Peralatan
A. Masa Anak-anak
Seluruh organ sumsum tulang mulai kepala hingga kaki terlibat
aktif hematopoiesis
B. Masa Dewasa
Hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang bagian sentral batang
tubuh
Perhatian Klinis
a. Nilai Hb kritis jika kurang dari 5 gram per
desiliter atau kurang dari 50 gram per liter yang
beresiko terjadi gagal jantung hingga kematian
Rumus perhitungannya :
Standar Deviasi ukuran SDM x 100
RDW (CV%) =
MCV
CV% = nilai persen dari koefisen variasi
(Coefficient of Variation)
Anisositosis
Didefinisikan sebagai suatu kondisi meningkatnya
variabilitas ukuran sel-sel eritrosit jika dibandingkan
dengan individu sehat normal. Kondisi ini sering
ditemukan karenanya mengarah pada gangguan
hematologi yang non spesifik. Salah satu petunjuk
adanya anisocytosis jika dilakukan hitung sel-sel
darah menggunakan mesin otomatis adalah dengan
meningkatnya nilai RDW (Red Cells Distribution
Width)
Makrositosis
Didefinisikan sebagai suatu kondisi membesarnya
ukuran eritrosit. Pada neonatus akan sering dijumpai
makrositosis jika dibandingkan dengan gambaran
pada eritrosit dewasa. Eritrosit janin juga jauh lebih
besar dibandingkan dewasa. Makrositosis ringan
yang masih tergolong fisiologis dijumpai pada
kondisi kehamilan dan lanjut usia.
Deteksi makrositosis dalam sediaan apusan darah
tepi tentu ditandai dengan bertambahnya ukuran
diameter sel. Bisa terjadi secara menyeluruh
sehingga akan menyebabkan meningkatnya nilai
MCV atau bisa pula hanya sebagian kecil dari
populasi eritrosit yang ada. Makrosit yang terlihat
bisa bentuknya membulat ataupun oval, secara
Hipokromia
Didefinisikan sebagai suatu kondisi berkurangnya
penyerapan zat warna cat oleh eritrosit sehingga
terlihat area tengah sel semakin memucat.
Normalnya area pucat akan menempati sepertiga
tengah dari seluruh area sel namun pada hipokromia
area ini akan meluas. Bisa ditemukan menyeluruh
dalam sirkulasi atau hanya pada sebagian kecil
populasi saja. Hipokromia berat akan berdampak
pada menurunnya nilai MCHC, namun sensitifitas
penentuan hipokromia berdasarkan ukuran ini amat
bergantung pada metode apa yang digunakan untuk
menghitungnya. Kondisi-kondisi yang beresiko
menyebabkan mikrositosis juga bisa mempertinggi
resiko terjadinya hipokromia. Pada kondisi tertentu
Hiperkromia
Istilah yang jarang digunakan dalam interpretasi
sediaan apusan darah tepi. Sferosit dan sel-sel yang
berkontraksi ireguler akan tercat lebih pekat
dibanding normal; bisa disertai dengan
meningkatnya nilai MCHC, sehingga hiperkromia
juga mengindikasikan adanya peningkatan
Anisokromasia
Didefinisikan sebagai suatu kondisi meningkatnya
variabilitas pengecatan sel atau terjadinya
haemoglobinisasi eritrosit. Pemahaman mudahnya
adalah jika kondisi ini ditemukan berarti sedang
terjadi pergeseran spektrum pengecatan dari
hipokromik ke normokromik. Umumnya
mengindikasikan terjadi perubahan situasi pada
individu yang bersangkutan. Sebagai contoh, kondisi
defisiensi besi yang mulai membaik sebagai respon
atas terapi yang tengah dijalani. Contoh lainnya juga
Dimorfisme
Istilah ini mengindikasikan adanya dua populasi
eritrosit yang berbeda pada seseorang. Umumnya
digunakan jika satu populasi ditemukan hipokromik
mikrositik dan populasi lainnya adalah normokromik
baik normositik maupun makrositik. Sangat penting
untuk menggambarkan secara detail masing-masing
populasi eritrosit yang ditemukan pada yang
bersangkutan. Mungkin saja berbedanya dalam hal
ukuran sel, kandungan haemoglobin, bentuk
haemoglobinnya, kesemuanya ini berpengaruh pada
diagnosis yang akan dipilih. Penyebab tersering
Polikromasia
Disebut juga polikromatofilia, didefinisikan sebagai
suatu kondisi eritrosit yang terlihat berwarna pinkish-
blue sebagai dampak diserapnya unsur warna eosin
oleh haemoglobin dan unsur warna dasar oleh residu
RNA. Diperkirakan ada hubungan antara
ditemukannya retikulosit dalam sirkulasi dengan
adanya sel-sel polikromatik. Keduanya adalah sel-sel
immatur yang dilepaskan dari sumsum tulang. Dalam
sediaan apusan darah tepi yang normal biasanya
ditemukan sel-sel polikromatik dengan jumlah
Poikilositosis
Didefinisikan sebagai suatu kondisi yang ditandai
dengan meningkatnya proporsi eritrosit yang
bentuknya abnormal. Seseorang yang hidup di
dataran tinggi akan memproduksi poikilosit dengan
derajat yang berbeda-beda dibandingkan dengan
orang normal pada umumnya. Poikilositosis juga
sering ditemukan tanpa disertai kelainan hematologi
yang bermakna. Antara lain diproduksi oleh sumsum
tulang atau rusaknya eritrosit normal dalam
perjalanan di sirkulasi darah. Poikilositosis yang
sangat nyata ditemukan pada pasien myelofibrosis
primer maupun sekunder, anaemia diseritropoietik
Dakrosit
Dikenal juga dengan istilah teardrop cells atau pear-
shaped cells. Mengindikasikan terjadinya fibrosis
sumsum tulang atau diseritropoiesis berat. Dapat
pula ditemukan pada sebagian kasus anemia
hemolitik. Penderita thalassaemia major dan
Ekinosit
Menggambarkan eritrosit yang kehilangan bentuk
cakram khasnya. Dimungkinkan terbentuk invitro
akibat pajanan asam lemak, beberapa jenis obat,
ataupun akibat proses inkubasi. Pada darah donor
yang disimpan untuk transfusi, eritrositnya banyak
yang berubah bentuk menjadi sferoekinosit akibat
terbentuknya lysolecithin dan menurunnya
konsentrasi ATP. Sifat ekinositosis ini reversibel baik
invitro maupun invivo.
Skistosit
Merupakan fragmen-fragmen eritrosit. Seorang
dewasa normal akan didapati jenis fragmen ini tidak
melebihi 0,2% dari total eritrosit yang ada. Namun
pada neonatus bisa mencapai 1,9%, sedangkan pada
neonatus prematur bisa mencapai 5,5%.
ICSH (International Council for Standardization in
Haematology) memberikan pedoman kriteria untuk
mengenali dan menghitung skistosit pada kondisi
Target Cells
Ditandai dengan adanya area yang tercat lebih pekat
di bagian tengah area pucat eritrosit. Kondisi ini
berhubungan dengan volume sitoplasma yang
terkandung di dalamnya. Jika menggunakan
mikroskop elektron akan nampak bentuknya
menyerupai lonceng. Target cell bisa bersifat
mikrositik, normositik, atau makrositik tergantung
abnormalitas yang mendasarinya.
Teori lain menyebutkan bahwa target cell terbentuk
akibat membran lipid yang ada pada membran
eritrosit jumlahnya sangat berlebihan. Kondisi ini
Stomatositosis
Didefinisikan sebagai kondisi ditemukannya sel-sel
eritrosit yang memiliki celah melintang di bagian
tengah sel menyerupai mulut. Kadang dapat
ditemukan pada sediaan apusan darah tepi orang
sehat. Bisa pula terbentuk invitro akibat pH yang
rendah atau adanya pajanan kation dari obat-obatan
larut lemak seperti chlorpromazine. Sifat
perubahannya reversibel. Pada kasus penyakit liver,
formasi stomatosit dihubungkan dengan
meningkatnya lysolecithin pada lapisan dalam
membran sel eritrosit.
Pincer Cells
Disebut juga dengan istilah ‘sel jamur’ yang
merupakan gambaran dari kelainan sferosit herediter
akibat defisiensi protein rantai 3. Sering juga
ditemukan pada kasus eritroleukaemia.
Basophilic Stippling
Benda ini berhubungan erat dengan RNA. Tersusun
atas agregasi beberapa ribosom, yang kadang juga
bisa ditambah dengan agregasi mitokondria dan
siderosome. Jika pengecatannya menggunakan Perls
Acid Ferrocyanide yang mengandung unsur besi
maka bentuk agregasi yang heterogen seperti disebut
di atas itu sulit terlihat.
Benda ini meningkat pada kasus thalassaemia minor,
thalassaemia mayor, anaemia megaloblastik,
hemoglobin yang fluktuatif, anaemia hemolitik,
diseritropoietik, penyakit liver, dan keracunan logam
Pappenheimer Bodies
Termasuk golongan basophilic, dapat digunakan
untuk mengamati unsur zat besi. Penyusunnya adalah
agregasi ferritin atau mitokondria atau fagosom yang
mengandung ferritin. Terlihat jika dicat
menggunakan Romanowsky karena kumpulan
ribosom berkaitan erat dengan organella yang
mengandung unsur besi. Sel yang mengandung
benda ini disebut sebagai Siderosit. Sering pula
terlihat pada Retikulosit.
