Anda di halaman 1dari 29

STEMI

OLEH :
Fitri Athaya (1613019011)
Imelda mercy raya (1613019013)
Nurul Novita (1613019023)

STEMI ?

STEMI
Sindrom koroner akut (SKA) merupakan
spektrum klinis yang mencakup angina
tidak stabil, infark miokard akut tanpa
elevasi segmen ST (NSTEMI), dan infark
miokard akut dengan elevasi segmen ST
(STEMI)
STEMI menggambarkan adanya oklusi
total arteri koroner yang menyebabkan
nekrosis pada seluruh atau hampir
seluruh lapisan dinding jantung

DEFINISI
Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut
(STEMI) merupakan indikator kejadian oklusi
total pembuluh darah arteri koroner.
STEMI adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat trombus arteri koroner.
Terjadinya trombus disebabkan oleh ruptor plak
yang kemudian di ikuti oleh pembentukan
trombus oleh trombosit.

(STEMI) terjadi jika aliran darah koroner


menurun

secara

mendadak

akibat

oklusi

trombus pada plak aterosklerotik yang sudah


ada

sebelumnya.

mengakibatkan

Oklusi

berhentinya

(perfusi) ke jaringan miokard .

ini

akan

aliran

darah

TANDA DAN GEJALA


Nyeri di dada atau gejala-gejala lain :
Nyeri yang dapat menyebar kebagian
tubuh mana saja(dada, leher dan lengan)
Disertai mual, muntah, perasaan lemas,
kulit dingin, pucat akibat vasokonstriksi,
takikardia dan cemas

Patofisiologi

Diagnosis Stemi
a. Anamnesis
Adanya nyeri dada yang lamanya lebih dari 30
menit di daerah prekordial,retrosternal dan menjalar
ke lengan kiri,lengan kanan dan ke belakang
interskapuler. Rasa nyeri seperti dicekam,diremasremas,tertindih benda padat,tertusuk pisau atau
seperti terbakar.
b. Pemeriksaan fisik
Penderita nampak sakit,muka pucat,kulit basah dan
dingin.Tekanan darah bisa tinggi,normal atau
rendah.

c. Pemeriksaan Laboratorium
-Nekrosis miokard
-CKMB
-Troponin
d. EKG
Nekrosis miokard dilihat dari 12 lead EKG. Selama fase awal
miokard infark akut, EKG pasien yang mengalami oklusi total
arteri koroner menunjukkan elevasi segmen ST.

Tujuan Terapi
Mencapai total waktu iskemia dalam
waktu 120 menit atau secapatnya dari
awal gejala hingga dilakukannya terapi
reperfusi
Mengurangi gejala, mencegah serangan
kedua kali
Kematian akibat infark serta frekuensi
serangan dan komplikasi

Penatalaksanaan Terapi STEMI

(Dipiro, 2016)

Penatalaksanaan Gawat
Darurat
Dimulai sejak kontak medis pertamadiagnosis
dan pengobatan
Kontak medis pertama ini yaitu berupa :
oksigen (jika saturasi <90%)
nitrogliserin sublingual
Aspirin
morfin sulfat
nitrogliserin IV
(PERKI, 2015)

Cont..
Waktu dari kontak medis pertama hingga
perekaman EKG pertama 10 menit
Waktu dari kontak medis pertama hingga
pemberian terapi reperfusi:
Untuk IKP primer 90 menit
Untuk fibrinolisis 30 menit
(PERKI, 2015)

Terapi Non Farmakologi


1. PCI (Percutaneous Coronary
Intervention) / IKP (Intervensi
Koroner Perkutan)
2. CABG (Coronary Artery Bypass
Graft)

PCI (Percutaneous Coronary Intervention) /


IKP (Intervensi Koroner Perkutan)
Pasien yang akan menjalani IKP primer
sebaiknya mendapatkan terapi
antiplatelet penghambat reseptor ADP
(Klopidogrel, tisagrelor atau prasugrel)
sesegera mungkin sebelum angiografi.

CABG
Dalam penatalaksanaan STEMI, CABG
menjadi pilihan kedua setelah IKP primer
dalam terapi non-farmakologi jika IKP
primer gagal ataupun terdapat
kontraindikasi.

Terapi Farmakologi

Fibrinolitik
Antikoagulan
Apirin
Inhibitor ADP reseptor (Inhibitor P2Y 12
Platelet)
Inhibitor Reseptor Glikoprotein IIb/IIIa
Statin
Nitrat

Fibrinolitik
Fibrinolisis merupakan strategi reperfusi penting,
terutama pada tempat yang tidak dapat melakukan
IKP pada pasien STEMI dalam waktu yang
disarankan.
MK : bekerja sebagai trombolitik dengan cara
mengaktifkan plasminogen untuk membentuk
plasmin, yang mendegradasi fibrin dan kemudian
memecah trombus.
Agen yang spesifik terhadap fibrin (tenekteplase,
alteplase, reteplase) lebih disarankan dibandingkan
agen-agen yang tidak spesifik terhadap fibrin
(streptokinase).

Antikoagulan
UFH ataupun bivalirudin adalah antikoagulan
yang direkomendasikan pada pasien yang
menjalankan IKP primer
Tatalaksana fibrinolisis dapat diberikan baik
UFH, enoksaparin atau fondaprinuks sebagai
antikoagulan
Pada IKP primer, antikoagulan dihentikan
segera setelah prosedur sedangkan pada terapi
fibrinolisis, antikoagulan dapat dilanjutkan
sampai 8 hari

Inhibitor ADP reseptor (Inhibitor


P2Y12 Platelet)
MK: memblok subtipe reseptor ADP
(P2Y12 reseptor) pada platelet, mencegah
terikatnya reseptor ADP dan ekspresi
subsekuen dari reseptor platelet GP
IIb/IIIa sehingga mengurangi agregasi
platelet.
Contoh obat :
Klopidogrel, prasugrel dan tisagrelor

Inhibitor Reseptor Glikoprotein


IIb/IIIa
Inhibitor reseptor GP IIb/IIIa biasanya
diberikan secara kombinasi dengan
antikoagulan UFH pada pasien yang
menjalanin IKP primer.
Contoh obatnya yaitu: Abciximab,
eptifibatid, tirofiban

Aspirin
Aspirin dapat diberikan untuk seluruh pasien
tanpa kontraindikasi dalam 24 jam sebelum
ataupun setelah tiba di rumah sakit.
Dosis yang dapat diberikan yaitu 160-325 mg
Dosis pemeliharaan yang disarankan yaitu
75-160 mg.
Efek samping yang sering muncul yaitu
dyspepsia dan nausea
Sebaiknya memberikan informasi kepada
pasien dan menanyakan tentang adanya
riwayat pendarahan GI.

Nitrat
Nitrogliserin (NTG) menyebabkan venadilatasi,
yang mana menurunkan preload dan kebutuhan
oksigen miokardial.
Vasodilatasi arterial dapat menurunkan tekanan
darah, dengan demikian menurunkan
kebutuhan oksigen miokardial.
Segera setelah awitan, berikan satu tablet NTG
sublingual (0,4 mg) setiap 5 menit sampai 3
dosis untuk meredakan nyeri dada dan iskemia
miokardial.

Statin
Berikan statin intensitas tinggi, baik
atorvastatin 80 mg ataupun rosuvastatin
40 mg kepada semua pasien sebelum IKP
untuk mengurangi frekuensi infark
miokardial periprosedural selama IKP.

Terapi jangka panjang

Terapi DAPT hingga 12 bulan


Beta blocker
ACEI / ARB
Antagonis aldosteron
Kendalikan faktor resiko (hipertensi,
diabetes) dan kurangi merokok

Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai