Anda di halaman 1dari 32

Penentu Harga Faktor-Faktor Produksi

BAB I
PERMINTAAN TERHADAP
FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

Dalam kegiatan memproduksi pada hakikatnya setiap pengusaha harus menentukan


berapa banyak modal, tenaga kerja dan faktor produksi lainnya yang harus digunakan agar
biaya produksi dapat diminimumkan, dengan adanya faktor-faktor tersebut di perlukannya
analisis permintaan dan penawaran yang akan menolong para produsen dalam kegiatan
memproduksi. Jadi, hal-hal yang akan dibahas antara lain :
 Analisis penentuan harga faktor
 Teori produktivitas marjinal
 Persaingan tidak sempurna dan permintaan faktor produksi
 Sifat permintaan terhadap faktor produksi
 Elastisitas permintaan faktor produksi
 Syarat penggunaan optimum faktor-faktor produksi
Berbicara tentang kegiatan memproduksi memerlukan analisis yang lengkap, perlu
kita ketahui bahwa hal yang dibahas didalam bab ini belum lengkap dan harus ada lanjutan
dari hal yang kita bahas diatas yaitu membicarakan mengenai penentuan harga tenaga kerja,
yaitu penentuan tingkat upah dan kemudian menjelaskan harga dari faktor produksi lain,
yaitu penentuan sewa tanah, suku bunga dan keuntungan yang akan dibahas pada bab
selanjutnya.

A. Analisis Penentuan Harga Faktor


Terdapat dua alasan yang menyebabkan kebutuhan untuk menganalisis permintaan
dan penawaran ke atas faktor-faktor produksi. Yang pertama, analisis tersebut akan
menjelaskan prinsip-prinsip untuk menggunakan dan mengalokasikan faktor-faktor
produksi secara efisien. Yang kedua, analisis tersebut akan menjelaskan bagaimana
pendapatan faktor produksi ditentukan.
a. Pengalokasian Faktor Produksi
Dalam mengalokasikan suatu barang produksi mempunyai kemampuan yang
terbatas dalam menghasilkan barang-barang yang diinginkan oleh konsumen dari
sumber daya yang tersedia, maka yang dapat diusahakan adalah memaksimumkan
produksi yang dapat diciptakan yang bertujuan mengoptimalkan hasil produksi secara
efisiensi.
Di pihak lain, usaha tersebut penting dikarenakan untuk keuntungan
perusahaan tersebut yang sedang melakukan survival mode yang sangat
mengoptimalkan faktor produksi sehingga memperoleh pengalokasian secara
efisiensi.

b. Penentuan Pendapatan dan Distribusi Pendapatan


Setiap faktor produksi dalam perekonomian adalah milik seseorang.
Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada para pengusaha, dan sebagai
balas jasa mereka akan memperoleh pendapatan. Tenga kerja mendapat gaji/upah,
tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga, dan keahlilan keusahawan
memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing-masing jenis faktor
produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing-masing faktor produksi
yang digunakan. Contoh, besarnya pendapatan sewa tergantung kepada luasnya tanah
dan bangunan yang disewakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh di berbagai faktor
produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang adalah sama dengan harga
dari barang tersebut. Dengan demikian, didalam suatu perusahaan hasil penjualannya
merupakan jumlah dari seluruh pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan
dalam perusahaan tersebut.
Harga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari berbagai factor produksi
yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang. Hasil penjualan adalah jumlah dari
seluruh pendapatan faktor produksi yang digunakan. Pendapatan nasional adalah nilai
dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang ada di
dalam negara tersebut dan merupakan jumlah pendapatan berbagai faktor produksi
yang ada dalam perekonomian.
Analisis mengenai permintaan faktor-faktor produksi bukan saja akan
menjelaskan tentang penentuan harga-harga faktor produksi, tetapi juga menjelaskan
tentang pendapatan dari masing-masing faktor produksi dan distribusi pendapatan ke
berbagai jenis faktor produksi. Pendapatan yang diperoleh masing-masing jenis faktor
produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing-masing faktor produksi
yang digunakan, dari itu hasil penjualan adalah merupakan jumlah dari seluruh
pendapatan faktor-faktor produksi. Analisis mengenai faktor-faktor produksi meliputi
; menjelaskan tentang penentuan harga-harga faktor produksi, menjelaskan tentang
pendapatan dari masing-masing faktor produksi, dan distribusi pendapatan ke
berbagai jenis faktor produksi.

B. Teori Produktivitas Marjinal


Faktor produksi yang dibutuhkan oleh pengusaha untuk menghasilkan barang yang
dibutuhkan oleh masyarakat bertujuan menciptakan keuntungan yang paling maksimum
yang memiliki syarat : biaya produksi tambahan yang dibayarkan kepada faktor produksi
itu sama dengan hasil penjualan tambahan yang diperoleh dari produksi tambahan yang
diciptakan oleh faktor produksi tersebut.

a. Menentukan Jumlah Faktor Produksi Yang Digunakan.


Jika suatu perusahaan ingin melakukan penambahan dalam suatu
faktor produksi maka diperlukannya pertimbangan didalam suatu penambahan dari
faktor produksi tersebut oleh produsen. Maka dari itu haruslah memahami dan
dianalisakannya dari syarat pemaksimuman keuntungan.
Syarat Pemaksimuman Keuntungan, apabila penggunaan faktor produksi terus
ditambah keuntungan akan berkurang dan apabila jumlah tenaga kerja yang
digunakan dikurangi, juga keuntungan akan berkurang namun apabila tidak
bertambah atau berkurang, maka pada tingkat penggunaan faktor produksi tesebut
produsen telah mencapai keuntungan yang maksimum. Dalam hal ini produsen lah
yang mengambil keputusan dalam bertindak menggunakan faktor produksi agar
keuntungannya maksimum.
Pemisalan dalam Teori Permintaan terhadap Faktor Produksi, analisa Teori
Permintaan juga perlu terhadap faktor produksi, dalam hal ini produsen meminta
menggunakan faktor produksi tersebut untuk membuat pemisalan dalam
memproduksikan suatu barang. Contohnya : hanya satu faktor produksi yang jumlah
penggunaannya dapat diubah-ubah (tenaga kerja).

b. Permintaan keatas faktor produksi


Didala terori ini terlebih dahulu dibuat beberapa pemisalan, yaitu seperti yang
dinyatakan dibawah ini:
1) Perusahaan menjual barangnya dalam pasar persaingan sempurna, berarti harga
barang tidak berubah walaupun jumlah yang dijual bertambah.
2) Hanya satu saja faktor produksi yang jumlah penggunaannya dapat diubah-ubah.
Misalnya faktor produksi ini adalah tenaga kerja.
3) Perusahaan membeli faktor produksi yang dapat mengalami perubahan itu dalam
pasar faktor produksi yang bersifat persaingan sempurna.

c. Tingkat Produksi dan Hasil Penjualan


Bagaimana jumlah faktor produksi yang berbeda tersebut akan mempengaruhi
tingkat produksi yang di tunjukkan. Jumlah produksi fisik (TPP atau Total Phsycal
Product) yang dihasilkan oleh berbagai jumlah tenaga kerja menunjukkan
pertambahan produksi yang diwujudkan oleh satu unit tenaga kerja. Pertambahan
produksi tersebut dinamakan produksi fisik marjinal (MPP yaitu dari istilah Marjinal
Phsycal Product). Hasil penjualan produksi total (TRP atau Total Revenue Product),
yang diperoleh dari mengalikan jumlah produksi dengan harga, perubahan dari hasil
penjualan tersebut dinamakan dengan hasil penjualan produksi marjinal (MRP atau
Marjinal Revenue Product). Nilainya dapat dihitung dengan dua cara. Pertama,
dengan mengalikan produksi fisik marjinal dengan harga. Kedua, dengan menentukan
beda diantara hasil penjualan total dari produksi yang dihasilkan oleh sejumlah tenaga
kerja tertentu, misalnya sebanyak n-dengan hasil penjualan total dari produksi yang
dihasilkan apabila satu tenaga kerja dikurangi (atau ditambah) yaitu n-1 (atau menjadi
n+1).

d. Jumlah Faktor Produksi yang Digunakan


Ditinjau dari sudut penggunaan faktor-faktor produksi, seorang produsen
maksimumkan keuntungannya apabila melakukan kegiatan memperoduksi sampai
kepada tingkat dimana hasil penjualan produksi marginal = harga faktor atau MRP =
W, dimana W adalah harga faktor ( dalam kasus ini W adalah upah tenaga kerja ).
Secara grafik penentuan jumlah faktor produksi( yaitu tenaga kerja) yang
digunakan dapat dilakukan dengan mengunakan kurva MRP dan kurva W. Maka
kurva W dinamakan juga kurva biaya marginal faktor atau kurva MCF (marginal cost
of factor). Disamping itu kurva W dapat dipandang sebagai kurva penawaran tenaga
kerja (faktor produksi). Penggunaan jumlah faktor produksi di tentukan oleh
perpotongan kurva W dengan kurva MRP. Perpotongan tersebut adalah di titik E, dan
menggambarkan bahwa harga faktor (biaya marginal faktor = hasil penjualan
produksi marginal atau W = MRP.
Kurva MRP dapat pula dipandang sebagai kurva permintaan tenaga kerja
(atau sesuatu faktor produksi lain sekiranya faktor produksi itu berlainan dari tenaga
kerja).

C. Persaingan Tidak Sempurna dan Permintaan Faktor Produksi


Dari perubahan pemisalan kepada permintaan keatas faktor produksi dan kepada
penggunaan tenaga kerja yang akan memaksimumkan keuntungan perusahaan maka
diperlukan pemisalan pasar barang yang merupakan bentuk pasar persaingan tidak
sempurna.

a. Permintaan Faktor
Dalam pasar barang yang bersifat persaingan tidak sempurna harga akan
menjadi semakin rendah pada tingkat produksi/penjualan barang yang semakin tinggi.
Harga yang semakin rendah ini menyebabkan hasil penjualan total dan hasil penjualan
marjinal pada setiap tingkat penggunaan tenaga kerja adalah lebih rendah dari yang
terdapat dalam pasar persaingan sempurna. Sehingga mengakibatkan harga barang
mengalami perubahan apabila jumlah produksinya berubah, yaitu semakin banyak
produksi semakin murah harganya.

b. Grafik Permintaan Faktor


Kurva hasil penjualan produksi marginal di dalam pasar persaingan tidak
sempurna akan selalu terletak di sebelah kiri dari kurva hasil penjualan produksi
marginal di dalam persaingan sempurna. Keadaan ini disebabkan karena pada tingkat
penggunaan tenaga kerja yang lebih tinggi, harga barang menjadi lebih murah. Maka
pada setiap tingkat penggunaan tenaga kerja, tambahan hasil penjualan dalam pasar
persaingan tidak sempurna lebih rendah dari yang diperoleh dalam pasar persaingan
sempurna.

D. Sifat Permintaan Terhadap Faktor Produksi


Sifat-sifat permintaan terhadap faktor-faktor produksi dua ciri-cirinya akan
menerangkan, yaitu permintaan faktor adalah permintaan terkait dan kurva permintaan
terhadap faktor-faktor produksi.

a. Permintaan Terkait
Permintaan seorang pengusaha keatas faktor-faktor produksi mempunyai sifat
yang berbeda. Tujuan para pengusaha untuk memperoleh faktor-faktor produksi
bukanlah memenuhi kebutuhannya. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh keinginan
pengusaha untuk menghasilkan barang-barang yang akan dijualnya kepasar untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Telah ditunjukkan bahwa kegiatan pengusaha
memproduksi barang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Maka banyaknya
faktor produksi yang akan digunakan pengusaha tergantung kepada keuntungan yang
mungkin diperolehnya. Selama pertambahan penggunaan suatu faktor produksi akan
menambah keuntungannya, lebih banyak faktor produksi tersebut akan digunakannya.
Oleh karena permintaan pengusaha keatas suatu faktor produksi ditentukan oleh
kemampuan faktor produksi tersebut untuk menghasilkan barang yang dapat dijual
pengusaha itu dengan menggunakan, permintaan faktor-faktor produksi dinamakan
permintaan terkait atau derived demand.

b. Bentuk Kurva Permintaan Faktor


Permintaan produsen keatas suatu faktor produksi dapat ditinjau dari dua
sudut, permintaan seorang produsen, dan permintaan seluruh produsen dalam suatu
pasar faktor. Bentuk kurva permintaan keatas faktor produksi bersifat : menurun dari
kiri atas ke kanan bawah, kurva seperti itu menggambarkan bahwa semakin tinggi
harga faktor produksi semakin sedikit permintaan ke atas faktor tersebut.
Sifat permintaan keatas faktor produksi dan terhadap barang yang sangat
bersamaan tersebut disebabkan oleh sebab yang berbeda, permintaan keatas faktor
produksi digambarkan oleh kurva yang menurun kebawah disebabkan oleh tiga faktor
berikut :
1) Perubahan harga faktor keatas permintaan barang, permintaan tergantung kepada
kemampuannya menghasilkan barang yang akan menguntungkan produsen. Apabila
harga faktor produksi menjadi semakin tinggi, biaya produksi juga akan semakin
tinggi dan harga barang menjadi naik sehingga menyebabkan produsen harus
mengurangi memproduksi suatu barang karena permintaan menurun. Dengan
demikian kenaikan harga faktor produksi akan mengurangi jumlah faktor produksi
yang digunakan.
2) Substitusi antara satu faktor produksi dengan faktor produksi yang lain, keadaan ini
dilakukan dalam keadaan penyesuaian dalam penggunaan faktor-faktor produksi.
Produsen menggunakan faktor-faktor produksi yang lain karena ketiga faktor
produksi utama mengalami kenaikan harga sehingga lebih menguntungkan apabila
digunakan. Dengan demikian, semakin rendah harga suatu faktor produksi semakin
banyak permintaannya.
3) Hukum hasil lebih yang semakin berkurang, kurva permintaan semakin menurun
disebabkan oleh berlakunya hukum hasil lebih yang semakin berkurang.

c. Pergeseran Kurva Permintaan Faktor Produksi


Terdapat beberapa faktor yang dapat menggeser kurva permintaan produsen
terhadap faktor-faktor produksi, antara lain :
1) Perubahan permintaan terhadap barang yang diproduksikan.
Perubahan dalam permintaan terhadap suatu barang yang menyebabkan perubahan
dalam jumlah produksi akan menimbulkan perubahan dalam permintaan keatas
faktor produksi tersebut. Kenaikan produksi memerlukan lebih banyak faktor
produksi. Sebaliknya, apabila permintaan menurun, produsen terpaksa
mengurangkan produksi dan permintaan faktor produksi.
2) Perubahan harga dari faktor produksi lain yang digunakan.
Dalam memproduksi suatu barang digunakan beberapa faktor produksi dan untuk
mencapai suatu tingkat produksi tertentu, suatu faktor produksi akan dikurangi
penggunaanya apabila lebih banyak faktor-faktor produksi lain digunakan.
Kenaikan produktivitas suatu barang juga menyebabkan faktor produksi itu lebih
banyak digunakan dan mengurangi penggunaan keatas faktor produksi yang
produktivitasnya tidak mengalami prubahan.

E. Elastisitas Permintaan Faktor Produksi


Suatu perubahan harga faktor produksi akan menimbulkan akibat yang berlainan
keatas perubahan jumlah berbagai faktor produksi yang digunakan. Ada yang perubahan
jumlahnya sangat besar dan ada pula yang jumlah perubahanya sangat sedikit. Ini
berarti elastisitas permintaan berbagai jenis faktor produksi berbeda-beda. Ada beberapa
faktor penting yang mempengaruhi elastisitas permintaan suatu faktor produksi yang akan
digunakan.

a. Elastisitas Permintaan dari Barang yang Dihasilkan


Harga faktor produksi merupakan sebagian dari biaya produksi perusahaan.
Penurunan harga faktor produksi menyebabkan pengurangan keatas biaya produksi,
dan ini mendorong perusahaan mengurangi harga dari barang yang diproduksinya
sehingga menaikkan permintaan keatas barang yang dihasilkan. Semakin elastis
permintaan barang tersebut, semakin besar kenaikan permintaan yang disebabkan oleh
penurunan harga. Sedangkan pertambahan yang besar keatas pemintaan selanjutnya
akan menambah permintaan yang besar pula keatas faktor produksi. Dengan
demikian, semakin elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan semakin
elastisitas pula permintaan terhadap faktor produksi.

b. Perbandingan Antara Biaya Faktor Produksi dengan Biaya Total


Biaya produksi akan mempengaruhi harga dari barang yang akan di pasarkan.
Jika ada dua perusahaan yang saling bersaing dengan memproduksi barang yang sama
tetapi memiliki perbandingan dari faktor biaya produksi maka diantara salah satu
perusahaan tersebut akan mengalami kenaikan harga barang yang dihasilkan dari
perusahaanan lainnya, sebagai akibatnya permintaan terhadap barang yang
diproduksikan perusahaan tersebut mengalami pernurunan yang lebih besar dari
perusahaan lainnya. Maka dapat di katakan : semakin besar bagian dari biaya
produksi total yang dibayarkan kepada suatu faktor produksi, semakin lebih elastis
permintaan faktor produksi tersebut.

c. Tingkat Pergantian di Antara Faktor Produksi


Menggantikan suatu faktor produksi dengan faktor produksi lainya akan
menimbulkan pengaruh pada perubahan harga juga permintaan terhadap faktor
produksi, permintaan terhadap faktor produksi tersebut akan sangat menurun kalau
harganya naik, dan akan mengalami pertambahan banyak pada waktu harganya turun.
Tetapi apabila tidak banyak faktor produksi lain yang menggantikannya, kenaikan
atau penurunan harga faktor produksi tersebut tidak mengubah jumlah yang diminta.
Maka secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak faktor-faktor produksi
lainya yang dapat menggantikan suatu faktor produksi, semakin elastis permitaan
keatas faktor produksi tersebut.

d. Tingkat Penurunan Produksi Fisik Marjinal (MPP)


Hasil penjualan produksi marjinal sangat dipengaruhi oleh produksi fisik
marjinal. Penurunan yang cepat keatas MPP akan diikuti oleh penurunan yang cepat
pula keatas MRP. Sebaliknya apabila MPP mengalami penurunan yang lambat maka
MRP juga lambat sifat penurunannya. Kurva MRP juga menggambarkan permintaan
terhadap faktor produksi. Ini berarti produksi fisik marjinal sangat mempengaruhi
permintaan keatas faktor produksi, yaitu semakin cepat penurunan produksi fisik
marjinal semakin tidak elastis permintaan terhadap faktor produksi yang
bersangkutan.

F. Syarat Penggunaan Optimum Faktor-Faktor Produksi


Perlu dianalisis cara suatu perusahaan menentukan penggunaan optimum dari
beberapa faktor produksi. Analisis tersebut digunakan untuk menerangkan caranya
perusahaan mencapai keadaan yang optimal didalam menggunakan beberapa faktor
produksi, ada dua persoalan yang dapat dianalisis, yaitu :
1) Untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu bagaimanakah caranya
meminimumkan biaya?
2) Bagaimanakah memaksimumkan produksi dengan menggunakan sejumlah biaya
tertentu?

a. Gabungan Faktor Produksi Yang Meminimumkan Biaya


Dimisalkan dua faktor produksi yang digunakan oleh suatu perusahaan adalah
modal dan tenaga kerja. Produksi fisik marjinal dari modal adalah MPPc dan produksi
fisik marjinal dari tenaga kerja adalah MPPL. Untuk menunjukkan syarat untuk
meminimumkan biaya, akan diperhatikan dua keadaan berikut :
1) Harga tenaga kerja dan modal adalah sama
Penggunaan faktor-faktor produksi akan memenimumkan biaya apabila setiap
rupiah yang dibayarkan kepada faktor produksi menghasilkan produksi fisik
marginal yang sama besarnya. Produksi fisik marginal dari modal dan tenaga kerja
untuk setiap rupiah adalah
-MPP per rupiah dari modal = MPPc
Pc
-MPP per rupaih dari tenaga kerja = MPPL
PL

2) Harga tenaga kerja dan modal berbeda


Peminimuman biaya dengan menggunakan 2 faktor produksi berbeda harga
adalah MPPc = MPPL
Pc PL
Apabila MPPc/Pc lebih besar dari MPPL/PL perusahaan perlu menambah
penggunaan modal dan mengurangi tenaga kerja untuk meminimumkan biaya. Tapi
bila MPPc/Pc lebih kecil dari MPPL/PL biaya akan diminimumkan bila penggunaan
modal dikurangi dan penggunaaan tenaga kerja ditambah.

b. Gabungan Faktor Yang Memaksimumkan Keuntungan


Syaratnya adalah : harga faktor produksi harus sama dengan hasil penjualan
produksi marjinal (MRP). Dengan demikian kalau tenaga kerja yang digunakan, maka
syarat untuk memaksimumkan keuntungan adalah :
MRPL = PL atau MRPL /PL= 1
Jika yang digunakan adalah modal maka syaratnya adalah :
MRPc = Pc atau MPRc / Pc = 1

Karena MRPL/PL =1 dan MRPc/Pc =1 maka dapat disimpulkan bahwa untuk


memaksimumkan keuntungan syarat yang harus dipenuhi adalah MRPL/P L=
MPRc/Pc = 1

G. Resume Penentuan Harga Faktor Produksi


Kapan seorang produsen yang menjual outputnya dan membeli inputnya di pasar
persaingan sempurna secara teoritis memperoleh keuntungan maksimum. Produsen akan
memperoleh keuntungan maksimum apabila ia menghasilkan output yang optimum dalam
arti pada tingkat output tersebut kombinasi factor produksi yang ia gunakan memerlukan
pengeluaran biaya produksi total yang terkecil. Atau dalam rumus matematis, tingkat
keuntungan yang maksimum terjadi pada saat :
- PA · MPx = Px atau MRPx = MRCx

- PA = harga output A per unit

- MPx = dTR / dX ( tambahan output A akibat ditambahnya 1 unit input X )

- MRPx = dTR / dX ( tambahan penerimaan total akibat ditambahnya 1 unit input X )

- MRCx = dTC / dX ( Tambahan biaya produksi akibat ditambahnya 1 unit input X )

- Catatan : dalam pasar persaingan sempurna di input market, Px adalah konstan. Jadi Px
= dTC/dX=MRCx

Persamaan baik kurva MPRx bagi produsen yang menjual outpunya di pasar
persaingan sempurna maupun di pasar persaingan tidak sempurna adalah mula-mula
berlereng positif dan mulai di titik tertentu berlerang negative. Bentuk kurva yang MPRx
yang seperti ini mencerminkan bahwa di dalam proses produksi dengan ditambahnya
faktor produksi X mula-mula akan menambah produksi total yang semakin banyak. Akan
tetapi mulai titik tertentu tambahan faktor produksi secara terus menerus tersebut
mengakibatkan tambahan output yang semakin lama semakin berkurang.
Perbedaan pada bagian kurva MPRx yang menurun pada kasus produsen yang
menjual outputnya di pasar pasar persaingan tidak sempurna (monopoli) relative lebih
tegak dibandingkan dengan kasus produsen yang membeli inputnya di pasar persaingan
sempurna. Hal ini disebabkan karena dalam pasar persaingan tidak sempurna,bentuk
kurva MR produsen berlereng negative, sedangkan dalam bentuk pasar persaingan
sempurna bentuk kurva MR produsen adalah horizontal.
Cara menurunkan kurva permintaan produsen terhadap faktor produksi X
Mempertemukan kurva MPRx produsen dengan berbagai kemungkinan tingkat harga
faktor produksi X di pasar. Pada waktu harga input X di pasar adalah P1, maka produsen
akan meminta input X sebanyak OX1. Hal ini disebabkan pada waktu harga X adalah P1,
garis horizontal MRC1 merupakan kurva produsen. Jadi supaya keuntungan produsen
maksimum, maka pada waktu harga input X adalah P1 maka ia harus meminta X
sebanyak OX1 ( karena dengan demikian berarti MRPx = MRCx ). Dengan alasan yang
sama berarti apabila harga input X adalah P2, maka produsen akan meminta sebanyak
OX2. Kesimpulannya kurva permintaan produsen akan X adalah identik dengan kurva
MPRx itu sendiri.
MRP,MRC,PP. Perbedaan bentuk kurva-kurva MRC dan penawaran factor produksi
yang dihadapi oleh produsen yang yang membeli inputnya di pasar persaingan sempurna
dan di pasar persaingan tidak sempurna adalah : Dalam kasus produsen membeli inputnya
di pasar persaingan sempurna kurva MRC dan kurva penawaran input yang dihadapi
saling berimpit dan kedua-duanya merupakan sebuah garis yang horizontal sejajar dengan
sumbu X. Hal ini disebabkan di dalam pasar persaingan sempurna harga input X ( Px )
bersifat konstan , sehingga akibatnya produsen dapat membeli input X tersebut berapapun
tanpa mengubah tingkat harga yang berlaku di pasar. Kalau Px bersifat konstan, maka
berarti pula MRCx = dTC/dX = Px.
Dalam kasus produsen membeli inputnya di pasar persaingan tidak sempurna antara
kurva MRC dan kurva penawaran input yang dihadapi tidak saling berimpit. Kedua-
duanya berlereng positif, dengan kurva MRCx yang mempunyai lereng yang lebih besar
dari kurva penawaran input yang dihadapi oleh produsen di pasar persaingan sempurna..
Hal ini disebabkan di dalam pasar persaingan sempurna harga input bersifat tidak
konstan, berubah-ubah searah dengan perubahan jumlah faktor produksi yang diminta
produsen.
BAB II
PENENTUAN UPAH
DI PASAR TENAGA KERJA

Tenaga kerja adalah faktor produksi yang sangat penting dalam kegiatan memproduksi.
Ada beberapa aspek penting yang berhubungan dengan upah dalam pengertian teori ekonomi,
yaitu pembayaran yang diperoleh berbagai bentuk jasa yang disediakan dan diberikan oleh
tenaga kerja kepada para pengusaha. Aspek-aspek tersebut akan di urai dalam bab ini.

A. Upah Uang dan Upah Rill


Di dalam teori ekonomi, upah diartikan sebagai pembayaran ke atas jasa-jasa fisik
maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Teori ekonomi
tidak membedakan antara pembayaran kepada pegawai tetap dengan pembayaran ke atas
jasa-jasa pekerja kasar dan tetap. Di dalam teori ekonomi kedua jenis pendapatan pekerja
(pembayaran kepada pekerja) tersebut disebut upah.

a. Perbedaan Upah Uang dan Upah Rill.


Dalam jangka panjang kecenderungan yang selalu berlaku adalah keadaan
dimana harga-harga barang maupun upah terus menerus mengalami kenaikan akibat
dari kenaikan harga-harga barang dan jasa tersebut. Ahli ekonomi membuat
perbedaan diantara dua pengertian upah : upah uang dan upal rill. Upah uang adalah
jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai bayaran atas
tenaga mental atau fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi.
Sedangkan upah rill adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan
upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan para pekerja.

b. Menghitung Upah Rill


Dalam ekonomi terdapat berbagai jenis barang dan jasa, dari tahun ke tahun
hal tersebut mengalami kenaikan/perubahan harga yang tidak seragam. Ada yang
tidak mengalami kenaikan, ada yang mengalami kenaikan harga yang tinggi dan ada
yang kenaikan harganya relatif lambat. Masalah tersebut menimbulkan kesulitan
dalam usaha untuk menunjukkan tingkat perubahan harga-harga yang berlaku dalam
suatu perekonomian dari tahun ke tahun. Ini selanjutnya menyebabkan upah rill dari
tahun ke tahun sukar untuk di hitung. Indeks harga dapat digunakan untuk menaksir
upah rill para pekerja dari tahun ke tahun. Indeks harga adalah suatu indeks yang
memberikan gambaran tentang tingkat rata-rata perubahan harga-harga dari waktu ke
waktu. Salah satu dari indeks harga tersebut adalah indeks harga barang konsumen.
Indeks harga ini dapat digunakan untuk menaksir upah rill para pekerja dari tahun ke
tahun.

B. Hubungan Antara Produktivitas dan Upah


Upah rill yang diterima tenaga kerja terutama tergantung kepada produktivitas dari
tenaga kerja tersebut. Ada hubungan dan kaitan sangat erat antara produktivitas dan
kenaikan upah rill para pekerja menurut data dari negara-negara maju disamping
menggunakan data, analisis secara grafik juga dapat menunjukkan hubungan antara
produktivitas dan upah rill.

a. Produktivitas dan Upah Rill


Rumus yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara upah rill dan
produktivitas kerja ditunjukkan oleh teori permintaan keatas faktor produksi.
Dimisalkan harga barang pada hasil penjualan marginal dan tingkat tenaga kerjanya
sama, maka mencerminkan perbedaan dalam produktivitas, yang akan mencerminkan
hasil penjualan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan penawaran tenaga kerja di
pasar lebih tinggi yang berakibat meningkatkan permintaan tenaga kerja. Sehingga hal
tersebut akan menyebabkan keadaan dimana jika produktivitas tinggi, upah rill tenaga
kerja akan semakin tinggi.

b. Sumber-Sumber Kenaikan Produktivitas


Produktivitas dapat didefinisikan sebagai produksi yang diciptakan oleh
seorang pekerja pada suatu waktu tertentu. Kenaikan produktivitas berarti pekerja itu
dapat menghasilkan lebih banyak barang pada jangka waktu yang sama, atau suatu
tingkat produksi tertentu dapat dihasilkan dalam waktu yang singkat. Kenaikan
produktivitas disebabkan oleh beberapa faktor, yang terpenting adalah :
1) Kemajuan teknologi memproduksi.
Kemajuan teknologi memungkinkan penggantian kegiatan ekonomi dari
menggunakan binatang dan manusia kepada tenaga mesin kemudian
pengembangan teknologi dari kemampuan mesin itu sendiri yang telah melakukan
inovasi. Pergantian ini mempertinggi tingkat produktivitas karena kemajuan
teknologi memperbaiki mutu dan kemampuan mesin-mesin yang digunakan.
Dalam perekonomian modern, setiap perusahaan akan selalu berusaha
mengembangkan teknologi untuk memastikan agar mereka selalu dapat bersaing
dengan perusahaan-perusahaan lain. Mereka selalu berusaha mengembangkan
teknologi dan melakukan inovasi. Salah satu tujuannya yang penting ialah untuk
memperbaiki efisiensi memproduksi, dan hal ini akan meningkatkan produktivitas
kegiatan produksi.
2) Perbaikan sifat tenaga kerja.
Kemajuan ekonomi menimbulkan beberapa akibat yang pada akhirnya
meningkatkan kepandaian dan keterampilan tenaga kerja. Kemajuan ekonomi
mempertinggi taraf kesehatan, pendidikan, dan latihan teknik dari tenaga kerja
serta menambah pengalaman bekerja. Hal ini dapat mempertinggi produktivitas
tenaga kerja, bidang ini dinamakan investasi keatas modal manusia.
3) Perbaikan dalam organisasi perusahaan dan masyarakat.
Dalam perekonomian yang mengalami kemajuan, bentuk manajemen perusahaan
mengalami perubahan. Pada mulanya pemilik merupakan juga pimpinan
perusahaan. Tetapi semakin maju perekonomian, semakin banyak perusahaanan
yang diserahkan kepada manajer profesional. Dengan cara perubahan ini juga
organisasi perusahaan diperbaiki, dan diselenggarakan menurut cara-cara
manajemen modern. Langkah seperti ini juga dapat meningkatkan produktivitas.
Produktivitas juga telah menjadi bertambah tinggi sebagai akibat langkah-langkah
pemerintah memperbaiki insfrastruktur, seperti jaringan jalan raya, pelabuhan dan
jaringan telekomunikasi dan memperbaiki peraturan-peraturan yang
mengendalikan, merangsang dan mengawasi kegiatan ekonomi dan perusahaan.
Peraturan yang menjamin persaingan, peraturan yang menyederhanakan pendirian
badan usaha dan mengekspor, dan berbagai peraturan lainnya, memberi
sumbangan yang penting atas kenaikan efisiensi dan produktivitas kegiatan
perusahaan.

C. Penentuan Upah di Berbagai Bentuk Pasar Tenaga Kerja


Pasar tenaga kerja dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Bentuk-bentuk pasar
tenaga kerja yang terpenting adalah :
-Pasar tenaga kerja yang bersifat persaingan sempurna.
-Pasar tenaga kerja monopsoni
-Pasar tenaga kerja monopoli dipihak pekerja
-Pasar monopoli kedua belah pihak (monopoli bilateral)

a. Persaingan Sempurna Dalam Pasar Tenaga Kerja


Pasar persaingan sempurna dalam pasaran tenaga kerja berarti didalam pasar
terdapat banyak perusahaan yang memerlukan tenaga kerja, dan tenaga kerja didalam
pasar tidak menyatukan diri didalam serikat-serikat buruh yang akan bertindak
sebagai wakil mereka. Didalam pasar tenaga kerja seperti itu sifat-sifat permintaan
tenaga kerja tidak berbeda dengan sifat-sifat permintaan dan penawaran dipasar
barang. Kurva permintaan ke atas tenaga kerja bersifat menurun dari kiri keatas
kekanan bawah. Berarti permintaan keatas tenaga kerja bersifat : semakin
tinggi/rendah upah tenaga kerja semakin sedikit atau banyak permintaan keatas tenaga
kerja.
Kurva penawaran tenaga kerja seperti juga kurva penawaran barang, bersifat
naik dari kiri bawah ke kanan atas. Sifat penawaran seperti ini berarti : semakin tinggi
upah semakin banyak tenaga kerja yang bersedia menawarkan tenaganya.

b. Pasar Tenaga Kerja Monopsoni


Monopsoni berarti hanya terdapat satu pembeli dipasar sedangkan penjual
jumlahnya banyak. Berarti pasar tenaga kerja seperti ini bersifat monopoli dipihak
perusahaan yang hanya terdapat satu perusahaan yang akan menggunakan tenaga
kerja yang ditawarkan dan satu-satunya perusahaan modern ditempat tersebut.
Penentuan upah dipasar monopsoni digunakan dua pendekatan :
1) Menerangkan dengan menggunakan gambaran secara angka
2) Menerangkan secara grafik

c. Monopoli dari Pihak Tenaga Kerja


Dengan tujuan agar mereka dapat memperoleh upah dan fasilitas bukan
keuangan yang lebih baik, tenaga kerja dapat menyatukan diri didalam serikat buruh
atau persatuan kerja. Serikat buruh adalah organisasi yang didirikan dengan tujuan
agar para pekerja dapat, sebagai suatu kesatuan, membicarakan atau menuntut syarat-
syarat kerja tertentu dengan para pengusaha. Setelah bermufakat dengan anggota-
anggotanya, pimpinan persatuan pekerja akan menuntut upah dan syarat-syarat kerja
lain kepada para pengusaha. Tindakan seperti ini menyebabkan tenaga kerja
mempunyai kekuasaan monopoli keatas tenaga kerja yang ditawarkan.
Dipihak perusahaan kekuasaan monopoli tersebut tidak terdapat. Ini berarti
tiap perusahaan datang ke pasar tenaga kerja tanpa terlebih dahulu mengadakan
kesepakatan diantara mereka. Permintaan tenaga kerja tiap perusahaan didasarkan
kepada efisiensi mereka masing-masing dan kebutuhan mereka untuk memperoleh
tenaga kerja. Penentuan upah dalam pasar tenaga kerja yang bersifat monopoli pihak
pekerja dibedakan kepada tiga keadaan, yaitu :
1) Menuntut upah yang lebih tinggi dari yang dicapai pada keseimbangan permintaan
Jika organisasi serikat buruh dapat meliputi dan mewakili sebagian besar tenaga
kerja di dalam suatu industri, kemampuannya untuk menentukan tingnkah upah
sangat besar. Apabila tuntutan serikat buruh tersebut tidak dapat dipenuhi para
pengusaha, serikat buruh tersebut dapat membuat ancaman (misalnya mogok
kerja) yang akan menimbulkan implikasi yang sangat buruk kepada perusahaan-
perusahaan.
2) Membatasi penawaran tenaga kerja
Terdapat organisasi serikat buruh/ persatuan pekerja yang bersifat sangat khusus
misalnya persatuan sekretaris, persatuan ahli teknik, persatuan dokter, dan
sebagainya. Persatuan-persatuan seperti ini dapat mempengaruhi upah yang
mereka terima dengan cara membatasi penawaran mereka. Salah satu caranya
adalah dengan membatasi keanggotaan mereka, dan melarang bukan anggota
untuk menjalankan kegiatan di daerah yang diliputi oleh persatuan tersebut.
3) Menjalankan usaha-usaha yang bertujuan menaikkan permintaan tenaga kerja
Kedua cara serikat buruh untuk menaikkan upah diatas, untuk mencapai tujuanya
dengan membuat suatu pengorbanan yaitu mengurangi penggunaan tenaga kerja.
Kekuasaan monopoli yang dimiliki pekerja menyebabkan setiap pekerja
memperoleh upah yang lebih tinggi dari upah yang ada di dalam pasar persaingan
sempurna. Akan tetapi, tenaga kerja yang digunakan perusuhaan-perusahaan lebih
sedikit daripada apabila pasar tenaga kerja berbentuk pasar persaingan sempurna.
Kelemahan diatas dapat dihindari apabila penekanan dari usaha serikat buruh
dalam memperbaiki nasib anggota-anggotanya ialah dengan berusaha menambah
permintaan tenaga kerja. Apabila usaha itu berhasil, bukan saja upah yang akan
menjadi bertambah tinggi tetapi jumlah tenaga kerja yang akan digunakan akan
bertambah banyak pula. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh serikat
buruh untuk menaikkan permintaan tenaga kerja, salah satunya dengan berusaha
menaikkan produktifitas tenaga kerja. Tujuan ini dapat dicapai dengan:
(i) Membuat seminar-seminar mengenai masalah pekerjaan yang mereka
hadapi dan memberikan kesadaran tentang tanggung jawab para pekerja
dalam perusahaan.
(ii) Mengadakan latihan atau penyuluhan terhadap pekerja guna untuk
meningkatkan keterampilan tenaga kerja.

d. Pasar Tenaga Kerja Monopoli Bilateral


Didalam pasar tenaga kerja monopoli bilateral terdapat perbedaan yang nyata
diantara upah yang dituntut serikat buruh dengan upah yang ditawarkan. Jadi tingkah
upah tidak akan bisa ditentukan tetapi biasanya tingkat upah yang berlaku adalah
tingkat dimana antara upah yang dituntut serikat buruh dengan upah yang ditawarkan
perusahaan.
(i) Menentukan tingkat upah apabila pasar tenaga kerja adalah monopsoni
(ii) Penentuan tingkat upah apabila pasar tenaga kerja adalah monopoli
Dari analisis tersebut dapat dilihat bahwa di dalam pasar monopsoni, upaya
lebih rendah daripada di persaingan sempurna. Sedangkan dipasar dimana tenaga
kerja mempunyai kekuasaan monopoli, upahnya lebih tinggi daripada pasar
persaingan sempurna. Dengan demikian, upah mencapai tingkat yang berbeda sekali
di dalam dua pasar tersebut.

D. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Perbedaan Upah


Perbedaan upah seringkali bisa kita lihat diantara tenaga kerja kasar maupun tenaga
kerja profesional, bahkan sangat mencolok. Hal tersebut bisa saja terjadi dikarenakan
faktor-faktor penting yang menjadi sumber dari perbedaan upah di antara pekerja-pekerja
didalam suatu jenis kerja tertentu, dan diantara berbagai golongan pekerjaan. Faktor-
faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
 Perbedaan corak permintaan dan penawaran dalam berbagai jenis pekerjaan
 Perbedaan dalam jenis-jenis pekerjaan
 Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan
 Terdapatnya pertimbangan bukan keuangan dalam memilih pekerjaan
 Ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja
a. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam suatu jenis pekerjaan sangat
besar peranannya dalam menentukan upah disuatu jenis pekerjaan. Didalam suatu
pekerjaan dimana terdapat penawaran tenaga kerja yang cukup besar tetapi tidak
banyak permintaannya, upah cenderung mencapai tingkat yang rendah. Sebaliknya
didalam suatu pekerjaan dimana terdapat penawaran tenaga kerja yang terbatas tetapi
permintaan sangat besar, upah cenderung mencapai tingkat tinggi.

b. Perbedaan Corak Pekerjaan


Kegiatan ekonomi meliputi berbagai jenis pekerjaan, ada diantara pekerjaan
tersebut merupakan pekerjaan yang ringan dan juga yang berat dikerjakan.
Dikarenakan banyaknya jenis pekerjaan, banyak para tenaga pekerja menuntut dan
memperoleh upah yang layak dikarenakan faktor-faktor lain baik itu fisik maupun
fikiran sehingga banyaknya pemintaan terhadap upah tenaga kerja. Golongan pekerja
akhir-akhir ini menuntut untuk memperoleh upah yang lebih tinggi daripada pesuruh
kantor karena mereka melalukan pekerjaan yang lebih memerlukan tenaga fisik.

c. Perbedaan Kemampuan, Keahlian, dan Pendidikan


Kemampuan, keterampilan dan keahlian para pekerja didalam suatu jenis
pekerjaan adalah berbeda. Secara lahiriah segolong pekerja mempunyai kepandaian,
ketekunan dan ketelitian yang lebih baik. Sifat tersebut menyebabkan mereka
mempunyai produktivitas yang lebih tinggi. Jadi, setiap orang mempunyai
produktivitas masing-masing. Dari faktor tersebut pengusaha akan memberikan upah
tinggi bagi mereka yang memiliki produktivitas tinggi. Dalam perekonomian yang
semakin maju, kegiatan-kegiatan ekonomi semakin membutuhkan tenaga-tenaga kerja
yang terdidik. Jadi, pendidikan adalah salah satunya cara menambah nilai guna untuk
menjadi tenaga kerja dan mempertinggi kemampuan kerja sehingga dapat
meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, semakin tinggi pendidikan seseorang
maka peluang untuk mendapatkan pekerjaan akan lebih besar.

d. Pertimbangan Bukan Keuangan


Tidak semua tenaga kerja tertarik dengan besarnya upah yang ditawarkan oleh
suatu lowongan pekerjaan sebelum mereka menerima perkerjaan tersebut, ada faktor
bukan keuangan yang cukup penting pada waktu seseorang memilih pekerjaan, Faktor
tersebut adalah pertimbangan. Suatu pertimbangan yang harus difikirkan dalam
menentukan tingkat pendapatan yang dituntutnya. Misalkan : jauh dekatnya kepada
rumah pekerja.
Seseorang sering kali bersedia menerima upah yang lebih rendah apabila
beberapa pertimbangan bukan keuangan sesuai dengan keinginannya. Sebaliknya
pula, apabila faktor-faktor bukan keuangan banyak yang tidak sesuai dengan
keinginan seorang pekerja, ia akan menuntut upah yang lebih tinggi sebelum ia
bersedia menerima pekerjaan yang ditawarkan.

e. Mobilitas Tenaga Kerja


Dalam teori ini terdapat pemisalan faktor-faktor produksi, dalam konteks
mobilitas tenaga kerja pemisalan ini berarti : jika dalam pasar tenaga kerja terjadi
perbedaanupah, maka tenaga kerja akan pindah ke pasar tenaga kerja yang upahnya
lebih tinggi. Ini adalah suatu aspek perpindahan tenaga kerja kepada pasar tenaga
kerja yang satu dengan pasar tenaga kerja yang lain. Perpindahan tersebut akan terus
berlangsung hingga tidak terdapat lagi perbedaan upah.

f. Faktor Geografis
Faktor geografis merupakan salah satu sebab menimbulkan
ketidaksempurnaan mobilitas tenaga kerja. Adakalanya ditempat-tempat tertentu
terdapat masalah kekurangan buruh walaupun tingkat upah tinggi, sedangkan
ditempat lain terdapat pengangguran dan tingkat upahnya relatif rendah. Dalam
keadaan ini adalah wajar apabila para penganggur tersebut pindah ketempat dimana
kekurangan tenaga kerja dihadapi. Dalam kenyataannya perpindahan tersebut belum
tentu berlaku. Keengganan untuk meninggalkan kampung halaman dan sanak saudara
sering kali mencegah orang untuk pindah ke tempat lain, walaupun upah dan
kesempatan untuk maju lebih besar.

g. Faktor Institusional
Ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja disebabkan pula oleh faktor-
faktor institusional. Di pekerjaan-pekerjaan tertentu terdapat organisasi-organisasi
profesional yang baru. Tujuannya adalah untuk menjamin supaya pendapatan mereka
tetap berada pada tingkat yang tinggi. Di negara kita faktor institusional tidaklah
merupakan faktor yang penting yang menghambat mobilitas tenaga kerja. Tetapi di
beberapa negara, pembatasan institusional tersebut adakalanya cukup serius. Sebagai
contoh, serikat-serikat buruh di Amerika Serikat adakalanya menuntut kepada
majikan untuk tidak mengambil pekerja yang tidak menjadi anggota serikat buruh.
BAB III
SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN

Pada bab sebelumnya telah diuraikan beberapa aspek yang berhubungan dengan
pendapatan faktor produksi pertama, yaitu upah tenaga kerja. Upah merupakan bagian yang
paling penting dari pendapatan kepada faktor produksi. Di samping tenaga kerja, terdapat tiga
keuntungan faktor yang lain, yaitu : tanah, modal dan keahlian keusahawan. Pendapatan dari
ketiga faktor produksi tersebut adalah sewa, bunga dan keuntungan. Hal ini akan di uraikan
dalam bab ini dan akan dianalisi aspek-aspek pokok yang perlu diketahui mengenai ketiga
jenis pendapatan faktor produksi tersebut.

A. Sewa Ekonomi dan Pendapatan Pindahan


Mengenai sewa ekonomi dan pendapatan pindahan ada beberapa persoalan yang perlu
diperkenalkan terlebih dahulu. Pertama sekali akan diterangkan dua definisi yang berbeda
mengenai sewa ekonomi. Sesudah itu akan diterangkan tentang sewa tanah, yang
merupakan satu bentuk khusus dari sewa ekonomi. Selanjutnya akan diterangkan
perbedaan pengertian di antara sewa ekonomi dan pendapatan pindahan.

a. Definisi Sewa Ekonomi


Sewa ekonomi perlu dibedakan diantara definisi yang besifat umum dan
definisi yang mengaitkan sewa ekonomi dengan pendapatan pindahan atau transfer
earnings. Pengertian umum sewa ekonomi dapat diartikan sebagai harga yang dibayar
keatas penggunaan tanah dan faktor-faktor produksi lainnya yang jumlah
penawarannya tidak dapat ditambah.

b. Definisi Lain
Segolongan ahli ekonomi mendefinisikan sewa ekonomi secara berikut: sewa
ekonomi adalah bagian pembayaran keatas sesuatu faktor produksi yang melebihi dari
pendapat yang di terimanya dari pilihan pekerjaan lain yang terbaik yang mungkin
dilakukannya.
Pendapat yang dibayar kepada sesuatu faktor produksi dapat dibedakan dalam
dua bagian. Bagian pertama dinamakan pendapatan pindahan atau tranfer ernings,
yaitu bagian pendapatan tersebut yang digunakan untuk mencegah faktor produksi
tersebut digunakan untuk kegiatan ekonomi yang lain. Bagian kedua dinamakan sewa
ekonomi, yaitu bagian dari pendapat yang merupakan perbedaan diantara pendapat
yang diterima dengan pendapat pindahan.

c. Tanah dan Sewa Ekonomi


Tanah merupakan faktor produksi yang jumlahnya tidak dapat dirubah, yaitu
jumlahnya tidak dapat dirubah atau dikurangi. Yang dapat dilakukan adalah
memperbaiki mutu dari tanah yang tersedia, misalnya dengan menyediakan irigasi
yang baik tanah-tanah yang digunakan untuk persawahan, dan membuat proyek-
proyek mencegah banjir ditanah-tanah yang sering digenangi air. Sebagai akibat dari
sifat penawaran tanah didalam analasia ekonomi kurva penawaran tanah bersifat tidak
elastis sempurna.
Pandangan David Ricardo, salah satu ahli ekonomi klasik yang terkemuka,
sampai sekarang masih selalu disinggung apabila analisis mengenai sewa ekonomi
dilakukan. Pada masa hidup terdapat perdebatan tentang sebab-sebabnya harga jagung
sangat tinggi. Sebagian alhi ekonomi berpendapatan bahwa harga yang tinggi tersebut
disebabkan karna tuan tanah menuntut sewa yang tinggi keaatas tanah yang
dimilikinya.
Menurut Ricardo, harga jagung yang tinggi disebabkan oleh permintaan yang
banyak, sedangkan penawarannya kurang mencukupi. Harga jagung yang tinggi
tersebut menyebabkan para petani ingin menanam jagung lebih banyak dan menaikan
permintaan mereka keatas tanah, maka sewa tanah bertambah tinggi. Bukan sewa
tanah yang tinggi yang menyebabkan harga jagung tinggi. Yang benar adalah yaitu :
harga jagung yang tinggi menyebabkan sewa tanah yang tinggi.
Semakin tinggi pernintaan, semakin tinggi pula sewa tanah yang harus
dibayar. Sedangkan permintaan keatas tanah tergantung kepada sampai dimana
besarnya permintaan barang-barang yang dapat dihasilkan diatas tanah tersebut.

d. Tanah Adalah Suatu Surplus


Tanah adalah satu-satunya faktor produksi yang tidak dapat dirubah
penawarannya, tenaga kerja akan selalu bertambah, begitu juga dengan modal dan
keahlian keusahawanan. Harga sewa tanah tidak dapat melakukan peranan yang sama
seperti harga faktor produksi lainnya. Maksudnya, perubahan-peruabahan sewa tanah
tidak menimbulkan pengaruh/efek apapun kepada penawarannya. Berapa besar pun
perubahan sewa tanah yang berlaku, penawaran tanah tidak akan mengalami
perubahan. Sifat penawaran seperti itu menyebabkan ahli ekonomi menganggap sewa
tanah sebagai suatu surplus. Maksudnya, sewa tanah bukanlah suatu pembayaran atau
perangsang untuk menjamin agar tanah dapat disesuaikan jumlah dan penawarannya
dengan yang diperlukan dalam berbagai kegiatan ekonomi. Apakah sewanya nol, atau
sedikit, atau sangat tinggi, jumlah tanah yang tersedia untuk digunakan dalam
kegiatan ekonomi tetap sama banyaknya.

B. Modal dan Suku Bunga


Di dalam perekonomian modern perusahaan-perusahaan memerlukan modal untuk
menjalankan dan memperbesar usahanya. Sebaliknya rumah tangga memiliki kelebihan
pendapatan yang dapat dipinjamkan dengan harapan untuk memperoleh bunga. Analisis
dalam bagian ini bertujuan menerangkan hal-hal berikut :
 Faktor utama yang menentukan permintaan dana modal
 Faktor utama yang menentukan penawaran tabungan masyarakat
 Teori-teori yang menerangkan penentuan suku bunga
 Sebab-sebabnya terdapat beberapa tingkat bunga didalam perekonomian
 Perbedaan diantara suku bunga nominal dan suku bunga riil

a. Produktivitas Modal
Perekonomian tidak akan berlaku tanpa barang modal yang kompleks dan
sangat tinggi produktivitasnya. Untuk menjamin agar teknik memproduksinya tetap
mengalami kemajuan dan tetap dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, investasi
atau penanaman modal harus selalu dilakukan oleh suatu perusahaan. Untuk
melakukan penanaman modal perusahaan memerlukan dana. Dana tersebut bisa dari
keuntungan dari hasil penjualan maupun mendapat pinjaman dari pihak lain. Para
pengusaha harus menentukan keputusan untuk meminjamkan dana dan melakukan
investasi.
Permintaan dana modal yang akan digunakan untuk investasi tergantung
kepada produktivitas dari dana modal tersebut. Produktivitas dari modal dihitung
dengan cara menentukan besarnya pendapatan rata-rata tahunan neto (yaitu setelah
dikurangi dengan penyusutan modal yang digunakan) dan dinyatakan sebagai
persentasi dari modal yang ditanamkan. Produktivitas modal tersebut dinamakan
tingkat pengembalian modal atau rate of returns.
b. Permintaan Terhadap Dana Modal
Berbagai jenis investasi mempunyai pengembalian modal yang berbeda, ada
yang tingkat pengembalian modalnya tinggi dan ada pula yang tingkat pengembalian
modalnya rendah. Apabila para pengusaha mengetahui sepenuhnya berbagai
kemungkinan untuk melakukan investasi, merena akan mendahulukan investasi yang
tingkat pengembalian modalnya tinggi. Baru setelah proyek tersebut dilaksanakan
mereka akan mengembangkan proyek yang tingkat pengembalian modalnya rendah.
Permulaannya investasi akan dilakukan untuk mengembangkan proyek-proyek
yang tingkat pengembaliannya tinggi, dan kemudian diikuti oleh proyek-proyek yang
lebih rendah tinggkat pengembalian modalnya. Sampai dimana perusahaan-
perusahaan akan meminta dana modal tergantung kepada suku bunga yang akan
berlaku dalam perekonomian. Misalkan suku bunga adalah 10%. Pada suku bunga ini
tidak menguntungkan kepada perusahaan untuk melakukan investasi pada tingkat
pengembalian modalnya adalah dibawah 10% karena keuntungan yang akan diperoleh
tidak dapat membayar bunga keatas dana modal yang dipinjamnya. Dengan demikian
pada suku bunga sebesar 10% para pengusaha akan mengembangkan proyek-proyek
yang tingkat pengembalian modalnya setidak-tidaknya sama dengan suku bunga.
Tetapi kalau suku bunga adalah 6% lebih banyak investasi yang akan dilakukan.

c. Suku Bunga dan Tabungan Masyarakat


Dalam suatu perekonomian tidak semua pendapatan yang diterima masyarakat
akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Sebagian dari masyarakat
pendapatannya tersebut disisihkannya sebagai tabungan. Penabungan ini dilakukan
untuk beberapa tujuan tertentu. Ada dua pandangan berbeda tentang pentingnya
menentukan jumlah tabungan dalam masyarakat.
Pandangan Klasik
Jumlah tabungan yang dilakukan masyarakat ditentukan oleh suku bunga. Semakin
tinggi suku bunga, semakin besar jumlah tabungan yang akan dilakukan masyarakat.
Pandangan Keynes
Tabungan tergantung kepada pendapatan nasional (pendapatan seluruh penduduk dan
perekonomian). Pada tingkat pendapatan nasional yang rendah tabungan adalah
negatif, yaitu konsumsi masyarakat lebih tinggi dari pendapatan nasional. Semakin
tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi tabungan masyarakat
d. Penentuan Suku Bunga
Pandangan Klasik
Menurut ahli ekonomi klasik, suku bunga ditentukan oleh permintaan ke atas
tabungan dan penawaran tabungan.
Pandangan Keynes
Menurut Keynes : suku bunga bergantung kepada jumlah uang yang beredar
(penawaran uang) dan preferensi likuiditas (permintaan uang). Keynes menyatakan
bahwa permintaan uang oleh masyarakat mempunya tiga motivasi,yaitu (1) untuk
transaksi, yaitu masyarakat meminta uang untuk membayar konsumsi yang
dilakukannya. (2) untuk berjaga-jaga, yaitu untuk menghadapi massalah yang tidak
terduga seperti kematian dan kehilangan pekerjaan. (3) untuk spekulasi, yaitu untuk
ditanamkan ke saham-saham atau surat berharga lain. Permintaan uang untuk tujuan
transaksi dan berjaga-jaga tergantung kepada pendapatan masyarakat, yaitu semakin
tinggi pendapatan masyarakat maka semakin tinggi pula permintaan uang untuk edua
tujuan tersebut. Permintaan uang untuk bertujuan spekulasi tergantung kepada suku
bunga dan sifat nya adalah : pada waktu suku bunga tinggi hanya sedikit uang yang
akan ditahan oleh masyarakat untuk spekulasi, tetapi kalau suku bunga rendah maka
lebih banyak yang tidak akan dispekulasikan (jadi dipegang oleh pemiliknya). Ini
menunjukkan semakin banyak jumlah uang yang beredar, semakin rendah pula suku
bunganya.

e. Faktor Penyebab Perbedaan Suku Bunga


Dalam teori, analisis mengenai penentuan suku bunga selalu menganggap bahwa
dalam perekonomian terdapat hanya satu suku bunga. Di dalam kenyataan, keadaanya
sangat berbeda, yaitu di dalam perekonomian terdapat beberapa suku bunga.
Seseorang yang menabung uangnya di bank menerima suku bunga yang berbeda dari
seseorang yang meminjam uang di bank. Suku bunga pinjaman pemerintah berbeda
dengan suku bunga yang dibayar konsumen dan bank mengenakan suku bunga yang
berbeda kepada nasabah-nasabahnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor:
1) Perbedaan resiko
Pinjaman pemerintah membayar suku bunga yang lebih rendah dari suku bunga
pinjaman swasta, walaupun demikian pemerintah masih dapat memperoleh
pinjaman yang diperlukannya karena resiko dari meminjamkan kepada pemerintah
sangatlah kecil. Salah satu pertimbangan bank-bank dalam menentukan suku
bunga yang akan dikenakannya adalah resiko dari memberikan pinjaman tersebut.
Kepada usaha yang telah lama berkembang, atau kepada usaha yang tidak banyak
resikonya, mereka bersedia mengenakan suku bunga yang rendah. Kepada usaha
yang tinggi resikonya, mereka akan mengenakan suku bunga yang tinggi,
2) Jangka waktu pinjaman
Semakin lama sejumlah modal dipinjamkan, semakin besar tingkat bunga yang
harus dibayar. Salah satu sebab dari keadaan ini adalah karena resiko yang
ditanggung peminjam akan menjadi semakin besar apabila jangka waktu
peminjaman bertambah panjang. Sebab lain adalah karena pemilik modal
kehilanngan kebebasan untuk menggunakan modalnya dalam jangka waktu yang
lebih lama. Di samping itu, para peminjam bersedia membayar tingkat bunga yang
lebih tinggi karena mereka mempunyai waktu yang lebih lama untuk
mengembalikan pinjamannya.
3) Biaya administrasi pinjaman
Jumlah dana yang dipinjam sangat berbeda, sedangkan biaya administrasi untuk
memproses pinjaman tersebut tidak banyak berbeda. Apakah suatu perusahaan
meminjam Rp.100 juta atau Rp.10 juta, biaya administrasinya adalah sama. Maka
diukur dari sudut biaya administrasi untuk pinjaman per rupiah, pinjaman sebesar
Rp. 10 juta akan menelan biaya yang lebih tinggi dari pinjaman sebesar Rp. 100
juta. Dengan demikian, berdasarkan kepada pertimbangan biaya administrasi
pinjaman yang relatif lebih kecil jumlahnya akan membayar suku bunga yang
lebih tinggi.

f. Suku Bunga Nomimal dan Suku Bunga Riil


Di dalam meminjamkan uang, pemillik modal bukan saja harus
memperhatikan suku bunga yang diterima, tetapi juga tingkat inflasi (presentasi
tahunan kenaikan harga-harga). Apabila tingkat inflasi lebih tinggi dari suku bunga,
pemilik modal akan mengalami kerugian dalam meminjamkan uangnya karena modal
ditambah bunganya nilai rillnya lebih rendah dari nilai rill modal sebelum
dibungakan.
Karena kenaikan harga-harga merupakan keadaan yang sering berlaku di
setiap nominal, di dalam membicarakan mengenai suku bunga perlulah dibedakan
antara suku bunga nominal dan suku bunga rill. Suku bunga nominal adalah suku
bunga yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan besarnya bunga yang harus
dibayar oleh pihak peminjam dana modal. Sedangkan tingkat bunga riil menunjukkan
persentasi kenaikan nilai riil dari modal ditambah bunganya dalam setahun,
dinyatakan sebagai persentasi dari nilai riil modal sebelum dibungakan.
Sebagai contoh, jika pada waktu yang sama harga-harga naik sebesar 15
persen, nilai rill modal ditambah bunganya bukan mengalami kenaikan sebesar 15
persen. Kenaikan rill modal hanyalah sebanyak (15-10) persen atau 5 persen. Dengan
demikian suku bunga rillnya adalah 5 persen.

C. Pendapatan Para Pengusaha : KEUNTUNGAN


Keuntungan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan
dari hasil penjualan yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk
bahan mentah, pembayaran upah, pembayaran bunga, sewa tanah, dan pengahapusan
(depresiasi). Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya
tersebut nilainya positif maka diperolehlah keuntungan.
Dalam teori ekonomi keuntungan mempunyai arti yang sedikit berbeda dengan
pengertian keuntungan dari segi pembukuan. Ditinjau dari sudut pandang perusahaan,
keuntungan adalah perbedaan nilai uang dari hasil penjualan yang diperoleh dengan
seluruh biaya yang dikeluarkan. Namun, dalam teori ekonomi definisi itu dipandang
terlalu luas karena tidak mempertimbangkan biaya tersembunyi. Yaitu biaya produksi
yang tidak dibayar dengan uang tetapi perlu dipandang sebagai bagian dari biaya
produksi. Pengeluaran tersebut (biaya tersembunyi) meliputi pendapatan yang seharusnya
dibayarkan kepada para pengusaha yang menjalankan sendiri perusahannya, tanah dan
modal sendiri yang digunakan dan bangunan dan peralatan milik sendiri. Keuntungan
menurut pembukuan, apabila dikurangi lebih lanjut oleh biaya tersembunyi, akan
menghasilkan keuntungan ekonomi atau keuntungan murni (pure profit). Dalam teori
ekonomi, dinyatakan ”keuntungan yang dimaksudkan adalah kuntungan ekonomi”

a. Sumber Keuntungan Ekonomi : Keahlian Keusahawanan


Keuntungan adalah pembayaran keatas jasa yang diberikan oleh suatu faktor
produksi, keuntungan merupakan pembayaran kepada keahlian keusahawanan yang
disediakan oleh pengusaha, mereka akan dapat memperoleh balas jasa dari jerih
payahnya dalam bentuk keuntungan ekonomi atau keuntungan murni. Keahlian
keusahawanan tersebut akan digunakan para pengusaha dalam membuat keputusan-
keputusan berikut:
(i) Menentukan barang apa yang perlu di produksikan dan dijual ke pasar, dan
berapa banyaknya.
(ii) Menentukan cara memproduksi yang terbaik dan kombinasi faktor-faktor yang
paling efesien dalam memproduksikan barang tersebut.

Beberapa ahli ekonomi telah mengemukakan sumber dari wujudnya


keuntungan ekonomi. Pada umumnya teori-teori tersebut menjelaskan bahwa
keuntungan adalah pendapatan yang diperoleh para pengusaha sebagai pembayaran
dari melakukan kegiatan berikut:
1) Menghadapi resiko ketidakpastian dimasa yang akan datang
2) Melakukan inovasi/pembaharuan didalam berbagai kegiatan ekonomi
3) Mewujudkan kekuasaan monopoli dalam pasar

b. Keuntungan adalah Pembayaran Terhadap Resiko


Mendirikan dan menjalankan kegiatan perusahaan adalah kegiatan ekonomi
yang dipenuhi oleh berbagai resiko. Tidak terdapat jaminan bahwa suatu usaha akan
pasti berhasil. Dalam perekonomian tidaklah mudah untuk menentukan keadaan yang
terjadi di masa yang akan datang. Yang dapat dilakukan oleh pengusaha hanyalah
membuat ramalan tentang keadaan yang akan wujud dimasa depan. Berdasarkan
ramalan tersebut pengusaha akan mengatur dan menentukan strategi kegaitan
usahanya, ramalan tersebut belum tentu tepat. Berarti didalam membuat ramalan para
pengusaha menghadapi resiko ketidaktepatan ramalananya. Sebagai akibat
ramalannya yang salah pengusaha akan mengalami kerugian. Akan tetapi jika
ramalannnya tepat, maka akan mendapat keuntungan. Maka, ditinjau dari sudut resiko
yang dihadapi oleh setiap jenis usaha, keuntungan dipandang sebagai pembayaran
untuk menghadapi resiko.

c. Pembayaran Untuk Kegiatan Inovasi


Kegiatan perusahaan untuk melakukan inovasi, yaitu mengadakan
pembaharuan dalam manajemen, pemasaran dan teknik produksi, memegang peranan
pentung di dalam menjamin kesuksesan usaha tersebut. Dengan melakukan inovasi,
teknik memproduksi yang baru dapat diperkenalkan, mutu produksi dapat diperbaiki,
biaya produksi diturunkan lebih lanjut, dan barang-barang baru dapat diperkenalkan.
Langkah-langkah seperti ini di satu pihak dapat menaikkan hasil penjualan dan di lain
pihak menurunkan biaya per unit produksi. Kedua perubahan ini akan menaikkan
keuntungan perusahaan. Dengan demikian keuntungan dapat pula dipandang sebagai
pembayaran ke atas kegiatan inovasi.

d. Sebagai Akibat Kekuasaan Monopoli


Terdapatnya suatu perusahaan yang kemungkinan dapat membatasi beberapa
persaingan yang berada dipasar barang ini memungkinkan perusahaan tersebut bisa
memperoleh keuntungan yang melebihi normal didalam jangka panjang. Keadaan ini
dicapai oleh perusahaan tersebut dengan membatasi produksi dan menjamin agar
tingkat harga adalah melebihi rata-rata. Kemungkinan untuk memperoleh keuntungan
secara yang baru diterangkan ini meyebabkankan ahli ekonomi berpendapat bahwa
keuntungan boleh pula dipandang sebagai pendapatan dari kekuasaan monopoli yang
dimiliki oleh perusahaan.
Daftar Pustaka

Anton. 2016. Penentuan Upah di Pasar Tenaga Kerja.

(http://anton-bojonegoro.blogspot.com/2016/06/penentuan-upah-di-pasar-tenaga-
kerja.html, diakses tanggal 18 Oktober 2019)

Muhsakir. 2013. Makalah Penetapan Harga dan Penggunaan Faktor Produksi.

(http://muhsakirmsg.blogspot.com/2013/03/makalah-penetapan-harga-dan
penggunaan9152.html, diakses tanggal 18 Oktober 2019)

Ningrum, Widya. 2017. Sewa, bunga dan keuntungan.

(https://dyawydiw.blogspot.com/2017/06/v-behaviorurldefaultvmlo_21.html, diakses
tanggal 18 Oktober 2019)

Raga. 2013. Penentu Faktor-faktor produksi.

(http://ragamilmusyariah.blogspot.com/2013/03/penentu-faktor-faktor-produksi.html,
diakses tanggal 18 Oktober 2019)

Saleh. 2012. Permintaan Faktor Produksi.

(http://salehcalens.blogspot.com/2012/05/permintaan-faktor-produksi.html, diakses
tanggal 18 Oktober 2019)

Susanti, Ani. 2017. Makalah Penentu Upah di Pasar Tenaga Kerja.

(https://anisusanti1982.blogspot.com/2017/12/v-behaviorurldefaultvmlo_41.html,
diakses tanggal 18 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai