Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA FARMASI KUALITATIF

“ANALISIS TURUNAN ASAM BARBIBURAT”

Disusun Oleh :
Annisa 1701011310003
Fikri Ridhani Az Zharif 1701011310012
Ismi Lia Nur Ulfa 1701011320018
Laila Sari 1701011320021
Raka Wisnu Wardana 1701011310041
Redina Wahyu Nirwana 1701011320042
Revly Ana Auleina 1701011320044

Universitas Lambung Mangkurat


Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam
Prodi D3 Analis Farmasi dan Makanan
Tahun 2018/2019
Annisa 1701011310003
(kesimpulan)

Fikri Ridhani Az Zharif 1701011310012


(Mencari materi, tinjauan pustaka)
Ismi Lia Nur Ulfa 1701011320018
(Mencari materi, tinjauan pustaka)
Laila Sari 1701011320021
(hasil dan pembahasan)
Raka Wisnu Wardana 1701011310041
(Mengedit makalah, kontribusi)

Redina Wahyu Nirwana 1701011320042


(bab 1 makalah, cover)
Revly Ana Auleina 1701011320044
(Membuat power point)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’alamin, Segala puji bagi allah swt atas segala karunia
nikmatnya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Sehingga makalah kimia farmasi kualitatif kami yang berjudul “Analisis Turunan
Asam Barbiburat” dapat diselesaikan dengan maksimal tanpa adanya halangan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kimia farmasi kualitatif yang diampu
oleh Fadillahturrahmah S.Farm.Apt.,M.Sc
Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk
itu kami ucapkan terimakasih.
Kami menyadari bahwa masih ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik
dari segi EYD, kosakata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karnanya kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian
untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi. Demikian semoga makalah ini dapat
diterima sebagai ide atau gagasan yang menambah kekayaan intelektual bangsa.

Banjarbaru, 08 November 2018


penulis
DAFTAR ISI

Pendahuluan ....................................................................................................................... 5
Latar Belakang..................................................................................................................... 5
Rumusan Masalah ............................................................................................................... 5
Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 5
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................. 11
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 13
BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang
Dalam bidang farmasi khususnya kimia atau analisis farmasi sering
dilakukan analisis sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis kualitatif seperti identifikasi organoleptik, sedangkan analisa kuantitatif
digunakan untuk menentukan kadar suatu senyawa. Pada percobaan ini akan
dilakukan analisis senyawa turunan barbiturat yakni fenobarbital yang selanjutnya
akan ditentukan kadarnya dengan menggunakan metode bromometri dengan
titrasi tidak langsung.
Bromometri merupakan salah satu metode penentuan kadar suatu senyawa
berdasarkan atas, reaksi reduksi-oksidasi baik itu dengan titrasi langsung atau
tidak langsung, dan didalam penelitian ini dilakukan titrasi tidak langsung dimana
bahan pereduksi dioksidasi terlebih dahulu dengan larutan baku
berlebih. Kemudian ditambahkan indikator dan dititrasi kembali hingga berubah
warna. Analisis senyawa barbiturat seperti fenobarbital ini dianggap penting
khususnya bagi mahasiswa farmasi karena sebagaimana diketahui senyawa
turunan barbiturat memiliki aktivitas farmakologis yakni sebagai hipnotik-sedativ,
dimana hipnotik artinya berkhasiat menidurkan dan sedativ artinya berkhasiat
menenangkan.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bromatometri?
2. Apa itu Asam barbiturat?
3. Apa saja penggolongan pada barbiburat?

Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari Bromatometri
2. Untuk mengetahui dan memahami Asam barbiturat
3. Untuk mengetahui penggolongan apa saja yang ada pada barbiturat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
Bromatometri adalah salah satu metoda oksidimetri yang didasarkan

pada reaksi oksidasi ion bromat, BrO3-. Dalam reaksi ini bromat tereduksi menjadi

bromida :

BrO3- + 6 H+ + 6e Br + 3H2O

dari persamaan reaksi tersebut 1 grek KbrO3 = mol. Ion H+ terlibat dalam

konversi ion BrO3- menjadi Br, maka diperlukan larutan asam dalam reaksinya.

