Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Model Komunikasi

Model adalah representasi suatu fenomena nyata atau abstrak dengan menonjolkan unsur-unsur
terpenting dari fenomena tersebut. Model dapat disebut juga sebagai gambaran informal untuk
menjelaskan atau menerapkan teori (teori yang lebih disederhanakan) (Yunasaf, Unang. 2013).

2.2 Fungsi Model Komunikasi

Menurut Deutsch (1996), model komunikasi memiliki fungsi, antara lain :

1. Organizing function, mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang tadinya tidak teramati.
Suatu model memberi gambaran umum suatu keadaan tertentu yang berbeda.

2. Explaining, menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang tidak diketahui (heuristik).

3. To predict, sebuah model memungkinkan kita untuk memprediksi outcome atau keadaan dari suatu
peristiwa.

4. Mengukur fenomena (pengukuran).

5. Melukiskan proses komunikasi.

6. Menunjukkan hubungan visual

7. Memperbaiki kemacetan komunikasi.

2.3 Macam-macam Model Komunikasi

1. Model S-R (Stimulus-Respon)

Model ini adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya
yang beraliran bihavioristik. Komunikasi dianggap sebagai suatu proses aksi-reaksi yang sangat
sederhana. Contoh model ini, misalnya ketika saya tersenyum pada Anda dan Anda membalas senyiman
saya. Model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyarat-isyarat non verbal,
gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon
dengan cara tertentu (Yunasaf, Unang. 2013).Stimulus Respons Model ini mengabaikan
adanya faktor manusia seperti sistem internal individu. Model ini menganggap komunikasi bersifat statis,
yaitu menganggap bahwa manusia melakukan sesuatu/berperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus).
Jadi dapat dikatakan pada model ini komunikasinya bukan berdasarkan kehendak, keinginan atau
kemauan bebasnya (Yunasaf, Unang. 2013).

2. Model Aristoteles
Aristoteles adalah orang pertama yang merumuskan model komunikasi verbal pertama. Model ini
merupakan basic politic. Proses komunikasi pada model ini terjadi ketika ada seorang pembicara
berbicara kepada orang lain atau khalayak lain dalam rangka merubah sikap mereka. Model ini
mempunyai tiga unsur dasar, yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar (Listener)
(Yunasaf, Unang. 2013).

Model ini memiliki ciri-ciri, yaitu :

a. Sebagai model klasik yang merupakan penggambaran dari komunikasi retoris, komunikasi publik
atau pidato.

b. Fokus komunikasi retoris (Publik Speaking).

c. Bersifat persuasi yang dapat dicapai oleh etos (kepercayaan anda), logos (logika dalam pendapat
Anda) dan memainkan emosi khalayak (parthos khalayak) (Yunasaf, Unang. 2013).

Salah satu kelemahan model ini adalah dalam prosesnya komunikasi dipandang sebagai suatu yang statis
dan tidak mempedulikan saluran, umpan balik, efek, dan kendala-kendala. Selain itu model ini hanya
fokus pada komunikasi yang disengaja (komunikator mempunyai keinginan secara sadar untuk merubah
sikap orang lain) (Yunasaf, Unang. 2013).

3. Model Laswell

Model ini merupakan sebuah pandangan umum tentang komunikasi yang dikembangkan dari batasan
ilmu politik.

· Who? <Siapa yang mengatakan>

· Says what? <Apa yang dikatakan>

· In Which Channel? <Dengan saluran apa>

· To Whom? <Kepada siapa>

· With what effect? <Bagaimana pengaruhnya>

Adapun lima unsur komunikasi yaitu :

a. Sumber (Source) disebut juga pengirim (Sender), penyandi (Encoder), komunikator (Communicator),
pembicara (Speaker).

b. Pesan (Message) atau disebut juga informasi (Information)

c. Saluran (Channel) atau disebut media.

d. Penerima (Receiver) atau disebut juga sasaran (Destination), komunikan (Communicate), penyandi
balik (Decoder), pendengar (Listener), penafsir (Interpreter).
e. Efek (Effect) atau disebut juga dampak (Impact), pengaruh (Influence) (Yunasaf, Unang. 2013).

Model ini mengungkapkan efek yang secara tidak langsung menunjukkan adanya perubahan yang bisa
diukur dan diamati pada penerima yang disebabkan unsur-unsur yang bisa diidentifikasi dalam
prosesnya. Model ini lebih sesuai diterapkan pada kajian komunikasi massa (Yunasaf, Unang. 2013).

4. Model Shannon dan Weaver

Model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan pesan untuk
dikomunikasikan, pemancar mengubah pesan menjadi signal sesuai dengan saluran apa yang dia
gunakan. Saluran adalah medium yang digunakan untuk mengirim signal dari pemancar ke penerima,
adapun sasaran itu adalah orang yang dijadikan tujuan untuk menyampaikan pesan (Yunasaf, Unang.
2013).

Model ini terdiri dari lima elemen, yaitu:

1. Information Source adalah yang memproduksi pesan.

2. Transmitter yang menyandikan pesan dalam bentuk sinyal.

3. Channel adalah saluran pesan.

4. Receiver adalah pihak yang menguraikan atau mengkonstruksikan pesan dari sinyal.

5. Destination adalah dimana pesan sampai (Yunasaf, Unang. 2013).

Model ini merupakan pola komunikasi satu arah yang berlangsung tanpa ada timbal balik secara
langsung, juga bila ada hambatan (noise) dalam berkomunikasi akan mengganggu keefektifan dalam
berkomunikasi. Konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yaitu setiap rangsangan ada
tambahan yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan (Yunasaf,
Unang. 2013).

Model ini diterapkan pada konteks-konteks komunikasi lainnya seperti komunikasi antarpribadi,
komunikasi publik atau komunikasi massa. Sayangnya, model ini juga memberikan gambaran yang parsial
mengenai proses komunikasi. Model ini juga menjelaskan bahwa setiap informasi yang disajikan
(message) merupakan proses komunikasi. Informasi yang disampaikan memiliki tujuan untuk menambah
pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku individu serta khalayak (Yunasaf, Unang. 2013).

5. Model Schramm

Menurut Schram komunikasi membutuhkan tiga unsur, yaitu:

Sumber, bisa berupa seorang individual berbicara, menulis, menggambar, bergerak dan sebuah
organisasi komunikasi (koran, rumah produksi, televisi).

Pesan, dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau sinyal-
sinyal lain yang memiliki makna.
Sasaran, dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari sebuah kelompok,
mahasiswa dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi, dll.

Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan commonness antara
komunikator dan komunikan. Schramm mengenalkan konsep field of experience, yang menurut
Schramm sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana yang diinginkan
oleh komunikan. Schramm mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi
masalah noise. Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan feedback maka ia akan berada
pada posisi komunikator (source) (Yunasaf, Unang. 2013)

6. Model Berlo

Model ini memperlihatkan komunikasi satu arah dan hanya terdiri dari komponen-komponen utama,
seperti sumber, saluran dan penerima. Model komunikasi Berlo disamping menekankan ide bahwa
meaning are in the people. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa interpretasi pesan terutama
tergantung kepada arti dari kata atau pesan yang di tafsirkan oleh pengirim atau penerima pesan
(Yunasaf, Unang. 2013).

7. Model Interaksional

Model ini berlawanan dengan model stimulus-respons (S-R) dan beberapa model linier lainnya.
Sementara model-model tersebut berasumsi bahwa manusia sebagai pasif, model interaksional
menganggap manusia jauh lebih aktif. Pada model ini para peserta komunikasi adalah orang-orang yang
mengembangkan potensi manusiawi melalui interaksi sosial (pengambilan peran orang lain / role taking).
Diri (self) berkembang lewat interaksi dengan orang lain, dari lingkungan tedekat (significant other) ke
tahap permainan (play stage) kemudian ke lingkungan luas (generalized other) melalui tahap
pertandingan (game stage) (Yunasaf, Unang. 2013).

2.4 Fidelity Komunikasi

Fidelity adalah model implementasi berupa cara pemberian instruksi dimana ia dirancang untuk
diwujudkan. Dalam komunikasi makna dari fidelity komunikasi merupakan tingkat ketepatan yang
memperkenalkan keberhasilan komunikasi antara sumber dan penerima pesan. Seorang encoder yang
memiliki ketepatan/fidelity yang tinggi jika memiliki pengekspresian arti/pesan/maksud/tujuan sumber
dengan baik, sedangkan seorang decoder memiliki ketepatan/fidelity yang tinggi jika memiliki
kemampuan menterjemahkan pesan kepada penerima dengan sempurna. Gangguan (noise) akan
memperkecil efektivitas komunikasi, sehingga semakin rendah noise akan semakin tinggi fidelity.
Sebaliknya apabila gangguan (noise) semakin tinggi, maka akan semakin rendah fidelitynya (Yunasaf,
Unang. 2013).

2.5 Analisis Fidelity dan Unsur-Unsur Komunikasi

1. Fidelity sumber dipengaruhi oleh:


a. Keterampilan berkomunikasi

Menunjukkan tingkat ketepatan dengan cara mempengaruhi kemampuan menganalisis maksud/tujuan


dan mempengaruhi kemampuan menyandi pesan.

b. Sikap

Merupakan predisposisi, tendensi atau harapan terhadap sesuatu. Sikap ini dapat mencakup sikap
terhadap diri sendiri, isi pesan dan penerima pesan.

c. Tingkat pengetahuan

Terhadap materi dan keadaan penerima pesan.

d. Sistem social budaya (dimana sumber dan pendengar berada)

2. Fidelity penerima pesan dipengaruhi oleh:

a. Keterampilan berkomunikasi

b. Sikap (terhadap diri sendiri, materi pesan, dan kepada sumber pesan)

c. Tingkap pengetahuan (terhadap materi pesan dan keadaan sumber pesan)

d. Sistem social budaya (dimana penerima berada dan sumber pesan)

3. Fidelity pesan dipengaruhi oleh:

a. Kode pesan-pesan (sekumpulan simbol-simbol yang bisa diterapkan/dimengerti orang lain)

b. Isi pesan (muatan materi pada pesan). Dalam hal harus memilih cara yang tepat dalam menentukan
struktur dan isi pesan.

c. Perlakuan isi pesan (keputusan yang dimbil untuk menyatakan isi dan kode pesan)

4. Fidelity saluran dipengaruhi oleh penyandi (encoder) dan penerjemah sandi (decoder), pembawa
pesan dan media pengantar pesan. Pemilihan saluran ini tergantung dengan apa yang tersedia, berapa
biaya yang tersedia dan apa pilihan pendengar. Selain itu saluran ini juga tergantung media, yaitu yang
banyak digunakan, yang besar dampaknya paling sesuai tujuan dan sesuai isi pesan (Yunasaf, Unang.
2013)

Anda mungkin juga menyukai