2018
BAB I
PENDAHULUAN
1 . 1 Latar Belakang
Batuan Induk (Source Rock) adalah batuan dalam pembentukan minyak bumi
terjadi karena dekomposisi zat organik terutama plankton pada dasar laut, dan tertimbun
dengan sedimen berbutir halus dalam keadaan reduksi sehinnga dapat terawetkan.
(Koesoemadinata, 1980).
TOC (Total Organic Carbon) merupakan presentase berat dari karbon organik
dalam suatu contoh batuan (Koesoemadinata, 1980). Yang dimaksud dengan karbon
organik adalah zat yang berasal dari zat organik dan bukan yang berasal karbonat
(gamping misalnya). Karbon organik total berbuhungan langsung dengan kadar zat
organik total atau kerogen, yaitu : 1-1,6 kali TOC. Beberapa penilaian TOC minimum
untuk batuan induk:
1. 0,4-1,4% (Ronov, 1958)
2. 1,5% (Schrayer dan Zarella, 1963)
3. 0,5% (Welte, 1965)
Kualitas batuan induk berdasarkan nilai TOC nya dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kerogen tipe II
- Terbentuk di marine sedimen
- Berasal dari algae dan protozoa
- H/C antara 1,2 – 1,5 dan O/C antara 0,1-0,3
- Menghasilkan minyak dan gas
Kerogen tipe III
- Terbentuk di daratan
- Berasal dari tumbuhan daratan
- H/C < 1,0 dan O/C > 0,3
- Menghasilkan gas
Kerogen tipe IV
- Telah mengalami oksidasi sebelum terendapkan , sehingga kandungan karbon
telah terurai sebelum terendapkan
- Tidak menghasilkan hidrokarbon
BAB II
METODE PENELITIAN
1. Susun dan buka data bawah permukaan yang telah didapat dari pengeboran dalam
software Microsoft Excel.
2. Buatlah grafik kematangan dari perbandingan antara kedalaman dengan
presentase Ro menurut Peters and Cassa, 1994 untuk mengetahui tingkat
kematangan dari batuan induk.
3. Hitunglah nilai PI (Production Index) untuk mengetahui kematangan batuan induk
dan batas dari oil window serta gas window. Nilai PI didpatkan dari nilai-nilai
Rock Eval Pyrolisis (REP) yaitu S1 / (S1+S2). Kemudian dimasukkan ke dalam
tabel klasifikasi menurut Espitalie et. Al Vide Tissot & Welte, 1978).
4. Buatlah grafik untuk mencari hubungan antara kedalaman dengan %TOC (Total
Organic Carbon) untuk mengetahui jumlah TOC pada setiap interval kedalaman.
5. Kemudian buatlah grafik perbandingan antara nilai PY (Potential Yield) dengan
%TOC untuk mengetahui kualitas dari proses pematangan batuan induk. Nilai PY
didapatkan dari nilai-nilai Rock Eval Pyrolisis (REP) yaitu S1+S2.
6. Kemudian buatlah grafik perbandingan antara nilai HI (Hydrogen Index) dengan
OI (Oxygen Index) untuk mengetahui kualitas relatif, tipe kerogen dan produk
yang akan dihasilkan. Nilai HI didapatkan dari nilai-nilai Rock Eval Pyrolisis
(REP) yaitu (S2 x 100) / %TOC, sedangkan nilai OI didpatkan dari nilai-nilai Rock
Eval Pyrolisis (REP) yaitu (S3 x 100) / %TOC. Kemudian masukkan ke dalam
klasifikasi menurut Pranyoto, 1990.
7. Buatlah grafik perbandingan antara nilai HI (Hydrogen Index) dengan Tmax untuk
mengetahui suhu kematangan, tipe kerogen dan produk yang akan dihasilkan.
Nilai Tmax didapatkan dari nilai suhu dalam Celsius yang terekam ketika
pengujian REP (Rock Eval Pyrolisis) ketika sampel dipanaskan dan aliran
hidrokarbon yang sudah ada mulai berkurang (S2).
8. Untuk lebih meyakinkan produk yang dihasilkan, bisa disesuaikan dengan
perhitungan tipe kerogen menurut Meriil, 1991 yaitu dengan cara melakukan
perhitungan S2 / S3. Setelah itu, baru diketahui produk yang dihasilkan adalah gas,
minyak, atau keduanya.
9. Menentukan warna indeks spora dengan cara menyesuaikan nilai SCI, dan tingkat
kematangannya.
10. Untuk lebih meyakinkan produk yang dihasilkan, plotlah pada trilinear diagram
“Jenis Hidrokarbon” dengan memasukkan nilai-nilai pada material penyusun
kerogen yang didapat yaitu nilai Amorphous, Exinit, Liptinit (dijumlahkan
menjadi Exinit), Vitrinit, dan Inertinit.
11. Lakukan interpretasi dari data-data yang didapat, dan susunlah sehingga menjadi
sebuah laporan yang baik dan benar.
BAB III
PEMBAHASAN
sangat banyak (Waples, 1985). Jika berdasarkan nilai HI, produk minyak terbanyak terdapat
pada kedalaman 2050-2080 meter pada formasi Tuban. Sedangkan produk gas dengan kuantitas
relatif kecil terletak pada kedalaman 2020-2050 meter pada formasi Tuban.
Gambar 5. Grafik perbandingan nilai HI dengan nilai OI untuk menentukan tiper kerogen
Gambar 6. Grafik perbandingan nilai HI dengan nilai Tmax untuk menentukan tiper kerogen
Tabel 6. Perbandingan nilai S1, S2, S3, S2/S3 dan produk yang dihasilkan
mg/g rock Type Kerogen (Meriil)
No
S1 S2 S3 Nilai S2/S3 Produk yang dihasilkan
1 0,79 2,98 0,83 3,590361446 Mixed
2 0,99 6,11 0,92 6,641304348 Oil Prone
3 0,97 6,27 1,01 6,207920792 Oil Prone
4 0,64 2,32 0,89 2,606741573 Gas Prone
5 0,87 3,59 0,98 3,663265306 Mixed
6 0,24 2,54 0,53 4,79245283 Mixed
7 0,78 2,95 1,31 2,251908397 Gas Prone
8 1,01 2,24 1,21 1,851239669 Gas Prone
9 1,01 6,05 1,69 3,579881657 Mixed
10 1,13 4,72 1,99 2,371859296 Gas Prone
berwarna orange dan derajat kematangan puncak matang sampai akhir matang yang berarti
pada kedalaman ini optimum untuk generasi minyak.
BAB IV
KESIMPULAN
Tingkat kematangan dikontrol oleh proses yang berkaitan dengan suhu dan waktu.
Pengaruh suhu yang tinggi dalam waktu yang singkat atau suhu yang rendah dalam waktu
yang lama akan menyebabkan terubahnya kerogen minyak bumi. Mengenai jenis minyak
bumi yang terbentuk tergantung pada tingkat kematangan panas batuan induk, semakin
tinggi tingkat kematangan panas batuan induk maka akan terbentuk minyak bumi jenis berat,
minyak bumi jenis ringan, kondesat dan pada akhirnya gas.
5) Pada hasil analisa grafik diatas didapatkan bahwa formasi Tuban dan Kujung memiliki
tingkat kematangan pada kategori Mature (matang) dengan tipe kerogen I, tipe
kerogen II, dan tipe kerogen II/III.
6) Berdasarkan hasil perhitungan kerogen type (S2/S3) didapatkan pada formasi Tuban di
kedalaman 2020-2050 meter didapatkan produk campuran gas dan minyak dengan
nilai Kerogen Type 3,59. Kemudian pada kedalaman 2050-2110 meter didapatkan
produk dominasi minyak dengan nilai Kerogen Type 6,64 dan 6,20. Pada kedalaman
2110-2140 meter didapatkan produk dominasi gas dengan nilai Kerogen Type 2,60.
Dan pada kedalaman 2140-2170 meter didapatkan produk campuran minyak dan gas
dengan nilai Kerogen Type 3,66.
7) Sedangkan pada formasi Kujung di kedalaman 2170-2200 meter didapatkan produk
campuran gas dan minyak dengan nilai Kerogen Type 4,79. Kemudian pada kedalaman
2200-2260 meter didapatkan produk dominasi gas dengan nilai Kerogen Type 2,25 dan
1,85. Pada kedalaman 2260-2290 meter didapatkan produk campuran minyak dan gas
dengan nilai Kerogen Type 3,58. Dan pada kedalaman 2290-2320 meter didapatkan
produk dominasi gas dengan nilai Kerogen Type 2,37.
8) Berdasarkan nilai SCI dan derajat kematangannya yang telah diketahui, maka
didapatkan pada kedalaman 2020-2140 meter adalah berwarna orange sampai kuning
dan derajat kematangan awal matang dan akhir matang yang berarti pada kedalaman
ini optimum untuk proses pematangan minyak. Sedangkan pada kedalaman 2140-2320
meter adalah berwarna orange dan derajat kematangan puncak matang sampai akhir
matang yang berarti pada kedalaman ini optimum untuk generasi minyak.
9) Dari hasil ploting nilai material penyusun kerogen pada trilinear diagram Jenis
Hidrokarbon didapatkan bahwa pada sumur Ujung didominasi oleh jenis hidrokarbon
Wet Gas Condensate, kecuali pada interval kedalaman 2170-2200 meter dan
kedalaman 2260-2290 meter yang merupakan jenis hidrokarbon Dry Gas. Selain kedua
interval kedalaman tersebut, jenis hidrokarbon nya adalah Wet Gas Condensate.
DAFTAR PUSTAKA
Staff Asisten Laboratorium Geologi Migas, dkk. 2018. Modul Laboratorium Geologi Migas
Tahun Ajaran 2017/2018. Yogyakarta: UPN “Veteran”
Yogyakarta Press.
LAPORAN
Analisa Batuan Induk
1. COVER
Disusun Oleh :
Muhamad Luttfi Al Hakim
111.150.025
PLUG 2