UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmad serta Hidayah Nya
sehingga Pedoman Skrining Pasien Rumah Sakit Universitas Airlangga ini telah selesai.
Buku Pedoman Prosedur Skrining Pasien ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi
Rumah Sakit Univrsitas Airlangga khususnya tenaga medis guna mendukung tercapainya
pelayanan yang profesional terhadap pasien di Rumah Sakit Universitas Airlangga.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terciptanya
buku ini. Kritik dan saran yang membangun serta bermanfaat selalu kita terima guna tercapai
perbaikan dimasa yang akan datang.
Tim Penyusun
Menetapkan :
Kesatu: Peraturan Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga tentang Pedoman Skrining
Pasien di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
Kedua: Pedoman Skrining Pasien Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya
tercantum dalam lampiran peraturan ini
Ketiga: Pedoman Skrining Pasien sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua
dipergunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit Universitas
Airlangga Surabaya dalam meningkatkan mutu dan skrining pasien.
Ketiga: Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 16 Mei 2016
DIREKTUR,
Prof.Dr. Nasronudin,dr.,Sp.PD-KPTI
NIP.195611031984031001
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA
NOMOR
TAHUN 2016
TENTANG
MEI 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Skrining diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu screening yang mempunyai makna
pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang memiliki
keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko tinggi (Kamus Dorland ed.
25:974). Menurut Rochjati P. (2008), skrining merupakan pengenalan diri secara pro aktif pada
ibu hamil untuk menemukan adanya masalah atau faktor resiko. Sehingga skrining dapat
dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien melalui
serangkaian tes berupa pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat
sehingga didapatkan keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat kontak pertama,
apakah benar-benar membutuhkan pelayanan sesuai diagnosa dan kondisi pasien. Keterangan
hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau
pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan
kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
Skrining dibagi dalam dua area, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Skrining pra-
hospital bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum dirujuk dari fasilitas
kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi dengan ambulan dari luar rumah sakit.
Skrining pada kasus emergensi atau instalasi gawat darurat dilaksanakan melalui metode
triage, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau
diagnostik imaging sebelumnya. Pengkajian riwayat pasien dalam proses skrining dilakukan
melalui autoanamnesa dan heteroanamnesa.
Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit. Baik pada
pasien rawat jalan maupun gawat darurat. Pada area rawat jalan, baik tenaga medis maupun
paramedis wajib untuk segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi pasien yang
membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik maupun menunggu di ruang tunggu.
1. Skrining Pra-Hospital
Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon. Interaksi telepon bisa datang dari
pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan melakukan panggilan ke nomor
rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar rumah sakit yang berencana merujuk pasien ke
rumah sakit Univ. Airlangga, akan diterima oleh operator yakni petugas admisi, case manager
(CM), atau tenaga medis dan paramedis yang ada di ruangan terkait (IGD/IRJ) setelah
disambungkan oleh operator.
Langkah-langkah skrining pra-hospital antara lain:
SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN
Operator/penerima 1. Menghubungkan pasien/keluarga ke unit admisi.
telepon 2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter jaga
IGD untuk dikaji lebih lanjut.
3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat diakses dan
informasi waktu pelayanan.
Admisi/counter 1. Menghubungkan penelpon baik fasilitas kesehatan perujuk
pendaftaran/customer ataupun pasien/keluarga ke dokter jaga IGD (24 jam) atau
care/security IRJ (selama jam buka pelayanan poli) untuk
mengidentifikasi pelayanan yang dibutuhkan pasien.
2. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.
Case Manager 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan
berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian
khusus semisal sakit berat, usia lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan
identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang
membutuhkan rawat inap.
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di Rumah
Sakit Univ.Airlangga disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan pasien.
IRJA 1. Pada jam buka pelayanan IRJ, admisi rawat jalan
2. Skrining Intra-Hospital
Skrining intra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun area
Rawat Jalan (IRJ). Langkah-langkah skrining intra-hospital antara lain:
SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN
Case Manager 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan
berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian
- Kesadaran dinilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh (composmentis), atau apakah
pasien mengalami penurunan kesadaran (mulai gelisah, sangat mengantuk, sampai
penurunan kesadaran lebih lanjut)
- Jalan nafas dinilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan ataukah ada kondisi
potensial yang akan mengacam patensi jalan nafas.
1. Pasien dating dalam kondisi sadar dengan posisi jatuh lehernya terbentur pipa,
tampak memar dan berbicara serak.
2. Pasien bayi/ balita dating dengan batuk pilek, batuk berulang sangat mengganggu
diikuti suara mengorok.
Pernafasan dinilai apakah pernafasan pasien normal atau ada masalah, bahkan ada resiko
distress nafas. Pasien dengan pernafasan yang layak mendapatkan pelayan di UGD
adalah:
- Sirkulasi diilai apakah normal atau ada maslah. Pasien dengan sirkulasi drop yang layak
mendapatkan pelayanan di UGD adalah :
3. Akral dingin
5. Pasien dengan nyeri ulu hati, disertai keringat dingin, nadi lemah
b. Penilaian nyeri
c. Skrining batuk
Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien batuk,
apakah sedang dalam pengobatan TBC atau tidak. Pasien yang batuk semua diberikan
masker wajah, sedangkan pasien yang batuk ≥ dua minggu diarahkan ke jalur fast track
untuk mengurangi resiko penularan infeksi air bone. Pasien yang dengan TBC diarahkan
ke jalur fast track ke poli TBC
Skrining resiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go Test:
1. Pengkajian
2. Hasil
3 Jika 1 dan 2 YA Resiko tinggi Edukasi dan pasang gelang resiko jatuh
pasien dinilai apakah mengalami hambatan dalam mengakses pelayanan jika pasien
mengalami hambatan gerak seperti pengguanan kursi roda dan brankar. Jika pasien
mempunyai hambatan bahasa dan budaya. Budaya, hubungan pasien ada pelayanan
penerjemah bahasa Rumh sakit.
- Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter umum melalui
UGD/Poliklinik umum dan oleh dokter spesialis
- pasien akan masuk pada criteria kuratif, preventif, rehabilitative, pasien indikasi rawat
inap, memerlukan kamar isolasi atau dapat berobat jalan.
2. DM
3. Hipertensi
3. Mengancam visual
2. edema kornea
3. TIO > 21
4. gangguan airway
2. Resiko sepsis
3. Disfagia
4. Nyeri berat
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
2. Proteinuria ≥ + 2
4. IUGR
5. Peningkatan SGPT/SGOT
6. Penurunan AT
2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragis
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dyspepsia 1. Muntah
3. Dehidrasi
3. Pre-syok TD <100/60
2. Susah menelan
3. Nadi cepat
4. Nadi cepat
2. Susah menelan
3. Nadi cepat
4. Nafas terganggu
Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat inap,
dokter wajib memberikan pendidikan kesehatan dan didokumentasikan dalam form
instruksi pasien pulang
Selanjutkan form tersebut akan dibawa pulang dan menjadi pedoman perawatan
pasien dan keluarga dirumah
Preventif:
Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit / deteksi dini factor resiko:
Paliatif:
2. Dyspneu
3. Pembesaran hati
4. Emboli paru
5. kardiomiopati
6. Disritmia
3. Sesak nafas
4. Asidosis
Jika ada indikasi rawat inap, perawat wajib melakuakn konfirmasi ke dokter apakah
pasien memerlukan ruang khusus ICU, HD, Isolasi
Jika ruang perawatan positif tersedia, perawat mengarahkan keluarga pasien untuk
mendaftar rawat inap.
Diagnosa Kriterian
Pneumothoraks
Empiema
Meningitis TB
Citomegalovirus Demam
Kerusakan otak
Ruang isolasi yang setelah digunakan oleh pasien dengan resiko penularan infeksi
tinggi, tidak bias digunakan pada pasien immucompromise sebelum ruang dinyatakan
steril.
Rehabilitatif
Tindakan fisioterapi bias dilakukan dengan rawat jalan (tidak memerlukan rawat
inap), kecuali pada terdapat kasus penyerta sebagai contoh pengerjaan fisioterapi
untuk pemulihan pasca operasi
Pemilihan criteria pasien yang harus difisoterapi dilakukan oleh dokter spesialis,
sedangkan untuk jenis fisioterapi yang dilakukan akan di skrining oleh dokter
rehabilitasi medis
Setelah dokter spesialis rehabilitasi medis memberikan diagnosa engan advis jenis
fioterapi, makan fisioterapis melakukan fisoterapi sesuai dengan advis
Skrining awal dilakukan oleh dokter perlu atau tidak dilakukan hemodialisa. Indikasi
dilakukan hemodialisa:
2. Hiperkalemi
3. Hipertensi maligna
Indikasi dini
Asidosis aztema
Perawat umum segera menghubungi perawat hemodialisa bahwa ada pasien indikasi
cyto heodialisa
Dokter dan perawat melakukan penilaian visual, anamnesa, dan melakukan vital sign
Jika pasien memenuhi criteria untuk dirujuk, maka dokter atau perawat wajib
memastikan apakah pasien dalam keadaan stabil untuk dirujuk
Dokter dan perawat melengkapi rekam medis pasien yang kemudian harus dibawa
saat merujuk pasien
Petugas yang mengantar pasien ketempat rujukan adalah petugas yang terampil
dalam batuan hidup dasar, transport pasien dan skrining pasien
Dokter atau raddiografer wajib memastikan pasien sedang tidak dalam kondisi hamil
Perawat melakukan skin test untuk mengetahui ada atau tidaknya alergi dengan
cairan kontras
Jika dalam waktu minimal 15 menit tidak terlihat reaksi di daerah skin test, maka CT
scan dengan kontras bias dilaksanakan
Sebaliknya jika terlihat reaksi alergi, maka CT scan dengan kontras tidak dapat
dilakukan.
Daftar skrining pemeriksaan penunjang sebelum pasien diputuskan rawat inap atau
dirujuk atau dilaksanakan tindakan :
2. Hitung leukosit
3. Hematokrit
4. Trombosit
2. CT/BT
2. CT/BT
3. HbsAg
2. CT/BT
3. HbsAg
2. CT/BT
3. HbsAg
2. Darah rutin
2. CT/BT
3. HbsAg
2. Ca-125 (poli)
3. Darah rutin
4. CT/BT
5. HbsAg
2. CT/BT
3. HbsAg
2. Darah rutin
2. CT/BT
3. HbsAg
3. Urin rutin
4. Ureum
5. Kreatinin
Thyrotoxicosis 1. Free T4
2.TSH
3. EKG
2. Rontgen thorax
2. Rontgen thorax
2. Radiologi : OPG
2. Radiologi : OPG
2. Radiologi : Peripical/OPG
Prof.Dr. Nasronudin,dr.,Sp.PD-KPTI
NIP.195611031984031001