Anda di halaman 1dari 13

Manajemen Operasi Bank “Kredit“

Bpk. Suwoko,

DISUSUN OLEH KELOMPOK VI :

1. Jihan Fahira ( 17111024310403 )


2. Juhaymi Kurnain ( 17111024310404 )
3. Maysarah ( 17111024310410 )
4. Muhammad Ade Irawan ( 17111024310418 )
5. Muhammad Irfan ( 17111024310422 )
6. Muhammad Yasir Husein ( 17111024310425 )
7. Nurul Fatimah ( 17111024310433 )

Kelas/Semester : 7 (Enam) B/6


Jurusan : Manajemen Keuangan
Prodi : Manajemen Operasi Bank
Tahun Akademik : 2018/2019

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


2018
A. PENGERTIAN PEMBELIAN KREDIT

Pembelian Kredit adalah pembelian yang dilakukan oleh perusahaan yang dalam pembayarannya di
lakukan secara bertahap atau secara angsuran kepada pemasok.Dalam Pembelian kredit umumnya
sebelum melakukan transaksi pembelian harus mendapat otoritas terhadap pembelian yang dilakukan.

Informasi dalam Pembelian Kredit

Pada sistem pembelian umumnya diperlukan informasi-informasi sebagai berikut :


1. Jumlah barang yang harus dipesan. Catatan diambil berdasarkan catatan dibagian gudang.
2. Jumlah order pembelian yang diterbitkan setiap periode.
3. Barang yang diorder yang belum diterima barangnya.
4. Jumlah hutang yang akan jatuh tempo (0-30, 31-60, 61-90, lebih 90hari).
5. Informasi pembelian berdasarkan barang, supplier, maupun faktur atau urutan pembelian.
6. Informasi hutang berdasarkan supplier, maupun urutan pembayaran hutang.

Divisi yang Terkait dalam Pembelian Kredit

1. Divisi Gudang Mencatat persediaan barang. Berkoordinasi dengan divisi produksi untuk
menentukan bahan baku apa saja yang akan dibeli.
2. Divisi Pembelian Divisi pembelian bertanggung jawab dalam menentukan pemasok/suplier,
harga, jenis atau tipe barang yang sudah disesuaikan menurut standar perusahaan.
3. Divisi Penerimaan Divisi penerimaan bertanggung jawab atas penerimaan barang yang masuk
dan menjadi tempat pengecekan suatu barang layak atau tidak digunakan didalam perusahaan.
4. Divisi Akuntansi Divisi akuntansi bertanggung jawab terhadap pencatatan pembelian dan
menginput data ke dalam sistem yang nantinya akan ditindak lanjuti oleh divisi keuangan.Lalu
mencatat hutang pebelian kredit dan menyusun catatn hutang perusahaan.
5. Divisi Keuangan Divisi Keuangan bertanggung jawab atas proses pembayaran.

Dokumen yang Digunakan dalam Pembelian Kredit

1. Surat permintaan pembelian Dokumen ini merupakan formulir yang diisi oleh divisi gudang
untuk meminta divisi pembelian melakukan pembelian barang dengan jenis, jumlah, dan mutu
seperti yang tersebut dalam surat permintaan pembelian.
2. Surat permintaan penawaran harga Dokumen ini digunakan untuk meminta penawaran harga
bagi barang yang pengadaannya tidak bersifat berulang kali terjadi (tidak repetitif), yang
menyangkut jumlah rupiah pembelian yang besar.
3. Surat order pembelian Dokumen ini digunakan untuk memesan barang kepada pemasok yang
telah dipilih.
4. Laporan penerimaan barang Dokumen ini dibuat oleh divisi penerimaan untuk menunjukkan
bahwa barang yang diterima dari pemasok telah memenuhi jenis, spesifikasi, mutu dan
kuantitas seperti yang tercantum dalam surat order pembelian.
5. Surat perubahan order pembelian Kadangkala diperlukan perubahan terhadap isi surat order
pembelian yang sebelumnya telah diterbitkan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan
kuantitas, jadwal penyerahan barang, spesifikasi, penggantian atau hal lain yang bersangkutan
dengan perubahan bisnis. Biasanya perubahan tersebut diberitahukan kepada pemasok secara
resmi dengan menggunakan surat perubahan order pembelian.
6. Bukti kas keluar Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar pencatatan transaksi
pembelian. Dokumen ini juga berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas untuk pembayaran
utang kepada pemasok.
Catatan-catatan yang digunakan dalam Pembelian kredit

1. Register bukti kas keluar


Dokumen ini merupakan jurnal yg digunakan utk mencatat transaksi pembelian jika
perusahaan menggunakan voucher payable procedure (prosedur voucher hutang).
2. Jurnal Pembelian
Berguna untuk mencatat transaksi pembelian jika perusahaan menggunakan account payable
procedure(prosedur hutang dagang).
3. Buku Pembantu utang
Digunakan untuk mencatat utang kepada pemasok.
4. Buku Pembantu Persediaan
Digunakan untuk mencatat biaya persediaan yang dibeli oleh perusahaan.

