BAB I
PERMINTAAN TERHADAP
FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI
a. Permintaan Faktor
Dalam pasar barang yang bersifat persaingan tidak sempurna harga akan
menjadi semakin rendah pada tingkat produksi/penjualan barang yang semakin tinggi.
Harga yang semakin rendah ini menyebabkan hasil penjualan total dan hasil penjualan
marjinal pada setiap tingkat penggunaan tenaga kerja adalah lebih rendah dari yang
terdapat dalam pasar persaingan sempurna. Sehingga mengakibatkan harga barang
mengalami perubahan apabila jumlah produksinya berubah, yaitu semakin banyak
produksi semakin murah harganya.
a. Permintaan Terkait
Permintaan seorang pengusaha keatas faktor-faktor produksi mempunyai sifat
yang berbeda. Tujuan para pengusaha untuk memperoleh faktor-faktor produksi
bukanlah memenuhi kebutuhannya. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh keinginan
pengusaha untuk menghasilkan barang-barang yang akan dijualnya kepasar untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Telah ditunjukkan bahwa kegiatan pengusaha
memproduksi barang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Maka banyaknya
faktor produksi yang akan digunakan pengusaha tergantung kepada keuntungan yang
mungkin diperolehnya. Selama pertambahan penggunaan suatu faktor produksi akan
menambah keuntungannya, lebih banyak faktor produksi tersebut akan digunakannya.
Oleh karena permintaan pengusaha keatas suatu faktor produksi ditentukan oleh
kemampuan faktor produksi tersebut untuk menghasilkan barang yang dapat dijual
pengusaha itu dengan menggunakan, permintaan faktor-faktor produksi dinamakan
permintaan terkait atau derived demand.
- Catatan : dalam pasar persaingan sempurna di input market, Px adalah konstan. Jadi Px
= dTC/dX=MRCx
Persamaan baik kurva MPRx bagi produsen yang menjual outpunya di pasar
persaingan sempurna maupun di pasar persaingan tidak sempurna adalah mula-mula
berlereng positif dan mulai di titik tertentu berlerang negative. Bentuk kurva yang MPRx
yang seperti ini mencerminkan bahwa di dalam proses produksi dengan ditambahnya
faktor produksi X mula-mula akan menambah produksi total yang semakin banyak. Akan
tetapi mulai titik tertentu tambahan faktor produksi secara terus menerus tersebut
mengakibatkan tambahan output yang semakin lama semakin berkurang.
Perbedaan pada bagian kurva MPRx yang menurun pada kasus produsen yang
menjual outputnya di pasar pasar persaingan tidak sempurna (monopoli) relative lebih
tegak dibandingkan dengan kasus produsen yang membeli inputnya di pasar persaingan
sempurna. Hal ini disebabkan karena dalam pasar persaingan tidak sempurna,bentuk
kurva MR produsen berlereng negative, sedangkan dalam bentuk pasar persaingan
sempurna bentuk kurva MR produsen adalah horizontal.
Cara menurunkan kurva permintaan produsen terhadap faktor produksi X
Mempertemukan kurva MPRx produsen dengan berbagai kemungkinan tingkat harga
faktor produksi X di pasar. Pada waktu harga input X di pasar adalah P1, maka produsen
akan meminta input X sebanyak OX1. Hal ini disebabkan pada waktu harga X adalah P1,
garis horizontal MRC1 merupakan kurva produsen. Jadi supaya keuntungan produsen
maksimum, maka pada waktu harga input X adalah P1 maka ia harus meminta X
sebanyak OX1 ( karena dengan demikian berarti MRPx = MRCx ). Dengan alasan yang
sama berarti apabila harga input X adalah P2, maka produsen akan meminta sebanyak
OX2. Kesimpulannya kurva permintaan produsen akan X adalah identik dengan kurva
MPRx itu sendiri.
MRP,MRC,PP. Perbedaan bentuk kurva-kurva MRC dan penawaran factor produksi
yang dihadapi oleh produsen yang yang membeli inputnya di pasar persaingan sempurna
dan di pasar persaingan tidak sempurna adalah : Dalam kasus produsen membeli inputnya
di pasar persaingan sempurna kurva MRC dan kurva penawaran input yang dihadapi
saling berimpit dan kedua-duanya merupakan sebuah garis yang horizontal sejajar dengan
sumbu X. Hal ini disebabkan di dalam pasar persaingan sempurna harga input X ( Px )
bersifat konstan , sehingga akibatnya produsen dapat membeli input X tersebut berapapun
tanpa mengubah tingkat harga yang berlaku di pasar. Kalau Px bersifat konstan, maka
berarti pula MRCx = dTC/dX = Px.
Dalam kasus produsen membeli inputnya di pasar persaingan tidak sempurna antara
kurva MRC dan kurva penawaran input yang dihadapi tidak saling berimpit. Kedua-
duanya berlereng positif, dengan kurva MRCx yang mempunyai lereng yang lebih besar
dari kurva penawaran input yang dihadapi oleh produsen di pasar persaingan sempurna..
Hal ini disebabkan di dalam pasar persaingan sempurna harga input bersifat tidak
konstan, berubah-ubah searah dengan perubahan jumlah faktor produksi yang diminta
produsen.
BAB II
PENENTUAN UPAH
DI PASAR TENAGA KERJA
Tenaga kerja adalah faktor produksi yang sangat penting dalam kegiatan memproduksi.
Ada beberapa aspek penting yang berhubungan dengan upah dalam pengertian teori ekonomi,
yaitu pembayaran yang diperoleh berbagai bentuk jasa yang disediakan dan diberikan oleh
tenaga kerja kepada para pengusaha. Aspek-aspek tersebut akan di urai dalam bab ini.
f. Faktor Geografis
Faktor geografis merupakan salah satu sebab menimbulkan
ketidaksempurnaan mobilitas tenaga kerja. Adakalanya ditempat-tempat tertentu
terdapat masalah kekurangan buruh walaupun tingkat upah tinggi, sedangkan
ditempat lain terdapat pengangguran dan tingkat upahnya relatif rendah. Dalam
keadaan ini adalah wajar apabila para penganggur tersebut pindah ketempat dimana
kekurangan tenaga kerja dihadapi. Dalam kenyataannya perpindahan tersebut belum
tentu berlaku. Keengganan untuk meninggalkan kampung halaman dan sanak saudara
sering kali mencegah orang untuk pindah ke tempat lain, walaupun upah dan
kesempatan untuk maju lebih besar.
g. Faktor Institusional
Ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja disebabkan pula oleh faktor-
faktor institusional. Di pekerjaan-pekerjaan tertentu terdapat organisasi-organisasi
profesional yang baru. Tujuannya adalah untuk menjamin supaya pendapatan mereka
tetap berada pada tingkat yang tinggi. Di negara kita faktor institusional tidaklah
merupakan faktor yang penting yang menghambat mobilitas tenaga kerja. Tetapi di
beberapa negara, pembatasan institusional tersebut adakalanya cukup serius. Sebagai
contoh, serikat-serikat buruh di Amerika Serikat adakalanya menuntut kepada
majikan untuk tidak mengambil pekerja yang tidak menjadi anggota serikat buruh.
BAB III
SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN
Pada bab sebelumnya telah diuraikan beberapa aspek yang berhubungan dengan
pendapatan faktor produksi pertama, yaitu upah tenaga kerja. Upah merupakan bagian yang
paling penting dari pendapatan kepada faktor produksi. Di samping tenaga kerja, terdapat tiga
keuntungan faktor yang lain, yaitu : tanah, modal dan keahlian keusahawan. Pendapatan dari
ketiga faktor produksi tersebut adalah sewa, bunga dan keuntungan. Hal ini akan di uraikan
dalam bab ini dan akan dianalisi aspek-aspek pokok yang perlu diketahui mengenai ketiga
jenis pendapatan faktor produksi tersebut.
b. Definisi Lain
Segolongan ahli ekonomi mendefinisikan sewa ekonomi secara berikut: sewa
ekonomi adalah bagian pembayaran keatas sesuatu faktor produksi yang melebihi dari
pendapat yang di terimanya dari pilihan pekerjaan lain yang terbaik yang mungkin
dilakukannya.
Pendapat yang dibayar kepada sesuatu faktor produksi dapat dibedakan dalam
dua bagian. Bagian pertama dinamakan pendapatan pindahan atau tranfer ernings,
yaitu bagian pendapatan tersebut yang digunakan untuk mencegah faktor produksi
tersebut digunakan untuk kegiatan ekonomi yang lain. Bagian kedua dinamakan sewa
ekonomi, yaitu bagian dari pendapat yang merupakan perbedaan diantara pendapat
yang diterima dengan pendapat pindahan.
a. Produktivitas Modal
Perekonomian tidak akan berlaku tanpa barang modal yang kompleks dan
sangat tinggi produktivitasnya. Untuk menjamin agar teknik memproduksinya tetap
mengalami kemajuan dan tetap dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, investasi
atau penanaman modal harus selalu dilakukan oleh suatu perusahaan. Untuk
melakukan penanaman modal perusahaan memerlukan dana. Dana tersebut bisa dari
keuntungan dari hasil penjualan maupun mendapat pinjaman dari pihak lain. Para
pengusaha harus menentukan keputusan untuk meminjamkan dana dan melakukan
investasi.
Permintaan dana modal yang akan digunakan untuk investasi tergantung
kepada produktivitas dari dana modal tersebut. Produktivitas dari modal dihitung
dengan cara menentukan besarnya pendapatan rata-rata tahunan neto (yaitu setelah
dikurangi dengan penyusutan modal yang digunakan) dan dinyatakan sebagai
persentasi dari modal yang ditanamkan. Produktivitas modal tersebut dinamakan
tingkat pengembalian modal atau rate of returns.
b. Permintaan Terhadap Dana Modal
Berbagai jenis investasi mempunyai pengembalian modal yang berbeda, ada
yang tingkat pengembalian modalnya tinggi dan ada pula yang tingkat pengembalian
modalnya rendah. Apabila para pengusaha mengetahui sepenuhnya berbagai
kemungkinan untuk melakukan investasi, merena akan mendahulukan investasi yang
tingkat pengembalian modalnya tinggi. Baru setelah proyek tersebut dilaksanakan
mereka akan mengembangkan proyek yang tingkat pengembalian modalnya rendah.
Permulaannya investasi akan dilakukan untuk mengembangkan proyek-proyek
yang tingkat pengembaliannya tinggi, dan kemudian diikuti oleh proyek-proyek yang
lebih rendah tinggkat pengembalian modalnya. Sampai dimana perusahaan-
perusahaan akan meminta dana modal tergantung kepada suku bunga yang akan
berlaku dalam perekonomian. Misalkan suku bunga adalah 10%. Pada suku bunga ini
tidak menguntungkan kepada perusahaan untuk melakukan investasi pada tingkat
pengembalian modalnya adalah dibawah 10% karena keuntungan yang akan diperoleh
tidak dapat membayar bunga keatas dana modal yang dipinjamnya. Dengan demikian
pada suku bunga sebesar 10% para pengusaha akan mengembangkan proyek-proyek
yang tingkat pengembalian modalnya setidak-tidaknya sama dengan suku bunga.
Tetapi kalau suku bunga adalah 6% lebih banyak investasi yang akan dilakukan.
(http://anton-bojonegoro.blogspot.com/2016/06/penentuan-upah-di-pasar-tenaga-
kerja.html, diakses tanggal 18 Oktober 2019)
(http://muhsakirmsg.blogspot.com/2013/03/makalah-penetapan-harga-dan
penggunaan9152.html, diakses tanggal 18 Oktober 2019)
(https://dyawydiw.blogspot.com/2017/06/v-behaviorurldefaultvmlo_21.html, diakses
tanggal 18 Oktober 2019)
(http://ragamilmusyariah.blogspot.com/2013/03/penentu-faktor-faktor-produksi.html,
diakses tanggal 18 Oktober 2019)
(http://salehcalens.blogspot.com/2012/05/permintaan-faktor-produksi.html, diakses
tanggal 18 Oktober 2019)
(https://anisusanti1982.blogspot.com/2017/12/v-behaviorurldefaultvmlo_41.html,
diakses tanggal 18 Oktober 2019)