Setiap badan usaha yang memiliki pendapatan dan keuntungan dari hasil usahanya wajib membayar
pajak badan usaha setiap akhir periode tahun pajak yaitu pada periode Maret tahun pajak
bersangkutan.
Pajak ini lebih dikenal dengan Pajak Penghasilan Badan PPh pasal 29. Angsurannya dilakukan tiap bulan
atau disebut dengan pajak penghasilan PPh pasal 25 dan nilainya diperoleh dengan cara menggunakan
data Pajak PPh Badan usaha tahun sebelumnya dibagi 12.
Besarnya tarif pajak penghasilan badan usaha ada beberapa jenis, tarif tersebut dikategorikan sesuai
dengan jumlah pendapatan yang diperoleh badan usaha tersebut dalam satu tahun pajak, adapaun jenis
tarif pajak penghasilan badan adalah sebagai berikut:
1. Badan Usaha yang memiliki pendapatan bruto sampai 4,8 Milyar per tahun, dikenakan tarif
pajak PPh final yaitu PPh Pasal 4 ayat 2 dengan perhitungan pajak yaitu 1% dikalikan dengan
seluruh pendapatan bruto dari hasil usaha perseroan, dan berdasarkan PP 46 Tahun 2013 maka
wajib pajak atau badan usaha wajib menyetorkan Pajak PPh tersebut setiap bulan paling lambat
tanggal 15.
2. Badan Usaha yang memiliki pendapatan bruto lebih besar dari 50 Milyar per Tahun, besarnya
tarif pajak penghasilan PPh badan dikenakan tarif pajak tunggal 25% dikalikan dengan laba
bersih sebelum pajak.
3. Badan Usaha yang memiliki pendapatan bruto lebih besar dari 4,8 Milyar dan kurang dari 50
Milyar per setahun, dikenakan 2 tarif perhitungan pajak dengan cara sebagai berikut: tarif
sebesar 12,5% untuk pajak penghasilan yang mendapatkan fasilitas (pendapatan bruto sampai
dengan 4.8 Milyar), dan tarif 25% untuk pajak penghasilan yang tidak mendapatkan fasilitas
(pendapatan bruto 4,8 – 50 Milyar). Sebagai ilustrasi contoh perhitungan pajak PPh adalah
sebagai berikut:
Data Laporan Laba Rugi Perusahaan
I. Penyesuaian Pajak
1. Koreksi Negatif
2. Koreksi Positif
(A/B) X C 766,691,108
(A-B) 2,820,338,104
V. Pengurang pajak
Penjelasan Tabel :
I. Penyesuaian Pajak
Dalam perhitungan PPh terhutang dilakukan koreksi terhadap nilai laporan rugi laba perseroan dimana
Pendapatan atas bunga bank dan pendapatan lainnya adalah sebagai koreksi negatif sedangkan beban
biaya entertainment, Komisi Penjualan, Administrasi Bank dan Beban lainnya adalah sebagai koreksi
positif. Hasil penjumlahan koreksi ini akan dijumlahkan dengan laba sebelum pajak;
II. Tarif Pajak Penghasilan yang mendapatkan fasilitas
Besarnya Tarif Pajak Penghasilan yang mendapat Fasilitas adalah sebesar 12.5%
Besarnya Tarif Pajak Penghasilan yang tidak mendapat Fasilitas adalah sebesar 25%
Laba Bersih Sebelum Pajak dikurangi Laba Bersih Sebelum Pajak yang mendapat fasilitas dikali tarif pajak
25%
Cara menghitung laba bersih sebelum pajak yang tidak mendapat fasilitas :
Laba Bersih sebelum Pajak dikurangi dengan Laba Bersih sebelum pajak yang mendapat fasilitas ;
Nilai Pajak penghasilan yang mendapatkan fasilitas dikenakan tarif 12,5% atau (50% X 25%) dikali
dengan nilai 766,691,108 = 95,836,388, sedangkan Nilai Pajak penghasilan yang tidak mendapatkan
fasilitas dikenakan tarif 25% dikali dengan nilai 2,820,338,104 = 705,084,526;
V. Pengurang Pajak
Pengurang pajak diperoleh dari PPh Pasal 22, 23, dan 24 yang dipungut oleh pihak ketiga atas transaksi
penjualan atau perdagangan. Data yang disajikan berupa pengurangan Pajak PPh Pasal 23, dimana pihak
Buyer memotong pajak PPh 23 sebesar 2% dari nilai Invoice yang dibayarkan. Bukti pemotongan PPh
Pasal 23 yang diperoleh dari pihak Buyer ini dapat dijadikan pengurang pembayaran PPh Badan;
Dari perhitungan simulasi data diatas diperoleh nilai Taksiran Pajak Penghasilan adalah sebesar
674,399,870, hasil Taksiran penghasilan kena pajak dikurangi dengan pajak PPh pasal 23.
Mekanisne Pembayaran Pajak PPh Pasal 25 dan 29 Badan Usaha
Pembayaran Pajak PPh badan dilakukan dengan cara mengangsur pembayarannya setiap bulan.
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2009, dimana mekanisme pembayarannya
yaitu dengan mengisi Surat Setoran Pajak (SSP).
Saat mengisi SSP Anda jangan salah dalam menulis kode pajak untuk jenis setorannya PPh, berikut Tabel
Kode Akun Pajak Dan Kode Jenis Setoran.
Nilai angsuran Pajak PPh 25 yang Anda setorkan bisa dengan menggunakan nilai Pajak PPh terhutang
dikurangi dengan setoran Pajak PPh Pasal 22, 23, dan 24 yang telah dipungut oleh pihak ketiga akibat
transaksi penjualan dan perdagangan tahun sebelumnya dibagi 12.
Pelunasan PPh Pajak terhutang biasanya paling lambat tanggal 31 Maret setelah Tahun Pajak
bersangkutan dengan menggunakan SPT Tahunan Badan PPh Formulir 1771 untuk perhitungan PPh
Pasal 29 terhutang. Nilai yang dibayarkan oleh wajib pajak adalah sejumlah Pajak PPh Tahun
bersangkutan – Pajak PPh Pasal 25 yang telah disetor tiap bulan.
Artikel Terkait : Menghitung Pajak Penghasilan & Tarif Pph 21 Terbaru 2017
Bagi Anda yang belum memiliki Formulir Pengisian pajak PPh Badan Usaha, berikut akan lampirkan
Formulirnya yang telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2014:
Per Tanggal 1 Juli 2016 pembayaran Pajak Wajib menggunakan e Billing Pajak
Direktorat Jendral Pajak mengiinstruksikan bahwa per tanggal 1 Juli 2016, baik Wajib Pajak Orang
Pribadi maupun Badan Usaha wajib menggunakan aplikasi e Billing Pajak saat melakukan seluruh
transaksi pembayaran pajak, dan untuk proses Lapor SPT Tahunan Badan Usaha bisa dilaporkan secara
online melalui eFiling Pajak.
Transaksi pembayaran pajak menggunakan aplikasi e Billing pajak ini sangat sederhana dan efisien, jika
Anda telah melakukan proses input transaksi seluruh data pajak maka metode pembayarannya bisa
Anda lakukan lewat ATM, Kasir Bank, Kantor Pos, melalui Internet Banking atau Mobile Banking.
Jika kita berbicara masalah dasar dasar akuntansi maka hal tersebut tidak akan lepas dari kata siklus
akuntansi, perencanaan pengelompokkan akun akuntansi, proses membuat jurnal, dan menyusun
laporan keuangan (Financial Statements).
Akuntansi merupakan suatu seni mencatat, mengklarifikasi, mengolah, meringkas serta menyajikan
laporan data keuangan pada periode tertentu.
Seorang yang ingin belajar akuntansi atau ingin menjadi seorang akuntan harus memahami prinsip dasar
dan persamaan akuntansi ini karena sifatnya sangat vital dalam melakukan setiap pengelompokan jurnal
transaksi debet dan kredit.
Prinsip persamaan dasar akuntansi meliputi :
MODAL DISETOR :
LABA DITAHAN :
Aktiva Lancar, (Kas dan Setara Kas, Piutang, Pesediaan), Aktiva Tetap (Tanah, Gedung, Peralatan Mesin &
Pabrik, Perlengkapan Kantor, dan Kendaraan), dan Aktiva Tidak lancar lainnya (Investasi, Good Will,
Deferred Assets & Expenses).
Hutang Lancar (Hutang Dagang, Hutang Pajak, Hutang Beban Accrual, dan hutang lainnya yang jatuh
tempo dibawah 1 tahun)
Hutang Tidak Lancar atau Hutang jangka Panjang (Hutang Bank, Imbalan Pasca Kerja, dan hutang jangka
panjang lainnya jatuh tempo diatas 1 tahun)
Setoran Modal, Agio Saham, dan Saldo Laba Ditahan (Nilai Bersih dari transaksi : Penjualan, Beban, dan
Pembayaran Deviden).
Tips agar Anda paham 100% mengenai pengelompokan jurnal transaksi debet dan kredit diatas Anda
harus sesering mungkin melakukan latihan memposting jurnal tersebut ke dalam buku besar.
Dalam tahap awal mungkin Anda akan mengalami kesulitan dan keraguan dalam memposting seluruh
transaksi, mintalah senior Anda untuk memeriksa apakah seluruh jurnal transaksi yang telah Anda buat
adalah benar.
Berikut beberapa contoh jurnal transaksi Kas dan Bank, Jurnal Transaksi Pembelian, yang bisa Anda
gunakan sebagai acuan dasar dalam melakukan jurnal.