Anda di halaman 1dari 5

V.

FIBRINOLITIK

Fibrinolisis merupakan strategi reperfusi yang penting, terutama pada


tempat tempat yang tidak dapat melakukan IKP pada pasien STEMI dalam waktu
yang disarankan. Terapi fibrinolitik direkomendasikan diberikan dalam 12 jam
sejak awitan gejala pada pasien-pasien tanpa indikasi kontra apabila IKP primer
tidak bisa dilakukan oleh tim yang berpengalaman dalam 120 menit sejak kontak
medis pertama. Pada pasien-pasien yang datang segera (<2 jam sejak awitan
gejala) dengan infark yang besar dan risiko perdarahan rendah, fibrinolisis perlu
dipertimbangkan bila waktu antara kontak medis pertama dengan inflasi balon
lebih dari 90 menit. Fibrinolisis harus dimulai pada ruang gawat darurat.
Agen yang spesifik terhadap fibrin (tenekteplase, alteplase, reteplase) lebih
disarankan dibandingkan agen-agen yang tidak spesifik terhadap fibrin
(streptokinase). Aspirin oral atau intravena harus diberikan. Clopidogrel
diindikasikan diberikan sebagai tambahan untuk aspirin.
Antikoagulan direkomendasikan pada pasien-pasien STEMI yang diobati
dengan fibrinolitik hingga revaskularisasi (bila dilakukan) atau selama dirawat
di rumah sakit hingga 5 hari. Antikoagulan yang digunakan dapat berupa:
1. Enoksaparin secara subkutan (lebih disarankan dibandingkan heparin tidak
terfraksi).
2. Heparin tidak terfraksi diberikan secara bolus intravena sesuai berat badan dan
infus selama 3 hari.
3. Pada pasien-pasien yang diberikan streptokinase, Fondaparinuks intravena
secara bolus dilanjutkan dengan dosis subkutan 24 jam
Tabel 6.1. kontra indikasi terapi Fibrinolitik
Kontra indikasi Absolut Kontra indikasi relatif
Stroke hemoragik atau stroke yang Transient Ischaemic Attack (TIA)
penyebabnya belum diketahui, dengan dalam 6 bulan terakhir
awitan kapanpun
Stroke iskemik 6 bulan terakhir Pemakaian antikoagulan oral
Kerusakan system saraf sentral dan Kehamilan atau dalam 1 minggu post-
neoplasma partum
Trauma operasi/trauma kepala yang Tempat tususkan yang tidak dapat di
berat dalam 3 minggu terakhir kompresi
Perdarahan saluran cerna dalam 1 bulan Resusitasi traumatik
terakhir
Penyakit perdarahan Hipertensi refrakter (tekanan darah
sistolik >180 mmHg)
Diseksi aorta Penyakit hati lanjut
Penyakit endokarditis
Ulkus peptikum yang aktif

 Efek Samping.
Efek samping trombolitik terutama mual, muntah, dan perdarahan. Bila
trombolitik digunakan pada infark miokard, dapat terjadi aritmia reperfusi.
Hipotensi juga dapat terjadi dan biasanya dapat diatasi dengan menaikkan kaki
penderita saat berbaring, mengurangi kecepatan infus atau menghentikannya
sementara. Nyeri punggung telah dilaporkan. Perdarahan biasanya terbatas
pada tempat injeksi, tetapi dapat juga terjadi perdarahan intraserebral atau
perdarahan dari tempat-tempat lain. Jika terjadi perdarahan yang serius,
trombolitik harus dihentikan dan mungkin diperlukan pemberian faktor-faktor
koagulasi dan obat-obat antifibrinolitik (aprotinin atau asam traneksamat).
Streptokinase dan anistreplase dapat menyebabkan reaksi alergi dan
anafilaksis. Selain itu, pemah dilaporkan terjadinya sindrom Guillain-Barre
setelah pengobatan streptokinase.
Alteplase
 Indikasi:

Terapi trombolitik pada infark miokard akut, embolisme paru dan stroke iskemik
akut.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; untuk stroke akut monitor perdarahan intrakranial,


tekanan darah (antihipertensi dianjurkan jika sistolik di atas 180 mmHg atau
diastolik di atas 105 mmHg); gangguan fungsi ginjal.

 Kontraindikasi:

pada stroke akut, kejang yang menyertai stroke, stroke berat, riwayat stroke pada
pasien diabetes, stroke 3 bulan sebelumnya, hipoglikemi, hiperglikemi.

 Efek Samping:

Risiko perdarahan otak meningkat pada stroke akut.

 Dosis:

 Infark miokard, rejimen dipercepat (dimulai dalam 6 jam). Awal, injeksi


intravena 15 mg, diikuti dengan infus 35 mg selama 60 menit (total 100
mg selama 90 menit); pada pasien dengan berat badan kurang dari 65 kg,
dosis diturunkan.
 Infark miokard, terapi awal diberikan dalam 6-12 jam: Awal, injeksi
intravena 10 mg, diikuti dengan infus intravena 50 mg selama 60 menit.
Kemudian 4 kali infus intravena 10 mg selama 30 menit (total 100 mg
selama 3 jam; maksimal 1,5 mg/kg bb pada pasien dengan berat badan
kurang dari 65 kg).
 Embolisme paru, injeksi intravena 10 mg selama 1-2 menit, diikuti dengan
infus intravena 90 mg selama 2 jam; maksimal 1,5 mg/kg bb pada pasien
dengan berat badan kurang dari 65 kg.
 Stroke akut, (terapi harus dimulai dalah 3 jam), meliputi intravena 900
mcg/kg bb (maksimal 90 mg) selama 60 menit; 10% dosis diberikan
melalui injeksi intravena; Lansia. Tidak dianjurkan untuk usia diatas 80
tahun.

Reteplase
 Indikasi:
infark miokard akut.
 Dosis:
Injeksi intravena, 10 unit diberikan selama maksimal 2 menit, diikuti dengan
dosis 10 unit setelah 30 menit.

Streptokinase
 Indikasi:
trombosis vena dalam, embolisme paru, tromboembolisme arterial akut,
trombosis lintas arteriovena; infark miokard akut.
 Dosis:
trombosis vena dalam, embolisme paru, tromboembolisme arterial akut, vena
retina pusat atau trombosis erfercil: infus intravena, 250.000 unit selama 30
menit, kemudian 100.000 unit setiap jam selama sampai dengan 24-72 jam
menurut kondisiInfark miokard, 1.500.000 unit selama 60 menit.

Tenekteplase
 Indikasi:
infark miokard akut.
 Dosis:
Injeksi intravena selama 10 detik, 30-50 mg sesuai berat badan (500-600
mcg/kg bb); maksimal 50 mg.
Urokinase
 Indikasi:
trombosis lintas arteri-ovena dan kanula intravena; trombolisis pada mata;
trombosis vena dalam, embolisme paru, oklusi vaskuler perifer.
 Dosis:
- instilasi ke dalam lintas arteriovena, 5000-25.000 UI dalam 2-3 mL
injeksi NaCl 0,9%.
- Infus intravena, 4400 UI/kg bb selama 10 menit, kemudian 4400 unit/kg
bb/jam selama 12 jam pada embolisme paru atau 12-24 jam pada
trombosis vena dalam. Penggunaan intraokuler 5000 UI dalam 2 mL
injeksi NaCl 0,9%.

Anda mungkin juga menyukai