Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN PASAL PPH 25 dan


PPH 15

OLEH:

NAMA : AMSALIANA SERANG

KELAS : 3C
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

POLITEKNIK NEGERI KUPANG


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi para pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini, kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kupang 31 oktober 2022


BAB I

PENDAHULUAN.

Latar belakang

Sebagian besar pendapatan Negara-Negara di dunia termasuk di Indonesia berasaldari sektor


Perpajakan. Pajak itu sendiri adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya
kemakmuran rakyat. Pajak memiliki beragam jenis, misalkan Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan
Bangunan dan lain sebagainya.
oleh karena pajak diatur dalam undang undang tentu ada pasal pasal yang membahas khusus
mengenai kelompok kelompok pajak. Misalnya Pajak penghasilan pasal 25 yang mengatur tentang
besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib Pajak
untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran PPh Pasal 25 dapat dijadikan kredit pajak
terhadap pajak yang terutang atas seluruh Penghasilan wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang
dilaporkan dalam SPT tahunan PPh.
Pajak Penghasilan 25 dalam hal-hal tertentu Direktur jendral Pajak diberi wewenang untuk
menyesuaikan penghitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib Pajak
dalam tahun berjalan, apabila terdapat hal-hal tertentu, yaitu wajib Pajak berhak atas kompensasi
kerugian, wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur, SPT tahunan PPh tahun yang lalu
disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan, wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka
waktu penyampaian SPT tahunan PPh wajib Pajak membetulkan sendiri SPT tahunan PPh yang
mengakibatkan angsuran lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan, terjadi perubahan
usaha atau kegiatan wajib Pajak.

Rumusan masalah
1. Bagaimana Definisi pph 25, ketentuan umum pph 25, tarif dan perhitungan dari pph 25 2.
Definisi dari pph 15, tarif pph 15 serta perhitungannya.

Tujuan masalah
1. Mengetahui dan memahami definisi dari pph 25 dan mampu menghitung perhitungannya
2. Mampu menjelaskan definisi dari pph 15 dan tau cara menghitung perhitungan pph 15.

BAB II

PEMBAHASAN

PPH PASAL 25

A. Definsi dan ketentuan Hukum


Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pajak yang dibayar secara
angsuran. Tujuannya adalah untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang
terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan
tidak bisa diwakilkan.
Ketentuan Hukum :
1. Pasal 25 UU PPh
2. PP Nomor 94 Tahun 2010
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 sebagaimana telah
diubah dengan Nomor 208,PMK.03/2009
4. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-537/PJ./2000
5. Peraturan Dirjen Pajak Nomor KEP-32/PJ/2010
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.03/2014
7. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE – 48/PJ.42/1999
B. Tarif PPH 25
Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal
25) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu:
• Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang melakukan
usaha penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau
lebih tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing
tempat usaha.
• Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja
bebas atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT =
Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan).
Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah:
 Sampai Rp 50.000.000 = 5%
 Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 = 15%
 Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25%
 Di atas Rp 500.000.000 = 30%
Pembayaran angsuran PPh 25 untuk wajib pajak badan yaitu = Penghasilan
Kena Pajak (PKP) x 25% (Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).
C. Perhitungan pph 25
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan (tahun pajak berikutnya setelah
tahun yang dilaporkan di SPT tahunan PPh) dihitung sebesar PPh yang terutang pajak
tahun lalu, yang dikurangi dengan:
1. Pajak penghasilan yang dipotong sesuai Pasal 21 (yaitu sesuai tarif pasal 17 ayat
(1) bagi pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP) dan
Pasal 23 (15% berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah – serta 2%
berdasarkan sewa dan penghasilan lain serta imbalan jasa) – serta pajak
penghasilan yang dipungut sesuai pasal 22 (pungutan 100% bagi yang tidak
memiliki NPWP).
2. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sesuai pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa
setahun.
Ketentuan perundang-undangan perpajakan mengatur penyetoran dan pelaporan PPh
Pasal 25 sebagai berikut:
• PPh Pasal 25 dibayar/disetorkan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan
takwim berikutnya.
• Wajib Pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT Masa paling lambat
20hari setelah Masa Pajak berakhir dalam bentuk surat Setoran Pajak
lembar ketiga.
D. Contoh perhitungan pph 25
CONTOH 1
PT. BPR Protonema di dalam lap. Keuangan tahun 2016 menyatakan rugi, sehingga
PT.BPT Protonema menyatakan akan mengkompensasi kerugian yang doperoleh ke
tahun pajak berikutnya sesuai aturan mengenai kompensasi keuangan.Berdasarkan hasil
pemeriksaan, PT. BPR Protonema, meski menyatakan rugi, teteap harus membayar
angsuran PPH pasal 25. Besar nya angsuran PPH pasal 25 ditetepkan sebesar laba/rugi
bersih laporan keuangan triwulanan dikalikan denga tarif sesuai UU PPH. Berikut
disajikan tabel laporan keuangan triwulanan PT. BPR Protonema.
Laporan triwulan I tahun 2017
Pospos Posisi Maret Posisi Maret
2017 2016
Pendapatan dan beban operasional
Pendapatan bunga 0 0

Bunga kontraktual 1.822.259 1.667.259

Amortisasi provisi 152.064 155.042

Amortisasi biaya transaksi -/- 0 0

Jumlah pendapatan bunga 1.974.323 1.822.612

Beban bunga 0 0

Bunga kontraktual 186.216 268.449

Amortisasi provisi, Administrasi dan Biaya transaksi 0 0

Jumlah beban bunga 186.216 268.449

Jumlah pendapatan bunga 1.788.107 1.554.163

Pendapatan operasional lainnya 140.697 140.826

JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL 1.928.804 1.694.989

Beban penyisihan kerugian aset produktif 3.253 7.795

Beban pemasaran 11.885 11.512

Beban penelitian dan pengembangan 0 0

Beban administrasi dan umum 1.382.512 1.285.514

Beban operasional lainnya 17.712 18.343

JUMLAH BEBAN OPERASIONAL 1.415.362 1.323.164

LABA (RUGI) OPERASIONAL 513.442 371.825

PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL

Pendapatan non operasional 407 9

Beban non operasional 0 0

Kerugian penjualan aset 0 0

Lain-lain 335 16.227

PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL 72 (616.218)

LABA RUGI

LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 513.514 355.607

TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN 64.189 44.450

LABA (RUGI) BERSIH 449.325 311.157

Laporan Triwulan II tahun 2017 :


Pospos Posisi Maret Posisi Maret
2017 2016
Pendapatan dan beban operasional

Pendapatan bunga 0 0

Bunga kontraktual 3.633.202 3.447.490

Amortisasi provisi 299.542 311.171

Amortisasi biaya transaksi -/- 0 0

Jumlah pendapatan bunga 3.932.744 3.258.661

Beban bunga 0 0

Bunga kontraktual 400.268 519.062


Amortisasi provisi, Administrasi dan Biaya transaksi 0 0

Jumlah beban bunga 400.268 519.062

Jumlah pendapatan bunga 3.532.476 3.239.599

Pendapatan operasional lainnya 255.717 296.426

JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL 3.788.193 3.536.025

Beban penyisihan kerugian aset produktif 7.458 10.839

Beban pemasaran 11.945 12.010

Beban penelitian dan pengembangan 0 0

Beban administrasi dan umum 2.912.599 2.732.962

Beban operasional lainnya 17.712 18.342

JUMLAH BEBAN OPERASIONAL 2.949.714 2.774.153

LABA (RUGI) OPERASIONAL 838.479 761.872

PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL

Pendapatan non operasional 414 16

Beban non operasional 0 0

Kerugian penjualan aset 0 0

Lain-lain 3.980 5.930

PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL (3.566) (5.914)

LABA RUGI

LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 834.913 755.958

TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN 104.364 94.495

LABA (RUGI) BERSIH 730.549 661.463

Berdasarkan data diatas, hitunglah besar nya PPH pasal 25 untuk PT. BPR Protonema
dengan mengacu kepada aturan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.03/2099 tanggal 10
Desember 2009 tentang perubahan atas peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008
tanggal 31 Desember 2008 tentang perhitungan besarnya angsuran pajak penghasilan dalam tahun
pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak baru, Bank, Sewa guna usaha dengan
hak opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Wajib Pajak lainnya yang
berdasarkan ketentuan yang diharuskan membuat laporan keuangan berkala termasuk wajib pajak
orang pribadi pengusaha tertentu.

JAWABAN :
BULAN MARET
Jumlah pendapatan bunga (omset) bulan maret 2017Rp 1.928.804
Omset disetahunkan Rp 1.928.804 x 4 = Rp 7.715.216
Tarif = 25% x 50% x laba sebelum pajak
Perhitungan 1 = Rp 4.800.000 x 513.514 x 25% x 50%
Rp 7.715.216
= Rp 39.935,16
Perhitungan 2 = (Rp 7.715.216 – Rp 4.800.000) x Rp 513.514 x 25% Rp
7.715.216
= Rp 2.915.216 x Rp 513.514 x 25% Rp
7.715.216
= Rp 48.508,17
Pajak terutang = Perhitungan 1 + Perhitungan 2
= Rp 39.935,16 + Rp 48.508,17
= Rp 88.443,33
Angsuran bulanan = pajak terutang
12
= Rp 88.443,33
12
= Rp 7.370,27

BULAN APRIL
Jumlah pendapatan bunga (omset) bulan maret 2017Rp 3.788.193
Omset disetahunkan Rp 3.788.193 x 2 = Rp 7.576.386
Tarif = 25% x 50% x laba sebelum pajak
Perhitungan 1 = Rp 4.800.000 x Rp 834.913 x 25% x 50%
Rp 7.576.386
= Rp 66.119,62
Perhitungan 2 = (Rp 7.576.386 – Rp 4.800.000) x Rp 513.514 x 25% Rp
7.576.386
= Rp 2.776.386 x Rp 834.913 x 25% Rp
7.576.386
= Rp 76.489
Pajak terutang = Perhitungan 1 + Perhitungan 2
= Rp 66.119,62 + Rp 76.489
= Rp 142.608,62
Angsuran bulanan = pajak terutang
12
= Rp 142.608,62
12
= Rp 11.884,05

CONTOH 2
Berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun 2018, Tuan Bintang memiliki jumlah
pajak penghasilan terutang sebesar Rp55.000.000. Adapun jumlah kredit pajak Tuan
Bintang selama tahun 2018 adalah Rp31.000.000 dengan rincian sebagai berikut:
• PPh Pasal 21 Rp15.000.000
• PPh Pasal 22 Rp10.000.000
• PPh Pasal 23 Rp3.000.000 • PPh Pasal 24 Rp3.000.000
Hitunglah berapa besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Tuan Bintang di tahun 2019?
Jawaban :
PPh terutang tahun 2018 = Rp55.000.000
Kredit pajak:
PPh Pasal 21 = Rp15.000.000
PPh Pasal 22 = Rp10.000.000
PPh Pasal 23 = Rp3.000.000
PPh Pasal 24 = Rp3.000.000
Jumlah kredit pajak = (Rp31.000.000)
Selisih = Rp24.000.000
Adapun selisih antara PPh terutang dengan kredit pajak menjadi dasar perhitungan besarnya
PPh Pasal 25 per bulan. Dengan demikian, perhitungan PPh Pasal 25 tiap bulan adalah
sebagai berikut:
Besarnya PPh Pasal 25 per bulan =Rp24.000.000 : 12 bulan
=Rp2.000.000
Dengan demikian Tuan Bintang harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan
di tahun 2019 mulai masa Maret sebesar Rp2.000.000,-

PPH PASAL 15

A. Definisi PPH pasal 15


PPh pasal 15 adalah jenis pajak penghasilan yang dikenakan atau dipungut dari
wajib pajak yang bergerak pada industri pelayaran, penerbangan international dan
perusahaan asuransi asing.Bisnis lain yang juga terkena PPh pasal 15 adalah perusahaan
pengeboran minyak dan perusahaan yang berinvestasi dalam bentuk bangun-guna-serah
(build-operate-transfer) yang biasanya terkait dengan proyek-proyek infrastruktur seperti
pembangunan jalan tol, kereta bawah tanah dan lain sebagainya. B. Tarif PPH Pasal
15.
Perusahaan Pelayaran
• Laba bersih = 60% x Omzet Bruto
• Pajak Penghasilan = 1,8% x Omzet Bruto
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
• Laba Bersih = 4% x Omzet Bruto
• Pajak Penghasilan = 1,2% x Omzet Bruto
Pelayaran Asing dan/atau Perusahaan Maskapai Penerbangan, namun tidak
memiliki perjanjian bilateral di bawah perjanjian pajak Indonesia (P3B)
• Laba Bersih = 1% x Nilai Ekspor Bruto
• Penyelesaian Pajak Penghasilan = 0,44% x Nilai ekspor Bruto
Pihak yang Melakukan Kemitraan dalam Bentuk Perjanjian BOT
• Pajak Penghasilan = 5% x bruto nilai tertinggal nilai pasar dengan Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP).
C. Pembayaran dan Penyampaian Laporan Pajak Penghasilan Pasal 15
Laporan harus diserahkan pada tanggal 20, di bulan dimana pembayaran pajak juga
dilakukan, Namun, tanggal jatuh temponya sendiri bervariasi.
Perusahaan Pelayaran
• Dibayar paling lambat tanggal 10, dibulan setelah faktur dibuat.
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri, dan Pengiriman Asing dan/atau Perusahaan
Penerbangan
• Dibayar pemungut cukai paling lambat tanggal 10 dibulan setelah faktur dibuat.
• Dibayar oleh wajib pajak paling lambat pada tanggal 15 di bulan setalah faktur
dibuat.
Wajib Pajak International (WPLN) yang memiliki kantor perdagangan perwakilan di
Indonesia, namun tidak memiliki perjanjian bilateral dibawah perjanjian pajak Indonesia
(P3B)
• Dibayar oleh Wajib Pajak paling lambat tanggal 15 bulan setelah Wajib Pajak
tersebut memiliki pendapatan.
Pihak yang melakukan Kemitraan Dalam Bentuk Perjanjian Bangun - Guna - Serah (BOT)
• Dibayar oleh Wajib Pajak paling lambat tanggal 15 bulan setelah masa BOT
berakhir.
D. Contoh soal pph 15
CONTOH 1
Pada September 2016 PT Nusantara yang beralamat di Jalan Cut Meutia No.1
menyewa pesawat dari PT Terbang Tinggi yang beralamat di Jalan Diponegoro No.11. Biaya
sewa/carter pesawat tersebut adalah Rp250.000.000. PT Terbang Tinggi merupakan
perusahaan penerbangan dalam negeri. Hitunglah PPh Pasal 15 yang terutang!
Jawaban: PPh Pasal 15 = 1,8% x Rp250.000.000 =
Rp4.500.000.

Kewajiban PT Terbang Tinggi sebagai pemotong PPh Pasal 15 adalah:


• Melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas sewa pesawat sebesar Rp4.500.000 dan
memberikan bukti potong tersebut kepada PT Nusantara;
• Menyetorkan PPh yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau bank
yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 10 Feburari 2015;
• Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Januari 2015 paling lama
tanggal 20 Februari 2015.

CONTOH 2

PELAYARAN DALAM NEGRI


Perusahaan penerbangan luar negeri Fiskal airline (BUT) menyewakan pesawat kecil
kepada PT.Kakak Tua Indonesia dengan nilai sewa Rp300.000.000,- PPh Pasal
15 yang wajib dipotong oleh PT. Kakak Tua Indonesia adalah
Jawab : 2,64% x Rp300.000.000,- = Rp7.920.000,- (Final)
BAB III
PENUTUP.

A. KESIMPULAN.
Pasal 25 UU PPh mengatur besarnya beban angsuran pajak dalam tahun berjalan
yang harus dibayar sendiri WP u ntuk tiap bulan. PPh Pasal 25 sebagai beban rutin
yang harus dipenuhi, tetapi
dengan dasar Peraturan Direktur Jenderal Pajak bahwa terhadap WP dapat diberikan
pengurangan PPh Pasal 25 yaitu WP yang mengalami perubahan keadaan usaha atau
kegiatan usaha dalam tahun 2009.
Besarnya pengurangan PPh Pasal 25 yang dapat diberikan kepada WP sampai
dengan 25 5 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2009. Pengurangan PPh
Pasal 25 dimaksud dihitung dari besarnya PPh Pasal 25 bulan Desember 2008. Bagi
WP yang telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun pajak 2008, maka
pengurangan PPh Pasal 25 dihitung dari besarnya PPh Pasal 25 didasarkan pada SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2008.
PPh pasal 15 adalah jenis pajak penghasilan yang dikenakan atau dipungut
dari wajib pajak yang bergerak pada industri pelayaran, penerbangan international dan
perusahaan asuransi asing.Bisnis lain yang juga terkena PPh pasal 15 adalah
perusahaan pengeboran minyak dan perusahaan yang berinvestasi dalam bentuk
bangun-guna-serah (build-operate-transfer) yang biasanya terkait dengan proyek-
proyek infrastruktur seperti pembangunan jalan tol, kereta bawah tanah dan lain
sebagainya.
Daftar Pustaka
https://www.finansialku.com/pph-pasal-15-pajak-
penghasilan/https://perpajakan.ddtc.co.id/ilustrasi-
kasus/read/54https://www.pajakku.com/read/6245485ca9ea8709cb189a1
6/Serba-Serbi-PPh-Pasal-25:-Subjek-Tarif-Perhitungan-Pembayaran-
hingga-Pelaporan http://tiwitugas.blogspot.co.id/2014/10/perpajakan-pph-
25.html http://tugashamidanshori.blogspot.co.id/2016/03/makalah-pph-
pasal-
25.html https://perpajakan.ddtc.co.id/ilustrasi-kasus/read/54
file:///C:/Users/lenovo/Downloads/PPH.pdf Pengertian Pph Pasal 15

Anda mungkin juga menyukai