Neutrofil
Neutrofil matur diameternya berkisar antara 12
sampai 15 mikrometer. Sitoplasmanya bersifat
asidofilik dengan banyak granula yang halus. Di
bawah mikroskop cahaya biasa, granulanya sulit
untuk diamati. Dalam pengecatan, granula inilah
yang menyebabkan sitoplasma neutrofil terlihat
berwarna pink. Dalam nukleusnya didapati gumpalan
kromatin.
Meningkatnya jumlah neutrofil batang dibandingkan
dengan neutrofil segmen dikenal dengan sebutan
“Left Shift”. Jika kondisi seperti terjadi maka
Eosinofil
Limfosit
Pada kelainan sindrom Chediak-Higashi dan Alder-
Reilly bisa ditemukan benda-benda inklusi limfosit.
Vakuolasi limfosit bisa ditemukan pada penyakit
metabolik familial seperti penyakit sel I, sialidosis,
Monosit
Prekusor monosit yakni Monoblast merupakan sel
yang ukurannya sangat besar dengan nukleus bulat
yang besar, kadang terdapat vakuolasi. Prekursor ini
dapat terlihat di sirkulasi darah tepi pada kelainan
leukemia akut yang mengalami diferensiasi
monositik. Sementara prekursor monosit lainnya
yakni Promonosit merupakan sel yang sangat primitif
dengan kromatin difus yang tersebar merata, dapat
terlihat di sirkulasi darah tepi pada kelainan
neoplasma myeloid kronis.
Monosit yang telah berubah menjadi makrofag dapat
terlihat di sirkulasi darah tepi pada kondisi infeksi
dan inflamasi seperti akibat infeksi bakteri
Leukositosis
Merupakan kondisi meningkatnya jumlah total
leukosit. Seringnya diakibatkan karena
meningkatnya jumlah neutrofil namun pada beberapa
keadaan juga bisa diikuti dengan meningkatnya
limfosit dan eosinofil. Bisa pula peningkatan ini
dipicu oleh adanya sel-sel myeloid atau limfoid
abnormal pada sirkulasi darah tepi.
Eosinofilia
Paling umum kondisi meningkatnya jumlah absolut
eosinofil patologis adalah pada penyakit-penyakit
alergi (seperti asma, demam kuning, dan eksim).
Sementara keadaan fisiologis yang bisa memicu
kondisi eosinofilia antara lain pada kelompok usia
neonatus yang cenderung lebih tinggi dibanding
Basofilia
Meningkatnya jumlah absolut basofil menjadi tanda
penting kelainan neoplasma myeloproliferatif
terutama pada CML yang bisa digunakan sebagai
indikator prognosis perjalanan penyakitnya.
Limfositosis
Merupakan kondisi meningkatnya jumlah absolut
limfosit dibandingkan dengan rentang normal pada
orang sehat sesuai kelompok usianya. Untuk
menentukan limfositosis dengan akurat hendaknya
ditunjang dengan gambaran sitologinya yang
kemudian dibandingkan dengan rentang normal
Monositosis
Pada kelompok neonatus, jumlah monosit lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok usia
selainnya. Kehamilan juga bisa meningkatkan jumlah
monosit dalam sirkulasi darahnya.
Penyakit Limfoma Hodgkin klasik akan ditemukan
jumlah monosit melebihi 900 juta sel per liter yang
peningkatannya berbanding lurus dengan prognosis
penyakitnya.
Neutropenia
Menurunnya jumlah neutrofil mencolok pada
kelompok etnik Afrika sehingga sering terjadi
misdiagnosis. Mekanisme terjadinya bisa karena
(1) produksi pada sumsum tulang yang inadekuat
akibat berkurangnya jumlah sel-sel punca,
pengangkatan sumsum tulang, atau
granulopoiesis yang inefektif.
(2) destruksi makrofag dan sel-sel
retikuloendotelial lainnya dalam sumsum tulang
biasanya pada sindroma haemofagositik.
Limfopenia
Menurunnya jumlah limfosit sangat penting untuk
mendeteksi adanya gangguan immun pada bayi baru
lahir jika dibandingkan dengan rentang normal
seusianya. Jika pada bayi yang terinfeksi ditemukan
jumlah limfosit kurang darai 280 juta sel per liter
maka diduga telah terjadi kelainan immunodefisiensi
yang berat.