Prosedur Pembelian Kredit

Prosedur pembelian kredit menurut sistem akuntansi adalah :


1. Bagian gudang atau yang membutuhkan barang membuat surat permintaan pembelian kepada
bagian pembelian yang dibuat rangkap 3. Rangkap 1 untuk bagian pembelian, rangkap 2 untuk
bagian gudang, dan rangkap 3 untuk arsip bagian gudang (disimpan menurut urutan nomornya).
2. Berdasarkan surat permintaan pembelian, bagian pembelian membuat surat permintaan harga
yang ditujukan kepada beberapa supplier. Surat permintaan penawaran harga yang dikirimkan
oleh supplier-supplier tersebut, diseleksi oleh bagian pembelian untuk menentukan salah satu
supplier yang menawarkan harga yang paling menguntungkan bagi perusahaan dengan kwalitas
barang atau jasa yang sama.
3. Bagian pembelian menulis pesanan pembelian (purchases order) rangkap 6 dan distribusikan
kepada supplier (rangkap 1 dan 2), bagian hutang (rangkap 3), bagian gudang (rangkap 4),
bagian penerimaan barang (rangkap 5) dan bagian pembelian (rangkap 6).
4. Barang dari supplier diterima oleh bagian penerimaan barang, kemudian dicek dan diperiksa
kwalitasnya. Bagian penerimaan barang membuat laporan penerimaan barang rangkap 3 dan
didistribusikan kepada bagian pembelian (rangkap 1), bagian gudang (rangkap 2) bersama
dengan barangnya, dan untuk arsip bagian penerimaan barang (rangkap 3).
5. Gudang mencocokan barang yang diterima dengan laporan penerimaan barang dan
mencatatnya ke dalam kartu gudang dan kartu barang, lalu menyerahkan laporan penerimaaan
barang yang sudah ditandatangani oleh kepala gudang kepada bagian penerimaan barang.
6. Faktur pembelian diterima oleh bagian pembelian, diperiksa dan dicocokkan dengan pesanan
pembelian. Faktur kemudian diserahkan ke bagian hutang.
7. Bagian hutang menerima faktur pembelian, kemudian memeriksa dan mencocokannya dengan
pesanan pembelian, laporan penerimaan barang dan surat permintaan pembelian. Bila sesuai,
bagian hutang membuat voucher rangkap 3 dan didistribusikan kepada bagian hutang (rangkap
1 dan 2) dan bagian akuntansi rangkap 3.
8. Bagian akuntansi menerima voucher tersebut dan mencatatnya ke dalam voucher register.
9. Pada tanggal jatuh tempo, bagian hutang menyerahkan voucher lembar 1 dan 2 ke bagian
pengeluaran kas.
10. Bagian pengeluaran kas memeriksa voucher dan bukti pendukungnya, lalu menulis cek. Cek
beserta voucher lembar 2 diserahkan kepada supplier, sedangkan voucher lembar 1 diserahkan
ke bagian akuntansi.
11. Bagian akuntansi mencatat voucher dalam check register, menulis tanggal dan nomor cek
dalam voucher register dan menyimpan voucher dalam arsip urut nomor.
12. Bagian akuntansi setiap periode menjumlahkan voucher register dan mempostingnya ke dalam
buku besar.
13. Laporan bank setiap bulan diterima oleh internal auditor dan direkonsiliasi dengan catatan kas.
JENIS – JENIS KREDIT
Berikut jenis-jenis kredit berdasarkan jenis pengelompokannya, yaitu.
1. Berdasarkan Sifat Kegunaan
Kredit pada dasarnya memiliki tujuan atau penggunaan terhadap memenuhi kebutuhan manusia. Dilihat
dari sifatnya dapat dikategorikan sebagai jenis kredit yang konsumtif maupun produktif tergantung dari
perlakuannya. Berikut jenis-jenis kredit berdasarkan kegunaannya, yaitu.
 Kredit Modal Kerja. Adalah kredit yang tujuannya digunakan sebagai modal kerja atau
kegiatan usaha, baik untuk memulai usaha maupun memperluas usaha. Dilihat secara kegunaan
jenis kredit ini termasuk dalam kategori jenis kredit produktif, karena tujuannya untuk
menciptakan kegiatan usaha dalam rangka menghasilkan sebuah produk barang dan jasa yang
bermanfaat sehingga menghasilkan keuntungan dari penyelenggaraan kegiatan tersebut.
 Kredit Investasi. Merupakan jenis kredit yang digunakan untuk kegiatan berinvestasi. Jenis
kredit ini sifatnya produktif, yaitu memberikan keuntungan dari kegiatan berinvestasi. Jika
dilihat dari namanya yaitu investasi, dapat dikatakan secara umum jenis kredit ini berkaitan
dengan jangka waktu yang relatif lama, baik dari segi perolehan keuntungan maupun
pengembaliannya. Contoh penggunaan jenis kredit ini adalah untuk investasi perkebunan
kelapa sawit atau karet yang umumnya membutuhkan waktu lama untuk menunggu waktu
panennya.
 Kredit Konsumtif. Dibandingkan dengan dua jenis kredit lainnya, kredit ini memiliki fungsi
yang sangat bertolak belakang. Sesuai dengan namanya jenis kredit ini digunakan untuk
keperluan konsumtif atau digunakan untuk mencukupi kebutuhan yang sifatnya personal, yaitu
seperti untuk kepemilikan rumah tinggal atau kendaraan pribadi.

2. Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian


Setiap kredit yang diberikan memiliki ikatan perjanjian yang memuat tentang kesanggupan membayar
dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu pengembalian biasanya disesuaikan dengan besarnya kredit
yang diberikan. Berikut jenis kredit dilihat dari sisi jangka waktu pengembaliannya, yaitu.
 Kredit Jangka Pendek. Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu pengembalian rata-
rata dalam 1 tahun. Kredit jangka pendek umumnya diberikan untuk kegiatan yang bersifat
menghasilkan keuntungan dalam waktu yang relatif singkat, contohnya kredit untuk pertanian
yang dalam 1 musim bisa melakukan panen lebih dari 1 kali.
 Kredit Jangka Menengah. Kredit yang jangka waktu pengembaliannya maksimal 3 tahun.
Kredit ini biasanya digunakan untuk membantu permodalan kegiatan usaha UKM dengan nilai
kredit yang tidak terlalu besar, umumnya dibawah 100 juta.
 Kredit Jangka Panjang. Kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang lebih dalam 5
tahun, bahkan bisa lebih lama lagi. Kredit ini dikhususkan untuk membiayai kegiatan usaha
yang membutuhkan pengembalian modal yang secara perhitungan cukup lama memberikan
keuntungan, seperti industri kelapa sawit dan karet

3. Berdasarkan Cara Pemberiannya


Kredit ini dilihat dari aliran dana yang diberikan antara pihak peminjam dan pihak pemberi pinjaman
dan mekanisme didalamnya. Berikut jenis kredit berdasarkan cara pemberiannya, yaitu.
 Kredit Aksep. Merupakan kredit yang paling umum ditemui dan dikenali oleh masyarakat
luas, yaitu kredit yang diberikan oleh bank. Dilihat dari kegiatan perbankan, sistem inilah yang
memberikan keuntungan cukup besar dari keseluruhan pendapatan bank per tahunnya.
 Kredit Penjual. Kredit yang diberikan oleh penjual kepada pembeli, dimana barang diterima
terlebih dahulu dan cara pembayaran dapat dilakukan secara tertahan. Umumnya yang
melakukan kegiatan seperti ini adalah transaksi antara supplier dengan distributor atau transaksi
yang umumnya terjadi di pasar grosir.
 Kredit Pembeli. Kredit yang pembayaran dilakukan di awal, atau umumnya disebut dengan
pemberian uang muka, sedangkan barang yang akan diterima akan diberikan kemudian hari.
Jika ingin melakukan belanja barang-barang impor umumnya cara yang demikian yang sering
digunakan oleh para penjual barang impor atau biasanya cara ini digunakan untuk menawarkan
program pre-order terhadap produk-produk langka atau produk soft launching.

4. Berdasarkan Sektor Perekonomian


Kredit yang diberikan untuk menggerakkan kegiatan perekonomian di sektor tertentu untuk
meningkatkan produktivitas produksi yang biasanya bertujuan untuk kegiatan ekspor. Berikut jenis-
jenis kredit berdasarkan sektor perekonomian, yaitu.
 Kredit Pertanian. Kredit yang digunakan untuk kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan,
dan perikanan. Biasanya kredit ini diberikan bersamaan dengan program penyuluhan perbaikan
kualitas atau peningkatan kemampuan masyarakat dari pemerintah atau lembaga tertentu.
 Kredit Perindustrian. Kredit yang digunakan untuk kegiatan industri, baik untuk skala kecil,
menengah, atau besar. Tujuan penggunaan kredit ini biasanya memiliki dua alasan yaitu untuk
perluasan kegiatan usaha atau produksi dan untuk membuka usaha baru.
 Kredit Pertambangan. Kredit yang digunakan untuk membiayai kegiatan pertambangan
dengan jangka waktu yang lama, seperti batu bara, emas, dan minyak.
 Kredit Ekspor Impor. Kredit yang digunakan untuk kegiatan ekspor impor, yaitu dengan
memberikan dana kepada eksportir maupun importir untuk menghasilkan barang yang memiliki
demand yang tinggi sehingga memberikan keuntungan maksimal.
 Kredit Koperasi. Kredit yang diberikan untuk berbagai jenis koperasi baik dalam rangka
mengerakkan fungsi pendanaan kepada anggota atau permodalan baru sehingga menambah
pelayanan kepada anggota atau masyarakat luas.
 Kredit Profesi. Kredit yang diberikan khusus untuk para professional, yaitu guru, dokter,
karyawan swasta. Biasanya sudah terdapat desain khusus dari pemerintah untuk pelayanan jenis
ini.
 Kredit Perumahan. Kredit ini termasuk jenis yang paling sering diminati dan dicari oleh
keluarga baru, yaitu kredit yang digunakan untuk pembelian rumah baru atau pembiayaan
pembangunan.

5. Berdasarkan Bentuk Jaminan atau Agunan


Untuk memberikan rasa aman dalam memberikan kredit dibutuhkan sebuah jaminan agar kedua belah
pihak memiliki rasa tanggungjawab terhadap kewajiban masing-masing. Jenis kredit berdasarkan
bentuk jaminannya, yaitu.
 Kredit Jaminan Orang. Pemberian kredit dengan jaminan seseorang, kredit yang semacam
ini biasanya bersifat kekeluargaan yang antara masing-masing pihak menaruh kepercayaan
penuh.
 Kredit Jaminan Efek. Kredit yang jaminannya berupa saham atau surat berharga tertentu.
 Kredit Jaminan Barang. Kredit yang jaminannya berbentuk barang bergerak, barang tetap,
dan logam mulia.
 Kredit Jaminan Dokumen. Kredit yang menggunakan jaminan berupa dokumen, seperti L/C
(Letter of Credit), sertifikat tanah, dan BPKB.
6. Berdasarkan Tingkat Golongan Ekonomi
Dengan melihat kemampuan financial atau asset seseorang akan menjadi dasar dalam menentukan
tingkat dan jenis kredit yang akan diberikan. Berikut jenis kredit berdasarkan tingkat golongan
ekonominya, yaitu.
 Kredit Golongan Ekonomi Lemah. Kredit yang khusus diberikan untuk pengusaha yang
memiliki jumlah kekayaan total dibawah 600 juta (belum termasuk nilai kekayaan properti),
contohnya untuk usaha KUK dan KUT.
 Kredit Golongan Ekonomi Menengah dan Konglomerat. Kredit yang diberikan untuk
pengusaha yang memiliki jumlah kekayaan diatas 600 juta, umumnya yang tergolong dalam
kelompok ini adalah para developer dan pengusaha besar

7. Berdasarkan Cara Penarikan dan Pelunasan


Setiap kredit yang diberikan memiliki mekanisme tersendiri dalam proses penarikan dan pelunasannya.
Berikut 2 jenis kredit jika dilihat berdasarkan cara penarikan dan pelunasannya, yaitu.
 Kredit Rekening Koran. Kredit yang memiliki fleksibilitas tinggi dalam penarikan maupun
pelunasan, sehingga pembayaran dapat dilakukan sewaktu-waktu. Cara penarikannya bisa
dengan cara cek , bilyet, giro, dan pemindahbukuan. Sedangkan pelunasannya dapat dilakukan
dengan cara pembayaran secara berangsur-angsur. Perhitungan bunga disesuaikan dengan
jumlah pinjaman per harinya dan penarikannya harus mendapat persetujuan plafond kredit
terlebih dahulu.
 Kredit Berjangka. Kredit yang nilainya dapat ditarik sesuai dengan jenis plafondnya. Cara
pelunasannya diatur dalam perjanjian yang disepakati bersama, umumnya pelunasan dilakukan
setelah tenggang waktu kredit telah berakhir dan pembayarannya dapat dilakukan secara tunai
atau angsuran.
Keinginan manusia yang tak terbatas tentu tidak akan terwujud tanpa adanya kemampuan financial yang
memadai. Pemerintah yang memahami hal tersebut dengan serius memberikan terobosan dalam
mempermudah masyarakat dalam memenuhi keinginannya, yaitu dengan mengenalkan program kredit.
Kredit merupakan pinjaman dana kepada masyarakat yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu,
dimana masyakat nantinya memiliki kewajiban mengembalikan dana yang dipinjamkan tersebut dalam
kurun waktu tertentu dan dengan cara pembayaran yang sangat fleksibel, apakah itu secara tunai
langsung, secara bertahap atau berangsur.
Jenis kredit yang diberikan pun sangat beragam dan telah disesuaikan secara sempit sesuai
dengan kebutuhan manusia. Jika dilihat lebih teliti lagi maka jenis kredit secara umum dapat dibedakan
menjadi beberapa kelompok yaitu berdasarkan fungsi dan kegunaannya, berdasarkan jangka waktu
pengembalian yang telah disepakati bersama, berdasarkan cara pemberiannya atau aliran dananya,
berdasarkan sektor perekonomian yang ingin dikembangkan, berdasarkan bentuk jaminan atau agunan
untuk memberikan rasa aman, berdasarkan jumlah keseluruhan aset peminjam dana, dan yang terakhir
dilihat berdasarkan cara penarikan dan pelunasannya. Semua jenis-jenis tersebut merupakan jawaban
atas kebutuhan manusia yang beragam dalam mewujudkan keinginannya masing-masing
PERJANJIAN DAN TEKNIK PENYELESAIAN KREDIT
Pemberian kredit oleh bank dilakukan berdasarkan perjanjian. Berhubung perjanjian kredit bank belum
diatur secara khusus maka prinsip dan asas hukum perjanjian dalam hukum perdata berlaku saat
melakukan perjanjian kreidt. Saat inngin mengajukan kredit maka Anda harus memperhatikan klausul-
klausul yang terdapat dalam perjanjian kredit. Dalam perjanjian kredit dengan bank, biasanya terdapat
klausul baku. Hal ini tidak dilarang karena faktor kehati-hatian yang dijalankan oleh bank. Selain itu
harus diingat, bahwa bank juga mencari keuntungan dari pemberian kredit melalui bunga hutang yang
harus dibayar oleh debitor (peminjam) atau pembagian hasil pada bank syariah.
Sepandai apapun analisis kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit
tersebut macet pasti ada, hal ini disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut:

1. Dari pihak perbankan


Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya
terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis krdit dengan
pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.

2. Dari pihak nasabah


Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2 hal yaitu:

1. Adanya unsur kesengajaan : Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar
kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikannya macet. Dapat dikatakan tidak
adanya unsur kemauan untuk membayar.

2. Adanya unsur tidak sengaja : Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak mampu.
Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama,
kebanjiran dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada. Dalam hal
kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan
kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka
waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi
kredit yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap kredit yang mengalami kemacetan
sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian.

Ada beberapa cara untuk menyelesaikan kredit macet :


 Rescheduling
Memperpanjang jangka waktu kredit. Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam
masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi
satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya.
 Memperpanjang jangka waktu angsuran
Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka
waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48
kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan
jumlah angsuran.
 Reconditioning
Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti;
a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok.
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Dalam hal penundaan pembayaran
bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda
apembayarannya, sedangkan pokok pnjamannya tetap harus dibayar seperti biasa.
c. Penurunan suku bunga.
Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai
contoh jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan 20 % diturunkan menjadi 18 %. Hal
ini tergantung dari pertimbangan yang bersangkutan. Penurunan suku bunga akan
mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat
membantu meringankan nasabah.
d. Pembebasan bunga.
Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah
sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai
kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.
 Restructuring
a. Dengan menambah jumlah kredit
b. Dengan menambah equity, Yaitu dengan:
- Dengan menyetor uang tunai
- Tambahan dari pemilik
 Kombinasi
Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang diatas.
 Penyitaan jaminan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya
itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.

B. MENGHITUNG DENGAN METODE PMBEBANAN BUNGA KREDIT

Komponen-komponen dalam Menentukan Bunga Kredit

Adapun komponen dalam menentukan suku bunga kredit antara lain sebagai berikut:

A. Total biaya dana (cost of fund)


Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam
bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito.
Total biaya tergantung pada suku bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan.
Semakin besar bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan, maka semakin tinggi pula biaya
dananya demikian pula sebaliknya.
Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau reserve requirement (RR) yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Saat ini besarnya RR adalah 5%.

B. Biaya operasi
Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan operasinya. Biaya
ini terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya administrasi, biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya lainnya.

C. Cadangan risiko kredit macet


Merupakan cadangan terahadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap
kredit yang diberikan pasti mengandung suatu risiko tidak ternayar.
Oleh karena itu, pihak bank perlu mencadangkanya sebagai sikap bersiaga menghadapinya dengan
cara membebankan sejumlah persentase tertentu terhadap kredit yang disalurka.

D. Laba yang diinginkan


Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal. Penentuan ini
ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat penentuan besarnya laba sangat
mempengaruhi besarnya bunga kredit.Misal dengan melihat kondisi pesaing, kondisi nasabah, dan
juga melihat sektor-sektor yang dibiayai.
E. Pajak
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas
kredit kepada nasabahnya.

Metode pembebanan bunga kredit antara lain:

A. Flat rate / Suku Bunga Flat

Cara penghitungan bunga flat bisa dianggap paling mudah dibandingkan dua jenis tipe bunga lainnya.
Anda dapat menemukan contoh dari penggunaan cara hitung bunga ini umumnya pada kredit
kepemilikan kendaraan bermotor atau kredit tanpa agunan.

Dalam brosur-brosur iklan kredit kendaraan bermotor, Anda akan menemukan kolom-kolom yang
menampilkan angsuran yang mesti dibayar tiap bulannya. Angka dalam kolom-kolom tersebut berlaku
sampai akhir pinjaman Anda berakhir atau lunas.

Jika Anda menemukan jumlah angsuran yang tetap seperti itu, bisa dipastikan cara penghitungan jenis
bunga yang dipakai adalah flat atau rata. Di tipe ini, nilai plafon pinjaman beserta bunganya akan
dihitung secara proporsional sesuai dengan jangka waktu atau tenor pinjaman.

Untuk memudahkan Anda membayangkan penerapan cara hitung bunga flat tersebut, berikut adalah
contoh kasus yang bisa Anda pelajari.

Indra mengajukan KTA sebesar Rp120 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan dikenakan bunga
pinjaman sebesar 10% per tahun secara flat. Berapakah angsuran per bulan yang harus dibayar?

Data:
Pokok pinjaman: Rp120.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 12 bulan

Cicilan pokok:
Rp120.000.000 : 12 bulan = Rp10.000.000/bulan

Bunga:
(Rp120.000.000 x 10%) : 12 bulan = Rp1.000.000

Angsuran per bulan:


Rp10.000.000 + Rp1.000.000 = Rp11.000.000
Jadi, dari pinjaman tersebut setelah dihitung dengan cara hitung bunga flat, angsuran yang
harus Anda bayarkan hingga pinjaman tersebut lunas adalah Rp11.000.000 tiap bulan. Nilai
angsuran ini tidak akan berubah-ubah sebab bunga yang dikenakan adalah jenis bunga flat.
.
B. Sliding rate / Bunga efektif

Jenis bunga ini biasa diterapkan pada kredit dengan jangka waktu atau tenor yang panjang. Contohnya
saat Anda mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen (KPA).

Alasan bunga efektif lebih ditujukan kepada kredit jangka panjang karena tenor yang lama membuat
pinjaman tidak terburu-buru harus terlunasi, sementara suku bunganya tidak terlalu besar. Ya, suku
bunga efektif biasa lebih rendah dibandingkan bunga flat. Inilah yang membuatnya cocok untuk
digunakan dalam kredit jangka panjang. Bunga yang lebih kecil itu didapatkan dari cara hitung bunga
efektif yang melihat sisa pinjaman pokok dari debitur. Jika bunga flat melakukan penghitungan dengan
mematok nilai pokok pinjaman dari awal pinjaman, berbeda dengan penerapan bunga efektif. Yang
dihitung saat kreditur menggunakan jenis bunga ini adalah jumlah utang yang belum terbayarkan tiap
bulannya. Jadi kian lama, nilai bunga pinjaman Anda akan semakin rendah sebab sisa pinjaman Anda
semakin berkurang. Dari nilai bunganya yang semakin kecil itu, angsuran yang mesti Anda
pertanggungjawabkan tiap bulannya juga semakin sedikit. Berikut adalah rumus untuk menghitung
besaran bunga efektif dari sebuah pinjaman.
Jika pada bunga flat, kreditur hanya menghitung pada awal pinjaman untuk menentukan angsuran, pada
pinjaman dengan bunga efektif penghitungan akan dilakukan setiap bulan. Ini karena sisa pinjaman
tentu akan semakin berkurang tiap bulannya sehingga perlu untuk melakukan penghitungan ulang. Agar
lebih memahami cara hitung bunga efektif, berikut adalah contoh kasus yang menerapkan pemakaian
jenis bunga yang satu ini.

Dani mengajukan kredit KPA sebesar Rp120 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan dikenakan
bunga pinjaman sebesar 10% per tahun secara efektif. Berapakah angsuran per bulan yang harus
dibayar?

Data:
Pokok pinjaman: Rp120.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 12 bulan

Cicilan pokok:
Rp120.000.000 : 12 bulan = Rp10.000.000/bulan

Bunga bulan 1:
((Rp120.000.000 - ((1-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp 1.000.000
Maka, cicilan bulan 1 = Rp10.000.000 + Rp1.000.000 = Rp11.000.000

Bunga bulan 2:
((Rp120.000.000 - ((2-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp916.667
Maka, cicilan bulan 2 = Rp10.000.000 + Rp916.667 = Rp10.916.667

Bunga bulan 3:
((Rp120.000.000 - ((3-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp833.333
Maka, cicilan bulan 3 = Rp10.000.000 + Rp833.333 = Rp10.833.333
Dan seterusnya, hingga...
Bunga bulan 12:
((Rp120.000.000 - ((12-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp83.333
Maka, cicilan bulan 12 = Rp10.000.000 + Rp83.333 = Rp10.083.333

Terlihat ada pengurangan nilai total angsuran dari bulan pertama, bulan kedua, dan seterusnya. Ini
karena penerapan bunga efektif yang membuat bunga semakin kecil bergantung sisa pokok pinjaman.
Untuk bulan-bulan berikut dengan contoh kasus di atas, hasil penghitungan bunga akan semakin kecil
dan total angsuran akan semakin rendah.

C. Floating rate / Bunga Anuitas

Perhitungan bunga kredit yang satu ini merupakan modifikasi dari cara hitung bunga efektif. Nilai
pembayaran total angsuran bunga efektif yang tiap bulannya berbeda sering kali membuat debitur
menjadi bingung. Karena itu, pihak kreditur akhirnya membuat cara penghitungan yang kurang
lebih sama seperti penghitungan bunga efektif tiap bulan, namun angsuran pokoknya yang berbeda.
Jika pada penerapan bunga efektif angsuran pokok didapatkan dari jumlah pinjaman dibagi dengan
tenor kredit, hal berbeda diaplikasikan di pinjaman yang menerapkan bunga anuitas. Angsuran pokok
didapatkan dari total angsuran yang telah ditetapkan dikurangi dengan hasil penghitungan bunga
anuitas. Berikut adalah contoh kasusnya.
Budi mengajukan kredit KPR sebesar Rp120 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan dikenai
bunga pinjaman sebesar 10% per tahun secara anuitas. berapakah angsuran per bulan yang harus
dibayar?

Data:
Pokok pinjaman: Rp120.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 12 bulan

Cicilan pokok:

= Rp10.549.906

Saat menghitung bunga anuitas, Anda perlu berkosentrasi dengan pokok pinjaman yang terpakai pada
bulan ini untuk menyisakan sisa pokok tabungan guna menghitung bunga di bulan berikutnya. Dari
sana terlihat, meskipun suku bunganya sama dengan bunga efektif, dengan cara penghitungan bunga
anuitas yang berbeda, hasilnya pun akan lain

 Bunga Tetap dan Mengambang

Ketiga jenis bunga di atas menurut cara penghitungannya masih menerapkan sistem bunga tetap atau
fixed. Ya, selain mesti memperhatikan cara penghitungannya, ada baiknya Anda juga mengetahui bunga
yang dikenakan kepada Anda nantinya termasuk jenis tetap atau mengambang (floating).

a. Bunga Tetap

Secara sederhana adalah bunga yang diberikan kepada kreditur dalam tenor kredit tidak berubah-ubah.
Persentase bunga tetap akan selalu sama dari awal pinjaman hingga pelunasan tagihannya. Jadi
misalnya pada pinjaman telah ditetapkan suku bunganya adalah 10 persen, angka tersebut akan terus
dipakai sampai pinjaman tersebut berakhir.

Jenis bunga tetap dapat dihitung baik dengan cara bunga fix, efektif, hingga anuitas. Penggunaan bunga
ini ada untung ruginya tersendiri. Untungnya, jika di pasar ada kenaikan suku bunga, hal tersebut tidak
akan terlalu berpengaruh kepada pinjaman Anda sebab bunganya telah ditetapkan. Namun ruginya, jika
bunga di pasaran turun, Anda pun tidak bisa menuai pengurangan persentase bunga. Berikut kami
berikan contoh kasus.

Dimas mengajukan kredit KPR sebesar Rp500 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan dikenakan
bunga pinjaman sebesar 10% secara fixed 3 tahun per tahun efektif. Berapakah angsuran per bulan yang
harus dibayar Dimas selama periode tersebut?

Data:
Pokok pinjaman: Rp500.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 36 bulan

Cicilan pokok:
Rp500.000.000 : 36 = Rp13.888.889
Bunga bulan 1:
((500.000.000 – ((1-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp4.166.667
Maka, cicilan bulan ke 1 = 13.888.889 + 4.166.667 = Rp18.055.556

Bunga bulan 2:
((500.000.000 – ((2-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp4.050.926
Maka, cicilan bulan ke 2 = 13.888.889 + 4.050.926 = Rp17.939.815

Bunga bulan 3:
((500.000.000 – ((3-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp3.395.185
Maka, cicilan bulan ke 3 = 13.888.889 + 3.395.185= Rp17.824.074
Dan seterusnya, hingga...

Bunga bulan 36:


((500.000.000 – ((36-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp115.741
Maka, cicilan bulan ke 36 = 13.888.889 + 115.741 = Rp14.004.630
Dapat dilihat bahwa besaran bunga dari bulan 1 sampai bulan 36 adalah sama besar yaitu sebesar
10%.

b. Bunga Mengambang

Tidak berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat pada awal peminjaman, jenis bunga mengambang
sangat dipengaruhi oleh pergerakan kondisi pasar. Jika persentase bunga pasaran sedang menurun,
bunga pinjaman Anda juga akan ikut turun. Sebaliknya, apabila ada kenaikan suku bunga, Anda akan
terkena imbasnya sebab pinjaman Anda akan dibebankan bunga yang lebih tinggi, sesuai dengan
dinamika pasar.

Untuk jenis bunga yang satu ini, Anda akan sulit menghitungnya jika menggunakan penghitungan
bunga fix. Yang bisa dilakukan untuk melihat besaran angsuran dari bunga mengambang adalah
menghitungnya dengan cara bunga efektif maupun anuitas. Hanya saja yang berbeda adalah persentase
bunganya dari bulan ke bulan.

Berikut diberikan contoh dengan angka yang sama dengan yang diterapkan pada contoh penghitungan
bunga efektif. Cara penghitungannya tidak berubah, namun persentase bulan keduanya saja yang
dibedakan.

Vira mengajukan kredit KPR sebesar Rp500 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan dikenakan
bunga pinjaman sebesar 10% secara fixed 3 tahun per tahun efektif, dan sisanya adalah floating rate
hingga tenor pinjaman berakhir. Berapakah angsuran per bulan yang harus dibayar Vira selama periode
floating tersebut?

Diasumsikan bahwa besaran bunga dari bulan 1 sampai bulan ke 36 adalah sama besar sebesar 10%,
sementara untuk tahun ke 4 sampai ke 7 sebesar 12%, dan di tahun ke 8 hingga tenor selesai dikenakan
bunga sebesar 14%.

Tenor tahun ke-4 sampai tahun ke-7 (bulan ke 37 hingga bulan ke 84)

Data:
Pokok pinjaman: Rp500.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 48 bulan (bulan ke 37 hingga bulan ke 84)

Cicilan pokok:
500.000.000 : 48 = Rp10.416.667
Bunga bulan 37:
((500.000.000 – ((1-1) x 10.416.667)) x 10% : 12 = Rp4.166.667
Maka, cicilan bulan ke 37 = 10.416.667 + 4.166.667 = Rp14.583.333

Bunga bulan 38:


((500.000.000 – ((2-1) x 10.416.667)) x 10% : 12 = Rp4.079.861
Maka, cicilan bulan ke 2 = 10.416.667 + 4.079.861 = Rp14.496.528
Dan seterusnya, hingga...

Bunga bulan 84:


((500.000.000 – ((48-1) x 10.416.667)) x 10% : 12 = Rp86.806
Maka, cicilan bulan ke 36 = 10.416.667 + 86.806= Rp10.503.472
Tenor tahun ke-8 sampai tahun ke-10 (bulan ke 85 hingga bulan ke 120)

Data:
Pokok pinjaman: Rp500.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 36 bulan (bulan ke 85 hingga bulan ke 120)

Cicilan pokok:
500.000.000 : 36 = Rp13.888.889

Bunga bulan 85:


((500.000.000 – ((1-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp4.166.667
Maka, cicilan bulan ke 1 = 13.888.889 + 4.166.667 = Rp18.055.556

Bunga bulan 86:


((500.000.000 – ((2-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp4.050.926
Maka, cicilan bulan ke 2 = 13.888.889 + 4.050.926 = Rp17.939.815
Dan seterusnya, hingga...

Bunga bulan 120:


((500.000.000 – ((36-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp115.741
Maka, cicilan bulan ke 36 = 13.888.889 + 115.741 = Rp14.004.630
Saat mendapat pinjaman yang menerapkan bunga mengambang, Anda bisa untung jika kondisi suku
bunga di pasar tengah turun. Sebab itu berarti, bunga yang dibebankan kepada juga bisa ikut
berkurang. Namun sebaliknya, Anda juga harus menanggung pertambahan bunga jika ada kenaikan
suku bunga di pasar.

Anda mungkin juga menyukai