Anda di halaman 1dari 123

SISTEM SIRKULASI

Sisi kanan dan kiri jantung bekerja beriringan. Darah


mengalir melalui ruang-ruang jantung akibat
kontraksi otot-otot jantung yang ada di sekitarnya.
Mulai dari atrium menuju ventrikel. Kerja yang aktif

Hematologi Analis Kesehatan 1


memompa darah ke seluruh tubuh disebut dengan
istilah systole. Kemudian diikuti masa istirahat
sehingga terjadi pengisian darah ke ruang-ruang
jantung disebut dengan istilah diastole. Kondisi ini
terjadi bersiklus secara terus menerus.

2 Hematologi Analis Kesehatan


Arteri merupakan pembuluh darah yang
mengangkut darah dari jantung. Darah yang dipompa
dari bagian ventrikel jantung menuju pembuluh arteri
besar dan elastis. Arteri yang paling besar adalah
aorta dengan diameter berkisar 2,5 centimeter.
Dinding pembuluhnya tebal karena menerima darah
dengan tekanan yang paling besar langsung dari
ventrikel kiri jantung. Semakin kecil ukuran
pembuluh arterinya maka semakin berkurang
elastisitasnya namun gerakan lembut involunter pada
jaringan ototnya semakin nyata. Arteri yang
ukurannya paling kecil disebut dengan arteriole.

Arteriole mengalirkan darah ke pembuluh kapiler.


Di dalam tubuh terdapat sekitar 10 juta pembuluh
kapiler. Masing-masing pembuluh kapiler
panjangnya berkisar antara 0,5 sampai 1 milimeter.
Dinding kapiler bentuknya transparan dengan lapisan

Hematologi Analis Kesehatan 3


endothelium diliputi oleh selapis jaringan ikat yang
tipis. Pembuluh inilah yang memasok oksigen dan
nutrisi ke jaringan-jaringan tubuh. Dalam proses ini,
pembuluh kapiler mengangkut karbon dioksida
beserta bahan-bahan lainnya dari jaringan. Tekanan
darah yang terjadi dalam pembuluh menyebabkan
muatan keluar dari kapiler sedangkan gerakan
osmosis yang memindahkan muatan ke dalam
pembuluh kapiler. Peristiwa ini terjadi dalam suatu
siklus yang berkesinambungan karena adanya
aktifitas kontraksi dan relaksasi sphincter-sphincter
pre kapiler yakni sel-sel otot halus yang terletak pada
percabangan kapiler-kapiler. Jika konsentrasi karbon
dioksida meningkat atau pH cairannya menurun
maka sphincter pre kapiler akan berelaksasi.

Selanjutnya darah dari kapiler akan mengalir ke


pembuluh venulae yang dinding pembuluhnya

4 Hematologi Analis Kesehatan


sedikit lebih tebal dan diameter lumennya sediki
lebih besar dibandingkan kapiler. Semakin besar
pembuluh vena maka semakin tebal dindingnya.
Meskipun demikian, ketebalan dinding vena tetap
masih lebih tipis dibandingkan dinding arteri. Darah
yang mengalir di dalamnya juga tekananannya lebih
rendah. Pembuluh vena yang diameternya lebih dari
2 milimeter akan memiliki katup-katup sehingga
darah bisa tetap mengalir menuju jantung tanpa ada
aliran balik. Jumlah katup-katup ini semakin banyak
seiring semakin membesarnya ukuran pembuluh
vena yang dilewati. Katup ini dapat mencegah darah
tertarik oleh gravitasi terutama ketika posisi berdiri
sehingga darah tidak akan jatuh ke arah kaki.

Hematologi Analis Kesehatan 5


Perbandingan antara arteri dan vena dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
ARTERI VENA
1. Mengangkut darah 1. Mengangkut darah
dari jantung, berupa menuju jantung,
darah yang berupa darah yang
mengandung banyak sedikit oksigen
oksigen (kecuali arteri (kecuali vena
pulmonal) pulmonalis)
2. Warna darahnya 2. Warna darahnya
umumnya merah cerah umumnya merah gelap
3. Dinding pembuluhnya 3. Dinding pembuluhnya
elastis bisa tipis sehingga kurang
menyesuaikan dengan elastis
jumlah darah yang
mengalir di dalamnya
4. Tidak memiliki katup 4. Terdapat katup pada
pada pembuluhnya pembuluhnya
5. Dapat teraba 5. Tidak ada denyutnya
denyutnya

6 Hematologi Analis Kesehatan


Darah digolongkan sebagai salah satu jenis jaringan
ikat. Penyusunnya adalah sel-sel dan fragmen-
fragmen sel yang mengalir bebas dalam suatu cairan
yang disebut plasma. Pada umumnya jumlah normal
darah dalam tubuh seseorang adalah berkisar 8
persen dari total berat tubuhnya yang dari
keseluruhan volume darah ini, 55 persennya adalah
plasma. Kandungan plasma adalah 92 persen air dan
8 persen substansia tak larut air seperti protein, ion,
nutrisi, gas, limbah jaringan, dan bahan-bahan
penyeimbang tubuh.

Hematologi Analis Kesehatan 7


8 Hematologi Analis Kesehatan
SAMPLING DARAH

Peralatan

a. Kasa steril yang biasanya terbuat dari bahan


katun yang tersegel rapat untuk tetap menjaga
sterilitasnya. Bahan ini digunakan segera sesaat
setelah jarum dicabut dari area tusukan. Tekan
ringan hingga darah berhenti keluar. Kasa ini
dapat dipotong sesuai dengan ukuran bekas
tusukan hanya saja harus tetap dijaga
sterilitasnya.

b. Torniquet yang digunakan untuk menaikkan


aliran pengisian vena sehingga lebih nampak ke
permukaan. Atas alasan banyaknya kasus alergi
bahan latex sehingga lebih disarankan untuk
menggunakan torniquet sekali pakai non latex

Hematologi Analis Kesehatan 9


atau yang berbahan karet sintetis. Ukuran
umumnya adalah lebar 1 inchi dan panjangnya
antara 18 sampai 20 inchi. Jika menggunakan
torniquet yang dipakai ulang maka setelah
digunakan harus dicuci apalagi jika
terkontaminasi darah. Pencuciannya bisa
menggunakan alkohol isopropyl 70 persen
beberapa kali kemudian didesinfeksi
menggunakan chlorine yang dilarutkan air
dengan perbandingan 1 : 10. Model torniquet
pakai ulang harus dipastikan elastisitasnya
terjaga. Jika sudah menurun elastisitasnya maka
sebaiknya tidak digunakan lagi.

Tata cara penggunaannya :

1) Ikatkan di lengan atas sekitar 3 inchi di


atas siku. Jarak dari area penusukkan
sekitar 3 sampai 4 inchi karena dengan

10 Hematologi Analis Kesehatan


jarak ini memberikan ruang cukup untuk
mempermudah pengambilan darah tanpa
terganggu torniquetnya.

2) Upayakan sisa kedua sisi memadai untuk


membuat ikatan yang cukup kencang
sesuai kebutuhannya.

3) Silangkan kedua ujung torniquet


sedemikian hingga memudahkan
melepaskannya dengan satu tangan.

4) Jangan mengikatnya seperti ikatan tali


sepatu namun upayakan kedua ujungnya
menjauh dari area tusukkan

Hematologi Analis Kesehatan 11


6) Bimbinglah klien untuk mengepalkan
tangan dan meluruskan lengannya. Jangan
biarkan tangannya memompa karena akan
berpengaruh pada beberapa hasil
pemeriksaan nantinya.
7) Upayakan melakukan kesemua tahapan ini
dalam waktu kurang dari 1 menit karena
jika lebih lama dari ini tidak hanya akan
mengganggu kenyamanan tapi juga bisa
mengganggu beberapa parameter
pemeriksaan.
c. Swab desinfektan telah banyak tersedia di
pasaran. Dianjurkan jika swab tersebut telah
terkandung di dalamnya tidak hanya alkohol
isopropyl 70 persen tapi juga telah ditambahkan
povidon iodine sehingga proses desinfeksinya
lebih kuat lagi.

12 Hematologi Analis Kesehatan


d. Jarum yang digunakan telah tersedia dalam
berbagai tipe dan ukuran. Perbedaan ukuran
tersebut baik dalam hal panjang jarum maupun
ukuran diameter lumennya. Pemilihannya
disesuaikan dengan karakteristik vena klien
yang dihadapi. Variasi panjang jarum mulai dari
1 inchi hingga 2 inchi. Namun banyak praktisi
lebih menyukai yang berukuran 1 inchi. Kode
ukuran lumen yang direkomendasikan untuk
dipilih mulai dari 19 sampai 23 dengan
ketentuan semakin besar ukuran kodenya maka
semakin kecil ukuran lumennya. Pembuluh
vena normal biasanya cocok menggunakan
jarum berukuran 20 atau 21. Di pasaran tersedia
tiga tipe jarum yang biasa digunakan untuk
phlebotomy yakni multiple-sample needle yang
merupakan bagian dari sistem evakuasi

Hematologi Analis Kesehatan 13


(menggunakan tabung vakum), hypodermic
needle yang biasa digunakan bersama spuit
injeksi, dan wing-tipped (butterfly) needle.
e. Tabung sampel saat ini yang banyak tersedia di
pasaran ada yang terbuat dari plastik atau kaca.
Bervariasi ukuran dan kode warna tutupnya
sesuai bahan yang telah ditambahkan di
dalamnya. Salah satu bentuk bahan tambahan
adalah antikoagulan yang mencegah terjadinya
koagulasi atau pembekuan darah. Hal yang
penting jika dalam tabung tersebut telah ada
antikoagulannya adalah rasio antara darah yang
terambil dengan antikoagulan harus tepat dan
sesuai. Bahan tambahan lain bisa berupa gel
pemisah dan aktivator bekuan. Deskripsi kode
tabung adalah sebagai berikut :

14 Hematologi Analis Kesehatan


BAHAN TAMBAHAN TUTUP AREA LAB TIPE
Aktifator gel/silika polimer Emas Kimia Serum

Aktifator gel/silika polimer Merah / Kimia Serum


Abu-abu
Kosong Merah Kimia / Bank Serum
Darah
Sodium Heparin Hijau Kimia Plasma

Ammonium Heparin Hijau Kimia Plasma

Lithium Heparin Hijau Kimia Plasma

Potassium Oxalate, Sodium Abu-abu Kimia Plasma


Fluoride terang

K3 EDTA 15% cair Lavender Kimia Lengkap

K3 EDTA 7,5% cair Lavender Hematologi Lengkap

Asam Sitrat Biru Koagulasi Plasma

2,1 mg Asam Sitrat Biru Koagulasi Plasma


terang
1,5 ml ACD Solution A Kuning Bank Darah Lengkap

EDTA Pink Bank Darah Lengkap

Sodium Heparin Royal Toksikologi Plasma


Blue

Hematologi Analis Kesehatan 15


Prosedur Punksi Vena
A. Prioritas pengambilan sampel
Urutan pengambilan yang umum adalah dimulai
dari permintaan darurat (cito/stat) yang
sampelnya harus langsung dikirim ke
laboratorium untuk segera diperiksa, kemudian
permintaan berwaktu (timed collection) yakni
pemeriksaan yang hasilnya dipengaruhi oleh
waktu pengambilan sampel. Urutan ketiga
adalah yang diberi tanda ASAP (as soon as
possible) kemudian terakhir adalah permintaan
rutin.
B. Interaksi dengan klien
1) Menyampaikan salam. Hendaknya
diperhatikan cara penyampaian dengan
intonasi yang menyenangkan dibarengi
senyum yang menandakan keramahan.

16 Hematologi Analis Kesehatan


Personil yang akan mengambil sampel
selanjutnya memperkenalkan dirinya
dengan menyebut nama yang singkat. Jika
klien sedang tidur di ruang rawatnya
sementara tidak memungkinkan menunda
pengambilan sampel maka upayakan untuk
membangunkannya terlebih dahulu. Jika
klien menanyakan hal-hal terkait
pemeriksaan yang akan dilakukan maka
sebaiknya mengarahkan klien tersebut agar
bertanya langsung pada dokter yang
meminta pemeriksaan itu. Pasien yang
terdiagnosis mengalami gangguan
kesadaran maka lakukan prosedur yang
sama hingga personil sampling yakin
bahwa saat akan diambil darahnya
kondisinya memang sedang tidak sadar.

Hematologi Analis Kesehatan 17


2) Mengidentifikasi klien harus dilakukan
setiap akan memulai pengambilan sampel
meskipun bukan yang pertama kali.
Pemastian identitas mutlak dilakukan
karena akan berdampak pada hasil
pemeriksaan yang didapatkan. Bagi pasien
rawat inap maka hendaknya pencocokkan
identitas dilakukan dengan melihat tanda
identitas yang melekat di badan pasien.
Hendaknya tidak mengandalkan tanda
identitas yang melekat di bed periksa atau
ruang rawatnya karena ini rawan
kekeliruan. Jika pasien bukan rawat inap
maka mintalah dengan sopan agar yang
bersangkutan menyebutkan nama dan
tanggal lahirnya kemudian bandingkan
dengan yang tertulis dalam formulir

18 Hematologi Analis Kesehatan


permintaan. Pada prinsipnya tidak boleh
dilakukan pengambilan sampel hingga
benar-benar yakin bahwa identitas
kliennya sesuai dengan yang tertera di
formulir permintaan.
3) Lacak kesesuaian diet dan waktu sampling.
Pada beberapa jenis pemeriksaan
dibutuhkan pembatasan jenis nutrisi yang
bisa berpengaruh pada hasil pemeriksaan.
Selain itu juga ada beberapa pemeriksaan
yang waktu pengambilannya ditentukan
oleh dokter yang meminta sehingga harus
dipastikan ketepatannya. Jika dalam kedua
hal ini terdapat ketidakcocokkan namun
pengambilan sampel memang mutlak
dilakukan maka hendaknya hal-hal yang
tidak cocok ini dicatat dalam formulir

Hematologi Analis Kesehatan 19


permintaan sebagai keterangan tambahan
yang nantinya disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan yang didapatkan.
4) Posisi pasien saat pengambilan sampel
hendaknya diupayakan senyaman
mungkin. Sandaran bed pasien diposisikan
sedemikian hingga bagi personil sampling
tidak sampai mengganggu kenyamanan
punggungnya. Mintalah pasien meluruskan
lengannya hingga hiperekstensi. Posisi
lengan hendaknya lebih rendah daripada
punggungnya. Bila mungkin meletakkan
bantal kecil di bawah lengan sehingga
kokoh posisinya saat ditusuk. Jangan
meletakkan rak sampling di atas bed
pasien. Sementara jika pasiennya dalam
posisi duduk maka hendaknya kursi

20 Hematologi Analis Kesehatan


tersebut memang dirancang khusus untuk
pengambilan sampel darah sehingga posisi
lengan betul-betul nyaman dan kokoh saat
diambil darahnya.
5) Persiapan akhir kondisi pasien sebelum
mulai ditusuk agar dapat menyamankan
dirinya menghilangkan ketakutan dan
kecemasan antara lain dengan cara
mengatur irama napasnya diselingi dengan
menarik napas dalam-dalam.
6) Mulai memilih pembuluh vena yang akan
ditusuk. Paling sering dipilih adalah vena
mediana cubiti dan vena cephalica karena
biasanya besar dan mudah terlihat.
Alternatif lainnya adalah vena basilica
yang letaknya berdekatan dengan nervus
medianus dan arteri brachialis. Oleh

Hematologi Analis Kesehatan 21


karenanya jika memilih vena ini harus
dihindari manipulasi yang berlebihan
sehingga menyentuh saraf dan arteri
sebelahnya yang akibatnya bisa fatal.
Andalan seorang personil sampling adalah
dengan palpasi vena bukan melihat posisi
karena bisa membedakan apakah vena ini
sehat atau tidak. Khas pada vena yang
sehat adalah teraba kenyal (bouncy) saat
dipalpasi. Berbeda dengan vena yang
mengalami trombosis yang saat dipalpasi
terasa seperti seutas kabel yang tidak
bouncy. Model vena seperti ini tidak akan
mengeluarkan banyak darah saat ditusuk.
Membuka tutup kepalan secara berulang
bisa menyebabkan haemokonsentrasi dan
bisa berpengaruh pada hasil pemeriksaan.

22 Hematologi Analis Kesehatan


7) Feel, Roll, Trace, Palpate.
Lakukan perabaan pembuluh vena dengan
jari telunjuk (feel), gerakan memutar di sisi
pembuluh vena untuk memperkirakan
diameter pembuluhnya (roll), telusuri jalan
pembuluh vena tersebut untuk
memudahkan arah jarum (trace), pastikan
kekenyalannya untuk memperkirakan
darah yang mengalir di dalamnya
(palpate). Bila kesulitan menemukan vena
yang tepat untuk ditusuk bisa dibantu
dengan mengusapkan handuk panas yang
diolesi pelembab sehingga bisa membuat
vena berdilatasi. Hendaknya diperhatikan
jika telah ditemukan vena yang akan
ditusuk maka memasang torniquet tidak
boleh lebih dari satu menit karena selain

Hematologi Analis Kesehatan 23


membuat klien tidak nyaman namun juga
bisa berpengaruh pada beberapa parameter
pemeriksaan. Jika torniquet belum cukup
membantu menemukan vena yang tepat
maka dapat diganti dengan manset
tensimeter yang dipompa hingga tekanan
100 mmHg lalu diturunkan ke 40 mmHg
jika vena sudah terlihat berdilatasi.
8) Sistem Evakuator
Pengambilan darah vena menggunakan
sistem evakuator hendaknya diperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Jarum tetap pada wadahnya jangan
sampai terlepas karena bisa merusak
sterilitasnya.
b) Pasang torniquet (ingat: jangan
sampai lewat 1 menit)

24 Hematologi Analis Kesehatan


c) Kenakan sarung tangan steril
d) Bersihkan area tusukan dengan kasa
alkohol gerakan memutar dari tengah
lalu menjauh. Biarkan mengering
sempurna atau bisa dibantu dengan
kasa steril kering dengan arah gerakan
sama seperti tadi. Manfaat kering ini
adalah agar terhindar dari hemolisis
sampel darah yang terambil dan
mencegah sensasi nyeri berlebihan
saat jarum mulai menusuk.
e) Bimbinglah klien untuk mengepalkan
kuat-kuat tangannya agar pembuluh
vena menyembul ke permukaan.
Jangan biarkan klien memompa
tangannya itu.
f) Mulailah melepas tutup jarumnya.

Hematologi Analis Kesehatan 25


g) Inspeksi sesaat ujung jarumnya untuk
memastikan tidak melengkung dan
lubangnya bebas hambatan.
h) Fiksasi pembuluh vena dengan cara
sisi lengan bebas Anda menahan
lengan klien kemudian posisikan ibu
jari sekira 1 sampai 2 inchi di bawah
sasaran tusukan sambil menekan
venanya dan menarik bagian kulitnya
ke arah tangan. Jari-jari Anda yang
lainnya memegang sisi bawah lengan
klien dengan arah lengan menjulur ke
bawah.
i) Pegang kuat dudukan jarum dengan
posisi ibu jari di atas.
j) Posisikan jarum searah dengan
pembuluh venanya karena yang

26 Hematologi Analis Kesehatan


demikian bisa mengurangi
kemungkinan timbulnya hematoma
yang sangat nyeri.
k) Lubang jarumnya mengarah ke atas
sehingga akan memudahkan darah
mengalir ke dalamnya.
l) Mulailah menusukkan jarum dengan
posisinya menyudut sekira 30 derajat
secara perlahan dan hati-hati.
m) Tahan posisi jarum jika telah yakin
berada di dalam pembuluh vena.
n) Tekan tabung evakuator perlahan ke
arah ujung bawah jarum
o) Jika ingin mengambil sampel
beberapa tabung maka urutan yang
dianjurkan adalah sebagai berikut :

Hematologi Analis Kesehatan 27


1) Tabung untuk pemeriksaan
kultur (mencegah kontaminan)
2) Tutup biru
3) Tutup merah (dengan atau tanpa
gel pemisah)
4) Tutup hijau
5) Tutup lavender
6) Tutup abu-abu
p) Tabung yang telah terisi penuh segera
cabut dan bolak balik perlahan untuk
mencampur rata isinya. Jangan
dikocok karena bisa hemolisis.
q) Letakkan kasa steril di atas tusukkan
sambil mencabut jarum perlahan
kemudian tekan kasa untuk mencegah
rembesan darah. Upayakan klien tidak
menekuk lengannya.

28 Hematologi Analis Kesehatan


Gambar di atas adalah langkah-langkah penting
pengambilan sampel darah vena menggunakan
tabung evakuator.

Hematologi Analis Kesehatan 29


HEMATOPOIESIS

Hematopoiesis merupakan serangkaian aktivitas


yang menggambarkan proses produksi, diferensiasi,
dan perkembangan sel-sel darah. Sistem
hematopoietik terdiri atas organ sumsum tulang,
liver, limpa, nodus limfatikus dan thymus.
Sistem hematopoiesis dewasa pertama kali ditandai
dengan adanya Sel Punca Hematopoiesis
(Hematopoietic Stem Cell / HSC). Menurut
fungsinya, terdapat tiga jenis HSC dalam tubuh
manusia :
a. Totipotential Stem Cells
Terbentuk pertama kali beberapa jam pertama
setelah ovum dibuahi oleh sperma. Sel ini
merupakan bentuk sel punca yang sangat aktif
berkembang biak dibuktikan dengan

30 Hematologi Analis Kesehatan


kemampuannya untuk membentuk berbagai
macam sel-sel dalam tubuh manusia termasuk
saat perkembangan embrio hingga menjadi
janin.
b. Pluripotential Stem Cells
Terbentuk beberapa hari setelah fertilisasi.
Kemampuannya mirip Totipotential Stem Cells
untuk membentuk berbagai macam sel-sel
namun tidak berperan dalam perkembangan
embrio menjadi janin.
c. Multipotential Stem Cells
Terbentuk dari Pluripotential Stem Cells. Dapat
dijumpai setelah dewasa namun terbatas pada
beberapa sel spesifik dari sebagian jaringan
saja. Contohnya, sel punca sumsum tulang
dapat memproduksi semua jenis sel darah,
tulang rawan dan sel-sel jaringan lemak.

Hematologi Analis Kesehatan 31


Perkembangan Awal Sel-sel Darah
Sel-sel darah embrional selain sel darah putih
kelompok limfosit yang berasal dari jaringan
Mesenchymal pada lapisan germinal embrionik
(Mesoderm). Area pada lapisan mesoderm yang
berturut-turut membentuk progenitor HSC potent dan
multipotent dikenal dengan sebutan aorta-gonad-
mesonephros yang pada masa awal pertumbuhan
embrio area ini disebut paraaortic
splanchnopleure. Selanjutnya progenitor ini
berpindah ke area Yolk Sac.
Kronologis pembentukan sel-sel darah dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
a. Pada saat embrio berusia 2 hingga 8 pekan
dibentuk erythroblast yang merupakan sel
induk eritrosit. Tempat pembentukannya adalah
pada yolk sac.

32 Hematologi Analis Kesehatan


b. Berangsur-angsur hingga usia janin dua bulan,
proses pembentukan sel-sel darah berpindah ke
organ liver. Pada saat inilah mulai muncul sel-
sel pendahulu kelompok leukosit granulosit.
Dominasi peran liver dalam hematopoiesis
sangat terlihat pada saat janin berusia lima
bulan.
c. Saat janin memasuki usia empat bulan
berangsur-angsur sumsum tulang mulai
berperan dalam hematopoiesis. Setelah
melewati usia lima bulan barulah sumsum
tulang memegang tugas utama dalam
hematopoiesis yang selanjutnya dikenal dengan
sebutan medullary hematopoiesis.

Hematologi Analis Kesehatan 33


Secara ringkas kronologis di atas dapat dilihat
pada gambar di bawah ini :

34 Hematologi Analis Kesehatan


Bila dilihat menurut kelompok usianya maka organ
sumsum tulang yang berperan aktif untuk melakukan
hematopoiesis dapat diilustrasikan dalam gambar
berikut ini :

A. Masa Anak-anak
Seluruh organ sumsum tulang mulai kepala hingga kaki terlibat
aktif hematopoiesis
B. Masa Dewasa
Hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang bagian sentral batang
tubuh

Hematologi Analis Kesehatan 35


ERYTHROPOIESIS
Eritrosis dalam kondisi
normal diproduksi di
dalam sumsum tulang.
Maturasinya terjadi dalam
kisaran waktu 3 sampai 5
hari. Hingga saat ini telah
diketahui ada 6 (enam)
tahapan perkembangan sel
eritrosit. Berbagai
nomenklatur dikemukakan
untuk memberikan nama
yang sesuai bagi tahapan-
tahapan ini namun yang
akan ditampilkan di
samping kiri ini adalah dua
nomenklatur yang
tergolong sering dipilih.

36 Hematologi Analis Kesehatan


GRANULOPOIESIS
Proses pematangan neutrofil secara normal terjadi di
sumsum tulang dengan tahapan mulai dari yang
paling muda yakni myeloblast kemudian secara
berturutan menjadi promyelocyte (progranulocyte),
myelocyte, metamyelocyte, neutrofil batang dan
yang tertua adalah neutrofil segmen. Tahapan
pematangan ini terjadi serupa untuk jenis leukosit
kelompok granulosit lainnya.

Dikenal beberapa istilah berikut ini :


a. Shift to Left
Kondisi ketika sel-sel immatur (neutrofil
batang) menurun jumlahnya disertai
peningkatan jumlah neutrofil segmen yang bisa
ditemui pada kasus penyakit liver, anemia
megaloblastik, hemolisis, konsumsi beberapa

Hematologi Analis Kesehatan 37


jenis obat-obatan, penyakit kanker, dan kasus
alergi.
b. Degenerative Shift to Left
Beberapa kondisi infeksi yang terjadi sangat
progresif menyebabkan peningkatan jumlah
neutrofil batang namun tidak disertai dengan
terjadinya leukositosis. Jika hal seperti ini
terjadi maka kemungkinan sembuhnya kecil.
c. Regenerative Shift to Left
Pada kasus infeksi bakteri terjadi peningkatan
jumlah neutrofil batang yang disertai dengan
terjadinya leukositosis. Kondisi seperti ini
masih terbuka kemungkinan sembuh.
d. Hipersegmentasi Neutrofil
Jumlah segmen dalam sel neutrofil meningkat
namun tidak ditemukan adanya neutrofil batang
di sirkulasi darah tepi. Biasanya didapatkan

38 Hematologi Analis Kesehatan


pada kasus anemia megaloblastik dan
ketergantungan morfin kronis.

Granula neutrofil mengandung beberapa enzim


digestif yang mampu membunuh berbagai jenis
bakteri. Sel-sel yang berfungsi seperti ini dapat
bergerak bebas dan langsung merapat ke area yang
terinfeksi disebabkan adanya proses kemotaksis yang
mengarahkan mereka pada area tersebut. Segera
setelah sampai ke area yang dituju, neutrofil
membunuh bakteri dengan cara mengepung bakteri
tersebut kemudian melepaskan enzim digestif ke
dalam vakuola fagositik yang telah terbentuk.

Hematologi Analis Kesehatan 39


Nomenklatur Ukuran N/C Karakteristik Nukleus Karakteristik
(dalam Sitoplasma
um)
Myeloblast 10 - 18 4 : 1 Oval atau membulat, 1 Tanpa granula, bisa
- 5 nukleolus ditemukan Auer Rods
Promyelocyte 14 - 20 3 : 1 Oval atau membulat, 1 Granulasinya tebal
- 5 nukleolus
Myelocyte 12 - 18 2 : 1 Oval atau agak Granula khas berwarna
bisa melengkung seperti biji biru-pink
1 : 1 kacang
Metamyelocyte 10 - 18 1 : 1 Bulatan dengan sedikit Granula khas berwarna
lengkungan seperti biji biru-pink
kacang
Neutrofil Batang 10 - 16 1 : 1 Bulatan memanjang Granula khas berwarna
melengkung biru-pink
Neutrofil 10 - 16 1 : 1 Lobus-lobus khas Granula khas berwarna
Segmen biru-pink
Basofil matur 10 - 16 1 : 1 Lobus-lobus khas Granula biru-hitam
Eosinofil matur 10 - 16 1 : 1 Lobus-lobus khas Granula oranye

40 Hematologi Analis Kesehatan


MONOSITOPOIESIS

Monosit terutama diproduksi di sumsum tulang


sebagaimana halnya leukosit kelompk granulosit.
Tahapan pertumbuhannya mulai dari
myelomonoblast, promonocyte, dan monocyte.
Bentuk myelomonoblast terlihat sangat mirip dengan
myeloblast atau lymphoblast sehingga hampir
mustahil mengidentifikasi secara pasti jika apusan
darahnya dicat dengan pewarna Wright.Monosit tetap
berada di sirkulasi darah tepi selama beberapa jam
hingga beberapa hari setelah keluar dari sumsum
tulang. Perbedaannya lamanya di sirkulasi ini
dipengaruhi oleh area jaringan mana yang
ditempatinya. Monosit dapat bergerak hingga lapisan
jaringan terdalam dan berubah bentuk menjadi
macrophages; jika sudah dalam kondisi seperti ini,

Hematologi Analis Kesehatan 41


lamanya hidup macrophages bisa hingga berbulan-
bulan tergantung lokasinya.
Fagosit Mononuklear (monosit dan macrophages)
merupakan bagian penting dari sistem pertahanan
tubuh terhadap mikroorganisme seperti
mycobacteria, jamur, bakteri, protozoa, dan virus.
Kelompok sel ini juga mampu mensekresi cytokines,
membuang sel-sel darah yang rusak, dan berperan
dalam aktivitas antitumor.

42 Hematologi Analis Kesehatan


Keterangan gambar :
B, Myeloblast dengan tampilan chromatin halus, multiple nucleoli, dan sitoplasma
nongranular . C, Promyelocyte terlihat granula primer pekat, D, Neutrophilic
myelocyte terlihat granula sekunder , tanpa nucleoli dan mulai terjadi kondensasi
chromatin dalam nucleus. E. Metamyelocyte terlihat nucleus berbentuk khas
seperti ginjal. F. Neutrofil batang terlihat nucleus terdapat lengkungan ke dalam
melebihi 50% diameter nucleus. Granula primer terlihat berwarna biru muda. G.
Polymorphonuclear (PMN) terlihat segmentasi nukleus yang jelas. (Modified from
Rodak BF, Fritsma GA, Doig K: Hematology: clinical principles and applications,
ed 3, St Louis, 2007, Saunders.)

Hematologi Analis Kesehatan 43


Nomenklatur Ukuran Rasio Karakteristik Karakteristik
N/C Nukleus Sitoplasma
Monoblast 12-20 uM 4:1 bentuk oval atau vacuole bisa terlihat
hampir menutupi bisa tidak,
seluruh bagian sel bentuknya ireguler
(folded) ;
nukleolusnya bisa
1, 2, atau lebih
Promonocyte 12-20 uM 3:1 - 2:1 Bulatan Biru-Gray, vacuole
memanjang, folded, bisa terlihat bisa
tanpa nukleolus tidak
atau dapat juga
hingga 2 nukleolus
Monocyte 12-18 uM 2:1 - 1:1 bentuk seperti tapal vacuole mudah
Matur kuda, folded, terlihat, biru-gray
kromatin sangat
halus

44 Hematologi Analis Kesehatan


LIMFOSITOPOIESIS

Sistem limfatik pada tubuh manusia terdiri atas


rangkaian pembuluh-pembuluh limfe yang beredar
hampir di seluruh jaringan. Secara bertingkat mulai
dari pembuluh terkecil kemudian menyatu
membentuk yang lebih besar hingga akhirnya
bergabung dalam dua trunkus utama yakni Ductus
Lymphaticus Dextra dan Ductus Thoracicus.
Secara fungsional terdapat dua jenis limfosit yakni
Limfosit T (Sel T) yang tumbuh di Thymus setelah
awal mula terbentuk di liver janin atau sumsum
tulang kemudian jenis kedua adalah Limfosit B (Sel
B) yang tumbuh dalam sel-sel punca hematopoietic
yang lebih kompleks.

Hematologi Analis Kesehatan 45


Nomenklatur Ukuran Rasio Karakteristik Karakteristik
N/C Nukleus Sitoplasma
Lymphoblast 15-20 uM 4:1 bentuk membulat Medium blue
atau oval; terdapat
1 atau 2 nukleus
Prolymphocyte 15-18 uM 4:1 - 3:1 bentuk oval, ada Medium Blue;
sedikit indentasi kadang terlihat
adanya granula
azurophilic
Lymphocyte kecil : kecil : bentuk membulat terlihat biru muda;
Matur 6-9 uM 4:1 - 3:1 atau oval kadang terlihat
besar : besar : adanya granula
17-20 uM 2:1 azurophilic

46 Hematologi Analis Kesehatan


TROMBOSITOPOIESIS

Sel induk yang diproduksi di dalam sumsum tulang


disebut sebagai megakaryocyte dengan karakteristik
ditandai ukuran sel yang besar dan multi nukleus.
Trombosit yang matur tidak memiliki nukleus
bahkan sebetulnya tidak dapat dikategorikan sebagai
wujud sel yang sesungguhnya karena sebagian
sitoplasma dari megakaryocyte dilepaskan ke dalam
sirkulasi darah saat trombosit ini matur.
Dalam sirkulasi darah, trombosit merupakan bagian
penting mekanisme pembekuan darah. Aktivitasnya
dilakukan dengan membentuk sumbat sehingga
keutuhan struktur jalur sel-sel endotelial tetap
terjaga.

Hematologi Analis Kesehatan 47


Aktivitas lainnya yang berhubungan dengan
pembekuan darah adalah (1) membentuk sumbat
pada luka terbuka, (2) melepaskan faktor-faktor yang
dibutuhkan untuk pembentukan formasi bekuan
darah.

48 Hematologi Analis Kesehatan


Hitung Jenis Leukosit

Hasil yang diperoleh dari hitung jenis leukosit tidak


dapat dianalisis sendirian tanpa dihubungkan dengan
hasil hitung jumlah leukosit total. Hal ini
dikarenakan ketika jumlah persentase salah satu jenis
leukosit meningkat maka kemungkinannya bisa
dikarenakan memang jumlah sel ini lebih banyak
dari normal namun belum mempengaruhi
peningkatan jumlah leukosit total yang absolut atau
memang terjadi peningkatan pada jumlah total
leukositnya yang mengarah pada kondisi klinis
tertentu. Sehingga untuk menghindari misinterpretasi
perlu dianalisis kedua-duanya.

Hematologi Analis Kesehatan 49


50 Hematologi Analis Kesehatan
Hitung Jumlah Eritrosit
Fungsi utama eritrosit (sel darah merah / SDM)
adalah untuk mengangkut oksigen dari paru ke
seluruh jaringan tubuh dan untuk mengangkut
karbondioksida dari jaringan ke paru. Proses
pengangkutan ini bisa berlangsung optimal berkat
peran hemoglobin di dalam SDM yang mampu
melakukan pertukaran antara oksigen dan
karbondioksida dengan mudah. Peran hemoglobin
juga menyebabkan darah dalam pembuluh arteri
nampak berwarna merah cerah. Agar peran
hemoglobin maksimal, SDM membentuk diri seperti
lempeng bikonkaf sehingga permukaan yang mampu
dijangkau oleh hemoglobin menjadi lebih luas.
Istimewanya, bentuk sel ini dapat berubah saat SDM
harus melewati lumen kapiler yang kecil.

Hematologi Analis Kesehatan 51


Rentang Nilai Normal Eritrosit
Kelompok Usia Rentang Nilai
Laki-laki dewasa 4,2-5,4 x 106/mm3 atau x 1012/L (mean : 4,8)
Perempuan dewasa 3,6-5,0 x 106/mm3 atau x 1012/L (mean : 4,3)
Baru Lahir - 2 pekan 4,1-6,1 x 106/mm3 atau x 1012/L
2 sampai 8 pekan 4,0-6,0 x 106/mm3 atau x 1012/L
2 sampai 6 bulan 3,8-5,6 x 106/mm3 atau x 1012/L
6 bulan sampai 1 tahun 3,8-5,2 x 106/mm3 atau x 1012/L
1 sampai 6 tahun 3,9-5,3 x 106/mm3 atau x 1012/L
6-16 tahun 4,0-5,2 x 106/mm3 atau x 1012/L
16-18 tahun 4,2-5,4 x 106/mm3 atau x 1012/L
lebih dari 18 tahun (Pria) 4,5-5,5 x 106/mm3 atau x 1012/L
lebih dari 18 tahun (Wanita) 4,0-5,0 x 106/mm3 atau x 1012/L

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap


hasil pemeriksaan :
1. Postur tubuh saat pengambilan sampel
Jika sampel diambil dari seorang yang sehat
dengan posisi tubuh berbaring maka nilainya
akan lebih rendah 5 persen dari kadar yang
sesungguhnya (Apalagi jika pasiennya dalam

52 Hematologi Analis Kesehatan


keadaan anemia maka kadarnya akan lebih
rendah lagi).
2. Dehidrasi
Pada dewasa yang mengalami dehidrasi akan
terjadi hemokonsentrasi sehingga mempersulit
pemastian jika mendiagnosis anemia. Penyebab
dehidrasi bisa dikarenakan luka bakar yang
parah, obstruksi saluran cerna yang tidak
tertangani, muntah berkepanjangan yang parah,
atau penyalahgunaan obat-obat diuretik.
3. Usia
Sebagaimana bisa dilihat dalam tabel di atas
maka terjadi pergeseran rentang nilai sesuai
kelompok usianya.
4. Jika penekanan pembuluh darah vena terlalu
lama saat pengambilan sampel maka akan

Hematologi Analis Kesehatan 53


menyebabkan nilai yang terperiksa meningkat
dari yang sesungguhnya.
5. Kondisi stress pada seseorang bisa
menyebabkan kadar SDM meningkat.
6. Seseorang yang hidup di dataran tinggi akan
memiliki SDM yang lebih tinggi dibanding
kelompok usianya yang normal. Hal ini terjadi
karena adanya penyesuaian terhadap penurunan
kandungan oksigen dalam udara di dataran
tinggi sehingga menstimulasi produksi SDM
lebih banyak (erythrocytosis).
7. Pada saat kehamilan terjadi penurunan SDM
relatif karena jumlah cairan pada saat hamil
meningkat sementara tidak disertai dengan
peningkatan produksi SDM nya.
8. Pengisian sampel darah pada tabung berisi
antikoagulan EDTA minimal terisi tiga

54 Hematologi Analis Kesehatan


perempatnya karena jika kurang dari itu banyak
SDM yang mengkerut akibat pengaruh
antikoagulannya.
9. Bekuan sekecil apapun akan menyebabkan
jumlah SDM yang terhitung tidak valid.

Penjelasan Khusus bagi Pasien Sebelum


Pemeriksaan
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan yang
akan dilakukan. Perhatikan adanya tanda atau
gejala kelelahan, pernapasan pendek, lemas,
takikardia, dan pucat pada membran mukosa
dan kulit tubuh.
2. Upayakan agar pasien tidak melakukan olahraga
yang berlebihan, tidak mengalami stress, dan
tidak dalam kondisi kegirangan berlebihan
beberapa saat sebelum pengambilan sampel.

Hematologi Analis Kesehatan 55


Kondisi-kondisi tersebut bisa mengganggu
interpretasi hasil untuk kebutuhan klinisnya.
3. Jika memungkinkan hindari overhidrasi atau
dehidrasi. Kalau pasien tersebut sedang
mendapatkan terapi infus intravena maka catat
kondisi ini dalam hasil pemeriksaan.
4. Catat pula jenis obat-obatan apa saja yang
sedang dikonsumsinya.

56 Hematologi Analis Kesehatan


Hematokrit (Hct)
(Packed Cell Volume / PCV)

Arti kata “hematokrit” menurut asalnya adalah untuk


memisahkan darah. Hal ini dapat dipahami karena
dalam prosesnya terjadi pemisahan antara plasma
dengan sel-sel darahnya setelah disentrifugasi.
Hct merupakan bagian dari pemeriksaan Hitung
Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC).
Tujuan utama pemeriksaan ini adalah untuk
memeriksa massa sel darah merah. Hasil
pemeriksaannya menyatakan persentase volume sel-
sel darah merah dalam darah lengkap. Pemeriksaan
ini penting untuk mendiagnosis anemia atau
polisitemia.

Hematologi Analis Kesehatan 57


Rentang Nilai Normal
Wanita Dewasa : 36-48 persen atau 0,36-0,48
Laki-laki Dewasa : 42-52 persen atau 0,42-0,52
Baru Lahir - 2 pekan : 44-64 persen atau 0,44-0,64
2 sampai 8 pekan : 39-59 persen atau 0,39-0,59
2 sampai 6 bulan : 35-49 persen atau 0,35-0,49
6 bulan sampai 1 tahun : 29-43 persen atau 0,29-0,43
1 sampai 6 tahun : 30-40 persen atau 0,30-0,40
6 sampai 16 tahun : 32-42 persen atau 0,32-0,42
16 sampai 18 tahun : 34-44 persen atau 0,34-0,44

Catatan Penting Hasil Pemeriksaan


1. Jika sampel darah diambil dari pembuluh darah
kapiler kemudian pemeriksaan dilakukan
dengan metode mikrohematokrit maka nilai
yang terperiksa cenderung sedikit lebih tinggi
dari nilai sesungguhnya.

58 Hematologi Analis Kesehatan


2. Kadar hematokrit kurang dari 20 persen (<
0,20) akan menyebabkan gagal jantung hingga
kematian.
3. Kadar hematokrit lebih dari 60 persen (> 0,60)
berhubungan erat dengan kejadian pembekuan
darah spontan dalam sirkulasi.

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Hasil


Pemeriksaan
1. Penduduk dataran tinggi akan memiliki kadar
hematokrit yang tinggi sebagaimana kadar
hemoglobin dan jumlah sel darah merahnya.
2. Wanita hamil yang mengalami hidraemia
fisiologis biasanya akan mengalami sedikit
peningkatan kadar hematokrit.
3. Kelompok lanjut usia yang usianya lebih dari 60
tahun baik pria maupun wanita cenderung akan

Hematologi Analis Kesehatan 59


memiliki kadar hematokrit yang rendah seiring
dengan menurunnya jumlah sel darah merah
pada kelompok usia ini.
4. Dehidrasi yang berat atas sebab apapun akan
menyebabkan hasil pemeriksaan hematokrit
yang lebih tinggi dari nilai yang sesungguhnya.

60 Hematologi Analis Kesehatan


Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin merupakan komponen utama dalam


eritrosit berperan sebagai pengangkut oksigen dan
karbondioksida. Secara kimiawi hemoglobin adalah
suatu asam amino yang tersusun dari gabungan
senyawa protein tunggal disebut globin dengan
komponen heme yang mengandung atom logam besi
dan pigmen merah porphyrin. Unsur yang paling
awal berikatan dengan oksigen adalah pigmen logam
besi yang memberikan warna merah darah. Setiap
gram Hb dapat mengangkut 1,34 mL oksigen per 100
mL darah. Hemoglobin juga berperan penting
sebagai penyangga cairan ekstraseluler. Efisiensi
sistem penyangga yang diperankan oleh Hb
tergantung pada kemampuan paru membuang

Hematologi Analis Kesehatan 61


karbondioksida dan kemampuan ginjal untuk
membuang bikarbonat.

Rentang Nilai Normal


Wanita Dewasa 12,0 – 16,0 g/dL atau 120-160 g/L
Pria Dewasa 14,0 - 17,4 g/dL atau 140-174 g/L
Bayi baru lahir - 2 pekan 14,5 - 24,5 g/dL atau 145-245 g/L
Bayi 2 - 8 pekan 12,5 - 20,5 g/dL atau 125-205 g/L
Bayi 2 - 6 bulan 10,7 - 17,3 g/dL atau 107-173 g/L
Bayi 6 bulan - 1 tahun 9,9 - 14,5 g/dL atau 99-145 g/L
Anak 1 - 6 tahun 9,5 - 14,1 g/dL atau 95-141 g/L
Anak 6 - 16 tahun 10,3 - 14,9 g/dL atau 103-149 g/L
Pria/Wanita 16 - 18 tahun 11,1 - 15,7 g/dL atau 111-157 g/L

Perhatian Klinis
a. Nilai Hb kritis jika kurang dari 5 gram per
desiliter atau kurang dari 50 gram per liter yang
beresiko terjadi gagal jantung hingga kematian

62 Hematologi Analis Kesehatan


b. Kadar Hb lebih dari 20 gram per desiliter atau
lebih dari 200 gram per liter beresiko terjadi
penyumbatan pada pembuluh-pembuluh kapiler
sehingga akan berakibat terjadinya
hemokonsentrasi.

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap


Nilai Hemoglobin
a. Penduduk dataran tinggi akan mengalami
peningkatan kadar Hb sebagaimana peningkatan
kadar hematokrit dan jumlah sel darah merah.
b. Asupan cairan yang berlebihan akan
menyebabkan penurunan kadar Hb.
c. Pada asalnya, bayi baru lahir akan memiliki
kadar Hb yang tinggi hingga aktivitas
eritropoiesis dimulai.

Hematologi Analis Kesehatan 63


d. Berbagai obat dapat menyebabkan kadar Hb
menurun antara lain gentamicin dan
methyldopa.
e. Olahraga fisik yang sangat berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kadar hemoglobin.

64 Hematologi Analis Kesehatan


Indeks Sel Darah Merah

Indeks sel darah merah dapat menggambarkan


ukuran sel darah merah dan kandungan hemoglobin
yang ada di dalamnya. Parameter yang termasuk
dalam indeks sel darah merah adalah Mean
Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular
Hemoglobin Concentration (MCHC), dan Mean
Corpuscular Hemoglobin (MCH). Kegunaan penting
indeks ini adalah untuk menentukan jenis anemia
jika dianalisis bersama dengan pemeriksaan
morfologi eritrosit pada sediaan apusan darah tepi.

Mean Corpuscular Volume (MCV)


Indeks terbaik untuk mengklasifikasikan anemia
adalah menghitung ukuran masing-masing sel yang
ditemukan dalam pemeriksaan. Indeks MCV

Hematologi Analis Kesehatan 65


menggambarkan nilai rata-rata dari ukuran volume
yang ditempati oleh sebuah sel darah merah. Hasil
perhitungan MCV diberi satuan mikrometer kubik
atau femtoliter (fL). Dengan menganalisis hasil
perhitungan MCV dapat diperkirakan ukuran rata-
rata sel darah merah adalah normal (normocytic),
lebih kecil dari normal (<82 mikrometer kubik
disebut mikrositik), atau lebih besar dari normal
(>100 mikrometer kubik disebut makrositik).
Rumus untuk menghitung MCV :

Hct (dalam persen) x 10


MCV (fL) =
Jumlah SDM (milyar sel per liter )

Rentang nilai normal ada diantara 82 femtoliter


sampai 98 femtoliter.

66 Hematologi Analis Kesehatan


Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi perhitungan
indeks MCV :
1. Populasi bimorfik yang dalam sirkulasi
darahnya terdapat sel darah merah mikrositik
dan makrositik dapat menyebabkan hasil
perhitungan indeks MCV berada dalam batas
normal.
2. Retikulosit yang kadarnya tinggi dalam sirkulasi
darah dapat menyebabkan indeks MCV
melebihi batas normal.
3. Leukositosis yang sangat tinggi dapat
menyebabkan indeksi MCV melebihi batas
normal.
4. Hiperglikemia yang sangat tinggi dapat
menyebabkan indeks MCV melebihi batas
normal.

Hematologi Analis Kesehatan 67


5. Adanya aglutinin dingin dalam sirkulasi darah
dapat menyebabkan indeks MCV melebihi batas
normal.

Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration


(MCHC)
Indeks MCHC menggambarkan konsentrasi rata-rata
hemoglobin dalam sel darah merah. Nilai indeks ini
merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk
memonitor efek terapi anemia disebabkan dalam
perhitungannya menggunakan dua kadar yang paling
akurat untuk menilai gambaran hematologi seseorang
yakni kadar hemoglobin dan kadar hematokrit.
Rumur perhitungannya :
MCHC ( gram per desiliter ) =

Hemoglobin (gram per desiliter ) x 100


Hematokrit (dalam persen)

68 Hematologi Analis Kesehatan


Rentang nilai normal : 32 - 36 gram per desiliter
(4,9 - 5,5 mmol perliter)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perhitungan


indeks MCHC :
1. Peningkatan palsu bisa disebabkan karena
kondisi lipemia,adanya aglutinin dingin, atau
adanya formasi rouleaux, atau jika dalam darah
terdapat konsentrasi heparin yang tinggi.
2. Nilai MCHC tidak dapat lebih tinggi dari 37
gram per desiliter karena sel darah merah tidak
bisa menampung konsentrasi hemoglobin yang
lebih dari 37 gram per desiliter. Oleh karenanya
nilai MCHC bisa digunakan sebagai kendali
mutu keabsahan perhitungan hemoglobin.

Hematologi Analis Kesehatan 69


Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
Indeks MCH menggambarkan rata-rata kandungan
hemoglobin dalam satu sel darah merah. Nilai MCH
bermanfaat untuk membantu menentukan tingkat
keparahan anemia yang dialami seseorang.
Rumus perhitungannya :
MCH (picogram per sel) =

Hemoglobin (gram per desiliter )x 10


Jumlah SDM per liter

Rentang nilai normal : 26 - 34 pg/sel atau 0,40 - 0,53


fmol/sel

70 Hematologi Analis Kesehatan


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perhitungan
MCH :
1. Hiperlipidemia dapat menyebabkan peningkatan
palsu MCH
2. Jumlah leukosit lebih dari 50 ribu sel per
milimeter kubik menyebabkan peningkatan
palsu kadar hemoglobin yang berakibat MCH
meingkat palsu pula
3. Konsentrasi heparin yang tinggi dalam darah
atau adanya kandungan aglutinin dingin dapat
menyebabkan peningkatan palsu MCH

Red Cell Size Distribution Width (RDW)


Dengan menggunakan perhitungan secara otomatis
maka dapat dinilai rentang distribusi ukuran sel-sel
darah merah yang ada dalam sirkulasi untuk
membantu menentukan derajaat anisositosis (variasi

Hematologi Analis Kesehatan 71


abnormal ukuran sel darah merah), Dalam sirkulasi
normal dapat ditemukan variasi ukuran sel yang
rentangnya sangat sempit.

Rumus perhitungannya :
Standar Deviasi ukuran SDM x 100
RDW (CV%) =
MCV
CV% = nilai persen dari koefisen variasi
(Coefficient of Variation)

Rentang nilai normal : 11,5 - 14,5

72 Hematologi Analis Kesehatan


Laju Endap Darah (LED)

Dalam literatur internasionl dikenal dengan sebutan


Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR / Sed Rate).
Pengendapan terjadi ketika sel-sel darah merah
saling bertumpuk berdesakkan ketika darah
ditempatkan dalam wadah berbentuk tabung
memanjang (membentuk formasi yang dikenal
dengan istilah rouleaux formation). Peristiwa ini
berhubungan dengan perubahan komposisi protein-
protein plasma. Dalam kondisi normal, sel-sel darah
merah bergerak sangat lambat sehingga tidak
membentuk formasi rouleaux.
LED menggambarkan kecepatan pengendapan
eritrosit dalam darah lengkap tanpa antikoagulan per
jam. Pemeriksaan ini didasarkan pada bukti bahwa
proses inflamasi dan nekrosis menyebabkan

Hematologi Analis Kesehatan 73


terjadinya perubahan komposisi protein-protein
dalam darah yang menyebabkan timbulnya peristiwa
agregasi sel darah merah sehingga bentuknya
menjadi lebih berat dan mudah bertumpuk ke bawah
ketika ditempatkan dalam posisi tegak lurus.
Semakin cepat sel-sel darah merah ini bergerak
semakin tinggi nilai LED yang didapatkan.
Pemeriksaan LED hendaknya tidak digunakan untuk
skrining pasien asimptomatis karena sifat
pemeriksaan ini bukanlah pemeriksaan diagnostik
spesifik untuk penyakit tertentu namun lebih ke arah
pemberi petunjuk atas terjadinya proses penyakit
yang harus diperiksa lebih lanjut lagi. Manfaat lain
pemeriksaan ini adalah untuk memonitor perjalanan
proses inflamasi setelah dilakukan terapi dalam
waktu tertentu.

74 Hematologi Analis Kesehatan


Rentang nilai normal menurut metode Westergreen :
Laki-laki 0-15 mm/jam (lebih dari 50 tahun : 0-20 mm/jam
Perempuan 0-20 mm/jam (lebih dari 50 tahun : 0-30 mm/jam
Anak-anak 0-10 mm/jam
Bayi Baru Lahir 0-2 mm/jam

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil


pemeriksaan :
1. Darah yang disimpan dalam wadah berposisi
tegak lurus selama lebih dari 24 jam akan
menyebabkan nilai LED cenderung lebih rendah
dari yang sesungguhnya.
2. Darah yang dibekukan akan menyebabkan nilai
LED cenderung meningkat dari yang
sesungguhnya. Sebaiknya darah yang dibekukan
harus dibiarkan dulu hingga mencapai suhu
ruang sebelum mulai diperiksa.

Hematologi Analis Kesehatan 75


ABNORMALITAS
SEL-SEL DARAH
ERITROSIT
Bila dilihat dalam sebuah sediaan apusan darah tepi
maka secara umum jika apusan tersebut adalah
apusan yang normal akan terlihat ukuran rata-rata
eritrosit adalah berkisar 7,5 mikrometer. Bentuk
eritrosit yang normal ditandai dengan area pucat
yang luasnya sekitar sepertiga area sel mengumpul di
bagian tengahnya. Normalnya bentuk dan
fleksibilitas eritrosit ini sangat bergantung pada
keutuhan cytoskeleton tempat melekatnya membran
lipid sel.
Penyebab primer abnormalitas bentuk eritrosit bisa
disebabkan oleh rusaknya bagian cytoskeleton atau
bagian membrannya. Sementara penyebab

76 Hematologi Analis Kesehatan


sekundernya bisa diakibatkan oleh fragmentasi
eritrosit, polimerisasi eritrosit, kristalisasi
hemoglobin, atau presipitasi hemoglobin.
Membran sel eritrosit berupa suatu lipid lapis ganda
(bilayer) yang dikokohkan oleh anyaman beberapa
transmembran protein terutama berasal dari protein 3
dan glycophorin. Protein utama cytoskeleton adalah
spectrin; bentukan jaringan kompleksnya tersusun
oleh heterodimer rantai alfa dan beta spectrin hingga
membentuk tetramer spectrin yang saling berikatan
dengan tetramer-tetramer spectrin di sekitarnya.
Jaringan cytoskeletal ini kemudian terikat pada lipid
bilayer melalui interaksi antara rantai beta spectrin
dengan ankyrin dan transmembran protein, cabang 3,
serta interaksi antara rantai alfa dan beta spectrin
dengan actin, protein 4.1, transmembran protein, dan
glycophorin C.

Hematologi Analis Kesehatan 77


Istilah-istilah Morfologi
Dua istilah digunakan untuk menggambarkan
morfologi normal eritrosit :
(1) normositik, berarti sel-selnya dalam ukuran
normal
(2) normokromik, berarti sel-selnya memiliki
konsentrasi hemoglobin yang normal sehingga
terwarnai normal
Perlu diperhatikan bahwa penggunaan istilah selain
yang dua di atas itu hendaknya tidak digunakan jika
memang kenyataannya kondisi klinis yang
bersangkutan dalam batas normal. Sebagai contoh,
bayi baru lahir dikatakan memiliki morfologi
“makrositik” padahal sebetulnya jika dibandingkan
dengan eritrosit dewasa memang terlihat lebih besar
namun kondisi ini adalah kondisi yang wajar bagi
bayi baru lahir. Kondisi serupa juga kadang didapati

78 Hematologi Analis Kesehatan


pada wanita hamil yang sehat, ada yang
melaporkannya menemukan morfologi “anisositosis”
atau “poikilositosis”, padahal sebetulnya ini adalah
gambaran morfologi sel yang wajar bagi wanita
hamil.
Istilah-istilah abnormal yang berhubungan dengan
eritrosit adalah sebagai berikut:

Anisositosis
Didefinisikan sebagai suatu kondisi meningkatnya
variabilitas ukuran sel-sel eritrosit jika dibandingkan
dengan individu sehat normal. Kondisi ini sering
ditemukan karenanya mengarah pada gangguan
hematologi yang non spesifik. Salah satu petunjuk
adanya anisocytosis jika dilakukan hitung sel-sel
darah menggunakan mesin otomatis adalah dengan
meningkatnya nilai RDW (Red Cells Distribution
Width)

Hematologi Analis Kesehatan 79


Mikrositosis
Didefinisikan sebagai suatu kondisi mengecilnya
ukuran sel-sel eritrosit. Dapat terlihat pada sediaan
apusan darah tepi yang diperkirakan ukurannya
berkisar antara 7 sampai 7,2 mikrometer. Patokan
ukuran yang sangat berguna adalah
membandingkannya pada ukuran nukleus limfosit
dengan kisaran diameternya adalah 8,5 mikrometer.
Mikrositosis dapat terlihat pada keseluruhan populasi
atau hanya pada sebagian kecil populasi eritrosit
dalam sirkulasi. Jika seluruhnya atau sebagian
besarnya eritrosit mengecil maka bisa menyebabkan
nilai MCV menurun, namun jika hanya sebagian
kecil saja eritrosit yang mengecil maka tidak sampai
mempengaruhi nilai MCV.
Eritrosit anak yang sehat umumnya lebih kecil
dibandingkan dengan eritrosit dewasa, berbeda

80 Hematologi Analis Kesehatan


halnya dengan eritrosit neonatus yang justru lebih
besar dibandingkan dewasa. Oleh karena itu ukuran
sel harus betul-betul diinterpretasikan dengan
mempertimbangkan usia individu yang diperiksa.
Mikrositosis tidak lazim pada neonatus namun dapat
terjadi jika ada kelainan alfa thalassaemia dan jika
terjadi defisiensi besi akibat perdarahan intrauterin.
Demikian pula pada bayi baru lahir biasanya akan
ditemukan mikrositosis jika terjadi anemia
sideroblastik kongenital dan atransferrinaemia.
Populasi kulit hitam cenderung memiliki ukuran
eritrosit yang lebih kecil dibandingkan populasi
Kaukasia; Dimungkinkan hal inilah yang menjadi
faktor meningkatnya resiko kejadian alfa
thalassaemia dibarengi dengan menurunnya resiko
beta thalassaemia, haemoglobin C, dan

Hematologi Analis Kesehatan 81


haemoglobinopati lainnya yang berhubungan dengan
mikrositosis.

Makrositosis
Didefinisikan sebagai suatu kondisi membesarnya
ukuran eritrosit. Pada neonatus akan sering dijumpai
makrositosis jika dibandingkan dengan gambaran
pada eritrosit dewasa. Eritrosit janin juga jauh lebih
besar dibandingkan dewasa. Makrositosis ringan
yang masih tergolong fisiologis dijumpai pada
kondisi kehamilan dan lanjut usia.
Deteksi makrositosis dalam sediaan apusan darah
tepi tentu ditandai dengan bertambahnya ukuran
diameter sel. Bisa terjadi secara menyeluruh
sehingga akan menyebabkan meningkatnya nilai
MCV atau bisa pula hanya sebagian kecil dari
populasi eritrosit yang ada. Makrosit yang terlihat
bisa bentuknya membulat ataupun oval, secara

82 Hematologi Analis Kesehatan


bermakna akan mempengaruhi penentuan diagnosis
penyakit yang mendasarinya.

Hipokromia
Didefinisikan sebagai suatu kondisi berkurangnya
penyerapan zat warna cat oleh eritrosit sehingga
terlihat area tengah sel semakin memucat.
Normalnya area pucat akan menempati sepertiga
tengah dari seluruh area sel namun pada hipokromia
area ini akan meluas. Bisa ditemukan menyeluruh
dalam sirkulasi atau hanya pada sebagian kecil
populasi saja. Hipokromia berat akan berdampak
pada menurunnya nilai MCHC, namun sensitifitas
penentuan hipokromia berdasarkan ukuran ini amat
bergantung pada metode apa yang digunakan untuk
menghitungnya. Kondisi-kondisi yang beresiko
menyebabkan mikrositosis juga bisa mempertinggi
resiko terjadinya hipokromia. Pada kondisi tertentu

Hematologi Analis Kesehatan 83


yang jarang terjadi ditemukan pasien dengan
defisiensi mineral seng yang didapati hipokromia
bersamaan dengan makrositosis.
Eritrosit anak yang sehat sering dianggap hipokromik
jika dibandingkan dengan tampilan eritrosit dewasa.
Hal ini dikarenakan intensitas pengecatan ditentukan
oleh ketebalan sel yang sesuai dengan konsentrasi
haemoglobin yang terkandung di dalamnya. Oleh
karenanya, hipokromia juga bisa dijadikan petunjuk
ukuran sel yang lebih tipis dari kondisi normal.

Hiperkromia
Istilah yang jarang digunakan dalam interpretasi
sediaan apusan darah tepi. Sferosit dan sel-sel yang
berkontraksi ireguler akan tercat lebih pekat
dibanding normal; bisa disertai dengan
meningkatnya nilai MCHC, sehingga hiperkromia
juga mengindikasikan adanya peningkatan

84 Hematologi Analis Kesehatan


konsentrasi hemoglobin intraseluler yang nyata.
Kadang makrosit juga ukurannya lebih tebal dari
normal meskipun konsentrasi haemoglobinnya tidak
berubah sehingga nampak hiperkromik yang ditandai
dengan semakin berkurangnya area pucat di tengah
sel.

Anisokromasia
Didefinisikan sebagai suatu kondisi meningkatnya
variabilitas pengecatan sel atau terjadinya
haemoglobinisasi eritrosit. Pemahaman mudahnya
adalah jika kondisi ini ditemukan berarti sedang
terjadi pergeseran spektrum pengecatan dari
hipokromik ke normokromik. Umumnya
mengindikasikan terjadi perubahan situasi pada
individu yang bersangkutan. Sebagai contoh, kondisi
defisiensi besi yang mulai membaik sebagai respon
atas terapi yang tengah dijalani. Contoh lainnya juga

Hematologi Analis Kesehatan 85


bisa terjadi pada anemia penyakit kronis yang mulai
mengalami perbaikan. Jika dilakukan penghitungan
menggunakan mesin otomatis maka anisokromasia
bisa diperkirakan dengan meningkatnya nilai HDW
(Haemoglobin Distribution Width).

Dimorfisme
Istilah ini mengindikasikan adanya dua populasi
eritrosit yang berbeda pada seseorang. Umumnya
digunakan jika satu populasi ditemukan hipokromik
mikrositik dan populasi lainnya adalah normokromik
baik normositik maupun makrositik. Sangat penting
untuk menggambarkan secara detail masing-masing
populasi eritrosit yang ditemukan pada yang
bersangkutan. Mungkin saja berbedanya dalam hal
ukuran sel, kandungan haemoglobin, bentuk
haemoglobinnya, kesemuanya ini berpengaruh pada
diagnosis yang akan dipilih. Penyebab tersering

86 Hematologi Analis Kesehatan


dimorfisme adalah anemia defisiensi besi (yang telah
mendapatkan tambahan asupan zat besi atau transfusi
darah), anaemia sideroblastik, anaemia makrositik
pasca transfusi, defisiensi besi yang dibarengi oleh
defisiensi vitamin B12 atau asam folat, serta bisa
disebabkan oleh reaksi transfusi tipe lambat.

Polikromasia
Disebut juga polikromatofilia, didefinisikan sebagai
suatu kondisi eritrosit yang terlihat berwarna pinkish-
blue sebagai dampak diserapnya unsur warna eosin
oleh haemoglobin dan unsur warna dasar oleh residu
RNA. Diperkirakan ada hubungan antara
ditemukannya retikulosit dalam sirkulasi dengan
adanya sel-sel polikromatik. Keduanya adalah sel-sel
immatur yang dilepaskan dari sumsum tulang. Dalam
sediaan apusan darah tepi yang normal biasanya
ditemukan sel-sel polikromatik dengan jumlah

Hematologi Analis Kesehatan 87


kurang dari 0,1 %, bandingkan dengan normal
retikulosit yang berkisar antara 1 sampai 2 persen.
Umumnya jumlah retikulosit akan berkisar dua kali
lipat dibandingkan dengan jumlah sel-sel
polikromatik yang ada.
Pada kondisi stres haemopoiesis transien atau
persisten yang kadar eritropoietinnya tinggi, akan
dilepaskan sel-sel retikulosit immatur dari sumsum
tulang. Tampilannya lebih besar dari eritrosit matur
sebagai dampak dari kandungan haemoglobin yang
berkurang sehingga tercat lebih pucat. Diameter rata-
ratanya lebih besar 28% dibandingkan eritrosit
matur. Gambaran yang didapat dari pemeriksaan
mikroskop elektron terlihat retikulosit ini memiliki
bentuk ireguler dengan permukaan multilobus.
Mudah dikenali jika di cat menggunakan MGG (May
Grunwald Giemsa) karena terlihat ukuran

88 Hematologi Analis Kesehatan


diameternya lebih besar, area pucat yang mengecil,
dan nampak polikromatik.
Jumlah total retikulosit, proporsi retikulosit muda,
dan jumlah sel makrosit polikromatik akan
meningkat seiring meningkatnya respon fisiologis
atas perubahan ketinggian (altitude) atau oleh
stimulus hipoksia lainnya dengan syarat tidak ada
faktor yang membatasi aktifitas eritropoiesis.
Polikromasia tidak ditemukan pada kondisi aplasia
eritrosit sejati dan anemia aplastik. Tidak
ditemukannya polikromasia pada pasien anemia sel
sabit (sickle cell) atau anemia hemolitik lainnya
merupakan petunjuk penting akan adanya komplikasi
infeksi parvovirus B19 pada eritrosit yang aplasia.
Eritrosit polikromatik meningkat pada myelofibrosis
primer dan metastase kanker sumsum tulang. Tanda
penting yang terlihat adalah jumlah sel-sel

Hematologi Analis Kesehatan 89


polikromatiknya lebih banyak dibandingkan dengan
yang ditemukan pada pasien anemia dan kondisi sel-
sel polikromatiknya terlihat lebih basofilik dibanding
kan dengan yang normal.

Poikilositosis
Didefinisikan sebagai suatu kondisi yang ditandai
dengan meningkatnya proporsi eritrosit yang
bentuknya abnormal. Seseorang yang hidup di
dataran tinggi akan memproduksi poikilosit dengan
derajat yang berbeda-beda dibandingkan dengan
orang normal pada umumnya. Poikilositosis juga
sering ditemukan tanpa disertai kelainan hematologi
yang bermakna. Antara lain diproduksi oleh sumsum
tulang atau rusaknya eritrosit normal dalam
perjalanan di sirkulasi darah. Poikilositosis yang
sangat nyata ditemukan pada pasien myelofibrosis
primer maupun sekunder, anaemia diseritropoietik

90 Hematologi Analis Kesehatan


kongenital maupun didapat, piropoikilositosis
herediter, dan penyakit haemoglobin H.
Poikilositosis ekstrim yang disertai mikrositosis
pernah ditemukan pada seorang anak yang
mengalami mutasi DMT1 heterozigot. Penyakit
Gaucher juga pernah ditemukan mengalami
peningkatan proporsi poikilosit hingga 2,9%
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
proporsinya hanya meningkat 1%.
Deformitas eritrosit akibat abnormalitas plasma tidak
boleh dikacaukan dengan poikilositosis sejati.
Adanya krioglobulin menjadi tanda penting
terjadinya deformitas eritrosit sejati, meskipun
kenyataannya cukup sulit menemukan krioglobulin
ini karena dalam pewarnaan akan terlihat basofilik
lemah.

Hematologi Analis Kesehatan 91


Sferositosis
Terlihat sebagai eritrosit yang bentuknya sferis
(membulat seperti bumi) atau hampir sferis akibat
hilangnya membran sel yang tidak seimbang dengan
hilangnya sitosol. Kondisi ini terjadi sebagai dampak
abnormalitas sitoskeleton dan membran sel yang
bersifat kongenital maupun didapat. Dalam sediaan
apusan darah tepi, eritrosit sferis akan terlihat area
pucatnya berkurang. Terjadinya penumpukkan sel-sel
pada sediaan apusan darah tepi dapat mengganggu
interpretasi sferositosis.

Dakrosit
Dikenal juga dengan istilah teardrop cells atau pear-
shaped cells. Mengindikasikan terjadinya fibrosis
sumsum tulang atau diseritropoiesis berat. Dapat
pula ditemukan pada sebagian kasus anemia
hemolitik. Penderita thalassaemia major dan

92 Hematologi Analis Kesehatan


mielofibrosis primer yang telah mengalami
pengangkatan limpa akan didapati menurunnya
jumlah dakrosit. Hal ini mengindikasikan bahwa
dakrosit merupakan produk haemopoiesis
extrameddullary.

Ekinosit
Menggambarkan eritrosit yang kehilangan bentuk
cakram khasnya. Dimungkinkan terbentuk invitro
akibat pajanan asam lemak, beberapa jenis obat,
ataupun akibat proses inkubasi. Pada darah donor
yang disimpan untuk transfusi, eritrositnya banyak
yang berubah bentuk menjadi sferoekinosit akibat
terbentuknya lysolecithin dan menurunnya
konsentrasi ATP. Sifat ekinositosis ini reversibel baik
invitro maupun invivo.

Hematologi Analis Kesehatan 93


Keratosit
Disebut juga sel bertanduk karena terlihat adanya
serupa spikula (sungut) biasanya dua buah kadang
juga empat atau enam. Bentukan ini merupakan
penyatuan membran di satu sisi hingga terbentuk
suatu pseudovacuole diikuti adanya ruptur membran
di sisi lainnya. Kondisi menandai terjadinya
kerusakan mekanik pada eritrosit.

Skistosit
Merupakan fragmen-fragmen eritrosit. Seorang
dewasa normal akan didapati jenis fragmen ini tidak
melebihi 0,2% dari total eritrosit yang ada. Namun
pada neonatus bisa mencapai 1,9%, sedangkan pada
neonatus prematur bisa mencapai 5,5%.
ICSH (International Council for Standardization in
Haematology) memberikan pedoman kriteria untuk
mengenali dan menghitung skistosit pada kondisi

94 Hematologi Analis Kesehatan


anemia hemolitik skistositik. Dari 1000 eritrosit yang
ada, terhitung lebih dari 1% skistosit dengan bentuk
fragmen yang menyudut lancip dan berbatas tegas,
bulan sabit kecil, sel-sel helm, keratosit, dan
mikrosferosit.

Target Cells
Ditandai dengan adanya area yang tercat lebih pekat
di bagian tengah area pucat eritrosit. Kondisi ini
berhubungan dengan volume sitoplasma yang
terkandung di dalamnya. Jika menggunakan
mikroskop elektron akan nampak bentuknya
menyerupai lonceng. Target cell bisa bersifat
mikrositik, normositik, atau makrositik tergantung
abnormalitas yang mendasarinya.
Teori lain menyebutkan bahwa target cell terbentuk
akibat membran lipid yang ada pada membran
eritrosit jumlahnya sangat berlebihan. Kondisi ini

Hematologi Analis Kesehatan 95


ditemukan pada penyakit obstructive jaundice,
parenchymal liver berat, dan defisiensi herediter
LCAT (Lecithin Cholesterol Acyl Transferase). Rasio
membran kolesterol terhadap kolesterol esternya
meningkat.

Stomatositosis
Didefinisikan sebagai kondisi ditemukannya sel-sel
eritrosit yang memiliki celah melintang di bagian
tengah sel menyerupai mulut. Kadang dapat
ditemukan pada sediaan apusan darah tepi orang
sehat. Bisa pula terbentuk invitro akibat pH yang
rendah atau adanya pajanan kation dari obat-obatan
larut lemak seperti chlorpromazine. Sifat
perubahannya reversibel. Pada kasus penyakit liver,
formasi stomatosit dihubungkan dengan
meningkatnya lysolecithin pada lapisan dalam
membran sel eritrosit.

96 Hematologi Analis Kesehatan


Sickle Cells
Merupakan tipe sel yang sangat spesifik yang khas
bagi kelainan anaemia sel sabit dan kelainan serupa
lainnya yang tergolong ke dalam Sickle Cell disease.
Bentuk selnya menyerupai bulan sabit dengan
adanya titik lancip di kedua ujungnya. Pada sediaan
apusan darah tepi juga kadang terlihat seperti perahu
yang sebetulnya tidak patognomonik untuk
menunjukkan adanya haemoglobin S namun
seringkali terbukti benar.

Pincer Cells
Disebut juga dengan istilah ‘sel jamur’ yang
merupakan gambaran dari kelainan sferosit herediter
akibat defisiensi protein rantai 3. Sering juga
ditemukan pada kasus eritroleukaemia.

Hematologi Analis Kesehatan 97


Benda-benda Inklusi Eritrosit
Howell-Jolly bodies
Ukuran benda ini tidak terlalu besar, bentuknya
melingkar, merupakan inklusi sitoplasma eritrosit
yang karakteristiknya jika dicat menyerupai nukleus
dan bisa membantu dalam penggambaran DNA.
Prosesnya bisa berasal dari mekanisme karyorrhexis
(pemecahan sebuah nukleus) atau melalui
perusakkan nukleus yang tidak sempurna. Benda ini
juga bisa menampilkan kromosom yang mengalami
mitosis abnormal.
Pada orang yang fungsi hematologinya tergolong
normal mungkin saja ditemukan Howell-Jolly bodies
di sumsum tulangnya namun benda ini segera
mengalir ke limpa untuk dimusnahkan sehingga tidak
terlihat di sirkulasi darah tepi. Jika orang tersebut
mengalami anaemia megaloblastik maka

98 Hematologi Analis Kesehatan


pembentukan benda ini cenderung meningkat
sehingga bisa dijumpai di sirkulasi darah tepi. Oleh
karenanya jika pada sediaan apusan darah tepi
menemukan benda ini, patut dicurigai terjadi
gangguan pada fungsi limpanya.

Basophilic Stippling
Benda ini berhubungan erat dengan RNA. Tersusun
atas agregasi beberapa ribosom, yang kadang juga
bisa ditambah dengan agregasi mitokondria dan
siderosome. Jika pengecatannya menggunakan Perls
Acid Ferrocyanide yang mengandung unsur besi
maka bentuk agregasi yang heterogen seperti disebut
di atas itu sulit terlihat.
Benda ini meningkat pada kasus thalassaemia minor,
thalassaemia mayor, anaemia megaloblastik,
hemoglobin yang fluktuatif, anaemia hemolitik,
diseritropoietik, penyakit liver, dan keracunan logam

Hematologi Analis Kesehatan 99


berat seperti tembaga, arsen, bismuth, besi, perak,
dan merkuri.

Pappenheimer Bodies
Termasuk golongan basophilic, dapat digunakan
untuk mengamati unsur zat besi. Penyusunnya adalah
agregasi ferritin atau mitokondria atau fagosom yang
mengandung ferritin. Terlihat jika dicat
menggunakan Romanowsky karena kumpulan
ribosom berkaitan erat dengan organella yang
mengandung unsur besi. Sel yang mengandung
benda ini disebut sebagai Siderosit. Sering pula
terlihat pada Retikulosit.

100 Hematologi Analis Kesehatan


Eritrosit Berinti dalam Sirkulasi (NRBC)
NRBC di sirkulasi darah perifer hanya dianggap
normal jika ditemukan pada periode neonatal dan
beberapa kondisi kehamilan. Selain pada dua kondisi
tersebut umumnya jika NRBC ditemukan di sirkulasi
darah perifer maka dicurigai terjadi eritropoiesis
hiperplastik atau infiltrasi pada sumsum tulang. Bayi
prematur akan ditemukan jumlah NRBC meningkat
atau pada bayi yang lahir dengan tanda-tanda
sindrom Down. NRBC juga bisa dijadikan indikator
mortalitas di instalasi perawatan intensif.
Pada sediaan apusan darah tepi jika ditemukan
NRBC bersama-sama prekursor granulosit maka
disebut sebagai kondisi leucoerythroblastic. Untuk
menunjang diagnosis jika ditemukan NRBC pada
sediaan apusan darah tepi maka dapat ditambah

Hematologi Analis Kesehatan 101


dengan analisis pemeriksaan sediaan apusan buffy
coat.

Aglutinasi Eritrosit, Formasi Rouleaux, dan Red


cell Rosetting
Aglutinasi eritrosit dan formasi Rouleaux
menyebabkan gerombolan eritrosit menyatu
menyerupai tumpukan koin-koin. Eritrosit matur
akan mengalami aglutinasi jika diliputi antibodi.
Pada kondisi anaemia hemolitik autoimun tipe
hangat akan dijumpai sedikit aglutinasi. Aglutinasi
masif lebih sering ditemukan pada kelainan
heamoglobinuria paroksismal tipe dingin dan
haemagglutinin kronis tipe dingin.
Formasi Rouleaux meningkat jika peningkatan
konsentrasi protein plasma dengan berat molekul
tinggi. Kondisi yang lazim ditemukan formasi

102 Hematologi Analis Kesehatan


rouleaux yang meningkat adalah pada kehamilan
(karena konsentrasi fibrinogennya meningkat),
kondisi inflamatorik (karena meningkatnya
immunoglobulin poliklonal, alfa dua makroglobulin,
dan fibrinogen), dan pada neoplasma yang mengenai
sel plasma semisal multiple myeloma. Formasi
Rouleaux juga bisa dianggap sebagai artefak jika
dalam proses pembuatan sediaan apusan darah tepi,
tetesan darah di atas kaca obyek dibiarkan terlalu
lama sebelum diapuskan.
Bentukan roset (gerombolan khas) pada eritosit yang
mengelilingi neutrofil merupakan femonema yang
jarang ditemukan dengan dugaan dipengaruhi oleh
mediasi antibodi.

Hematologi Analis Kesehatan 103


Polisitemia
Pada prakteknya istilah ini menggambarkan
terjadinya peningkatan konsentrasi haemoglobin
(Hb) dan haematokrit (Hct) melebihi rentang normal
sesuai kelompok usia dan jenis kelaminnya.
Meningkatnya konsentrasi haemoglobin bisa
disebabkan oleh menurunnya volume plasma yang
bersifat akut (misalnya pada kasus shock) maupun
kronis (misalnya pada perokok).
Polisitemia sejati bisa bersifat primer ketika terjadi
gangguan intrinsik pada sumsum tulang ataupun
bersifat sekunder yang berhubungan dengan
meningkatnya produksi eritropoietin yang sering
terjadi pada kondisi hipoksia fisiologis atau yang
dipicu oleh penyakit ginjal atau tumor.

104 Hematologi Analis Kesehatan


LEUKOSIT
Pada sediaan apusan darah tepi, leukosit normal bisa
dilihat dalam bentuk sel-sel polimorfonuklear (PMN)
atau mononuklear (limfosit dan monosit). Sel-sel
PMN juga biasa disebut sebagai granulosit.

Neutrofil
Neutrofil matur diameternya berkisar antara 12
sampai 15 mikrometer. Sitoplasmanya bersifat
asidofilik dengan banyak granula yang halus. Di
bawah mikroskop cahaya biasa, granulanya sulit
untuk diamati. Dalam pengecatan, granula inilah
yang menyebabkan sitoplasma neutrofil terlihat
berwarna pink. Dalam nukleusnya didapati gumpalan
kromatin.
Meningkatnya jumlah neutrofil batang dibandingkan
dengan neutrofil segmen dikenal dengan sebutan
“Left Shift”. Jika kondisi seperti terjadi maka

Hematologi Analis Kesehatan 105


prekusor neutrofil yang usianya lebih muda
dibandingkan dengan neutrofil batang (seperti
metamielosit, mielosit, promielosit, dan sel blast)
akan banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi darah.
Left Shift merupakan kondisi fisiologis yang sering
ditemukan pada kehamilan. Jika keadaan ini
ditemukan pada mereka yang tidak hamil maka
mengindikasikan terjadinya infeksi atau inflamasi.
Right Shift disebut sebagai suatu kondisi yang
ditemukan pada sediaan apusan darah tepi dengan
tanda meningkatnya jumlah sel-sel neutrofil yang
nukleusnya sebanyak lima lobus atau enam lobus per
sel. Untuk memudahkan pemastian terjadinya Right
Shift maka digunakan rumus index :
Jumlah neutrofilberlobus lima ataulebih x 100
jumlah neutrofilberlobus empat
jika hasil perhitungannya lebih dari 16,9 maka
digolongkan sebagai hasil abnormal.

106 Hematologi Analis Kesehatan


Right Shift (hipersegmentasi neutrofil) sering
ditemukan pada kasus anaemia megaloblastik dan
kadang dapat dijumpai pula pada pasien yang
mengalami penyakit infeksi atau uremia.
Menurunnya granulasi sitoplasma neutrofil dapat
terjadi sebagai bentuk anomali kongenital meskipun
jarang terjadi. Lebih seringnya adalah bentuk didapat
yang terjadi pada kasus MDS (Mielodisplastic
Syndrome). Sedangkan sebaliknya granulasi
sitoplasma yang meningkat biasanya terlihat dengan
semakin membesarnya ukuran granula-granula dan
nampak lebih basofilik dibandingkan kondisi normal.
Jika ditemukan keadaan seperti ini maka dikenal
dengan istilah granulasi toksik. Kelainan mengarah
pada indikasi terjadinya penyakit infeksi namun tidak
spesifik.

Hematologi Analis Kesehatan 107


Pada kasus keganasan hematologi dapat ditemukan
benda yang dikenal dengan nama Auer Rod.
Biasanya spesifik untuk kasus AML (Acute Myeloid
Leukemia) dan beberapa tipe dari MDS.
Mekanismenya diperkirakan berasal dari penyatuan
beberapa granula primer dalam sel.
Kondisi abnormal didapat lainnya yang bisa dialami
oleh neutrofil adalah vakuolasi neutrofil yang dapat
diakibatkan oleh reaksi fusi antara granula dengan
sebuah vakuola fagositik yang diikuti oleh
eksositosis kandungan lisosom sekunder. Bila
kelainana ini ditemukan maka diduga telah terjadi
proses infeksi pada orang yang bersangkutan.

Eosinofil

108 Hematologi Analis Kesehatan


Dalam keadaan normal, nukleusnya terdiri atas dua
atau tiga lobus. Namun pada kondisi tertentu bisa
mengalami :
a. hipersegmentasi yang biasanya ditemukan pada
kelainan anaemia megaloblastik dan fenomena
herediter pada kasus sindrom Down.
b. hiposegmentasi pada kelainan neoplasma
myeloproliferatif dan MDS.
c. nukleusnya berubah bentuk menyerupai cincin
yang bisa muncul pada kelainan yang tidak
spesifik.

Limfosit
Pada kelainan sindrom Chediak-Higashi dan Alder-
Reilly bisa ditemukan benda-benda inklusi limfosit.
Vakuolasi limfosit bisa ditemukan pada penyakit
metabolik familial seperti penyakit sel I, sialidosis,

Hematologi Analis Kesehatan 109


anomali Jordan, Niemann-Pick tipe A, penyakit
Wolman, gangguan cadangan cholesteryl ester, dan
Mannosidosis.
Jika terjadi rangsangan immunologis dapat
ditemukan limfosit plasmasitoid yang di dalamnya
terdapat benda inklusi globular yang dikenal dengan
istilah badan Russel.
Pada infeksi virus bisa ditemukan limfosit apoptosis
terutama pada infeksi mononukleosis, herpes simplek
neonatal, rubella, measles, dan influenza A.
Kemunculan limfosit apoptosis ini berbanding lurus
dengan tingkat keparahan penyakitnya.
Sel-sel plasma yang berasal dari limfosit B biasanya
berupa sel-sel dalam jaringan namun pada kelaianan
Multiple Myeloma bisa ditemukan di sirkulasi darah
tepi. Sel plasma yang reaktif bisa dijadikan indikator
terjadinya peningkatan respon sekresi interleukin 6

110 Hematologi Analis Kesehatan


akibat infeksi, inflamasi, pasca vaksinasi, sirosis, dan
beberapa bentuk neoplasma.

Monosit
Prekusor monosit yakni Monoblast merupakan sel
yang ukurannya sangat besar dengan nukleus bulat
yang besar, kadang terdapat vakuolasi. Prekursor ini
dapat terlihat di sirkulasi darah tepi pada kelainan
leukemia akut yang mengalami diferensiasi
monositik. Sementara prekursor monosit lainnya
yakni Promonosit merupakan sel yang sangat primitif
dengan kromatin difus yang tersebar merata, dapat
terlihat di sirkulasi darah tepi pada kelainan
neoplasma myeloid kronis.
Monosit yang telah berubah menjadi makrofag dapat
terlihat di sirkulasi darah tepi pada kondisi infeksi
dan inflamasi seperti akibat infeksi bakteri

Hematologi Analis Kesehatan 111


endokarditis sub akut, tuberkulosis, atau tifoid.
Makrofag ukurannya agak lebih besar dibandingkan
monosit biasa serta nukleusnya multipel. Pada
kelainan histiositosis maligna dan leukemia
monositik akut dapat pula ditemukan makrofag
dalam sirkulasi darah tepi.

Leukositosis
Merupakan kondisi meningkatnya jumlah total
leukosit. Seringnya diakibatkan karena
meningkatnya jumlah neutrofil namun pada beberapa
keadaan juga bisa diikuti dengan meningkatnya
limfosit dan eosinofil. Bisa pula peningkatan ini
dipicu oleh adanya sel-sel myeloid atau limfoid
abnormal pada sirkulasi darah tepi.

112 Hematologi Analis Kesehatan


Neutrofilia
Merupakan peningkatan absolut jumlah neutrofil.
Pada wanita usia subur biasanya jumlah neutrofil
lebih tinggi dibanding pria. Perhitungannya
bervariasi mengikuti siklus menstruasinya termasuk
pula ketika siklus itu berubah akibat kehamilan,
persalinan, dan menyusui.
Olahraga yang terlalu berat dapat meningkatkan
jumlah neutrofil hingga dua kali lipat kondisi
istirahatnya.
Neutrofilia patologis bisa ditemukan pada penyakit
infeksi baik oleh bakteri, virus, jamur, maupun
parasit. Kelainan lainnya yang bisa memunculkan
kondisi ini antara lain pada sindroma shock akibat
keracunan, kerusakan jaringan, inflamasi akut
maupun kronis, perdarahan akut, stress akibat panas,

Hematologi Analis Kesehatan 113


tenggelam, gangguan metabolisme dan endokrin
serta beberapa jenis keganasan.
Neutrofilia yang ditemukan pada neonatus bisa
disebabkan oleh faktor maternal (ibu perokok,
penyakit infeksi saat hamil, induksi persalinan
berkepanjangan, dan pemberian deksametason saat
kehamilan) atau faktor fetal (stress persalinan,
hipoglikaemia, kejang, perdarahan, atau sindroma
aspirasi mekonium).

Eosinofilia
Paling umum kondisi meningkatnya jumlah absolut
eosinofil patologis adalah pada penyakit-penyakit
alergi (seperti asma, demam kuning, dan eksim).
Sementara keadaan fisiologis yang bisa memicu
kondisi eosinofilia antara lain pada kelompok usia
neonatus yang cenderung lebih tinggi dibanding

114 Hematologi Analis Kesehatan


dewasa, pada kelompok populasi Indian dan Afrika
yang diduga berhubungan dengan faktor lingkungan,
serta pada olahragawan yang latihannya terlalu berat.

Basofilia
Meningkatnya jumlah absolut basofil menjadi tanda
penting kelainan neoplasma myeloproliferatif
terutama pada CML yang bisa digunakan sebagai
indikator prognosis perjalanan penyakitnya.

Limfositosis
Merupakan kondisi meningkatnya jumlah absolut
limfosit dibandingkan dengan rentang normal pada
orang sehat sesuai kelompok usianya. Untuk
menentukan limfositosis dengan akurat hendaknya
ditunjang dengan gambaran sitologinya yang
kemudian dibandingkan dengan rentang normal

Hematologi Analis Kesehatan 115


sesuai kelompok usianya dan kondisi klinis yang
ditemukan.
Limfositosis yang tidak disertai adanya abnormalitas
sitologi dapat ditemukan pada perokok berat,
pengidap batuk kronis, dan pasca pengangkatan
organ limpa.

Monositosis
Pada kelompok neonatus, jumlah monosit lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok usia
selainnya. Kehamilan juga bisa meningkatkan jumlah
monosit dalam sirkulasi darahnya.
Penyakit Limfoma Hodgkin klasik akan ditemukan
jumlah monosit melebihi 900 juta sel per liter yang
peningkatannya berbanding lurus dengan prognosis
penyakitnya.

116 Hematologi Analis Kesehatan


Leukopenia
Merupakan kondisi menurunnya jumlah total
leukosit di bawah rentang normal orang sehat
menurut kelompok usia, gender, status fisiologis dan
kelompok etniknya yang sesuai.

Neutropenia
Menurunnya jumlah neutrofil mencolok pada
kelompok etnik Afrika sehingga sering terjadi
misdiagnosis. Mekanisme terjadinya bisa karena
(1) produksi pada sumsum tulang yang inadekuat
akibat berkurangnya jumlah sel-sel punca,
pengangkatan sumsum tulang, atau
granulopoiesis yang inefektif.
(2) destruksi makrofag dan sel-sel
retikuloendotelial lainnya dalam sumsum tulang
biasanya pada sindroma haemofagositik.

Hematologi Analis Kesehatan 117


Eosinopenia
Penentuannya melalui sediaan apusan darah tepi
tidaklah mudah karena jarang ditemukan meskipun
telah dilakukan perhitungan jenis leukosit sebanyak
100 kali lapang pandang. Penyebabnya adalah karena
jenis sel ini jarang muncul di sirkulasi darah tepi
apalagi jumlah relatif nol masih dianggap normal.

Limfopenia
Menurunnya jumlah limfosit sangat penting untuk
mendeteksi adanya gangguan immun pada bayi baru
lahir jika dibandingkan dengan rentang normal
seusianya. Jika pada bayi yang terinfeksi ditemukan
jumlah limfosit kurang darai 280 juta sel per liter
maka diduga telah terjadi kelainan immunodefisiensi
yang berat.

118 Hematologi Analis Kesehatan


Limfositopenia ekstrim paling sering pada respon
akut terhadap stres.
Saat ini diagnosis AIDS sering mengandalkan
ditemukannya limfositopenia sehingga harus benar-
benar disingkirkan kemungkinan penyebab penyakit
kronis yang lainnya termasuk kemungkinan adanya
penyakit keganasan.

Hematologi Analis Kesehatan 119


TROMBOSIT

Diameter normalnya adalah 1,5 sampai 3


mikrometer. Memiliki granula azurofilik halus yang
dapat tersebar merata di sitoplasmanya atau bisa juga
bergerombol di tengahnya (disebut granulomere).
Trombosit yang membesar yang diameternya bisa
lebih dari 4 mikrometer disebut sebagai
makrotrombosit yang bisa ditemukan pada kelainan
sindrom Bernard-Souller, fitosterolnaemia, sindrom
Von Willebrand, autoimun trombositopenia purpura,
DIC, dan Leukemia Megakarioblastik. Sementara
jika ukuran diameternya mengecil sangat jarang
ditemukan kecuali pada kelainan sindrom Wiskott-
Aldrich.

120 Hematologi Analis Kesehatan


Trombositosis
Merupakan kondisi meningkatnya jumlah trombosit
dalam sirkulasi darah dibandingkan dengan rentang
normal orang sehat sesuai kelompok usia dan jenis
kelaminnya. Ada istilah trombositaemia yang
biasanya dibatasi untuk penyakit neoplasma
myeloproliferatif. Mekanismenya adalah terjadinya
peningkatan produksi trombosit dalam sumsum
tulang yang bersifat otonom maupun reaktif.
Kondisi sekunder yang bisa memicu trombositosis
antara lain pada saat olahraga, peminum kopi,
infeksi, inflamasi, perdarahan, trauma operasi
maupun non operasi, penyakit-penyakit keganasan,
dan pemberian beberapa jenis obat (vitamin E,
eritropoeietin, adrenalin).

Hematologi Analis Kesehatan 121


Trombositopenia
Merupakan penurunan jumlah trombosit
dibandingkan dengan rentang normal berdasarkan
kelompok usia dan gender. Kadang bisa pula
dibedakan menurut kelompok etnik tertentu.
Mekanisme terjadi bisa karena
(1) menurunnya produksi trombosit pada sumsum
tulang antara lain pada hipoplasia megakariotik,
insufisiensi plasenta, HDN, sindroma Bernard-
Souller, obat Thiazide, obat-obatan anti kanker,
infeksi Pavovirus, sindroma myelodisplastik,
terapi interferon, hipervitaminosis, dan
keracunan Arsen
(2) meningkatnya kebutuhan trombosit dan
meningkatnya perusakan atau pembuangan
trombosit. Kondisi yang memicunya antara lain
karena autoantibodi transplasental, alloimune,

122 Hematologi Analis Kesehatan


hipersensitifitas obat-obatan saat kehamilan,
pemberian beberapa jenis herbal (tahina, umbi-
umbian), infeksi (virus, bakteri, protozoa), dan
penyakit keganasan (Sarcoma Kaposi, Sarcoma
Histositik).

Hematologi Analis Kesehatan 123

Anda mungkin juga menyukai