Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode Tabulampot

Tabulampot atau yang sering kita kenal tanaman buah dalam pot,
merupakan salah satu cara untuk membudidayakan tanaman berupa buah-
buahan yang ditanam di dalam pot. Berasal dari usaha pembibitan yang tidak
laku jual, sehingga pemiliknya menanamkan bibit tersebut dalam pot.
Tabulampot ternyata mengalami perkembangan yang menggembirakan,
terutama yang tinggal di perkotaan. Metode ini merupakan metode budidaya
tanaman lahan sempit yang lebih mengoptimalkan penggunaan pot dan
tanaman buah-buahan dalam pelaksanaannya sehingga keterbatasan lahan dan
pekarangan yang dimiliki oleh sebagian besar warga kota menjadi alasan kuat
mengapa tabulampot menjadi pilihan utama. Dikarenakan cara
penanamannya sangat mudah dan tidak memakan waktu yang cukup banyak
dan hasilnya pun sangat memuaskan. Tabulampot (tanaman buah dalam pot)
mulai berkembang pada penghujung 1970-an. Tambulampot bisa menjadi
alternative bercocok tanam bagi penghobi tanaman yang tidak memiliki lahan
luas. Saat ini Tabulampot kian diminati. Tanaman ini mudah dijumpai dikios-
kios pertanian ataupun kita bisa mencoba menanam sendiri.

2.1.1 Pemilihan Jenis Tanaman Untuk Tabulampot


Tananam yang dapat ditanam dalam pot semkin banyak jenisnya.
Beberapa jenis tanaman buah yang telah ditanam di dalam pot antara
lain jambu bangkok, jambu air lilin, jambu air sukaluyu, jambu air
cincalo, mangga manalagi, mangga apel, mangga, kedondong
bangkok, sawo, delima, pisang, salak, belimbing, anggur, jeruk manis,
dan rambutan. Dari jenis-jenis tanaman tersebut, ada tanaman yang
mudah berbuah dalam pot dan ada pula yang agak sukar berbuah.
Beberapa tanaman yang mudah berbuah seperti jambu bangkok,
jambu air, mangga, apel, kedondong bangkok, sawo, delima,
belimbing dan jeruk. Jenis lainnya juga dapat berbuah, walaupun tidak
secepat tanaman ini.
Sebenarnya membuahkan tanaman dalam pot tidak berbeda dengan
membuahkan tanaman di lapangan. Perlakuan justru lebih mudah
kerena beberapa perlakuan hidup tenaman seperti
pemupukan,pengairan, sinar matahari, kondisi lingkungan setempat,
dan berbagai perlakuan lainnya dapat diatur atau direkayasa sesuai
keperluan.
Agar tanaman pada tabulampot dapat menghasilkan buah yang
maksimal maka diperlukan tanah yang dipakai untuk tabulampot
adalah tanah subur dengan ciri berwarna hitam gelap. Fungsinya untuk
tempat tanaman tumbuh dan berdiri. Pupuk kandang yang umum
digunakan adalah kotoran sapi. Fungsi pupuk kandang adalah sebagai
sumber makanan bagi tanaman dan pengikat air, agar tanah tidak
mudah kering. Tanaman tabulampot sebaiknya diberi naungan khusus
serta disiram secara teratur untuk mengendalikan curah hujan dan
sinar matahari yang diperoleh. Tanaman yang dipilih untuk
tabulampot harus sesuai dengan iklim tempat tumbuhnya, supaya bisa
berkembang dan berbuah dengan baik.
2.1.2 Langkah Penanaman Tabulampot
Tanaman buah yang ditanam dalam pot sangatlah berbeda dengan
tanaman buah yang di tanam langsung di tanah baik dalam ukuran,
pemupukan hingga media tanam. Langkah penanaman dan
pembudiayaan tabulampot dan tanaman yang di tanam dalam tanah
pun berbeda. Berikut adalah langkah-langkah penanaman tabulampot :
a. Menyiapkan dan memilih bibit tanaman buah
Keberhasilan penanaman buah di dalam pot sangat tergantung dari
pemilihan bibit tanamannya. Seperti yang kita ketahui bahwa
pembudidayaan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
cara generatif dan vegetatif. Sebenarnya pembibitan tabulampot
bisa dilakukan dengan kedua cara tersebut. Metode generatif
adalah dengan menggunakan biji / benih dari tanaman sedangkan
metode vegetatif buatan adalah dengan :
1) Cangkok
Mencangkok merupakan cara untuk memperbanyak tumbuhan
dengan cara memotong dahan tumbuhan dari tumbuhan
induknya. Hanya pada tumbuhan yang berkeping dua atau
dikotil saja yang bisa dicangkok seperti jambu, jeruk, mangga
dan lainnya.

2) Okulasi /Menempel
Menempelkan tunas tanaman ke tanaman lainnya yang masih
satu jenis. Contoh cara okulasi misalnya tunas belimbing madu
ditempelkan ke pohon belimbing bangkok bertujuan untuk
menumpang hidup. Tanaman buah lain yang bisa dilakukan
okulasi diantaranya mangga, cacao dll.

3) Stek
Memotong batang tanaman kemudian menancapkannya di
tanah, selanjutnya ujung batang yang tertancap akan menjadi
akar. Contoh tanaman yang bisa di stek antara lain tebu,
singkong, mawar dan melati.
4) Mengenten /Penyambungan
Menyambungkan dua bagian dari tumbuhan yang berbeda,
(batang dan akarnya) dengan tujuan menghasilkan tanaman
unggul. Misal tomat disambung dengan terung (masih satu
keluarga).

5) Merunduk
Merundukan cabang batang tanaman yang panjang ke tanah
dan menutupinya, selanjutnya batang yang tertutupi dengan
tanah akan tumbuh akar. Contoh tanaman yang dapat di
budidayakan dengan cara merunduk adalah apel, anggur dll.

b. Penentuan media tanam


Media tanam adalah tempat dimana tanaman tumbuh,
menanamkan akarnya serta penopang dari tanaman itu sendiri.
Media tanam inti adalah tanah kemudian dicampur dengan media
lain seperi pasir, pupuk kandang dan sekam. Adapun jenis dan
keterangan dari beberapa media tanam yang digunakan:
1) Tanah: bagian / material kulit bumi yang tersusun atas bahan
material dan organik.
2) Pasir: material butiran umumnya berukuran antara 0,0625
sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon
dioksida / pasir pantai (batu kapur)
3) Sekam: Bagian dari butiran padi berupa lembaran berwarna
coklat muda yang kering serta bersisik berfungsi melindungi
bagian dalam padi (endospermium dan embrio).
4) Pupuk kandang: Hasil olahan kotoran hewan ternak yang
digunakan pada lahan pertanian untuk memperbaiki kesuburan
dan struktur tanah.
Komposisi media tanam yang tepat akan sangat menentukan
keberhasilan membudidayakan tanaman buah dalam pot
tabulampot. Komposisi dari media tanam disesuaikan dari mana
tanaman buah tersebut berasal. Contoh komposisi perbandingan
media tanam adalah sebagai berikut :
1) Tanaman yang berasal dari iklim kering seperti jambu air,
mangga, belimbing dan buah naga digunakan media tanam
pasir, pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 3:1:1.
2) Tanaman yang berasal dari tanah lembab seperti manggis dan
rambutan digunakan media tanam berupa pasir, pupuk kandang
dan tanah dengan perbandingan 1:2:2.
3) Tanaman yang mampu beradaptasi dengan baik pada iklim
kering dan lembab seperti nangka, jeruk, srikaya dan sawo
digunakan media tanam berupa pasir, pupuk kandang dan
tanah dengan perbandingan 1:1:1.
c. Pemilihan pot
Pot adalah wadah / tempat yang akan menyangga tanaman dan
media tanam (tanah). Pemilihan pot sebaiknya memperhatikan
kaki / alas yang memisahkan dasar pot dengan tanah untuk
mengawasi pertumbuhan akar juga sebagai aliran drainase.
Umumnya pot yang digunakan terbuat dari bahan plastik, semen,
tanah liat, drum kaleng , dan polybag / planter bag.
1) Pot Plastik
Pot berbahan dasar plastik dapat diperoleh dengan mudah
dengan harga relatif murah. Pot plastik mempunyai daya tahan
yang baik berkisar antara 2–5 tahun tergantung lingkungan dan
kualitas bahannya. Pilihan warn pun sangat beragam
dikarenakan proses pembuatannya yang mudah. Kelemahan
pot jenis ini adalah tidak memiliki pori sehingga bermasalah
terhadap temperatur didalam pot jika sinar matahari sangat
terik. Jika menggunakan pot plastik sebaiknya tanaman
ditempatkan di lingkungan yang lembab dan teduh.
2) Pot tanah liat
Pot tanah liat adalah jenis pot terbaik untuk tabulampot karena
memiliki pori-pori untuk merembeskan air keluar sehingga
suhu akar tanaman tetap terjaga dan stabil. Kelemahan dari pot
ini adalah mudah pecah jika terjatuh, terkena benturan dan
perkembangan akar tanaman yang mendesak. Selain itu
kelebihan pot ini dalam merembeskan air akan menjadi
masalah pada musim kemarau karena boros air sehingga harus
sering disiram.
3) Pot semen
Pot yang dibuat dengan dasar semen dan beton sama seperti
bangunan pada umumnya memiliki daya tahan yang sangat
baik dan memiliki kemampuan meresapkan air untuk menjaga
temperatur dalam pot. Kelemahan pot semen adalah dari segi
harga yang mahal serta dari beratnya sehingga akan menjadi
kendala jika tanaman hendak dipindah-pindah.
4) Pot kayu
Pot yang terbuat dari kayu memiliki nilai estetika serta
memiliki kemampuan merembeskan air meskipun tidak sebaik
pot tanah liat . Pot kayu memiliki ketahanan lebih baik dari pot
tanah liat mendekati pot semen dengan berat yang lebih ringan.
Kelemahan pot kayu adalah mudah lapuk karena rayap, serta
terus menerus bersentuhan dengan air dan tanah.
5) Pot drum bekas / kaleng
Pot yang terbuat dari drum bekas dan kaleng bekas umumnya
memiliki daya tahan yang sangat baik, ukuran yang besar, serta
berat yang jauh lebih ringan dari pot berbahan semen dan
beton. Kelemahan pot drum adalah tidak adanya pori-pori
mirip seperti pot plastik sehingga akar tanaman mudah stress
karena suhu didalam pot bisa sangat panas, kekurangan
lainnya adalah mudah karatan sehingga berpotensi meracuni
tanaman.
6) Pot Porcelain / keramik
Pot keramik mempunyai kelebihan di nilai seni / estetika yang
sangat tinggi. Kelemahan pot jenis ini adalah harganya sangat
mahal, mudah pecah dan tidak memiliki pori-pori sehingga
tidak cocok untuk pot tanaman buah.
7) Polybag / planter bag
Kantong yang terbuat dari plastik, terdapat beberapa lubang
kecil yang berfungsi sebagai sirkulasi air. Polybag biasanya
digunakan sebagai pengganti pot dan bersifat sementara.
Polybag ini umumnya digunakan untuk pembibitan.
d. Penanaman bibit tanaman buah ke dalam pot
Langkah terakhir adalah menanamkan bibit tanaman buah
kedalam pot. Proses penanaman bibit ke dalam pot untuk setiap
jenis tanaman tidaklah sama, terutama pada komposisi campuran
media tanam. Secara umum langkah-langkahnya diuraikan sebagai
berikut:
1) Mempersiapkan media tanam : Komposisi campuran media
tanam untuk setiap jenis tanaman disesuaikan menurut iklim
dari mana tanaman buah tersebut berasal. Mengenai komposisi
untuk tanaman buah di iklim kering, lembab dan yang mampu
beradaptasi dengan baik pada iklim kering dan lembab sudah
dijelaskan pada pembahasan media tanam atau bisa
berkonsultasi dengan pihak tanaman mart Namun perlu
diperhatikan unsur lain yang harus dibersihkan seperti batu
kerikil dan kotoran lain yang tidak dibutuhkan.
2) Mempersiapkan pot : Pot sebagai penyangga media tanam dan
tanaman buah harus disesuaikan dengan ukuran bibit tanaman.
Ukuran pot dimulai dari yang berdiameter 35-40 cm yang
selanjutnya diganti mengikuti pertumbuhan tanaman.
Penggantian pot mengacu pada ukuran pertumbuhan tanaman
bukan mengacu pada waktu
3) Persiapkan media tambahan yang berfungsi sebagai tambahan
penyangga di dasar pot. Media tambahan yang umum
digunakan adalah pecahan genteng dan ijuk kelapa Selanjutnya
isi pot dengan media tanam hingga setengah tinggi pot
4) Penguapan / Transpirasi adalah proses pengeluaran air dari
tanaman dengan bantuan bukaan kecil yang dikenal sebagai
stomata. Stomata merupakan lubang kecil atau pori-pori yang
hadir di daun, batang, bunga, atau bagian lain tumbuhan.
Penguapan bisa dikurangi dengan cara memangkas sebagian
daun atau bibit tanaman
5) Penanaman bibit : Setelah polybag di buka, kemudian bibit
tanaman diletakan di tengah-tengah pot. Selanjutnya timbun
dengan media tanam hingga pangkal batang serta padatkan dan
siram dengan air untuk menjaga kelembabannya
6) Adaptasi tanaman : Untuk proses adaptasi dengan lingkungan
tanam baru, simpan tabulampot di tempat yang teduh serta
sirang setiap pagi dan sore selama satu minggu. Setelah
melewati proses adaptasi bisa dipindahkan ke tempat terbuka.
2.1.3 Perawatan Tabulampot
Untuk menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup tanaman buah yang
di tanam dalam pot dibutuhkan perawatan secara konsisten. Perawatan
yang dimaksud juga bertujuan menjaga agar tabulampot dapat berbuah
lebat. Perawatan tersebut meliputi penyiraman, pemangkasan,
pemupukan, pengendalian hama dan penggantian pot, dijelaskan
sebagai berikut:
a. Penyiraman dan sinar matahari
Tabulampot harus diletakan di tempat terbuka yang terkena sinar
matahari. Penyiraman dilakukan menggunakan selang dengan
intensitas setiap hari pagi atau sore pada musim kemarau. Pada
musim hujan penyiraman dilakukan jika daun terlihat layu.
b. Pemangkasan batang, daun dan akar
Pemangkasan tabulampot dilakukan dengan tujuan memperindah,
memperbanyak produksi, dan peremajaan.
1) Pemangkasan bentuk
Pemangkasan bentuk mempunyai tujuan untuk membentuk
tampilan baru, pengaturan postur tanaman agar efektif terkena
sinar matahari serta memiliki nilai estetika yang baik.
Umumnya pemangkasan dilakukan menggunakan metode 1-3-
9 yang memiliki arti dalam setiap 1 batang primer terdapat
maksimum 3 batang sekunder dan dalam 1 batang sekunder
maksimum terdapat 3 batang tersier. Batang yang dipilih untuk
dibiarkan tumbuh adalah yang sehat dan kuat, sekaligus juga
memiliki unsur estetika pada tanaman.
2) Pemangkasan produksi
Pemangkasan yang berkaitan dengan fungsi produksi buah
pada tanaman, misal dengan memangkas tunas air untuk
merangsang pembungaan. Pemangkasan produksi juga
dilakukan terhadap batang yang berpenyakit yang berpotensi
menghambat proses produksi buah-buahan
3) Pemangkasan peremajaan
Pada tanaman yang sudah tua harus dilakukan penggantian
media tanam dan pot / repotting. Proses repotting tersebut
disertai dengan pemangkasan beberapa cabang dengan tujuan
agar tanaman terlihat muda dan fresh.
c. Pemupukan Tanaman
Berbeda dengan tanaman yang di tanam pada tanah, media
tabulampot memiliki cadangan nutrisi yang terbatas. Pemupukan
pada media tanaman merupakan hal yang sangat penting untuk
kelangsungan tanaman. Pemupukan pertama dilakukan satu bulan
setelah ditanam yang kemudian dilanjutkan 3-4 bulan sekali secara
rutin. Jenis pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk organik,
diantaranya pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk organik
cair. Sebagaimana kita ketahui kandungan hara pupuk organik
tidak seakurat pupuk kimia / anorganik, pupuk organik memiliki
kelebihan unsur hara yang lebih lengkap serta merangsang
aktivitas biologi media tanam.
d. Penggantian media tanam dan pot (re-potting)
Semakin tanaman tumbuh baik daei ukuran dan tingginya, maka
media tanam dan pot tidak lagi bisa menyangga dan menopang
ruang gerak tanaman. Penggantian pot dan media tanam perlu
dilakukan ke ukuran yang lebih besar disertai pemangkasan dan
peremajaan tanaman. Pemngkasan tidak hanya sebatas pada daun
dan batangnya saja, namun akarpun perlu dipangkas, terutama
yang panjang nya melebihi 25 cm. Hal ini untuk mengurangi
kebadatan media tanam yang diakibatkan oleh akar tanaman.
Adapun tujuan dari pemangkasan dan peremajaan batang, daun
dan akar diantaranya untuk :
1) Mengurangi kepadatan media tanam dimaksudkan tetap
gembur
2) Membuang penyakit dan hama
3) Mengurangi penguapan / transpirasi
2.1.4 Kelebihan dan Kerugian Tabulampot
Tabulampot mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
a. memanfaatkan halaman atau lahan sempit
b. tabulampot dapat diletakkan di mana saja dan dipindah-pindah
lokasinya kapan saja sesuai dengan kemauan tanpa harus
dibongkar dan ditanam lagi seperti halnya tanaman yang
ditanam di tanah.
c. pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak akan merusak
bangunan di sekitarnya.
d. meminimalkan penggunaan pupuk karena pemberiannya
disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dimanfaatkan
seluruhnya oleh tanaman.
e. sistem drainase lebih mudah diterapkan , sehingga tidak terlalu
jadi kelebihan air.
f. mudah dalam perawaatannya, terutama dalam penanggulangan
hama dan penyakit ,sehingga akan menghasilkan tanaman yang
sehat.
g. lebih mudah dipindahkan , tanpa resiko tanaman mengalami
kematian.
h. dapat dinikmati keindahannya karena tabulampot berukuran
antara 1-2 meter.
i. sumber gizi dan vitamin bagi keluarga.
j. dapat dijadikan sumber penghasilan.
Tabulampot juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu :
a. tidak semua tanaman buah dapat dibuahkan di dalam pot.
Misalnya durian, meskipun durian dapat berbuah namun pada
akhirnya buah akan rontok.
b. Tabulampot juga tidak dapat berbuah secara maksimal
layakanya pohon yang ditanam di tanah secara langsung.
Misalnya saja tabulampot belimbing yang hanya dapat
memberikan beberapa buah saja dalam setiap masa buahnya.
Berbeda jika kita tanam belimbing di tanah secara langsung,
buahnya dapat menutupi hampir seluruh bagian tanaman.
c. Pemilihan tanaman harus memperhatikan iklim setempat.
tanaman yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan biasanya
enggan berbuah.
d. kualitas buah tidak dapat dipertahankan sampai peranakannya,
percabangan tidak teratur dan umurnya tidak panjang.
e. Pemilihan pot tergantung jenis tanamannya, tanaman berakar
panjang membutuhkan pot ukuran lebih besar.
2.2 Metode Vertikultur
Vertikultur berasal dari bahasa Inggris yaitu vertical dan culture yang
artinya teknik bercocok tanam di ruang sempit dengan memanfaatkan bidang
vertikal sebagai tempat bercocok tanam. Teknik vertikal berawal dari ide
vertical garden yang dilakukan oleh sebuah perusahaan di Swiss pada tahun
1944. Setelah ide vertical garden dilontarkan pemilik rumah kaca komersial
di Guensey (the chennel Islands) dan di Inggris yang mengadaptasi teknik
tersebut untuk memproduksi strowberi (Liferdi Lukman, 2003). Popularitas
bertanam bertingkat berkembang pesat di Negara Eropa. Pertanian dengan
menggunakan sistem vertikultur merupakan solusi atau jawaban bagi yang
berminat dalam budidaya tanaman namun memiliki ruang atau lahan sangat
terbatas.
Menurut Jatnika (2010) dalam Ariati (2017), vertikultur adalah cara
pertanian baik indoor maupun outdoor, karena kepemilikan lahan terbatas
yang dirancang sedemikian rupa sehingga berposisi vertikal atau bertingkat.
Tanaman yang dibudidayakan diusahakan tanaman yang memiliki nilai
ekonomis tinggi, berumur pendek, atau tanaman semusim. Setidaknya,
tanaman tersebut berakar pendek, seperti selada, kangkung, bayam, pokcoy,
caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun, ataupun
bunga-bungaan.
2.2.1 Jenis-Jenis Vertikultur
Terdapat beberapa jenis vertikultur yang memiliki karakteristik yang
berbeda, diantaranya adalah :
a. Vertikultur Vertikal
Biasanya jenis ini ditemui dalam bentuk wadah-wadah kokoh
berbentuk kolom yang tegak berdiri di lahan.

(Gambar : vertikultur vertikal dengan pipa paralon)


b. Vertikultur horizontal
Vertikultur horizontal biasanya ditemui pada rak-rak bertingkat,
dengan tatanan wadah tanaman memanjang atau horizontal.

(Gambar : vertikultur horizontal dengan bambu)


c. Vertikal Gantung
Jenis ini umum terlihat dalam bentuk pot-pot atau wadah yang
diikat oleh tali/kawat dan digantung pada atap.

(Gambar: vertikultur gantung dengan botol bekas)


d. Vertikultur Susun
Jenis ini mirip dengan vertikultur vertikal, hanya berbeda dalam
penyajian wadah dan kolom untuk media tanam yang akan
digunakan.

(Gambar: vertikal susun dengan pot)


2.2.2 Media Tanam Vertikultur
Media tanam adalah komponen utama dalam menunjang
pertumbuhan tanaman. Bagi tanaman, media tanam memiliki banyak
peran seperti sebagai tempat bertumpu agar tanaman tetap tumbuh
tegak. Di dalam media tanam terkandung air, hara, dan udara yang
diperlukan oleh tanaman, selain itu media tanam juga berfungsi untuk
menjaga kelembaban daerah di sekitar akar, penyedia udara yang
cukup dan dapat menahan ketersediaan unsur hara (Purwanto, 2012).
Untuk itulah diperlukan media tanam yang sesuai untuk diterapkan
dalam teknik vertikultur. Media tanam yang dapat digunakan dalam
becocok tanam secara vertikultur sebenarnya beragam. Namun pilihan
yang paling baik adalah menggunakan tanah gambut. Dari penelitian
yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, campuran media tanam yang baik digunakan adalah
menggunakan campuran kompos, tanah, dan arang sekam dengan
perbandingan 1 : 1 : 1. Sekam berfungsi untuk menampung air di di
dalam tanah, sedangkan kompos berfungsi untuk menyediakan unsur-
unsur penting yang dibutuhkan. Sebaiknya media tanam juga
ditambah dengan pupuk TSP dan KCL masing-masing 10 gram per
tanaman, bisa juga menggunakan pupuk majemuk yaitu NPK Ponska.
Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemapuan untuk mengikat
unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman
dengan prinsipnya pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk
menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin
tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara
yang diperlukan tanaman. Campuran media tanam yang baik adalah
sekam dan kompos serta pasir. Campuran media tanam kemudian
dimasukan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak
ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk
mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam
di dalam bambu diusahakan tidak terlalu padat agar air mudah
mengalir, juga akar tanman tidak kesulitan bernafas, dan tidak terlalu
renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan
menjaga kelembaba (Florentina dkk, 2005).
2.2.3 Pemilihan Jenis Tanaman Vertikultur
Dalam bercocok tanam dengan sistem vertikultur persyaratannya
adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang ditanam
sebaiknya memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan
berakar pendek. Tidak semua jenis tanaman dapat ditanam secara
vertikultur. Tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan dengan cara ini
adalah jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-
obatan yang memiliki perakaran yang dangkal dan memiliki berat
yang relatif ringan sehingga tidak akan membebani media tanam
vertikultur pada pertumbuhan tanaman tersebut.
Sebelum menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan
dengan menggunakan sistem vertikultur, harus diketahui terlebih
dahulu sifat-sifat tanaman yang ingin ditanam. Karena tidak semua
tanaman dapat ditanam secara vertikultur, ada tanaman yang hanya
dapat tumbuh didataran rendah ada pula yang hanya dapat tumbuh di
dataran tinggi. Pencahayaan matahari juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Menurut Pujo (2006) mengatakan bahwa jenis tanaman pangan
rumah tangga yang dapat dibudidayakan menggunakan sistem
vertikultur terbagi menjadi 5 jenis tanaman, yaitu sebagai berikut:
a. Sayuran Buah
Jenis sayuran buah biasanya dikonsumsi bagian buahnya. Yang bisa
ditanam dalam pot diantaranya adalah cabai besar, cabai rawit,
terong, mentimun, tomat, kacang panjang, buncis, dan paprika.
Pertumbuhan dan produksi paprika, kapri, dan tomat akan lebih
bagus bila ditanam di daerah dataran tinggi. Namun, jenis tomat
tertentu seperti mutiara, intan, berlian, dan tomat sayur dapat
diusahakan di dataran rendah dengan hasil yang baik.
b. Sayuran Daun
Jenis tanaman sayuran daun yang dapat dipotkan lebih beragam,
antara lain : bayam, kangkung, selada, seledri, bawang daun, kobis,
kemangi, pokcoy, dan kailan. Selada merupakan sayuran dataran
tinggi. Namun, jenis selada betawi yang berdaun tipis dan rasanya
renyah dapat diusahakan di dataran rendah. Beberapa sayuran yang
baik diusahakan di dataran rendah adalah pokcoi, kailan, kubis, dan
baby capri.
c. Sayuran Bunga
Hanya beberapa jenis sayuran bunga saja yang bisa ditanam dalam
pot, yaitu bunga kol dan brokoli. Itupun harus memperhatikan
kondisi iklim setempat, karena kedua tanaman ini umumnya
banyak ditanam di dataran tinggi.
d. Sayuran Umbi
Sayuran umbi memang jarang ditemukan tumbuh di dalam pot.
Syarat pot harus tinggi agar pertumbuhan umbinya maksimal. Jenis
sayuran umbi yang dipotkan antara lain adalah wortel, kentang,
bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay. Semua jenis
sayuran umbi umumnya di dataran tinggi hanya bawang merah dan
beberapa jenis bawang putih yang cocok diusahakan di dataran
rendah.
e. Tanaman Empon-empon
Jenis empon-empon umumnya banyak disukai ibu-ibu rumah
tangga. Alasannya, jika memerlukan bumbu tidak perlu ke warung
atau pasar. Jenis tanaman bumbu dan empon-empon yang dapat
dipotkan adalah kunyit, kencur, lengkuas, dan lain-lain. Tanaman
ini baik diusahakan di dataran rendah maupun tinggi.
2.2.4 Langkah-Langkah Budidaya Vertikultur
Setelah melakukan penyiapan media tanam dan pemilihan jenis
tanaman yang akan digunakan, maka pada teknik vertikultur ini
terdapat beberapa langkah-langkah yang biasanya dilakukan, yaitu
sebagai berikut:
a. Persemaian
Persemaian yaitu proses pematangan benih hingga menjadi bibit
sehingga siap untuk ditanam pada media tanam vertikultur.
Beberapa jenis tanaman yang membutuhkan proses persemaian
adalah tomat, cabai, terong, mentimun, bunga kol, brokoli, selada,
caisim, kailan, dan lain-lain. Cara melakukan penyemaian yang
diuraikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
adalah sebagai berikut:
1) Siapkan media untuk penyemaian benih yang biasanya terdiri
dari campuran tanah kebun yang telah diayak dengan pupuk
kandang atau pasir dengan perbandingan 2:1:2. Dapat pula
dicampur dengan pupuk NPK.
2) Masukan media semai ke dalam wadah bak plastik datar,
sementara itu benih yang akan disemai direndam terlebih
dahulu kedalam air hangat selama kurang lebih satu jam.
3) Setelah direndam selama satu jam, benih langsung dibariskan
kedalam bak persemaian dan ditutupi dengan hamparan media
tipis.
4) Setelah tiga minggu benih telah tuimbuh menjadi bibit dan siap
dipindahkan ke dalam pot verti.
Perawatan yang dilakukan selama dalam persemaian cukup dengan
melakukan penyiraman saja dengan menggunakan hand sprayer
yang disemprotkan secara halus.

(Gambar: Proses Persemaian)


b. Penanaman
Pada pot yang telah dipersiapkan, isikan media tanam yang
telah disiapkan sebelumnya. Masukan media tanam sebanyak 2/3
bagian. Setelah pot diisi dengan media, sebaiknya disiram terlebih
dahulu sehingga didapatkan kelembaban yang ideal. Setelahnya,
barulah tanamkan bibit yang telah disemaikan. Pastikan semua
bagian akar dari semua bibit telah tertanam kedalam media.
Sedangkan untuk jenis tanaman kangkung, bayam, baby capri,
lebih baik ditanam langsung dari saat masih benih. Karena
menggunakan pot bertingkat, maka aturlah penanaman. Misalnya
rak terbawah dengan satu jenis tanaman, kemudian rak atasnya lagi
dengan jenis tanaman yang berbeda, sehingga akan didapatkan
susunan yang serasi dan punya nilai seni.
c. Perawatan
Perawatan mulai dilakukan sejak tanaman dipindahkan
kedalam pot verti. Kegiatan perawatan terdiri dari penyiraman,
pemupukan, dan pencegahan hama/penyakit yang dilakukan secara
rutin dan teliti. Penyiraman pada tanaman sebaiknya dengan
memperhatikan ukuran tanaman dan daya cengkeram akar terhadap
medianya. Tanaman yang berukuran kecil dan akarnya halus
dilakukan penyiraman dengan semprotan halus. Namun, tanaman
yang berukuran besar dan relatif kuat bisa dengan gayung secara
hati-hati. Hama/penyakit pada sayuran yang ditanam di dalam pot
sangat relatif dikit. Namun, untuk mencegahnya perlu dilakukan
dengan menjaga kelembaban. Kelembaban yang ada di area pot
jangan terlalu tinggi, karena akan menjadi tidak sehat yang dapat
menimbulkan kematian.
Proses pemupukan juga tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas perawatan tanaman vertikultur. Pemupukan dilakukan
secara rutin 2-7 hari sekali. Pada sayuran daun, karena titik
beratnya pertumbuhan vegetatif, maka pupuk yang diberikan harus
banyak mengandung unsur nitrogen, dosis 20gr pupuk urea atau
ZA yang dilarutkan dalam 10 liter air yang disiramkan pada
masing-masing pot secukupnya saja sampai media tanam basah.
Apabila kesulitan menemukan pupuk, maka limbah dapur dan
daun-daun kering dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk
bokashi. Pupuk bokashi adalah hasil fermentasi bahan-bahan
organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang, dll). Pupuk ini
dapat menjadi pupuk organik yang membantu menyuburkan tanah
dan meningkatkan hasil pertanian.
d. Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem
cabut akar. Seperti pemanenan sawi, bayam, seledri, kemangi,
selada, kangkung, dan sebagainya. Apabila fungsi tanaman ini
untuk dikonsumsi sendiri, maka akan lebih menghemat apabila
pemanenan dilakukan dengan cara potong daunnya. Dengan cara
tersebut maka tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan dapat
dipanen berulang-ulang.
2.2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Vertikultur
Keuntungan budidaya secara vertikultur adalah sebagai berikut :
a. Kualitas produksi Iebih balk dan lebih bersih
b. Kuantitas produksi lebih tinggi dan kontinuitas produksi dapat
dijaga
c. mempercantik halaman dan benfungsi sebagai paru-paru kota
d. menunjang pendapatan keluarga;
e. Menjadi lahan bisnis, balk Iangsung maupun tidak langsung
f. Dapat digunakan sebagai sumber tanaman obat bagi keluarga
(toga)
g. Menambah dan memperbaiki gizi kcluarga ;
h. Efisiensi lahan, pupuk, air, benih, dan tenaga kerja;
i. Menghilangkan stress atau mengurangi beban pikiran .
Sedangkan, kekurangan sistem vertikultur adalah sebagai berikut :
a. rawan terhadap serangan Jamur
b. investasi awal yang dibutuhkan cukup tinggi, terutama untuk
membuat bangunan
c. apabila menggunakan atap plastik, harus dilak penyiraman tiap
hari
d. perlu tangga atau alat khusus yang dapat dinaiki pemeliharaan dan
pemanenan di lantai atas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan materi pada pembahasan tersebut, maka dapat
disimpulkan yaitu sebagai berikut:
1. Tabulampot atau yang sering kita kenal tanaman buah dalam pot,
merupakan salah satu cara untuk membudidayakan tanaman berupa buah-
buahan yang ditanam di dalam pot.
2. Vertikultur berasal dari bahasa Inggris yaitu vertical dan culture yang
artinya teknik bercocok tanam di ruang sempit dengan memanfaatkan
bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam.
3. Hidroponik dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang
artinya daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau
budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi, hidroponik berarti budidaya tanaman
yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media
tanam.
4. Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti
daya. Jadi aeroponik adalah memberdayakan udara. Aeroponik merupakan
salah satu tipe dari hidroponik karena air yang berisi larutan hara
disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Salah
satu kunci keunggulan aeroponik adalah oksigenasi dari tiap butiran kabut
halus larutan hara sehingga respirasi akar lancar dan menghasilkan banyak
energi.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penulisan pada makalah ini, maka saran yang dapat penulis
ajukan kepada pembaca yaitu sebagai berikut:
a. Perlu adanya penanganan dan tindakan lebih lanjut terkait pemanfaatan
lahan sempit di daerah kota. Beberapa metode budidaya lahan sempit yang
dijelaskan sebelumnya dapat dijadikan referensi tambahan dalam
mewujudkan pemanfaatan lahan sempit untuk berkebun.
b. Perlu adanya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan akan nilai gizi dari
makanan yang dikonsumsi. Apabila kesulitan dalam mengupayakan
mengkonsumsi makanan bergizi karena keterbatasan ekonomi maupun
geografi wilayah, maka perlu adanya penindaklanjutan dari budidaya lahan
sempit aspek perkebunan yang telah dijelaskan oleh penulis sebelumnya.
c. Budidaya lahan sempit bidang perkebunan selain bermanfaat untuk
kebutuhan individu juga dapat menguntungkan apabila ditekuni melalui
bisnis ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Ariati, Pasmidi. 2017. “Produksi Beberapa Tanaman Sayuran Dengan Sistem


Vertikultur Di Lahan Pekarangan”. Jurnal AgrimetaVol.7 No. 13. Diunduh
dalam https://media.neliti.com/media/publications/195577-ID-produksi-
beberapa-tanaman-sayuran-dengan.pdf. Diakses pada 14 Maret 2018.

Rasapto, Pujo. 2006. “Budidaya Sayuran Dengan Vertikultur”. Pusai Penelitian


dan Pengembangan Peternakan. Diunduh dalamhttp://balitnak.
litbang.pertanian .go.id/index.php?option=com_phocadownload
&view=category&id=70:3&download=1282:3&start=80&Itemid=1.
Diakses pada 14 Maret 2018.

Anonim. 2017. “Tanaman Buah Dalam Pot”. Diunduh dalam


https://tanamanmart.com/tabulampot-tanaman-buah-dalam-pot/. Diakses
pada 18 Maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai