Anda di halaman 1dari 15

GEOLOGI MINYAK BUMI

Minyak dan gas bumi disebut juga Petroleum merupakan senyawa yang kompleks
dari atom-atom Hidrogen (H) dan Karbon (C) dengan variasi yang sangat beragam
hingga lebih dari 200 kombinasinya.

Mengapa ilmu geologi sangat diperlukan dalam pencarian Minyak dan gas bumi ?

Minyak dan gas bumi sangat erat kaitannya dengan geologi, minyak dan gas bumi
terbentuk, terperangkap dalam batuan yang merupakan penyusun terpenting kerak
bumi.

Dosen Pengampuh :
Asri Arifin ST., MT
2. 1. Formasi Hidrokarbon

Teori Asal Pembentukan Hidrokarbon

Teori Anorganik Teori Organik

Hidrokarbon berasal dari emanasi Magmatik

Ditemukannya kandungan zat hijau daun (Chlorophil)


SEDIMENTARY ROCK

An Organik Matters Pores Organic Matters

Minerals
Soluble In Common Insoluble in
Organic Solvent organic solvent

Bitumen 0 – 5 % Kerogen 95 – 100 %


Organic Matters Organic Matters

Material Organik dalam Batuan


2. 1 1. KEROGEN

Sisa-sisa zat organik yang lolos dari proses oksidasi, perusakan “pelahapan” dan
metode penghancuran lainnya yang mengendap bersama batuan sedimen dan
terawetkan selama jutaan tahun.
Material organik yang terkandung di batuan yang nantinya dapat menghasilkan
hidrokarbon disebut KEROGEN.

Sisa-sisa Organisme bisa berasal dari daratan, daerah transisi/delta


ataupun daerah pantai/lautan
Proses Pembentukan Hidrokarbon
Permukaan laut
ORGANISME HIDUP

Allochthonous Allochthonous
Autochthonous
SISA-SISA ORGANISME
Hilang karena oksidasi,
Pelarutan, hydrolysis dan dimangsa oleh pemangsa
Dasar samudera

ENDAPAN MUDA DENGAN MATERIAL ORGANIK:


KEROGEN, BITUMEN dan METHAN

Bertambah kedalaman, temperatur dan tekanan

Batuan Sedimen dengan kandungan material Organik


Pembentuk Bitumen Minyak dan Gas Bumi
Didalam batuan, KEROGEN dikenal dengan bentuknya yang tidak menentu, tidak
mengkristal, relatif lunak serta berwarna hitam hingga kecoklatan Berdasarkan rasio
kandungan Hidrogen / Karbon dan rasio Oksigen / Karbon :

Tipe Kerogen menurut Diagram Van Krevelen


- Tipe I : Merupakan kerogen yang berasal dari organisme yang mengandung zat lipid / lemak tinggi
dengan rasio H/C yang juga tinggi. Kerogen jenis ini biasanya berasal dari plankton seta organisme
amorf lainnya, seperti algae, rumput laut dan sebangsanya. Kerogen tipe ini disebut dengan Kerogen
Sapropelik (Sapropelic Kerogen).
- Tipe III : Merupakan tipe kerogen yang kebanyakan berasal dari daratan seperti tumbuhan-tumbuhan
darat / pohon, semak dan sebagainya. Kerogen tipe ini mempunyai kandungan serat /selulose yang tinggi
dengan rasio H/C relatif tinggi. Batu bara merupakan salah satu kerogen tipe III ini juga disebut dengan
Kerogen Humik (Humic Kerogen)
- Tipe II : Kerogen tipe II merupakan percampuran antara Kerogen tipe I dan tipe III. Dalam kondisi
yang memenuhi syarat , Kerogen tipe II ini akan menghasilkan baik minyak dan gas proporsinya
tergantung prosentasi kandungan Kerogen sapropelik atau kerogen humiknya.
2.1.2. Batuan Induk Hidrokarbon (Hydrocarbon Source Rock)

Banyaknya kandungan kerogen dalam batuan disebut TOC atau Total Organic Carbon
Content yang dinyatakan dalam % berat. Jadi misalnya TOC nya 1% itu berarti bahwa
kandungan kerogen dalam batuan sebesar 1% dari berat batuannya. Sedangkan yang
disebut dengan ‘batuan sumber hidrokarbon’ atau HC source rock adalah batuan yang
mempunyai kandungan TOC minimal 1% atau lebih. Beberapa Geochemists
menyebutkan TOC minimal 0.5%.
Klasifikasi Batuan Induk Batu Lempung Batuan Karbonat

Bukan Batuan Induk TOC < 0.1% TOC < 0.1%

Marjinal TOC = 0.1 – 0.5% TOC = 0.1 – 0.2%

Cukup (Fair) TOC = 0.5 – 1.0% TOC = 0.2 – 0.6%

Bagus (Good) TOC = 1.0 – 2.0% TOC = 0.6 – 1.5%

Sangat Bagus (V. Good) TOC = 2.0 – 4.0% TOC = 1.5 – 2.0%

Excellent TOC > 4.0% TOC > 2.0%


VAN KRAVELEN’s DIAGRAM

Type I : Sapropelic Kerogen

OIL PRONE
Type II : Mixed Kerogen
H/C
OIL + GAS

Type III : Humic Kerogen

GAS PRONE

Type IV : Inert
DEAD CARBON

O/C
Beberapa istilah yang berkenaan dengan batuan induk antara lain :

1. Batuan Induk Potensial (Potential Source Rock) adalah batuan lempung atau
karbonat halus yang mengandung TOC cukup (lebih dari 1,0%) untuk
menghasilkan hidrokarbon (minyak dan atau gas) diwaktu mendatang, tetapi pada
waktu ini berada dalam fase pre-generatif (early matured) sedemikian hingga
belum dapat menghasilkan minyak dan gas dalam jumlah yang cukup komersil.

2. Batuan Induk Efektif (Effective Source Rock) adalah batuan induk yang
nampaknya telah menghasilkan minyak dan / atau gas dalam jumlah yang
komersil untuk di produksi

3. Expended Source Rock adalah batuan induk sudah dalam fase lanjut dari
kematangan thermal nya (over matured) dimana hidrokarbon yang telah dihasilkan
dahulu telah ber-migrasi entah kemana. Sehingga yang ada pada batuan induk
tersebut tinggal sisa-sisa hidrokarbon.
Contoh formasi batuan induk dibeberapa cekungan sedimenter di Indonesia adalah :

• Cekungan Jawa Timur : Batuan lempung Ngimbang berumur Eosen

• Cekungan Natuna Barat : Batu lempung Bebua berumur Oligosen

• Cekungan Sumatra Tengah : Batu lempung bersisipan batubara Pematang berumur


Oligosen

• Cekungan Sumatra Utara : Batu lempung Bampo berumur Oligocene Bawah –


Tengah dan Batu lempung Baong berumur Miosene Bawah - Tengah
2.1.3.Kematangan Suhu (Thermal Maturity)

Merupakan syarat yang utama bagi kerogen dalam pembentukan minyak dan gas bumi.

Kisaran suhu dimana minyak bumi terbentuk disebut Oil Window, demikian pula
dengan pembentukkan gas yang disebut dengan Gas Window. Batas atas dari oil
window sekitar 150° F sedangkan batas bawahnya 350° F. Sedangkan batas bawah gas
window adalah sekitar 350° F dan tidak mempunyai batas atas.

Internal suhu oil window ini bisa dibagi-bagi lagi dengan :

 Early mature’, disini minyak terbentuk tetapi masih dalam kadar sedikit.

 Optimum Oil Generation, pada suhu mana kecepatan pembentukan minyak


dalam kondisi maksimum
KEMATANGAN THERMAL

Hubungan antara kerogen dan Hidrokarbon


2.1.3.1. Refleksi Vitrinite (Vitrinite Reflectance = Ro)

Salah satu pengukuran yang paling sering dipergunakan dalam industri minyak dan gas
bumi adalah dengan Vitrinite Reflction atau Ro

Teknik pengukuran Refleksi Vitrinite adalah dengan mengukur prosentase sinar yang
dipantulkan oleh sample vitrinite yang telah dipoles dan pengamatannya dilaksanakan
dengan menggunakan mikrosop polarisasi.

Pada skala Refleksi Vitrinite, maka suatu source rock berada pada posisi Early
Matured apabila Ro = 0,55. Sedangan kondisi minyak terbentuk secara maksimum
ada pada harga Ro antara 0,70 s/d 1,00, sedangkan zona terbentuknya ‘coke’ pada Ro
= 1,10 – 1,20.
Selain untuk pengukuran tingkat kematangan batuan, maka Vitrinite Reflectance
(Ro) ini juga dapat digunakan untuk :
• Menentukan suatu bidang erosi purba / bidang ketidakselarasan
• Menentukan adanya sesar

Identifikasi Ketidakselarasan dan Sesar dari Data Ro


2.1.3.2. Thermal Alteration Index (TAI)

Dasar dari pengukuran kematangan dengan cara TAI ini adalah bahwa hampir semua
partikel materi apabila terkena panas akan berubah warnanya. Perubahan warna
tersebut konstant sehingga dipergunakan sebagai petunjuk kisaran temperatur yang
berhubungan dengan perubahan warna yang bersangkutan.

Spora bakteri / tumbuhn juga dapat dipakai sebagai pengganti kerogen. Sehingga
metodenya bernama Spore Coloration Index (SCI).

Anda mungkin juga menyukai