(1)

Adanya kelebihan KBrO3 dalam larutan akan menyebabkan ion

bromida bereaksi dengan ion bromat : BrO3 + Br- + H+ → Br2 +H2O

Jika reaksi antara zat dan bromine dalam lingkungan asam berjalan cepat maka

titrasi dapat secara langsung dilakukan. Namun bila lambat maka dapat dilakukan

titrasi tidak langsung yaitu larutan bromine ditambah berlebih dan kelebihan

bromine ditentukan secara iodometri. Bromin dapat diperoleh dari penambahan

asam kedalam larutan yang mengandung kalium bromat dan kalium bromide. (2)

Barbiturat umumnya terdapat dalam bentuk tablet, kapsul, sirop atau

dalam campuran serbuk. Untuk mengidentifikasi sebaiknya barbiturat dipisahkan

dari senyawa- senyawa yang lain yang tercampur dalam sediaan farmasi.

Umumnya penentuan kadar turunan barbiturat dilakukan setelah dipisahkan. (3)

Asam barbiturat (malonil urea) adalah hasil kondensasi asam malonat

dan urea. Asam barbiturat ditemukan oleh Adolph von Baeyer (1864). Asam

barbiturat sendiri tidak menyebabkan depresi SSP. Hipnotik barbiturat yang

pertama, yaitu asam dietil barbiturat atau barbital diperkenalkan sebagai obat oleh

Fischer dan Von Miering(1903) dengan nama dagangnya venoral. Hipnotik yang
kedua adalah fenobarbital yang dikenal sebagai obat pada tahun 1912 oleh Loewe,

Juliusburger dan Impens dengan nama dagangnya Luminal. Pada tahun- tahun

selanjutnya, disintesis lebih dari 2500 barbiturat, dan kira- kira 50 diantaranya

digunakan dalam klinik. (4)

Barbiturat diklasifikasikan berdasarkan lama kerjanya ke dalam masa

kerja panjang, sedang, singkat dan sangat singkat. Yang termasuk dalam

kelompok masa kerja panjang adalah fenobarbital, mefobarbital, dan metarbital

dan dipakai untuk mengendalikan kejang pada epilepsi. Barbiturat dengan masa

kerja sangat singkat, natrium tiopental (penthotal), dipakai untuk anastesi umum.

Barbiturat dengan masa kerja singkat, skobarbital (Seconal) dan pentobarbital

(Nembutal), dipakai untuk menimbulkan tidur bagi mereka yang sulit untuk jatuh

tertidur. Barbiturat dengan masa kerja sedang, amobarbital (Amytal), aprobarbital

(Alurate) dan butabarbital (Butisol), berguna untuk mempertahankan tidur dalam

jangka waktu panjang. (5)

Hubungan struktur-aktivitas, rumus struktur fenobarbital (asam 5-fenil-5-

etilbabiturat) hubungan struktur aktifitas barbiturate telah banyak diteliti.

Aktivitas kejang maksimal diperoleh jika satu substituent pada posisi 5 berupa

gugus fenil. Turunan 5,5-difenil mempunyai potensi kejang lebih lemah

dibandingkan dengan fenobarbital tetapi hampir tanpa aktivitas hipnotik.

Sebaliknya, asam 5,5-dibenzil barbiturat menyebabkan konvulsi.(6)

Kimia farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis kuantitatif


dan kualitatif senyawa-senyawa kimia, baik dari golongan organik (alifatik,
aromatik, alisiklik, heterosiklik) maupun anorganik yang berhubungan dengan
khasiat dan penggunaannya sebagai obat (Syamsuni, 2005). Kimia anaitik dibagi
menjadi 2 bidang yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis
kuantitatif berkaitan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang terkandung
dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi
zat-zat kimia, mengenali unsur atau senyawa apa yang ada dalam suatu sampel
(Day & Underwood, 2002).
Analisis kualitatif obat diarahkan pada pengenalan senyawa obat, meliputi
semua pengetahuan tentang analisis yang hingga kini telah dikenal. Melakukan
menggunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat
kimianya. Teknik analisis obat secara kualitatif didasarkan pada golongan obat
menurut jenis senyawanya secara kimia, dan bukan berdasarkan efek
farmakologinya hal ini disebabkan karena kadang-kadang suatu obat dengan
struktur kimia yang sama, mempunyai efek farmakologi/daya terapeutis yang jauh
berbeda. Analisis kualitatif/identifikasi bahan baku yang digunakan sebagai bahan
obat atau baha tambahan tersebut. Analisis kualitatif atau identifikasi senyawa-
senyawa anorganik dan senyawa-senyawa organik, terdapat perbedaan-perbedaan
yang penting. Sebagian besar senyawa-senyawa anorganik merupakan senyawa-
senyawa ionik yang dapat ditentukan dengan suatu bagan, tertentu dalam
identifikasinya secara konvensional (Cartika, 2016).
1. Pengertian obat
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar guna mencegah, meringankan,
maupun menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud
dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, mengilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia. Pengertian obat secara khusus, obat jadi adalah obat dalam
keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, tablet, pil, kapsul,
suppositoria, cairan, salep atau bentuk lainnya yang mempunyai teknis sesuai
dengan FI atau buku resmi lain yang ditetapkan pemerintah. Obat paten adalah
obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat yang
dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
Obat baru adalah obat yang terdiri atas atau berisi zat yang berkhasiat ataupun
tidak yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya. Obat
asli adalah obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alami Indonesia terolah
secara sederhana atas dasar pengalam dan digunakan dalam pengobatan
tradisional. Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan masyarakat teroleh banyak dan tercantum dalam daftar obat esensial
(DOEN) yang ditetapkan oleh Mentri Kesehatan RI, dan obat generik adalah obat
dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI unntuk zat berkhasiat yang
dikandungnya (Syamsuni, 2005).
2. Pengertian Spektrofotometer
Spekrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spekrofotometer dan fotometer. Spekrofotometer menghasilkan sinar dari
spektrans dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabserbasi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relativ jika energi tersebut
ditransmisikan, direflaksikan atau dirumuskan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengaruh seperti prisma, grating atau optis. Pada fotometer filter, sinar dengan
panjang gelombang yang diinginkandiperoleh dengan berbagai filter dari bebagai
warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan proyek panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis melainkan suatu panjang gelombang yang bener-benar
terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.
Suatu spektrofotometer tersususun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
nonoftromotor, sel pengabsorbsi untuk larutan sempel atau blanko ataupun
pembandingan. Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang
diserap dengan frekuensi (panjang gelombang) sinar merupakan spektrum
absorpsi (Day & Underwood, 2002).
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai
hipnotik dan sedative. Namun sekarang untuk penggunaan yang spesifik, barbitrat
telah banyak digantikan oleh benzodiazepine yang lebih aman. Secara kimia,
barbiturate merupakan derivate asam barbiturate. Asam barbiturate (2,4,6-
trioksoheksahidropirirmidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea dan
asam melonat. Asam barbiturate sendiri tidak menyebabkan despersi SSP, efek
hipnotik dan sedative serta efek lainnya ditimbulkan bila pada posisi 5 ada
gugusan alkil atau aril. Barbiturate bekerja pada seluruh SSP, walaupun pada
setiap tempat tidak sama kuatnya. Dosis nonanestesi terutama menekan respon
pasca sinaps GABA-nergik. Walaupun demekian efek yang terjadi mungkin tidak
semuanya melalui GABA sebagai mediator (Ghalib, 2007).

Asam barbiturate tidak menyebabkan depresi susunan saraf pusat, efek


hipnotik sedative dan efek lainnya ditimbulkn bila posisis S ada gugusan alkil atau
aril. Disamping sebagai golongan hipnotik-sedatif, golongan brbiturat efektif
sebagai obat antikonvulsi dan biasa yang digunakan adalah barbiturate. Kerja
lama barbiturate yaitu fenilbarbital dan piramidin yang struktur kimianya mirip
barbiturate. Barbiturate digolongkan berdasarkan durasi kerja thiopental
merupakan obat yang bekerja sangat singkat. Thiopental, bersifat sangat larut
lemak, setelah pemberian secara cepat obat ini masuk kedalam otak kemudian
didistribusikan ulang ke jaringan-jringan tubuh lain dan akhirnya kedalam lemak
sering obat ini didistribusikan ulang. Konsentrasi dalam otak turun dibawah kadar
efektif, oleh karena itu durasi kerja tiopental sangat singkat (Ghalib, 2007).

Sifat-sifat umum barbital diantaranya adalah :

1. Barbital: mempunyai inti hasil kondensasi ester etil dari asam dietil malonat
dengan ureum
2. Sukar larut dalam air, kecuali dalam bentuk garamnya bereaksi asam lemah
3. Ada dalam dua bentuk, yaitu bentuk keto yang tidak larut dalam air, dan
bentuk etanol yang larut dalam air.
4. Bentuk keto larut dalam pelarutkloroform, eter, etilasetat.
5. Garam Na-nya dalam bentuk larutan mudah terhidrolisa menjadi barbital
yang mengendap.
6. Dapat menyublim (membentuk sublimasi) yang tergntung sekali pada
tekanan, suhu jarak sublimasinya, dll. Untuk teknik sublimasi yang
digunakan dalam kualitatif, maka digunakan tekanan yang dikurangi.
Penggolongan senyawa barbiturat:
 Barbiturat kerja panjang (6 jam)
 Barbiturat kerja singkat (3 jam)
 Barbiturat kerja sangat singkat (2-4 jam)

(Ghalib, 2007).

ALAT

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. pipet ukur 10 mL
2. pipet ukur 1 mL
3. labu ukur 10 mL
4. bejana kromatografi
5. oven
6. Penjepit
7. timbangan analitik
8. kotak plastik (tapperware)
9. Linomat V (Camag-Muttenz-Switzerland)
10. alat pengaduk mekanik
11. lampu UV 254 nm dan 365 nm
12. spektrofotodensitometer (Camag TLC Scanner 3Camag-Muttenz-
Switzerland).

BAHAN

Bahan yang digunakan antara lain:

1. alobarbital
2. barbital
3. butalbital
4. fenobarbital

HASIL DAN PEMBAHASAN


Spektrum UV senyawa alobarbital, barbital, butalbital dan fenobarbital
setelah diekspos oleh berbagai pelarut pengeluen ditampilkan pada Gambar 1.
Perubahan bentuk spektrum senyawa turunan asam barbiturat ditentukan oleh
reaksi disosiasi asam barbiturat menuju ion mono laktim atau dilaktim [4]. Pada
lingkungan pH ≤ 2 senyawa asam barbiturat berada dalam bentuk asamnya,
dimana pada kondisi seperti ini ikatan rangkap C=O dari asam barbiturat berada
dalam keadaan terisolasi (lihat Gambar 2). Hal ini mengakibatkan senyawa
alobarbital, barbital, butalbital dan fenobarbital setelah diekspos dengan larutan 10
% HCl dalam metanol (pH 1) tidak memberikan puncak serapan pada daerah
panjang gelombang 220 sampai 300 nm [4]. Pemunculan bahu pada panjang
gelombang 240 nm dari spektrum UV alobarbital, barbital dan butalbital setelah
plat diekspos dengan larutan pengelusi pH 10, menunjukkan senyawa barbiturat
telah mengalami disosiasi dari bentuk asamnya menuju ion monolaktim (lihat
Gambar 2). Perubahan ionisasi ini membentuk ion monolaktim mengakibatkan
perpanjangan ikatan rangkat terkonjugasi dari ikatan karbonil (C=O) teriosilasi
menjadi –O-C=N-C=O. Perpanjangan ikatan rangkap terkonjungasi ini
menyebabkan geseran batokromik, munculnya bahu pada panjang gelombang 240
nm. Senyawa alobarbital, barbital, butalbital dan fenobarbital pada plat setelah
diekspos dengan baik dengan larutan 0,1 M KOH dalam metanol (pH 12) maupun
dengan pengelusi sikloheksana:toluena:dietilamin(75:15:10, v/v, pH 11)
mengakibatkan munculnya puncak pada daerah panjang gelombang 240 - 255 nm.
Disosiasi dari ion monolaktim menuju ion dilaktim {-O-C=N-C(O-)=NC=O}
pada pH basa kuat mengakibatkan perpanjangan ikatan rangkap terkonjugasi [6].
Hal ini bertanggung jawab pada geseran batokromik puncak spektrum UV
senyawa turunan asam barbiturat. Analisis perubahan bentuk spektrum UV
senyawa turunan barbiturat setelah diekspos dengan berbagai pH pengeluen
dibandingkan dengan spektrum UV setelah plat diekspos dengan larutan 10% HCl
dalam metanol (pH 1) ditampilkan dalam Tabel 1. Pembandingan bentuk masing-
masing spektrum UV analit setelah diekspos pada pH 5, 6 dan 10 dengan
spektrum UV setelah diekspos pada pH 1 tidak menunjukkan perubahan bentuk
spektrum yang signifikan (r ≥ 0,97). Pendedahan senyawa turunan asam barbiturat
dengan pelarut pengelusi dengan pH 11 memberikan perubahan bentuk spektrum
sebesar 66 %, jika dibandingkan dengan spektrum UV pada pH 1, dan 23% pada
dedahan dengan pH 12. Dalam analisis toksikologi forensik indentifikasi analit
berdasarkan bentuk spektrum UV, persyaratan kesesuaian bentuk spektrum UV
dengan data pustaka yaitu: r ≥ 0,95 (Ojanpera and Vuori, 1994). Hal ini
menunjukkan perbedaan pH pengelusi sampai pH ≤ 10 tidak menimbulkan
kesalahan yang berarti, jika spektrum pustaka dalam keadaan pH 1
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pendedahan alobarbital, barbital, butalbital dan fenobarbital pada plat oleh
pengelusi pH 1, 5, 6 dan 10 tidak memberikan nilai perubahan bentuk sepktrum
yang signifikan (r≥0,95), namun pengelusi dengan basa kuat memberikan geseran
puncak spektrum UV ke arah batokromik dan mengakibatkan perubahan sebesar
23 % pada pH 12 dan sebesar 64 % pada pH 11, jika dibandingkan dengan
spektrum UV pada pH 1.

Pengeringan plat setelah diekspos pelarut pengelusi {10% HCl dalam


metanol, kloroform:aseton (80:20, v/v), metanol:n-butanol (60:40, v/v),
metanol:amonia (100:1,5, v/v), dan 0,1M KOH dalam metanol} tidak
memberikan perubahan bentuk spektrum yang signifikan (r≥0,98), namun
perubahan sebesar 45% terjadi pada pengeringan plat setelah diekspos dengan
sikloheksana:toluena:dietilamin(75:15:10, v/v), pH 11. Penyerapan lembab udara
oleh plat selama penyimpanan dapat merubah spektrum UV asam barbiturat
dalam suasana basa kuat menuju keadaan basa lemah sampai netral. Perubahan
spektrum ini dapat dijadikan sebagai data tambahan dalam uji konfirmasi TLC-
Densitometri senyawa turunan barbiturat.
DAFTAR PUSTAKA

Setiyo, didik w. Kimia analisis kuantitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2010

Anonim. (http://healthiskesehatan.blogspot.com/2011/03/reaksi-iodometri-dan-

iodimetri.html)

Tim Asisten. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Farmasi. Makassar: Sekolah

Tinggi Ilmu Farmasi Kebangsaan. 2013

Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI. Kumpulan Kuliah

Farmakologi .EGC. Jakarta. 2004

Joyce L. Kee, Evelyn R. Hayes. Farmakologi. EGC. Jakarta. 1996

Anonim.(http://sumarheni.blogs.unhas.ac.id/2010/12/23/penggunaan-

phenobarbital-dalam-terapi)

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. 1979.

Cartika. H. 2016. Kimia Farmasi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta.
Day, R.A & A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam.Erlangga, Jakarta.
Syamsuni, A. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi.Kedokteran EGC,
Jakarta.
Ghalib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai