Anda di halaman 1dari 8

Nama : Aulia Ulva

Nim : 1708015150

Hukum Dagang “Monopoli”

MONOPOLI

A. Kegiatan Monopoli
Monopoli adalah upaya perusahaan atau kelompok perusahaan yang relative besar dan
memiliki posisi dominan untuk mengatur dan meningkatkan control terhadap pasar dengan
cara berbagai praktik anti kompetitif seperti penetapan harga yang mematikan (predatory
pricing), atau persaingan yang tertutup.
Dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, monopoli diatur sebagai berikut :
1. Pasal 1 Ayat 1 : ”Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha”.
2. Pasal 1 Ayat 2 : “Praktik Monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau
lebih pelaku usaha, yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas
barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum.”
Pelaku usaha sebagaimana diatur dalam UU No. 5 Tahun 1999 dilarang melakukan kegiatan
monopoli, seperti diatur dalam pasal berikut ini :
1. Pasal 17 Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat”

Untuk melihat kegiatan monopoli, maka perlu melihat unsur-unsur yang terdapat dalam
monopoli, yaitu :
1. Perusahaan melakukan penguasaan atas produksi suatu produk : dan/atau melakukan
penguasaan atas pemasaran/suatu produk.
2. Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli.
3. Penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Dalam faktanya di dalam pasar monopoli sering terjadi di mana perusahaan tidak
memiliki pesaing karena kemampuannya yang tidak mampu disaingi oleh perusahaan
lainnya, inilah yang disebut dengan monopoli secara alamiah (monopoly by nature), ataupun
perusahaan tersebut mendapatkan perlakuan khusus karena amanah undang-undang
(monopoly by law).

B. Jenis-Jenis Monopoli
Monopoli bisa terjadi karena berbagai macam sebab, selain monopoli alamiah dan
monopoli karena perlindungan undang-undang, terdapat jenis-jenis monopoli berdasarkan
penyebabnya, yakni sebagai berikut :
1. Monopoli Alamiah (monopoly by nature)
Monopoi alamiah terjadi jika economuc of scale mempersulit atau tidak memungkinkan
sama sekali pelaku usaha lain masuk kepasar. Pelaku usaha menjadi “monopoli”
disebabkan kelebihan yang dimilikinya secara alami. Biasanya perusahaan tersebut
memiliki beberapa hal sebagai berikut :
a. Memiliki kemampuan dan/atau pengetahuan khusus (special knowledge) yang
memungkinkan berproduksi sangat efektif dan efisien.
b. Memiliki tingkat efisiensi memungkinkan perusahaan monopolis dapat
meminimalisasi biaya.
c. Memiliki kemampuan kontrol sumber faktor produksi, baik berupa sumber daya
alam, sumber daya manusia, maupun lokasi produksi.
Dalam fenomena perekonomian Indonesia, kelompok konglomerat di Indonesia
mempunyai kemampuan monopoli secara teknis, karena mampu mengontrol faktor
produksi berupa bahan baku misalnya, ataupun SDM berkualitas yang berasal dari dalam
dan luar negeri. Monopoli juga bisa terjadi jika produk yang dihasilka mempunyai rasa
kekhasan seperti hal rasa dan selera tertentu untuk makanan atau gaya tertentu untuk
produk pakaian. Dalam konteks ini, kekuatan monopoli disebut dengan monopoli
alamiah.
Contoh: Bali memiliki monopoli dalam penjualan salak bali, kemudian Pontianak
dengan jeruknya, Malang dengan apelnya, Kalimantan dengan rotannya, Brebes dengan
bawang merahnya, Tulungagung dengan marmernya, Martapura dengan intannya, dan
lain-lain.
2. Monopoli Karena Perlindungan Undang-undang (monopoly by law)
a. Undang-undang
Monopoli karena perlindungan Undang-undang disebut juga monopoly by law
atau legal monopoly. Yakni perusahaan-perusahaan diberikan hak monopoli
berdasarkan amanah undang-undang, sekalipun perusahaan tersebut tidak efisien.
Dasar hukum monopoli oleh negara berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 yang
menghendaki negara menguasai bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya, serta cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Negara, melalui UUD 1945 berkewajiban untuk melindungi kebutuhan dan hak dasar
rakyatnya. Berdasarkan undang-undang tersebut mereka memiliki hak khusus untuk
mengelola industri tertentu. Monopoly by law biasanya menguntungkan negara dan
industri yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak seperti tenaga listrik, air,
gas, jalan, rel kereta api, pelabuhan udara, pelabuhan laut, dan sebagaunya.
b. Hak Paten (Patent Right)
Selain itu, undang-undang juga memberikan hak istimewa dan perlindungan
hukum dalam jangka waktu tertentu terhadap pelaku usaha yang memenuhi syarat
tertentu atas hasil riset dan inovasi yang dilakukan sebagai hasil pengembangan
teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia. Pemberian hak-hak eksklusif dan
penemuan baru baik yang berasal dari hak atas kekayaan intelektual seperti hak cipta
(copyright), hak atas kekayaan industri (industrial property), seperti paten (patent),
merek (trademark), disain produk industri (industrial design), dan rahasia dagang
(trade secret).
Berdasarkan uraian-uraian di atas, industri penyediaan listrik (industri listrik) di
Indonesia misalnya, dikatakan berstruktur pasar monopoli, karena :
a. Hanya ada satu produsen, yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN).
b. Listrik yang dihasilkan PLN tidak mempunyai substitusi, walaupun sumber
tenaga listriknya memiliki beberapa alternatif (diesel, tenaga air, uap, dan nuklir)
c. Perusahaan-perusahaan lain tidak dapat memasuki industri listrik karena ada
hambatan (barrier to entry), yaitu hak monopoli PLN betdasarkan undang-
undang.
Demikian juga minyak (Pertamina) dan sebagainya. Atau contoh lain seperti hak
paten yang dipegang oleh perusahaan Microsoft atas teknologi software komputer.

3. Monopoli Masyarakat

Monopoli masyarakat terjadi jika masyarakat mempunyai kepercayaan khusus


terhadap suatu produk. Misalnya, obat batuk merek “A” mampu menguasai pasar karena
masyarakat amat mempercayai kemanjuran obat batuk tersebut, sehingga mereka tidak
mau berpindah ke merek yang lain.

4. Monopoli karena kemampuan efisiensi

Monopoli ini terjadi bila suatu perusahaan mampu memproduksi dengan biaya yang
rendah sehingga mampu menjual produk dengan harga yang rendah pula.
Karena perusahaan lain tidak mampu memproduksi dengan biaya serendah itu maka
perusahaan tersebut dapat memonopoli (menguasai) pasar. Monopoli jenis ini umumnya
dipegang oleh perusahaan yang bermodal besar dan dikelola secara modern.

5. Monopoli karena penguasaan bahan baku

Bila suatu perusahaan menguasai bahan baku tertentu (misalnya, gandum) dengan
berperan sebagai importir tunggal dan kemudian perusahaan tersebut tidak bersedia
menjual gandumnya kepada perusahaan lain, melainkan diolah sendiri menjadi tepung
terigu maka dapat dipastikan perusahaan tersebut akan memonopoli industri pembuatan
tepung terigu.

6. Monopoli karena penguasaan teknologi dan tenaga ahli

Bila suatu perusahaan menguasai teknologi dan tenaga ahli dalam pengolahan suatu
produk, dapat dipastikan perusahaan tersebut akan menjadi monopolis.

Contohnya PT Freeport dari Amerika Serikat memonopoli pembangunan dan


pengolahan tembaga di Indonesia karena mengusai teknologi dan tenaga ahli yang tidak
dimiliki perusahaan lain.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan ciri-ciri pasar monopoli, sebagai berikut:

1. Hanya terdapat satu penjual atau perusahaan yang memproduksi produk tertentu.
2. Harga ditentukan oleh perusahaan/penjual yang memegang monopoli.
3. Perusahaan lain akan sulit memasuki pasar ini.
4. Konsumen tidak bisa beralih ke penjual/perusahaan lain walau merasa dirugikan.
5. Bisa menimbulkan kerugian atau ketidakadilan bagi masyarakat karena adanya harga
jual yang tinggi.
6. Terdapat hambatan atau rintangan (barries) bagi perusahaan baru yang akan masuk
ke dalam pasar monopoli.
7. Pelaku pasar monopoli dapat menentukan harga barang sesuai harga barang
keinginannya.
8. Karena sifat monopolinya menyebabkan perusahaan tidak memerlukan promosi atau
ikan untuk menawarkan produknya.
9. Pedagang lain tidak bisa masuk karena adanya suatu hambatan dengan undang-
undang atau karena teknik yang canggih.
10. Jenis barang yang diperjual belikan hanya semacam.
11. Tidak adanya suatu campur tangan pemerintah dalam penentuan harga,
12. Tidak memiliki barang pengganti yang mirip
13. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam sebuah industri
14. Bisa mempengaruhi penentuan harga secara mutlak
15. Promosi iklan kurang diperlukan
KASUS PRAKTIK MONOPOLI

Kasus 1 “Monopoli Brand Aqua terhadap Pasar”

Nama brand minuman ini tentu sudah tidak asing lagi. Merek produk dari PT Tirta Investama
terkena putusan bersalah dari KPPU. Putusan KPPU tidak jauh berbeda dengan apa yang
menjadi tuduhan dari penyelidik. Bahkan pihak Aqua menilai jika majelis kurang
mempertimbangkan data, argumentasi dan fakta yang diajukan Aqua.

Persaingan tidak sehat ini bermula dari somasi yang dikeluarkan PT Tirta Fresindo Jaya
(produsen air minum dalam kemasan (AMDK) bermerek Le Minerale) kepada Aqua pada bulan
Oktober 2016.

Le Minerale menemukan bukti lapangan jika Aqua dan Distributornya bekerjasama melarang
beberapa toko menjual produk Le Minerale. Ancaman Aqua diberikan dalam bentuk penuruan
statis dan fasilitas yang semula star outlet mejjadi wholeseller eceran bagi para penjual Le
Minerale.

KPPU mengaku telah mendapatkan dua alat bukti serupa dan menilai jika degradasi itu
dialami penjual maka penjual mendapatkan harga 3 persen lebih mahal untuk produk Aqua.
Perbandingan harga ini adalah Rp 37ribu per karton ukuran 600 ml untuk star outlet dan Rp
39.350 untuk produk serupa untuk wholeseller.

Pangsa pasar Le Minerale di tahun 2015 terus naik meyakinkan. Namun sejak ditemukannya
dugaan bulan September 2016 ini penjualan Le Minerale menurun cenderung stagnan. Data dari
Goldman Sachs tahun 2015 menunjukan jika Aqua memiliki penguasaan pangsa pasar sampai
46,7% atas AMDK. Kemudian Club 4% (Indofood), 2 Tang 2,8% (PT tang Mas), Oasis 1,8%
(PT Santa Rosa Indonesia), Super O2 1,7% (Garuda Food) dan Prima 1,4% (Sosro).
Kasus 2 : Perkara Nomor 07/KPPU-L/2007 Perkara Monopoli Telkomsel

Salah satu pelanggaran terhadap Pasal 17 UU No. 5 Tahun 1999 adalah Putusan KPPU
dalam Perkara Nomor 07/KPPU-L/2007 tentang Tindak Monopoli oleh Telekomunikasi Seluler.
PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) mempertahankan tarif seluler yang tinggi sehingga
melanggar Pasal 17 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999. Survey konsumen yang dilakukan oleh KPPU
terhadap pengguna telepon seluler menunjukkan bahwa layanan FWA dan PSTN bukanlah
substitusi dari layanan telekomunikasi seluler. Bahwa meskipun terdapat konsumen yang sensitif
terhadap harga pada segmen tertentu, namun secara umum konsumen industri seluler tidak
sensitif terhadap harga namun sensitif terhadap cakupan jaringan (DAP Saksi Mastel tanggal 25
September 2007).

Pelanggaran terhadap Pasal 17 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999 dapat dilihat dari pemeriksa
lanjutan yang menyatakan bahwa penggunaan market power oleh Telkomsel mengakibatkan
turunnya derajat kompetisi dan excessive pricing pada layanan telekomunikasi seluler.

Majelis Komisi berpendapat bahwa untuk dapat dikatakan melanggar Pasal 17, maka perlu
dipenuhinya standar atau beberapa untsur penting, pertama, pelaku usaha ; Kedua, menguasai
pasar; Ketiga, Pelaku Usaha tersebut menerapkan kebijakan (praktik) usaha (conduct) ; dan,
Keempat, Kebijakan (praktik) usaha tersebut menimbulkan atau dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap persaingan.

Dalam perkara ini, unsur-unsur Pasal 17 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999 telah terpenuhi dengan
analisis sebagai berikut.

1. Pelaku Usaha. Telkomsel adalah badan hukum yang didirikan dan berkedudukan di
Indonesia serta melakukan kegiatan usaha di bidang perekonomian sebagai mana telah
diterangkan dalam bagian Identitas Terlapor.

2. Pangsa Pasar. Tim Pemeriksa telah menjelaskan pangsan pasar seluler sejak 2001 sampai
dengan 2006. Majelis Komisi menilai bahwa Telkomsel memiliki pangsa pasar lebih dari
50% dengan rata-rata 674 atau sebesar 61,24%.

3. Perilaku (conduct). Pemeriksa pada pokoknya menyatakan telah terjadi hambatan inter
koneksi yang dilakukan oleh Telkomsel sesuai dengan kesaksian Mastel, Hut Chinson, dan
Dokumen perjanjian kerja sama antara Telkomsel dengan salah satu opertaor. Dengan
demikian, terbukti Telkomsel telah melakukan hambatan interkoneksi.

4. Price Leadership. Majelis Komisi menyimpulkan bahwa price leadership telah terjadi dan
dilakukan oleh Telkomsel. Tentang harga Eksesif Berdasarkan uraian sebagaimana
dijelaskan pada bagian yang secara mutatis mutandis berlaku harga jasa seluler Telkomsel
adalah eksesif.
5. Dampak. Kompetisi dalam industri seluler Indonesia. Majelis Komisi menyimpulkan bahwa
industri seluler Indonesia adalah tidak kompetitif tentang Profit Eksesif. EBITDA margin
Telkomsel selalu berada pada kisaran nilai rata-rata 72,09% pada periode 2003 sampai
dengan 2006. EBITDA margin Telkomsel merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan
opertaor seluler lainnya di negara-negara Asia sebagaimana dijelaskan dalam laporan
Morgan Stanley tertanggal 21 Februari 2006. Nilai ROCE yang meningkat dari 45% pada
2001 menjadi 71% pada 2006. Perkembangan pendapatan operasi Telkomsel per tahun pada
periode 2001-2006 mengikuti pola kuadratik dan eksponensial secara nyata Telkomsel telah
memperoleh profit eksesif pada pasar bersangkutan.

6. Kerugian Konsumen. Perhitungan besarnya kerugian konsumen ditentukan oleh perbedaan


harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan penilaian produsen (biaya ditambah
keuntungan) yang diterima konsumen yang dicerminkan oleh harga kompetitif pada tingkat
pelaku usaha mendapatkan ROE yang wajar. Berdasarkan pendekatan diatas, Majelis Komisi
berpendapat nilai kerugian konsumen Telkomsel adalah sebesar Rp9.859.000.000.000,00
sampai dengar Rp24.078.000.000.000,00 dalam kurun waktu empat tahun (2003 sampai
dengan 2006). Perhitungan tersebut telah memperhatikan keseimbangan antara kepentingan
pelaku usaha dan kepentingan konsumen. Dengan bukti demikian majelis KPPU menyatakan
bahwa PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) terbukti secara sah dan meyakinkan
melanggar Pasal 17 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999.

Anda mungkin juga menyukai