Anda di halaman 1dari 165

Modul Pembelajaran

I. Evaluasi pekerjaan konstruksi beton

1. Adukan Beton
Perlu diketahui kekuatan beton sangat bervariasi sesuai dengan komposisi
yang digunakan. Menurut SNI 7394 -2008 tentang Tata Cara Perhitungan
Harga Satuan Pekerjaan Beton Untuk Konstruksi Bangunan Gedung.Selain
komposisi teknikadukan adonan beton juga mempengaruhi kualitas beton itu
sendiri. Adukan beton dapat dilakukan dengan beberapa 2 cara,yaitu;
pengadukan manual dan pengadukan dengan molen. Cara pengadukan
beton secara manual adalah sebagai berikut;
1. Lakukan pencampuran bahan beton di atas bak dengan dasar lantai dari papan
kayu atau dari pasangan yangdiplester, ini dilakukan agar kotoran atau tanah
tidakmudah tercampur;
2. Lakukan pencampuran dan pengadukan di tempat terlindung atap, terlindung
dari panas matahari dan hujan;
3. Lakukan pencampuran adonan dengan perbandinganvolume. Yang lazim
digunakan di lapangan adalah denganmembuat kotak takaran untuk
perbandingan volume pasir, semen,dan kerikil/spilt;
4. Lakukan urutan pencampuran adukannya yaitu pasir dengan semen dahulu,
yangsudah ditakar dicampur kering di dalam bak pengaduk, lalu kerikil/spilt
dituangkan dalam bak pengaduk kemudian diaduk sampai merata. Setelah
adukan merata, tuangkan air sesuai kebutuhan, aduksampai campuran merata
dan sesuai dengan persyaratan.
Gambar 2-2 : Adukan Beton
2. Pekerjaan Pengecoran Beton

Pekerjaan pengecoran beton, adalah kegiatan melaksanakan penuangan


adukan beton menjadi wujud bangunan. Pembentukan wujud bangunan
sesuai gambar rencana, dikerjakan dengan mengerjakan bagian bagian
bangunan, untuk pekerjaan beton seperti
pembuatan pondasi, pembuatan sloof, pembuatan ring balok, lantai dan lain
sebagainya. Pembuatan beton dengan bentuk yang diinginkan, dibantu
dengan cetakan beton, atau istilah tukang disebut dengan bekisting.
Berikut ini diberikan pedoman pelaksanaan pengecoran beton, yaitu:
1) Persiapan;
a) Lakukan pemeriksaan posisi beton decking dan atau kaki tulangan apakah
telah dapat memberikan kepastian posisi tulangan tidak akan berubah
selama dan setelah proses pengecoran dilakukan
b) Lakukan pemeriksaan sudut-sudut dan sambungan dari acuan beton, apakah
terdapat celah yang dapat mengakibatkan keluarnya air semen. Bila
ditemukan, celah agar segera ditutup
c) Lakukan pemeriksaan kekokohan dari acuan beton apakah mampu menahan
beban dari adukan beton yang belum mengeras (untuk menghindarkan
lendutan akibat beban adukan)
d) Sambungan, permukaan beton lama yang nantinya berhubungan dengan
hasil pengecoran harus mempunyai permukaan kasar dan telah disapu
dengan spesi adukan semen yang sesuai dengan campuran beton baru
e) Periksa mix design campuran beton yang akan dipergunakan, batasan
proporsi takaran campuran sesuai kebutuhan.
f) Periksa kelayakan alat penggetar (internal atau external vibrator)
g) Periksa peralatan tremie atau drop bucket untuk pengecoran di bawah air
h) Periksa kebersihan area yang akan di cor dari kotoran – kotoran yang ada
i) Permukaan sebelah dalam acuan yang nantinya menempel dengan beton
harus dibasahi dengan air atau diolesi minyak yang tidak meninggalkan bekas
3. Pelaksanaan Pengecoran Beton
a) Lakukan pengecoran hanya diperbolehkan pada siang hari, kecuali diizinkan
dilaksanakan pada malam hari
b) Pengecoran tidak boleh dilakukan pada kondisi cuaca seperti berikut
 Hujan, air hujan langsung mengenai area pengecoran
 Temperature melebihi 30° C
 Lengas nisbi dari udara kurang dari 40%
 Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam (pengecoran masih
dapat dilakukan dengan penambahan admixture yang sesuai dengan
kondisi tempat pekerjaan)
c) Pengecoran dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum
beton mulai mengeras
d) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui
sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. Hal ini dimaksudkan agar
tercapainya homogenitas beton secara keseluruhan untuk menjamin sifat
kedap air
e) Jarak jatuh bebas ke dalam cetakan harus pada ketinggian kurang dari 150
cm, apabila melebihi dapat menyebabkan segregasi spesi beton. Serta
tidak diperkenankan menimbun beton dalam jumlah banyak di suatu
tempat dengan maksud untuk kemudian meratakannya sepanjang acuan
f) Lakukan slump test (test kekentalan adukan beton) selama pelaksanaan
pengecoran untuk menjamin agar nilai air semen tetap sesuai dengan mix
design
g) Lakukan pemadatan dengan menggunakan alat penggetar (internal atau
external vibrator). Hal ini dilakukan agar semua sudut-sudut terisi , sela-
sela di antara dan di sekeliling tulangan terpenuhi tanpa menggeser
kedudukan tulangan tersebut membuat agar permukaan menjadi rata dan
halus, mengeluarkan gelembung-gelembung udara dan mengisi semua
rongga. Cacat beton yang bisa ditimbulkan dari hal ini adalah
terbentuknya sangkar kerikil.
4. Perawatan Beton

Perawatan beton adalah pekerjaan menjaga agar mutu beton yang


dihasilkan baik, dengan menjaga permukaan beton segar selalu lembab,
sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras.
Kelembaban permukaan beton itu harus dijaga untuk menjamin proses
hidrasi semen berlangsung dengan sempurna. Kelembaban permukaan
beton menambah beton lebih tahan cuaca, dan lebih kedap air. Setelah
dilakukan pengecoran, langkah yang baik agar mutu beton terjamin, seperti
membasahai permukaan beton sebelum pembongkaran bekisting, menutup
permukaan beton bila hujan daang. Selanjutnya beberapa cara perawatan
beton yang biasa dilakukan dan untuk dapat dipedomani,antara lain yaitu;
a) Lakukan perawatan setelah beton mulai mengeras dengan menyelimutinya
dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan harus dibuat jenuh
dalam waktu paling sedikit 3 hari. Perawatan beton juga dapat dilakukan
dengan uap ataupun secara chemical.
b) Apabila digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus dipertahankan basah
pada setiap saat sampai dibongkar.
c) Lalu lintas ataupun penambahan beban selain beban sendiri tidak
diperkenankan sampai beton berumur 7 hari setelah pelaksanaan
pengecoran.
d) Pada lantai beton yang difungsikan sebagai lantai aus harus dirawat setelah
permukaannya mulai mengeras dengan cara ditutup oleh lapisan lembab
setebal 5 cm paling sedikit 21 hari.
Waktu pembongkaran biasanya 28 hari setelah selesai pengecoran, setelah
masa waktu itu barulah dikatakan beton itu kering atau masak. Pada bagian-
bagian konstruksi di mana akibat pembongkaran cetakan dan bekisting akan
bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban rencana, maka
cetakan dan bekisting dari bagianbagian konstruksi itu tidak boleh dibongkar
selama keadaan tersebut tetap berlangsung. Kemudian bagian-bagian
konstruksi yang keropos harus segera diperbaiki dengan melakukan
penambalan. Selama 24 jam sesudah selesai dicor, beton harus dilindungi
terhadap pengaruh hujan lebat, air mengalir, getaran. Selama duabelas hari
setelah dicor harus dilindungi terhadap panas matahari. Cara
perlindungannya adalah dengan menutup permukaan beton, menggunakan
pasir basah, menutup dengan karung-karung basah, atau menyirami dengan
air secara periodik.

Langkah selanjutnya adalah, melakukan evaluasi terhadap pengecoran


beton, dimana kegiatan ini adalah pasca pengecoan, yang fungsinya
memeriksa hasil pengecoran yang dilakukan. Beberap pedoman daan
langkah yang dapat dilakukan sebagai evaluasi pengeoran, yaitu;
j) Periksa permukaan beton hasil pengecoran, hasil pengamatan dan
penyebabnya, perhatikan kondisi beton, seperti;
 Perhatikan adanya retak
 Pori besar,akibat bahan (batu,kayu, dll)
 Permukaan berpasir
k) Tes uji sampel beton dilakukan untuk setiap mutu beton dan untuk setiap
jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
Setiap pengujian minimum harus mencakup empat benda uji, dengan
maksud sebagai berikut :
a) Benda uji pertama di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah 3 hari
b) Benda uji kedua di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah 7 hari
c) Benda uji ketiga di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah 14 hari
d) Benda uji keempat di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah 28
hari
II. Evaluasi pekerjaan konstruksi baja

A. l Pendahuluan

Pad bab terdahulu kita telah membahas tentang baja sebagai bahan
bangunan. Dimana bahwa baja merupakan sauatu bahan konstruksi yang
lazim digunakan dalam struktur bangunan, karena kekuatan yang tinggi dan
ketahanan terhadap gaya luar yang besar maka baja ini juga telah menjadi
bahan pilihan untuk konstruksi bangunan gedung bertingkat. Dan juga telah
menjelaskan bentuk penampang melintang I dan H biasanya digunakan
untuk elemen-elemen besar yang membentuk balok dan kolom pada rangka
struktur. Bentuk kanal dan siku cocok untuk elemen-elemen kecil seperti
lapisan tumpuan sekunder dan sub-elemen pada rangka segitiga.
Bentuk penampang persegi, bulat, dan persegi empat yang
berlubang dihasilkan dalam batasan ukuran yang luas dan digunakan
seperti halnya pelat datar dan batang solid dengan berbagai ketebalan.

Baja dalam teknik konstruksi bangunan gedung terdapat dalam bermacam-


macam bentuk sebagai berikut :
1) Baja Pelat; Yaitu baja berupa pelat baik pelat lembaran maupun pelat
strip dengan tebal antara 3 mm s.d 60 mm. Baja Pelat Lembaran
terdapat dengan lebar antara 150 mm s.d 4300 mm dengan panjang 3
s.d 6 meter. Sedangakan Baja Pelat Strip biasanya dengan lebar ≤
600 mm dengan panjang 3 s.d 6 meter. Permukaan baja pelat ada
yang polos dan ada yang bermotif dalam berbagai bentuk motif.
Namun untuk keperluan konstruksi pada umumnya digunakan baja
pelat yang polos rata dengan lebar dapat dipotong sendiri sesuai
dengan kebutuhan.
2) Baja Profil; Yaitu baja berupa batangan (lonjoran) dengan penampang
berprofil dengan bentuk tertentu dengan panjang pada umumnya 6
meter (namun dapat dipesan di pabrik dengan panjang sampai 15
meter. Adapun bentuk-bentuk profil penampang baja dapat
ilihat/dipelajari dalam buku Daftar-Daftar Untuk Konstruksi Baja (daftar
baja lama ) dan Tabel Profil Konstruksi Baja (daftar baja yang baru ).
Dalam daftar baja lama terdapat profil INP, Kanal, DIN, DiE, DiR, DiL,
½ INP, ½DIN, Profil T, Profil L (baja siku s ama kaki dan tidak sama
kaki ), batang profil segi empat sama sisi, dan batang profil bulat, juga
daftar paku keling, baut, dan las. Sedangkan daftar baja yang baru
profil INP, DIN, DiE, DiR, DiL, ½INP, ½ DIN, batang profil segi empat
sama sisi, batang profil bulat, daftar paku keling, baut, dan las tidak
ada, yang ada adalah : profil WF, Light Beam and Joists, H Bearing
Piles, Structural Tees, Profil Kanal, Profil Siku (sama kaki dan tidak
sama kaki), Daftar Faktor Tekuk, Light Lip Channels, Light Channel,
Hollow Structural Tubings (profil tabung segiempat ), Circular Hollow
Sections (profil tabung bulat), serta tabel-tabel pelengkap lainnya.
Kedua daftar baja tersebut di atas masih tetap digunakan kedua-
duanya karena saling melengkapi satu sama lain.
3) Baja Beton; Yaitu baja yang digunakan untuk penulangan / pembesian
beton (untuk konstruksi beton). Pada umumnya berbentuk batangan /
lonjoran dengan berbagai macam ukuran diameter, panjang 12 meter.
Terdapat baja tulangan berpenampang bulat polos, juga baja tulangan
yang diprofilkan.

Baja memiliki kekuatan tarik yang tinggi, jauh lebih tinggi dibanding beton, bila
diberi gaya tarikan terus menerus hingga melewati batas elastisitasnya, baja
akan mengalami regangan yang cukup besar sebelum benar-benar runtuh.
Pengertian elastisitas menjelaskan bahwa struktur baja, saat mengalami
stress yang hebat semisal gempa bumi tidak akan langsung rubuh. Biasanya
akan meregang dulu (miring), baru kemudian bila gaya sudah melebihi batas
kritis, baru bangunan tersebut akan runtuh, hal ini memberi kesempatan bagi
penghuni gedung untuk menyelamatkan diri. Kondisi struktur seperti ini, beda
dengan beton biasa yang akan langsung runtuh bila gaya melebihi batas
kritisnya. Baja sering digunakan sebagai struktur utama bangunan karena
memiliki beberapa keunggulan, antara lain yaitu:
1) Mempunyai kekuatan yang tinggi meski berukuran lebih kecil (colume
kecil) dibanding beton. Sehingga dapat mengurangi ukuran struktur,
serta mengurangi beban sendiri, dan jauh lebih berat dibandingkan
beton.
2) Homogenitas tinggi. Baja bersifat homogen, sehingga kekuatannya
merata.
3) Keawetan tinggi. Baja akan tahan lama bila perawatan yang dilakukan
terhadapnya sangat baik. Misalnya, rutin mengecat permukaan baja
agar terhindar dari korosi.
4) Bersifat elastis. Baja berperilaku elastis sampai tingkat tegangan yang
cukup tinggi. Baja akan kembali ke bentuk semula asalkan gaya yang
terjadi tidak melebihi batas elastisitas baja.
5) Daktilitas baja cukup tinggi. Selain mampu menahan tegangan tarik
yang cukup tinggi, baja juga akan mengalami regangan tarik yang
cukup besar sebelum runtuh.
6) Kemudahan pemasangan dan pengerjaan. Penampang baja bisa
dibentuk sesuai yang dibutuhkan. Penyambungan antar elemen pada
struktur baja juga mudah, hanya tinggal memasangkan baut atau bisa
menggunakan las, sehingga akan mempercepat kegiatan proyek.

Beberapa kelemahan baja sebagai struktur, antara lain, yaitu;


1) Pemeliharaan rutin. Baja membutuhkan pemeliharaan khusus agar
mutunya tidak berkurang. Konstruksi baja yang berhubungan langsung
dengan udara atau air harus dicat secara periodik.
2) Baja akan mengalami penurunan mutu secara drastis bahkan
kerusakan langsung karena temperatur tinggi. Misalnya saat terjadi
kebakaran.
3) Baja memiliki kelemahan tekuk pada penampang langsing.
Sekarang ini, banyak juga yang memanfaatkan baja ringan sebagai
sistem rangka atap.

Selain murah, ringan, dan pengerjaannya mudah, baja juga lebih awet.
Baja sudah banyak menggantikan peran kayu dalam konstruksi. Jaman kayu
sebagai atap mungkin sudah hampir punah. Mengingat hutan-hutan di seluruh
Indonesia sudah dibabat habis oleh para penebang kayu. Bisa-bisa hutan kita
akan gundul semua bila kita terus menggunakan kayu sebagai bahan
bangunan.
B. Konstruksi Baja Profil Pada Bangunan

Konstruksi baja pada bangunan banyak kita jumpai berbagai bangunan dan
jembatan yang menggunakan baja sebagai struktur utamanya, serti jembatan
kereta api dan jembatan jalan raya yang melintasi sungai yang cukup lebar.
Kemudian ada bangunan pabrik maupun gudang yang besar, desain
jembatan Suramadu, juga menggunakan kabel baja sebagai strukturnya,
renungkan dan jawab sembarang oleh mu!.

Sebenarnya, bagaimana sih struktur baja itu ?


Apa keunggulan baja dibanding beton atau bahan bangunan lain ?

Beberapa struktur baja yang sering diterapkan sebagai struktur bangunan:


1) Tipe Rangka atau frame structure; Dengan menyusun batang baja dengan
bentuk struktur tertentu, batang baja mampu memperkuat satu sama lain.
Hal ini banyak diterapkan pada struktur atap, bangunan pabrik,
pergudangan, jembatan serta tower BTS (Base Transceiver Station)
operator seluler. Yang populer di dunia, adalah Menara Eiffel, yang
sebagian besar menggunakan batang-batang baja yang disusun secara
struktural hingga bisa berdiri megah hingga kini.
2) Tipe cangkang atau shell-type structure; Struktur baja tipe cangkang
diterapkan pada bangunan stadion, gelora, maupun bangunan lain yang
membutuhkan kubah / dome diatasnya.
3) Tipe suspensi atau suspension-type structure; Suspensi bisa juga disebut
tarikan. Baja pada sistem struktur ini menahan beban dengan kekuatan
tarikannya. Contohnya, biasa dimanfaatkan sebagai kabel baja pada
jembatan.

Ketentuan atau pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan bangunan


konstruksi baja, sebaiknya menggunakan panduan yang dapat dipakai atau
dipertimbangkan yaitu;

1) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) Mei 1983.


2) American Institute of Steel Construction (AISC) "Manual of Steel
Construction-7th Edition".
3) American National Standards Institute (ANSI) : B27.265 Plain Washers".
4) American Society for Testing and Materials (ASTM) specifications;
 A 36 - 70a Structural Steel
 A 53 - 72a Welded and Seamless Steel Pipe
 A153 - 71 Zink Coating (hot dip) on Iron and Steel Hardware
 A307 - 68 Carbon Steel Externally Threaded Standard Fasteners.
 A325 - 71a High Strength Bolts for/structural Steel Joint, Including
Sutiable Nuts and Palin Hardener Washers".
 A490 - 71 Quenched and Tempered Alloy Steel Bolts for
Structural Steel Joints

1. Gambar dan Notasi Baja

Pada konstruksi bangunan gedung, sebelum elaksnakan pekerjaan ada


baiknya pekerja memahami gambar kerja. Kelengkapan gambar kerja baja
dapat ditentukan dengan bagian-bagian gambar seperti;
1) Gambar Denah; Lengkap dengan notasi, ukuran-ukuran dan
penjelasan detail
2) Gambar Detail; Gambar dilengkapi dengan notasi, dan disesuaikan
dengan tabel baja
3) Gambar Sambungan; Dilengkapi dengan penjelasan jenis sambungan,
pengelasan, baut-baut, angkur (pengangkuran)
4) Profil; Bentuk dan jenis profil ditentukan dengan bahan yang tersedia
di pasaran
5) Perhitungan; Seluruh material (bahan) dan bentuk konstruksi/struktur
baja, harus melalui perhitungan yang dipersyaratkan.

Pemberian notasi atau tanda gambar profil baja dimulai dengan kode profil
diikuti dengan ukuran pokoknya. Berikut ini contoh-contoh penulisan nama
baja profil menurut nomor profil;
1) Baja WF 250x125x6x9: Yaitu baja profil WF (Wide Flange = sayap
lebar) dengan ukuran tinggi profil 250 mm, lebar sayap 125 mm, tebal
badan 6 mm, dan tebal sayap 9 mm.
2) Baja KANAL 140x60x7x10: Yaitu baja profil kanal dengan ukuran
tinggi profil 140 mm, lebar sayap (flens) 60 mm, tebal badan 7 mm,
dan tebal sayap 10 mm. Kanal = Saluran = Parit.
3) Baja L 60.60.6: Yaitu baja profil siku sama kaki dengan ukuran lebar
kaki 60 mm dan tebal baja 6 mm.
4) Baja L 65.100.7: Yaitu baja profil siku tidak sama kaki dengan ukuran
lebar kaki 65 mm dan 100 mm, tebal baja 7 mm.
5) Baja LIP C 125x50x20x3,2: Yaitu baja profil Lip Channel dengan
ukuran tinggi profil 125 mm, lebar sayap 50 mm, panjang bengkokan
sayap 20 mm, tebal baja 3,2 mm.
6) Baja LIGHT C 100x50x50x3,2: Yaitu baja profil Lidht Channel dengan
tinggi profil 100 mm, lebar sayap 50 mm, tebal baja 3,2 mm. Baja ini
hampir sama dengan Lip Channel tetapi tanpan ada bengkokan sayap.
7) Baja Tabung Segi Empat 100x100x3,2: Yaitu baja profil tabung segi
empat dengan ukuran sisi luar 100 x 100 mm, tebal baja 3,2 mm.
8) Baja Tabung Bundar  114,3x4,5: Yaitu baja profil tabung bundar (
pipa) dengan ukuran diameter luar 114,3 mm dan tebal baja 4,5 mm.

Selanjutnya untuk lebih mengenal gambar dan notasi profil baja, berikut ini
penjelasan gambar sistem notasi dan simbol-simbol yang tertera adalah
sebagai berikut;
a) Garis sumbu X dan sumbu Y pada profil baja saling tegak lurus satu sama
lain.
b) Ukuran tinggi profil ( h ) dan lebar flens ( b ) dengan berpedoman daftar
baja
c) Ukuran tebal badan ( d ) dan tebal flens ( t ), tebal t diukur pada titik
tengah lebar flens ( pada jarak ½b ) kemudian lukis garis tebal flens miring
8% melalui titik ujung garis tebal t dan lukis garis ujung flens.
d) Garis lengkung pada pertemuan sudut garis badan dan garis flens bagian
dalam (r= 10 mm atau r1 20 mm), juga garis lengkung pada sudut flens
bagian dalam dengan r1 = 5 mm atau ∅ 10 mm.
Gambar 12-1: Notasi Gambar Pada baja Profil

2. Sambungan Baja

Di dalam struktur rangka sambungan pelat ataupun sambungan profil baja


tidak dapat dihindari karena ada kemungkinan suatu profil baja kurang
panjangnya, tetapi selain itu ada juga kemungkinan diadakan sambungan
karena pertemuan suatu batang dengan batang yang lain pada satu titik
buhul, dengan menggunakan pelat buhul. Alat penyambung yang lazim
digunakan untuk profil baja ialah baut, paku keling dan Las.

Baut adalah salah satu alat penyambung profil baja, selain paku keling dan
las. Baut yang lazim digunakan sebagai alat penyambung profil baja adalah
baut hitam dan baut berkekuatan tinggi. Baut hitam terdiri dari 2 jenis, yaitu :
Baut yang diulir penuh dan baut yang tidak diulir penuh, sedangkan baut
berkekuatan tinggi umumnya terdiri dari 3 type yaitu : Baut baja karbon
sedang, Baut baja karbon rendah, dan Baut baja tahan karat. Walaupun baut
ini kurang kaku bila dibandingkan dengan paku keling dan las, tetapi masih
banyak digunakan karena pemasangan baut relatif lebih praktis. Dalam
pemakaian di lapangan, baut dapat digunakan untuk membuat konstruksi
sambungan tetap, sambungan bergerak, maupun sambungan sementara
yang dapat dibongkar/dilepas kembali.

2.1 Tipe Sambungan Baja

Sambungan baja dalam perencanan struktur (konstruksi) baja didasarkan


pada tipe profil baja yang dipakai, secara umum sambungan terbentuk
didasarkan atas hubungan sambungan sebagai berikut:
1) Sambungan antar balok (balok dengan balok); Sambungan ini merupakan
sambungan yang menghubungkan antara balok dengan balok, yaitu jenis
sambungan memanjang, sehingga menjadikan baja profil yang menerus secara
horizontal. Sambungan baja ini dapat dilakukan dengan menggunakan profil yang
sama dan sejenis atau dengan profil yang berbeda. Sambungan atau hubungan
kedua profil yang disambung, dapat menggunakan salah satu jenis sambungan
atau kombinasi dari beberapa alat sambung, baut, paku dan las.
Gambar 12-2 : Sambungan Antar Balok Baja Profil

2) Sambungan antar Kolom (kolom dengan kolom); Sambungan ini merupakan


sambungan yang menghubungkan antara Kolom dengan Kolom, sehingga
mendapatkan Profil yang menerus secara vertikal. Sambungan baja ini dapat
dilakukan dengan menggunakan profil yang sama dan sejenis atau dengan profil
yang berbeda. Sambungan atau hubungan kedua profil yang disambung, dapat
menggunakan salah satu jenis sambungan atau kombinasi dari beberapa alat
sambung, baut, paku dan las.
Gambar 12-3 : Sambungan Baja Vertical (Antar Kolom)

Kolom-kolom pada konstruksi merupakan elemen struktur yang menerima


beban-beban dari balok dan pelat yang diteruskan ke pondasi. Kolom
mengalami tekan aksial searah sumbunya dan penempatan balok yang
mempunyai eksentrisitas menimbulkan gaya-gaya lentur. Tidak seperti
elemen struktur tarik yang bebannya cenderung menahan elemen struktur
pada posisinya, elemen struktut tekan sangat peka terhadap faktor-faktor
yang dapat menimbulkan peralihan lateral atau tekuk. Kolom pada
hakekatnya jarang sekali mengalami tekanan aksial saja. Namun, bila
pembebanan ditata sedemikian rupa hingga pengekangan (restraint) rotasi
ujung dapat diabaikan atau beban dari batang-batang yang bertemu di ujung
kolom bersifat simetris dan pengaruh lentur sangat kecil dibandingkan
tekanan langsung, maka batang tekan dapat direncanakan dengan aman
sebagai kolom yang dibebani secara konsentris.

Hubungan batang dengan penghubung dapat menggunakan baut, paku


keling, dan las. Batang tersusun sering digunakan pada kondisi-kondisi
sebagai berikut:
1) Kapasitas profil yang tersedia belum mencukupi
2) Diperlukan batang dengan kekakuan besar
3) Detail sambungan membutuhkan penampang tertentu
4) Faktor estetika

3) Sambungan Balok dengan kolom; Sambungan ini merupakan sambungan antara


balok yang dihubungkan dengan Kolom sehingga mendapatkan Sambungan Siku,
sambungan baja ini dapat dilakukan dengan merakit Balok pada tepi Flens/Sayap
maupun pada Web/Badan Kolom yang dibantu dengan Pelat Penyambung
ataupun Profil yang lainnya. Sambungan baja ini dapat dilakukan dengan
menggunakan profil yang sama dan sejenis atau dengan profil yang berbeda.
Sambungan atau hubungan kedua profil yang disambung, dapat menggunakan
salah satu jenis sambungan atau kombinasi dari beberapa alat sambung, baut,
paku dan las.
Gambar 12-4: Sambungan Baja Sudut (Antar Kolom dengan Balok)

4) Sambungan Titik Buhul (Simpul); Sambungan ini merupakan sambungan yang


menyatukan beberapa Batang/Balok menjadi satu Titik Buhul (Simpul) atau Titik
Pertemuan, sambungan ini dilakukan dengan cara memberi Pelat Baja (Pelat
Buhul/Simpul) sebagai titik pertemuan batang-batang aksial tersebut.
Sambungan baja ini dapat dilakukan dengan menggunakan profil yang sama dan
sejenis atau dengan profil yang berbeda. Sambungan atau hubungan kedua profil
yang disambung, dapat menggunakan salah satu jenis sambungan atau
kombinasi dari beberapa alat sambung, baut, paku dan las.

Gambar 12-5: Sambungan Baja Pada Titik Buhul


Sambungan Pada Simpul, selalu dibarengi dengan adanya pelat simpul
(gusset plate) sebagai bagian dari alat sambung, untuk mempersatukan dan
menyambung batang-batang yang bertemu di titik simpul tersebut, pelat
simpul sebagai pelat penyambung, harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
 Lebar, sehingga paku keling/baut dapat dipasang menurut peraturan
yang ditentukan.
 Kuat menerima beban dari batang-batang yang diteruskan pelat
simpul, maka simpul perlu diperiksa kekuatannya, dengan cara
mengadakan beberapa potongan untuk diperiksa kekuatannya pada
potongan tersebut. Tetapi sebelum dilanjutkan mengenai pemeriksaan
pelat simpul, sekilas di ulang kembali dulu tentang perhitungan
banyaknya baut/paku keling yang diperlukan
 Pelat buhul harus memiliki ketebalan yang lebih besar dibandingkan dengan profil tebal
pelat pada profil baja, hal ini dikarenakan semua gaya yang bekerja pada struktur rangka
utama akan disalurkan ke pelat buhul tersebut
 Takikan; Tidak terjadi takikan pada pelat buhul, pada posisi yang
menerima beban, yaitu pada bagia sudut dalam, karena dapat
mengakibatkan pelat simpul rawan sobek (perhatikan takikan pada
gambar di bawah ini).

Gambar 12-6 : Pelat Buhul Pada Sambungan


2.2 Gambar Sambungan Baja Profil

Notasi sambungan menggunakan baut; Secara umum penempatan baut


pada sambungan konstruksi baja dipasang dengan jarak-jarak dan digambar
menggunakan simbol seperti di bawah ini, untuk lebih memperjelas,
diberikan beberapa contoh gambar alat sambung dan bentuk sambungan
pada baja profil.

Gambar 12-7: Sambungan Baut Baja

Ketentuan dan notasi gambar penempatan baut atau paku keling pada baja
profil, perhatikan penampang profil gambar baja berikut ini.
Gambar 12-8: Sambungan Baja Profil (Foto)

Mengenai jarak baut atau paku pada suatu sambungan, tetap harus
berdasarkan ketentuan dan syarat yang ada pada PPBBI pasal 8:2, yaitu :
1) Banyaknya baut yang dipasang pada satu baris yang sejajar arah gaya,
tidak boleh lebih dari 5 buah. Jarak antara sumbu buat paling luar ke tepi
atau ke ujung bagian yang disambung, tidak boleh kurang dari 1,2 d dan
tidak boleh lebih besar dari 3d atau 6 t (t adalah tebal terkecil bagian yang
disambungkan).

Untuk pemasangan satu deret paku keeling yang menahan gaya normal
(tarik / tekan ) dimana deretan paku keeling berada pada garis gerja
gaya, ternyata untuk satu deret yang terdiri ≤ 5 buah paku keling
masing-masing paku menahan gaya relatif sama. Jadi gaya normal yang
harus ditahan dibagi sama rata oleh kelima paku keeling tersebut.
Namun jika banyaknya paku keling dalam satu deret lebih dari 5 buah
maka masing-masing paku keling menahan gaya yang besarnya mulai
tidak sama rata. Oleh karena itu jika dalam perhitungan paku keling /
baut dalam konstruksi ambungan ketemunya memerlukan lebih dari 5
buah paku/baut, maka harus dipasang dalam susunan 2 deret atau lebih.
2) Pada sambungan yang terdiri dari satu baris baut, jarak dari sumbu ke
sumbu dari 2 baut yang berurutan tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak
boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t. Jika sambungan terdiri dari lebih satu
baris baut yang tidak berseling, maka jarak antara kedua baris baut itu dan
jarak sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan pada satu baris tidak
boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t.
2,5 d < s < 7 d atau 14 t
2,5 d < u < 7 d atau 14 t
1,5 d < s1 < 3 d atau 6 t
3) Jika sambungan terdiri dari lebih dari satu baris baut yang dipasang
berseling, jarak antara baris-baris buat (u) tidak bole kurang dari 2,5 d dan
tidak boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t, sedangkan jarak antara satu
baut dengan baut terdekat pada baris lainnya (s2) tidak boleh lebih besar
dari 7 buah.
d – 0,5 u atau 14 t – 0,5 u.
2,5 d < u < 7 d atau 14 t
s2 > 7 d – 0,5 u atau 14 t – 0,5 u
Beberapa pedoman atau cara pemasangan Paku Keling, antara lain yaitu;
1) Plat yang akan disambung dibuat lubang, sesuai diameter paku keling
yang akan digunakan. Biasanya diameter lubang dibuat 1.5 mm lebih
besar dari diameter paku keling.
2) Paku keling dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan disambung.
3) Bagian kepala lepas dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan
disambung.
4) Dengan menggunakan alat atau mesin penekan (palu), tekan bagian
kepala lepas masuk ke bagian ekor paku keling dengan suaian paksa.
5) Setelah rapat/kuat, bagian ekor sisa kemudian dipotong dan
dirapikan/ratakan.
6) Mesin/alat pemasang paku keling dapat digerakkan dengan udara,
hidrolik atau tekanan uap tergantung jenis dan besar paku keling yang
akan dipasang.

Gambar 12-9: Pemasangan Paku Keling


2.2.1 Sambungan Las
Sambungan las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam
paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi
tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan
setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.
Dalam cara pengelasan yang digunakan kawat elektroda logam yang
dibungkus dengan fluks, bahwa busur listrik terbentuk di antara logam induk
dan ujung elektroda. Karena panas dari busur ini maka logam induk dan
ujung elektroda tersebut mencair dan kemudian membeku bersama. Proses
pemindahan busur elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair dan
membentuk butir-butir yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Bila
digunakan arus listrik yang besar maka butiran logam cair yang terbawa
menjadi halus, sebaliknya bila arusnya kecil maka butirannya menjadi besar.

Gambar 12-10 : Pemindahan Logam Cair

Metoda pengelasan diklasifikasikan berdasarkan metoda pemanasan untuk


mencairkan logam pengisi serta permukaan yang disambung.
1) Electric Arc Welding : panas diaplikasikan oleh busur listrik antara
elektroda las dengan benda kerja (lihat gambar di atas). Berdasarkan (1)
aplikasi logam pengisi dan (2) perlindungan logam cair thd atmosfir,
electric arc welding diklasifikasikan menjadi : a). Shielded Metal Arc
welding (SMAW); b). Gas Metal Arc Welding (GMAW) c). Gas Tungsten
Arc Welding (GTAW) d). Flux-cored Arc Welding (FCAW) dan e).
Submerged Arc Welding (SAW).
2) Resistance Welding : arus listrik meng-generate panas dengan laju I2R,
melalui kedua permukaan benda kerja yang disambung. Kedua benda di
cekam dengan baik. Tidak diperlukan adanya logam pengisi atau shield,
tetapi proses pengelasan dapat dilakukan pada ruang vakum atau dalam
inert gas. Metoda pengelasan ini cocok untuk produksi masa dengan
pengelasan kontinu. Range tebal material yang cocok untuk pengelasan
ini adalah 0,004 s/d 0,75 inchi.
3) Gas Welding : umumnya menggunakan pembakaran gas oxyacetylene
untuk memanaskan logam pengisi dan permukaan benda kerja yang
disambung. Proses pengelasan ini lambat, manual sehingga lebih cocok
untuk pengelasan ringan dan perbaikan.
4) Laser beam welding : plasma arc welding, electron beam welding, dan
electroslag welding : adalah teknologi pengelasan modern yang juga
menggunakan metoda fusi untuk aplikasi yang sangat spesifik.
5) Solid state welding : proses penyambungan dengan mengkombinasikan
panas dan tekanan untuk menyambungkan benda kerja. Temperatur
logam saat dipanaskan biasanya dibawah titik cair material.

Sambungan las terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai macam variasi
dan kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah
sambungan sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut (corner), dan sisi
(edge), namun secara umum di dalam konstruksi baja bangunan, dikenal 2
macam yaitu; Las Tumpul dan Las Sudut, sebagai berikut :
a) Las Tumpul : adalah bentuk las sambungan memanjang atau melebar.
b) Las Sudut : adalah bentuk las sambungan menyudut.

Gambar 12-11:Jenis dasar sambungan sebidang


Simbol las diberikan pada gambar teknik dan gambar kerja sehingga
komponen dapat difabrikasi secara akurat. Simbol las distandardkan oleh
AWS (American Welding Society). Komponen utama simbol las sesuai
dengan standard AWS adalah (1) Reference line, (2) tanda panah, (3) basic
weld symbols, (4) dimensi dan data tambahan lainnya, (5) supplementary
symbols, (6) finish symbols, (7) tail, dan (8) spesifikasi atau proses. Simbol
las selengkapnya ditunjukkan pada gambar di bawah ini, aplikasi simbol las
dan ilustrasi hasil bentuk konfigurasi sambungan.

Gambar 12-12 : Las Tumpul Sambungan Memanjang atau Melebar


Gambar 12-13: Bentuk Las Sudut

Las sudut 4 – 96 = Las sudut dengan tebal 4 mm panjang 96 mm. Las sudut
4 – ( 160 + 77 ) /40 = Las sudut dengan tebal 4 mm panjang dipecah, 2
bagian masing-masing 160 mm dan 77 mm berjarak 40 mm.
Gambar 12-14 : Notasi Gambar Las

Las fillet, (a) angka menunjukkan ukuran leg, (b) menunjukkan jarak

Konfigurasi pengelasan tipe butt atau groove (a) square, (b) V tunggal dengan
root 2mm dan sudut 600, (c) V ganda, (d) bevel
Gambar 12-15: Konfigurasi Fillet Weld dengan berbagai kondisi

Sambungan temu (butt joint) atau sebidang dipakai terutama untuk


menyambung ujung-ujung plat datar dengan ketebalan yang sama atau
hampir sarna. Keuntungan utama jenis sambungan ini ialah menghilangkan
eksentrisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal. Bila digunakan
bersama dengan las tumpul penetrasi sempurna (full penetration groove
weld), sambungan sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum dan
biasanya lebih estetis dari pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya
ialah ujung yang akan disambung biasanya harus disiapkan secara khusus
(diratakan atau dimiringkan) dan dipertemukan secara hati-hati sebelum
dilas. Hanya sedikit penyesuaian dapat dilakukan, dan potongan yang akan
disambung harus diperinci dan dibuat secara teliti. Akibatnya, kebanyakan
sambungan sebidang dibuat di bengkel yang dapat mengontrol proses
pengelasan dengan akurat.
Sambungan saling tumpang (lap joint) merupakan jenis yang paling umum.
Sambungan ini mempunyai dua keuntungan utama, yaitu mudah
disesuaikan dan mudah disambung. Lap joint menggunakan las sudut
sehingga sesuai baik untuk pengelasan di bengkel maupun di lapangan.
Potongan yang akan disambung dalam banyak hal hanya dijepit (diklem)
tanpa menggunakan alat pemegang khusus. Keuntungan lain sambungan
tumpang adalah mudah digunakan untuk menyambung plat yang tebalnya
berlainan. Jenis sambungan T dipakai untuk membuat penampang bentukan
(builtup) seperti profil T, gelagar plat (plat girder), pengaku tumpuan atau
penguat samping (bearing stiffener), penggantung, konsol (bracket). Jenis
sambungan ini terutama bermanfaat dalam pembuatan penampang yang
dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las sudut maupun las
tumpul.

Gambar 12-16 : Hubungan Sambungan Baja Menggunakan Las


Beberapa keunggulan dan kelemahan las baja profil, dimana bahwa secara
teoritis dapat menghasilkan kekuatan sambung yang sama dengan
penampang aslinya, artinya tidak ada pengurangan kekuatan. Ini khususnya
jika berbicara tentang butt-weld atau las tumpul. Jadi jika ada suatu
sambungan yang ingin kita uji kekuatan las, dan cara me-lasnya memakai
butt-weld maka ketika diuji tarik, yang rusak pasti bagian lain dan bukan di
tempat sambungan las tersebut dikerjakan. Beberapa kelebihan sambungan
las dibandingkan sambungan baut-mur atau sambungan keling (rivet) adalah
lebih murah untuk pekerjaan dalam jumlah besar, tidak ada kemungkinan
sambungan longgar, lebih tahan beban fatigue, ketahanan korosi yang lebih
baik.

Kelemahan sistem sambungan las hanya dalam pelaksanaannya. Kita tidak


bisa memeriksa sempurna tidaknya suatu hanya dari penampakan luar, tapi
dari prosesnya. Kecuali tentunya dengan alat-alat khusus, seperti X-ray, uji
gelombang atau semacamnya, yaitu menentukan homogenitas bahan yang
disambung. Jadi apakah seluruh penampang telah ter-las dengan baik, atau
hanya bagian luarnya saja yang tebal. Sedangkan kelemahannya antara lain
adalah adanya tegangan sisa (residual stress), kemungkinan timbul distorsi,
perubahan struktur metalurgi pada sambungan, dan masalah dalam
disasembling.

3. Pekerjaan Kuda-kuda Baja Profil

Pada perhitungan struktur atap gedung dari kuda-kuda baja profil, dalam
perencanaan konstruksinya direncanakan dengan menggunakan pedoman
dan ketentuan, sesuai dengan Pedoman Perencanaan Bangunan Baja
Indonesia (PPBBI), dan SK SNI untuk baja tahun 2002. Penggunaan baja
profil untuk konstruksi dengan bentang yang lebar, misalanya 15-20 meter,
pemilihan material baja sangatlah tepat karena sambungan untuk batang
tekan dan tariknya akan lebih kuat, kemudian dalam pekrjaan juga lebih
mudah dan cepat. Panjang baja profil yang umum di pasaran yaitu, 12
meter, tentu untuk kebutuhan lebih panjang dibutuhkan sambungan baja,
yang kita kenal dengan tiga jenis sambungan yaitu sambungan baut, paku
dan las.

Perhatikan gambar di bawah ini. Gambar A: Menunjukkan rencana


bangunan gudang dari baja, terlihat skesa tampak depan penutup atap
model pelana, terlihat sudut kemiringan atap dengan besar sudut α ,
kemudian gambar B: adalah rencana kuda-kuda atap dari baja, yang
memiliki sambungan (hubungan ) pada titik buhul, yang seluruhnya
persambungan tersebut harus dihitung kekuatannya, dan dipahami teknik
persambungannya.

Gambar 12-17: Rencana Kuda-kuda Baja

Kemudian pada gambar c: adalah gambar denah atap, dari sini dapat
direncanakan rangka atap, seperti susunan dan dimensi gording, ini juga
tergantung dari jenis penutup atap yang digunakan. Pada perencanaan
bangunan gudang dari baja ini direncanakan penutup atap jenis seng atau
asbes, tentu hanya membutuhkan konstruksi penutup atap gording saja,
berbeda dengan jenis atap genteng. Untuk atap genteng, digunakan
pedoman, sbb:
 Kemiringan atap : 30° ≤ α ≤ 60°
 α ≥ 60° : dipakai genteng khusus, dipaku pada reng
 α ≤ 30° : dipakai genteng dengan presisi tinggi, dan diberi lapisan aluminium
foil di bawah reng.
 Usuk dan reng harus mampu memikul beban hidup merata q dan
terpusat p
Untuk penutup atap dari jenis; Seng Gelombang, Asbes Gelombang, dan
spandeks
 semakin kecil α, overlap semakin besar
 kemiringan atap lebih bebas ; 5° ≤ α ≤ 90°
 semakin kecil α, overlap semakin besar overlap : Pada arah mengalir air
dan pada // arah mengalir air

Gambar 12-18 : Hubungan Titik Buhul (Paku, Baut dan Las)


Gambar 12-19 : Konstruksi Batang Tekan dan Tarik

Gambar 12-20 : Hubungan Konstruksi Gording dan Kaso Baja

Gambar 12-21 : Perletakan Gording dengan Kaki Kuda-kuda


3.1 Perencanaan Gording Baja

Gambar 12-22 : Rencana Gording Baja Profil

Perhitungan Gording, perhitungan gording dihitung dimensi berdasarkan


beban-beban yang diterima, seperti;
 Beban mati, yaitu berat sendiri atap, berat sendiri gording dan alat-
alat pengikat atau bahan yang ada melekat pada atap dan gording
 Beban hidup (daftar sesuai fungsi) Beban hidup (L) : sesuai peraturan
pembebanan; a) Terbagi rata : q = (40 – 0,8 α) ≤ 20 kg/m2, b) Beban
terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari beban air hujan,
dimana adalah sudut kemiringan atap dalam derajat. Beban
tersebut tidak perlu ditinjau bila kemiringan atapnya lebih dari 500.
 Beban terpusat P= 100 kg (beban orang saat pelaksanaan/perawatan)
 Beban Angin (W) lihat Peraturan Pembebanan, besarnya tergantung
dari daerah (wilayah) dan sudut α.

Beberapa baja profl yang sering digunakan sebagai gording, dapat dilihat
contoh nama, bentuk, jenis dan spesifikasi gambar di bawah ini.
Contoh Perhitungan Gording
Data - data yang digunakan dalam contoh ini adalah data sembarang,
hanya sebagai contoh untuk memahami filosopi bagaimana gording
direncanakan sehingga memenuhi ketentuan perhitubgan struktur.

1) Diketahui:
 Bentang rangka atap = 30 m
 Jarak kuda – kuda ( λ ) =3m
 Berat atap genteng biasa = ±24 Kg/m
 Jarak gording = 5,303 m
 Beban angin ( W ) = 70 Kg/m2
 Beban Berguna ( P ) = 70 Kg

2) Mencari Dimensi Gording


Perhitungan dengan sistem coba-coba yang mendekati ke perhitungan,
dikarenakan data karaktersitik baja profil, telah di dapat dari daftar baja yang
tersedia.
Dicoba gording INP.30, Data Profil F = 69,1 Cm2; G = 54,2 Kg/m; Ix = 9800
Cm4; Iy = 451 Cm4; Wx = 653 Cm3, dan Wy = 72,2 Cm3

Gambar 12-23 : Perencanaan Gording baja

Perhitungan Pembebanan Gording


a) Beban Mati ; -
 Berat sendiri gording = 1 × 54,2 = 54,2 Kg/m
 Berat penutup atap = ( a × berat sendiri atap × 1 )
= 5,303 × 24 × 1 = 127,272 Kg/m
 q1 = 54,2 + 127,272 = 181,472 Kg/m
 Brancing 10 % . q1 = 10 % . 181,472
 q2 = 18,147 Kg/m
 q total = q1 + q2 = 181,472 + 18,147 = 199,619 Kg/m
b) Beban Berguna ( P ) = 70 Kg
c) Beban Angin:
 Angin tekan: c = 0,02 α – 0,4 = 0,02. 45 – 0,4 = 0,5
 Angin Isap = c’ = - 0,4
 Beban angin tekan W = c × w × a × 1 = 0,5 × 70 × 5,303 × 1 =
185,605 Kg/m
 Beban angin isap W’ = c ‘ × w × a × 1 = -0,4 × 70 × 5,303 × 1 = -
148,484 Kg/m

Perhitungan Momen Gording

Rumus-rumus:

 qy = q cos α  qx = q sin α
 Mqy = 1/8 . qy .λ2
 Mqx = 1/8 . qx . λ2

 Py = P cos α  Px = P sin α
 MPy = 14 . Py .λ
 MPx = 14 . Px .λ

Perhitugan Beban Mati:


qy = q cos α = 199,619 cos 45° = 141,152 Kg/m
qx = q sin α = 199,619 sin 45° = 141,152 Kg/m
Mqy = 1/8 . qy .λ2 = 18 . 141,152 . 32 = 158,796 Kg/m
Mqx = 1/8 . qx . λ2 = 18 . 141,152 . 32 = 158,796 Kg/m
Perhitungan Beban Berguna:
Py = P cos α = 70 cos 45° = 49,497 Kg
Px = P sin α = 70 sin 45° = 49,497 Kg
MPy = 14 . Py .λ = 14 . 49,497 . 3 = 37,123 Kg/m
MPx = 14 . Px .λ= 14 . 49,497 . 3 = 37,123 Kg/m

Perhitunga beban Angin:

Angin tekan
Wy = W = 185,605 Kg/m  Wx = 0 ,
MWy = 18 . wy . λ2 = 18 . 185,605 . 32 = 208,806 Kg/m  MWx = 0
Angin isap
Wy’ = W’ = -148,484 Kg/m Wx’ = 0
MWy’ = 18 . wy’ . λ2 = 18 .-148,484. 32 = - 167,045 Kg/m  MWx’ =
0

Kontrol Terhadap Tegangan


Data :
σ = 1600 Kg/cm2
Mx = 195,919 Kg.m = 19591,9 Kg.cm; My = 404,725 Kg.m = 40472,5
Kg.cm
Wx = 653 cm3  Wy = 72,2 cm3

19591,9653+40472,572,2 ≤ σ  590,564 Kg/cm2 ≤ 1600 Kg/cm2


Aman !

Kontrol Terhadap Lendutan


Data :
E = 2,1 x 106 Kg/cm2
qx = 141,152 Kg/m = 1,41152 Kg/cm2
g/m = 1,41152 Kg/cm2
Px = 49,497 Kg
Py = 49,497 Kg
Ix = 9800 cm4
Iy = 451 cm4
λ = 3 m = 300 cm

Lendutan Arah Sumbu x


δx = 5/384.𝑞𝑥.𝜆⁴𝐸.𝐼𝑥+1/48.𝑃𝑥.𝜆³𝐸.𝐼𝑥
= 5384.1,41152.300⁴2,1𝑥106.9800+148.49,497.300³2,1𝑥106.9800
= 0,008605 cm

Lendutan Arah Sumbu y


δy = 5/384.𝑞𝑦.𝜆⁴𝐸.𝐼𝑦+1/48.𝑃𝑦.𝜆³𝐸.𝐼𝑦
= 5384.1,41152.300⁴2,1𝑥106.451+148.49,497.300³2,1𝑥106.451
= 0,186583 cm
δ = √𝛿𝑥2+ 𝛿𝑦2 = √0,0086052+ 0,1865832 = 0,18678 cm
δ ≤ 1250 . λ
≤ 1250 . 300
0,18678 cm ≤ 1,2 cm  Aman !
4. Konstruksi Kuda-Kuda Baja Ringan

Penggunaan baja ringan juga efektif dan efisien dalam biaya. Salah satunya,
kemudahan dalam pengangkutan atau transportasi, karena produk ini
dikemas sedemikian rupa. Secara umum, sifat baja ringan adalah ringan,
kuat dalam sistem terintegrasi, memiliki struktur fleksibel dan mampu
menghadapi getaran, serta tidak menjalarkan api. Keuntungan-keuntungan
ini sebenarnya sudah cukup meyakinkan masyarakat untuk
menggunakannya. Baja ringan sebagai material pembuat rumah semakin
popular, bahan yang terbukti lebih tahan terhadap goncangan gempa
tersebut juga kian luas digunakan, tidak hanya untuk bangunan-bangunan
darurat pasca bencana, namun juga untuk rumah-rumah mewah di kota
besar.

Banyaknya produk baja ringan yang beredar di pasaran tidak berarti


memudahkan konsumen dalam menentukan pilihan yang tepat, dikarenakan
masing-masing merk tentu saja mengaku sebagai produk unggulan yang
paling baik diantara yang lainnya. Semakin banyaknya merk baja ringan
yang beredar di pasaran membuat konsumen atau pemakai baja ringan di
Indonesia menjadi bingung dalam menentukan pilihan. Dalam memilih
rangka atap baja ringan yang berkualitas, perlu diperhatikan beberapa hal
penting sebagai berikut: Mutu Baja, karena ketebalan profil baja ringan
sangat tipis (yang beredar di Indonesia berkisar 0,5 sampai 1 mm), bahan
baja yang harus dipakai adalah baja mutu tinggi atau biasa disebut High
Tension Steel, umumnya (standar) G550, artinya Yield Strength maupun
Tension Strength dari baja tersebut minimal 550 MPa. (”minimal” tidak sama
dengan “rata-rata” dengan kata lain sewaktu diuji tarik di laboratorium,
tension strength-nya tidak boleh kurang dari 550 MPa) Lapisan Anti Karat.

Lapisan anti karat yang umumnya dipakai adalah lapisan Z (Zinc) yang
sering disebut Galvanis atau lapisan AZ (Aluminum dan Zinc). Masing-
masing lapisan punya kelebihan maupun kekurangan sendiri. Banyak orang
salah mengerti bahwa bahan Aluminum Zinc lebih baik daripada Zinc
(Galvanis), padahal yang menentukan adalah ketebalan lapisan yang
dipakai, bukan jenisnya. Untuk mencapai taraf ketahanan yang relatif setara,
ketebalan lapisan Zinc yang dipakai harus lebih tebal daripada Aluminum
Zinc. Standar umum untuk bahan struktural (menanggung beban), ketebalan
lapisan Aluminum Zinc tidak boleh kurang dari 100 gram/m2 (AZ 100)
sedangkan untuk lapisan Zinc (Galvanis) tidak kurang dari 200 gram/m2 (Z
200).

Untuk masing-masing jenis penutup atap seperti genteng keramik, beton,


metal, seng aluminium, onduline, fiberglass atau asbes, dan jenis penutup
atap lain. Pemilihan jenis serta ukuran atau dimensi, ketebalan serta
konstruksi rangka kuda-kuda atap baja ringan yang digunakan berbeda
disesuaikan dengan berat material penutup atap. Semakin berat material
penutup atap, semakin besar atau tebal dimensi yang dibutuhkan. Begitu
pula sebaliknya, bila penutup atap ringan tentu kebutuhan dimensi baja
ringan akan semakin keci. Ketelitian merancang dan mengaplikasikan
penggunaan baja ringan, sangat diperlukan. Carilah dan temukan informasi
dimensi Reng (roof batten) dan Kanal C (c channel) rangka yang akan
dipasang. Semakin besar/tebal Reng dan Kanal C rangka, semakin besar
pula beban yang dapat ditanggung oleh rangka, semakin kecil dimensi C
channel, semakin minim pula kesanggupan rangka untuk menanggung total
beban penutup atap.

Bentuk profil baja ringan, mempunyai banyak bentuk, yang umum digunakan
adalah baja ringan berbentuk "Canal" atau "C", dan bentuk lain yang dikenal
dan diproduksi pabrik seperti bentuk omega. Bentuk profi baja ringaan ini
dapat dipergunakan sebagai penyusun konstruksi baja ringan dengan
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penampang profil ini juga sudah
digunakan pada baja konvensional jauh sebelulm istilah baja ringan hadir
yang hingga saat ini masih dipakai. Pada profil C kelebihan utamanya adalah
pada saat digabungkan, dua profil C yang saling berhadapan disatukan
menjadi "box" atau "kotak".
Gambar 12-24 : Profil Baja Ringan “C” dan “Box”

Gambar di atas menunjukkan profil baja ringan berpenampang C single,


dan gambar di sebelahnya menunjukkan gambar profil C yang digabungkan
menjadi satu, sehingga membentuk box/kotak. Profil Canal "C" digunakan
sebagai rangka utama pada konstruksi kuda-kuda baja ringan. Sementara
untuk konstruksi pendukung seperti reng sebagai tempat kedudukan penutup
atap/genteng digunakanlah profil "Omega". Dimensi ukuran, seperti tebal baja
ringan yang lazim digunakan pada konstruksi baja ringan ini umumnya
memiliki ketebalan 0.75mm hingga 1.00 mm pada batang utama kuda-kuda
konstruksi. Sedang pada batten/reng ketebalan yang digunakan mulai 0.40
hingga 0.60mm. Sementara untuk ukuran tinggi profil juga bervariasi mulai
dari 70mm hingga 100mm, dan pada batten/reng tinggi mulai 31mm hingga
60mm. Variasi ukuran ini ditujukan menyesuaikan dengan kebutuhan lebar
bentang rangka yang berhubungan dengan beban/kekuatan yang
disokongnya.

Profil Omega
Gambar 12-25 : Profil Omega dan Canal

Beberapa keuntungan menggunakan rangka atap baja ringan, antara lain


yaitu;
1) Biaya lebih murah; Karena bobot konstruksi atap baja ringan yang ringan
maka dibandingkan kayu, beban yang harus ditanggung oleh struktur di
bawahnya lebih rendah.
2) Tahan Karat
3) Rangka atap Baja ringan bersifat tidak merembeskan api ( non-
combustible)
4) Konsumen tidak perlu kuatir Rangka atap baja ringan dimakan rayap.
5) Pemasangan Rangka atap baja ringan relatif sangat cepat apabila
dibandingkan rangka kayu.
6) Desain atap baja ringan fleksibel mengikuti desain atap yang ada
7) Rangka atap baja ringan bebas biaya pemeliharaan
8) Lebih presisi sebab standar bentuk sama sehingga atap baja ringan lebih
rata
9) Hasil terpasang atap baja ringan lebih rata atau flat jadi pemasangan
genteng lebih rapi dan lebih bagus

4.1 Bagian Konstruksi Kuda-kuda Baja Ringan

Gambar 12-26 : Rangka Kuda-kuda Baja Ringan

Bagian-bagian Konstruksi Kuda-kuda


 Bearing/ Support point: Titik simpul pada suatu kuda-kuda yang
difungsikan sebagai tumpuan/perletakan kuda-kuda. Tumpuan kuda-kuda
minimal berjumlah dua buah, dan dipilih dari panel point yang berada di
atas struktur penopang kuda-kuda (kolom atau ringbalk).
 Pitch: Sudut kemiringan atap (dalam derajat).
 Overhang: : Perpanjangan dari batang utama atas, yang melewati posisi
tumpuan rangka atap.
 Clear span: : Jarak horisontal antara dua sisi dalam pada tumpuan kuda-
kuda
 Apex: : Titik simpul yang berada di puncak kuda-kuda (truss).
 Heel joint: : Titik simpul yang merupakan pertemuan antara batang utama
atas dan bawah
 Panel point Titik simpul yang merupakan pertemuan beberapa elemen
batang pada suatu struktur kuda-kuda.
 Span: Jarak horisontal antara as/sumbu ke as/sumbu tumpuan kuda-kuda.
 Top chords: : : Batang-batang utama yang terletak di bagian atas dari
kuda-kuda
 Bottom chords: Batang-batang utama yang terletak di bagian bawah dari
kuda-kuda
 Webb: Batang-batang yang terletak di bagian dalam dari kuda-kuda
.

Detail Hubungan Sudut Kemiringan Atap (Pitch)

Gambar 12-27 : Hubungan Sudut Baja Ringan


III. Evaluasi pekerjaan konstruksi kayu

A. Sambungan Kayu

Kayu adalah bahan kontruksi yang banyak dipakai di dalam pembangunan


rumah dan gedung, kayu banyak dipilih karena kayu mempunyai bentuk dan
warna alami yang lembut dan artistik.Sebagai bahan pelengkap bangunan,
kayu banyak digunakan untuk komponen rangka atap, kuda-kuda, rangka
plafon, loteng, pintu dan jendela.Kayubanyak dipakai dalam pembuatan
perabotan rumah tangga. Pada pembangunan rumah atau gedung, kayu
sering kali memerlukan sambungan perpanjang untuk memperpanjang kayu
atau sambungan buhul untuk menggabungkan beberapa batang kayu pada
satu buhul/joint. Sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang
disambung sehingga menjadi satu batang kayu panjang atau mendatar
maupun tegak lurus dalam satu bidang datar atau bidang dua dimensi.
Sedangkan yang disebut dengan hubungan kayu yaitu dua batang kayu atau
lebih yang dihubung-hubungkan menjadi satu benda atau satu bagian
konstruksi dalam satu bidang (dua dimensi) maupun dalam satu ruang
berdimensi tiga.

Sambungan kayu dibagi dalam 3 kelompok yaaitu; a). Sambungan kayu arah
memanjang, b). Hubungan kayu yang arah seratnya berlainan (menyudut),
c). Sambungan kayu arah melebar (sambungan papan). Sambungan
memanjang digunakan untuk menyambung balok tembok, gording dan
sebagainya. Hubungan kayu banyak digunakan pada hubungan-hubungan
pintu, jendela, kuda-kuda dan sebagainya. Sedangkan sambungan melebar
digunakan untuk bibir lantai,dinding atau atap. Jenis sambungan memanjang
terdiri dari;
1) Sambungan mendatar dan tegak lurus.
2) Sambungan bibir lurus
3) Sambungan bibir lurus berkait
4) Sambungan bibir miring
5) Sambungan bibir miring berkait
6) Sambungan memanjang balok kunci
7) Sambungan memanjang kunci jepit
8) Sambungan tegak lurus.

Sambungan Bibir Lurus, sambungan ini digunakan bila seluruh batang


dipikul, misalnya balok tembok. Pada sambungan ini kayunya banyak
diperlemah karena masing-masing bagian ditakik separuh kayu.

Beberapa pedoman atau ketentuan yang perlu diperhatikan dalam


sambungan kayu, antara lain adalah;
1) Sambungan harus sederhana dan kuat, harus dihindari takikan besar dan
dalam, karena dapat mengakibatkan kelemahan kayu dan diperlukan batang-
batang kayu berukuran besar, sehingga dapat merupakan pemborosan.
2) Harus memperhatikan sifat-sifat kayu, terutama sifat menyusut,
mengembang dan tarikan.
3) Bentuk sambungan dari hubungan konstruksi kayu harus tahan terhadap
gaya-gaya yang bekerja.

Ditinjau dari sudut konstruksi, sambungan merupakan bagian terlemah dari


suatu konstruksi kayu. Kegagalan konstruksi kayu sering desebabkan oleh
gagalnya sambungan dari pada kegagalan material kayu itu sendiri.
Beberapa hal yang menyebabkan rendanya kekuatan sambungan pada
konstruksi kayu, disebabkan oleh :
1) Terjadinya pengurangan luas tampang. Pemasangan alat sambung seperti
baut, pasak dan hubungan gigi akan mengurangi luas efektif penbampang
kayu yang disambung, sehingga kuat dukung batangnya akan lebih rendah
bila dibandingkan dengan batang yang berpenampang utuh. T
2) Terjadinya penyimpangan arah serat. Pada buhul sering kali terjadi gaya yang
sejajar serat pada satu batang, tetapi tidak sejajr serat dengan batang yang
lain. Karena kekuatan kayu yang tidak sejajar serat lebih kecil dari pada yang
sejajar serat, maka kekuatan sambungan harus didasarkan pada kekuatan
kayu yang tidak sejajar serat (kekuatan yang terkecil).
3) Terbatasnya luas sambungan. Kayu memiliki kuat geser sejajar serat yang
kecil, sehingga mudah patah apabila beberapa alat sambung dipasang
berdekatan. Oleh karena itu, dalam penempatan alat sambung disyaratkan
jarak minimal antara alat sambung agar kayu terhindar dari kemungkinan
pecah. Dengan adanya ketentuan jarak tersebut, maka luas efektif
sambungan (luas yang dapat digunakan untuk penempatan alat sambung)
akan berkurang dengan sendirinya.

1. Alat-Alat Penyambung Kayu

Pada umumnya dalam penyambungan kayu diperlukan alat-alat


penyambung. Untuk memperoleh penyambungan yang kuat diperlukan alat-
alat sambung yang baik dengan cirri-ciri sebagai berikut :
1) Mudah dalam pemasangannya,
2) pengurangan luas kayu yang digunakan untuk menempatkan alat sambung
relative kecil atau bahkan nol,
3) Memilki nilai banding antara kuat dukung sambungan dengan kuat ultimit
batang yang disambung yang tinggi,
4) Menunjukkan perilkau pelelehan sebelum mencapai keruntuhan (daktail),
serta memiliki angka penyebaran panas (thermal conductivity) yang rendah.

1.1 Sambungan dengan paku

Alat sambungan paku sering dijumpai pada struktur dinding, lantai,


danrangka. Paku tersedia dalam bentuk dan ukuran yang bermacam-
macam. Pakubulat merupakan jenis paku yang mudah diperoleh meskipun
kuat dukungnyarelatif lebih rendah bila dibandingkan dengan paku yang
berulir (deform).Umumnya diameter paku berkisar antara 2,75 mm sampai 8
mm dan panjangnyaantara 40 mm sampai 200 mm. Angka kelangsingan
paku (nilai banding antarapanjang terhadap diameter) sangat tinggi
menyebabkan mudahnya paku untukmembengkok saat dipukul.
Gambar 13-1 :Jenis-jenis paku

Agar terhindar dari pecahnya kayu, pemasangan paku dapat


didahuluidengan membuat lubang penuntun yang berdiameter 0,9D untuk
kayu denganberat jenis diatas 0,6 dan berdiameter 0,75D untuk kayu
dengan berat jenisdibawah atau sama dengan 0,6 (D adalah diameter paku).
Pemasangan paku dapatdilakukan secara cepat dengan menggunakan
mesin penekan (nail fasteningequipment).

Dibandingkan dengan sambungan baut maka sambungan dengan paku :


1) Mempunyai efesiensi yang lebih besar
2) Memberi pelemahan yang lebih kecil yaitu kira-kira 10%, yang sering kali
diabaikan saja.
3) Kekuatan tidak tergantung arah serat, dan pengaruh cacat-cacat kayu juga
kurang adalah lebih kaku beban-beban pada penampang lebih merata
untuk kayu yang tidak terlalu keras dan bila kayu yang harus
disambungtidak terlalu tebal, maka tidak perlu dibor, sehingga dapat
dikerjakan oleh setengah tukang.
Gambar 13-2: Model Sambungan Paku

Banyak teori dan hasil pengujian mengenai sambungan paku, teori umum
dapat didasarkan atas lenturan seperti balok yang dipengaruhi daya
penahan terhadap lentur dan kokoh desak kayu, dan tarikan dalam paku.
Dalam PKKI syarat-syarat serta cara-cara perhitungan dan perencanaan
telah ditetapkan untuk sambungan paku biasa. Untuk sambungan-
sambungan paku istimewa, seperti dengan penggunaan pelat buhul dari
plywood, cara perhitungan ini tidak dapat dipakai dan perlu diperhatikan
penyelidikan-penyelidikan baru yang telah menghasilkan rumus-rumus
dengan mengabaikan pengauh tarikan dalam paku dan menganggap beban-
beban ideal plastis.

Beberapa ketentuan dan syarat sambungan paku menurut PKKI adalah


sebagai berikut;
1) Paku yang dipergunakan dapat mempunyai tampang melintang yang
berbentuk bulat persegi atau beralur lurus.
2) Kekuatan paku bertampang bulat diberikan dalam daftar V PKKI berlaku
untuk tebal kayu seperti tertera dalam daftar, kekuatan paku tersebut tidak
tergantung dari besar sudut yaitu sudut antara arah gaya dan arah serat
kayu.
1.2 Sambungan dengan baut

Alat sambung baut umumnya terbuat dari baja lunak (mild steel)
dengankepala berbentuk hexagonal, square, dome atau flat. Diameter baut
berkisar antara 12 mm sampai 30 mm. Untuk kemudahanmemasang, lubang
baut diberi kelonggaran 1 mm. Alat sambung baut iasanyadigunakan pada
sambungan dua irisan, dengan tebal minimum kayu samping 30mm dan
kayu tengah 40 mm dan dilengkapi dengan cincin penutup.

Baut sebagai alat penyambung yang dibebani banyak dipakai meskipun


sebetulnya tidak begitu baik karenaEfisiensi rendah dan Deformasi besar.
Ketentuan dan Syarat-syarat penyambung, di Indonesia telah ditetapkan
dalam PPKI Pasal 14 sebagai berikut :
1) Alat penyambung baut harus dibuat dari baja St. 37 atau dari besi yang
mempunyai kekuatan paling sedikit seperti St. 37.
2) Lubangbaut harus dibuat secukupnya saja dan kelonggaran tidak boleh
lebih dari 1,5 mm.
3) Garis tengah baut paling kecil harus 10 mm (3/8”), sedangkan untuk
sambungan, baik bertampang satu maupun bertampang dua, dengaan tebal
kayu lebih besar dari 8 cm, harus dipakai baut dengan garis tengah paling
kecil 12,7 mm (1/2”).
4) Baut harus disertai pelar ikutan yang tebalnya minimum 0,3 d dan maksimum
5 mm dengan garis tengah 3 d, atau jika mempunyai bentuk persegi empat,
lebarnya 3 d, di mana d = garis tengah baut. Jika bautnya hanya
sebagai pelengkap, maka tebal pelat ikutan dapat diambil minimum 0,2 d dan
maksimum 4 mm.
5) Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 golongan menurut kekuatan kayu,
yaitu golongan-golongan I, II dan III
Gambar 13-3 : Alat Sambung Baut

1.3 Sambungan Dengan Perekat

Bila dibandingkan dengan alat sambung yang lain, perekat/lem termasuk alat
sambung yang bersifat getas, bagian-bagian kayu keruntuhan sambungan
dengan alat sambung perekat/lem terjadi tanpa adanya peristiwa pelelehan
Alat sambung perekat/lem umumnya digunakan pada struktur balok susun,
atau produk kayu laminasi (glue laminated timber). Sambunagn dengan
perekat/lem berlainan dengan sambungan paku, baut dan pasak. Bagian-
bagian kayu tidak disambung pada titik-titik, melainkan pada bidang-bidang,
sehingga mempunyai kekakuan yang jauh lebih tinggi. Kekakuan tersebut
merugikan dalam sambungan rangka batang, karena timbulnya tegangan-
tegangan sekunder yang besar. Akan tetapi untuk balok-balok
tersusun,sambungan dengan perekat lebih menguntungkan.
Jenis perekat (lem) untuk kayu ditinjau dari bahan pembuatanya antara lain,
adalah;
1) Bahan perekat yang berasal dari hewani, seperti Albumen, Casein, Shellac, Lilin
lebah dan Kak (Animal Glue).
2) Bahan perekat yang berasal dari tumbuhan adalah Damar Alam, Arabic Gum,
Protein, Starch, Dextrin, dan Karet Alam. Beberapa bahan perekat yang berasal
dari mineral adalah Silicate, Magnesia, Litharge, Bitemen,dan Asphalt.
3) Bahan pereket sintetis berasal dari Elastomer, Thermoplastic, dan Thermosetting.
Beberapa bahan perekat yang berasal dari Elastomer adalah Poly Chloropene,
Poly Urethane, Silicon Rubber, Polisoprene, Poly Sulphide, dan Butyl Rubber.
Beberapa bahan perekat yang berasal dari Thermoplastic adalah Ethyl Cellulose,
Poly Vinyl Acetate, Poly Vinyl Aalcohol, Poly Vinyl Chloride, Poly Acrylate, dan
Hotmelt. Beberapa bahan perekat yang berasal dari Thermosetting adalah Urea
Formaldehyde, Epoxy Polyamide, dan Phenol Formaldehyde

Berikut adalah penjelasan mengenai jenis lem sebagai bahan perekat kayu
yang banyak di kenal di pasaran.

Casein; Casein adalah zat protein yang terdapat dalam susu hewan (sapi)
sebagai hasil samping dari perusahaan keju. Larutan casein dalam bentuk
pasta banyak digunakan pada penempelan label kertas ke botol gelas.
Keistimewaan dari lem casein ini ialah hasil penempelannya bersifat tahan
terhadap kelembaban dan juga tehan terhadap air, sehingga jika botol
terendam didalam air kertas lem tidak akan lepas artinya lem casein ini
tahan terhadap air.

Starch dan Dextrin; Starch atau kanji adalah hasil dari tumbuhan, contoh
yang kita jumpai ialah terbuat dari tepung tapioka. Bahan ini sudah dikenal
sejak dahulu sebagai bahan lem, ialah dengan cara memasaknya dengan
air. Dextrin adalah hasil modifokasi secara kimia dari kanji. Kedua bahan ini
digunakan pada pembuatan kantong kertas, kotak-kotak karton, dan lain-
lain.
Poly Vinyl Acetate; Poly vinyl acetate atau disingkat PVAc adalah suatu
resin (polymer) dari hasil polimerisasi di mana sebagai bahan monomernya
adalah vinyl acetate. Lem jenis ini banyak di gunakan untuk keperluan indoor
furniture atau mebel untuk keperluan dalam ruangan, Untuk pemakaian luar
ruangan produk lem putih PVAc juga sangat bagus setelah mendapat
penambahan hardener yang membuatnya semakin kuat tanpa retak. Lem ini
bisa di gunakan untuk semua material yang mempunyai permukaan berpori.
Sifat dasarnya elastis dan bisa menyesuaikan terhadap perubahan cuaca
(Weather Reactance). Keistimewaan produk ini adalah tidak memiliki glue
line yang terlihat karena saat lem ini mengering dia berwarna bening, Lem ini
juga elastis sehingga permukaan sambungan yang bergerak atau
mengalami penyusutan minor tidak pecah, kelemahannya waktu
pengeringan yang relatif lama.

Urea Formaldehide; Urea Formaldehyde lebih banyak dipakai dibanding


yang lainnya. Urea Formaldehyde banyak dipakai pada pembuatan plywood.
Pada pemakaiannya kadang-kadang dicampur dengan tepung terigu untuk
menjadikan hasil perekatan fleksibel. Resin dicampur dengan hardener di
dalam air kemudian ditambahkan tepung terigu sebagai pengisi dan
kemudian zat katalis. Adukan ini disebarkan ke permukaan lapisan kayu
dengan rol spreader. Lapisan-lapisan kayu tipis (vinir) yang telah dispread
dengan lem urea ini kemudian disusun lapis tiga (triplek) dan dipres dengan
dipanaskan dengan steam selama 4 sampai 7 menit, dengan temperature
atau suhu dari steam antara 125 derajat hingga 140 derajat Celcius

Lem Epoxy; Jenis Lem Perkat Kayu ini adalah yang paling banyak di
gunakan, perekat ini terdiri dari 2 komponen utama yaitu Resin dan
Hardener. Sifatnya mengisi permukaan / komponen yang di sambung.
memiliki tekstur yang keras dan sangat kuat tahan air dan bahan kimia serta
tahan temperatur yang relatif tinggi. Pengeringan campuran lem ini bisa
mencapai 100 menit sebelum kemudian mengeras sempurna dan tidak
dapat di gunakan lagi, Jika kita terlalu banyak membuat campuran maka
akan sanngat tidak ekonomis. Kekurangan dari bahan lem perekat kayu
epoxy adalah memiliki "glue line" atau bekas lem yang cukup terlihat dan
juga sifat kerasnya yang justru menjadi bumerang karena jika permukaan
komponen yang di sambung bergerak sedikit saja maka lem akan pecah
(retak). untuk aplikasi luar ruangan (Outdoor Furniture ) mungkin kurang
cocok jika menggunakan bahan perekat ini.
Lem Busa (Polyurethane); Disebut lem busa karena saat sudah kering lem
ini berbentuk busa atau foam. Lem ini berbahan dasar synthetic
Polyurethane yang kuat dan tahan terhadap cuaca. Banyak di gunakan
sebagai perekat sambungan Finger Joint dan butt joint, sifanya yang
weather reactance dan mengisi rongga yang kosong pada sambungan.
Kekurangannya adalah kekuatan yang kurang untuk aplikasi pada struktur
konstruksi.

Lem Super (cyanocrylate adhesive); lem ini sebagai lem berbentuk cairan
bening dengan glue line menyesuaikan residu bahan yang direkatkannya.
Lem ini hanya diaplikasikan pada finishing produk mebel yang memerlukan
perbaikan dengan hanya sedikit waktu tersedia. Lem ini bisa mengering
dalam waktu beberapa detik saja.

Gambar 13-4 : Sambungan Kayu Dengan Perekat

2. Sambungan Kayu Memanjang

Perhatikan bagian-bagian bangunan di sekitarmu, kamu sudah mengenal


komponen, seperti kuda-kuda, lantai, pintu, tiang, dan seterusnya yang
terbuat dari kayu. Perhatikan juga apakah kayu-kayu yang terpasang
tersebut tidak semuanya utuh ?, tentu ada bagian–bagian yang disambung.
Dibandingkan dengan bahan bangunan yang lain, kayu mempunyai sifat
yang khas yaitu kekuatannya besar, kenyal, ulet, keras, dan mudah
dikerjakan. Selain itu kayu mudah terbakar, tidak tahan lembab, mudah
lapuk, dan dapat berubah bentuknya. Pemakaian kayu sebagai bahan
bangunan didasarkan pada tingkat keawetan dan kekuatannya. Karena kayu
merupakan bahan bangunan alam, maka dari pohonnya kayu dapat dibentuk
berbagai macam ukuran yang berupa balok, dan papan. Di perdagangan
ukuran kayu umumnya sudah tertentu antara lain : (ukuran dalam satuan
cm)
 6/12 ; 6/10 ; 8/12 ; 10/10 ; 15/15, disebut balok
 2/15 ; 2/20 ; 3/25 ; 3/30 ; 4/40, disebut papan
 4/6 ; 5/7 , disebut usuk atau kaso
 2/3 ; 3/4 , disebut reng
 1/3 ; 1/4 ; 1/6, disebut plat

Keterbatasan panjang kayu yang ada diperdagangan, maka untuk suatu


konstruksi kayu yang panjang diperlukan adanya sambungan kayu.
Pengertian sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling
disambungkan satu sama lain sehingga menjadi satu batang kayu yang
panjang. Pengertian hubungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang
saling dihubungkan satu sama lain pada satu titik tertentu sehingga menjadi
satu bagian konstruksi. Perlu diperhatikan syarat-syarat hubungan kayu,
antara lain : dibuat sesederhana mungkin tapi kokoh, hindari menakik kayu
yang dalam, perhatikan penempatan sambungan, harus tahan terhadap
gaya yang bekerja padanya, konstruksi sambungan dibuat yang pas, jangan
menggunakan kayu yang cacat. Pada prinsipnya sambungan kayu dapat
dibagi menjadi tiga macam yaitu ; 1) Sambungan kayu ke arah memanjang,
2) Sambungan kayu ke arah melebar, dan 3) Sambungan kayu ke arah
menyudut.Selain tiga macam sambungan kayu tersebut di atas, masih ada
lagi dua sambungan lain yaitu sambungan bersusun dan sambungan
dengan pengunci. Sambungan kayu ke arah memanjang ada dua macam
yaitu memanjang ke arah mendatar (misalnya sambungan bibir lurus,
sambungan bibir lurus berkait, sambungan bibir miring, sambungan bibir
miring berkait), dan ke arah tegak (misalnya sambungan takikan lurus,
sambungan mulut ikan, sambungan takikan lurus rangkap, sambungan
purus lurus).
Sambungan Bibir Lurus
Sambungan Bibir Lurus Berkait
Sambungan Bibir Miring
Sambungan Takikan
Sambungan Takikan Lurus
3. Sambungan Kayu Melebar
Sambungan kayu melebar ada dua macam yaitu melebar kearah horizontal
(kebanyakan digunakan konstruksi lantai) dan melebar ke arah vertikal (yang
sebagian besar digunakan pada konstruksi dinding). Materi kegiatan belajar
2 meliputi menggambar beberapa macam sambungan kayu melebar yaitu
:Sambungan lidah dan alur, Sambungan lidah lepas dan alur, Sambungan
lidah bersponing dan alur, Sambungan lidah miring dan Sambungan papan
melebar ke arah tegak.

Teknik penyambungan arah melebar bermacam-macam ada dengan perekat,


paku, alur dan lidah dengan profil. Dengan paku sambungan akan lebih rapat
walaupun terjadi susut pada papan tersebut. Bila dengan sambungan bentuk
lain khawatir ada penyusutan sehingga dinding akan kelihatan jelek, maka
dibuat lat atau profil untuk mengelabui, di samping untuk factor keindahan
dalam pemasangan. Untuk papan-papan yang akan dipergunakan sebagai
lantai atau dinding bangunan, disambung terlebih dahulu agar lantai maupun
dinding kayu dapat rapat dan kelihatan bersih. Akan tetapi sebelum membuat
sambungan hendaknya perlu diperhatikan dahulu sisi mana yang akan
disambung.

Gambar 13-5: Macam-macam Bentuk Sambungan Kayu Melebar

Sambungan Lidah Alur


Sambungan Lidah Miring
4. Sambungan Kayu Menyudut

Perhatikan dan pahami,Sambungan kayu menyudut pada garis besarnya


ada dua macam yaitu pertama yangmembentuk sudut siku dan kedua yang
membentuk sudut miring. Bentuksambungan kayu menyudut ada tiga
macam yaitu sambungan sudut,sambungan pertemuan, dan sambungan
persilangan. Materi kegiatanbelajar 3 meliputi menggambar beberapa
macam sambungan kayumenyudut yaitu :
 Sambungan takikan lurus, sambungan purus dan lubang terbuka,sambungan
purus dan lubang dengan spatpen purus alur.
 Sambungan takikan lurus ekor burung, sambungan purus danlubang terbuka,
sambungan purus dan lubang tertutup,sambungan purus dan lubang dengan
gigi tegak, sambunganpurus dan lubang dengan gigi garis bagi, sambungan
takikan lurusekor burung, sambungan Raveling ekor burung.
 Sambungan voor loef.
Gambar 13-6 : Sambungan Kayu Voor Loef
B. Pekerjaan Kusen Kayu

Setelah kita mempunyai perencanaan membangun, seperti bangunan rumah


tinggal, ruko, kantor dan lain sebagainya, selanjutnya adalah
mempersiapkan bahan material bangunan dan salah satunya adalah kusen.
Bahan untuk kusen sebuah rumah sekarang sudah bervariasi bukan hanya
menggunakan kayu saja tetapi ada yang terbuat dari logam, aluminium,
bahkan bahan lain seperti plastik, ini dapat kita lihat pada kusen dan pintu
kamar mandi yang dijual di toko, begitu prkatis,kusen dan pintu plastik siap
untuk di pasang. Walau begitu, bahan kayu msaih banyak dimintai, karena
tekstur yang unik, alami dan dapat di finishing sesuai keinginan yang
beragam,

Dalam memilih kayu sebagai bahan kusen maupun bahan jendela atau
pintu, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu kusen-kusen yang akan kita
buat, seperti:
 Kusen Pintu jenisnya dibedakan dari segi ukurannya yaitu, ada pintu
utama atau ruang tamu, pintu kamar tidur, pintu kamar mandi dan pintu
garasi disesuaikan dengan desain rumah yang ada.
 Kusen Jendela, dibedakan dari segi ukurannya yaitu, Jendela ruang
tamu, jendela kamar tidur, jendela dapur.
 Kusen Fentilasi, biasanya untuk ruang tamu, kamar tidur sama, hanya
kamar mandi dan dapur saja yang berbeda.
 Bahan daun pintu dan daun jendela.
 Bahan furnitur atau meubelir lain

Banyak jenis kayu yang akan dibuat jadi kusen, yang banyak dikenal
adalah jenis kayu Kalimantan. Jenis kayu dari pulau kalimantan biasa
dipakai dalam pembuatan meubel atau furniture juga kusen, pintu,
jendela dan lain sebagainya, dan masing-masing jenis memiliki kelebihan
dan kekurangannya, berikut jenis-kayu kalimantan yang banyak dikenal,
yaitu;
1) Kamfer samarinda; Jenis kayu yang ini sangat cocok untuk bahan daun
pintu minimalis, karena kayu ini biasanya dapat dikeringkan dengan
oven.
2) Bengkirai; Kayu bengkirai merupakan salah satu jenis kayu yang
berkualitas bagus, kayu bengkirai mudah diproses seperti diserut,
dipotong, diukirdan lain lainl. Oleh sebab itu, banyak orang yang
memasukkan kayu bengkirai ini ke dalam golongan jenis-jenis kayu
pertukangan.Dan dalam prakteknya, saat ini banyak sekali orang-orang
yang menggunakankayu bangkirai ini untuk memproduksi beraneka
macam produk dari kayu. Kayu bengkirai identik dengan kayu kuat,
karena kayu jenis ini biasanya berbobot lebih berat dan keras, namun
kayu ini rentan tehadap cuca panas yang biasanya menyebabkan retak
pada permukaan kayu.
3) Kruing; Jenis kayu ini biasanya berwarna coklat memiliki serat yang lurus
dan biasanya berminyak, dalam keadaan kering kayu ini mirip seperti
kamfer.
4) Meranti; Kayu meranti ada yang berwarna putih, dan coklat berserat
lurus, dan berbobot ringan.
5) Kayu Jati; kayu jati yang paling dikenal orang adalah karena keawetannya
dan daya tahannya terhadap perubahan cuaca dibandingkan dengan
jenis kayu lain, selain itu karakter serat dan warnanya memiliki ciri khas
tersendiri, kayu jati dari pulau Jawa khusunya Jawa imur seperti Jepara,
terkenal sampai ke mancanegara.
6) Mahoni.
7) Durian
8) Nangka
9) Dan lain sebagainya.

Beberapa jenis ukuran kusen kayu untuk pintu dan jendela yang umum
dikenal di pasaran, antara lain yaitu;
1) Ukuran: 5/10 5/12 5/14 5/15 cm
2) Ukuran: 6/10 6/12 6/14 6/15 cm
3) Ukuran: 7/12 cm
1) Pada pintu rangkap dengan dua daun: 8/10 8/12 8/14 8/15 cm

Beberapa jenis kusen kayu untuk pintu dan jendela yang umum dikenal di
pasaran, antara lain yaitu;
1) Kusen gundul ( satu lubang)
2) Kusen Jalusi (jalusi peregi atau bulat)
3) Kusen gendong (dua lobang/ 3-lobang)
4) Daun pintu panel
5) Daun pintu minimalis

Contoh Kusen Pintu dan Jendela Yang ada di jual di pasaran


Gambar 13-7 : Model Pintu dan Jendela

Dalam ilmu konstruksi, khusunya konstruksi kayu, dikenal bagian-bagian


Kusen kayu , yaitu;
1) Tiang (style).
2) Ambang (dorpel) pada kusen jendela terdapat ambang atas danambang
bawah sedangkan pada pintu tidak ada ambang bawah.
3) Sponneng, yaitu tempat perletakan/melekatnya daun pintu atau daun
jendela.
4) Telinga, yaitu bagian ambang (dorpel) yang masuk/ditanam kedalam tembok
yang berfungsi untuk menahan gerakan kusen kemuka atau kebelakang.
5) Alur kapur, bagian dari tiang (style) yang dialur/dicoak dengan fungsi untuk
menahan gerakan kusen kemuka atau kebelakang selain itu juga agar apabila
terjadi penyusutan, tidak timbul celah.
6) Angkur, dipasang pada tiang (style), berfungsi untuk memperkuat
melekatnya pada tembok juga menahan gerakan ke samping.dan ke muka/ke
belakang.
7) Duk (neut), dipasang pada tiang (style) di bagian bawah, khusus untuk kusen
pintu, berfungsi untuk menahan gerakan tiang ke segala arah dan melindung
tiang kayu terhadap resapan air dari latai ke atas.
Gambar 13-8: Bagian-bagian Kusen Pintu kayu

Gambar Kusen Pintu Tunggal (Gundul)


Kusen Pintu Gendong
Kusen Pintu Gendong Jalusi Melingkar
Kusen Jendela
Kusen Jendela Km/Wc
Beberapa Model Pintu dan Jendela yang banyak di jual di pasaran, berbagai
macam, ada yang belum di finshing dan ada yang telah di finishing dengan
berbagai corak dan warna.
Gambar 13-9: Model Pintu di Jual di Pasaran
1. Teknik Pemasangan Kusen Pintu

Cara pemasangan kusen pintu adalah sebagai berikut;


1) Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah
dijangkau.
2) Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal kusen terhadap as
bouwplank untuk menentukan kedudukan kusen.
3) Pasang angker pada kusen secukupnya.
4) Dirikan kusen dan tentukan tinggi kedudukan kusen pintu yaitu 2 meter dari
tinggi bouwplank.
5) Setel kedudukan kusen pintu sehingga berdiri tegak dengan menggunakan
unting-unting.
6) Pasang skur sehingga kedudukannya stabil dan kokoh.
7) Pasang patok untuk diikat bersama dengan skur sehingga kedudukan
menjadi kokoh.
8) Cek kembali kedudukan kusen pintu, apakah sudah sesuai pada tempatnya,
ketinggian dan ketegakan dari kusen.
9) Bersihkan tempat sekelilingnya.
Gambar 13-10: Pemasangan Kusen Kayu
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas!

1. Sebutkan bagian-bagian dari kusen pintu dan jendela .!


2. Sebutkan macam-macam jenis kusen!
3. Apa keguanaan sponing pada kusen kayu!
4. Apa kegunaan dari umpak (neut) pada kusen pintu

Pemasangan Kusen Jendela, Berikut beberapa langkah kerja atau


pedoman pemasangan kusen pintu kayu, adalah sebagai berikut;
1) Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah
dijangkau.
2) Rentangkan benang selebar setengah ukuran batu bata dari as bouwplank.
3) Pasang bata setengah batu setinggi dasar kusen jendela .
4) Rentangkan benang setinggi 2 meter dari bouwplank.
5) Pasang kusen jendela setinggi benang tersebut.
6) Pasang kusen jendela sampai betul-betul tegak dengan pertolongan unting-
unting.
7) Pasang skur agar kedudukannya stabil dan kuat.
8) Cek kembali posisi kusen jendela sampai terpasang pada keadaan yang
benar.
9) Bersihkan tempat sekelilingnya.
Gambar 13-11: Pemasangan Kusen Jendela pada Konstruksi
Dinding

Ambang atas

Ambang tengah

Tiang
Ambang bawah

BAGIAN-BAGIAN KUSEN PINTU DAN JENDELA


Rangkuman

 Fungsi kusen Pintu dan jendela sebagai alat sirkulasi


udara maupun cahaya dari suatu bangunan.
 Bagian-bagian yang penting dari kusen jendela:
1. Tiang
2. Ambang atas
3. Ambang bawah
4. Ambang tengah
 Kupingan/Kuping, fungsinya untuk dapat dibuat
hubungan pen yang baik hanya dibuat jika kusen
dipasang pada tembok, Jika dipasang/menempel pada
kolom, kuping ditiadakan
 Angker di buat dari besi dipasang pada tembok atau
kolom praktis. Jika kusen dipasang pada kolom utama
dari beton maka tidak perlu menggunakan angker, sebab
kusen dipasang kemudian dengan cara diselipkan dan
angker digeser antara kolom tersebut sebagai pengganti
angker dipakai sekrup “Fisher“
 Sponing kapur, adalah suatu cowakan dibuat pada
kuping, tiang sisi luar dan ambang bawah, sedangkan
pada ambang atas tidak terdapat sponing kapur hal ini
dikarenakan untuk menghindari penglihatan tembus
apabila terjadi pemuaian kayu.

2. Teknik Pemasangan Daun Pintu dan Jendela


Memasang Daun Pintu; Pintu terdiri dari kusen atau gawang dan daun
pintu. Kusen dipasang tetap atau mati di dalam tembok, sedang daunnya
digantungkan pada kusen dengan menggunakan engsel sehingga dapat
berputar pada engsel, berputar ke kiri atau ke kanan. Namun, daun pintu ada
yang tidak berputar pada engsel, melainkan bergeser didepan kusennya.
Pintu tersebur dinamakan dengan pintu geser.Kedudukan daun pintu pada
saat ditutup melekat dengan sponingpada kusen pintu, kecuali pada bagian
bawah, kedudukannyadibuat beberapa cm di atas lantai.

Ukuran Daun Pintu; Jumlah daun pintu ada yang tunggal, ada pula yang
ganda.Lebar dan tingginya daun pintu diukur dari sisi dalam kusen sampai
sisiluar kusen. Ukuran yang lazim dipakai untuk pintu adalah sebagaiberikut:
 Tinggi : 2,00-2,10 meter
 Lebar : 0,70-0,90 meter (tunggal), 0,60-0,80 meter (ganda)
 Tebal : 0,30-0,40 meter.

Cara Pemasangan, Berikut beberapa langkah kerja atau pedoman


pemasangan daun pintu kayu;
1) Ukur lebar dan tinggi kusen pintu.
2) Ukur lebar dan tinggi daun pintu.
3) Ketam dan potong daun pintu (bila terlalu lebar dan terlalu tinggi).
4) Masukkan/pasang daun pintu pada kusennya, stel sampai masuk dengan
toleransi kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar maupun kearah tinggi.
5) Lepaskan daun pintu, pasang/tanam engsel daun pintu pada tiang daun pintu
(sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah 30 cm, dan dari sisi bagian
atas 25 cm (untuk pintu dengan 2 engsel), dan pada bagian tengah (untuk
pintu dengan 3 engsel)
6) Masukkan/pasang lagi daun pintu pada kusennya, stel sampai baik
kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu tempat engsel
yang sesuai dengan engsel pada daun pintu.
7) Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu dengan cara melepas
pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang kusen
8) Pasang kembali daun pintu pada kusennya dengan memasangkan engselnya,
kemudian masukkan pennya sampai pas, sehingga terpasanglah daun pintu
pada kusen pintunya.
9) Coba daun pintu dengan cara membuka dan menutup.
10) Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu dengan cara
melepaskan pen.
11) Stel lagi sampai daun pintu dapat membuka dan menutup dengan baik, rata
dan lurus dengan kusen.
Gambar 13-12: Pemasangan Daun Pintu

Memasang Daun Jendela; Seperti halnya pintu, jendela terdiri atas kusen
atau gawang dandaun jendela. Kusen dipasang tetap atau mati di dalam
tembok, sedangdaunnya digantungkan pada kusen dengan menggunakan
engselsehingga dapat berputar pada engsel, berputar horizontal (ke kiri
dankekanan) atau berputar vertikal (ke atas dan ke bawah). Namun, ada
jenisjendela yang tetap atau mati, biasa disebut jendela mati dengan
tujuanuntuk penerangan. Kedudukan daun jendela pada saat ditutup
melekatdengan sponing pada kusen jendela.

Ukuran Daun Jendela; Jumlah daun jendela ada yang tunggal, ada pula
yang ganda.Lebar dan tingginya daun jendela diukur dari sisi dalam kusen
sampai sisiluar kusen. Ukuran yang lazim dipakai untuk pintu adalah sebagai
berikut:
1) Tinggi : 0,80-1,70 meter (menyesuaikan dengan fungsi dankondisi bangunan)
2) Lebar : 0,60-0,80 meter
3) Tebal : 0,30-0,40 meter.

Cara Pemasangan;
1) Ukur lebar dan tinggi kusen jendela.
2) Ukur lebar dan tinggi daun jendela.
3) Ketam dan potong daun jendela (bila terlalu lebar dan terlalu tinggi).
4) Masukkan/pasang daun jendela pada kusennya, stel sampai masukdengan
toleransi kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar maupunkearah tinggi.
5) Lepaskan daun jendela, pasang/tanam engsel daun jendela padatiang daun
jendela (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah15-20 cm dari bagian
tepi (untuk putaran horizontal) atau engselditanam pada bagian ambang atas
daun jendela dengan jarak 15-20cm dari bagian tepi (untuk putaran vertikal).
6) Masukkan/pasang lagi daun jendela pada kusennya, stel sampai
baikkedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang/ambang atas
jendelatempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun jendela.
7) Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun jendela dengan caramelepas
pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang/ambang ataskusen
8) Pasang kembali daun jendela pada kusennya dengan
memasangkanengselnya, kemudian masukkan pennya sampai pas,
sehinggaterpasanglah daun jendela pada kusen jendelanya.
9) Coba daun jendela dengan cara membuka dan menutup.
10) Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun jendela dengan
caramelepaskan pen.
11) Stel lagi sampai daun jendela dapat membuka dan menutup denganbaik, rata
dan lurus dengan kusen

C. Konstruksi Kuda Kuda Kayu


Konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangakaian batang yang selalu membentuk
segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan dan bentuk
penutupnya, maka konstruksi kuda-kuda satu sama lain akan berbeda, tetapi
setiap susunan rangka batang harus merupakan satu kesatuan bentuk yang
kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja tanpa mengalami
perubahan. Kuda-kuda diletakkan diatas dua dudukan bisa tembok, ring
balok atau tumpuan kolom selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan bahwa
tembok diusahakan tidak menerima gayahorisontal maupun momen, karena
tembok hanya mampu menerimabeban vertikal saja. Kuda-kuda
diperhitungkan mampu mendukungbeban-beban atap dalam satu luasan
atap tertentu. Beban-beban yangdihitung adalah beban mati (yaitu berat
penutup atap, reng, usuk,gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air
hujan, orang pada saatmemasang/memperbaiki atap), dan beban beban lain
sesuai kondisi dan desain yang direncanakan.

Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap, umumnya


kuda-kuda terbuat dari kayu, bambu, baja, dan beton bertulang. Kuda-kuda
kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang maksimal sekitar
12 m. Kuda-kuda bambu pada umunya mampu mendukung beban atap
sampai dengan 10 meter, Sedangkan kuda-kuda baja sebagai pendukung
atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapat mendukung beban
atap sampai dengan bentang 75 meter, seperti pada hanggar pesawat,
stadion olah raga, bangunan pabrik, dan sebagainya. Kuda-kuda dari beton
bertulang dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12
meter. Pada kuda-kuda dari baja atau kayu diperlukan ikatan angin untuk
memperkaku struktur kuda-kuda pada arah horisontal.

Berikut beberapa hubungan dan sistem sambungan bagian bagian dari


konstruksi kuda-kuda kayu. Bentuk dan sistem hubungan kayu di bawah ini
hanya sebagai salah satu contoh, banyak macam jenis hubungan dan
sambungan kayu yang dapat dibuat.
Gambar 13-13 : Rencana Kuda-kuda Kayu
Gambar 13-14: Kuda-kuda Kayu dengan Bagian-bagian
Gambar 13-15: Batang-batang Kuda-kuda Kayu Menggunakan Batang Gapit
Perhatikan gambar di atas, Keterangan gambar:
a. Balok tarik
b. Balok kunci
c. Kaki kuda-kuda
d. Tiang gantung
e. Batang Sokong
f. Balok Gapit
g. Balok Bubungan
h. Balok Gording
i. Balok Tembok
j. Balok bubungan miring
k. Balok tunjang
l. Tiang Pincang
m. Balok Pincang

Berikut ini beberapa gambar hubungan dan detail konstruksi kuda-kuda


kayu, dan sistem hubungan dan sambungan yang dapat dijelaskan, dengan
bermacam jenis hubungan atau ambungan yang dapat dipakai.

Skema 13-16: Konstruksi Kuda-kuda Kayu


 Detail A:Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok penggantung Kaki kuda-kuda menerima gaya
tekan sedangkan balok penggantung menerima gaya tarik (lihat skema gaya). Sehingga
hubungan antara kedua balok dapat dilaksanakan sistem gigi dan untuk memperkuat hubungan
tersebut dibantu dengan pelat baja, atau dengan perkuatan lain.

Gambar 13-17: Skema gaya-gaya Kaki Kuda-kuda

Gambar 13-18 : Detail A


 Detail B:Hubungan balok tarik, penggantung dan balok penyokong. Balok tarik menerima gaya
tarik, balok penggantung menerima gaya tarik sedang balok penyokong menerima gaya tekan.
Sehingga hubungan antara balok tarik dan penggantung dapat dilaksanakan dengan sistem pen
dan purus yang diperkuat dengan begel pelat baja, sedangkan untuk balok penyokong dan
penggantung tetap menggunakan sistem gigi, atau berbagai bentuk variasi sambungan lain.

Gambar 13-19 ;Model Detail B

Gambar 13-20 : Model Alternatif Detail B


 Detail C; Hubungan balok kaki kuda-kuda dengan balok penyokong. Baik balok kaki kuda-kuda
maupun balok penyokong semuanya mene-rima gaya tekan, sehingga hubungan antara kedua balok
tersebut dapat dilaksanakan dengan sistem hubungan gigi, pen dan purus yang dikunci dengan pasak
dari kayu.

Gambar 13-21 ; Detail C

 Detail D:Hubungan balok kaki kuda-kuda dengan balok tarik Balok kaki kuda-kuda menerima gaya
tekan dan balok tarik menerima gaya tarik. Sehingga hubungan kedua balok tersebut dapat
dilaksanakan dengan sistem gigi bahkan karena gaya tekan yang ada pada balok kaki kuda-kuda
terlalu besar pada gigi ganda yang dilengkapi dengan begel pelat baja. Sambungan gigi tunggal
• tm  ¼ h. bila  50 
• tm  1/6h. bila  60 
• h = tinggi balok datar
Panjang kayu muka
• S = gaya tekan kaki kuda-kuda
•  = tegangan yang diizinkan sesuai mutu kayu 8, 12, 20 kg/cm2)
• b = lebar kayu datar

Sambungan gigi rangkap


• Syarat :tm2 – tm1>1 cm

Gambar 13-22 : Detail D


Gambar 13-23: Sambungan Kayu Gigi Rangkap

 Agar konstruksi kuda-kuda ini tidak melentur maka digapit sepasang balok dan dikencangkan dengan
menggunakan baut dan mur. Umumnya balok 6 x 12 cm. (lihat gambar berikut)

Gambar 13-24 : Balok Gapit Pada Balok Penggantung

D. Konstruksi Loteng Kayu


Loteng adalah salah satu bentuk ruangan dalam sebuah rumah yang biasanya letaknya di
bagian atas.Dalam penggunaannya, loteng digunakan untuk tingkat atas.Loteng dalam
sebuah rumah pada umumnya digunakan untuk berbagai fungsi. Biasanya untuk gudang atau
kamar tidur, dan ada juga orang membangun loteng untuk digunakan sebagai tempat
jemuran.Jadi loteng merupakan ruang tambahan yang dibangun diatas rumah.Beberapa
desain loteng bahkan mengambil tempat diruang plafon. Hal ini jika rumah kita didaerah tropis
seperti Indonesia, sangat tidak disarankan loteng ini sebagai kamar tidur, tapi jika hanya
sebagai gudang silahkan saja, karena ruang plafon adalah ruang isolasi panas dari penutup
atap supaya tidak menerus turun ke bawah.

Gambar 13-25: Balok dan Lantai Loteng

Pada konstruksi loteng, kita menegnal namanya balok induk dan balok anak, yaitu tempat
diletakkanya papan lantai, baik itu dari bahan papan solid atau papan olahan., dan dapat pula
sebagai penopang plafond pada bagian bawahny. Berikut adalah nama dan fungsi balok-balok
yang ada pada konstruksi loteng;, yaitu:
1. Balok Induk; adalah semua balok yang melintang tanpa topang pada seluruh lebar
bangunan dan pada kedua ujungnya bertumpu pada kolom. Konstruksi agar aman
dibuat pada bentang terpendek
2. Balok Anak; adalah balok yang pada kedua ujungnya bertumpu pada balok induk,
digunakan untuk memperkecil petak-petak lantai disetiap ruangan.
3. Balok Bagi, adalah balok yang pada kedua ujungnya bertumpu pada balok anak atau
balok induk atau pada salah satunya bertumpu pada balok anak atau balok induk, dapat
berfungsi sebagai untuk memperkecil petak-petak lantai.

Gambar 13-26 : Balok dan Lantai Loteng

Kemudian Pelat lantai kayu, umumnya dibuat dari rangkaian papan kayu yang disatukan
menjadi kesatuan yang kuat, sehingga membentuk bidang yang luas.Bahan untuk lantai kayu
loteng, dapat juga dibuat dari bahan kayu olahan.Untuk mendapatkan bahan lantai kayu yang
bermutu, maka fungsi material kayu tersebut harus maksimal.Beberapa pedoman dapat
dipakai, diantaranya harus memilih jenis kayu yang tahan cuaca dan rayap, misalnya kayu jati,
eboni, besi, atau ulin, damar laut, bangkirai, dan merbau. Selain itu harus dipastikan kayu
yang digunakan memiliki kadar air yang sangatminimal. Kandungan air tinggi dapat membuat
kayu menjadi memual, susut atau retak. Selain itu lakukan pula proses finishing dan pelapisan
dengan zat anti rayap, dan jika ingin memperoleh tekstur permukaan, pakailah pelitur atau
vernis, bisa juga dengan mengecatnya dengan cat kayu. Untuk lantai kayu, akanlebih baik
menggunakan kayu jenis solid, karena kayu solid tersebut tahan dari serangan rayap selain
memiliki tekstur yang cantik

Bila lantai loteng menggunakan kayu solid, diambil papan yang standar, dan umumnya ukuran
lebar papan umumnya 20 – 30 cm, tebal papan dapat dipilih ukuran 2 – 3 cm, dengan jarak
balok-balok pendukung antara 60 – 80 cm. Ukuran balok berkisar antara 8/12, 8/14, 10/14
untuk bentangan 3 – 3,5 m. balok-balok kayu ini dapat diletakkan di atas pasangan bata 1
batu atau ditopang oleh balok beton, ring balok besi atau kayu.
Beberapa keuntungan menggunakan lantai loteng dengan konstruksi pelat kayu, Antara lain
adalah; Mudah dikerjakan, Beratnya ringan, Memunculkan Kesan Alami, Membuat Ruangan
Menjadi hangat, Lebih leluasa dalam memilih motif yang sesuai dengan desain interior.
Beberapa kerugian menggunakan lantai loteng dengan konstruksi pelat kayu, anatara lain
adalah; Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan, Bukan
peredam suara yang baik, suara gaduh atau hentakan kaki dari penghuni atas dapat
mengganggu penghuni di lantai bawahnya, Sifat bahan permeable (rembes air) jadi tidak
dapat dibuat kamar mandi/WC di lantai atas, Mudah terbakar, jadi tidak boleh membuat dapur
di atasnya, Tidak dapat dipasang tegel, jadi mengurangi kesan mewah (hanya dapat ditutup
karpet, vinyl, atau sejenisnya), Dapat dimakan bubuk atau serangga, berarti keawetan bahan
terbatas, Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-rubah (panas dan hujan) jadi
hanya cocok untuk bangunan yang terlindung.

Perawatan loteng dengan bahan lantai kayu, dapat dilakukan seperti;Hindarkan kayu dari air,
jika lantai kayu ditutupi dengan karpet, sering-seringlah membersihkan area karpet ini dengan
vacuum agar debu tidak turun melalui serat-serat karpet dan mengotori lantai kayu.Jangan
pernah menggeser furnitur di atas lantai kayu. Pergunakan alas yang lembut seperti lap atau
handuk pada bagian bawah furnitur saat hendak memindahkannya, hal ini menghindarkan
terjadinya goresan pada lantai kayu.

Contoh rumah panggung adalah sebuah aplikasi konstruksi loteng kayu, penggunaan papan
sebagai pelat kayu.Perbedaan dengan konstruksi loteng seperti penjelasan di atas, hanya
terletak pada posisi lantai, dimana pada loteng biasanya adalah bagian tingkat dua atau
bagaian atas sebuah rumah.Swedangkan rumah panggung, lantai pertama atau lantai dasar
adalah lantai rumah panggung itu sendiri.Sebagai gambaran dapat dilihat penjelasan gambar
rencana sebuah proyek rumah sehat dari konstruksi panggung dengan lantai kayu, dan
penjelasan detail beberapa hubungan balok induk, balok anak, kolom, dan lantai
kayu.Rencana rumah panggung kayu salah satu aplikasi penggunaan kayu sebagai lantai.
Gambar 13-27: Rencana Rumah Sehat Konstruksi Kayu Panggung
Gambar 13-28 : Isometri Rencana Balok Induk Konstruksi Loteng Kayu

Gambar 13-29:Isometri Konstruksi Lantai Panggung Kayu


Gambar 13-30: Isometri Hubungan Kolom, Balok Induk dan Balok Anak

Gambar 13-31 : Isometri Hubungan Kolom, Balok-balok dan Papan Lantai


E. Konstruksi Plafon Kayu

Plafon adalah bagian konstruksi merupakan lapis pembatas antara rangka bangunan dengan
rangka atapnya, sehingga bisa sebagai atau dapat dikatakan tinggi bangunan dibawah rangka
atapnya. Plafon atau sering disebut juga langit-langit merupakan bidang atas bagiandalam
dari ruangan bangunan ( rumah ).Pada dasarnya plafon dibuat dengan maksud untuk
mencegah cuaca panas atau dingin agar tidak langsung masuk ke dalam rumah setelah
melewati atap. Namun demikian dewasa ini plafon tidak lagi hanya sekedar penghambat
panas atau dingin,melainkan juga sebagai hiasan yang akan lebih mempercantik interiorsuatu
bangunan. Plafon biasanya dibuat dengan ketinggian tertentu.Namun sebagai variasi ada juga
yang dibuat tidak selalu rata. Variasitersebut dikenal sebagai plafond drop ceiling.

Beberapa fungsi plafon dibuat antara lain adalah :


1) Plafon dapat mengurangi panas dari sinar matahari melalui bidang atap
2) Plafon sebagai finishing (elemen keindahan), mempunyai tempat untuk menggantungkan bola
lampu, sedang bagian atasnya untuk meletakkan kabel – kabel listriknya (sparing instalasi).
3) Plafon merupakan bagian dari interior yang didesain sehingga ruangan menjadi sejuk dan enak
dipandang (artistik), supaya ruangan di bawah atap selalu tampak bersih, dan tidak tampak kayu
dari rangka-atapnya.
4) Plafon dapat juga sebagai meredam suara air hujan yang jatuh diatas atap, terutama pada
penutup atap dari bahan logam, untuk menahan kotoran yang jauh dari bidang atap melalui
celah-celah genteng.
5) Plafon berfungsi juga sebagai isolasi panas yang datang dari atap atau sebagai penahan
perambatan panas dari atap (aluminium foil).

Untuk pemasangan plafon diperlukan konstruksi khusus untukmenggantungkannya yang


dikenal dengan nama rangka plafon. Bahanrangka plafon yang umum digunakan adalah kayu,
meskipun dewasa inidikenal juga rangka plafon dari bahan besi hollow (besi berbentuk
kotak).Bahan ini tahan terhadap rayap dan api yang membuat plafon bertahanlama dibanding
menggunakan kayu.Ukuran batang rangka plafon ditentukan dari jarak bentang dariruangan,
jenis bahan yang digunakan, dan panjang-pendeknya batanggantung.

Ukuran-ukuran batang yang biasa dipakai seperti tercantumpada daftar berikut.


Ukuran-ukuran batang kayu tersebut berdasarkan pengalamanempiris dan yang biasa
digunakan.Ukuran tersebut dapat saja berubahsesuai dengan hasil hitungan berdasarkan
kekuatan kayu.Rangka langit-Iangit untuk kuda-kuda biasa dibuat dari kayuukuran 4/6 atau
5/7, dilengkapi dengari klos dari reng 2/3 cm yangdipasang berselang-seling.Pada kuda-kuda
papan untuk rangka langit-Iangit cukup dengan menggunakan kayu reng berukuran ¾ cm.

Gambar 13-32: Bentuk konstruklsi Plafon Kayu Sisi Atas dan Bawah

Pemasangan rangka plafon kayu, batang-batang dipasang rata dengan bagian bawah balok-
ikatkuda-kuda. Jika jarak antar dinding yang mendukung kuda-kuda dalamruangan kurang
dari jarak antara kuda-kuda, maka batang-batanggantung plafon induk dipasang tegak lurus
arah dinding dan masuk
dalam pasangan dinding. Namun, jika jarak antara kuda-kuda kurangdari jarak antar dinding
yang mendukung kuda-kuda, maka batangbatanggantung plafon induk dipasang tegak lurus
pada balok ikat darikuda-kuda.Pada prinsipnya pemasangan batang penggantung plafon
adalahsama, tetapi jaraknya tidak sama tergantung dari bahan plafon yangdigunakan. Pada
bangunan perumahan dalam pemasangan plafond,ketentuan untuk tinggi ruang/kamar
minimal sekurang-kurangnya 2,40 mkecuali kalau kasau-kasaunya miring sekurang-
kurangnya ½ dari luasruang mempunyai tinggi ruang 2,40 m dan tinggi ruang selebihnya
padatitik terendah tidak kurang dari 1,75 m. Pada ruang cuci dan kamarmandi diperbolehkan
sampai sekurang-kurangnya 2,10 m.
Dalam pembuatan rencana plafond atau terkadang disebut sebagai rencana rangka plafond
atau denah plafond hal – hal yang harus diperhatikan adalah:
Ukuran bahan yang akan digunakan terhadap luasan ruangan.Untuk bahan penutup dengan
tripleks, sebaiknya menggunakan ukuran dengan kelipatan 30 cm agar dapat efisien dalam
penggunaan bahan. Misalnya; 1,20 x 1,20. Sedangkan bila digunakan bahan penutup dengan
asbes, untuk efisiensi bahan menggunakan ukuran 1,00 x 1,00 atau 1,00 x 0,50. Kemudian
yang perlu diperhatikan juga, pada perencanaan plafon dan keindahan untuk ruang dan
interiornya, hal yang perlu diperhatikan adalah kekuatan rangka plafon yang dihubungkan
dengan penggantungnya.Elevasi penutup plafon dan sistim penerangan perlu diperhatikan
juga khususnya untuk ruang rapat atau ruang pertemuan termasuk ketinggian plafonnya.
IV. Evaluasi pekerjaan konstruksi batu

A. Pekerjaan Pengukuran Lapangan (Leveling)

Pekerjaan pengukuran dan leveling merupakan pekerjaan yang sangat penting karena hasil
dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan ukuran presisinya suatu bangunan,
baik dari sisi letak dan posisi tanah, maupun dari segi artsitektur bangunan. Siku tidaknya
ukuran dan bentuk bangunan sangat tergantung dari pekerjaan leveling, sehingga pekerjaan
ini harus dilaksanakan dengan penuh ketelitian, setiap langkah pekerjaan harus dilakukan
pengontrolan kembali. Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan (Uitzet) merupakan jenis
pekerjaan yang digunakan untuk mewujudkan denah
bentuk bangunan menjadi suatu bangunan pada tanah lokasi yang telah disediakan.
Pekerjaan tersebut berupa pengukuran di lokasi bangunan sesuai dengan gambar rencana
bangunan. Hasil dari pengukuran tersebut berupa garis-garis lurus yang menunjukkan sumbu
dindingtembok bangunan yang diperoleh dengan menghubungakan titik-titik hasilpengukuran.

Gambar 11-1 : Pengukuran Jarak Lapangan

Pengukuran jarak antara dua titik didefinisikan sebagai hubungan terpendek antara dua titik
tersebut. Apabila keadaan lapangan datar, maka hubungan terpendek ini terpenuhi dan kedua
titik telah terhubung secara lurus. Jarak antara dua titik di lapangan dikatakan lurus
apabila jarak yang diukur panjangnya tidak melebihi 3,5 km. Karena bila melebihi 3,5
km sangat dipengaruhi adanya faktor kelengkungan bumi. Tetapi bila dalam
pengukuran tidak dituntut adanya taktor keakuratan, maka pengaruh kelengkungan
bumi tersebut dapat diabaikan.

Satuan panjang menggunakan sistem internasional (SI) yaitu meter, desimeter, centimeter
dan milimeter dan kilometer.
Pengertian ukuran jarak
1 km = 1000 m = 100000 cm = 1000000 mm
1 foot = 12 inches
1 yard = 3 feel
1 meter = 39, 37 inches = 3,280 feet.

1. Pengukuran Membuat Garis Siku-siku

Pengukuran membuat sudut siku dapat dilakukan dengan beberapa alternatif yang tujuan
intinya adalah bagaimana agar bangunan yang akan dikerjakan nantinya bisa benar-benar
bersudut siku-siku (90 derajat).

Pertanyaan mengapa bangunan harus dibuat siku?, apa pemahaman kamu tentang
pertanyaan tersebut ?, guna memahami jawaban atas pertanyaan tersebut, berikut adalah
jawaban pemandu guna mengeksplorasi pemahamanmu.
1. Ruangan yang siku lebih mudah dan bagus dalam menempatkan lemari dan meja yang
umumnya bersudut siku-siku
2. Pemasangan keramik lebih rapi, seragam dan tidak miring, karena umunya keramik
berbentuk persegi dan sudutnya siku.

Selanjutnya untuk pertanyaan di atas, berikan pendapatmu, mengapa bangunan harus dibuat
siku?, beri tiga jawaban, dan kemudian diskusikan dengan temanmu.
1. …………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………

Untuk membuat garis siku-siku di lapangan banyak dilakukan dengan memanfaatkan dalil matematika
yaitu “Pythagoras”.Selanjutnya untuk aplikasi dalil matematika tersebut, perhatikan gambar
segitiga siku-siku berikut ini, dan perhatikan titik tumpu serta simbolnya.
Gambar 11-2 : Membuat Garis Siku-siku

Dengan melakukan pengukuran perbandingan sisi miring (BC) dengan sisi datar (AC) dan sisi
tegak (AB) dengan angka perbandingan AC : AB : BC = 3 : 4 : 5.Selanjutnya Untuk
mengontrol hasil pekerjaan pengukuran lapangan membuat siku-siku, dapat dilakukan dengan
membuat bangun persegi, dengan dalil matematika diagonal, perhatikan gambar beriktu di
bawah ini.

Gambar 11-3 :Kontrol Garis Siku-siku

Kemudian langkah-langkah control garis sku-siku tersebut adalah sebagai berikut:


a. Tarik garis dari titik B sejajar dengan AC (BD),
b. Tarik garis dari titik C sejajar dengan AB (CD),
c. Perpotongan dua buah garis BD dengan CD berpotongan di titik D,
membentuk bidang segi empat,
d. Jarak diagonal BC harus sama panjang dengan AD,
e. Bila jarak diagonal antara BC dengan AD belum sama panjang, maka
garis yang menghubungkan titik CAB belum membentuk siku-siku,
dan pekerjaan pengukuran harus diulangi sampai jarak diagonal BC
dengan AD sama panjang.

2. Pengukuran Membuat Bidang Datar

Pengukuran membuat Bidang Datar dapat dilakukan dengan beberapa alternatif yang tujuan
intinya untuk mendapatkan titik datar tinggi (waterpass), sehingga diperoleh beda tinggi atau
titik tinggi yang sama di lapangan. Untuk membaut bidang datar (waterpas) pada pekerjaan
pengukuran dan leveling lapangan yang berukuran besar dan luas dapat digunakan pesawat
waterpassen, sedang untuk bangunan yang berukuran kecil seperti rumah tinggal, cukup
menggunakan alat bantu sederhana berupa selang plastik yang diisi dengan air hingga dua
permukaan air dalam selang plastik membentuk bidang datar.

Pengukuran bidang datar atau pengukuran beda tinggi denga slang plastik yang perlu
diperhatikan adalah; 1) menggunakan diameter selang yang kecil; 2) Selang plastic tidak
bocor bila di isi air; 3) ketika melakukan pengukuran selang tidak terlipat dan jangan samapi
air dalam selang terjadi gelembung udara. Daerah pengukuran memanjang tidak terlalu jauh,
bial jauh disarankan menggunakan alat ukur tanah.
Gambar 11-4: Membuat Bidang Datar Menggunakan Selang Plastik

Selanjutnya untuk melakukan pengukuran di lapangan, dapat dilakukan langkah kerja sebagi
berikut;
1) Persiapkan alat yang digunakan untuk pengukuran dan periksa bila ada kemungkinan kerusakan
pada alattersebut;
2) Isi slang plastik dengan air bersih, hingga tidak ada gelembung udara(usahakan slang plastik
berwarna putih dan berdiameter 1 cm);
3) Tentukan jarak antara dua titik antara belakang misal A dan mukamisal B, dimana jarak
disesuaikan dengan panjang slang plastik,dirikan jelas pada A dan B.
4) Rentangkan slang plastik antara titik A dan B, tunggu hingga kedua permukaan air slang tidak
bergerak dan tenang
5) Ukur ketinggian dari dari muka tanah sampai dari muka air padaslang titik A (catat sebagai
bacaan belakang B. demikian pulaketinggian dari muka tanah sampai muka air pada slang dititik
B (catatsebagai bacaan muka B). disamping itu juga diukur jarak mendasardari A ke B.
6) Tentukan letak titik muka berikutnya dengan jarak B ke C disesuaikanpanjang selang plastic dan
prinsip yang sama lakukan pengukuran selesai pada titik yang terakhir.

Untuk melakukan analisa hasil pengukuran, lakukan pengukuran beda tinggi dan ketinggian
titik yang diukur, untuk itu diperlukan pengelompokkan datadengan perhitungannya dengan
pedoman sebagai berikut, lakukan penghitungan bedat tingg atau selisih tinggi antara dua titik
kemudian hitung tinggi titik-titik yang diukur.

Perhitunganbeda tinggi antara dua titik, gunakan symbol perhitungan sebagai berikut ini;
∆t =b=m
∆t = beda tinggi
b = Pembacaan belakang
m = pembacaan muka

a) Perhitungan beda tinggi contoh (1):


Bacaan belakang (b) = 0,372 m, bacaan muka (m) = 0,020 m
maka: ∆t = 0,372 – 0,020m = +0,35 m à naik (+)
b) Perhitungan beda tinggi contoh (2):
Bacaan belakang (b) = 0,240 m, dan Bacaan muka (m) = 0,645 m
maka: ∆t = 0,240 m – 0,645 m= - 0,405 m à turun (-)
c) Perhitungan beda tinggi contoh (3):
Tinggi A = 110 m, Beda tinggi A dan B = + 0,550 m,
makaTinggi B = 110 m + 0,550 m, = 110,550 m
d) Perhitungan beda tinggi contoh (4):
Tinggi B = 110,550 m, Beda tinggi B dan C = 0,210 m, Tinggi C = 110,550 m – 0,210 m10= 110,340 m

B. Memasang Papan Duga (Bouwplank)

Papan duga atau patok kayu atau bouwplank, merupakan sebutan umum di konstruksi
bangunan ketika memulai pekerjaan pemasangan batu, baik batu belah untuk pondasi atau
batu bata untuk dinding, bahkan untuk pemasangan tiang tiang kolam pada bangunan
sederhana sering dilakukan. Bowplank adalah Patok Kayu sementara yang dibuat untuk
meletakkan titik-titik pertengahan (as = poros tengah) bangunan yang dibentuk dengan garis
bantu benang atau papan sesuai dengan gambar denah bangunan yang akan dikerjakan
pemasangan konstruksi. Biasanya pada bowplank ini nanti kita akan meletakkan paku untuk
menarik benang agar tercipta garis yang lurus dan selanjutnya bisa membuat sudut siku 90
derjat dengan tepat. Benang ini nantinya yang menjadi pedoman untuk pekerjaan pasangan
batu belah/bata, pekerjaan pondasi, dan pekerjaan tiang tiang kolom bangunan.
Gambar 11-5 :Pemasanagan Bouwplank

Pelaksanaan pekerjaan membuat papan duga, patok, atau bouwplank adalah dengan cara
pedoman pembuatan atau pengukuran bidang datar yang telah dijelaskan di atas, yaitu
menggunakan pedoman dalil matematika phytagoras, dengan langkah berikut ini;
1) Tanamkan secara dipancang deretan patok-patok menurut kedudukan, dan tandai titik A-B,
kemudian tarik benang (garis BA) sebagai dasar pengukuran bangunan.
2) Pancangkan deretan patok-patok menurut kedudukan garis CD yang dibuat tegak lurus terhadap
garis BA dengan menggunakan perbandingan dalil phytagoras (3:4:5).
3) Dengan cara yang sama, pancangkan deretan patok-pa-tok menurut garis EF dan GH.
4) Pada tiap-tiap patok beri tanda letaknya titik duga ± 0,00 dengan membuat bidang datar pada
setiap patok, pasang bouwplank dengan berpedoman pada titik duga tersebut.
5) Tentukan letaknya titik-titik sumbu dinding tembok pada papan bouwplank, lalu tancapkan paku
dan beri tanda dengan cat atau meni
Gambar 11-6: Pemasangan Bouwplank di Sudut dan Pemberian Tanda

Beberapa pedoman dan persyaratan memasang bouwplank yang baik adalah:


1) Bahan Bouwplank dibuat dari kayu yang mudah dikerjakan dan kuat
2) Titik hasil uitzet ditempatkan dengan tanda yang jelas, gunakan paku dan atau cat sebagi tanda
batas garis dan penarikan benang, diusahakan bowplank tidak goyang pada saat pelaksanaan
pekerjaan pemasangan bangunan, seperti galian, pemasanagan batu, dan lain lain.
3) Letak kedudukan bowplank harus seragam, dan sisi atas bowplank harus terletak satu bidang rata
(horizontal) dengan papan bowplank lainnya.
4) Garis benang bowplank merupakan bagian batas atau garis pedoman pelaksanaan pekerjaan.
5) Berjarak cukup dari rencana galian
Gambar 11-7:Posisi Benang Pada Papan Bouwplank

Seperti dijelaskan di atas, bahwa titik-titik pada papan bangunan yang menunjukkan dinding
tembok dapat dijelaskan dengan tanda dari paku yang juga berfungsi untuk menarik benang
sebagai sumbu tembok.Untuk menghindarkan kesalahan yang disebabkan letaknya paku,
pada kedudukan paku diberi tanda panah dengan cat/meni. Bidang atas bouwplank harus
diketam rata agar bidang atas papan dapat membentuk bidang datar (bidang
waterpas). Bidang atas papan bangunan biasanya dipasang pada kedudukan ± 0,00 sebagai
duga lantai. Sudut pertemuan papan bouwplank harus benar-benar siku, karena hal tersebut
sebagai acuan untuk kesikuan pertemuan dinding Untuk bangunan besar dan banyak terdapat
ruang, pemasangan bouwplank dilaksanakan mengelilingi seluruh area calon bangunan
didirikan, sedang untuk bangunan kecil, pemasangannya cukup pada lokasi sudut atau
pertemuan bangunan

Sambungan papan bouwplak diusahakan terletak pada sumbu patok, sehingga jarak patok
harus memperhitungkan terhadap panjang papan yang akan dipergunakan sebagai
bouwplank. Bila sambungan papan bouwplank terletak di antara patok, maka sambungan
papan harus menggunakan klem.
Gambar 11-8:Sambungan Papan Bouwplank

C. Pekerjaan Dinding Bangunan

Dinding merupakan salah satu elemen tegak (vertical) pada bangunan, berupa bidang, dan
berfungsi sebagai penutup atau pembatas ruangan. Dinding adalah bagian bangunan yang
sangat penting perannya bagi suatu konstruksi bangunan. Dinding membentuk dan
melindungi isi bangunan baik dari segi konstruksi maupun penampilan artistik dari bangunan.
Dinding dirancang kuat danamanmenahan kekuatan horisontal dan vertikal yang menjadi
beban pada dinding, seperti apa yang menjadi beban konstrusi bangunan dinding, yang dapat
dihitung dengan dalil mekanika teknik. Pada konstruksi bangunan atau mekanika, beban-
beban yang timbul pada konstruksi dinding, antara lain yaitu seperti kekuatanangin, berat
sendiri, mungkin bobotdinding dan lantaidari atas, dan kontraksiyang dihasilkan
olehvariasisuhu dan kelembabansertabebrapa dampaktertentu.

Pada zaman modern sekarang ini, dengan berkembangnya teknologi, dindingdapat


dirancanguntuk menopang konstruksi dan berfungsi sebagai struktur yaitu dapat memikul
beban beban merata, dari konstruksi bangunan yang berhubungan langsung atau tidak
langsung dengan dinding.Sehingga fungsi dinding dapat menjadi fungsi arsitektur sekaligus
struktur atausebagaikombinasi keduanyadalam konstruksi bangunan secara keseluruhan.
Dengan demikian konstruksi dinding bangunan menjadi peran yang sangta penting dalam
desain konstruksi secara keseluruhan, karena disamping fungsi estetika dinding juga
berfungsi sebagai struktur.Beberapa bahan konstruksi didnding bangunan yang dikenal saat
ini, seperti Bahan batu, beton, rakitan lembaran bergelombang logam, panel kaca, atau panel
logam berlapis keramik, dan sebagainya.
Dari penjelasan di atas, jenis dinding bangunan dapat dibedakan dari segi;
1) Structural; yaitu dapat memikul beban beban merata, bahan harus kaku dan kokoh dan bisanya
jenis ini dibuat dari bahan; a) Batu alam min. tebal 30 cm, b) Batu buatan, dan c) Beton/Beton
bertulang.
2) Non structural; yaitu tidak memikul beban, biasanya digunakan untuk bangunan ringan
dan dapat dianggap memikul dengan syarat dinding elemen penyebar beban harus
kaku, dinding penyekat tersebut harus pula cukup kokoh dan kaku. Jnie sdidnding ini
biasanya terbuat dari;
a) Batu alam
b) Batu buatan; Batako, batu bata, bata celcon atau hebel
c) Kayu (triplek, plywood, Partisi)
d) Metal (baja, seng, alumunium)
e) Plastic
f) Kaca
g) Dan lain sebagainya

Sekilas dapat dijelaskan di sini, tentang bahan dari didnding bangunan dimaksud, namun lebih
jelasnya dapat kita pelajari lebih detail lagi dalam penjelasan lanjutan. Dinding bata merah
terbuat dari tanah liat atau lempung yang dibakar. Untuk dapat digunakan sebagai bahan
bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi standar peraturan bahan
bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah). Dinding dari pasangan bata
dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan min. 1 batu (struktural). Bata
celcon atau hebel, terbuat dari pasir silica, harganya lebih mahal dari pada bata merah.Batako
dan blok beton, adalah batu buatan yang dibuat dari campuran bahan mentah: tras+ kapur +
pasir dengan perbandingan tertentu. Batu buatan jenis ini bentuknya berlubang, model dan
lubangnya dibuat bermacam variasi model. Blok beton, adalah batu buatan yang dibuat dari
campuran bahan mentah: semen + pasir denganperbandingan tertentu, sama juga dengan
bataco, blok beton ini juga berlubang. Bata kapur, adalah batu buatan yang dibuat dari
campuran beberapa bahan dengan perbandingan tertentu, umumnya digunakan pada rumah-
rumah sederhana di perkampungan, pagar pembatas tanah dan lain sebagainya.

Saat ini dinding bangunan, yang berfungsi sebagai non structural yaitu yang berfungsi sebagai
variasi atau berfungsi seni sebagai pembatas, telah banyak diproduksi oleh pabrik-pabrik yang
bergerak di bidnag bangunan.
Gambar 11-9: Bangunan Menggunakan Dinding Fabrikasi

Dinding prefabrikasi biasanya digunakan untuk konstruksi dinding tirai dan sering dikenal
sebagai dinding cetakan. Dinding pabrikan umumnya banyak dipakai untuk bangunan
bangunan perkantoran, hotel dan bangunan bertingkat yang menjulang tinggi.Dinding
pabrikan biasanya terbuat dari baja bergelombang atau lembaran aluminium, kaca, meskipun
kadang-kadang terbuat dari serat diperkuat lembaran plastik. Dinding pabrikan sering dibuat
dalam lembaran datar atau bergelombang, yang pekerjaan konstruksinya menggunakan
teknik, sekrup, paku, lematau bahan perekat lain yang sesuai dan telah di uji coba kekuatan
konstruksinya, dan biasanya memiliki rangka (frame) tersendiri.Pembangunan gedung
pencakar langit, dengan konstruksi dinding dari betonbertulangselain digunakan untuk
kekuatan danjuga berujuansebagai keindahan estetika.Dindingtersebut dapatdibuat di tempat
atau system pracetak. Beberapadinding betonpracetakterbuat daribalok-balok beton pratekan,
berbentukpersegi panjang, yangditempatkan secara vertikal. Bahan pabrikan lain sepertiKaca,
logam , atau keramik berlapis dinding panel logam adalah jenis umum dinding yang digunakan
dalam konstruksi bangunan pencakar langit.
Gambar 11-10: Bangunan Menggunakan Dinding Kaca

1. Dinding Batu Bata

Pekerjaan pemasangan batu bata memiliki seni tersendiri dalam sistem konstruksi bangunan
gedung. Penggunanaan dinding batu bata paling banyak digunakan di Indonesia,
sepertuuntuk rumah sederhana, rumah mewah, gedung olah raga, gedung besar (hall),
bahkan untuk gedung-gedung pencakar langit masih banyak yang menggunakan dinding batu
bata. Pekerjaan pelaksanaan pekerjaan dinding batu bata ini sebenarnya merupakan
pekerjaan dari arsitektur seara umum, walapun dari sudut konstruksi pekerjaan batu bata juga
memiliki peranana dalam mendukung konstruksi bangunan. Bila pekerjaan pemasangan
dinding batu bata jelek, seperti miring, tidak rata atau retak-retaktentu akan mempengaruhi
keindahan arsitektur bangunan.

Beberapa syarat dan ketentuan dalam pekerjaan pemasangan dinding batu bata, dapat
dipedomani ketentuan berikut ini;
1) Bahan; Bahan yang perlu disiapkan dalam pasangan batu meliputi bata yang sesuai dengan stnadar,
dan bahan diperlukan dalam pasangan batu perlu dipersiapkan dekat dengan tempat dimana
pekerjaan akan dilaksanakan. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam pelaksanaan
pekerjaan. Ada beberpa peralatan dan bahan yang perlu dipersiapkan dalam pemasangan dinding
batu bata, antara lain yaitu; Peralatan pengukuran (water pass/selang plastik, patok dan papan,
meteran); Peralatan kerja (sendok spesi, cangkul, palu); Bahan adukan (pasir dan semen), dan
tempat membuat adukan atau spesi
2) Persiapan Lokasi; Hal-hal yang perlu disiapkan di lokasi pekerjaan pasangan batu adalah; a). Di
dalam pekerjaan membersihkan lokasi kerja dari sampah yang akan menghambat jalannya
pekerjaan selalu dilakukan pada awal pekerjaan. Pekerjaan ini tidak terlalu memerlukan tenaga yang
besar kecuali pekerjaannya memang besar yang akan dibahas secara tersendiri karena menyangkut
penggunaan alat berat seperti buldozer, back hoe dan lain-lain; b). Memindahkan benda yang akan
menghambat proses pekerjaan.Pekerjaan memindahkan sering dilakukan menyesuaikan dengan
kondisi lapangan. Kalau kondisi lapangan pekerjaan lahan baru, biasanya ada pohon yang perlu
ditebang. Kondisi lapangan bangunan lama juga perlu pembongkaran dan pengamanan alat dan
bahan yang masih terpakai, barang tersebut diinventaris dan diletakkan pada ruangan yang aman;
c). Membuat penerangan dan sarana kebersihan seperti lampu dan tersedianya air.

Salah satu komponen bangunan yang biasa dibuat dari pasangan batu bata adalah dinding.
Dinding pasangan batu bata adalah susunan batu bata yang disatukan dengan menggunakan
adukan mortar sebagai bahan perekat, sehingga membentuk konstruksipada bagian bangunan
tertentu..Dinding bata merah terbuat dari tanah liat atau lempung yang dibakar.Untuk dapat
digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi
standar peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah). Pada
bangunan sederhana rumah tinggal dan bangunan sederhana satu lantai lainnya, dinding
berfungsi sebagai komponen struktur untuk menyangga beban-beban bangunan yang ada di
atasnya dan sekaligus berfungsi sebagai partisi yaitu pembatas atau penyekat antar ruangan.
Pada bangunan gedung bertingkat, umumnya struktur utama berupa struktur rangkadibuat dari
material beton bertulang atau baja, sedangkan tembok hanya berfungsi sebagai penyekat.
Pasangan dinding batu bata, menurut ketebalannya, dapat dibedakan menjadi: pasangan
setengah batu, pasangan satu batu, dan pasangan satu setengah batu.
Gambar 11-11: Memasang Dinding Batu Bata

Pemeriksaaan visual bata yang baik dapat dilihat dari bentuk, dan warnanya.Bata yang ideal
mempunyai ukuran 6 x 12 x 24 cm, tetapi bata yang sekarang
diproduksi mempunyai ukuran yang berbeda beda, tergantung pabrik yang mengeluarkannya,
bahkan banyak bata diproduksi ukurnanya yang lebih kecil dari ukuran standar seperti yang
dipesyaratkan oleh SNIatau standar bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10. Umumnya ukuran
bata di Indonesia ukuran standar seperti berikut :
1) Panjang 240 mm, lebar 115 mm, tebal 52 mm atau
2) Panjang 230 mm, lebar 110 mm, tebal 50 mm
Penyimpangan terbesar, dari ukuran-ukuran seperti tersebut di atas ialah: untuk panjang
maksimal 3 %, lebar maksimal 4 % dan tebal maksimal 5 %. Tetapi antara bata-bata dengan
ukuran-ukuran terbesar dan bata-bata dengan ukuran-ukuran ter-kecil, selisih maksimal yang
diperbolehkan ialah untuk panjang 10 mm, untuk lebar 5 mm dan untuk tebal 4 mm.

Untuk pemeriksaan dan mengetahui kekuatanbata dapat dilakukan pengujian secara


sederhana, yaitu dengan cara seperti berikut: Sebuah bata diletakkan di atas dua bata yang
lain, setiap batapenumpu menahan ± ¼ panjang bata yang diuji, sehingga ± ½ panjang bata
yang diuji menjadi bebas atau tidak tertumpu, kemudian dipijak dengan satutelapak kaki orang
dewasa. Apabila bata pecah, maka kualitasnya tidak baik. Selain itu, ada beberapa pedoman
yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan bata, seperti;
1) Mempunyai bentuk yang persegi, lurus, dan seragam,
2) Tidak retak dan tidak cacat seperti sompel
3) Permukaannya kasar
4) Jika dipukul bunyinya nyaring
5) Tidak mudah hancur atau patah.
6) Tahan bila direndam
7) Dibakar pada suhu yang tepat, sehingga secara visual terlihat berwarna merah tua.

Memasang dinding dari batu bata, guna memperoleh hasil yang optimal, ada beberapa
pedoman yang dapat dilakukan antara lain, yaitu;
1) Mempersiapkan alat, seperti;
a) Waterpass
b) Benang
c) Unting-unting
d) Siku rangka
e) Meteran
f) Profil
g) Sendok spesi
h) Pensil
i) Pemotong bata
j) Palu
k) Bak spesi
l) Ember/sekop
m) Cangkul

2) Mempersiapkan Bahan, seperti;


a) Batu bata memenuhi syarat seperti dijelaskan sebelumnya.
b) Angkur terbuat dari baja tulangan diameter 10 mm sampai 12 mm kondisi baik, tidak berkarat,
tidak berminyak, bukan besi bekas.
c) Semen (PC kemasan 50 kg atau PPC kemasan 40 kg, tidak mengeras, kering, warna seragam).
d) Pasir berasal dari sungai/darat, tidak mengandung lumpur dan bahan organik.
e) Air layak minum, tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau.
Gambar 11-12 :Mempersiapkan Pemasangan Dinding Batu Bata

3) Pedoman kerja:
a) Pelajari RKS (Rencan kerja dan Syarat-syarat) beserta gambar kerja yang tersedia, atau lakukan
wawancara dan buat catatan hasil wawancara dan diskusi;
b) Sebelum melakukan pekerjaan gunakan perlengkapan kerja standar;
c) Buat adukan sesuai dengan dengan komposisi adukan konstruksi yang akan dibangun;
d) Persiapkan alat dan batu bata yang diperlukan, sebaiknya bata direndam terlebih dahulu, agar
tidak terlalu kering dan tidakmenyerap air spesi sehingga diperoleh kekuatan lekat yang baik;
e) Tentukan dan atur tata letak pekerjaan dengan tujuan menghindari kecelakaan kerja,
tersedianya ruang gerak yang cukup leluasa saat bekerja, meningkatkan produktivitas, dan
hindari tercecernya material yang bisa mengakibatkan pemborosan

Pelaksanaan pemasangan batu bata agar diperoleh hasil pasangan bata yang baik, dalam
memasang satu buah batu bata diusahakan cukup hanya sekali mengambil dan meletakkan
adukan/spesi. Cara meletakkan batu bata didorong mendatar seperti pesawat terbang
mendarat, sehingga ujung batu bata akan mendorong adukan dan akhirnya mengisi siar
tegak. Cara ini memerlukan sendok yang cukup panjang, dan sebaiknya digunakan sendok
spesi segitiga. Pedoman dan langkah kerja pemasangan batu bata, sebagai pasangan
dinding untuk bangunan, rumah dan toko, dapat dikerjakan seperti langkah berikut ini;
1) Persiapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah dijangkau.
2) Tentukan target ukuran pekerjaan dan memasang profil terbuat dari kaso kayu di luar kedua
ujung pasangan sejauh 50 cm, dan tegakkan profil dengan menggunakan unting-unting
3) Mengukur ketinggian lapis pertama pasangan dinding dengan pedoman elevasi sloof dan lantai
di bawahnya dengan selang plastik berisi air atau water pass.
4) Menentukan ketebalan setiap lapispasangan bata denganmemperhitungkan tebal bata dan siar.
5) Memberikan tanda untuk setiap ketinggian lapisan pasangan bata, dari lapis ke-1 sampai ke-20,
pada kedua profil yang telah dipasang.
6) Merentangkan benang dan mengikat pada tanda elevasi di kedua profil
7) Memasang lapisan batu bata dengan mengontrol kelurusan ke arah horisontal dan ketegakan ke
arah vertikal pada setiap lapisannya.
8) Memindahkan benang ke tanda elevasi lapis kedua, setelah lapis pertama selesai, dan
melakukan pemasangan selanjutnya.
9) Memasang angkur dengan panjang penyaluran/tertanam minimal 40 cm, setiap 6 lapis batu
bata pada bidang dinding.
10) Membersihkan ruang kerja dari adukan yang tercecer, cucilah alat dan kembalikan ke tempat
semula.
11) Mengulangi langkah-langkah pemasangan di atas sampai pekerjaan selesai.

Gambar 11-13 :Membuat Pedoman Siku Pemasangan Dinding Batu Bata

Pelaksanaan pemasangan batu batu merah, dengan menghubungkan batu merah masing-
masing bersama mortar menjadi suatu kesatuan yang juga dapat menerima beban. Siar-siar
vertikal selalu diusahakan agar tidak merupakan satu garis, harus bersilang, seperti terlihat
pada gambar berikut ini.
Gambar11-14 :Siar-siar Vertikal Batu Bata Tidak Satu garis

Gambar 11-15:Susunan Lapisan Pasangan Batu Bata

Lapisan pertama dengan lapisan yang kedua dibuat pada siar vertical yang berbeda kemudian
untuk lapisan kedua dan yang berikutnya pada batu masing-masing diletakkan adukan
(mortar) pada dinding yang sudah didirikan untuk siar yang horisontal dan pada batu merah
yang akan dipasang pada sisi sebagai siar vertical Sekarang batu merah dipasang menurut
tali yang telah dipasang menurut papan mistar sampai batu merah terpasang rapat dan tepat.
Dengan sendok adukan, mortar yang tertekan keluar siar-siar dipotong untuk digunakan
langsung untuk batu merah berikutnya.Pada musim hujan dinding-dinding pasangan batu
merah yang belum kering harus dilindungi terhadap air hujan. Perawatan pasangan batu
bata, untuk mecapai hasil yang optimal, selama proses pengerasan bahan adukandiperlukan
kelembaban yang memadai. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perawatan dengan menyiram
dinding secara berkala selama minimal 7-14 hari sejak mulai dipasang.

Bentuk dan teknis ikatan pemasangan batu bata, dapat dilihat dari gambar.Ikatan Setengah
Bata Memanjang

1) Ikatan satu batu memanjang

2) Ikatan setengah batu sudut


3) Ikatan setengah batu persilangan tiga jalur

4) Ikatan setengah batu persilanganempat jalur


Gambar 11-16: Berbagai Hubungan Setengah Bata
2. Dinding Bata Hebel

Hebel adalah jenis dinding dari bahan pabrikan, yang terbuat dari campuran semen, pasir
(silica), dan kapur, lalu dicampur air dan bahan pengembang setelah itu diproses
dengan diberi uap air tekanan tinggi dimana dalam pembentukannya gas-gas dibuang,
kemudian kantong-kantong udara dimanfaatkan untuk mengisi campuran beton (Semen, pasir
dan kapur), sehingga lebih padat tetapi ringan. Hebel dinamakan juga oleh tukang-tukang di
lapangan sebutan “bata ringan”, atau sebutan lain disebut juga dengan Hebel ACC
(Autoclaved Aerated Concrete) dan ada juga menyebut beton ringan aerasi.

Di Indonesia sekarang ini hebel/bata


ringan sudah banyak diproduksi pabrik
skala besar, dan pabrik rumahan
(home industries), tetapi mereka tidak
menyebutnya dengan merek hebel dan
masing-masin mebuat merek sendiri,
karena batu ringan ini awalnya merek
hebel yang pertama dikenal
orang.Kadang kala batu hebel
diproduksi juga dengan penguatan
tulangan besi, sehingga lebih kuat dan
kekuatannya menjadi berlipat
ganda.Hebel biasanya berwarna putih,
dan bentuknya seperti
batu bata, hanya ukurannya
lebih besar, umumnya
berukuran 10 cm x 19 cm x
59 cm atau ukuran 60 cm x
20 cm dengan ketebalan 8–
10 cm.

Spesifikasi umum hebel /bata ringan adalah;


1) Berat jenis kering : 520 kg/m3
2) Berat jenis normal : 650 kg/m3
3) Kuat tekan : > 4,0 N/mm2
4) Ketahanan terhadap api : 4 jam
5) Per meter luas, dibutuhkan 8-9 buah, atau untuk 1 m3 bata jenis ini bisa digunakan untuk pasangan
dinding seluas 11,5 m2. kebutuhan spesi kira-kira 3 cm, dan dapat tidak diplester, karena
permukaanya dan dimensi solid dan presisi.

Beberapa keuntungan menggunakan Hebel sebagai dinidng, antara lain yaitu;


1. Pemasangan Cepat; Masa pekerjaan konstruksidinding hebel lebih cepat, dibanding bata merah,
sehingga dari anggaran pekerjaan, yaitu penggunaan tenag kerja akan lebih hemat. Penggunaan
hebel akan menyisahkan sedikit sampah atau barang reject, yang membuat lokasi proyek lebih
bersih, tidak berantakan dank an mempercepat penyelesaian konstruksi.
2. Solid; Hebel lebih solid bila disbanding dengan batu olahan tradisional, lebih ringan sehingga
transportasi akan lebih mudah, dan hasil penelitian menunjukkan kekuatan hebel lebih kuat
dibanduing batu tradional.
3. Tahan Api; Hebel sangattahan api, ini akan membuat lebih aman dan untuk ketenangan
pikiranterhadapa bangunan, dan menambahkan keamanan.
4. Presisi; Hebel merupakan produksi pabrikan, tentu dimensi dan ukuran lebih presisi.
5. Ramah Lingkungan; Hebel dibuat dengan konstruksi yang uniktahan panasdenganmassa termal,
membuatbangunan lebih efisiensi, karena mengurangiketergantungan padapemanasan dan
pendinginan, dan akan berampak pada efisiensi penggunaan AC di ruangan.
6. Bagus untuk akustik; Hebeldenganpanel dindingringandan lebih solid,
akanmemberikantingkatkinerja akustik lebih berkualitas, karena lebih kedap suara.

Dari keuntungan pemakaian batu hebel, jelas akan lebih bermanfaat dibanding menggunakan
batu bata, atau batu tradisonal lain.
Gambar 11-17:Bahan Dinding Hebel

Ada beberapa kekurangan dinding bata hebel atau celcon ini, yaitu;
1) Harga relative lebih mahal disbanding bata/batako, dan bahabn tradisonal lain.
2) Tidak semua tukang mampu memasang hebel.
3) Pembelian melalui pemesanan pada took yang special menjual hebel.

Gambar 11-18:Pemasangan Dan Aplikasi Dinding Hebel

Hebel bahannya jenis ini harganya lebih mahal kurang lebih 16,5 % dari harga dinding bata
merah untuk setiap 1 m2 terpasang. Dinding jenis ini sering digunakan pada rumah-rumah
mewah, hotel, apartemen, monumen dan gedung-gedung mewah yang lain.Dinding jenis
hebel bisa saja tidak diplester, cukup diaci saja karena permukaannya yang sudah relatif rata
dan permukaan batu yang lebar.Hanya saja ketebalan kusennya harus disesuaikan. Selain itu,
dalam praktik pemasangan sangat sedikit bahan yang terbuang. Jarak pemasangan kolom
penguat sama dengan yang disyaratkan pada bata merah.
3. Dinding Batako

Batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang pengerasannya
tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam
pembuatannya dapat ditambahkan dengan bahan tambah lainnya (additive). Selain itu ada
juga yang membuatnya dari campuran batu tras, kapur dan air bahkan kini juga beredar
batako dari campuran semen, pasir dan batubara, tentu dengan campuran kekuatannya
menjadi kurang. [pengertian Batako, menurut PUBI (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia) tahun 1982 pasal 6, “Batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan
memelihara dalam kondisi lembab”, sednagkan menurut SNI 03-0349-1989, “Conblock
(concrete block) atau batu cetak beton adalah komponen bangunan yang dibuat dari
campuran semen Portland atau pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan tambahan lainnya
(additive), dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai
bahan untuk pasangan dinding”

Bentuk dari batako/batu cetak itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu batu cetak yang berlubang
(hollow block) dan batu cetak yang tidak berlubang (solid block) serta mempunyai ukuran yang
bervariasi.Ukuran batako (press) pada umumnya adalah panjang 36-40 cm, tebal 8-10 cm, dan
tinggi 18-20 cm. Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan 15 buah batako. Biasanya
orang memilih jenis batako press, hal ini dipilih untuk memperingan beban struktur sebuah
bangunan, mempercepat pelaksanaan, dan meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat
proses pemasangan dinding.
Gambar 11-19:Bentuk Batako (solid block dan hollow block)

Sebutan batako, juga sering disebut dengan bata beton, hanya campuran semennya lebih
sedikit dan bervariasi tergantung pabrik yang memperoduksinya.Batako diklasifikasikan menjadi
dua golongan yaitu batako normal dan batako ringan. Batako normal tergolong batako yang
memiliki densitas sekitar 2200-2400 kg/m3 dan kekuatannya tergantung komposisi campuran
beton (mix design). Sedangkan untuk beton ringan adalah suatu batako yang memiliki densitas
< 1800 kg/m3, begitu juga kekuatannya biasanya disesuaikan pada penggunaan dan
pencampuran bahan bakunya (mix design).Batako yang baik adalah yang masing-masing
permukaanya rata dan saling tegak lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi.Permukaan
batako harus mulus, berumur minimal satu bulan, pada waktu pemasangan harus sudah kering,
berukuran panjang 400 mm, lebar 200 mm dan tebal 100-200 mm, kadar air 25-35 % dari berat,
dengan kuat tekan antara 2-7 N/mm2”. Sebelum dipakai dalam bangunan, maka batako
minimal harus sudah berumur satu bulan dari proses pembuatannya, kadar air pada waktu
pemasangan tidak lebih dari 15 %.
Gambar 11-20:Ukuran Batako Press(Diambil dari sampel produksi)

Beberapa faktor yang menjadikan batako berkualitas, antara lain adalah; Faktor air semen,
umur batako dari mulai diproduksi, kepadatan batako yang dipengaruhi ketika produksi, bentuk
dan struktur batuan dan campuran bahan yang digunakan.Berikut ini adalh spesifikasi umum
batako;
1) Berat jenis normal 1000 kg/m3
2) Berat jenis kering 950 kg/m3
3) Kuat tekan : 5,5 N/mm²
4) Tebal spesi : 20 – 30 mm
5) Jumlah (kebutuhan) batako press per 1 m2 : 20 – 25 buah.

Beberapa keuntungan menggunakan batako sebagai dinding bangunan, yaitu;


1) Secara kuantitatif dalam pemasangan dinding, jumlahnya lebih sedikit bila dibanding dengan
batu bata.
2) Memasnga lebih cepat, dan dimensi ukruan lebih seragam disbanding bat merah.
3) Tidak perlu diplester untuk menghemat biaya
4) Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air.
Beberapa kekurangan menggunakan batako sebagai dinding bangunan, yaitu;
1) Gampang retak pada dinding
2) Gampang pecah, sehingga membutuhkan ekstra ketika pengangkutan dan pemasangan
3) Kurang baik untuk insulasi panas dan suara.

Bahan dinding batu cetak yang tidak dibakar atau sebutan umum batako, ada juga yang
menyebut konblok, berdasarkan bahan bakunya dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Batako putih; Batako putih ata tras terbuat dari campuran trass, batu kapur, dan air, dan
sering juga disebut batu cetak kapur trass. Trass merupakan jenis tanah yang berasal
dari lapukan batu-batu yang berasal dari gunung berapi, warnanya ada yang putih dan
ada juga yang putih kecokelatan. Ukuran batako trass yang biasa beredar di pasaran
memiliki panjang 20 cm–30 cm, tebal 8 cm–10 cm, dan tinggi 14 cm–18 cm.
2) Batako semen; dibuat dari campuran semen dan pasir. Ukuran dan model lebih
beragam dibandingkan dengan batako putih. Batako ini biasanya menggunakan dua
lubang atau tiga lubang disisinya untuk diisi oleh adukan pengikat. Nama lain dari
batako semen adalah batako pres, yang dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pres
mesin dan pres tangan. Secara kasat mata, perbedaan pres mesin dan tangan dapat
dilihat pada kepadatan permukaan batakonya. Di pasaran ukuran batako semen yang
biasa ditemui memiliki panjang 36 cm–40 cm, tinggi 18 cm–20 cm dan tebal 8 cm–10 cm

Gambar 11-21:MesinPress Tangan

Kelebihan dinding menggunakan batako putih antara lain adalah, pemasangan relatif lebih
cepat, harga relatif murah. Kemudian kekurangan dinding batako putih antara lain adalah, rapuh
dan mudah pecah, menyerap air sehingga dapat menyebabkan tembok lembab, dinding mudah
retak, dan penggunaan rangka beton pengaku relatif lebih banyak, yaitu setiap bidang dinding
seluas.

Kelebihan dinding menggunakan batakosemen (pres) antara lain adalah;


1) Lebih kedap air sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya rembesan air.
2) Pemasangan lebih cepat daripada dinding bata merah ataupun dinding batako putih,
karena ukuran material yang lebih besar.
3) Membutuhkan rangka beton pengaku relatif lebih sedikit, yaitu antara 9-12 m2 luas
bidang dinding
4) Ukuran material lebih presisi dan seragam, sehingga mengurangi pemakaian spesi, dan
material plester dan aci.
5) Ketersediaan material relatif terjamin, serta fluktuasi harga tidak terlalu tinggi karena
proses pembuatannya tidak terlalu dipengaruhi oleh musim.
Kemudian kekurangan dinding batako presantara lain adalah;
1) Harga relatif lebih mahal dibanding batako tras.
2) Mudah terjadi retak rambut pada dinding.
3) Dinding mudah berlubang karena terdapat lubang pada bagian sisi dalamnya, sehingga
menyulitkan untuk pemasangan perabot pada dinding.

Batako dan paving block yang diproduksi, bahan bakunya terdiri dari pasir, semen dan air
dengan perbandingan 75 : 20 : 5. Perbandingan komposisi bahan baku ini adalah sesuai
dengan Pedoman Teknis yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 1986.
Adapun proses produksi batako dan paving block adalah sebagai berikut :
1) Pasir diayak untuk mendapatkan pasir yang halus dengan menggunakan mesin/manual.
2) Pasir tanpa diayak dan semen diaduk sampai rata dengan menggunakan mesin
pengaduk/manual dan setelah rata ditambahkan air.
3) Adonan pasir, semen dan air tersebut diaduk kembali sehingga didapat adukan yang
rata dan siap dipakai.
4) Adukan yang siap dipakai ditempatkan di mesin pencetak batako/paving block dengan
menggunakan sekop dan di atasnya boleh ditambahkan pasir halus hasil ayakan
(bergantung pada jenis produk batako/paving block yang akan dibuat).
5) Dengan menggunakan lempengan besi khusus tersebut dipres/ditekan sampai padat
dan rata mekanisme tekan pada mesin cetak.
6) Batako/paving block mentah.yang sudah jadi tersebut kemudian dikeluarkan dari
cetakan dengan cara menempatkan potongan papan di atas seluruh permukaan alat
cetak.
7) Berikutnya alat cetak dibalik dengan hati-hati Skala produksi dan keunggulan produk
akhir sehingga batakolpaving block mentah tersebut keluar dari alat cetaknya.
8) Proses berikutnya adalah mengeringkan batako/paving block mentah dengan cara
diangin-anginkan atau di jemur di bawah terik matahari sehingga didapat batako/ paving
block yang sudah jadi

Teknik dan cara pemasangan batako sama saja halnya dengan teknik dan pemasangan batu
bata, perbedaan hanya terletak pada ukuran saja. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kita
tidak akan membahas secara detail pemasangan batako, karena dapat dilihat pada materi
terdahulu tentang pemsangan batu bata. Baik itu tentang persiapan alat, persiapan bahan dan
lain sebagainya, dan yang terpenting untuk menghasilkan yang lebih baik, dan kuat
pemasangan batako haruslahbenar-benar disusun dengan rapi.Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penngunaan batako sebagai dinding bangunan, yaitu;
1) Penyimpanan, diusahakan di dalam keadaan cukup kering
2) Kemanan konstruksi batako, sebaiknya disusun maksimal per lima lapis.
3) Pemasangan tidak perlu dibasahi terlebih dahulu, serta tidak bolehdirendam air.
4) Pemotongan batako dipergunakan palu, sendok semen, atau tatah untukmembuat goresan
pada batu yang akan dipatahkan.

Gambar 11-22:Pemasangan Batako Sebagai Dinding Pagar

Untuk memperkuat dinding batu batako juga digunakan rangkapengkaku yang terdiri dari
kolom atau balok beton bertulang yang dicordi dalam lubang-1ubang batu batako.Kolom beton
ini selalu dipasang disudut-sudut, pertemuan dan persilangan dinding seperti terlihat
padagambar diatas.Jika dinding bersilangan salah satu dinding terdiri daribatu batako yang
tidak berlubang, maka digunakan angker besi beton.

Berikut ini, beberapa gambar teknik dan susunan pemasangan batako yang dipersyaratkan
untuk dipedomani.
Gambar 11-23 :KonstruksiBatakoHubungan Sudut

Gambar 11-24:Konstruksi Batako Sudut Dengan Penguat Kolom

Gambar 11-25:KonstruksiBatakoHubungan Persilangan


Gambar 11-26:Konstruksi Batako Dengan Penguat Besi Beton

4. Dinding Batu Alam

Batu alam membuat tampilan ruangan jadi alami, bentuk, tekstur, dan motifnya mampu
membuat suasana ruang berubah sejuk alami. Dalam pemasangan, batu alam dapat
menghasilkan beragam pola dan tampilan. Dinding batu alam biasanya terbuat dari bebatuan
yang terdapat di alam, beda dengan batu olahan, seperti batu kali, batu cadas, batu candi,
dan batu yang dapat dipakai sebagai dinding baik itu berfungsi sebagai penyekat, penahan
maupun sekalian sebagai dekorasi arsitektur. Prinsip pemasangannya hampir sama dengan
batu bata, dimana siar vertikal harus dipasang selang-seling, untuk menyatukan batu diberi
adukan seperti campuran ½ PC : 1 kapur : 6 pasir untuk bagian dinding di atas permukaan
tanah.

Batu alam dapat dipasang dengan pola seperti batu bata dinding, kotak-kotak bujur sangkar,
dan susun sirih, selain juga pemasangan maju mundur. Pilihan pola ini dapat disesuaikan
dengan keinginan atau sesuai dengan karakter batu yang dipakai. Batu candi batu ini berupa
lempengan. mudah menyerap air karena berpori besar. Teksturnya kasar. Apabila terkena air,
warna batu lebih kelam biasanya semakin hitam. Ukuran yang tersedia: 10 cm x 20 cm, 15 cm
x 30 cm, dan 20 cm x 20 cm. Tersedia pula ukuran lebih besar, berkisar antara 20 cm x 30
cm, 20 cm x 40 cm, dan 40 cm x 40 cm.

Batu alam biasanya digunakan untuk pondasi rumah, meski begitu, tersedia juga batu kali
lempengan. Bentuk dan ukuran batu alam biasanya tidak teratur, lempengan batu ini biasa
dipakai untuk lapisan dinding ataupun lantai, bentuk dan ukuran yang tidak beraturan jelas
membuat proses pemasangan agak sedikit sulit butuh ahli agar hasilnya rapi daan terlihat
lebih artistik. Kemudian batu andesit, batu ini paling keras di antara batu alam yang umum
dipakai. Tingkat porositasnya paling kecil karena berpori rapat, warnanya gelap, ukuran yang
tersedia mulai 5 cm x 20 cm, sampai 20 cm x 40 cm, dengan ketebalan 3-4 cm. Seperti halnya
batu paras, penggunaan batu ini cocok di segala ruang, pola yang banyak digunakan adalah
susun bata, ini menjadikan struktur pelapis dinding ini kuat karena saling mengikat.
5. Dinding Penahan Tanah

Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berfungsi untukmenahan tanah lepas
atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang miring ataulereng yang kemantapannya
tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri. Tanah yang tertahan memberikan dorongan
secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur akan cenderung terguling atau tergeser.
Fungsi utama dari dinding penahan tanah adalah menahan tanah yang berada dibelakangnya
dari bahaya longsor akibat benda-benda yang ada atas tanah, adanya berat tanah, adanya
berat air (tanah) dan lain sebagainya. Dinding penahan merupakan dinding yang dibangun
untuk menahan massa tanah di atas struktur atau bangunan yang dibuat. Jenis konstruksi
dapat dikonstribusikan merupakan konstruksi dengan mengandalkan berat konstruksi untuk
melawan gaya-gaya yang bekerja.Fungsi khusus yang dapat diberikan oleh dinding pasangan
batu yaitu, pemanfaatan ruang dari suatu pembangunan jenis sarana dan prasarana lain, dan
pemeliharaan, penunjang umur dan bagian dari jenis sarana dan prasarana lain. Hal tersebut
dapat terjadi pada dinding saluran irigasi, prasarana tepi jalan kondisi khusus, perlindungan
tebing, dan lain-lain.

Dinding penahan tanah, biasanya dibuat dari pasangan batu kali, yaitu pasangan batu yang
dilekatkan dengan campuran semen, pasir dan air. Dikenal beberapa jenis dinding penahan
tanah, seperti konstruksi batu kali murni, batu kali dengan tulangan (gravity & semi gravity),
tembok yang dibuat dari bahan kayu (talud kayu), dan tembok yang dibuat dari bahan beton
(talud beton).

Dinding penahan tanah digolongkan menurut bahan-bahan yang dipakai antaralain yaitu;
1) Dinding dari batu; Dinding penahan jenis ini digunakan untuk mencegah terjadinya keruntuhan
tanah, dan digunakan apabila tanah asli di belakang tembok itu cukup baik dan tekanan tanah
dianggap kecil.
2) Dinding dari beton; Tipe Gravitasi (Tipe Semigravitasi)bahan dari dinding ini dapat dibuat dari
balok beton polos (plain concrete). Stabilitas dinding ini tergantung beratnya dan tidak ada gaya
tarik di setiap bagian dari dinding. Dinding ini kurang ekonomis apabila digunakan untuk dinding
yang tinggi. Dinding Semi Gravitasi adalah dinding yang sifatnya terletak antara sifat dinding
gravitasi sebenarnya dan dinding kantilever. Dimana pada dinding ini terdapat perluasan kaki
sehingga tebal penumpang dapat direduksi dan digunakan sejumlah kecil penguatan bajaKarena
bentuknya yang sederhana dan juga pelaksanaan yang mudah, jenis ini sering digunakan apabila
dibutuhkan konstruksi penahan yang tidak terlalu tinggi atau bila tanah pondasinya baik.

3) Dinding dari Beton Bertulang; Dengan Balok Kantilever Dinding penahan dengan balok
kantilever tersusun dari suatu dinding memanjang dan suatu pelat lantai, dinding ini
menggunakan aksi konsol untuk menahan massa yang berada di belakang dinding dari
kemiringan alami yang terjadi akan berlaku sebagai balok kantilever dan kestabilan dari dinding
didapatkan dengan berat badannya sendiri dan berat tanah di atas tumit pelat lantai. Dinding
penahan jenis ini relatif ekonomis dan juga relatif mudah dilaksanakan.

Gambar 11-27:Konstruksi Dinding Penahan Tanah

Dinding penahan tanah digolongkan berdasarkan cara untuk mencapai stabilitas,antara lain
yaitu;
1) Dinding gravitasi (gravity wall); Dinding ini biasanya di buat dari beton murni dan tanpa
tulanganatau dari pasangan batu kali. Stabilitas konstruksinya diperoleh hanya dengan
mengandalkan berat sendiri konstruksi, biasanya tinggi dinding tidak lebih dari 4 meter.
2) Dinding penahan kantilever (kantilever retaining wall); Dinding penahan kantiliver di buat dari
beton bertulang yang tersusun dari suatu dinding vertical dan tapak lantai. Masing-masing
berperan sebagai balok atau pelat kantiliver, stabilita konstruksinya diperoleh dari berat sendiri
dinding penahan dan berat tanah diatas tumit tapak (hell). Terdapat 3 bagian struktur yang
berfungsi sebagai kantiliver, yaitu bagian dinding vertical (steem), tumit tapak dan ujung kaki
tapak (toe ), dan biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6– 7 meter
3) Dinding conterfort (counterfort wall); Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertical cukup
besar, maka bagian dinding vertical dan tumit perlu disatukan (kontrafort). Kontrafort berfungsi
sebagai pengikat tarik dinding vertical dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan interfal
jarak tertentu. Dinding kontrafort akan lebih ekonomis digunakan bila ketinggian dinding lebih
dari 7 meter.
4) Dinding butters (butters Wall); Dinding Buttress hampir sama dengan dinding kontrafort, hanya
bedanya bagian kontrafort diletakkan di depan dinding. Dalam hal ini, struktur kontrafort
berfungsi memikul tegangan tekan. Pada dinding ini, bagian tumit lebih pendek dari pada bagian
kaki. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah
diatas tumit tapak. Dinding ini lebih ekonomis untuk ketinggian lebih dari 7 meter
.
Gambar 11-28: Desain Konstruksi Dinding Penahan Tanah

6. Dinding Beton

Pada Bab terdahulu telah dijelaskan pengertian dari beton, untuk lebih mengingatkan
pemahaman kita, penegertian beton yaitu suatu campuran yang berisi pasir, krikil/ batu pecah/
agregat lain yang dicampurkan menjadi satu dengan air yang setelah mongering membentuk
suatu masa yang disebut dengan beton, dan selanjutnya dapat digunakan untuk membuat
pondasi, balok, plat lantai, dan lain sebagainya.Dari pekerjaan dan fungsinya beton dikenal
ada berbagai jenis, yaitu, beton normal, beton bertulang, beton pratekan, dan beton komposit.

Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton, antara lain yaitu;


1) Jenis dan kualitas semen (PC);
2) Perbandingan campuran semen, dengan agregat lain dalam campuran, serta teknik dan metoda
pencampuran bahan bahan yang digunakan;
3) Pelaksanaan pekerjaan beton dan perawatan sampai mongering.

Sebagai salah satu konstruksi yang dikerjakan, beton memiliki Kelebihan dan Kekurangan.
Beton dalam keadaan mengeras akan sangat keras dan kaku, tetapi dalam keadaan segar
beton seperti bubur sehingga mudah dibentuk sesuai keinginan. beton juga sangat tahan
terhadap serangan api juga sangat tahan terhadap serangan korosi, dan secara umum
kelebihan dan kekurangan beton adalah;
1) Kelebihan beton; dapat dibentuk sesuai keinginan, mampu memikul beban tekan yang berat,
tahan terhadap temperatur tinggi, biaya pemeliharaan relative kecil.
2) Kekurangan beton; bentuk yang sudah dibuat sulit untuk diubah, pelaksanaan pekerjaan
memerlukan ketelitian yang tinggi, berat, daya pantul suara besar, membutuhkan cetakan
sebagai alat pembentuk, tidak memiliki kekuatan tarik, setelah dicampur beton segera
mengeras, dan beton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa di daur ulang.

Gambar 11-29 : Dinding Beton pada Bangunan

Dinding beton dibuat dengan berbagai tujuan, selain untuk struktur beton dapat diadikan
sebagai disain arsitektur bangunan.Saat ini banyak orang membuat dinding beton dari blok-
blok beton pracetak, disamping kuat mudah dalam pengerjaan di lapangan, yang hanya
menyatukan dengan konstruksi yang telah ada atau menempelkannya pada frame yang telah
disediakan sebelumnya. Sekarang ini banyak didapat dinding berbahan beton, dari desain dan
pengerjaannya dikenal beberapa macam, yaitu;
1) Dinding beton dan beton bertulang
2) Dinding beton pracetak
3) Dinding beton panel

Dinding beton bertulang banyak dipakai dalam konstruksi dinding penahan tanah, hal tersebut
dimungkinkan karena kekuatannya dan mudah membentuk dan melaksanakna sesuai dengan
counter/relief alam yang akan dikerjakan. Penggunanaa dinding beton bertulang, banyak
diapaki seperti untuk bendungangan, drainase, dan pondasi atau jembatan. Bahkan untuk
konstruksi tertentu dinding juga dapat ditanam pipa didalamnya, karena dinding beton dapat
menahan kontraksi air dari luar yang dapat melindungi kekuatan pipa di dalamnya. Tampilan
estetikadari dindingbeton bertulangdapat dibentuk sehingga menarik perhatian, dan akan
memperindah tampilan luar disamping kekuatan yang tetap dipertahankan.

Ketahanan dinding beton dapat bertahan berpuluh puluh tahun, bahkan ratusan tahun
tergantung dari kekuatan serta ketebalan lapisan beton yang di desain, dan kekuatan dinding
beton akan bertambah dari tahun ke ktahun, sampai tercapai titik kuat yang diprediksi bisa
sampai ratusan tahun. Namun, bila spesifikasikonstruksi bangunantidakkuat, ini yang
memungkinkan dinding akan mengalami penurunan, seperti timbulnya retak-retak, yang
akhirnyaakan mengalami keruntuhan. Pembangunan konstruksi dindiing beton dapat di
desain dengan kombinasi arsitektur yang indah, sehingga bukan hanya kokoh dari segi
struktur tetapi indah dari sudut estetika.

Gambar 11-30 : Dinding Beton Bertulang Sebagai Penahan Tanah

7. Dinding Partisi

Bila ditinjau dari arti kata partisi, mungkin semua dari kita memahami maksudnya, partisi
berarti pembatas atau sekat ruangan.Kebiasaan di rumah partisi dapat dipasang dan
dipindah-pindah sesuai keinginan.Penggunaan partisi sebagai pembatas ruangandimana
ruangan satu dengan yang lainnya mempunyai fungsiyang berbeda.Jadi sesuai dengan
namanya dinding partisi memang dikhususkan untuk sekat antar ruang, karena di desain
sebagai sekat antara ruang satu dan yang lain, dinding ini memiliki desain konstruksi yang
lebih praktis dan ringan dibanding dengan konstruksi dinding seperti dinding bagian
luar.Selain fungsi pembatas ruangan,partisi jugadapat difungsikan sebagai tampilan dekoratif
interior ruanganbersama furniture pendukung, sehingga keberadaannya dapatmembuat kesan
lebih hidup dan mewah di suatu ruangan,kesan kosong dapatdihindari berkat hadirnya
furniture yang sesuai. Fungsi lain dari partisi adalah sebagai bagian dari meubuler dengan
mendesain partisi sebagai lemari atau bufet yang minimalis.

Bahan partisi untuk dinding dengan banyaknya produk pabrikan dapat didesain bagus dan
murah, dan biasanya dinding jenis partisi ini tidak bisa digunakan untuk dinding luar
(eksterior), hal Ini disebabkan sifat bahannya yang kurang menjamin faktor keamanan dari
gangguan luar. Disamping tidak cocok untuk konstruksi terbuka, dinding jenis ini juga tidak
dirancang untuk memikul beban yang berat. Dinding macam ini banyak digunakan sebagai
bahan penyekat ruangan, terutama di perkantoran.Dengan desain yang variatif,partisihadir
dengan berbagai material seperti kayu, rotan, kaca, bambu, triplek/multiplek yang difinishing
dengan lapisan takon, HPL, lembaran lembaran pelapis modern, dan lain sebagainya yang
telah banyak di jual di pasaran. Penggabungan material tersebut diharapkan bias
menghasilkan tampilan partisi yang cantik sehingga dapatmenjadi elemen penunjang interior.

Dengan desain yang simple tetapi multifungsi, layak untuk dijadikan alasan sebuah partisi
dengan bufet sebagai penyekatruangan bisa digunakan untuk menyimpan benda koleksiatau
koleksi crystal.Adanya ruang keluarga danruang makan dalam satu area,penempatan bufet
sebagaipenyekat diharapkan dapat menjadi solusi untuk membuat lebihnyaman area favorit
anda.

Dipasaran semakin banyak pilihan bahan untuk diaplikasikan menjadi dinding partisi, namun
ada tiga bahan yang seringkali digunakan dalam perencanaan, antara lain yaitu Gypsum,
Papan Kalsium/ Fibercement, dan Triplek/Multiplek. Bahan untuk dinding partisi, yang dipakai
umumnya terdiri dari lembaran multiplek atau papan gipsum,. bahan lain yang bagus untuk
partisi adalah papan semen fiber glass,yang terbuat dari campuran semen dan fiber glass
sehingga sangat kuat. Pemasangan kerangka kayu atau hollow biasanya menggunakan
sekrup sebagi paku untuk merekatkan bahan dimaksud, bahannya mudah dipotong dengan
menggunakan gergaji.Untuk dinding partisi yang memakai bahan multiplek bisa dikatakan
kurang aman, mengingat bahan mudah terbakar dan mudah mengelupas bila sering terkena
air.Secara umum pemakaian partisi selalu dibuat dua lapis, untuk luar dan dalam. Bila dana
terbatas, gunakan bahan partisi ini untuk pembatas ruangan. Jenis bahan disesuaikan dengan
selera dan besarnya biaya.

7.1 Papan Gypsum

Papan gypsum terdiri dari bahan gypsum yang dibungkus dengan kertas penguat di
sekelilingnya. Pada umumnya yang tersedia dipasaran bagian ujung papan sisi panjang
berbentuk miring, namun ada juga beberapa produk yang menyediakan tepian yang kotak
untuk aplikasi khusus. Kekuatan utama gypsum terletak pada kertas pembungkusnya, untuk
papan gypsum standar kertas pembungkus biasanya berwarna gading cenderung kecoklatan,
dengan bahan sepintas mirip dengan kertas zak pembungkus semen. Saat ini produsen
gypsum memproduksi beberapa jenis gypsum untuk beberapa aplikasi. Ketebalan gypsum
bervariasi, rata-rata di pasaran adalah 9mm, 12mm dan 15 mm untuk type gypsum standar
(plasterboard).

Berikut ini adalah beberapa karakteristik gypsum, yaitu:


1) Ketahanan Terhadap Air; Karena kekuatan papan gypsum yang terletak pada kertas
pembungkusnya, maka untuk gypsum standar (plasterboard) yang ada dipasaran rata-rata tidak
tahan terhadap basah dan lembab, kertas akan mengelupas dan inti gypsum akan terurai. Bila
memang memerlukan gypsum sebagai partisi maka beberapa merk terkenal mengeluarkan type
papan gypsum dengan pelapis yang lebih tahan terhadap lemba, bukan basah, karena bahan
gypsum memang tidak akan bertahan terhadap basah tentu dengan harga yang lebih mahal untuk
ketebalan yang sama.

2) Akustik; Bahan papan gypsum standar (plasterboard) relatif lunak sehingga bahan gypsum relatif
bisa menyerap suara dengan baik daripada dinding bata. Papan gypsum cocok digunakan untuk
ruang-ruang yang memerlukan peredaman suara, dan karena sifat peredaman gypsum yang baik
inilah maka beberapa produsen mengeluarkan panel peredam suara yang lebih baik dengan
berbahan dasar gypsum.

3) Ketahanan Terhadap Api; Papan gypsum standar (plasterboard) mempuyai lapisan kertas sebagai
penguat, dan seperti kita ketahui bahwa kertas adalah penghantar api, sehingga kurang aman
terhadap api. Namun beberapa produsen menciptakan gypsum yang lebih tahan terhadap api
dengan lapisan kertas khusus (tentu dengan harga yang lebih mahal).
4) Ketahanan Terhadap Benturan dan Goresan; Aplikasi gypsum sebagai dinding partisi saat ini sudah
menjadi suatu hal yang umum, namun dari berbagai kasus yang terjadi, pemasangan papan gypsum
di ruang yang biasa dilalui banyak orang cenderung mudah rusak dan gupil terutama di bagian sudut
dinding seperti sebagai pelapis kolom. Selain itu bila dinding tergores dengan sesuatu yang tajam
maka dipastikan kertas akan mudah terkelupas, tetapi perbaikan untuk hal ini cukup mudah.

Pemasangan papan gypsum sebagai partisi dapat menggunakan rangka kayu ataupun rangka
metal yang banyak tersedia di pasaran. Rangka biasanya disusun secara vertikal dengan
jarak menyesuaikan dengan persyaratan tinggi maksimum yang dibutuhkan. Pemasangan
gypsum direkomendasikan dipasang tegak, dengan sisi pendek pada bagian bawah dan atas.
Jarak antar panel gypsum menurut rekomndasi rata-rata dari pabrikan sebesar 2.5-5mm.
Pemasangan panel pada rangka menggunakan sekrup gypsum, jarak yang direkomendasikan
antar sekrup sebesar 200 – 500 mm tergantung ketebalan gypsum. Nat yang terjadi antar
panel gypsum ditutup dengan joint compound gypsum dan kain kassa. Setelah sambungan
tertutup, maka tinggal menghaluskan dan meratakan sambungan dengan ampelas, dan iap
diberikan cat dasar. Bila menggunakan aplikasi rangka kayu, maka sebaiknya kayu yang
dipakai sebagai rangka adalah kayu yang cukup kering, banyak kejadian sambungan antar
gypsum terjadi keretakan dikarenakan muai susut kayu rangka.

Harga gypsum dipasaran relatif bervariasi, saat ini banyak produsen gypsum yang
menawarkan produknya mulai dari yang berkualitas dengan harga yang tinggi, hingga gypsum
kelas low-end yang ditawarkan dengan harga murah tentu dengan kualitas seadanya. Harga
gypsum ditentukan oleh ketebalan dan jenis pelapis untuk aplikasi khusus.

7.2 Papan Kalsium

Papan Kalsium terbuat dari panel kalsium-silikat dan menggunakan serat selulosa sebagai
penguat. Secara tampilan kasat mata papan kalsium menyerupai bahan plafon fibercement,
namun lebih tebal dan kuat. Papan kalsium dalam proses produksinya telah mengalami
pengeringan secara autoclaving, sehingga tidak mengalami muai susut. Berat jenis papan
lebih berat daripada papan gypsum, namun dari sisi kekuatan dan kepadatan papan kalsium
lebih padat dan kuat. Dipasaran ketebalan papan kalsium terdiri dari 6mm,9mm dan 12 mm.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik Papan Kalsium, yaitu:
1) Ketahanan terhadap air; Papan Kalsium lebih tahan terhadap air dan lembab. Bila terkena air,
papan kalsium tidak akan terurai seperti halnya papan gypsum, ataupun terkelupas seperti triplek
atau multiplek, namun dari beberapa pengalaman yang saya temui, papan kalsium bila terkena air
dan lembab akan mudah sekali terdapat bercak-bercak hitam, namun hal ini dapat dengan mudah
diatasi dengan pengamplasan dan pengecatan kembali.
2) Akustik;Papan kalsium memiliki material yang cukup padat, bahkan lebih padat dari plesteran
dinding bata pada umumnya, oleh karena itu dari segi akustik papan kalsium cenderung tidak dapat
menyerap suara dengan baik dan tidak cocok untuk ruang yang membutuhkan peredaman suara
seperti ruang pertunjukan atau studio.
3) Ketahanan Terhadap Api;Bahan papan kalsium rata-rata tidak mudah terbakar dan tidak juga
menyebarkan nyala api, sehingga bahan ini sangat cocok untuk ruang-ruang yang membutukkan
perlindungan terhadap api, dan yang rentan pada kebakaran seperti dapur, laboratorium, dan lain
sebaginya.
4) Ketahanan Terhadap Benturan dan Goresan;Bahan dengan kerapatan yang padat, menjadikan
papan kalsium cocok diaplikasikan di ruang dimana banyak orang dan barang berlalu lalang. Papan
Kalsium tidak mudah ”gupil” dan gores, namun perlu dicatat bahwa papan kalsium mempuyai sifat
yang lebih getas, sehingga bila mengalami benturan yang cukup keras pada bagian yang tidak
terdapat rangka bisa mengalami keretakan, dan keretakan pada papan kalsium memang bisa diatasi
dengan pemberiana plaster & compount seperti halnya pada gypsum, namun hasilnya tidak bisa
serapi papan gypsum.

Dalam hal pemasangan tidak jauh beda dengan pemasangan papan gypsum, namun perlu
dicatat, bahwa papan kalsium dengan sifat bahan yang lebih keras dan kaku maka biasanya
bila rangka kurang rapi sambungan antar panel juga terlihat begelombang, dan hal ini lebih
sulit diatasi dengan dempul daripada papan gypsum.Harga papan kalsium rata-rata dipasaran
relatif lebih mahal daripada papan gypsum standart dengan ketebalan yang sama, namun
dalam aplikasi partisi yang sama papan kalsium bisa menggunakan ketebalan yang lebih tipis
daripada papan gypsum. Namun bila dibandingkan dengan papan gypsum untuk aplikasi
khusus seperti papan gypsum tahan api, papan gypsum tahan kelembaban, maupun papan
gypsum tahan benturan, maka harga papan kalsium relatif lebih murah.

7.3 Papan Triplek/ Multiplek


Papan Multiplek dibuat dari serutan kayu yang dilapiskan secara vertical dan horizontal secara
berselangseling antar lapisan, dan antar lapisan tersebut di press dengan tekanan tertentu
dan di lem. Dalam proses pembuatannya masing-masing lapisan pada triplek maupun
multiplek telah mengalami pengeringan yang sempurna dan telah difumigasi, sehingga
menjadikan papan triplek/multiplek tahan terhadap rayap dan hewan pemakan kayu lainnya
dan tidak mudah mengalami pelapukan.

Berikut ini adalah beberapa karakteristik Papan Triplek/ Multiplek, yaitu:


1) Ketahanan terhadap air; Papan Triplek/Multiplek bila dibiarkan tanpa pelapis tidak akan tahan
terlalu lama di tempat yang berair, namun bila hanya tersiram untuk jangka waktu yang tidak terlalu
lama, triplek /multiplek lebih bertahan daripada papan gypsum standar. Bila direndam dalam air
dalam waktu yang cukup lama maka papan akan mengelupas tiap lapisannya, dan melapuk. Namun
dengan pelapisan yang baik partisi triplek/multiplek dapat digunakan untuk ruang yang lembab
seperti sebagai partisi toilet.
2) Akustik; Papan Multiplek memiliki tingkat reduksi yang cukup bagus tergantung juga ketebalannya
dan mudah dibentuk, sehingga papan multiplek cocok ruang yang memerlukan pengaturan tata
suara seperti gedung konser.
3) Ketahanan Terhadap Api; Sifat bahan dasar kayu sebagai penghantar api, kayu olahan multiplek
sebaiknya dihindarkan untuk partisi ruang- ruang yang kontak langsung dengan api seperti dapur,
dan laboratorium penggunaan multiplek untuk partisi ruang yang retan terhadap api dapat diatasi
dengan penggunaan bahan pelapis yang tahan api.

Dari segi pemasangan papan multiplek lebih fleksibel dan mudah dibentuk manjadi model
apapun, pemasangan tidak memerlukan tenaga ahli khusus. Rangka untuk menyokong papan
multiplek juga bisa terbuat dari kayu maupun rangka metal. Kelebihan dari pemasangan
multiplek adalah bahan yang mudah dibentuk menjadi bentuk apapun, dan sisa maupun
bongkaran bisa dimanfaatkan lagi tanpa terlalu banyak kerusakan.

Dari soal harga saat ini harga bahan bangunan berbahan dasar bahan kayu relatif lebih mahal
saat ini. Harga tiap lembar multiplek dipengaruhi oleh tebal dan tekstur kayu yang dipakai.
Bahan triplek/ multiplek sangat fleksibel karena bisa dibongkar pasang tanpa banyak merusak
bahan, dan bahan masih bisa digunakan lagi, hal ini menjadikan bahan ini lebih ekonomis
untuk jangka panjang bila memang partisi sering di bongkar pasang.

Penggunaan dinding partisi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan


perumahan dan perkantoran yang tidak hanya mempertimbangkan faktor biaya dan waktu
yang dihabiskan dalam membangun suatu bangunan.Dinding partisi ini diharapkan mampu
menjawab kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat di sektor real.Sementara ini
dinding partisi merupakan hasil dari pengembangan teknologi yang tepat guna.Dimana
perkembangan teknologinya selalu meningkat sejalan dengan inovasi produsen dinding
partisi.

Gambar 11-31 : Dinding Partisi Dari Berbagai Bahan

Anda mungkin juga menyukai