Anda di halaman 1dari 10

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

Dosen Pengempu :

Ni Wayan Eka Mitariani, SE.MM

Angota Kelompok :

Luh Gede Dwipani (01/2002612010447)


Thegi Mintara (06/2002612010458)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS


EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2022

1
A. DEFINISI PAJAK
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan
dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan
kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah
undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi
merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta
terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Penggolongan pajak berdasarkan lembaga pemungutannya di Indonesia dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang
dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat
Jenderal Pajak - Kementerian keuangan.Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang
dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
Segala pengadministrasian yang berkaitan dengan pajak pusat, akan dilaksanakan di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP) dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta di Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Pajak. Untuk pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak derah, akan
dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah atau Kantor
sejenisnya yang dibawahi oleh Pemerintah Daerah setempat. Pajak-pajak yang dikelola oleh
Direktorat Jendral Pajak salah satunya adalah Pajak Penghasilan (PPh).
Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang dimaksud dengan
penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak baik yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan
dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat
berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 adalah pembayaran pajak penghasilan berupa
angsuran. Tujuannya adalah untuk meringankan beban Wajib Pajak, mengingat pajak yang
terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan
tidak bisa diwakilkan.

2
Makalah ini berisikan tentang pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25, tarif, Cara
menghitung besarnya angsuran pajak penghasilab pasal 25 serta penyetoran dan
pelaporannya, dan perhitungan besarnya pajak penghasilan pasal 25 untuk PT BPR
Protonema dengan mengacu kepada ketentuan Pasal 25 ayat (7) Undang-undang Nomor 7
Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan dan sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor
208/PMK.03/2009 tanggal 10 Desember 2009 tentang perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang penghitungan
besarnya angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri
oleh wajib pajak baru, Bank, Sewa Guna Usaha dengan hak opsi, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan
diharuskan membuat laporan keuangan berkala termasuk wajib pajak orang pribadi
pengusaha tertentu.

B. PENGERTIAN PPH PASAL 25


Pajak penghasilan pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri
oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran pajak penghasilan
25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh
penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahun Pajak Penghasilan.
Pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan:
1. Wajib pajak membayar sendiri (PPh pasal 25)
2. Melalui pemotogan atau pemungutan oleh pihak ketiga (PPh pasal 21, 22, 23, dan 24)

C. CARA MENGHITUNG PPH PASAL 25


Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
untuk setiap bulan adalah sebasar Pajak Panghasilan yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Panghasilan Tahun Pajak yang lalu dikurangi dengan:
a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan pasal
23, serta PPh yang dipungut sebgaimana dimaksud dalam pasal 22.
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 24. Dibagi dua belas (12) atau banyaknya bulan
dalam bagian tahun pajak.

3
Ketentuan perundang-undangan perpajakan mengatur penyetoran dan
pelaporan PPh Pasal 25 sebagai berikut:
a. PPh Pasal 25 dibayar/disetorkan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan takwim
berikutnya.
b. Wajib Pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT Masa paling lambat 20hari
setelah Masa Pajak berakhir dalam bentuk surat Setoran Pajak lembar ketiga.
D. SOAL
Berdasarkan ketentuan pasal 25 ayat (7) undang-undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana
telah diunggah terakhir dengan undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang pajak
penghasilan dan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.03/2099
tanggal 10 Desember 2009 tentang perubahan atas peraturan Menteri Keuangan Nomor
255/PMK.03?2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang perhitungan besarnya angsuran pajak
penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak baru,
Bank, Sewa guna usaha dengan hak opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan yang diharuskan membuat
laporan keuangan berkala termasuk wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu.

PT. BPR Protonema di dalam lap. Keuangan tahun 2016 menyatakan rugi, sehingga PT.BPT
Protonema menyatakan akan mengkompensasi kerugian yang doperoleh ke tahun pajak
berikutnya sesuai aturan mengenai kompensasi keuangan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, PT. BPR Protonema, meski menyatakan rugi, teteap harus
membayar angsuran PPH pasal 25. Besar nya angsuran PPH pasal 25 ditetepkan sebesar
laba/rugi bersih laporan keuangan triwulanan dikalikan denga tarif sesuai UU PPH.

Berikut disajikan tabel laporan keuangan triwulanan PT. BPR Protonema


Laporan triwulan I tahun 2017

Pos-pos Posisi Maret Posisi Maret

4
2017 2016
Pendapatan dan beban operasional    
Pendapatan bunga 0 0
Bunga kontraktual 1.822.259 1.667.259
Amortisasi provisi 152.064 155.042
Amortisasi biaya transaksi -/- 0 0
Jumlah pendapatan bunga 1.974.323 1.822.612
Beban bunga 0 0
Bunga kontraktual 186.216 268.449
Amortisasi provisi, Administrasi dan Biaya
0 0
transaksi
Jumlah beban bunga 186.216 268.449
Jumlah pendapatan bunga 1.788.107 1.554.163
Pendapatan operasional lainnya 140.697 140.826
JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL 1.928.804 1.694.989
Beban penyisihan kerugian aset produktif 3.253 7.795
Beban pemasaran 11.885 11.512
Beban penelitian dan pengembangan 0 0
Beban administrasi dan umum 1.382.512 1.285.514
Beban operasional lainnya 17.712 18.343
JUMLAH BEBAN OPERASIONAL 1.415.362 1.323.164
LABA (RUGI) OPERASIONAL 513.442 371.825
PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL    
Pendapatan non operasional 407 9
Beban non operasional 0 0
Kerugian penjualan aset 0 0
Lain-lain 335 16.227
PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL 72 (616.218)
LABA RUGI    
LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 513.514 355.607
TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN 64.189 44.450
LABA (RUGI) BERSIH 449.325 311.157

5
Laporan Triwulan II tahun 2017 :
Pos-pos Posisi Maret 2017 Posisi Maret 2016
Pendapatan dan beban operasional    
Pendapatan bunga 0 0
Bunga kontraktual 3.633.202 3.447.490
Amortisasi provisi 299.542 311.171
Amortisasi biaya transaksi -/- 0 0
Jumlah pendapatan bunga 3.932.744 3.258.661
Beban bunga 0 0
Bunga kontraktual 400.268 519.062
Amortisasi provisi, Administrasi dan Biaya transaksi 0 0
Jumlah beban bunga 400.268 519.062
Jumlah pendapatan bunga 3.532.476 3.239.599
Pendapatan operasional lainnya 255.717 296.426
JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL 3.788.193 3.536.025
Beban penyisihan kerugian aset produktif 7.458 10.839
Beban pemasaran 11.945 12.010
Beban penelitian dan pengembangan 0 0
Beban administrasi dan umum 2.912.599 2.732.962
Beban operasional lainnya 17.712 18.342
JUMLAH BEBAN OPERASIONAL 2.949.714 2.774.153
LABA (RUGI) OPERASIONAL 838.479 761.872
PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL    
Pendapatan non operasional 414 16
Beban non operasional 0 0
Kerugian penjualan aset 0 0
Lain-lain 3.980 5.930
PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL (3.566) (5.914)
LABA RUGI    
LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 834.913 755.958
TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN 104.364 94.495
LABA (RUGI) BERSIH 730.549 661.463
Berdasarkan data diatas, hitunglah besar nya PPH pasal 25 untuk PT. BPR Protonema dengan
mengacu kepada aturan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.03/2099 tanggal 10
Desember 2009 tentang perubahan atas peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008
tanggal 31 Desember 2008 tentang perhitungan besarnya angsuran pajak penghasilan dalam

6
tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak baru, Bank, Sewa guna usaha
dengan hak opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Wajib Pajak
lainnya yang berdasarkan ketentuan yang diharuskan membuat laporan keuangan berkala
termasuk wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu.

JAWABAN :
1. BULAN MARET
Jumlah pendapatan bunga (omset) bulan maret 2017Rp 1.928.804
Omset disetahunkan Rp 1.928.804 x 4 = Rp 7.715.216
Tarif = 25% x 50% x laba sebelum pajak
Perhitungan 1 = Rp 4.800.000 x 513.514 x 25% x 50%
Rp 7.715.216
= Rp 39.935,16

Perhitungan 2 = (Rp 7.715.216 – Rp 4.800.000) x Rp 513.514 x 25%


Rp 7.715.216
= Rp 2.915.216 x Rp 513.514 x 25%
Rp 7.715.216
= Rp 48.508,17

Pajak terutang = Perhitungan 1 + Perhitungan 2


= Rp 39.935,16 + Rp 48.508,17
= Rp 88.443,33

Angsuran bulanan = pajak terutang


12
= Rp 88.443,33
12
= Rp 7.370,27

7
2. BULAN APRIL
Jumlah pendapatan bunga (omset) bulan maret 2017Rp 3.788.193
Omset disetahunkan Rp 3.788.193 x 2 = Rp 7.576.386
Tarif = 25% x 50% x laba sebelum pajak

Perhitungan 1 = Rp 4.800.000 x Rp 834.913 x 25% x 50%


Rp 7.576.386
= Rp 66.119,62

Perhitungan 2 = (Rp 7.576.386 – Rp 4.800.000) x Rp 513.514 x 25%


Rp 7.576.386
= Rp 2.776.386 x Rp 834.913 x 25%
Rp 7.576.386
= Rp 76.489

Pajak terutang = Perhitungan 1 + Perhitungan 2


= Rp 66.119,62 + Rp 76.489
= Rp 142.608,62

Angsuran bulanan = pajak terutang


12
= Rp 142.608,62
12
= Rp 11.884,05

D. KESIMPULAN

8
Pasal 25 UU PPh mengatur besarnya beban angsuran pajak dalam tahun berjalan yang
harus dibayar sendiri WP untuk tiap bulan. PPh Pasal 25 sebagai beban rutin  yang harus
dipenuhi, tetapi dengan dasar Peraturan Direktur Jenderal Pajak bahwa terhadap WP dapat
diberikan pengurangan PPh Pasal 25 yaitu  WP yang mengalami perubahan keadaan usaha atau
kegiatan usaha dalam tahun 2009.
Besarnya pengurangan PPh Pasal 25 yang dapat diberikan kepada WP sampai dengan 25
5 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2009. Pengurangan PPh Pasal 25 dimaksud
dihitung dari besarnya PPh Pasal 25 bulan Desember 2008. Bagi WP yang telah menyampaikan
SPT Tahunan PPh Tahun pajak 2008, maka pengurangan PPh Pasal 25 dihitung dari besarnya
PPh Pasal 25 didasarkan pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2008.
Ketentuan pengurangan PPh Pasal 25 dimaksud tidak berlaku bagi Wajib Pajak bank,
BUMN, BUMD, Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib pajak lainnya yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan harus membuat laporan keuangan berkala.

DARTAR PUSTAKA

9
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: CV Andi Offset
Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat           

10

Anda mungkin juga menyukai