metabolites q6h CAVH:dose for 10-50
accumulate
Teicoplanin Load:10 I Idem Idem Idem HD:none
mg/kg CAPD:none
q 12hx3 CAVH:none
3-6 mg q 24 h q 48 h q 72 h
/kg/d
Trimethoprim 3 mg/kg D 100 % 100 % 50 % HD:dose after HD
- (TMP) 15 I q 12 h q 12-24h q 24 h CAPD:none
sulfamethoxa mg/kg CAVH:dose for 10-50
zole (SMX)
q 12 h
Vancomycin 10 I q 12-24 q 2-7 d q 7-10 d HD:none (permeable
Ototoxicity mg/kg h membrane dose for 10-
q8h 50)
CAPD:dose for 10-50
CAVH:dose for 10-50
*ANTIFUNGAL AGENTS
Amphote- 4mg/kg D 100 % 100 % 100 % HD: none
ricin B q 12 h CAPD: unlikely
Tubular and CAVH: unlikely
glomerular
txicity
Fluconazole 30-50 D 100 % 50 % 25 % HD:dose after HD
mg/kg CAPD:dose for <10
q6h CAVH:dose for <10
Flucytosine 50 D 25-50 25-50 50 HD:dose after HD
Hepatic and mg/kg I mg/kg mg/kg mg/kg CAPD:dose for 10-50
bone marrow q8h q 12-24h q 12-24h q 24-48h CAVH:dose for 10-50
toxicity
*ANTIVIRAL AGENTS
Acyclovir 5 mg/kg D 5 mg/kg 5 mg/kg 2.5 HD:dose after HD
Neurotoxi- q8h mg/kg CAPD:dose for <10
city and I q 12 h q 12-24h q 24 h CAVH:3.5 mg/kg/d
acute renal
failure
Foscarnet 60-100 D 50-100% 10-50 % Avoid HD:dose after HD
Nephroto- mg/kg CAPD: unknown
xicity q 8-12h CAVH:dose for 10-50
Ganciclovir 2.5 I q 8-12 h q 24 h q48-96 h HD:dose after HD
mg/kg CAPD: unknown
q8h CAVH:3.5 mg/kg/d
Zidovudine 5 mg/kg D 100 % 100 % 50 % HD:dose after HD
(AZT) q4h CAPD:none
CAVH:dose for 10-50

ANTIHYPERTENSIVE AND CARDIOVASCULAR AGENTS


(excluding hypertensive emergencies)
*Angiotensin-converting enzyme inhibitors: hyperkalaemia, acidosis, acute renal failure,
cough
Captopril 0.1-3 D 100 % 75 % 50 % HD:dose after HD
Granulopenia mg/kg I q 12 h q 24 h CAPD:none
q8-12 h CAVH:dose for 10-50
progressi
ve
Enalapril 0.2-0.75 D 100 % 75-100% 50 % HD:dose after HD
mg/kg CAPD:none
q12-24h CAVH:dose for 10-50
*α and β blockers
Acebutolol (β 5-10 D 100 % 50 % 30-50 % HD:dose after HD
blocker) mg/kg CAPD: unknown
Asthma, q 12 h CAVH:dose for 10-50
cardiac
insufffeci-
ency, long T
Labetalol (α β 1-10 D 100 % 100 % 100 % HD: none
blockers) mg/kg CAPD: unknown
Hyperkalaemi q 12 h CAVH: unknown
a,
bradycardia
Prasozine (α 0.05-0.3 D 100 % 100 % 100 % HD: none
blockers) mg/kg CAPD: unlikely
q 8-12h CAVH: unlikely
*Calcium channel blockers
Amlodipine 0.05-0.2 D 100 % 100 % 100 % HD: none
mg/kg CAPD: unlikely
q12-24h CAVH: unlikely
Nicardipine 0.25-1.5 D 100 % 100 % 100 % HD: none
mg/kg CAPD: unlikely
q12-24h CAVH: unlikely
Ceftazidime 0.25-1.5 D 100 % 100 % 100 % HD: none
mg/kg CAPD: unlikely
q 12 h CAVH: unlikely
*ANTICONVULSANTS
Carbamazepi 5-10 D 100 % 100 % 100 % HD: none
ne mg/kg CAPD: unlikely
q 12 h CAVH: unlikely
Clonaze-pam 0.1 D 100 % 100 % 100 & HD: unknown
mg/kg CAPD: unknown
q 12 h CAVH: unknown
Diazepam 0.5 D 100 % 100 % 100 % HD: unlikely
mg/kg CAPD: unlikely
q 8-12h CAVH: unlikely
Phenobarbi- 5-10 I q 8-12 h q 8-12 h q 8-18 h HD:dose after HD
tal mg/kg CAPD:75% q 12 h
Osteomala- q8-12h CAVH: unknown
cia
Phenytoin Load : D 100 % 100 % 100 % HD: none
Increased Vd 10-15 CAPD: none
Folic acid mg/kg CAVH: unlikely
deficiency then 3-
10 mg/
kg/d
Valproic acid 10-40 D 100 % 100 % 100 % HD: none
Increases Vd mg/kg CAPD: unlikely
hepatic q 24 h CAVH: unlikely
toxicity
Gastroenterohepatologi

HEPATITIS VIRAL
1. Anamnesis
2. Fisik diagnostic
3. Urine  pekat ? : Bilirubin
Tinja  dempul : Lemak
4. Lab :
a. Rutin : Darah, urine, tinja
b. Biokimia hati :
Bilirubin, SGOT, SGPT, Alk.phosphatase,
serum, asam empedu.
c. Fungsi hati
PTT  memanjang, inj.vit K & 24 jam ke-
mudian cek kembali PTT
d. Serologi
- IgM HAV
- HbSAg, HbSAb, dsb

Th/ :
- Bed rest
- Roborantia
- Diet bebas  cegah dehidrasi

189
Gastroenterohepatologi

PERDARAHAN
SALURAN CERNA
I. Anamnesa
Neonatus : - Hemorrhagic Disease Newborn
- Tertelan darah ibu
- Obat-obatan
- Penyakit berat : RDS/sepsis

Kualitas & Kuantitas Perdarahan :

 Perdarahan tempat lain


 Keluhan abdominal
 Apakah ada problem diare?
 Apakah ada ruda paksa?

II. Pemeriksaan Fisik


 Vital sign (sensorium, HR, RR, TD, T)
 Tanda hipovolemi lain & anemia
 Cari kelainan kulit (purpura hemangioma)
 Perut : distensi, tumor,hepatosplenomegali
 Rectum : Fissura ani, colok dubur

190
Gastroenterohepatologi
III. Laboratorium
Darah : Hb, LED, jumlah eritrosit, difftel, Ht
 cek Hb/Ht per jam
Faktor pembekuan, jumlah trombosit,
PT, PTT
Gol. Darah & reaksi silang
APT Downey Test
Aspirasi lambung
 darah (+) = PSC atas
 darah (-) = PSC bawah
Rö BNO/dengan kontras

IV. Tatalaksana
1. RL 10-20 cc/kgBB/jam
 Vital sign
WB 10-15 cc/kgBB  utk perdarahan masif
Setelah berhenti bias dgn PRC
Bila ada coagulopathi : Vit.K 1 mg/thn IM
(max.10 mg), pemberian FFP/trombosit

2. Hentikan perdarahan
- Bilas lambung dengan NGT dgn NaCl
dingin 50-100 cc tiap 1-3 jam hingga
bersih
- Beri antasida 0,5 cc/kgBB/x tiap 1-2
jam agar pH lambung > 5
(bila ada erosi)

3. Atasi komplikasi & singkirkan kemungkinan


tindakan bedah

191
Gastroenterohepatologi
KOLESTASIS PADA BAYI
Defisiensi :
Kolestasis  sindroma klinis berupa :
 Ikterus
 Urine berwarna gelap tjd dalam 6 bln I
 Tinja pucat  dempul kehidupan

Laboratorium :
Kadar bilirubin direk > 1,5 -2 mg/dl

Hepatitis neonatal
Intrahepatik Def. 1 antitripsin
Dll
Kolestasis
Atresia bilier
Obstruktif Kista duct koledokus
(Ekstrahepatik) Kolangitis/Kolelitiasis

Perbedaan Kolestasis Intra & Ekstrahepatik


Intra Ekstra
Hepatic Hepatik
1. BBL < 2500 35% 11%
2. Umur mulai 30 hari Lbh awal (16 hr)
3. Warna tinja
Pucat 26% 79%
Kuning 74% 21%
4. Hepatomegali N Keras & padat
5. Bilirubin total 12,1 + 9,6 10,2 + 4,5
Bilirubin direk 8,6 + 6,8 6,2 + 2,6
SGOT > 10 x N (>800) <5xN
SGPT > 10 x N / >800 <5xN
<5xN >5xN
BGT

192
Gastroenterohepatologi
Penatalaksanaan :
1. Memperbaiki aliran empedu
 Operatif : Utk atresia bilier pd umur 6-8
mgg
 Obat (menstimulasi aliran empedu)
o Fenobarbital : 3-10 mg/kg/hari :2
o UDCA : 10-30 mg/kg/hari
o Kolestiramin : 0,25-30 mg/kg/hari
o Rifampisin : 10 mg/kg/hari

2. Terapi Nutrisi
 Formula MCI
 Vitamin yang larut lemak, mineral & trace
ADEK, Ca, P, Mg, Zn, Se, Fe
 Tidak boleh mengandung cuprum

193
Gastroenterohepatologi
SAKIT PERUT BERULANG
Definisi :
Sakit perut yg berlangsung sedikitnya sekali dalam
sebulan selama 3 bulan berturut-turut dan cukup
berat sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Kriteria ROMA II

1. Dispepsia Fungsional
Bila dalam sekurangnya 12 minggu, yg tidak
perlu berturutan, dalam 1 tahun belakangan
terdapat keluhan sakit perut atau rasa tidak
nyaman yg terasa di bagian atas abdomen (di
atas umbilicus). Rasa tidak nyaman dapat
berupa rasa penuh di perut (begah), mudah
kenyang, kembung, mual, atau muntah. Tidak
ada hubungannya dengan proses defekasi atau
kelainan bentuk tinja (konstipasi atau diare).
Tidak terbukti (endoskopi) adanya kelainan
organik sebagai penyebab.

2. Irritable Bowel Syndrome ( sindrom rawan


usus)
Bila dalam sekurangnya 12 minggu, yg tidak
perlu berturutan, dalam 1 tahun belakangan
terdapat keluhan sakit perut atau rasa tidak
nyaman di perut yang memenuhi 2 dari 3 sifat
berikut:
a. Rasa sakit perut menghilang dengan
defekasi
b. Onset sakit perut berkaitan dengan
perubahan dalam frekuensi defekasi

194
Gastroenterohepatologi
c. Onset sakit perut berkaitan dengan
perubahan-perubahan konsistensi tinja
(diare atau konstipasi)

3. Migren Perut
Bila dalam 12 bulan terdapat sekuran-
kurangnya 3 episode paroksismal sakit perut yg
bersifat akut dan hebat pada garis tengah
abdomen yg berlangsung 2 jam sampai
beberapa hari dengan interval bebas gejala
selama beberapa minggu sampai beberapa
bulan. Terdapat 2 dari gejala berikut:
- Sakit kepala selama serangan
- Fotophobia selama serangan
- Riwayat migren dalam keluarga
- Nyeri kepala sebelah
- Aura dalam bentuk gangguan penglihatan,
gejala sensorik atau kelainan motorik
- Tidak terbukti adanya kelainan metabolik,
saluran cerna, dan SSP

4. Sakit Perut Fungsional


Bila dalam sekurangnya 12 minggu terdapat
keluhan sakit perut yg hampir kontinyu pada
anak sekolah atau adolesen. Rasa sakit perut
tidak (hampir tidak pernah) berhubungan
dengan peristiwa fisiologik seperti makan,
menstruasi, atau defekasi. Rasa sakit sering
mengganggu aktivitas sehari-hari.

Anamnesis
195
Gastroenterohepatologi
Red Flags (kemungkinan penyebab organik)
 Lokalisasi nyeri jauh dari umbilikus
 Nyeri berkaitan dengan perubahan
defekasi, khususnya diare, konstipasi,
defekasi di malam hari
 Nyeri membangunkan anak di malam hari
 Muntah berulang, terutama muntah hijau
 Gejala sistemik, seperti demam berulang,
anoreksia, malaise
 Terjadi pada umur < 5 tahun

Pemeriksaan Fisik
Red Flags:
 Penurunan berat badan
 Organomegali
 Nyeri tekan pada abdomen yang
terlokalisasi, terutama jauh dari umbilikus
 Kelainan sekitar anus (fisura, userasi, skin
tag)
 Radang sendi (bengkak, kemerahan,
hangat)

196
Gastroenterohepatologi
Algoritme & Tatalaksana Awal

Anamnesa & Pem. Fisik Red Flags

Diagnosis kelainan Tidak Ya


saluran cerna
(kriteria ROMA)

Opsi Lab
Radiologi
Endoskopi
Negatif

Reassurance edukasi Positif


Terapi

Terapi Penyakit organik

197
Gastroenterohepatologi
Farmakoterapi :
1. Dispepsia Fungsional
- Ranitidine 2 mg/kg/dosis, 2x sehari, atau
- Famotidin 0,5 mg/kg/dosis, 2x sehari, atau
- Omeprazol 1 mg/kg setiap pagi

2. Sindrom Rawan Usus


Kapsul peppermint oil (187 mg) 3x sehari atau
obat spasmolitik lain

3. Migren Perut
- Pizotifen 0,25 mg, 2x sehari
- Siproheptadin 0,25 mg/kg/hari, atau
- Propanolol 10 mg, 2x sehari

Sumber: Pain Management in Children

198
SAKIT PERUT BERULANG FUNGSIONAL
Diagnosis Gejala Nyeri Gejala Umum Defekasi
Dispepsia 12 minggu Abdomen Mudah kenyang Tidak ada
fungsional bagian atas Kembung hubungan
Rasa panas di perut
Sindroma 12 minggu Nyeri hilang Kembung Kelainan frek.
Rawan Usus dgn defekasi Keram Kelainan konsis
tensi lendir
dalam tinja
Migren 3 atau lebih Paroksismal Interval bebas gejala Tidak ada
Perut episode Garis tengah Sakit kepala sebelah hubungan
selama 2 abdomen Fotofobia
jam atau Aura
lebih Riw. Keluarga
Sakit Perut 12 minggu Hampir Tdk memenuhi Tidak ada
Fungsional kontinu kriteria kelainan hubungan
sal. cerna
fungsional lainnya
Hematologi
PROSEDUR
BAGIAN HEMATOLOGI
1. Pasien baru buat status lengkap
 Lapor dr. BL
2. Periksa D/U/F rutin, LFT, RFT, Thorax foto, MT,
BMP, konsul kardiologi
3. Buat pengantar rawat
4. Isi status ruangan
5. Buat permintaan izin BMP
6. Buat th/ sementara
IVFD 4:1 atau 2:1 atau RL
Paracetamol
Inj. Kalpicillin 500 mg/6 jam

Setiap memasukkan obat periksa darah rutin (untuk


Vincristin, MTX, Ara).
Fungsi ginjal (Cisplatin).

OBAT-OBAT CHEMOTHERAPY

VINCRISTINE
Vial 1 g/1 ml
IV  1,5 g/m2

Cara
- Pasang wing needle, ambil spuit 5 cc dengan
NaCl 0,9%.
- Masukkan 2,5 cc ke IV line, kemudian
masukkan Vincristine yang telah diencerkan
dengan NaCl 0,9% sampai 10 cc dengan spuit
10 cc.
199
Hematologi
(Ditarik sedikit darahnya, lalu bila masih masuk
darah (+)), tusuk lagi.

Alat
- Wing needle no.25
- Spuit 5 cc
- Spuit 10 cc
- NaCl 0,9%

CISPLATIN
100 mg/m2
Vial 10 mg (20 cc) – 25 mg (50 cc) – 50 mg
(100 cc)

Cara
1. Lakukan hidrasi dengan larutan 2A 250 cc
selama 6-8 jam, 30 gtt/i mikro.
2. Kemudian di tangan yang lain diberikan
Cisplatin sesuai dosis dalam 5 ml/kg/24 jam 
Lar. B.
(Larutan B : 35 ml mannitol 20% + 50 cc NaCl
0,9%) dalam 24 jam.
3. Di tangan yang lain diteruskan pemberian
larutan 2A 250-500 cc/24 jam
 10-20 gtt/i mikro.

Alat
- NaCl 0,9%
- Cairan D5% : NaCl 0,9% (2A)
- Mannitol 20%
- Cisplatin : spuit 10 cc, 5 cc

200
Hematologi

Sebelum memasukkan obat periksa leukosit.


 Kemudian lihat tabel dosis obat sesuai jumlah
leukosit di dinding hemato.

Semua pasien baru dengan KU : Anemia atau


dengan benjolan.
 Buat slide darah tepi (min.2-3 buah).

Catt.
Leucovorin (As. Folat)
 MTX resque  setelah pemberian MTX dosis  5-
15 mg/dose/6 jam selama 3-4 hari.

DOXORUBICIN
= Donorubicin, Doxorubin
10 mg, 50 mg
IV (drips) dalam NaCl 0,9% 200 cc

Cara
- Masukkan doxorubicin ke dalam 200 cc NaCl
0,9% & ditetes cepat 4-6 jam.
- Selama pemberian dipantau frekuensi jantung.
Hal itu karena Doxorubicin : Cardiotoxic.
 Bisa tjd bradikardi  bila hal itu tjd
dihentikan sementara.

SIKLOFOSFAMID
IV drips dalam NaCl 0,9% 250 cc

Cara
- Sebelumnya beri dulu uromitexan (mesna)
dengan dosis 20% dari dosis siklofosfamid
untuk mencegah efek toksik obat terhadap
201
Hematologi
vesica urinaria, berikan 15’ sebelum sitostatika
dan selanjutnya tiap 4 jam sampai 24 jam
setelah sitostatika.
- Masukkan siklofosfamid dalam 250 cc NaCl
0,9% dan ditetes (dosis habis dalam 3-4 jam).
Dosis IV : 250-1800 mg/m2/hari (1-4 hari)
Oral : 100-300 mg/m2 21-28 hari

METHOTREXATE
Kemasan : 50 mg/2cc (IT), 50 mg/5cc (IV)
High dose : 1000 mg/m2
MTX 1/10 (10 %) dosis dlm NaCl 0.9% 100cc
habis dlm 1/2-1 jam, sisanya (90%) masukkan
dlm NaCl 0.9% 500 cc habis dlm 12 jam.
Setiap pemberian MTX dosis tinggi melalui IV
 diberi folic acid.

R/ Erbantol 10-15 mg/m2/X


(Sehari 4 dosis = 4 x 15 mg)  10 x pemberian

LEUNASE
Kemasan 10.000 u/vial, larutkan dalam 5 cc
aquabidest atau NaCl 0,9%.
Dosis: 6000 U/m2.
Masukkan NaCl 0.9% 5cc kedlm flacon leunase
 ambil untuk skin test (lihat protokol),
kemudian ambil leunase sesuai kebutuhan +
250 cc NaCl 0.9% habis dlm 6 jam  40
gtt/mnt.

202
Hematologi

CYTARABIN
Kemasan : 100 mg/1cc, dosis: 15 mg/m2/hr
atau 100 mg 5 ml.
NaCl 0.9% 250 cc + cytarabin sesuai dosis
habis dalam 4-6jam.
Atau cytarabin sesuai dosis dlm spuit 1cc
(100U), suntikkan SC 30-45° dipaha.

INTRATECHAL
MTX 50 mg/2 ml, cytarabin / alexan / citosin
arabinose 1 mg/1 ml, dexamethason 5 mg/1 ml

Cara :
Masukkan tiap obat dlm spuit 1 cc (100U), spuitnya
yang dapat dibuka naldnya, masukkan secara
intratechal seperti LP, posisi meringkuk lutut ke
dada, cari L4-L5 sejajar SIAS masukkan needle
spinal no 23, keluarkan LCS +20 tetes, masukkan
obatnya ke nald.

DESFERAL
Kemasan : 500 mg/vial
Dosis : 50 mg/kgBB  3 hari berturut-turut
Larutkan desferal dalam 5 cc aquabidest
Dosis yang diinginkan  masukkan dalam 250
cc NaCl, habis dalam 4-6 jam : 40 gtt/mnt,
kecepatan 15 mg/jam.

KOATE
Kemasan : 230 U - 330 U
Dosis : sesuai kebutuhan; 20-25 mg/kgBB
203
Hematologi
Bilas dengan NaCl 0,9% 10-20cc  koate 
bilas lagi.

KEMASAN
Siklofosfamid (Neosar) 200 mg vial
Uromitexan (Mesna) 80 mg ampul
MTX 2 cc = 10 mg vial
5 cc = 50 mg vial
VCR (Vincristin) 1 cc = 1 mg
Leunase 10.000 IU (Asp) dilarutkan dalam 5 cc
 masukkan dalam 250 cc NaCl
Dexamethasone Inj 1 cc = 4 mg ampul
1 cc = 5 mg ampul
Tablet Dexamethasone 0,5 mg
Prednisone 5 mg
Alexan vial = 100 mg (Ara-c)
Doxorubicin (Doxorubimin) vial 10 mg (5 cc)
5 mg (2,5 cc)
Setiap pemberian siklofosfamid beri Mesna.
Intratekal = MTX + Dexamethasone + Alexan
Dactinomycin = Adriamycin = Lyorec
Curacil (5-Fluorouracyl) 5 ml = 250 mg vial
10 ml = 500 mg vial

204
Hematologi

BEWARE CHEMOTX

1. METOTREXATE
Kejang, HR meningkat, ANC harus tinggi, Hb
harus > 10 g/dl.

2. CPA, CISPLATIN, LEUNASE


UOP, albuminuria, reaksi alergi, jika ada
kelainan urine stop.

3. DOXORUBICIN
HR meningkat jika > 140 stop, atau bradikardi,
KI : kelainan jantung terutama tachicardi, EKG
sebelum masuk doxo, selanjutnya setelah
kumulatif dose 550mg.

4. CYTARABIN
Reaksi kulit.

5. VCR
Kulit hitam seperti terbakar, hati2 VCR jangan
sampai masuk IT bisa mati mendadak.

205
Hematologi

MODIFICATION OF OTHER DRUG DOSE FOR


RENAL DYSFUNCTION

DRUG GFR >50 10-50 <10


(ml/min (ml/min (ml/min
/1,732) /1,732) /1,732)
ADRIAMYCIN 100% 100% 100%
BLEOMYCIN 100% 75 % 50 %
CYSPLATIN 100% 5% TUNDA
CYCLOPHOS- 100% 100% 50 %
FAMIDE
CYTARABIN 100% 100% 100%
5 – F URACYL 100% 100% 100%
MELPHALAN 100% 100% TUNDA
NITROSOUREAS 100% 100% 100%
VINBLASTIN 100% 100% 100%
VINCRISTIN 100% 100% 100%

Sumber: SUPPORT CARE OF CHILDREN WITH


CANCER. Arthur RA the john hopkins university
press 1993

206
Hematologi

APPROXIMATION OF
SURFACE AREA (m2)
to WEIGHT (Kg)
Kg m2
1-5 m2 = (0,05 x kg) + 0,5
6 – 10 m2 = (0,04 x kg) + 0,1
11 – 20 m2 = (0,03 x kg) + 0,2
21 – 40 m2 = (0,02 x kg) + 0,4

207
Hematologi

SINDROMA TUMOR LISIS


Terdiri dari triad metabolik yaitu :
o Hyperuricemia
o Hyperkalemia
o Hyperphosphatemia

Tumor lisis terjadi sebelum pemberian terapi


atau 1 sampai 5 hari setelah dimulai pemberian
terapi sitostatik spesifik untuk tumor-tumor
yang memiliki fraksi pertumbuhan  dan juga
pada penderita yang sensitif terhadap
kemoterapi.

Cohen dkk menjelaskan faktor-faktor yang


menjadi predisposisi kelainan metabolik yang
berat :
o Bulky abdominal tumors
o Elevated pretreatment serum uric acid
o Lactic dehydrogenase concentration
o Poor urine output

Sindroma ini jarang terjadi pada acute myeloid


leukemia (AML) atau pada non lymphomatous
solid tumors; merupakan komplikasi dari
chronic myeloid leukemia.

Penatalaksanaan :
 Hydration :
5% Glucose 0,25 NS, 2-4 x maintenance
 Alkalinization :
NaHCO3 50-100 mEq/l
208
Hematologi

 Allopurinol :
10 mg/kg/hari atau 300 mg/m2/hari

Monitor Metabollites
Na+, K+, Cl-, CO2, Ca++, PO4, Uric Acid

Uric Acid < 7 K+ > 6 mEq/L


Urine Specific Gravity < 1,010 Uric acid > 10 mg/dl
Urine pH 7 – 7,5 Creatinine > 10x N
Phosphat > 10 mg/dl
Symptomatic
Chemotherapy hypocalcemia

Discontinue NaHCO3 Dialysis Chemotherapy

209
Hematologi

HYPERLEUCOCYTOSIS
Hyperleucocytosis bila hitung leukosit darah
tepi melebihi 100.000/ml.
(Nelson : > 50.000/ml  standard bagian).

Etiologi :
o Terjadi pada 9-13% anak dengan ALL
o 5-22% pada anak dengan AML
o Hampir selalu terjadi pada semua anak
dengan Chronic Myelogenous Leukemia
dalam fase kronik

Dapat menyebabkan kematian ok:


o CNS Haemorrhage atau trombosis
o Pulmonary leukostasis
o Kelainan metabolik yang menyertai tumor
lisis

Resiko kematian  jika hitung leukosit >


300.000/ml.

Gejala klinis :
Banyak anak tidak memperlihatkan tanda &
gejala yang khas, tetapi beberapa
menunjukkan gejala :
- Hypoxia & asidosis dengan dyspnea
- Blurred vision
- Agitation
- Confusion
- Delirium
- Stupor
210
Hematologi

Pemeriksaan Fisik :
Cyanosis, papil edema, distensi arteri/vena
retina, ataxia.

Terapi :
 Hidrasi, alkalinisasi dan allopurinol harus
segera diberikan.
 Terapi antileukemia spesifik harus diberikan
segera setelah komplikasi yang mengancam
terkoreksi.
 Jika platelet count < 20.000/L  dapat
diberikan transfusi platelet (tidak memperberat
/menambah viscositas darah).
Hb : harus dinaikkan > 10 g/dl.

211
Hematologi

TRANSFUSI DARAH
PADA KEGANASAN
Jumlah PRC yg diberi
Hb (g/dl)
dalam 3-4 jam
7 – 10 10 ml/kg

5–7 5 ml/kg

< 5, 3 ml/kg
tanpa payah jantung

< 5, 3 ml/kg
dgn kemungkinan DC

< 5, Transfusi tukar


dgn payah jantung
*Dosis yg sama dapat diberikan lagi dgn interval 6-
12 jam.

Indikasi Transfusi PRC


 Anemi + Gejala : Letih, lesu, irritabel, aktivitas
, oksigenasi 
 Sedang dalam kemoterapi yg agresif &
diperkirakan mengalami aplasi sumsum tulang
 Sedang radioterapi & diperkirakan mengalami
aplasia sumsum tulang

212
Hematologi

Indikasi Transfusi Trombosit


 Perdarahan atau tanpa perdarahan dgn jumlah
trombosit < 20.000/mm3.
 Jumlah trombosit 20.000 – 100.000/mm3, akan
menjalani prosedur bedah seperti : LP, operasi
sederhana.

P’drhn
Jumlah P’drhan
Kebiruan Ptekie Intra-
Trombosit mukosa
kranial
>100.000 0 0 0 0

50.000 – + + 0 0
100.000

20.000 – + + + 0
50.000

5.000 – +++ +++ ++ Jarang


20.000
Lbh
< 5.000 ++++ ++++ +++ sering

Gangguan Faktor Pembekuan


 DIC : Atasi primernya, transfusi komponen
bekuan.
 Penyakit hati : Atasi primernya, beri kompl.
protrombosit.
 Defisiensi vitamin K
 Penggunaan L-asparaginase : Atasi suportif dan
dihentikan sementara obatnya.

213
Hematologi

TROMBOSITOSIS
Bila trombosit > 400.000/mm3.
Terapi :
 Anti Platelet Agent
(Mencegah agregasi)
I. Asam asetil salisilat 80-160 mg, per
oral 1x/hari.
II. Dipyridamol : 3-6 mg/kg/hari, per oral
dibagi 3 dosis.

 Obat Penurun Trombosit


I. Hydroxy urea : 20-30 mg/kg per oral
1 x/hari sampai trombosit 300.000-
600.000/mm3.

Trombositosis Trombositosis
Esensial Reaktif
Umur < 20 tahun > 20 tahun
Lama > 2 tahun Bbrp hari-minggu
Asal Gang.stem sel Reaksi thd
hypoxemia
Platelet loss
Microvascular Sering Jarang
sinkron
Trombosis Sering Jarang
Bleeding Sering Jarang
Splenomegali Sering Jarang

Pada anak dijumpai tidak sengaja :


- Infeksi akut - Rheumatoid arthritis
- TBC - Thalassemia
214
Hematologi

Trombosit :
1
 /3 trombosit di sirkulasi
2
 /3 disimpan di spleen

Relatif Trombositosis
Pada post splenomegali, ok itu trombosit tidak
dapat disimpan di spleen.

Reaktif Trombositosis
Ok trombosit muda terlalu banyak, misal: pada
keganasan, infeksi, autoimun.

215
Hematologi

Pasien yang mendapat chemotherapy :


 Beri cotrimoxazole untuk mencegah
pneumonitis caranii 3 hari dalam 1 minggu,
dosis : 6-8 mg/kgBB/hari.

Pasien keganasan analgetiknya :


Codein 1 mg/kgBB/x

ANC (Absolute Neutrofil Count)


ANC = Neutrofil batang + Neutrofil Segmen x Leukosit
100

Bila ANC < 500  kontraindikasi chemotherapy

Pada pasien keganasan  beri Antibiotika


generasi III.

Prednisone : 1-2 mg/kgBB/hari


 Biasanya diberi 1 minggu sebelum
chemotherapy  cek responnya  bila keluhan
  prognosa biasanya bagus.
 Biasanya untuk ALL
Catt. AML (-)

216
Hematologi

THALASSEMIA
1. Mayor : Homozygot
2. Minor : Heterozygot

Thalassemia  : / = 2-3,5


Thalassemia  : / = 0,5
Normal Ratio /L = 0,9 – 1,1

Klinis :
 Pucat, ikterus (bisa tidak jelas)
 Hepatosplenomegali, kardiomegali
 Facies cooley (facies rodent)
 Gangguan pertumbuhan (TB & BB)

Rö :
 Hair standing on end appearance
 Osteoporosis pada tulang panjang
 Rib within a rib
 Multiple cyst pada tulang panjang

Laboratorium :
 Anemia hipokrom mikrositik
 Retikulosit 

Gambaran eritrosit :
Target sel, poikilositosis, fragmentosis, anisositosis

BMP :
Reaktiv sistem eritropoetik 
Jenis normoblas & basofil

217
Hematologi

Hb Elektroforese :
Untuk menentukan kadar HbF, HbA2 & mengetahui
adanya Hb patologis seperti : HbE, HbS, HbH, dll.
Normal HbF < 2%; HbA2 < 3%
HbA2 : Kriteria diagnosa penting untuk terapi minor

Terapi
 Transfusi PRC
 Antibiotika untuk atasi infeksi
 Splenektomi bila pemberian transfusi terlalu
dekat (umur eritrosit <<)
 Iron Chelating Agent (Disferal)
0,5-1 g, IM, perinfus selama 24 jam
 Monitor tiap 6 jam  Ferritin serum 1000 /ml

218
Hematologi

DEMAM NEUTROPENIA
Adalah: Demam dengan suhu aksila 380C yang
menetap > 2 jam atau suhu > 390C pada 1
x pengukuran dengan neutrofil < 1000/uL.

Resiko Tinggi :
Keadaan neutropenia > 7 hari disertai keadaan :
Usia < 6 tahun
Riwayat Sepsis/bakteremia
Infeksi pada aksis vena sentral
Non compliance
Keadaan medis yang memerlukan perawatan di RS
Syok/syok yang terkompensasi
Keadaan metabolic tak stabil
Perubahan keadaan mental
Perdarahan
Dehidrasi
Pneumonitis
Mukositis
Frekuensi pernafasan meningkat
Abses perirektal/jariongan lun ak
Diare
Muntah
Iritabel
Kegagalan organ tubuh
Cancer-Associated Comorbidities
Tumor yang progresif
Leukemia yang baru terdiagnosis
Relaps leukemia

219
Hematologi

Treatment-associated comorbidities
Neutropenia > 7 hari
1-12 bulan setelah transplantasi
sumsum tulang

Secara umum, pasien dikatakan mengalami


perburukan secara klinis bila didapatkan minimal 2
faktor komorbiditas di atas.

Resiko Rendah :
(The Infectious Disease Society/IPSA 2002)
 Hitung neutrofil absolute > 100/mm3
 Hitung monosit absolute > 100 sel/mm3
 Foto toraks normal
 RFT dan LFT normal
 Lamanya neutropenia > 7 hari
 Perbaikan keadaan neutropenia diharapkan <
10 hari
 Tidak terdapat infeksi pada akses vena
 Terdapat tanda – tandarecovery sumsum
tulang
 Penyakit keganasan dalam keadaan remisi
 Demam dengan suhu tertinggi < 390C
 Tidak terdapat kelainan neurologis/mental
 Keadaan umum baik
 Tidak terdapat nyeri abdomen
 Tidak yerdapat komplikasi/komorbiditas

220
Hematologi
Antibiotik Kombinasi
Ceftazidine + Amikasin
Keuntungan : Sinergisme, Broad spectrum
termasuk Pseudomonas.
Kerugian : Biaya mahal, pe,mberian yang
multipel, aktivitas yang sub
optimal terhadap Streptococci,
Methicillin resisten staphyllococcus
dan bakteri anaerob, Resiko
terjadinya infeksi enterococcal.

Ceftriaxone + Amikasin
Keuntungan : Sinergisme, dosis tunggal, dapat
diberi pada pasien rawat jalan,
efek yang relatif baik terhadap
Streptococcus dan bakteri
anaerob.
Kerugian : Ceftriaxon mempunyai aktivitas
yang lemah terhadap
Pseudomonas sp. Aktivitas
kombinasi ini terhadap Methicillin-
resistan Staphylococcus lemah.
Resiko terjadinya infeksi
enterococcal

Piperacillin-Tazobactam + Amikasin
Keuntungan : Sinergisme, bersifat broad
spectrum, mempunyai aktifitas
yang baik terhadap Streptococcus,
enterococci, dan anaerob.
Kerugian : Mahal, pemberian 4 x sehari
Aktivitas kombinasi terhadap
methicillin-resistan
Staphylococcus lemah
221
Hematologi

DURASI PENGOBATAN AB

Afebril pada Demam persisten


hari ke-3 - 5

Afebril pada
hari ke-3 - 5

ANC ≥ 500 u/L ANC < 500


selama 2 hari /uL pada
berturut-turut hari ke-7

Stop AB Resiko tinggi


48 jam ANC < 100,
setelah mukositis, KU
afebril + ANC tidak stabil
≥ 500/uL
Resiko rendah
+ KU baik

222
Hematologi

Demam persisten

ANC ≥ 500/uL ANC < 500/uL

Stop AB
4-5 hari
setelah Diteruskan
ANC sampai 2
> 500/uL minggu

Re evaluasi Re evaluasi

Stop bila
tidak
ditemukan
penyakit lain
dan KU stabil

Sumber : PKB ” Penanganan Demam pada


Anak Secara Profesional” 2005
223
Hematologi

Mentzer Index
MCV x 100%
RBC

 > 16% = Iron Deficiency Anemia

Defisiensi Besi
6 mg/kgBB/hari  Elemental iron

 Kenaikan respon Hb

Jika (+) teruskan 3 bulan lagi
Don’t forget utk memeriksa : Feritin &
Transferin Reseptor

Hyperleukositosis
 Aliran darah lambat  O2 jaringan 
 Iskemia
Berikan cairan yang Na+ rendah  untuk
mencegah hipernatremi
Dapat terjadi hiperkalemi krn: limfoblast pecah
mengeluarkan Kalium & Ca++  gagal ginjal
Hyperleukositosis  Leukostasis

Sel-sel leukosit dapat menyebar kemana saja
Ke jantung, paru & otak
Sel DNA  pecah, purin & pirimidin  as. urat
pH urine periksa/6 jam  usahakan 7
Begitu tegak ALL : Kortikosteroid
AML : Cytarabine inj

224
Hematologi

Larutan A
(125 ml D5% + 125 mlNaCl 0,9%)
 Selama 6 jam

Larutan B
(NaCl 0,9 % 500cc + 45 ml manitol 20 %)
 Habis dalam 24 jam
 Diberikan bersamaan dengan cisplatin ataupun
Siklofosfamid

Ditranex/Transamin
10 mg/kgBB/x (beri/8jam)

Asam Folat utk MTX dosis 


10 – 15 mg/m²
 Diberi 12 jam setelah MTX habis
 Beri/6 jam, minimal 10 bungkus

Ondansetron (vomceran)
0,1 – 0,2 mg/kgBB/x

Dormicum
0,1 mg/kgBB
 Larutkan 1: 2 dgan aquadest

MTX Dosis Tinggi


 500 mg/m² minggu/iv
Cara : 50 mg/m² diberikan perinfus tetesan cepat
dalam 25 – 50 ml NaCl 0,9 %. Sisanya
diberikan dlm 250 – 500 ml NaCl 0,9 %
infus selama 2 jam

225
Hematologi

L-ASP 6000 U/m²/iv (Leunase)


 3x seminggu
Setiap 10.000 U dilarutkan dgn 5 cc
aquabidest, lalu dimasukkan ke dalam 250 cc
NaCl 0,9 %, diberikan iv tetes slm 4 jam.
Sebelum dilakukan uji kulit (0,1 cc NaCl + 1
– 10 U L-ASP intracutan):
Bila (+) dicoba diberikan dengan pengenceran
lebih banyak, bila taimbul alergi, STOP.

Cytarabine
 75 mg/m²/iv
Ambil cytarabine sesuai dosis, kemudian
larutkan dalam 250 cc NaCl 0,9 %
habiskan dlm 3 – 4 jam

Rumus Hill:

Rumus HILL :
PCO2 = (1,54 x HCO3) + 8,36 + 1,11

Contoh: BB : 7 kg
pH : 6,858
PCO2 : 10,8
PO2 : 69,2
HCO3 (Bicnat) : 1,9
Total CO2 : 2,3
BE : -29,5
O2 sat : 97,1

Hill : 10,8 = (1,54x1,9) + 8,36 + 1,11


10,8 = 10,166 – 12,386
 Asidosis Metabolik Murni
226
Hematologi

 Dapat dikoreksi dengan bicnat


(karena nilai PCO2 ada dlm range)
10,166 – 12,386
Bila < 10,166 : proses cerebral  masuk ICU
tanpa koreksi.
Bila > 12,386 : proses respiratorik  cukup
O2 aja.

Acquired Prothrombin Complex Defficiency


(APCD)
Treatment:
 Vitamin K1 (phytonadione) 1-5 mg for 1-3 days,
IV
 3 mg in Dextrose 5% 10 cc → finished in 30
minutes
 Give anticonvulsant
 Give antibiotic
 O2

227
Hematologi

KOAGULASI
Terdiri dari 3 fase :
I. Tromboplastin
(dibentuk oleh interaksi faktor koagulasi,
phospholipid dan faktor jaringan)
II. Protombin (faktor II) - - - - Trombin (II d)
III. Fibrinogen - - - - - Fibrin

TT :
 Untuk evaluasi fase III
 Plasma + II a - - - - - menggumpal
 Normal: 15-20 detik
 Memanjang pada:
o Hypofibrinogemia
o Dysfibrinogemia
o Penambahan fibrin polimerisasi
(heparin)

PTT:
 Evaluasi fase II koagulasi
 Plasma + tromboplastin eksogen & kalsium
- - - - - bekuan
 Normal : 11,5 - 14 detik
 Fase III intake , PTT memanjang - - - - -
defisiensi faktor II, V, VII, X

228
Hematologi

APTT:
 Fase I koagulasi
 N: 25-40 detik
 Untuk menilai adekuatnya faktor XII, XI,
IX, VIII
 Bila fase II & III Intake, APTT memanjang
(terdapat hambatan pada jalur intrinsik)

229
TATALAKSANA TROMBOSITOPENIA NEONATAL
Platelet Non-bleeding neonate Bleeding neonate NAITP (proven or
count suspected)
(x109/l)
<30 Consider transfusion in all Transfuse Transfuse (with
patients HPA compatible
platelets)
30-49 Do not transfuse if clinically Transfuse Transfuse (with
stable HPA compatible
Consider transfusion if : platelets if any
 <1000 g and < 1 week of bleeding)
age
 Clinically unstable (e.g.
fluctuating blood pressure
or perfusion)
 Previous major bleeding
(e.g. grade 3-4 IVH or
pulmonary haemorrhage)

230
 Current minor bleeding
(e.g. petechiae, puncture
site oozing or blood
stained ET secretions)
 Consurrent coagulopathy
 Requires surgery or
exchange transfusion

50-99 Do not transfuse Transfuse Transfuse (with


HPA compatible
platelets if major
bleeding present)
>99 Do not transfuse Do not transfuse Do not transfuse

NAITP, Neonatal alloimmune thrombocytopenia; HPA, human platelet antigen; IVH,


intraventricular haemorrhage; ET, endotracheal

Sumber : Arch Dis Child Fetal Neonatal 2003, vol. 88 : F 359-64

231
NILAI NORMAL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

ANALISA NILAI NORMAL


JUMLAH ERITROSIT Juta sel / mm3
(RBC) (µl)
Darah tali pusat 3,9 – 5,5
1-3 hari 4,0 – 6,6
1 minggu 3,9 – 6,3
2 minggu 3,6 – 6,2
1 bulan 3,0 – 5,4
2 bulan 2,7 – 4,9
3-6 bulan 3,1 – 4,5
0,5-2 tahun 3,7 – 5,3
2-6 tahun 3,9 – 5,3
6-12 tahun 4,0 – 5,2
12-18 tahun ♂ 4,5 – 5,3
♀ 4,1 – 5,1

232
HEMATOKRIT (Ht) % dari packed red cells
1 hari 48 – 69 %
2 hari 48 – 75 %
3 hari 44 – 72 %
2 bulan 28 – 42 %
6-12 tahun 35 – 45 %
12-18 tahun ♂ 37 – 49 %
♀ 36 – 46 %
HEMOGLOBIN (Hb) g / dL
1-3 hari 14,5 – 22,5
2 bulan 9,0 – 14,0
6-12 tahun 11,5 – 15,5
12-18 tahun ♂ 13,0 – 16,0
♀ 12,0 – 16,0
INDEKS ERITROSIT pg / sel
 MCH Lahir 31 – 37
1-3 hari 31 – 37
1minggu-1 bulan 28 – 40
2 bulan 26 – 34
3-6 bulan 25 – 35
233
0,5- 2 tahun 23 – 31
2-6 tahun 24 – 30
6-12 tahun 25 – 33
12-18 tahun 25 – 35

 MCHC g Hb / dL RBC
Lahir 30 – 36
1-3 hari 29 – 37
1-2 minggu 28 – 38
1-2 bulan 29 – 37
3bulan-2 tahun 30 – 36
2-18 tahun 31 – 37
 MCV µm3
1-3 hari 95 – 121
0,5-2 tahun 70 – 86
6-12 tahun 77 – 95
12-18 tahun ♂ 78 – 98
♀ 78 – 102

234
JUMLAH %
RETIKULOSIT
1 hari 0,4 – 6,0
7 hari <0,1 – 1,3
1-4 minggu <1,0 – 1,2
5-6 minggu <0,1 – 2,4
7-8 minggu 0,1 – 2,9
9-10 minggu <0,1 – 2,6
11-12 minggu 0,1 – 1,3
Dewasa 0,5 – 1,5
FERITIN ng / mL
Baru lahir 25 – 200
1 bulan 200 – 600
2 - 5 bulan 50 – 200
6 bulan-15 tahun 7 – 140
TIBC 22 – 184 µg/dL
TRANSFERIN 95 – 385 µg/dL

Dikutip dari: Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17.

235
Dosis pemberian terapi pengganti konsentrat faktor
pembekuan pasien Hemofilia
Tipe perdarahan Faktor VIII Faktor IX
Hematoma 15-20 IU/kgBB; kompres es; 10-15 IU/kgBB kompres es;
perban elastik perban elastik
Hemarthrosis 20 IU/kgBB + Prednison 2 20-25 IU/kgBB + Prednison 2
mg/kgBB/hari (<60 mg/hari) mg/kgBB/hari (<60 mg/hari)
selama 5-7 hari selama 5-7 hari
Membran mukosa
- Mulut - 40 IU/kgBB 1x, EACA 50 - 30 IU/kgBB 1x, EACA 50
mg/kgBB per 6 jam selama 7 mg/kgBB per 6 jam selama
hari 7 hari
- Gigi - jika diekstraksi beri 40 - jika diekstraksi beri 30
IU/kgBB 1x IU/kgBB 1x
- Epistaksis - area lokal + 40 IU/kgBB 1x, - area lokal + 30 IU/kgBB 1x,
EACA 50 mg/kgBB per 6 jam EACA 50 mg/kgBB per 6 jam
selama 3 hari selama 3 hari
- Gastrointestinal - 50 IU/kgBB/hari selama 3 hari - 40 IU/kgBB/hari selama 3
Hari
236
Tipe Perdarahan Faktor VIII Faktor IX
Hematuria Prednison 2 mg/kgBB/hari Prednison 2 mg/kgBB/hari
(< 60 mg/hari) selama 3 (< 60 mg/hari) selama 3 hari;
hari; istirahat; kebutuhan istirahat; kebutuhan cairan
cairan perhari tingkatkan + perhari tingkatkan + 40
20 IU/kgB IU/kgB

Daerah berbahaya
- Sistem syaraf pusat - 50 IU/kgBB per 12 jam - 100 IU/kgBB per 12 jam hari
hari I, kemudian 25 I, kemudian 30 IU/kgBB per
IU/kgBB per 12 jam 12 jam selama 6 hari
selama 6 hari (minimum) (minimum)
- Retrofaringeal - 50 IU/kgBB, kemudian 25 - 60 IU/kgBB 1 x
IU/kgBB per 12 jam
selama 6 hari
- Retroperitoneal - 50 IU/kgBB, kemudian 25 - 60 IU/kgBB 1 x
IU/kgBB per 12 jam
selama 14 hari

237
Perinatologi

ANTIBIOTIKA
PROFILAKSIS UNTUK
NEONATUS
Diberikan jika terdapat minimal 3 dari faktor
predisposisi :
1. BBLR at preterm
2. Ibu demam selama atau dalam waktu 2 minggu
proses melahirkan
3. Ketuban bau & keruh (meconium stained)
4. PROM (> 24 jam)
5. VT > 3x selama proses melahirkan
6. Partus lama & partus sukar dengan alat-alat
7. Asfiksia & resusitasi kulit
8. Tanda patologis (+) pada tali pusat atau
dijumpai banyak polimorp

Bepanthen krim (dekspanthenol)


 untuk ruam popok

Baeroban krim (mupirocin)


 untuk infantile eksim

Iberet syr 1 mg
Paraco drops 1 ml = 100 mg

238
Perinatologi

PEMBERIAN MINUM BAYI


BARU LAHIR
BB Frek I II III
<1250 24x 2-3 3-5 5-6

1250- 12x 6-10 9-15 12,5-20


1999

2000- 8x 15-20 20-30 30-40


2499

>2500 7x 20-30 30-40 40-50


IV V VI
<1250 6-8 8-9 9-11

1250- 15-25 18-30 20-35


1999

2000- 40-50 45-60 50-65


2499

>2500 50-60 60-70 70-80

Ket. Bayi yg kecil sekali (< 2500 g) puasa


KU = baik (> 2500 g) puasa 6 jam

239
Perinatologi
Hari I : Susu diencerkan + Glucosa 5%
Frek. > 12x
Sondage lambung diganti 2x sehari

 Isap isi lambung :


Bila cairan hijau-kuning amat keruh  buang
Bila putih/susu  kembalikan

240
Perinatologi
HIPERBILIRUBINEMIA
Ikterus
Suatu manifestasi klinis berupa timbulnya warna
kuning pada kulit selaput lender akibat dari menya
kadar bilirubin darah pada minggu I kehidupan.

Penyebab hiperbilirubinemia berdasarkan


waktu timbulnya ikterus :
24 Jam I
a. Peny. hemolisa darah (Rh incompatibilitas,
ABO incompatibilitas)
b. Infeksi kandungan toxoplasmosis, rubella,
sifilis, CMV
c. Defisiensi enzim eritrosit (G6PD, piruvat
kinase, heksokinase)
d. Pemberian obat-obatan pada ibu seperti :
salisilat, vit.K, sulfisoksazole
e.  thalasemia

24 - 72 Jam
Biasanya fisiologik, tetapi dapat juga
dicetuskan oleh :
a. Immatur
b. Asfiksia, asidosis, dehidrasi, hipotermi,
hipoglikemi
c. Pemberian obat : Vit.K, salisilat, sulfa
d. Perdarahan tertutup : sefalhematom,
perdarahan subaponeurosis
e. Polisitemia

241
Perinatologi
> 72 Jam
a. Sepsis
b. Hep. neonatus
c. Atresia biliaris
d. Ggn metabolik galaktosemia
e. Breast milk jaundice
f. Hipotiroid
g. Stenosis pylorus

Ikterus Fisiologik
A. Timbul pada hari ke 2-3 setelah lahir
B. Kadar bilirubin indirek < 10 mg/dl pd BCB atau
< 12,5 mg/dl pada BKB
C. Kecepatan pe kadar bilirubin < 5 mg/dl
D. Kadar bilirubin direk < 1 mg/dl
E. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan
keadaan patologik

Ikterus Patologis
 Terjadi 24 jam I
 Konsentrasi bilirubin serum > 12 mg/dl (BCB)
dan 15 mg/dl (BKB)
 Pe konsentrasi bilirubin >5mg/dl setiap 24jam
 Ikterus yang disertai dengan proses hemolisis
(inkompatibilitas darah, def.enzim G6PD,sepsis)
 Ikterus yang disertai dgn keadaan sbb :
a. BBL < 2000 g
b. Masa gestasi < 36 minggu
c. Asfiksia, hipoksia, sindroma gangguan nafas
d. Trauma lahir kepala
e. Infeksi
f. Hipoglikemi, hiperkarbia
g. Hipoosmolalitas darah

242
Perinatologi
Daerah Ikterik
 Dada
 Perut atas pusat
 Peruta bawah pusat

Kadar Bilirubin Rata-Rata


191,6 Umol/ltr 11,08 mg/dl
248,7 Umol/ltr 14,38 mg/dl
290,0 Umol/ltr 16,82 mg/dl

Kadar bilirubin > 20 mg/dl  melewati BB


Dx :Pemeriksaan kadar bilirubin
ABO & Rhesus
Coomb’s test
Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan defisiensi enzim

Pengendalian Kadar Bilirubin


1. Mempercepat proses konjugasi dengan :
Fenobarbital 6-8 mg/kgBB/hari selama 5-7 hari
atau kadar bilirubin < 7,5 mg/dl.

2. Memberi substrat yang kurang untuk


transformasi atau konjugasi dengan :
- Albumin (untuk mengikat bilirubin yg bebas)
- Plasma : 10 cc/kgBB  jika albumin tdk ada
- Glucosa : Infus glucose (10-15% Dextrose)

3. Terapi Sinar. Indikasi :


- Kean bilirubin cepat 0,4-0,5 mg/jam atau
bilirubin serum > 10 mg/dl
- Menunggu persiapan transfusi tukar tetapi
keadaan tidak mengizinkan
- Bayi dgn hemolisis setelah transfusi tukar
243
Perinatologi
masih terjadi ke bilirubin
- Ikterus pada hari I yang disertai proses hemo
lisis

4. Indikasi Transfusi Tukar :


a. Pada Hiperbilirubinemia dgn Hemolisis
- Anemia/Hb tali pusat < 14 g/dl, pe bilirubin
> 0,5 mg/dl per jam
- Titer Ab “maternal anti D” 1: 64
- Kapasitas pengikatan albumin rendah
- Bilirubin > 10 mg/dl pd 24 jam I kehidupan
atau > 15 mg/dl pada 48 jam & blm pernah
mendapat transfusi tukar atau bilirubin tali
pusat > 5 mg/dl

b. Hiperbilirubinemia tanpa Hemolisis


- Kapasitas pengikatan albumin rendah dgn
index saturasi > 7
- Perbandingan total bilirubin dgn total protein
> 3,7
- Serum bilirubin > 18 mg/dl pada BCB dan
> 15 mg/dl pada BKB

Lampu untuk Foto oksidasi


6 jam th/ sinar selang-seling slm 48-96 jam
6 jam istirahat Pemeriksaan bilirubin/8jam,
min.1x/24 jam

Cek suhu tubuh, hidrasi, lamanya terapi, perubahan


posisi, tutup bagian yang sensitif (mata).

Terapi sinar dihentikan bila total bilirubin < 7,5


mg/dl.

244
Perinatologi
Cara :
Dijajarkan lampu 8-10 buah, 20 watt berjarak 500
m dari bayi.

Lama dan Cara Pemberian Foto Oksidasi


< 2000 g  dimulai pd usia 24 jam + 12 jam
dihentikan setelah 96 jam
2000-2499 g  bilirubin > 10 mg/dl
dihentikan setelah < 5 mg/dl
> 2500 g  bilirubin > 13 mg/dl
Dihentikan setelah < 8 mg/dl

CUKUP BULAN
Transfusi
Tukar
P’timbangan Foto bila Transfusi
Jam
Foto Terapi Terapi Gagal Tukar
Foto
Terapi
<24 Perlu pemeriksaan lanjutan kemungkinan
jam hemolisis
24-
48 ≥10mg/dl ≥15 ≥20 ≥25
jam
48-
72 ≥13 ≥18 ≥25 ≥30
jam
73-
96 ≥15 ≥22 ≥25 ≥30
jam
>96
≥17 ≥22 ≥25 ≥30
jam

245
Perinatologi
BBLR
BB Foto Terapi Transfusi Tukar
<1500gr 5-8mg/dl 13-16
1500-1999 8-12 16-18
2000-2499 11-14 18-20

IKTERUS NEONATORUM
24- 48-
Billirubin BBL <24 >72
48 72
(mg%) (g) jam jam
jam jam
<5 Semua Pemberian Makanan Dini
<9 Semua TS Fenobarbital + Kalori
bila cukup
hem
< 14 <2500 TT* Terapi Sinar
bila Bila Billirubin > 12
<2500 hem mg %
< 19 <2500 Transfusi Pikirkan TT
>2500 tukar* Terapi Sinar^
> 20 Semua Transfusi Tukar*

* sebelum dan sesudah  beri terapi sinar (TS)


^ bila tidak berhasil  transfusi tukar (TT)

246
Perinatologi
LANGKAH-LANGKAH
RESUSITASI BBLR
A. Letakkan di meja resusitasi dengan kepala lebih
rendah dan diekstensikan ringan, keringkan
kulit bayi, selimuti dan hangatkan di bawah
panas radian, segera bersihkan jalan nafas,
rangsang dengan taktil secara lembut.

B. Bersama tindakan A  nilai APGAR SCORE

C. AS 7-10
Menangis kuat, kulit merah jambu (RR, N, FJ >
100 x/i). Nilai pada 1 menit, menit 1 & 5 
tidak butuh tindakan khusus (rawat biasa).

D. AS 4-6
FJ < 100 x/i, pernafasan lemah dan irreguler.
 balon resusitasi dengan masker
Frek. 40-50 x/i, O2 100%, frek.15-20 cmH20

Nilai dlm 30-60 detik

Perbaikan No respon (FJ < 100 x/i)


Nafas lemah & irregular

Penanganan seperti Penanganan AS 0-3


AS 7-10
(rawat biasa)

247
Perinatologi
E. AS 0-3 (FJ < 100 x/I, pernafasan (-))

Ventilasi balon resusitasi dgn O2 100%, frek.


30-40 cmH20 dgn frek. 3-5 x, kemudian
kurangi menjadi tekanan 15-20 cmH20, dgn
frekuensi 30-60 x/I dan segera pasang ETT.

Nilai dalam 30 – 60 detik

Bila belum ada perbaikan (FJ < 80x/i)

Adrenalin (1:1000) 0,1-0,3 cc/kgBB IV


Bolus  ulangi setiap 2 menit

Bila tidak ada respon (adrenalin bisa diberikan


5-10 x dengan dosis standard)

Tidak ada kemajuan dalam 5’

Tindakan
1. Plasma vol ekspander (Albumin 5%, RL 10-
20 cc/kg  berikan NS)
Lebih 5-10 menit & dapat diulang k/p
2. BicNat 0,4% 1-2 mEq/kg
(1 ml = 1 mEq)
Lama pemberian 2 menit IV bolus
3. Adrenalin diteruskan

NB. Pemberian BicNat ulangan harus


berdasarkan AGDA.

248
Perinatologi
F. Pada bayi dengan depresi berat jika tidak ada
sirkulasi yang terjadi selama 10’ atau respirasi
(-) setelah 20’  Pertimbangkan hentikan
resusitasi.

G. Komplikasi asfiksia :
 Respiratory failure
 CV failure
 Temperature instability
 Metabolism dearrangement
o Asidosis
o Ca2+, Mg2+, Na+, K+
 Cerebral edema/infark/haemorrhage
 Convulsion
 SIADH
 Haematological dearrangement
 Renal failure
 GIT komplikasi

H. Naloxon (Narcan) diperlukan untuk merubah


depresi nafas akibat efek obat bius, narkotik
pada ibu yang mengalami operatif. Pada bayi
yang depresi karena narkotik, biasanya nilai AS
1  N tiap 5’ & 10’  me karena tidak
adekuat respirasi.
Dosis Naloxon 0,1 mg/kgBB IV, ETT, IM & SC
 k/p dapat diulangi tiap 5 menit

I. Bila terdapat hipoglikemia (< 40 mg/dl) segera


koreksi dengan D10%  2,5 cc/kg, IV bolus
selama lebih 2-3’ kemudian diikuti 6-8
mg/kg/menit perdrips.
KGD cek tiap 30’ sampai normal.

249
Perinatologi
ALGORITMA RESUSITASI BBL
Keringkan dan Panaskan

Bersihkan Jalan Napas

Normal NILAI APGAR
 
Rawat Abnormal

Beri Stimulasi O2

DJ >100 DJ <100
Kulit merah Apnoe 30”
Napas adekuat

Ventilasi Bag to Mask

Gagal

DJ >100 Intubasi DJ <100


 
Teruskan Bantuan Napas Resusitasi

Gagal Perbaikan
 
V. Umbilikalis Teruskan
bantuan napas

Cairan : Kristaloid, kolloid, glukosa


Obat : Adrenalin, ca gluconat, atropin,
Na bikarbonat

250
Perinatologi
ASFIKSIA
Bila setelah masase jantung bayi tetap tidak
ada response maka diberi obat-obatan :
 Adrenalin (lar 1 : 10.000).
Dosis : 0,1-0,3 ml/kgBB diteteskan di
bawah lidah, melalui ETT atau IV
 D5% - 10% untuk meningkatkan volume
darah
 Bicnat 2 ml/kg. Dilarutkan dengan 10%
Dextrosa perbandingan 1:1 melalui vena
umbilikalis dalam waktu 5 menit
 Naloxone. Pada bayi yang lahir tanpa
napas dengan dosis 0,01 /mg secara IM/I

Dosis
Dosis I Cara
OBAT Rumatan
(mg/kg) beri
(mg/kg)
Aminophylline 5-6 1,1-3,0 /8 IV
jam
Teophylline 4-5 2,0 / 12 jam PO
1,0 /8 jam
Caffane 20 2,5-5,0 /24 PO /
Citrate jam IV
Doxapram 5,5 1-2,5 /jam IV

251
Perinatologi
PENATALAKSANAAN APNOE
PADA NEONATUS
Apnoe :
Berhentinya pernafasan dalam > 20 detik, yang
diikuti dengan cyanosis & bradikardi.

Periodic Apnoe :
Berhentinya pernafasan > 20 detik tanpa diikuti
cyanosis & bradikardi.

Penanganan
1. O2 4L/i
2. Periksa suhu, gula darah
3. Periksa HR, RR, tipe nafas
4. Lakukan stimulasi berkala
5. Obat : Teofilin
 Kadar dalam darah max 20 µg/ml
 4 mg teofilin  5 mg aminofilin
 Stop setelah 1 minggu bebas apnoe
Cara beri teofilin :
Dosis initial 4 mg/kgBB

252
Perinatologi
OBAT-OBAT RESUSITASI
1. ATROPIN
Ampul 0,25 mg/1 cc
Indikasi : Asistole, bradikardi, AV blok,
vagal reflex
Cara lain : 0,02 mg/kg, min : 0,1 mg,
dapat diulang/5’ sampai max
1,0 mg per IV atau EET

2. ADRENALIN
1 amp : 1 mg/cc. larutan 1:1000
Indikasi : Hipotensi, low cardiac output
Cara beri: 0.01 mg/kg (0.1 cc/kg lar
1:10.000) ditarik 1 strip
laritan lalu tambahkan hingga
1 cc aquadest dan diberi 3
strip (bila BB 3kg) dapat
diulang 15’,diberi per IV/EET
per drips 0,1-1 g/kg/menit.

3. BICNAT
Meylon 8,4%, amp.plastic 1 cc = 1 mEq
Indikasi : Metabolic asidosis
Cara beri: 1 mEq/kg/10 menit atau
BE x kg x 0,6

4. CALCIUM
Ca gluconas 10% (9 mg Ca/cc)
Indikasi : Hipokalsemi

253
Perinatologi
Cara beri: 10 mg Ca/kg (1cc/kg) IV
pelan jangan bercampur
bicnat.

5. DOPAMIN
1 amp = 50 mg/5 cc = 200 mg/5cc
Indikasi : Hipotensi
Cara beri : 5-10 g/kg/menit
Max.20 g/kg/menit per drip
dalam larutan D5%.

6. ISOPROTERENOL
0,2 mg/cc
Indikasi : Bradikardi, AV Block
Cara beri: 0,1-1 g/kg/menit drip IV

7. LIDOCAINE
HCl 1% (10 mg/cc)
Indikasi : Takikardia, Fibrilasi ventrikel
Cara beri: 1 mg/kg bolus per IV
Per drip: 20-50 g/kg/menit
dalam D5%.

8. DEXTROSE 40%
0,4 g/cc
1 g/kg (2,5 cc/kg) IV melalui vena besar.

9. NA-NITROPRUSSID
50 mg/vial
1-4 g/kg/menit drip IV (D5%).

254
Perinatologi
DOSIS OBAT-OBATAN
BRONCHODILATOR
Aminophylin
1 amp = 240 mg = 10 cc
Loading dose :
5 mg/kgBB  diencerkan sampai 10 cc
Bolus dalam 30 menit
12 jam kemudian : 5-7 mg/kg/6 jam bolus IV
pelan-pelan. Bolus IV
dilanjutkan dengan 0,9-1,4
mg/kg/jam.
Blood level : 10-20 mg/ml.

Maintenance :
2,5 mg/kgBB/12 jam.

CARDIAC DRUG
Digoxin
15 mcg/kg … 6 jam – 5 mcg –
12 jam – 5 mcg IV
Blood level : 0,4 – 2 g/ml

ANTI ARITMIA
Lidocaine : 1-2 mg/kg/dosis IV
Verapamil : 0,05-0,1 mg/kg/dosis IV

DIURETIK
Aldactone : 2-3,5 mg/kg/hari oral (3-4 dosis)
Lasix : 1 mg/kg/dosis oral IM, IV
Max. 5 mg/kg/dosis

255
Perinatologi
ANALGESIC
Morphine : 0,1-0,2 mg/kg/dosis IM, IV
t½ = 2-4 jam
Pethidine : 0,5-1,0 mg/kg/dosis IM, IV
t½ = 2-4 jam

SEDATIVES
Chloral : 50 mg/kg (< 1 g)
Hydrate 6 mg/kg/6 jam oral
Haloperidol : 0,5 mg … 0,025 mg/kg/12 jam
Oral, IV
Penthotal : 2-5 mg/kg … 1,2 mg/kg/jam IV

256
Perinatologi
CIRI KEMATIAN
BATANG OTAK
Refleks batang otak (-)
 Pupil dilatasi max / respon cahaya / kornea
(-)
 Refleks oculocephalic / oculovestibuli
 Refleks muntah, refleks batuk (-)

Gerakan nafas spontan (-)


EEG  gambarang flat/isoelektris

VENTILATOR
Bourns – minimum flow rate 2-3 L/kg/menit
Servo - tidal volume kira-kira 15 cc/kg
Ventilator rate :
 Neonatus 20/menit
 6 bulan 25/menit
 1-5 tahun 20/menit
 >5 tahun 16/menit

FiO2 max 0,5


PEEP bertahap 2 cm air

257
Perinatologi
KRITERIA SPESIFIK
GAGAL ORGAN
(KRITERIA WILKINSON)
CARDIOVASCULAR
MAP < 40 mmHg (infants < 12 months)
MAP < 50 mmHg (children > 12 months)
HR < 50 bpm (infants < 12 months)
HR < 40 bpm (children > 12 months)
Cardiac arrest
Continuous vasoactive drug infusion for
haemodinamic support.

RESPIRATORY
RR > 90/min (infants < 12 months)
RR > 70/min (children > 12 months)
PaO2 < 40 torr (in absence of cyanotic heart
disease)
PaCO2 > 65 torr
Mechanical ventilation (> 24 hr if post operative)
Tracheal intubation for airway obstruction or
Acute respiratory failure

NEUROLOGIC
Gcs < 5
Fixed dilated pupils
Persistent (> 20 min) ICP > 20 torr or
Requiring therapeutic intervention

258
Perinatologi
RENAL
BUN > 100 mg/dl
Serum creatinin > 2 mg/dl
Dialisis

HEMATOLOGIC
Hb < 5 g/dl
WBC < 3000 cells/mm3
Platelets < 20.000/mm3
DIC (PT > 20 detik atau aPTT > 60 detik in
presence of FDP (+) )

GIT
Blood transfusions > 20 cc/kg dalam 24 jam cause
of GI haemorrhage

HEPATIC
 Total bilirubin > 5 mg/dl dan SGOT atau LDH
more than twice normal value (without
evidence of hemolysis)
 Hepatic encephalopathy > grade II

259
Perinatologi
PEMANTAUAN
SISTEM ORGAN
PULMONARY
AGDA & pH
Pulmonary function test
Chest x-ray
Changein ventilatory requirements

CARDIOVASCULAR
Vital sign & capillary refill
Haemodynamic measurements
- Cardiac index
- Periods & afterload
ECG
Cardiac enzymes
Echocardiography

NEUROLOGIC
Complete examination
EEG
ICP monitoring

OTHER GIT
Amylase
Enteric Feeding Tolerance

260
Perinatologi
HEMATOLOGIC
Hb & Ht
WBC dengan difftell
Jumlah trombosit
PT & PTT
Fibrinogen & FDP

RENAL
Urine output
BUN & Creatinine
Fractional Excretion of Sodium
Free Water Clearance
Drug Levels

METABOLIK
Acid base status
Serum glucose
Lactate & Pyruvate levels
Serum & urine amino acids
Blood ketone ratio
Oxygen consumption
CO2 production

HEPATIC
Transaminase
PT & PTT
Drug levels

261
Perinatologi
FEED & FLUID VOLUMES
FOR BABY
15, - 1,749 kg
Diberikan setiap 3 jam.
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
Feed Volume every
12 18 22 26 30 33 35
3 hours (ml/feed)

1,25 – 1,491 kg
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
Feed Volume every
10 15 18 21 26 28 30
3 hours (ml/feed)

<1,25 kg
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
IV fluid rate (ml/
hour) or microdrips/ 4 4 3 3 2 2 0
mnt
Feed Volume every
0 0 3 5 8 11 15
2 hours (ml/feed)

1,75 – 2,5 kg
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
Ml/kgBB feed
60 80 100 120 140 150 160
and/or fluid

262
Perinatologi
SICK BABIES
K 1,25 kg
 sama dengan bayi sehat < 1,25 kg.

1,25 – 1,49 kg
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
IV fluid rate (ml/
hour) or microdrips/ 3 3 3 2 2 0 0
mnt
Feed Volume every
0 6 9 16 20 28 30
3 hours (ml/feed)

<1,5 – 1,749 kg
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
IV fluid rate (ml/
hour) or microdrips/ 4 4 3 2 2 0 0
mnt
Feed Volume every
0 6 13 20 24 33 35
3 hours (ml/feed)

1,75 – 2,5 kg
Day of Life
1 2 3 4 5 6 7
IV fluid rate (ml/
hour) or microdrips/ 5 4 3 2 0 0 0
mnt
Feed Volume every
0 6 14 22 30 35 38
3 hours (ml/feed)

263
Perinatologi
HIPOGLIKEMIA PADA
NEONATUS
 KGD < 25mg/dl (1,1mmol/l) atau tanda2 (+)
 bolus D10% 2 cc/kgBB selanjutnya GIR, cek
KGD 1 jam kemudian  jika KGD tetap ulangi
bolus dengan dosis yang sama  jika 25-45
mg/dl GIR tetap cek KGD/3jam sampai > 45
mg/dl  jika sudah normal cek KGD/12jam
(2x).

 KGD 25-45mg/dl (1,1-2,6mmol/l), tanpa tanda2


 ASI/PASI, cek KGD/3jam atau sebelum
minum berikutnya  jika KGD < 25 mg/dl
tatalaksana hypoglikemia, jika 25-45 mg/dl
tingkatkan frekuensi dan volume minum, jika
kgd > 45mg/dl cek KGD/12jam(2x).

 Jika KGD > 45 mg/dl cek KGD/12jam (2x).

 Jika KGD > 45 mg/dl cek KGD/12jam (2x) 


cek/24 jam sampai masa kritis 3 hari.

 GIR= (tts/mnt mikro)


Keb.cairan /24 j (tts) x kons.dextrose
6xBB
 GIR : 6-8mg/kg/menit dapat dinaikkan 10-15
mg/kg/mnt

264
Perinatologi
KAPUT SUKSEDANEUM
 Terkumpulnya cairan serosanguinus di jaringan
subkutan di atas periosteum.
 Pembengkakan jaringan lunak superfisial.
 Tersering daerah vertex.
 Hilang dlm hitungan hari.
 Diffuse.
 Edematous swelling.
 Presenting during vertex delivery.
 Extend across midline and across suture lines
 Disappears within the first few days of life/first
week of life.
 Discoloration.
 Distortion of the face (rare).
 Molding of the head n overriding parietal bone.
 Rarely become shock.
 No spesific treatment, kompres bethadine.
 If extensive ecchymosis  early phototherapy
for hiperbilirubinemia.

SEFALHEMATOM
 Terkumpulnya darah di daerah subperiosteal
akibat robeknya vena di paerah tersebut.
 Pada sungsang atau forceps.
 Bengkak di oksipital atau parietal tidak
menyeberangi sutura.
 Dapat mengalami pengapuran dan penonjolan
tulang.
 Dpt anemia. Hipotensi. Hiperbilirubinemia.
 Subperiosteal hemorrhage.
 Always limited to the surface of 1 cranial bone.
 No discoloration.

265
Perinatologi
 Not visible until several hour after birth, since
subperiosteal bleeding is a slow process.
 Underlying skull fracture, usually linear and not
depressed.
 Most resorbed within 2 weeks - 3months,
depending on their size.
 Transfusion n phototherapy is rare.

PERDARAHAN SUBGALEAL
 Terjadi di antara aponeurosis galea dan
periosteum  perdarahan massif  syok
hemoragik (pucat, takipneu, takikardi).
 Daerah ini dibatasi tepi orbita di sebelah
anterior,oksiput di daerah posterior) dan telinga
di sebelah lateral.
 Pd ekstraksi vakum dan forseps, makrosomia,
prematur, partus preslpitatus.
 Massa kenyal fluktuasi menyebrangi sutura.
 4 jam setelah persalinan, progresif dlm 12-72
jam.
 Pantau Hb, Ht, bilirubin, hemostasis dan
koagulasi.
 Suportif, transfusi, kauterisasi vena.

266
Perinatologi

DIAGNOSTIC CRITERIA
FOR SEPSIS
Clinical Variables
Temperature instability
Heart rate > SD above normal for age (≥ 180
beats / min, ≤ 100 beats / min)
Respiratory rate (> 60 breaths / min) plus
grunting / recession or desaturations
Lethargy / altered mental status
Glucose intolerance (plasma glucose > 10
mmol / L)
Feed intolerance

Hemodynamic Variables
BP 2 SD below normal for age
Systolic pressure < 50 mmHg (newborn day 1)
Systolic pressure < 65 mmHg (infants ≤ 1
months)

Normative Blood Pressure Values in Newborn


by Oscillometric Methods

Systolic ± Diastolic ± MAP ±


Age
SD SD SD
< 6 days 65 ± 8 41 ± 6 50 ± 7
4 or 6 92 ± 8 59 ± 7 72 ± 9
weeks
Park MK, Menard SW. Accuracy of blood pressure
measurements by Dinamap Monitor in infants and
children. Pediatrics 1987; 79: 907-914.
267
Perinatologi

BP Levels (2SD) in Very Low-Birth Weight


Infants (< 1500 g ) While Awake

Pressure 3 4
Day 1 Day 4
(mmHg) weeks weeks
Systolic 68 (31) 78 (37) 76 (32) 78 (34)
Diastolic 44 (29) 53 (32) 48 (32) 49 (31)
Mean 58 (32) 65 (32) 60 (32) 65 (34)
arterial
Tan KL. Blood Pressure in very low birth weight
infants in the first 70 days of life. J Pediatri 1988 ;
112 : 266 – 270.

Tissue Perfusion Variables


Capillary refill > 3 secs
Plasma Lactate > 3 mmol / L

Inflammatory Variables
Leukocytosis (WBC count > 34.000)
Leukopenia (WBC count < 5.000 )
Immature neuthropils > 10 %
IT > 0,2
Trombocytopenia < 100.000
CRP > 10 mg / dL
Procalcitonin > 8,1 mg / dL
IL-6 or IL-8 > 70 pg/mL
16 S PCR : positive

268
Perinatologi
CONTINUUM OF INFECTION
IN THE NEWBORN

Fetal inflammatory manifested by two or more of


the following :
• Tachypnoe ( Resp rate > 60 bpm ) plus either
grunting / retraction or desaturation
• Temperature instability ( < 360C or > 37,9 0C )
• Capillary refill time > 3 seconds
• WBC count : ( < 4000 x 109 / L or > 34.000 x
109 )  FIRS
• CRP : > 10 mg / dL
• IL-6 or IL-8 : > 70 pg / mL
• 16 sRNA Gene PCR positive
One or more FIRS criteria SEPSIS
along with signs and
symptoms of infection.
See table 2 below)

Sepsis associated with SEVERE


hypotension or single SEPSIS
organ dysfunction

Severe sepsis with SEPTIC


hypotension requiring SHOCK
fluid resuscitation and
inotropic support

Presences of multiorgan MULTIORGAN


failure despite full DYSFUNCTION
supportive treatment SYNDROM

DEATH
269
Perinatologi

EVALUASI RESPIRATORY DISTRESS DENGAN


MENGGUNAKAN SKOR DOWN

0 1 2
Frekuensi < 60 / 60 – 80 / > 80 /
nafas menit menit menit
Retraksi - Retraksi Retraksi
ringan berat
Sianosis - Sianosis Sianosis
hilang menetap
dengan O2 walaupun
diberi O2
Air entry Udara Penurunan Tidak ada
masuk ringan udara
udara masuk
masuk
Merintih Tidak Dapat Dapat
merintih didengar didengar
udara tanpa alat
masuk bantu

EVALUASI GAWAT NAFAS DENGAN


MENGGUNAKAN SKOR DOWN

Skor < 4 Tidak ada gawat nafas


Skor 4 – 7 Gawat nafas
Skor > 7 Ancaman gagal nafas
(pemeriksaan gas darah harus
dilakukan)

270
Perinatologi

CARA PEMASANGAN KVS


1. Pemasangan kvs dilakukan oleh 2 orang dokter,
satu orang dokter sebagai asisten
2. Pemasangan kvs harus dengan teknik yang
steril
3. Dokter harus memakai topi, masker, baju steril
dan sarung tangan yang steril
4. Daerah tempat masuk kvs dilakukan asepsis
antiseptik dengan iodine povidon secara
melingkar dan dibiarkan selama 2 menit
5. Daerah tempat masuk kvs ditutup dengan kain
duk steril yang bolong
6. Dilakukan pemasangan kvs
7. Setelah selesai pemasangan kvs, tempatkan
kasa steril dibawah kvs kemudian tutup dengan
kasa steril diatas kvs
8. Ujung kateter yang lebih, dibuat melingkar dan
ditutup dengan plaster transparan
9. Hubungkan Extension Tubing pada kvs

271
Perinatologi

SOP PENGGANTIAN TUBING


(EXTENSION TUBING)
DAN CAIRAN INFUS
1. Penggantian Extension Tubing ( ET ) dilakukan
oleh 2 orang perawat
2. Penggantian ET dan cairan infuse harus dengan
tehnik yang steril
3. Kedua perawat harus memakai sarung tangan
steril, masker
4. Bahan dan alat yang akan diganti diletakan
pada tempat yang steril dan sudah disiapkan
terlebih dahulu
5. ET dan spuit yang berisi cairan harus diganti
setiap hari dengan yang baru
6. Sebelum mengganti ET dan cairan infus,
usapkan larutan iodine povidone pada ujung ET
sebanyak 3x dan dibiarkan 2 menit
7. Tukar Extension tubing atau cairan infus
dengan yang baru

272
Perinatologi

SOP SISTEM PEMBERIAN OBAT


1. Persiapan pemberian sistem pemberian obat
dilakukan dengan tehnik yang steril
2. Bahan dan alat :
- Spuit syringe 20cc, 3cc, Threeway (2)
Extension Tubing (3)
- Sarung tangan steril, masker
- Tempat bahan dan alat yang steril
(trolley)
- Cairan Nacl 0,9 %
3. Pemberian obat dilakukan oleh 2 orang perawat
dengan memakai sarung tangan steril dan
masker
4. Cara → lihat gambar

273
Perinatologi

GUIDELINES FOR
STARTING VOLUMES
INTERVALS, AND INCREMENTS FOR FEEDING
RELATIVELY STABLE INFANTS

Initial
Vol 
BW feed Interval Freq
(max)
(gram) Vol ( hrs ) (hrs)
(mL)
(mL)
< 750 0.5 – 1 1–2 0.5 – 1 ≥ 24
750 – 1 2 2 12 –
1000 24
1000 - 1–2 2 2 ≥ 24
1500
1500 – 2–3 2–3 2–3 ≥12
2000
2000 – 4–5 3 3 ≥8
2500
> 2500 10 3-4 3-4 ≥6
Source : Cheesex P, Van Aerde JEE. Nutrition and
feeding, Residents handbook of neonatology, 1999.

274
APGAR SCORE
TANDA NILAI O NILAI 1 NILAI 2
Appearance Seluruh tubuh Badan merah, kaki Seluruh tubuh
(warna kulit) biru /pucat tangan biru kemerahan

Pulse (nadi) - < 100 > 100

Grimace (reflex) - Perubahan mimik Bersin/nangis

Activity - Ekstremitas sdkt flexi Gerakan aktif


Ekstremitas flexi

Respiratory effort - Lambat/nangis lemah Nangis lemah/kuat


(usaha nafas)

Nilai : 7 – 10  Vigorous Baby, sehat, tidak memerlukan resusitasi


4–6  Asfiksia sedang
HR > 100 x/menit, tonus otot, sianosis, reflex (-)
0–3  Asfiksia berat
HR < 100 x/menit
275
ANTIMICROBIALS IN NEONATES

MAXIMUM DOSAGE BLOOD LEVELS


(mg/kg/d) (mcg/ml)
ROUTE BODY < 7 days 8-30 days Peak Trough
WT(gr)
Amikacin IV,IM <2000 15(12H) 22.5(8H) 15-25 5-10
>2000 20(12H) 30(8H)
Ampicillin IV,IM <2000 100(12H) 150(8H)
>2000 150(8H) 200(6H)
Cefotaxime IV,IM 100(12H) 150(8H)
Ceftazidime IV,IM <2000 100(12H) 150(8H)
>2000 100(8H) 150(8H)
Clindamycin IV,IM,PO <2000 10(12H) 15(8H)
>2000 15(8H) 20(6H)
Erythromycin PO 20(12H) 30(8H)
Gentamycin IV,IM 5(12-18H) 7.5(8H) 5-10 <2
Nafcillin IV <2000 50(12H) 75(8H)
270
>2000 75(12H) 150(6H)
Oxacillin IV,IM <2000 100(12H) 150(8H)
>2000 50(8H) 200(6H)
Penicillin G IV <2000 100.000(12H) 150.000(6H)
>2000 150.000(8H) 200.000(8H)
Ticarcilin IV,IM <2000 150(12H) 225(8H)
>2000 225(8H) 300(6H)
Tobramycin IV,IM 5(12-18H) 7.5(8H) 5-10 <2
Vancomycin IV 20(12H) 30(8H) 20-40

271
KESEPAKATAN TATA LAKSANA CAIRAN, ELEKTROLIT, DAN
NUTRISI PADA NEONATUS
Tunjangan Nutrisi enteral pada bayi baru lahir:
<30 minggu 30-34 minggu 34-37 minggu
Rujuk ke RS level III Mulai dengan 20 cc/kgBB/hr, pd Mulai dengan 40-60
har I & II, tergantung situasi cc/kgBB/hr
klinisnya
Tunjangan nutrisi
Susu formula bayi premature, ASI parenteral tidak diperlukan
bila toleransi nutrisi enteral
Volume ditingkatkan 20 baik
cc/kgBB/hr bila tak ada
kontraindikasi

Sisa kebutuhan cairan dilengkapi


dengan pemberian cairan
parenteral, yang dihentikan bila
272
cairan enteral sudah mencapai 100
cc/kgBB/hr.
< 30 minggu 30-34 minggu 34-37 minggu
Hari Pertama: Hari Pertama: Hari Pertama:
Total cairan: Total cairan: Total cairan:
80 cc/kgBB/hari 60-80 cc/kgBB/hari 60 cc/kgBB/hari

Dextrosa 10 % Dextrosa 10 % Dextrosa 10 %

Calcium Glukonas 10 % Calcium Glukonas 10 % Calcium Glukonas 10 %


diindikasikan terutama diindikasikan terutama diindikasikan terutama
pada bayi asfixia, pada bayi asfixia, pada bayi asfixia,
premature dan ibu diabetes premature dan ibu diabetes premature dan ibu diabetes
melitus melitus melitus

Jenis cairan yang Jenis cairan yang Jenis cairan yang


dianjurkan: dekstrose 10 % dianjurkan: dekstrose 10 % dianjurkan: dekstrose 10 %
+ Ca glukonas 10 % + Ca glukonas 10 % + Ca glukonas 10 %
sebanyak 4 cc dalam 100 cc sebanyak 4 cc dalam 100 cc sebanyak 4 cc dalam 100 cc
273
cairan yang dibuat (pada cairan yang dibuat (pada cairan yang dibuat (pada
buret yang sama) buret yang sama) buret yang sama)

< 30 minggu 30-34 minggu 34-37 minggu


Hari Kedua: Hari Kedua: Hari Kedua:
Total cairan: Total cairan: Total cairan:
100 cc/kgBB/hari 80 cc/kgBB/hari 80 cc/kgBB/hari

Dextrosa 10 % Dextrosa 10 % Dextrosa 10 %

Calcium Glukonas 10 % Calcium Glukonas 10 % Calcium Glukonas 10 %

Asam Amino: Asam Amino: Asam Amino:


1 gram/kgBB/hari 1 gram/kgBB/hari 1 gram/kgBB/hari

Jenis cairan yang Jenis cairan yang Jenis cairan yang


dianjurkan: dekstrose 10 % dianjurkan: dekstrose 10 % dianjurkan: dekstrose 10 %
+ Ca glukonas 10 %, dalam + Ca glukonas 10 %, dalam + Ca glukonas 10 %, dalam
274
satu buret dan AA 1 satu buret dan AA 1 satu buret dan AA 1
gram/kgBB/hari diberikan gram/kgBB/hari diberikan gram/kgBB/hari diberikan
terpisah terpisah terpisah

Hari ketiga dan seterusnya:


Total cairan ditambah 20 cc/kgBB/hari sampai jumlah mencapai 150 cc/kgBB/hari

Dextrosa 10 %

Calcium glukonas 10 %, NaCl dan KCl

Jenis cairan yang dianjurkan: cairan 4:1 + Ca glukonas 10 % 4 cc + KCl 7,4 % 2 cc


dilarutkan dalam bureo yang sma sebanyak 100 cc cairan yang dibuat

Asam Amino 2 g/kgBB/hari ditingkatkan setiap hari sampai mencapai jumlah 2,4
g/kgBB/hari, diberikan dalam kemasan terpisah

Intralipid IV: 1 g/kgBB/hari ditingkatkan setiap hari sampai mencapai jumlah 2,6
g/kgBB/hr diberikan dalam kemasan terpisah
275
Bayi di perinatologi HAM:
-Cek kultur kalau mau masuk antibiotik

Ringkasan protokol tunjangan nutrisi parenteral, bila


kemampuan memungkinkan

Componen Dosis Awal Kenaikan Dosis Target yang Pemantauan


Jumlah harus dicapai
Sesuai kebutuhan Biasanya 20 150 cc/kg/hr BB, juml.urine
cc/kg/hr

Dextrose Sesuai kebutuhan <1kg-0,5 % 12,5 % bila perifer, “Chempstrips”,


>1kg= 1 % 20-25 % bila vena gula darah,
central, max 20 “urine
mg/kg/mnt dipstick”

276
Sodium Sesuai kebutuhan - Biasanya 3 Na
mEq/kg/hari

Potassium Sesuai kebutuhan - Biasanya 2 K


mEq/kg/hr

Componen Dosis awal Kenaikan Dosis target Pemantauan


Jumlah yang harus
dicapai
Calcium Sesuai kebutuhan - Biasanya 2-6 Ca, Fosfat
cc/kg/hr sebagai
Ca glconate 10 %

Phosphorus Sesuai kebutuhan - 25 % atau lebih Ca, Fosfat


dalam bentuk K-
fosfate untuk
mencapai
277
perbandingan
rasio Ca:P
= 1,5 -2,0:1
Magnesium 0,5 mEq/kg/hr - 0,5mEq/kg/hari Mg
Asam O,g gm/kg/hr 0,5 gm/kg 2,4 gm/kg/hari
Amino

Componen Dosis Awal Kenaikan Dosis Target yang Pemantauan


Jumlah harus dicapai
Heparin 1 unit/1 cc, - 1 unit/1 cc, -
dianjurkan 1 unti/5 dianjurkan 1 unti/5
cc bila terdapat cc bila terdapat
lipids dalam lipids dalam
keadaan keadaan
hiperbilirubinemia hiperbilirubinemia

278
Intralipid 0,5 gm/kg/hr 0,5 gm/kg 2,6 gm/kg/hr Trigliserida

Kemasan: Aminofusin 5 % 100cc


Metronidazole 500 mg per 250 cc

Ringkasan jadwal terbaik pemantauan laboratorium yang


terbaik bila bisa dilakukan, pada pemberian nutrisi parenteral

Pemeriksaan Jadwal terbaik Kriteria lain


Na Hari 1,2,3,7,10,15 kemudian Bila Na <130 atau >145
mingguan Bila isi cairan iv<2 atau >5 meq/kg/hr

K Hari 1,2,3,7,10,15 kemudian Bila K <3,0 atau >5


279
mingguan Bila isi cairan iv<1 atau >3 meq/kg/hr

Ca Hari 1,2,3,7,10,15 kemudian Bila Ca <8,0 atau >11,0


mingguan Bila isi cairan iv>4 cc/kg/hr

Phosphorus Hari 1,5 kmd tiap minggu Tiap hari kadar fosfat <3,5 Tiap dua
hari sekali bila kadar fosfat 3,5-3,4
atau kadar alkali fosfatase >400

Mg Hari 1,5 kmd tiap minggu Bila Mg <1,0 atau >3,0


Bila isi cairan iv>1 mEq/kg/hr

Ureum Hari 3,8 kmd tiap minggu Bila kadar urem>15


Pemeriksaan Jadwal terbaik Kriteria lain
Kreatinin Hari 3,8 kmd. tiap minggu Bila kadar kreatinin>1,0

Glucose Pantau dengan dekstrostik,


konfirmasikan dengan kadar gula
darah
280
Bilirubun Hari ke 1 kemudian 2 minggu Bilabilirubin total >3,0 atau bila kadar
total/direk, sekali bilirubin direk >1,2 dan tidak stabil
protein,
albumin,
SGOT/PT,
alkaline
phosphatase

Triglyserida Hari 1, sesudah dosis Bila triglyserida > 150


dinaikkan 1 gm/kg/hr,
kemudian dua minggu sekali
bila dosis sudah stabil

281
282
283
284
285
Daftar obat yang “compatible” dengan lipid iv bila diberikan melalui “three
way”:
1. Ampicillin
2. Cefazolin
3. Cefotaxime
4. Cefoxitin
5. Ceftazidime
6. Cefuroxime
7. Clindamycin
8. Digoxin
9. Dopamine
10. Erythromycin
11. Furocemide (Lasix)
12. Gentamicin
13. Isoproferenol
14. Lidocaine
15. Metoclopramide (Reglan)
16. Methylprednisolone (Solumedrol) (only if TPN contains <2g calcium gluconate)
17. Mezlocillin
286
18. Morphine
19. Norepinephrine
20. . Oxacilin
21. Penicillin G
22. Piperacillin
23. Ranitidine (Zantac)
24. Tobramycin

A. Daftar obat yang “compatibile” dengan cairan nutrisi parenteral


1. Daftar obat yang “incompatibile” dengan cairan nutrisi parenteral
1. Acyclovir
2. Amphotericin
3. Diazepam
4. Phenytoin
5. Bactrim
6. Metronidazole

287
2. Daftar obat yang “compatible” dengan cairan nutrisi parenteral sebagai
obat tambahan
1. Aminophylline
2. Ampicillin
3. Calcium gluconate
4. Cefazolin
5. Cefotaxime
6. Cefoxitin
7. Ceftazidime
8. Ceftriaxone (7% hilang dalam 48 jam pada suhu 20°)
9. Cefuroxime
10. Cimetidine
11. Clindamicin
12. Digoxin (compatible x 4 hrs by visual observation)
13. Dopamine (compatible x 4 hrs by visual observation)
14. Furosemide
15. Gentamicin
16. Heparin
17. Hydrocortisone
288
18. Insulin
19. Lidocaine (compatible x 4 hrs by visual observation)
20. Magnesium sulfat
21. Meperidine (Demerol)
22. Methylprednisolone (Solumedrol) (only if TPN contains <2gm calcium gluconate)
23. Metoclopramide (Reglan)
24. Mezlocillin
25. Morphine
26. Norepinephrine
27. Oxacillin
28. Penicillin G
29. Piperacillin
30. Rabitidine (Zantac)
31. Sodium bicarbonate (NaHCO3)
32. Ticarcillin
33. Tobramycin

289
3. Daftar obat yang “compatible” dengan cairan nutrisi parenteral tetapi
diberikan dengan “trhee way”
1. Chloramphenicol
2. Erythromycin
3. Isoproterenol (“compatible” tiap 4 jam tetapi harus dengan observasi ketat)
4. Vancomycin

4. Daftar obat yang tidak diketahui “compatible” dengan cairan nutrisi


parenteral, tetapi dianjurkan untuk tidak dicampur
1. Amrinone
2. Dexamethasone (Decadron)
3. Diphenhydramine (Benadryl)
4. Dobutamine
5. Febtanyl
6. Phenobarbital
7. Prochlorperazine (Compazine)
8. Promethazine (Phenergan)
9. Nitroprusside

290
B. Daftar obat yang “compatible” dengan lipid iv
1. Daftar obat yang “incompatible” dengan lipid IV
1. Phenytoin

2. Daftar obat yang “compatible” dengan lipid IV sebagai tambahan


1. Aminophylline
2. Calcium chloride
3. Chloramphenicol
4. Cimetidine
5. Diphenhydramine (Benadryl)
6. Heparin
7. Hydrocortisone
8. Sodium bicarbonate

291
Premedikasi untuk pemasangan pipa endotrakeal
Cara pengenceran
Konsentra Vol. Konsentrasi
Nama obat Vol.
si sediaan pengenceran yang tercipta Dosis
obat
(NaCl 0,9%)
Morfin 10mg/ml 0,1 ml 0,9 ml 1 mg/ml 0,1-0,2 0,1-0,2
mg/ml ml/kg
Atropin 250 mcg/ml 0,4 ml 0,6 ml 100 mcg/ml 20 0,2
mch/kg ml/kg
Midazolam 1 mg/ml - - 1 mg/ml 0,15-0,3 0,15-0,3
(Dormicum) mg/kg ml/kg

Ukuran pipa endotrakeal dan ukuran kedalamannya berdasarkan berat badan


(BB) dan usia gestasi
BB (g) Usia gestasi Diameter ETT Kedalaman dari
(minggu) (mm) bibir atas (cm)
<1000 <28 2,5 6,5-7
1000-2000 28-34 3,0 7-8
2000-3000 34-38 3,5 8-9
>3000 >38 3,5-4,5 >9
292
GUIDELINES FOR
RED BLOOD CELL TRANFUSION

Assisted ventilator CPAP Breathing spontaneously


----------------------------------------------------------------------------------------------------
< 28 days

FiO2 ≥ 0,3 FiO2 < 0,3 ≥ 28 days < 28 days FiO2 > 0,21 Well in air
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Hb < 12 g/dl Hb < 11 g/dl Hb < 10 g/dl Hb < 8 g/dl Hb < 7 g/dl

293
GUIDELINES FOR PLATELET TRANFUSIONS
Platelet count x 109/L Non bleeding neonate Bleeding neonate
< 30 consider transfusion Transfuse
30-49 do not transfuse if clinically Transfuse
stable
consider transfusions :
< 1000 and < 1 week of age
Clinically unstable
(eg.fluctuating BP)
Previous major bleeding
tendency (eg.IVH gr 3-4 )
Current minor bleeding
(eg.petechie)
Require surgery or exchange
transfusions
50-99 do not tranfuse Transfuse
> 99 do not transfuse do not transfuse

294
Murray NA, Roberts IAG. Neonatal transfusions practice.Arch.Dis.Child. Fetal neonatal
Ed.2004;89:101 107
Suhu Inkubator

35 C 34 C 33 C 32 C
1 - 10 hari 11 hari - 3 minggu 3 - 5 minggu >5 mgg
1 - 10 hari 11 hari - 4 minggu >4 mgg
1 - 2 hari 3 hari - 3 minggu >3 mgg
1 - 2 hari >2 hari

295
Nefrologi

EVALUASI FUNGSI GINJAL


GFR = k x Panjang Badan
Serum Creatinin
Angka K :
 Neonatus – 1 tahun : K = 0,45
 Anak – 13 tahun : K = 0,55
 13 – 21 tahun : K = ♂ = 0,7
♀ = 0,57
Nilai Normal :
Lahir : 20,8 + 1,9
1 minggu : 46,6 + 5,2
3 - 5 minggu : 60,1 + 4,6
6 – 9 minggu : 67,5 + 6,5
3 bulan : 73,8 + 7,2
6 – 12 bulan : 93,7 + 14,0
1 – 2 tahun : 99,1 + 18,7
2 – 5 tahun : 126,5 + 24,0
5 – 15 tahun : 116,7 + 20,2
Gagal ginjal dini
50-80% dari N
Insuf. Ginjal kronik
25-50% dr N <89 ml atau 50-30 ml/mnt/1,73m2
GGK: 25% dr N <30 ml; 30-10 ml/mnt/1,73m2
Impaired renal function
80-50 ml/mnt/1,73m2
End stage renal failure
<10 ml/mnt/1,73m2
Hiperfiltasi ginjal
296
Nefrologi
Bila GFR lebih dari nilai normal, ~inadequat f ginjal

HIPERTENSI SISTEMIK
Batasan Hipertensi (The Second Task Force)

ISTILAH BATASAN
TD Normal TD sistolik dan diastolic < 90
persentil menurut umur & jenis
kelamin
TD Normal - Rata-rata TD sistolik dan
Meninggi diastolik di antara 90 & 95
persentil menurut umur & jenis
kelamin
HIPERTENSI Rata-rata sistolik dan diastolik >
95 menurut umur & jenis
kelamin pada pengukuran 3 x
berturut-turut.

Jika tekanan darah yang terbaca normal untuk


umur tetapi anak lebih tinggi atau massa otot
berlebih untuk umur, maka anak ini dianggap
mempunyai nilai tekanan darah normal.

Hipertensi esensial / primer:


Tidak ditemukan penyebabnya
Pada remaja laki-laki
Biasanya ringan dan asimtomatik

297
Nefrologi

Kriteria derajat Hipertensi berdasarkan


kenaikan tekanan diastolik di atas tekanan
diastolik normal sesuai umur.

Umur (tahun)
Persentase
1 – 5 6 – 12
Derajat Kenaikan >
tahun tahun
Hipertensi batasan
TD TD
Normal
Diastolik Sistolik
Ringan 5 – 15 % 75 – 85 90 – 100
Sedang 15 – 30 % 85 – 95 100 –
110
Berat 30 – 50 % 95 – 112 110 –
120
Krisis > 50 % > 112 > 120

Pemeriksaaan Penunjang
Diagnosa tahap I
Bila anak prapubertas TD diastolik > 90 mmHg
& pada remaja > 100 mmHg
Pada anamnesis mencurigakan ke arah
Hipertensi sekunder
 Pemeriksaan tahap I untuk evaluasi diagnostik
ke arah penyebab Hipertensi Sekunder

Diagnosis untuk deteksi penyakit ginjal:


Urinalisis, biakan urin
Kimia darah ( kolesterol, albumin, globulin,
asam urat, ureum, kretinin )
Klirens kreatinin & ureum
Pyelografi intravena ( bila scanning ginjal &
USG tidak ada )

298
Nefrologi

Diagnosa untuk deteksi penyakit endokrin:


Elektrolit serum
Aktivitas renin plasma & aldesteron
Katekolamin plasma
Katekolamin urin & metabolitnya dalam urin
Aldosteron & metabolit steroid dalam urin
17-ketosteroid & 17-hidrokortikosteroid

Evaluasi akibat hipertensi terhadap ozrgan target :


EKG, Foto Rontgen dada & Echo.

Diagnosa tahap 2

Bila pada tahap I ada kelainan (disesuaikan dengan


kelainan yang didapat).
ASTO, C3
Sel LE,uji serologi untuk SLE
Miksio sisto uretrografi (MSU)
Biopsi Ginjal
CT-Scan Ginjal
Tc ggm DTPA atau DMSA scan
Arteriografi
Digital Subtraction Angiographi (DSA)
CT kelenjar atau abdomen
Scanning adrenal dengan I 131 mera-
iodobenzilguanin
Katekolamin vena cava
Analisis aldosteron & elektrolit urin
Uji depresi dengan deksa
Renin vena renalis

299
Nefrologi

Pengobatan :

Non Farmakologik
Hipertensi esensial dalam derajat ringan
(TD sistolik dan diastolik antara 90 dan 95
persentil). Th/:
 Kurangi garam
 Senam/olahraga
 Tidak merokok/alkohol

Farmakologik
 Pada anak dengan hipertensi 10 mmHg
diatas 95 persentil tekanan darah sistolik &
diastolik
 Pada hipertensi diastolik bermakna

300
Nefrologi

DOSIS OBAT ANTIHIPERTENSI ORAL


PADA ANAK

Dosis (oral / hari)


Klasifikasi /
Awal Ak h i r Dosis/
Nama Obat
(mg/kg) (mg/kg)
Diuretika
 Hidroklortiazid 1 4 12 jam
 Klortalidon 1 2 24 jam
 Spironolakton 1 3 12 jam
 Furosimide 2 6 6-8 jam
Penghambat Adrenergik
 Penghambat 
Propanolol 0,5 10 8 jam
 Penghambat 
Prazosin 0,05 0,4 8 jam
 Penghambat  
Labetalol 1-3 3 8 jam
Antiadrenergik sentral
 Klonidin 0,002 0,06 8 jam
 Metildopa 5 40 6-8 jam
Bekerja pada ujung
saraf simpatis
 Reserpin 0,02-0,07 2,5 24 jam
Vasodilator Langsung
 Hidralazin 1-2 8 8-12jam
 Minoksidil 0,1-0,2 1-2 12 jam
Calsium Channel
Blocker
 Nifedipine 0,25 1 6-8 jam
 Diltiazem 2 3,5 12 jam
ACE-Inhibitor
 Captopril 0,5 5 8 jam

301
Nefrologi
 Captopril neonatus 0,5 0,5
 Enapril 0,08-0,1 1 24 jam

Langkah-Langkah Pendekatan Pengobatan


Hipertensi

Diuretika, Penghambat
Langkah mulai dengan Atau adrenergic mulai
I dosis minimal dgn dosis min

Jika diperlukan dosis


Dapat dinaikkan sampai
Mencapai dosis max

Tekanan Darah Tidak turun

Tambahkan
atau ganti Tambahkan atau
Langkah dgn Atau ganti dengan
II penghambat diuretika(tiazid)
adrenergic

Lanjutkan sampai mencapai


Dosis maksimal

Tekanan Darah Tidak Turun

Tambahkan Rujuk pada


Langkah Atau
golongan spesialis anak
III
vasodilator konsultan
nefrologi 302
Nefrologi

OBAT-OBAT ANTI HIPERTENSI UNTUK


PENANGGULANGAN KRISIS HIPERTENSI

Cara Respo Lama


Efek
Obat Pembe Dosis n Resp
Samping
rian Awal on
Sodium Infus 50 mg/L Seger Sela Diawasi
Nitrofuside dalam larutan a ma terus
Dextrose 5% infus menerus
menit resiko
(5g/ml) keracunan
0,5 sampai 8 tiosianat
g/kg/mnt
atau 0,01-0,16
ml/ kg/mnt
Labetalol Infus 1-3 Seger Sela Bradikardi
mg/kg/jam a ma
infus
Diazoxid IV 2,5 mg/kg dlm 3-5 4-24 Nausea
cepat 30’, respon (-) menit jam hiperglikemi
(1-2 ulangi retensi
mnt) Natrium
Hidralazin IV; IM 0,1-0,2 mg/kg 10-30 2-6 Takikardi,
menit jam Flushing,
Sakit kepala
Klonidin IV; IM; 0,002 IV: 5 Bebe Ngantuk
infus mg/kg/x menit rapa Mulut kering
ulangi tiap 4-6 IM: jam Hipertensi
jam. Dosis bisa lebih rebound
ditingkatkan lama
sampai 3 x
lipat
Reserpin IM 0,007 mg/kg, 1,5-3 2-12 Hidung
max: 2,5 mg jam jam tersumbat
303
Nefrologi
Respon
awal lambat

Kombinasi lain obat-obat antihipertensi pada


Hipertensi Berat :
Diuretika + Captopril + Propanolol
Diuretika + Captopril + Metildopa
Diuretika + Captoprill + Nifedipin
Diuretika + Propanalol + Pratosin
Diuretika + Klonidin + Hidralazin
Nifedipin + Propanadol + Diuretika
Ditiliazem + Diuretika
Diuretika + Propanadol + Minoksidil

304
Nefrologi
PROTOKOL PENGOBATAN
HIPERTENSI KRISIS
Klonidipin drip
Dosis : 0,002 mg/kg/8 jam dalam 100 cc glucosa
5% (12 tetes mikro/i) + Lasix dosis 1-2 mg/kg/x IV
(2-3 x/hari).

TD diastolik TD diastolik
< 100 mmHg > 100 mmHg
 
- Klonidin di bertahap - Dosis klonidin dikan
- Captopril oral diberikan 6 tetes/30’
Dosis awal: 0,3 mg/kg/x (Dosis max 0,006 mg/kg
2-3 x/hari atau 36 gtt/i mikro)
(dosis max : 2 mg/kg/x) - Lasix tetap diberikan

TD diastolik TD diastolik
< 100 mmHg > 100 mmHg
 
- Klonidin di bertahap - Klonidin&Lasix diberikan
- Captopril oral diberikan - Captopril oral diberikan
dgn dosis awal : dgn dosis awal :
0,3 mg/kg/x, 2-3 x/hari 0,3 mg/kg/x, 2-3x/hari
(dosis max 2 mg/kg/x) (dosis max 2 mg/kg/x)

TD diastolik
< 100 mmHg

Klonidin di bertahap
Captopril oral diteruskan

305
Nefrologi

Classification of Hypertension by Age Group

Age Group Significant Severe


Hypertension Hypertension
(mmHg) (mmHg)
Newborn Systolic BP > 96 Systolic BP > 106
8 - 30 hari Diastolic BP > 104 Diastolic BP > 110

Infant Systolic BP > 112 Systolic BP > 118


< 2 years Diastolic BP > 74 Diastolic BP > 82

Anak Systolic BP > 116 Systolic BP > 124


3-5 tahun Diastolic BP > 76 Diastolic BP > 84

Anak Systolic BP > 122 Systolic BP > 130


6-9 tahun Diastolic BP > 78 Diastolic BP > 86

Anak Systolic BP > 126 Systolic BP > 134


10-12 tahun Diastolic BP > 82 Diastolic BP > 90

Adolescence Systolic BP > 136 Systolic BP > 144


13-15 tahun Diastolic BP > 86 Diastolic BP > 92

Adolescence Systolic BP > 142 Systolic BP > 150


16-18 tahun Diastolic BP > 92 Diastolic BP > 98

306
Nefrologi

Hipertensi Krisis : ≥ 180/120 mmHg


Dr. ORI :
1. Nifedipin SL 0.1-0.2mg.kgBB/x, ukur TD/30
menit  bila masih tinggi beri 1x lagi dosis
double  bila masih tinggi beri lagi dosis
trible dari dosis I tidak turun juga,
ditambahkan Captopril 0,3mg/kgBB 2-3x,
selang 12 jam  bila saat diberi nifedipin
sudah normal, ganti peroral per 8 jam, dosis
sama
2. Inj. Lasix 1 mg/kgBB/8 jam
3. Captopril 0,3-0,5 mg/kgBB/8-12 jam
4. Inj. Antibiotik ampicillin, ceftriaxon atau
ospen 30-50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
atau 10 mg/kgBB/x beri
5. Diet MB RG dengan protein 0,8 x BB

307
Nefrologi

ACUTE RENAL FAILURE


Jumlah cairan : 400 cc/m2 (pada yang HT,
CHF)  cari dulu BSA 400 cc = x cc
Bila tanpa Hipertensi, CHF  cairan
maintenance

Hiperkalemia akibat GGK :


 Ca-glukonas 10% D= 0,5 cc/kg bolus dlm
2-4 menit
 Sebelumnya beri Bicnat 2 meq/kg 5-10’
drip
 Pengganti Ca-glukonas : D 0,5 g.kg.
Bersama insulin 0,3 unit/gram glukosa
selama 2 jam

Acute Renal Failure :


 Anuria atau oliguria berat
 Gangguan cairan, asam basa dan
elektrolt
 Hipertensi
 Congesti sirkulasi
 Edema ±
Defenisi :
Klinis dimana fungsi ginjal mempertahankan
homeostasis air, elektrolit, sisa metabolisme
protein disertai oliguria/anuria/normal, dan
azotemia
Oliguria : UOP < 240ml/m2/hari
Patogenesis :

308
Nefrologi
Perfusi ginjal turun  filtrasi turun  urine
turun  gangguan keseimbangan air, elektrolit
dan sisa metabolisme protein.

Management :
Fase oliguria :
Th/ awal :
 Rehidrasi RL 20-30 ml/kgBB selama 1
jam, monitor VSdan UOP
 UOP > 12 ml/m2/menit  oliguria
Renal Failure karena renal
hipoperfusion
 UOP < 12 ml/m2/menit ada
kemungkinan dehidrasi atau sudar
terjadi renal failure. Beri furosemid 1-2
mg/kgBB/IV/2 jam, dosis dinaikkan 6
mg/kgBB, manitol 20%
0,5mg/kgBB/IV selama 2 jam 
diuresis atau tidak
 Dopamin neonate 0,5-2
mikrogram/kgBB/menit, child 1-
1,5mg/kgBB/menit  efek muncul 1-2
jam. Kelebihan : nausea, vomiting,
takikardia, aritmia, vasokonstriksi.
Th/ lanjutan :
Mencegah kelebihan cairan :
 Cairan/hari : 25 ml/100 kkal + UOP
atau HolidaySegar
 IWL + UOP
 Bila cairan tidak lebih, besok BB tidak
naik, masih ditolerir bila turun BB 1-
2%/hari

309
Nefrologi
 Pemberian kalori/nutrisi yang adekuat
 kebutuhan kalori minimal pada GGA
400 kkal/m2/h atau 20-25% dari
kebutuhan anak.

ACUTE
GLOMERULONEPHRITIS
Defenisi :
Peradangan primer glomerulus diikuti gangguan
sistemik (ringan-berat)

Etio : Streptococcus B Hemoliticus Group A

Klinik :
1. Oliguria : ≤ 240 ml/m2/24 jam
2. Oedem
3. Hipertensi (renin , vasokosntriksi perifer &
retensi air dan natrium)
4. Circulatory congestion (oedem pulmonum 
cardiac overload  hepatomegali, distensi vena
jugularis  gallop
5. Hematuria
6. Proteinuria
7. Anemia (biasanya normochromic)
8. Azotemia : akibat GFR 
BUN , serum kreatinin , serum fosfatase ,
uric acid , plasma Ca++ level   serum
fosfatase 
9. Elektrolit & asam basa terganggu :
hiperkalemia, hiponatremia, asidosis.
310
Nefrologi

Terapi :
 Fase akut : 1-2 mgg
 Waktu dibutuhkan  sembuh dgn spontan
 Restriksi cairan : 25 cc / 100 kal + UOP
 Penicillin (ospen)
 Tergantung kondisi hasil lab
 Diet : rendah garam & rendah protein

Water retention : Hipertensi, Oedem Pulmonum


Sodium retention : Ggn irama jantung  gallop
Potassium retention : Hipertensi
P   Ca  : Tetani (carporedal spasm)
Uremic toxin  : Coma Uremicum
Bone Marrow Depression : Aktivitas fragmen darah
terhenti – Bleeding

 Anamnesa :
Bengkak pada mata dan kaki
BAK darah (+)
Anemia o/k hemodilusi (grosshematuria)
 Pemeriksaan :
Hipertensi (+)
Proteinuria (+)
renal function 
 Lab : C3 , ASTO (+)
 Terapi :
1. Water restricted & Activity Restricted
2. Ospen  (3x250 mg)
3. HCT 2 x 1/2 tab (sesuai BB)
4. Captopril 2 x 12,5 mg
5. Diet rendah Garam
311
Nefrologi
HCT diberikan karena Blood Volume pada AGN
 dan kerja HCT pada glomerulus.

SINDROMA NEFROTIK
1. Congenital
2. Responsif steroid
3. Resisten steroid

Gejala Klinik :
Proteinuria, hipoalbuminuria, oedem dan
hiperkolesterolemia kadang disertai : hematuria,
hipertensi dan penurunan GFR.

Patogenesis :
Lesi glomerulus  permeabilitas , protein molekul
kecil keluar dlm urin (albuminuria)  protein berat
 hipoalbuminemia (oncotic pressure )  edema.
Protein yg keluar bersama albumin : IgG, transferin.

SPE :
----- normal 2
pada ns

 
1
ALB

312
Nefrologi
 2 pada SN meningkat, termasuk lipoprotein
 serum albumin   Ca plasma  (Ca terikat pd
albumin)

Gejala SN:
 Proteinuria (>= 40 mg/m2/jam)
 Hypoalbuminemia (<=2,5 gr/dl)
 Generalized edem
 Hypercholesterolemia/ hyperlypidemia
(> 220 mg/dl)
Disertai: hematuria, hipertensi,
penurunan GFR

Mekanisme edema:
 Albumin turun, tek. Osmotik koloid turun
 Ekskresi sodium urin turun ok tubular
reabs meningkat
 Ekskresi aldosteron meningkat ok ekskresi
renin meningkat
 Pindah cairan ke ekstra vask menstimulasi
renin
 Retensi air, hap 240 meq Na yang dimakan
1 L air

Efek hilangnya protein pada sindroma


nefrotik:
1. Hipoalbuminemia
2. Hiperkolesterolemia

313
Nefrologi
3. Abnormal Fibrinolysis
4. Hypogammaglobulinemia
5. Iron resisten hypochrome anemia
6. Dysquamasi  luka lama sembuh
7. Perubahan vit D
8. Perubahan cortisol metabolisme.

Terapi :
1. Istirahat sampai oedem 
2. Diet : rendah garam, tinggi protein
Roborantia
 protein : protein loss (Esbach)
ditambah minimal daily
3. Restriksi cairan : 25 ml / 100 kal + UDP
4. Prednison regimen ISKDC
60 mg/m2/hr = 28 hari (4 mgg)
 Reduction dosage
40 g/m2/hr (3 hr dlm 1 mgg) = 28 hari
5. Edema: inj. Lasix 1 mg/kgbb/x, 1 hari 3 kali
6. Hipertensi: captopril 0,3- 0,5/kgbb/kali, 2-3
kali per hari

Bila relapse : prednison diulangi lagi


Bila steroid resisten : siklofosfamid ditambah
prednison

Prognosis :
Umumnya  renal failure  idiopathic & MPCN 
lebih baik daripada tipe lain.
 Remisi total : edema (-), proteinuria (-)
 Remisi parsial : edema (-), proteinuria (+)
 Proteinuria (-), protein ≤ 4 mg/m2/hari atau
dengan pemeriksaan kualitatif/semikualitatif
314
Nefrologi
(dipstick) (-) atau trace selama 3 hari berturut-
turut selama 1 minggu.

UKK NEFROLOGI UNTUK


SINDROMA NEFROTIK
1. Dosis pemberian albumin :
 Kadar albumin serum 1-2 g/dl :
Diberikan 0,5 g/kgBB/hari
 Kadar albumin <1 g/dl :
Diberikan 1 g/kgBB/hr
2. Skema pengobatan SN initial menurut
ISKDC 1967

Dosis penuh (FD) Dosis alternating (AD)


Diberikan setiap hr 3 kali dalam seminggu

1st 2nd 3rd


4 weeks 4 weeks 4 weeks

R1 2/3 R2
Prednison initial dose
60 mg/m2/hr Immunosupresive
Agent

R = Remisi

315
Nefrologi
Bila protein (-) 3 hari berturut-turut dalam 1 mgg.
Bila remisi tjd pada 4 minggu I (R1) pengobatan
dengan steroid, maka dosis prednison AD diberikan
selama 4 minggu (total pengobatan 8 minggu),
namun bila remisi tjd pada 4 minggu ke-2 (R2),
maka pengobatan dosis AD diteruskan sampai 8
minggu (total pengobatan 12 minggu). Bila sampai
8 minggu pengobatan steroid belum juga tjd remisi,
disebut sebagai steroid resisten. Pada kondisi ini
terapi diganti dengan immunosupressive lain seperti
: siklofosfamid 2-3 mg/kgBb/hari.

PEMERIKSAAN LAB TERHADAP SEMUA PASIEN


DENGAN EDEMA

1. Darah rutin
2. Urine rutin
3. Bila leukosit usia >, kultur & ST urin
4. BUN
5. Kreatinin serum
6. Kolesterol
7. ESBACH bila proteinuria (+)
8. SPE
9. C3
10. ASTO

316
Nefrologi

UTI
Kultur urin significant bacteri uria 10 pangkat 5
coloni/ml urin yang dikultur

Etiologi:
 E. Coli
 Proteus sp/ Klebsiela
 Pseudomonas sp
 Coccus
 Virus

Cara pengambilan sampel:


 Mid stream
 Catheter
 Supra pubic blader punctur
 Urogard(plastic bag collection)
Sebelum diambil oue dicuci, 20 mnt diambil->kultur

Diagnosa cepat
1. Lab stick (nitratnitrit)
Tri phenyl tetrazoliumtri phenyl
formazone
2. Dipstick urine culture

Suspect uti:
 Infant : non spesific
 Older children: spesific
 Urin kultur-->usg, ivp, mcu, mri,
vesikoureteritic reflux

317
Nefrologi
 Ab : ampicillin + garamycin iv long
prophilactic ab 7-10 hari

Prinsip manajemen isk menurut Heek Boon :


 Konfirmasi diagnosa
 Eradikasi inf saat serangan /ulangan
 Selidiki patensi saluran kemih
 Bedah: obst, batu
 Cegah inf ulang
 Follow up

Rekuren dlm 6 bulan, perlu kultur ulang:


 48 jam stl th/
 2-3 hr stl th/
 Per bulan s/d 3 bln
 Per 3 bulan s/d 9 bln

Th/ obat dosis(mg/kg/hr)


Cotrimoxazole 40 /2
Ampicillin 50-100/4
Amoxilin 30-50/3
Nitrofurantoin 5-7/4
Nalidixic acid 50/4
Gentamycin 5/2
Cefotaxim 100/3

318
OBAT-OBAT ANTI HIPERTENSI UNTUK
PENANGGULANGAN KRISIS HIPERTENSI

Cara Respon Lama


Obat Dosis Efek Samping
Pemberian Awal Respon
Sodium Infus 50 mg/L Segera Selama Diawasi terus menerus
Nitrofuside dalam larutan infus resiko keracunan
Dextrose 5% tiosianat
menit
(5g/ml)
0,5 sampai 8
g/kg/mnt
atau 0,01-0,16
ml/ kg/mnt
Labetalol Infus 1-3 Segera Selama Bradikardi
mg/kg/jam infus
Diazoxid IV cepat (1- 2,5 mg/kg dlm 3-5 menit 4-24 jam Nausea
2 mnt) 30’, respon (-) hiperglikemi retensi
ulangi Natrium
Hidralazin IV; IM 0,1-0,2 mg/kg 10-30 2-6 jam Takikardi, Flushing, Sakit
menit kepala
Klonidin IV; IM; infus 0,002 IV: 5 Beberapa Ngantuk
mg/kg/x menit jam Mulut kering
ulangi tiap 4-6 IM: lebih Hipertensi rebound
jam. Dosis bisa lama
ditingkatkan
sampai 3 x
lipat
Reserpin IM 0,007 mg/kg, 1,5-3 jam 2-12 jam Hidung tersumbat
max: 2,5 mg Respon awal lambat

Kombinasi lain obat-obat antihipertensi pada Hipertensi Berat :


Diuretika + Captokil + Propanolol
Diuretika + Captokil + Metildopa
Diuretika + Captokil + Nifedipin
Diuretika + Propanalol + Pratosin
Diuretika + Klonidin + Hidralazin
Nifedipin + Propanadol + Diuretika
Ditiliazem + Diuretika
Diuretika + Propanadol + Minoksidil
Kardiologi

DECOMPENSASI CORDIS
DC Kiri
1. Dyspnoe de effort s/d orthopnoe
2. Nafas Cheyne Stokes
3. Hemoptisis
4. Cyanosis
5. Paroxysmal Nocturnal Dyspnoe (PND)
6. PD : LVH, irama gallop, ronchi basah basal

DC Kanan
1. TVJ 
2. Hepatomegali
3. Edema pretibial
4. Ascites
5. RVH
6. Efusi pleura
7. Hidrothorax
8. Gejala renal : Nocturia, oliguria,
albuminuria

Therapy
1. Bed rest, posisi semi fowler + atur suhu &
kelembaban.
2. Oksigen
3. Pembatasan cairan & garam
 Cairan : 70-80% kebutuhan
 Garam : < 0,5 g/hari
4. Digoxin :
Dosis maintenance : 0,01 mg/kg/2 dosis.
Max : 0,25 mg/hari.
5. Bila CHF berat : Lasix 1-2 mg/kg

319
Kardiologi
6. KCl 75 mg/kg/hari dibagi 3
7. Untuk mengurangi afterload & preload, dapat
diberikan :
Captopril dosis 0,1-0,3 mg/kg/2-3 x/hari

DC ec RHD  bila ASTO > 200, CRP (+)


Beri : - Inj. PP
30 kg = 600.000 U/12 jam
> 30 kg = 1,2 juta U/12 jam
- Prednisone : 2 mg/kg

Kloral hidrat (dalam bentuk bubuk)


Dosis : 50 mg/kg dilarutkan dalam 1 cc/kg cairan.

Penyakit Jantung :
DC atau tidak
Congenital atau tidak
Cyanosis TOF
Eisenmeyer
Atr. trikuspid
TGA

Acyanosis ASD
VSD
PDA

320
Kardiologi

Dosis Digoxin untuk Pelbagai Kelompok Umur

Dosis Digitalisasi
Umur
(g/kgPO/IV)
Neonatus
Prematur 20
Cukup bulan 30
Bayi 40
Anak besar 20-30
Maksimum 1 mg

321
Kardiologi

TOF with cyanotic


spells
Treatment :
 O2 5 L/i, knee chest potition
 Meylon (jika belum ada hasil lab dapat
blind dulu dengan dosis 1 mkg/kgBB, jika
hasil lah (+) koreksi sesuai hasil lab)
 Morphine sulfate 0,2 mg/kgBB, subcutan
 Propanolol

322
PGD - PICU

LUKA BAKAR
19 15 13 10

9,5 9,5 9,5 9

32 32 32 36

15 17 18 18

1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun Adult


(Rule of Nine)

Kebutuhan Cairan pada Luka Bakar


Hari I :
2000 ml/m2 body surface/24 hours +
5000 ml/m2 body surface burned/24 hours

Cara :
½ nya diberi dalam 8 jam
½ nya lagi diberi dalam 18 jam

Contoh :
Anak 4 tahun, BSA = 0,68 m2 dan 0,68 m2 dengan
derajat luka baker 40% & disertai dehidrasi.

Perhitungan cairan :
1. Cairan 20 ml/kg/hari dalam 1 atau 2 jam  jgn
dihitung dalam kebutuhan sehari-hari = 200
cc/jam.
323
PGD - PICU

2. Kalkulasi cairan dalam 24 jam


2000 x 0,68 = 1360 cc/24 hr
5000 x 0,68 x 0,4 = 1360 cc/24 hr
2720 cc/24 hr
Cara beri :
8 jam I = 170 cc/jam
8 jam II = 85 cc/jam
8 jam III = 85 cc/jam

Bila kejang :
Diazepam IV 5-10 mg  ulangi tiap 5’
Max 30 mg pada dewasa, pada anak :
0,2-0,5 mg/kg

Parkland Formulas for Fluid Resucitation

4 ml/kg/%BSA second and thirh degree burns, half


in the first 8 hour, half in the next 16 hour. Add
maintenance in children< 5 yr.old.

Cek darah untuk flame burn:


1. CBC
2. Elektrolit
3. Glukosa serum
4. Fungsi renal
5. Bleeding time
6. Albumin

324
PGD - PICU

KERACUNAN
Organofosfat/Karbamat
Miosis, paralysis, sweating, salivasi , diare

Terapi :
 Kumbah bila < 4 jam & os sadar
 Atropin :
- Anak > 12 tahun : 2-5 mg IV tiap 15’
- Anak < 12 tahun : 0,05-0,1 mg/kg/15’
 hingga timbul atropinisasi
(muka merah, midriasis, takikardia)
Turunkan dosis perlahan selama 24 jam
atau 0,25 mg SA/4 jam

Os tidak sadar Os sadar


SA 4 mg SA 2 mg (8 amp)
(16 amp) IV/IM 
 SA ½ mg
s
SA 2 mg IV /d atropinisasi
 
Hingga os sadar Tiap 4 jam SA 0,25 mg
s
 /d 24 jam
SA ½ mg IM s/d
atropinisasi

Tiap 4 jam SA 0,25 mg
s
/d 24 jam

325
PGD - PICU

DOSIS OBAT
Cefotaxim : 25-50 mg/kg/x/12 jam/IV

Ceftriaxon : 25-50 mg/lg/dose/12-24 jam

Cefuroxim : 10-15 mg/kg/dose  p.o./12 jam


25 mg/kg/dose  IV/12 jam

Cimetidine : 10-15 mg/kg/dose/IV


(12 jam Newborn, 6 jam 4 mgg)

Ranitidine : 1 mg/kg/dose, IV 6-8 jam

Pavulon : 0,1 mg/kg/dose

Transamin : 10-15 mg/kg/dose/8 jam (p.o)

Metronidazole : 15 mg/kg
start  7,5 mg/kg/dose/12 jam

Primperan : 0,5 mg/kg/x

Ambroxol :
Drops : 25 mg/ml,
Anak < 2 thn : 1 gtt/kg/x
2-3 x/hari
Syrup : 15 mg/ml,
2-5 tahun : 3 x ½ cth
5-10 tahun : 3 x 1 cth
Tab : 30 mg
> 10 tahun : 3 x 30 mg
326
PGD - PICU

Bisolvon : 0,3 mg/kgBB/x  4 mg/ml

Ventolin : 0,1 mg/kgBB/x

Lactulac : Bayi < 1 tahun : 1 x 5 cc


Anak 1-6 tahun : 1 x 5 cc atau
1 x 10 cc
6-14 tahun : 1 x 15 cc

Cotrimoxazole : 6-8 mg/kg/hari (2x)


Syr. Cotri 120 mg (T : 20; S : 100/5 ml)
Syr. Cotri 240 mg (T : 40; S : 200/5 ml)
Tab Cotri 480 mg (T : 80; S : 400/tab)

Vometa : 0,3-0,5 mg/kgBB/x

Novalgin : 10 mg/kgBB/x  2 cc = 1000 mg

Tramadol : 12 mg/kgBB/x, 3-4 x

Ulsikur : 10-15 mg/kgBB/x, 3x

Transamin : 10-15 mg/kgBB/x

327
PGD - PICU

TPN
Rezeki, umur 4 tahun, BB : 13 kg.
Kebutuhan cairan : 1150 cc/hari
1150 kkal/hari

Kebutuhan :
BMR : 40-45% dari kebutuhan normal
40% x 1150 = 460 kal
D5%  ditarik 70 cc (buang)
dimasukkan D40% 70cc (jadi D10%)
Jadilah larutan D10% = 10 g dalam 100 cc.
Dalam 500 cc = 500 x 10 = 50 g
100
= 50 x 4 = 200 kal
Kebutuhan kita : 460 kal

Lemak : 0,5 – 1,5 g/kg/hari


Kebutuhan : 0,5 x 13 = 6,5 g
= 6,5 x 9 = 58,5 kal

Ivelip 20% : 20 g dalam 200 cc


Yang ada 50 cc  10 g
Kebutuhan : 6,5 x 50 = 32,5 cc dalam 24 jam
10
 3 gtt/i

328
PGD - PICU

NUTRISI PARENTERAL
Rekomendasi Komponen & Jumlah
Komponen Kalori Jumlah Holliday Segar
Karbohidrat 40-45% dr kebutuhan kalori
Protein/Asam amino 1,5-2,5 g/100 kal kebutuhan
Lemak 1-3 g/kg
Na 2-4 mEq/kg
K 2-4 mEq/kg
Cl 2-4 mEq/kg
Ca 1-2 mEq/kg

KH dimulai 10% dinaikkan 2,5%/hari.


Asam amino dimulai 1,5 g/100 kal dinaikkan 0,5
g/hari.
Lemak dimulai 0,5 g/kg dinaikkan 0,5 g/hari.

Contoh Program TPN bayi 5 kg

Hari KH AA L Na K Cairan Kalori


% gr gr gr cc 24 jam
I 12,5 7,5 2,5 15 15 500 300
II 15,0 10,0 5,0 15 15 500 400
III 17,5 12,5 7,5 15 15 500 450
IV 20,0 12,5 10,0 15 15 500 550
dst

Penyapihan secara bertahap (tappering off).

329
PGD - PICU

KEBUTUHAN NUTRISI PADA


NUTRISI PARENTERAL
1. Cairan
Diusahakan diuresis > 2 ml/kg/jam, BJ urin <
1,010 tanpa penyakit ginjal.
Kebutuhan cairan : sesuai Holliday Segar.
Prematur < 2 kg : 150 ml/kg/24 jam.
 Harus diawasi ketat pada hari2 I
kehidupan
Dimulai dgn 75 ml/kg-100 ml/kg dan
ditingkatkan secara bertahap.

2. Energi (Kalori)
Kebutuhan kalori basal disesuaikan dengan
aktivitas, perubahan temperatur & faktor stress.

Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal :


 Bayi < 1 tahun : 75 kkal/kg/hari
 Anak sdg tumbuh : 30-35 kkal/kg/hari
 Sesudah pertumbuhan
berhenti : 20-25 kkal/kg/hari

Penambahan kalori pada :


 Demam : Me 12% tiap kenaikan
1C di atas 37C
 Pembedahan mayor :  20-30%
 Sepsis berat :  25%
 Gagal jantung :  10-20%
 Luka bakar :  100%

330
PGD - PICU

Kebutuhan kalori pada NP :


Kalori
Umur
(kkal/kg/hari)
Neonatus preterm 120 – 140
< 6 bulan 90 – 120
8 – 12 bulan 80 – 100
1 – 7 tahun 75 – 90
7 – 12 tahun 60 – 75
12 – 18 tahun 30 – 60

Pedoman umum untuk distribusi kalori ad, :


 KH : 45 – 60%
 Lemak : 26 – 40%
 Protein : 8 – 15%

3. Karbohidrat
 Bayi prematur : 4 – 18 g/kg/hari
 Bayi aterm : 8 – 23 g/kg/hari
 1 – 18 tahun : 8 – 23 g/kg/hari

4. Lemak
 Bayi prematur : 0,5 - 3,0 g/kg/hari
 Bayi aterm : 0,5 - 4,0 g/kg/hari
 1-10 tahun : 0,5 - 2,5 g/kg/hari
 11-18 tahun : 0,5 - 2,0 g/kg/hari
 Cth emulsi lemak : R/ Ivelip 10%, 20%

5. Protein
 Bayi prematur : 2,0 – 3,0 g/kg/hari
 Bayi aterm : 2,0 – 3,0 g/kg/hari
 1 – 18 tahun : 1,5 – 2,5 g/kg/hari

6. Elektrolit
331
PGD - PICU
7. Vitamin & Mineral

Contoh Kasus :
1. Usia 14 hari (BB lahir 1300 g) baru menjalani
reseksi usus karena enterokolitis nekrotikans.
BB sekarang 110 gram & pasien telah
mendapat D10% 120 ml/kg dengan
maintenance elektrolit.

 Kebutuhan hari pertama :


 Karbohidrat :
D12,5%, 130 ml/kg (sebelumnya ada toleransi)
12,5 g/100 ml x 130 ml/kg = 16,25 g/kg
= 18 g KH
= 61 kkal
 Lemak :
Dimulai dengan 0,5 g/kg/hari
0,5 x 1,1 = 0,55 g lemak = 5 kkal
 Jumlah kalori non nitrogen = 66 kkal
Nitrogen = 66/200 x 1 g = 0,33 g Nitrogen
= 2,1 g protein = 8,4 kkal

 Kebutuhan hari selanjutnya :

75 ml D40% Ivelip 10% Primene


+ 100 ml D5% NaCl 0,225%

D20% NaCl 0,225%


80 ml/hari 25 ml/hari 50 ml/hari
4 ml/jam 1 ml/jam 2 ml/jam
54,4 kkal + 27,5 kkal + 10 kkal
= 92 kkal

332
PGD - PICU
NB. Pembuatan D20% NaCl 0,225% dari cairan
D5% NaCl 0,225% & D40%.
Volume cairan D5% NaCl 0,225% = 100 ml.

D40% = x ml, D20% NaCl 0,225% = (100 + x)


 V1 . W1 = V2 . W2 + V3 . W3
(100 + x) . 20 = x . 40 + 100 . 5
2000 + 20 x = 40 x + 500
X = 75 ml

Cairan D40% yang dibutuhkan untuk membuat


D20% NaCl 0,225% : 75 ml.

2. Anak usia 3 tahun, BB : 8 kg, tampak kaheksia,


menderita tumor usus intralumen yang
direncanakan akan operasi. Penderita hanya
mampu mentoleransi makanan cair per hari
sebanyak 400 ml (8 x 50 ml).
Direncanakan pemberian nutrisi parenteral
parsial.

Kebutuhan kalori = 800 kkal/hari.


Didapat dari makanan cair = 400 ml x 1kkal/ml
= 400 kkal

Hari pertama dipasang infus D5% NaCl 0,45%


= 17 mikrodrip/menit

Selanjutnya diberi :
D10% NaCl 0,45% 200 ml + Aminofusin paed
120 ml + Ivelip 10% 100 ml

Jumlah kalori yang didapat dari nutrisi


parenteral + 200 kkal.
333
PGD - PICU
Total kalori yang bisa didapat = 600 kkal/hari.

Bila dijumpai toleransi, volume cairan IV dapat


ditingkatkan secara bertahap & hati-hati
sehingga dicapai kebutuhan 100
kkal/kgBB/hari.

Contoh di PICU :
Bayi ♀, umur 3 hari, BB : 2,1 kg.
Hasil lab :
 Total protein : 5,3 g/l (6,3 – 8,8)
 Albumin : 2,20 g/l (3,2 – 5,2)
 Globulin : 3,10 g/l (2,6 – 3,6)
 Ureum : 52 mg/dl (20 – 40)
 Creatinin : 1,07 mg/dl (0,5 – 1,6)
 Uric Acid : 8,4 mg/dl (2,5 – 7,0)

Cara pemberian TPN :


BB : 2,1 kg
 Kebutuhan kalori = 210 kkal
Cairan : 150 cc/kg/hari
 Kebutuhan cairan = 300 cc

 BMR : 50% x 210 = 105 kkal


 KH : 60% dari BMR
60/100 x 105 = 63 kkal
 63 / 4 = 16,9 g KH
1 g = 4 kal

Dalam D10% = 10 g/100 cc cairan


Kebutuhan 16 g = 16/10 x 100 = 160 cc
D40% = 7 gtt/i mikro
334
PGD - PICU

 Lemak : 40% dari BMR


40/100 x 105 = 42 kkal
 42 / 9 = 4,7 g  5 g lemak

Dalam Ivelip 10% = 10 g/100 cc


Kebutuhan Ivelip 10% = 50 cc
 2 – 3 gtt/i mikro

 Albumin
= (Albumin) x BB x 0,8
= (3,5 – 2,2) x 2,1 x 0,8
= 2,2 g  2,5 g

Plasbumin 5% = 5 g albumin/100 cc
 Kebutuhan albumin = 5/2,5 x 100 = 50 cc

 Protein : 1-2 g/kgBB  2,5 g/hari


Primene 5%  50 cc

Cara Pemberian TPN :


o IVFD (D5% NaCl 0,225% 430 cc + D40% 70
cc) + 10 mEq KCl  7 gtt/i
o IVFD Ivelip 5% = 4-5 gtt/i mikro
o Plasbumin 5% = 5-6 gtt/i mikro
Setelah plasbumin dilanjutkan Primene 5%
 2-3 gtt/i mikro

D10% NaCl 0,225% dari D5% NaCl 0,225%

V1 . M1 + V2 . M2 = V3 . M3
(500-V2) x 5% + (V2 . 40%) = 500 . 10%
2500 – 5V2 + 40 V2 = 5000
335
PGD - PICU
35 V2 = 5000 – 2500
V2 = 71 cc  70 cc
D5% NaCl 0,225% dibuang sebanyak 70 cc
kemudian D40%.
70 cc  D10% sebanyak 50 cc
Ditambah KCl 10 mEq

Misal : BB : 3 kg
Kebutuhan kalori : 300 kal/hari
Yang digunakan : ½ x 300
= 150 kal/hari

 KH : 50% = 50/100 x 150 = 75 kal/hari


 Lemak : 40% = 40/100 x 150 = 60 kal/hari
 Protein : 10% = 10/100 x 150 = 15 kal/hari

P1 . V1 + P2 . V2 = P3 . V3
5% (500-V2) + 40% V2 = 12,5% . 500
2500 – 5V2 + 40 V2 = 6250
35 V2 = 2750
V2 = + 100 cc

V1 = D5% = 400 cc
V2 = D10% = 100 cc

 D12,5% = 12,5 g dalam 100 cc


KH = 50 kal dalam 100 cc
= 75 x 100 = 150 kal/hari = 150 kal/24 jam
50
 7 gtt/i

 Lemak  1 g = 9 kal
Ivelip 10% = 10 g dalam 100 cc
= 90 kal dalam 100 cc
336
PGD - PICU
= 60 x 100 = 60 kal/hari  3 gtt/i
90

 Protein  1 g = 4 kal
Primene 5% = 5 g dalam 100 cc
= 20 kal dalam 100 cc
= 15 x 100 = 75 kal/hari  3 gtt/i
20

Catt. Resomal :
- Oralit + 200 cc air Campur +
- 1 sdm gula pasir + 200 cc air KCl tab 0,8 g

337
PGD - PICU

PICU
Setting Ventilator
1. MODUS
a. Control, seluruh inspirasi dikendalikan
ventilator, otot pernafasan dilumpuhkan
b. Assist/control, usaha inspirasi mentrigger
c. SIMV (Synchronized Intermitten Mandatory
Ventilation)
IMV, pernapasan spontan berlangsung,
ventilator berikan bantuan pernapasan
dalam interval yang teratur: umumnya
kombinasi dengan CPAP (Continuous
Positive Airway Pressure) / PEEP (Positive
End Expiratiory Ventilation)
2. FiO2, dapat dimulai dengan 1,0
3. Volume Tidal = 10-15 cc/kg  pada neonatus
lebih rendah
4. Rate cycle/menit, biasanya separuh rate
pernapasan normal sesuai usia. Rate ventilator
mempengaruhi PaCO2
5. I : E ratio
Perbandingan lama inspirasi dengan ekspirasi
I + E = 60 rate cycle/menit
Umumnya digunakan perbandingan 1:1 atau
1:2
6. Aliran gas per menit (flow/minute)  2-3 x
minute volume
Minute volume = TV x Rate Cycle / minute
7. PEEP
Sering kombinasi dengan IMV; akan perbaiki
PaO2.
338
PGD - PICU
Mulai 2 cm air, naikkan bertahap maks 20 cm
air.

Obat-obatan dan perawatan :


Analgesic  morfin
Sedatif  diazepam, chloral hydrat
Pelumpuh otot  pavulon, alloferin

Penyapihan
Kriteria :
1. Problem/proses patologik tunjukkan perbaikan
2. CV, CNS & metabolik stabil
3. ABG normal pada FiO2 << 0,4
4. TV pernapasan spontan >> 3 cc/kg
5. Vital capacity >> 10 cc/kg atau ada batuk
efektif
6. Ratio vol. dead space / vol. tidal (VD/VT) <<
0,5 (normal : 0,3)
7. P [A-a] O2 pada FiO2 1,0 << 350 torr

Cara :
1. Hentikan semua obat, beri reversal pelumpuh
otot
2. Beri IMV + PEEP, rate turunkan sampai << 5
3. Bila ABG normal pada FiO2 << 0,4, stop
ventilator, berikan CPAP + O2
4. Bila ABG normal, turunkan CPAP, bertahan
sampai = 0
5. Bila ABG normal, ekstubasi  napas dengan
masker/kateter o2
6. Untuk hindari edema glottis, beberapa anjurkan
steroid.

339
PGD - PICU

Set Up Mode
Pemilihan mode
- Volume mode
 (S) CMV
 SIMV
- Pressure mode
 PCMV
 PSIMV
 Spontan (CPAP)
Set Up Volume mode
- (S) CMV
 Tidal Volume : 8-12 ml x BB
 Rate : 10-15
 PEEP : 3-5 cmH2O (fisiologis)
 Oksigen : 50 – 100 %
 Trigger : 2-5 cmH2O
- SIMV
 Tidal volume : 8-10 ml x BB
 Rate : 6-12
 PEEP : 3-5 cmH2O (fisiologis)
 Oksigen : 30-50 %
 Trigger : 2-5 cmH2O
 Pressure Support : 0-15 cmH2O
Set Up Pressure mode : (untuk anak)
- PCMV
 Pressure Control : 10-20 cmH2O

340
PGD - PICU

PICU
Pasien masuk PICU :
1. Darah lengkap
2. Elektrolit
3. AGDA
4. KGD
5. Faal hemostasis jika operasi/trauma

Sebelum pemberian TPN (Total Parenteral


Nutrition):
1. Darah lengkap
2. Faal ginjal
3. Faal hati
4. Elektrolit
5. AGDA
6. KGD
7. Albumin
8. Lipid profile

Sesudah pemberian TPN (24 jam):


1. Darah lengkap
2. Faal ginjal
3. Faal hati
4. Elektrolit
5. AGDA
6. KGD
7. Albumin
8. Lipid profile

341
PGD - PICU

GCS
Eye Movement (membuka mata)
- Spontan 4
- Dengan perintah 3
- Rangsangan nyeri 2
- Tidak ada respon 1

Respon Motorik (gerakan)


- Sesuai perintah 6
- Tahu lokasi nyeri 5
- Fleksi abduksi 4
- Fleksi adduksi 3
- Ekstensi 2
- Respon 1
Respon Verbal (suara)
- Bisa cerita 5
- Kalimat bagus (bicara kacau) 4
- Kata-kata tidak tepat 3
- Merintih (suara erang tidak berarti) 2
- Tidak ada suara 1

342
PGD - PICU

GCS yang Dimodifikasi untuk Anak


Respon Mata (sembarang usia)
- Mata terbuka spontan 4
- Respon terhadap suara percakapan 3
- Respon terhadap nyeri 2
- Tidak ada respon 1

Respon Verbal
> 5 tahun 2 - 5 tahun 0 - 23 bulan Skor
Orientasi Kata dan frasa Tersenyum, 5
baik dan sesuai menangis biasa
bisa bicara

Bingung Kata-kata Menangis tapi 4


tidak sesuai bisa ditenangkan

Kata-kata Menangis/men Menangis/menje 3


mengacau jerit rit terus
2
Bunyi yang Bergumam Bergumam
tidak
dipahami 1

Tidak ada Tidak ada Tidak ada respon


respon respon

Respon Motorik
> 1 tahun < 1 tahun Skor
Menurut perintah Bergerak spontan 6

Menunjuk lokasi nyeri Menunjuk lokasi nyeri 5

Flexion withdrawal Flexion withdrawal 4

Fleksi abnormal Fleksi abnormal 3


343
PGD - PICU
Ekstensi Ekstensi 2

Tidak ada respon Tidak ada respon 1

Interpretasi :
Compos mentis 15
Apatis 12 - 14
Somnolen 9 - 11
Sopor 7-8
Soporokoma 5-6
Koma <5

Tuba Endotrakeal dan


Kateter Suction
Usia ETT Kateter
(ID-mm) suction
Neonatus 3,0 6F
6 bulan 3,5 8F
18 bulan 4,0 8F
3 tahun 4,5 8F
5 tahun 5,0 10F
6 tahun 5,5 10F
8 tahun 6,0 10F
12 tahun 6,5 10F
16 tahun 7,0 10F

Catatan:
 < 8 tahun tanpa cuff
 Ukuran kasar : kelingking/lubang hidung
 Rumus : ID-mm = umur (thn) / 4 + 4

344
PGD - PICU

Subsitusi Albumin
Defisit = (3,2 gr 8 albumin) x BB x 0,8
Kapan : Sesuai dengan klinis
Kadar albumin < 2,5 g%

Subsitusi Kalium
4 – Kalium x 1/3 BB mEq/liter

Subsitusi kalium bila kecil dari 2,5 mEq/liter dalam


NaCl 0,9% == 40 mEq.
Pemberian maksimum 10 mEq/jam.

1 ampul KCl Otsuka = 25 meq/kalium


1 ampul KCl = 25 cc
1 gelas air jeruk = 15 meq Kalium

Konsentrasi Oksigen pada penggunaan O2


Administration Device

No. O2 admistration O2 L/mnt FI O2


device (%)
1. Kanula / kateter 1 24
nasal 2 28
3 32
4 36
5 40
6 44

2. Masker 5 40
6 50
8 60

345
PGD - PICU
3. Masker CPAP - 30-100

4. Oxyhood 7 30-100

5. Oxytent 21-60

Petunjuk penggunaan konsentrasi oksigen:

1. Pada pasien tanpa retensi CO2 dan distress


pernafasan ringan – sedang, digunakan
konsentrasi 40%.
2. Pada pasien tanpa retensi CO2 tetapi hipoksia
berat, digunakan konsentrasi 50-100%.
3. Pada pasien dengan retensi CO2 kronik (asma,
COPD), digunakan konsentrasi 24%.
4. Pada pasien dengan intubasi, konsentrasi
disesuaikan dengan hasil analisa gas darah.
5. Hindarkan penggunaan konsentrasi 100% lebih
dari setengah jam untuk menghindari
atelektasis.
6. Penggunaan konsentrasi > 60% dalam jangka
lama menimbulkan intoksikasi oksigen.
7. Batas konsentrasi yang dianggap aman adalah
di bawah 50%.

346
PGD - PICU
Parameter Gangguan Keseimbangan Asam
Basa

pH pCO2 HCO3
1. Asidosis Respiratorik
a. Murni ↓ ↑ Normal
b. Terkompensasi ↓ ↑ ↑
sebagian
c. Terkompensasi Normal ↑ Sedikit
penuh ↑

2. Asidosis Metabolik
a. Murni ↓ Normal ↓
b. Terkompensasi ↓ ↓ ↓
sebagian
c. Terkompensasi Normal Sedikit ↓
penuh ↓

↓ ↑ ↓
3. Asidosis Respiratorik +
Metabolik

4. Alkalosis Respiratorik
a. Murni
↑ ↓ Normal
b. Terkompensasi
↑ ↓ Normal
sebagian
c. Terkompensasi
penuh ↓ ↓
Normal
5. Alkalosis Metabolik
a. Murni
b. Terkompensasi ↑ Normal ↑
sebagian ↑ ↑ ↑
c. Terkompensasi
penuh Normal ↑ ↑

6. Alkalosis Respiratorik
+ Metabolik ↑ ↓ ↑

347
PGD - PICU

Nilai Normal ASTRUP (ABG.S)

Darah arteri Darah campuran


(arteri + vena)
pH 7,40 (7,35-7,45) 7,38 (7,33-7,43)
PO2 80-100 mmHg 35-49 mmHg
Sat O2 95% greater 70-75%
PCO2 35-45 mmHg 41-51 mmHg
HCO3 22-26 meq/L 24-28 meq/L
BE -2 - +2 0-4

PCO2 > 60 : Tanda gagal nafas


PaO2 60-70 : Hipoksemia ringan
40-60 : Hipoksemia sedang
< 40 : Hipoksemia berat
Sat O2 < 60% : Tanda gagal nafas
Sat O2 > 100% : Jangan diberi oksigen!

Rumus menghitung Kalium :

Nilai normal – Nilai kalium klien


3

Rumus menghitung dosis obat:

Instruksi x Aplusan
Isi

348
PGD - PICU

IWL
 Kehilangan air yang tidak terasa melalui udara
ekspirasi dan kulit (tanpa keringat).
 Dewasa = 15 cc/kgBB/hari
 Anak = [30 – (tahun)] cc/kgBB/hari

Pedoman Pemulihan
Pasca Anestesia
(menurut JA Aldrette & D Kroulik)

Pergerakan Anggota Badan


a. Gerakan bertujuan 2
b. Gerakan tidak bertujuan 1
c. Diam 0

Pernafasan
a. Nafas baik, adekuat, menangis 2
b. Nafas depresi ringan 1
c. Nafas perlu dibantu 0

Sirkulasi
a. TD berubah di bawah 20%
pra operasi 2
b. TD berubah 20-50% pra-op 1
c. TD berubah di atas 50% 0

349
PGD - PICU
Warna Kulit
a. Merah jambu (pink) 2
b. Pucat 1
c. Sianosis 0

Kesadaran
a. Sadar penuh 2
b. Bereaksi 1
c. Tidak bereaksi 0

Catatan:
Nilai 9 atau lebih boleh pulang dengan kondisi
bedah/tindakan yang memungkinkan.
Nilai 7 ke ruang perawatan bila nilai pernafasan 2.
Nilai 5 ke UPI.

Rumus kenaikan berat badan:

< 12 bulan = umur (bulan) + 9 kg


2
1 – 6 tahun = umur (tahun) x 2 + 8 kg

7 – 12 tahun = umur (tahun) x 7 -5 kg


2

350
PGD - PICU
Protap Pemasangan
Kateter Kantung Kemih
Persiapan :
Kateter, sarung tangan, disinfektan.

Prosedur :
1. Untuk menghindari trauma pada saat
pemasangan, pakailah kateter dengan ukuran
yang sesuai dan kalau tidak ada, pakai ukuran
yang lebih kecil.
2. Petugas harus mencuci tangan dengan larutan
antiseptik dan air yang mengalir serta memakai
sarung tangan steril.
3. Bersihkan meatus dengan larutan antiseptik
dan pinset steril.
4. Lumuri kateter dengan antimikroba topical
sebelum dimasukkan.
5. Selama kateter terpasang, lakukanlah hal-hal
sebagai berikut:
 Cuci tangan setiap akan melakukan
manipulasi kateter
 Bersihkan meatus 2x sehari dengan
menggunakan larutan antiseptik
 Hubungan kateter dengan penampungan
harus tertutup dan tidak boleh dilepas
kecuali pada saat irigasi dan sebelum
dilepas harus dilakukan disinfeksi pada
hubungan kateter dengan penampungan.

351
Immunisasi

VAKSIN POLIO ORAL


TRIVALEN
Gunanya vaksin ini adalah untuk imunisasi aktif
terhadap polio.

Uraian
Vaksin ini berisi virus polio tipe 1,2, dan 3 yang
masih hidup tetapi sudah dilemahkan (suku Sabin),
dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan
distabilkan dengan sukrosa.
Tiap dosis (2 tetes= 0,1 ml) mengandung virus
polio :
Tipe 1 : 106,0 CCID50
Tipe 2 : 105,0 CCID50
Tipe 3 : 106,0 CCID50

Dan eritromisin tidak lebih dari 2 mcg, serta


kanamisin tidak lebih dari 10 mcg. Vaksin ini telah
memenuhi persyaratan farmakope Indonesia edisi
III – 1979 dan WHO Expert Comittee on Biological
Standarzitation, Technical Report Series 800, 1990.

Penyimpanan
Simpan pada suhu -200 C. Bila disimpan pada
suhu 2 – 8 0 potensi vaksin ini akan stabil selama
enam bulan. Bila disimpan pada suhu yang lebih
tinggi, potensi vaksin ini akan segera menurun.
Hindarkanlah perubahan dari keadaan beku ke cair
yang berulang – ulang. Jangan dipakai bila vaksin
menjadi keruh.
352
Immunisasi
Kadaluwarsa
Tergantung dari penyimpanan.
-200 C : 2 tahun
2 – 80 C : 6 bulan
Bila vial sudah dibuka, pada suhu 2 – 80 C, potensi
tahan satu minggu.

Dosis dan Cara Imunisasi


Satu dosis terdiri dari 2 tetes atau 0,1 ml.
Untuk imunisasi dasar diberikan 3 dosis dengan
masa antara 6 minggu pada usia 3 bulan.
Dianjurkan 3 dosis, sebab ada kemungkinan
terdapatnya jenis-jenis enterovirus lainnya dalam
saluran cerna yang dapat menghambat berkembang
biaknya virus polio yang ada dalam vaksin. Dengan
demikian pemberian 3 dosis ini akan menjamin
minimal 2 di antaranya efektif memberikan
kekebalan terhadap ke tiga tipe virus polio.
Imunisasi ulangan diberikan 3 tahun kemudian, 1
dosis.

Cara pemberian
Tiap botol disertai sebuah pipet. Vaksin ini
dapat diteteskan langsung ke dalam mulut anak
atau dengan sendok yang telah beisi air gula atau
aquadest (hindarkan agar ujung pipet tidak
tersentuh). Vaksin polio oral harus diberikan secara
oral dan tidak boleh diberikan secara parenteral.
Kocok baik-baik sebelum dipakai.

Reaksi Sampingan
Vaksin polio oral ini adalah salah satu vaksin
yang paling aman (Bull. WHO 60/2 : 231-242,

353
Immunisasi
1982). Kemungkinan untuk terjadinya paralisis
kurang dari 0,3:1.000.000 (Bull. WHO 66/6 : 739-
746,1988).

Kontra Indikasi
Penderita leukemia dan disgammaglobulinemia.

Peringatan dan Perhatian


Pada anak yang sedana menderita diare, vaksin
ini boleh diberikan dengan catatan diulang setelah
diarenya berhenti.
Pemberian bersama-sama dengan vaksin hidup
lainnya hendaknya diberikan terpisah dengan masa
antara 2 minggu.

354
Immunisasi

VAKSIN BCG KERING


Vaksin BCG kering adalah vaksin yang
mengandung kuman hidup dari biakan Bacillus
Calmette & Guerin Institut Pasteur Paris No.11732
P2.
Gunanya untuk imunisasi aktif terhadap
penyakit tuberkulosa. Vaksin ini diberikan sedini-
dininya pada bayi dan diulang pada anak berumur
5-7 dan 12-15 tahun. Vaksin ini memenuhi
persyaratan WHO Requirement for Biological
Substance No.11 tahun 1996 dan Revised
Requirement for Dried BCG Vaccine tahun 1978.

Dosis dan Cara Pemakaian


Sesudah vaksin ini dilarutkan harus segera
dipakai dalam waktu 3 jam dan sisanya harus
dibuang. Penyuntikan harus IK di M.Deltoideus
dengan dosis:
Bayi < 1 tahun : 0,05 ml
Anak : 0,1 ml
Penyuntikan harus dilakukan perlahan – lahan
ke arah permukaan (sangat superficial) sehingga
terbentuk lepuh berdiameter 8-10 mm. Dilarang
menggunakan alcohol dan desinfektan lainnya pada
penyuntikan BCG.

Reaksi
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi
bersifat umum seperti demam. Reaksi yang dapat
terjadi :

355
Immunisasi
a. Lokal
Satu sampai 2 mgg kemudian timbul undurasi
dan eritema ditempat suntikan yang berubah
menjadi pustule, kemudian pecah menjadi
ulkus dan akhirnya menyembuh spontan dalam
waktu 8-12 mgg, dengan meninggalkan parut.
Luka tersebut tidak memerlukan pengobatan.
b. Regional
Kadang2 terdapat pembesaran kelenjar ketiak
dan atau leher, terasa padat, tidak sakit, dan
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini adalah
normal (BCG-itis), tidak memerlukan
pengobatan dan akan menghilang dalam waktu
3-6 bulan.

Komplikasi
a. Abses ditempat suntikan dapat terjadi pada
anak2 > 1 thn atau dewasa. Hal ini disebabkan
oleh suntikan terlalu dalam (subkutan). Abses
bersifat tenang (cold abcess), tidak
memerlukan pengobatan dan akan menyembuh
spontan walaupun lambat. Bila abses sudah
matang (merah,fluktuasi,kulit tipis) sebaiknya
diaspirasi, jangan dilakukan insisi.
b. Limfadenitis supurativa dapat terjadi pada bayi
atau anak2 < 2 thn disebabkan oleh suntikan
terlalu dalam atau dosis terlalu tinggi. Proses
ini bersifat tenang, tidak memerlukan
pengobatan dan akan menyembuh dalam
waktu 2-6 bln sesudah vaksinasi. Apabila
proses sudah matang (merah,fluktuasi,kulit
tipis) sebaiknya diaspirasi, jangan diinsisi atau
ekstirpasi.

356
Immunisasi
Kontraindikasi
Meskipun tidak ada kontraindikasi, tetapi
sebaiknya vaksinasi BCG ditangguhkan bila ada
penyakit akut dengan panas tinggi dan penyakit
kulit berat.

Penyimpanan dan Pengangkutan


Vaksin ini harus disimpan pada suhu < 50 C &
terhindar dari sinar matahari langsung maupun
tidak langsung.
Pengangkutan diasuhkan dalam keadaan
dingin, misalnya dalam termos dingin.

Kadaluwarsa
Satu tahun.

Kemasan
Dus berisi 10 ampul dan Dus berisi 10 ampul
pelarut.

Perhatian
Harus dengan resep dokter.

357
Immunisasi

VAKSIN CAMPAK KERING


Indikasi
Untuk imunisasi thdp penyakit campak.

Deskripsi
Vaksin ini mengandung virus campak yang
masih hidup, tetapi sudah dilemahkan,
ditumbuhkan dalam biakan jaringan janin ayam,
kemudian dibeku keringkan. Setiap dosis vaksin
yang sudah dilarutkan mengandung virus campak
tidak kurang dari 1000 CCID dan Kanamisin Sulfat
tidak lebih dari 100 mcg dan Eritromisin tidak lebih
dari 30 mcg.

Penyimpanan
Disimpan dalam lemari es pada suhu antara +2
dan +80 C,lebih baik < 20 0C. Harus dihindarkan
dari sinar matahari dan pelarutnya disimpan pada
tempat sejuk.

Kadaluwarsa
2 tahun bila disimpan pada suhu antara +2 dan
+80 C.

Dosis dan Cara Imunisasi


Untuk melindungi anak sedini-dininya terhadap
penyakit campak, vaksin ini mulai diberikan pada
anak umur 9 bln sebanyak 1 dosis 0,5 ml secara
subkutan pada lengan bagian atas setelah
dilarutkan dengan pelarutnya. Dalam keadaan
wabah, imunisasi dapat dilakukan mulai umur 6
358
Immunisasi
bulan disusul dengan suntikan ulangan 6 bln
kemudian dengan 1 dosis 0,5 ml secara subkutan.

Efek Samping
Bisa timbul efek samping : diare,rash,conjungtivitis,
gejala2 kataral. Jarang terjadi : febrile convulsion,
ensefalitis dan ensefalopati.

Kontraindikasi
1. Anak dengan infeksi akut yang disertai demam
2. Anak dengan defisiensi imunologik
3. Anak dengan pengobatan imunosupresif
4. Anak dengan kerentanan tinggi tdhp protein
telur,kanamisin dan eritromisin
5. Wanita hamil

Perhatian
1. Vaksin hanya diberikan secara SK, tdk boleh IV
2. Vaksin dilarutkan dalam pelarut khusus
sebanyak 5 ml pd setiap botol 10 dosis
3. Bila sudah dilarutkan,vaksin harus terlindung
dari sinar matahari dan hanya tahan sampai 8
jam pada suhu 20C  80C
4. Bila anak telah diberikan Ig atau transfusi
darah maka imunisasi harus ditangguhkan
paling sedikit 3 bulan.
5. Setelah imunisasi,tes tuberkulin pd anak harus
ditangguhkan sampai 2 bln,krn mgkn terjadi
reaksi negatif palsu.

Kemasan
Botol berisi 10 dosis vaksin campak kering
berikut ampul berisi 5 ml pelarut vaksin campak.

359
Immunisasi

VAKSIN JERAP
DIPHTERI – TETANUS –
PERTUSIS (DPT)
Indikasi
Imunisasi aktif secara simultan terhadap difteri,
tetanus, dan pertusis (batuk rejan).

Mekanisme kerja
Merangsang tubuh membentuk antibodi
terhadap difteri, tetanus dan pertusis.

Komposisi
Tiap ml mengandung :
Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf
Toksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf
B. pertussis yang diinaktivasi 24O U
Aluminium fosfat (sebagai adsorben) 3 mg
Thimerosal (sebagai preservatif) 0,1 mg

Tiap dosis (0,5 ml) memberikan potensi tidak


kurang dari 4 iu (International Unit) pertusis, 30 iu
toksoid difteri dan 60 iu toksoid tetanus (uji pada
marmot).
Vaksin ini memenuhi persyaratan Farmakope
Indonesia dan WHO Requirements for Biological
Substances.

360
Immunisasi

Cara Pemberian dan Jadwal Imunisasi


Vaksin dikocok sebelum digunakan. Suntikan
diberikan secara intrtamuskular atau subkutan yang
dalam, dengan menggunakan alat suntik sekali
pakai, Suntikan dianjurkan pada anterolateral paha
bagian atas.
Imunisasi DTP diberika sesegera mungkin.
Dosis pertama diberikan usia 6 minggu, dosisi
kedua dan ketiga diberikan dengan jarak waktu 4
minggu, dan dapat diberikan bersamaan dengan
jadwal vaksinasi BCG, Campak , polio, Hepatitis B,
Hib, demam kuning.

Perhatian khusus
Penyuntikan tidak dianjurkan pada bokong atau
pantat anak dan secara intrakutan karena akan
menimbulkan reaksi lokal.

Efek Samping
Biasanya hanya gejala ringan yang bersifat
sementara seperti kemerahan dan pembengkakan
pada lokasi suntikan.
Kadang–kadang terjadi demam tinggi dan
irritabilitas dalam 24 jam setelah penyuntikan.

Kontra indikasi
Pada gangguan cerebral, gangguan syaraf pada
komponen pertusis. Apabila setelah pemberian
dosis pertama vaksin DTP terjadi reaksi yang
berlebih, suntikan imunisasi berikutnya dianjurkan
dengan DT. Pasien virus HIV, baik yang
menunjukkan gejala atau tidak.
361
Immunisasi

Penyimpanan
Pada suhu 2 – 80 C. Jangan dibekukan.
Vaksin yang telah dibuka harus disimpan pada suhu
2 – 80 C, dan masih dapat digunakan jika belum
kadaluwarsa.
Jika diduga telah terkontaminasi atau terjadi
perubahan bentuk fisik, vaksin harus segera
dimusnahkan.

Kadaluwarsa
Dua tahun.

Kemasan
Vial 5 ml (10 dosis).

Harus dengan resep dokter

362
Immunisasi

VAKSIN JERAP DIFTERI –


TETANUS (DT)
Indikasi
Imunisasi aktif secara simultan terhadap difteri
dan tetanus. Vaksin DT diberikan pada anak < 9
tahun. Vaksin DT dapat menggantikan vaksin DPT
bila anak tidak tahan terhadap komponen Pertusis.

Mekanisme Kerja
Merangsang tubuh membentuk AB terhadap
tetanus dan difteri

Komposisi
Tiap ml mengandung :
- Toksoid difteri yg dimurnikan 40 Lf
- Toksoid tetanus yg dimurnikan 15 Lf
- Aluminium fosfat (sbg absorban) 3 mg
- Thimerosal (sbg preservatif) 0,1 mg
Tiap dosis (0,5 ml) memberikan potensi tdk kurang
dari 30 IU toksoid difteri dan 40 IU toksoid tetanus.

Cara Pemberian dan Jadwal Imunisasi


Vaksin dikocok sebelum digunakan. Suntikan
diberikan secara IM atau SK yang dalam. Jadwal
penyuntikan 3x dengan jarak waktu tidak kurang
dari 4 mgg dan dapat diberikan bersamaan dengan
jadwal BCG, campak, rubella, gondong, polio,
hep.B, Hib, demam kuning.

363
Immunisasi
Efek Samping
Biasanya hanya gejala ringan yang bersifat
sementara seperti demam, kemerahan dan
pembengkakan pada lokasi penyuntikan.

Kontraindikasi
Pasien HIV.

Penyimpanan
Pada suhu 2-8 0C. Jgn dibekukan. Vaksin
yang telah dibuka harus disimpan pada suhu 2-8 0C
dan masih dpt digunakan jika belum kadaluwarsa.

Kadaluwarsa
2 tahun.

OPV : Sabin  hidup


Oral Polio Vaksin
Mudah pemberian, (+) cellular immunity di
sal. Cerna,keluar dlm feces  anak2 akan
terimunisasi scr tdk lgsg
IPV : Inactivted Polio Vaccine
Tidak memiliki cellular immunity di
sal.cerna

Ekstra Ag : Dalam 1 kemasan ada beberapa Ag.


Cth: 1 kemasan mengandung Polio,Hib,.

Mengapa yg dikombinasi biasanya Polio,DPT,Hep.B,


Hib ?
Karena usia pemberian hampir sama dan
masing2 vaksin memiliki adjuvan yg sama (preparat
aluminium)

364
Sedasi & Analgesik

SEDASI & ANALGESIK


MINOR PAIN
1. Asetaminofen
15 mg/kg/x/4 jam
Max. 4 gram/hari
 Efek terjadi dlm 20-40’, puncak dlm 4 jam
 Reseptor non opioid inhibisi prostaglandin
 Advantage : Well tolerate
 Disadvantage : Liver toxicity

2. Aspirin
10-15 mg/kg/x/4 jam
 Advantage : Tidak mahal
 Disadvantage : Gastrointestinal iritasi,
bleeding,toksisitas liver
& CNS

3. Ibuproxen (NSAID)
8-10 mg/kg/x/6 jam
 Advantage : Bekerja lama (long
action)
 Disadvantage : Gastrointestinal iritasi,
toksisitas liver & renal

4. Codein
Bisa pada anak kecil, tidak pada bayi.
0,8 – 1,5 mg/kg/x setiap 4-6 jam.
 Advantage : Potent opioid analgin
Tidak toxis pd renal&hepar

365
Sedasi & Analgesik
 Disadvantage : GIT effect (nausea &
vomiting)
Adiksi & respiratory
depress

MODERATE & SEVERE PAIN


1. Morfin
0,1-0,15 mg/kg/x dalam beberapa menit, dan
dapat diulangi setiap 4 jam, IV atau infus
kontinu : 0,07 – 0,1 mg/kg/jam.
 Advantage : Rapid onset (+ 20’)
& potent
 Disadvantage : Respiratory depresi
Hipotensi
 Hati2 pd bayi < 6 bulan

2. Meperidine
0,5-1 mg/kg/x/3 jam
Max dose : 125 mg
 Advantage : Potent analgesia
 Disadvantage : Respiratory depresi &
seizure

3. Fentanyl
2-3 mg/kg/x, di drips IV selama 3-5’
 Advantage : Potent analgetic &
kurang hipotensi
 Disadvantage : Respiratory depresi
Apnoe

4. Ketorolac/Trametamin
0,5-1 mg/kg SD IM
Max dose : 60 mg, diikuti o,5 mg/kg/x tiap 6
jam IV. Max. 30 mg/hari.
366
Sedasi & Analgesik

5. Diazepam
0,1-0,2 mg/kg/x, PO, IV, rectal

6. Midazolam
(R/ Dormicum) amp : 5 mg/5 ml
15 mg/3 ml
0,05-0,2 mg/kg/x tiap 15’, IV pelan
0,2-0,4 mg/kg/x, intra nasal
0,2-0,5 mg/kg/x, PO

7. Chloral Hidrose
20-30 mg/kg/x, PO

8. Fentobarbital
4-5 mg/kg/IV

367
Immunodefisiensi

Gamimune
(Immune Globulin Intravenous Human)

Kemasan:
Gamimune RN 10% - vial: 10ml, IgG: 1g
- vial: 50ml, IgG: 5g

 Ig Human yg diindikasikan untuk


imunodefisiensi primer atau sekunder &
autoimmune diseases.
 Memiliki waktu paruh yg panjang ± 20hari
dengan efek imunologi yg lebih lama.
 Merupakan imunoglobulin yg natural dengan
dampak imunologi alami.
 Mempunyai fragmen Fc yg bermanfaat untuk
proses opsonisasi yg lebih cepat dan alami.
 Direkomendasikan untuk sepsis.

→ 90% IgG monomeric dan subclass yang


terdistribusi fisiologis.
pH optimum 4,5.
konsentrasi NaCl rendah.

Cara pemakaian:
 Tidak perlu pengenceran kembali – preparat ini
siap untuk digunakan
 Harus tersimpan dengan baik (2-8°C). Jangan
digunakan jika pernah beku atau disimpan
dengan tidak baik. Cek tanggal kadaluarsa.
 Jangan digunakan jika terjadi perubahan
warna, jangan digunakan jika keruh.

368
Immunodefisiensi
 Infus dimulai dengan kecepatan lambat sambil
mengamati reaksi pasien (30 menit).
 Buang sisa cairan yg tidak terpakai. Setiap vial
hanya boleh dipakai 1 kali.

Dosis dan Indikasi:


 Hanya digunakan secara IV
 Secara umum harus diinfuskan pada kecepatan
rata-rata 0,01-0,02 ml/kgBB/menit selama 30
menit. Jika ditoleransi dengan baik, dapat
ditingkatkan bertahap sampai maksimum 0,06
ml/kgBB/menit.
 Jika timbul efek samping, kecepatan infus
dapat diturunkan atau dihentikan sampai gejala
hilang.

DOSIS YANG
PERHATIAN
INDIKASI DIREKOMEND
KHUSUS
AS I
Primary 100-200 Batas minimum
Humoral mg/kg serum IgG untuk
Immuno- diberikan kekebalan belum
deficiency setiap bulan. ada kesepakatan.
Dapat
diberikan lebih
sering / dosis
ditingkatkan
sampai 400
mg jika respon
klinik kurang
memuaskan.
ITP Awal: 1000 Jika respon pada
mg/kgBB/hari pemberian
Perawatan: pertama cukup
369
Immunodefisiensi
400 mg/kgBB, baik, maka
1x. pemberian
Jika reaksi berikut mungkin
kurang dapat ditunda.
memuaskan, Dosis tinggi tidak
dapat direkomendasika
ditingkatkan n jika vol cairan
sampai 800- mjd hal yg perlu
1000 mg/kgBB diperhatikan.
Infus perawatan
dpt diberikan
berseling sesuai
dgn keadaan
klinik utk
menjaga jumlah
trombosit.
Allogenic 500 mg/kgBB Diperuntukkan
Bone pada 7 hari & 2 bagi pasien
Marrow hari sebelum berumur ≥ 28
Transplan- transplantasi. thn.
tation Diikuti dapat diberikan
seminggu melalui ..... line
sekali sampai jika tersedia, dan
hari ke-90 kemudian melalui
setelah vena perifer.
transplantasi
Pediatric 400 mg/kgBB Reaksi terlihat
HIV (8ml/kg) pada anak
infection setiap 28 hari dengan CD 4+
lebih dari 200
mm
Infection 400 mg/kgBB Baik diberikan
(sepsis) (8ml/kgBB) pada sepsis awal
selama 3-5 hari
370
Immunodefisiensi

Waktu Waktu
Gami- Gami-
Dosis infus infus
muneRN muneRN
(BB) (esti- (esti-
5% 10%
masi) masi)
200 300 89 150 56 mnt
mg/kg m/15g menit ml/15g

400 600 158 300 89 mnt


mg/kg ml/30g mnt ml/30g

500 750 189 375 109


mg/kg ml/37,5g mnt ml/37,5g mnt

1000 1500 365 750 189


mg/kg ml/75g mnt ml/75g mnt

371
Notes

Hidrosefalus:
Diamox : 100 mg/KgBB/8 jam / 3 dosis
KCl : 75 mg/KgBB/8 jam / 3 dosis
Furosemid : 1 mg/KgBB/ dosis

Metronidazole : 5 mg/mL
 Loading dose : 15 mg/KgBB/dosis,
8 jam kemudian
 Maintenance : 7,5 mg/KgBB/dosis
diberi tiap 8 jam/drips

Defisiensi Vit.K pada neonatus  Bleeding


Th/ : Inj. Vit K 0.3 mg/KgBB/IV selama 3 hari
Pengenceran 1 : 1 dengan aquabides

Fenitoin : 50 mg/mL

GIR (Glukosa Infusion Rate) :

mikrodrips/i x % Dextrose
6 x BB

Forced Diuresis (Lasix)  dr. CAH Sp.A


1 mg/KgBB selama 6 jam, pantau kembali UOP,
jika masih < 1cc/KgBB/jam  naikkan
2mg/KgBB selama 6 jam, jika masih tetap <
1cc/KgBB/jam  maka dosis dinaikkan 1
mg/KgBB tiap 6 jam s/d dosis maksimal 10
mg/KgBB.

372
Notes

PICU

ANION GAP (AG)


(Na+-) – (Cl- + HCO3-)
Corrected Anion Gap
AG + 0.-,25 (42 – albumin g/L)

Normal Anion Gap : 8 – 12 mmol/L

Besi
Treatment : 3 – 6 mg/kg/hr
Contoh: BB 10 kg → 50 mg/hari → elemental iron

Sulfas Ferrosus
Tablet → 20% elemental iron
1 tab : 300 mg → 60 mg elemental iron

Ferlin
Age Maintenance Therapy
0 – 6 bln 0,4 ml OD 0,4 ml TID
(iron
elemental: 6
mg)
6 – 12 bln 0,6 ml OD 0,6 ml TID
(iron
elemental: 9
mg)
1 – 2 thn 0,8 ml OD 0,8 ml TID
(iron
elemental:12
mg)

373
Notes

NAPREX
Micronized paracetamol
Drops Syrup
Age (60 mg/0,6 (250 mg/
ml) 5ml)
1 tahun 60 mg
1 – 2 tahun 60 – 120 mg
(0,6 – 1,2 ml)
2 – 6 tahun ½ sdk takar
(25 cc)
6 – 12 tahun 1 – 2 sdk
takar
(5- 10 ml)

DISUDRIN
Pseudoephedrin HCl
Disurdin Disurdin Disurdin
Dosage per
drops syr tab 30
Age administration
(7,5 mg (15mg/ mg
(3 times/day)
/0,8) 5 ml)
4 – 12 ¼ tea
3,75 mg 0,4 ml 1/8 tab
bln spoon
12 - 1/3 tea
5, 63 mg 0,6 ml 1/6 tab
32 bln spoon
2–6 ½ tea
7,50 mg 0,8 ml ¼ tab
thn spoon
6 – 12 1 tea
15 mg - ½ tab
thn spoon

374
Notes

ICU
10 cc/kgBB RBC → menaikkan kadar Hb 3
Dikali 2 untuk WBC

Desferal
50 mg/kgBB (1 vial= 500 mg)
Drips : dilarutkan dalam 250 cc NaCl 0,9%
Selama 6 – 8 jam
1x/hari selama 5 hari

Hipokalemi (Pediatric Critical Care)


Dosis: 0,5 – 1 mEq/kgBB
→ konsentrasi diencerkan setiap 2 mEq dalam 10 cc
D 5%
Diberikan dalm 1 -2 jam

Hitung Leukosit
6 lapangan pandang x 100

Hitung Trombosit
40 lapangan pandang x 1000

Bebelac: 1 cc : 0,7 kalori


Neosure: 1 cc: 1 kalori

Tranexamic acid
Tab 500 mg, inj : 100 mg/ml

Sulfametoxazol & Trimethoprim


Tab : - Single strength
400 mg SMX & 80 mg TMP
- Double strength
800 mg SMX & 160 TMP
375
Notes
Suspensi : 200 mg SMX/40 mg TMP per 5 ml
Inj : 80 mg SMX/ml dan 16 mg TMP/ml

Ondasetron
Dosis :
- Oral : 0,1 – 0,2 mg/kg/dose (6 – 12 hr)
- IV : profilaksis 0,15 mg/kg
Treatment 0,2 mg/kg (over 5 min)
Tablet : 4 – 8 mg
Injection : 2mg/ml

Baclofem
Dosis : 0,2 mg/kg/dose 3x/hari
6 Mb → 50 mg/tablet

Ceftriaxon
Dosis : 50 mg/kgbb
Pemberian per drips dgn perbandingan 1:1 sd 1:2,
selama 30 menit – 1 jam

Piracetam = 1 vial = 200 mg/5 ml

Trombositopenia
 Methyl Prednisolon 30 mg/kgBB/hari (dosis )
 Steroid oral 2 – 4 mg/kgBB/hari (7 hari)

Pyravit
1 sendok takar (5 ml) mengandung INH 100 mg, vit
B 10 mg dlm lar sorbitol.

376
Notes

NIPE
Usia Syrup Pediatric drops
Sesuai petunjuk
< 2 thn
dokter
1 sendok teh
2 – 6 thn 1 – 2 ml
(=5 ml)
2 sendok teh
> 6 thn 2 – 4 ml
(= 10 ml)
Diberikan 3-4 kali sehari

Aminofilin for Baby Apnoe


 Loading dose : 4 mg/kgBB/bolus IV
Cara : 1 cc (24 mg) aminofilin dilarutkan dlm
9 cc D 5%
Kemudian : Setelah dilarutkan 1 cc aminofilin
= 2,4 mg
 Maintenance dose : 1 mg/kgBB/8 jam/IV

Amoxsan
Sediaan : Kapsul, sirop kering, tetes pediatric,
dispersible tablet

Komposisi
Kapsul : Tiap kapsul mengandung
amoksisilin trihidrat yang setara
dengan 250 mg/ 500 mg
amoksisilin
Sirop kering : Setelah penambahan air
minum, tiap 1 sendok teh (5
ml) mengandung amoksisilin
trihidrat yang setara dengan
125 mg/ 250 mg amoksisilin

377
Notes
Tetes pediatrik : Setelah penambahan air minum,
tiap ml mengandung amoksisilin
trihidrat yang setara dengan
100 mg amoksisilin
Dispersible tablet : Tiap tablet mengandung
amoksisilin trihidrat yang setara
dengan 250 mg amoksisilin

Sanmol
100 mg/ml (drops)
120 mg/5 ml (sirup)
0,6 ml → 60 mg

Ambroxol
1,2 – 1,6 mg/kgBB
1 sdt : 15 mg

Paraco
1 ml = 100 mg

Kotrimoxazol
Trimetoprim : 3 mg/kgbb/x beri
Sulfametoxazole : 15 mg/kgbb/x beri
Paed tab : 120 mg
Syr 1 cth : 240 mg
Tab : 480 mg
Forte : di kali dua dr dosis dewasa
(Primadex, bactrim)

Cefadroxil
15 – 25 mg/kgbb/hr → tiap 12 jam

Q cef : 1 sdk teh 125 mg


1 kapsul 500 mg
378
Notes

Alco Drops
Tiap 0,8 ml mengandung Pseudoefedrin HCl 7,5 mg
- Anak usia 2 – 5 thn: 0,8 ml 3x1
- Anak usia < 2 thn: carefull

Alco Plus drops


Tiap 5 ml mengandung pseudoefedrin HCl 30 mg,
bromfeniramin maleat 2 mg
- >12 thn 5 ml, 3x1
- 6 – 12 thn 2,5 ml, 3x1
- 2 – 5 thn 1,25 ml, 3x1

Alco plus DMP syrup


Tiap 5 ml mengandung pseudoefedrin HCl 30 mg,
bromfenoramin 2 mg, dextromethorpan 10 mg
- > 12 thn 5ml, 3x1
- 6 – 12 thn 2,5 ml, 3x1
- 2 – 5 thn 1,25 ml, 3x1

Vit K dibentuk/dihasilkan di usus oleh flora normal


usus.
Bekerja mempengaruhi faktor II, VII, IX, X dmn
faktor ini dihasilkan di hepar

Diazepam : 5 mg/ml
Lasix : 10 mg/ml
Novalgin : 500 mg/ml
Dexamethason : 5 mg/ml

Ferlin
- 6 – 12 bln 0,6 ml
- 1 – 12 thn 0,8 ml
- < 6 bln sebaiknya jangan
379
Notes
- Maintenance: 1x/hr
- Treatment : 3x/hr

Eliksir Retard
Drops
Muco 15 Eliksir 30 Tablet 75 mg
15mg
pect mg/5 mg 30 mg
/ml
ml
Dws & 10 ml 5 ml (1 1 tab, 1 kap
anak (2 sdk sndk teh) 3 x/hr Sehari
> 10 teh) 3 x sehari Pagi
thn 3x atau
sehari malam
Anak 5m 2,5 ml ½ tab,
5–10 (1 sdk (1/2 sndk 3 x/hr
thn teh) teh) 2 – 3
2–3x/hr x sehari
Anak 2,5 ml
2–5 ½ sdk
thn teh
3 x/hari
Anak 2,5 ml 1,2– 1 tetes
<2 ½ sdk 1,6 /kgBB/
thn teh mg/kg x
2 x/hari /hr 2-3
x/hr

Digitalisasi
Digoxin : 0.04 mg/kbb
I. 50% → 8 jam
II. 25%
III. 25%

Pemeliharaan
0,01 mg/kgbb → bagi 2 dosis

380
Notes

Vomeseran (Ondansetron)
0,1 – 0,2 mg/kg/x

Asam Folat
10 – 15 mg/m2
→ 12 jam setelah MTX, selama 2 hari, tiap 6 jam.

Pemberian aminofilin
 Belum pernah aminofilin:
Bolus 4 - 6 mg/kgBB dilarutkan dlm D5% atau
NaCl 0,9% sebanyak 20 cc dlm 20 - 30 menit
 Sudah pernah aminofilin, dosis ½ nya.
 Setelahnya aminofilin dosis rumatan (drips
dalam 24 jam) dosis 0,5 - 1 mg/kgBB/jam.
 Perbaikan klinis : nebule teruskan tiap 6 hingga
24 jam dan steroid serta aminofilin ganti oral.
 Dalam 24 jam pasien stabil  pasien pulang
dengan -agonis (hirup/oral) tiap 4 - 6 jam,
sebelum 24 - 48 jam. Steroid oral dilanjutkan
dlm 24 – 48 jam.

Atresia Ani
Foto : Wangensteen-rice roentgenographic.

381
PERBANDINGAN KANDUNGAN ELEKTROLIT CAIRAN INFUS

Nama Osmolaritas Elektrolit (mEq/L) Dekstrosa Kalori


Produk (mOsm/L) Na+ Cl- K+ Ca++ Laktat- (g/L) (kcal/L)
Ringer
Laktat 273 130 109 4 3 28 - -
Asering 273,4 130 108,7 4 2,7 28 - -
Ringer
DS 589 147 155,5 4 4,5 - 50 200
NaCl
0,9% 308 154 154 - - - - -
Dekstrosa
5% 253 - - - - - 50 200
Dekstrosa
10% 506 - - - - - 100 400
NaCl 0,9%
+ D5% 585 154 154 - - - 50 200
NaCl0,45%
+ D5% 428 77 77 - - - 50 200
NaCl0,225%
+ D5% 353 38,5 38,5 - - - 50 200
KaEN 1B 285 38,5 38,5 0 - 0 37,5
382
KaEN 3A 290 60 50 10 - 20 27 108
KaEN 3B 290 50 50 20 - 20 27 108
KaEN 4A
paed 30 20 0 - 10 40 160
KaEN 4B
Paed 30 28 8 - 10 37,5 150
KaEN MG3 695 50 50 20 - 20 100 400
HSD ½
Darrow
Glukosa
2,5% 285 62 52 17,4 27,6

383

Anda mungkin juga menyukai