Anda di halaman 1dari 37

FISIOLOGI OTOT

Oleh: Dhigna Luthfiyani Citra Pradana M.Sc.,Apt


Email: dhignaluthfiyanicitrapradana@ymail.com
Clinical pharmacist
Tujuan pembelajaran
 Menjelaskan fungsi otot secara umum
 Menjelaskan sifat berbagai tipe otot
 Menjelaskan terjadinya kontraksi otot
 Menjelaskan terjadinya potensial aksi pada
neuromuscular junction
 Menjelaskan tentang motor unit
 Menjelaskan fase kontraksi otot
 Menjelaskan terjadinya tonus otot
 Menjelaskan mekanika gerak otot
Introduction
 Otot mengisi 40 – 45% massa tubuh
 Otot terdiri atas serabut otot yang dapat
menggunakan ATP untuk menghasilkan gaya
 Fungsi
 Menghasilkan gerak
 Mempertahankan postur tubuh
 Melindungi organ tubuh yang lain
 Mempertahankan suhu tubuh
 Menyimpan dan menggerakkan substansi
 Menyimpan nutrisi
 Kemampuan otot untuk menjalankan fungsinya
 Eksitabilitas elektrik
 Kemampuan otot untuk merespon stimulus dengan
menghasilkan sinyal elektrik (potensial aksi)
 Kontraktilitas
 Kemampuan otot untuk berkontraksi ketika distimulasi oleh
potensial aksi
 Ekstensibilitas
 Kemampuan otot untuk meregang tanpa mengalami kerusakan
 Elastisitas
 Kemampuan otot untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula
setelah mengalami regangan
 Otot rangka
 Terdapat di seluruh tubuh, melekat pada tulang
 Mempunyai fungsi kontraksi volunter
 Struktur
 Silinder bergaris
 Multinuklear perifer
 Terletak paralel satu dengan yang lain

 Otot polos
 Terdapat dalam organ dalam
 Mempunyai fungsi kontraksi involunter
 Struktur
 Spindel polos
 Uninuklear sentral

 Otot jantung
 Terdapat pada jantung
 Mempunyai fungsi kontraksi involunter
 Struktur
 Silinder bergaris
 Bercabang dan disatukan oleh diskus interkalatus
 Uninuklear sentral
Otot rangka
 Dilapisi oleh
 Epimysium  membungkus otot
 Perimysium  membungkus fasikulus
 Endomysium  membungkus serat otot
 Sarkolemma
 T tubules
 Sarkoplasma
 Glukosa  bahan dasar ATP
 Mioglobin  protein pengikat oksigen
 Mitokondria  generator ATP
 Retikulum sarkoplasma  menyimpan ion kalsium
 Miofibril
 Sarkomer : unit dasar fungsional
 Miofilamen
 Thick filamen
 Thin filamen
 Zona  Protein
 A band  Protein kontraktil
 Myosin
 I band
 Actin
 Zona H
 Protein pengatur
 Zona overlap  Troponin
 M line  Tropomyosin
 Z line  Protein struktural
 Protein  Titin
 Myosin, troponin &  Myomesin
tropomyosin  thick filament  Nebulin
 Actin  thin filament  Dystrophin

 Titin  thick filament – M line


& Z line
 Myomesin  M line
 Nebulin  thin filament – Z
line
 Dystrophin  thin filament -
sarkolemma
s
Mekanisme kontraksi
 Sliding-filament mechanism
 Tidak ada pemendekan myofilamen
 Kontraksi terjadi karena adanya overlap antara thin dan
thick filamen
 Siklus kontraksi
 Hidrolisis ATP pada kepala
myosin oleh ATPase
 ADP dan fosfat berenergi
tinggi masih melekat pada
kepala myosin
 Kepala myosin menempel ke
actin
 Fosfat dilepaskan
 Power stroke menarik actin
menuju pusat A band
 ADP dilepaskan
 ATP berikatan dengan
kepala myosin
 Pelepasan kepala myosin
dari actin
Excitation – contraction coupling
 Tropomyosin menutup ABS
pada keadaan istirahat
 AP  membuka kanal Ca
RS
 Ca sitosol
 Ca berikatan dengan
troponin
 Kompleks troponin-
tropomyosin bergerak
 Kepala myosin berikatan
dengan ABS
Length – tension relationship
 Kekuatan kontraksi otot
ditentukan oleh panjang
sarkomer sebelum
kontraksi dimulai
 Jika sarkomer teregang,
zona overlap memendek
dan hanya sedikit kepala
myosin yang dapat
berikatan dengan ABS
 Jika sarkomer memendek
maka thick filament
tertekan oleh diskus Z
Potensial membran
 Perbedaan voltase pada membran
 Terjadi karena adanya keadaan sitosol relatif lebih negatif
dibandingkan keadaan cairan ekstraseluler
 ICF  K+, fosfat, protein sel
 ECF  Na+, Cl-
 Fosfat dan protein sel bersifat negatif dan menarik ion
positif ke dalam sel
 Membran lebih permeabel terhadap ion Na dan K
 Pompa Na-K memompa 3 ion Na keluar dan ion K ke
dalam
 Neuron -40 s/d -90
Potensial aksi
 Penghantaran sinyal akibat adanya perubahan yang cepat
pada potensial membran
 Terjadi karena adanya stimulus
 Terdapat dua fase
 Depolarisasi
 Repolarisasi
 Merupakan mekanisme difusi
 Prinsip all or none
 Stimulus yang lebih kuat dapat mengaktivasi lebih banyak
akson dengan treshold yang lebih tinggi
 Depolarisasi
 Stimulus mengakibatkan
depolarisasi mencapai
treshold (-55 mV)
 Kanal Na+ dan K+ terbuka
 Kanal Na+ terbuka dengan
cepat sehingga ion Na masuk
ke dalam sel
 Potensial membran mencapai
+30 mV
 Repolarisasi
 Kanal K+ terbuka dengan
lambat
 Ion kalium keluar
menuju ekstrasel
 Potensial membran
kembali -70 mV
 Periode refrakter
 Periode refrakter absolut
 Sel yang tereksitasi tidak dapat
distimulasi untuk
menghasilkan potensial aksi
 Periode refrakter relatif
 Sel yang tereksitasi dapat
menghasilkan potensial aksi
lain dengan stimulus yang
lebih kuat
Motor unit
 Adalah setiap saraf somatik
dengan serat otot yang
dipersarafinya
 Setiap saraf somatik dapat
berhubungan degan 150 serat
otot
 Setiap serat otot menerima
1 akson terminal dari
neuron somatik
Neuromuscular junction
 Tempat dimana potensial aksi terjadi
 Terdiri atas :
 Pre sinaps
 Sinaps
 Post sinaps
 Neurotransmitter sebagai penghubung/komunikator
 Pada otot
 Pre sinap : terminal akson
 Sinaps
 Post sinaps : motor end plate
 Potensial aksi pre sinaps
 Kanal Ca + terbuka, ion kalsium
masuk sitosol
 Ion kalsium mengaktivasi
kalmodulin yang akan
mengaktivasi protein kinase
 Protein kinase fosforilasi
synapsin
 Synapsin membantu fusi vesikel
dengan membran akson
 Vesikel mengalami fusi dengan
membran akson
 ACh dikeluarkan oleh
vesikel menuju celah sinap
(eksositosis)
 ACh berikatan dengan
reseptornya
 Kanal Na+ terbuka
 Terjadi potensial aksi post
sinaps
 ACh dihidrolisis menjadi
asetat & kolin oleh ACh
esterase
Kontrol tonus otot
 Potensial aksi yang diberikan kepada otot sama besar
 Kekuatan kontraksi otot bervariasi
 Jumlah impuls yang diberikan
 regangan otot saat dimulai kontraksi
 Keberadaan oksigen dan nutrisi
 Otot yang dapat melakukan gerakan halus terdiri dari
banyak motor unit
 Contoh
 Otot laring : 2-3 serat otot/motor unit
 Otot penggerak bola mata : 10-20 serat otot/motor unit
 Otot-otot brachii : 1000 – 3000 serat otot/motor unit
 Twitch contraction
 Kontraksi yang terjadi akibat adanya satu potensial aksi
 Terdiri atas
 Periode laten
 Periode kontraksi
 Periode relaksasi
 Periode refrakter

 Summation
 Kontraksi yang terjadi setelah potensial aksi kedua lebih kuat
 Incomplete tetanus
 Jika serat otot distimulasi 20-30 x/detik
 Serat otot hanya mengalami relaksasi parsial
 Complete tetanus
 Jika serat otot distimulasi 80-100 x/detik
 Serat otot tidak mengalami relaksasi sama sekali
Tipe otot
 Oksidatif lambat
 Menghasilkan ATP pada
respirasi seluler aerob
 Berfungsi pada pertahanan
postur dan aktivitas aerobik
 Oksidatif-glikolitik cepat
Type IIA
 Dapat menghasilkan ATP
pada respirasi seluler aerob Type IIB
 Juga menghasilkan ATP dari Type I
glikolisis (anaerob)
 Glikolitik cepat
 Menghasilkan ATP melalui
glikolisis anaerob
Difference I (slow-twitch IIA (fast-twitch IIB fast-twitch glycolytic
oxidative) oxidative glycolytic)

Contraction speed Slow fast fast


Myosin-ATPase activity Low High High
Primary source of ATP Oxidative Oxidative Anaerobic glycolysis
production phosphorylation phosphorylation
Glycolytic enzyme activity Low Intermediate High
No. of mitochondria Many Many Few
Capillaries Many Many Few
Myoglobin contents High High Low
Muscle Color Red Red White
Glycogen content Low Intermediate High
Fiber diameter small Intermediate Large
Rate of fatigue slow Intermediate Fast
Konsumsi oksigen
 Metabolisme aerobik
 Terjadi di mitokondria
 Dihasilkan oleh siklus krebs
 Memenuhi 95% kebutuhan energi otot istirahat
 Metabolisme anaerobik
 Terjadi pada sitoplasma
 Dihasilkan oleh glikolisis
 Terutama digunakan pada aktivitas berat
Tipe kontraksi otot
 Isotonik
 Kekuatan kontraksi otot sama walaupun dengan ukuran yang
berbeda
 Berfungsi pada saat menggerakkan tubuh atau memindahkan
benda
 Macam
 Konsentrik
 Eksentrik
 Isometrik
 Kekuatan kontraksi otot dan ukuran dipertahankan sama
 Berfungsi untuk mempertahankan postur tubuh atau benda pada
posisi statis
Organisasi fasikulus
 Berpengaruh pada kekuatan
otot dan ruang gerak
 Paralel - fusiform
 Kekuatan kecil
 Ruang gerak lebih besar
 Konvergen
 Penatus
 Kekuatan besar
 Ruang gerak terbatas
 Sirkuler
Lever
 Leverage
 Lever : struktur keras
 Fulcrum : sendi
 Gaya otot
 Beban
 Tipe
 I : gaya otot – fulcrum – beban
 II : gaya otot– beban – fulcrum
 III : beban – gaya otot – fulcrum
Otot jantung
 Mempunyai prinsip kerja yang sama dengan otot
skeletal
 Perbedaan :
 Kontraksi 10-15 kali lebih lama
 Influx Ca2+ ke sitosol selain dari RS juga dari cairan
interstitiel
 Kontraksi berdasarkan autoritmisitas
 Dibangkitkan oleh pacemaker
 Mempunyai mitokondria yang banyak dan besar
Otot polos
 Terdiri atas
 Jaringan otot polos single unit (visceral)
 Autoritmis
 Potensial aksi dapat menyebar
 Kontraksi terjadi sebagai satu kesatuan
 Contoh : saluran kemih, intestinal, uterus

 Jaringan otot polos multiunit


 Potensial aksi hanya terjadi pada serat otot yang bersangkutan
 Contoh : arteri, jalan nafas, arektor pili, dilatator pupil, badan
siliar
 Struktur
 Susunan aktin miosin tidak sejajar
 Mempunyai filamen intermediet
 RS sedikit
 T Tubule tidak ada
 Caveolae mengandung Ca2+ ekstraseluler
 Mempunyai protein kalmodulin
 Thin filamen dan filamen intermediet berikatan dengan
dense bodies (fungsi seperti diskus Z)
 Kontraksi : memendek dengan rotasi
 Sifat
 Kontraksi berlangsung lama dan lambat
 Kontraksi :
 Calmodulin berikatan dengan Ca2+

 Aktivasi enzim myosin light chain kinase

 Menggunakan fosfat dari ATP untuk berikatan dengan kepala


myosin
 Kepala myosin dapat berikatan dengan actin

 Mulai terjadi mekanisme kontraksi otot

 Tonus otot dapat dipertahankan lama


PUSTAKA
 Tortora : Principles of Anatomy & Physiology
 Martini : Fundamentals of Anatomy & Physiology

Anda mungkin juga menyukai