Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

“CYTOMEGALOVIRUS (CMV)”

Di Ruang 7B (Anak)
RSUD dr. SAIFUL ANWAR
MALANG

Disusun Oleh:

Ageng Afrianzah (2012.01.003)

Program Studi DIII Keperawatan


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI
2015
KONSEP DASAR
“CYTOMEGALOVIRUS (CMV)”

A. Definisi
CMV adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga virus
herpes.(http://www.roche.com).
CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system
kekebalan tubuh lemah.(http://www.spiritia.or.id).
Cytomegalovirus adalah virus herpes DNA yang menginfeksi
sebagian besar orang. Virus ini merupakan penyebab infeksi perinatal
tersering dan infeksi pada janin ditemukan 0,5-2 % dari neonatus.
(http://dasar-teori-cytomegalovirus.html)
Infeksi Sitomegalovirus adalah suatu penyakit virus yang bisa
menyebabkan kerusakan otak dan kematian pada bayi baru lahir. Bisa di
dapat sebelum lahir atau setelah lahir.
(http://harnita-novia.blogspot.com/2011/05/cytomegalovirus.html)

B. Klasifikasi
CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan
hampir semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
1. CMV nefritis (ginjal).
2. CMV hepatitis (hati).
3. CMV myocarditis (jantung).
4. CMV pneumonitis (paru-paru).
5. CMV retinitis (mata).
6. CMV gastritis (lambung).
7. CMV colitis (usus).
8. CMV encephalitis (otak).
(Nanda, 2008. Nursing Diagnosis: Definition & Classification.
Philadelphia: Nanda International)
C. Faktor Pencetus
Penyebab utama dari TORCH sebagian besar adalah hewan-hewan
yang ada di sekitar kita seperti kucing, ayam, burung, tikus, kambing, sapi,
anjing, babi, dan lainnya yang mengandung virus dan parasit TORCH di
dalam darahnya. Hewan-hewan tersebut bisa sebagai pembawa langsung
TORCH melalui interaksi dengan manusia, dan bisa juga sebagai perantara
(pembawa tak langsung) TORCH melaui kotorannya.
Kotorannya yang mengandung TORCH bisa mencemari tanah,
sehingga juga bisa mencemari sayuran yang tumbuh di tanah. Kotoran
hewan yang terinfeksi TORCH bisa terbang terbawa bersama lalat,
serangga atau burung dan menempel pada makanan, kemudian makanan
tersebut masuk ke dalam mulut manusia dan hidup dalam darah manusia.
(Mulyana S. 2008)

D. Etiologi
Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40%
bayi yang lahir dari wanita yang menderita CMV selama
kehamilan juga akan terinfeksi CMV. Bentuk paling berat dari
infeksi ini adalah penyakit inklusi sito megalik.
2. Akut: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala
mirip dengan mononucleosis( malaise, demam, faringitis,
splenomegali, ruam petekia, gejala pernapasan). Infeksi bukan
tanpa sekuela, terutama pada anak-anak yang masih kecil, dan
dapat terjadi akibat tranfusi.
3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita
imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transpantasi
organ. Gejala-gejalanya termasuk pneumonitis, hepatitis, dan
leucopenia, yang kadang-kadang fatal. Infeksi sebelumnya tidak
menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan reaktivasi virus.
(Betz, Cecily L, 2012)
E. Patofisiologi
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus
congenital di amerika utara. Terdapat sejumlah strain CMV yang
berhubungan, virus ini adalah anggota dari ember herpes. CMV agaknya
ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan cairan atau
jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen dan ASI.
Masa inkubasi tidak diketahui, berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi:
setelah lahir 3 sampai 12 minggu, setelah tranfusi 3 sampai 12 minggu,
dan setelah transplantasi 4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering
mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah
infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi
masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk
mencegah penyakit ini. (Akhter, K. 2010)

F. Manifestasi Klinis
Pada periode bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi sitomegalovirus
biasanya bersifat asimtomatik. Awitan infeksi yang didapat secara
congenital dapat terjadi segera setelah lahir atau sampai berusia 12
minggu.
Tidak ada indicator yang dapat diramalkan, tetapi sering dijumpai
gejala-gejala berikut ini:
1. Petekia dan ekimosis
2. Hepatosplenomegali
3. Ikterus neonatorum
4. Hiperbilirubinemia langsung
5. Mikrosefali dengan kalsifikasi periventrikular
6. Retardasi pertumbuhan intrauterine
7. Prematuritas
8. Ukuran kecil menurut usia kehamilan
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang
lebih besar:
1. Purpura
2. Hilang pendengaran
3. Korioretinitis (buta)
4. Demam
5. Pneumonia
6. Takipnea dan dispnea
7. Kerusakan otak
(Gordon et.all, 2012)
G. Pathway
H. Komplikasi
Komplkasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
1. Kehilangan pendengaran yang bervariasi
2. IQ rendah
3. Gangguan penglihatan
4. Mikrosefali
5. Gangguan sensorineural
(http://mvzpry.blogspot.com/2009/05/laporan-pendahuluan-infeksi-
sitomegalo.html)

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer.
Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan
jaringan untuk melihat vius dalam jumlah besar (pemeriksaan urin
untuk mengetahui adanya iklusi intra sel tidaklah bermanfaat;
verifikasi infeksi congenital harus dilakukan dalam 3 minggu
pertama dari kehidupan).
2. Skrining toksoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes dan
lain-lain (toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes
[TORCH]) digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
3. Uji serologis
Titer antibody IgG dan IgM (IgM yang meningkat
mengindikasikan pajanan terhadap virus, IgG neonatal yang
meningkat mengindikasikan infeksi yang didapat pada masa
prenatal, IgG maternital negative dan IgG neonatal positif
mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat pascanatal.
4. Uji factor rheumatoid positif (positif pada 35%-45% kasus)
5. Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala
dengan maksud mengungkapkan klasifikasi intra cranial.
(Suromo, L. B. 2007)
J. Penatalaksanaan
1. Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala
(misalnya: penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia,
dukungan pernapasan).
2. Ada bukti bahwa globulin imun-CMV yang diberikan melalui IV
bersama obat gansiklovir dapat mengurangi beratnya infeksi pada
individu dengan system imun yang buruk (mekanisme
imunologiknya kurang/terganggu). Vaksin CMV hidup sedang diuji
coba pada pasien transplantasi ginjal.
3. Kemoterapi ember sedikit harapan, tetapi toksisitas dan
imunosupresi akibat dari pengobatan ini meningkatkan
kekhawatiran jika digunakan pada bayi baru lahir. Dalam
penatalaksanaannya tidak diperlukan tindakan kewaspadaan
khusus, tetapi perawat harus tetap memakai sarung tangan,
melakukan teknik mencuci tangan yang baik dan menggunakan
tidakan kewaspadaan umum, (Hermawan A. 2009).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
“CYTOMEGALOVIRUS (CMV)”

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
Hal-hal yang perlu ditanyakan/yang bias ditemukan:
a) Adanya riwayat tranfusi
b) Adanya riwayat transplantasi organ
c) Ibu pasien penderita infeksi CMV
d) Suami/istri penderita CMV
3. Pemeriksaan Fisik
a) TTV: Suhu (demam), pernapasan (takipnea, dispnea),
tekanan darah, nadi
b) Kulit: Petekia dan ekimosis, lesi berwarna ungu disebabkan
oleh eritripoiesis kulit
c) Penurunan berat badan

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan NANDA (2012), maka didapatkan diagnose
keperawatan CMV sebagai berikut:
1. Hipertermia b.d. penyakit/trauma
2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas
3. Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis
penyakit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidakmampuan memasukkan zat-zat gizi berhubungan dengan
factor biologis: mual dan muntah
5. Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan paparan
C. Intervensi
Berdasarkan NANDA (2012), maka didapatkan intervensi
keperawatan CMV sebagai berikut:
Tujuan dan Kriteria
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
1. Hipertermi b. d proses Tujuan: Setelah 1. Observaasi suhu
penyakit/trauma dilakukan tindakan tubuh secara rutin
2. Berikan kompres
keperawatan selama 2 x
hangat/dingin pada
24 jam demam turun/
aksila atau lipatan
tidak demam.
paha
Kriteria Hasil: 3. Observasi nadi dan
 Suhu tubuh dalam RR
batas normal (36˚ 4. Anjurkan klien
– 37,5˚C) untuk meningkatkan
 Nadi dan RR intake cairan
dalam batas 5. Anjurkan klien
normal (60 – 100 menggunakan
x/m, 16 – 24 x/m) pakaian yang tipis
dan dapat menyerap
keringat
6. Kolaborasi dalam
pemberian
antipiretik

2. Pola nafas tidak efektif b. Tujuan: Setelah 1. Posisikan pasien


d penurunan energi dilakukan tindakan untuk
dalam bernafas keperawatan selama 2 x memaksimalkan
24 jam pola nafas efektif ventilasi
2. Auskultasi suara
Kriteri Hasil:
nafas, catat adanya
 RR dalam batas
suara tabahan
normal (16 – 24 3. Monitoring respirasi
x/m) dan status oksigen
 Tidak ada retraksi 4. Atur intake cairan
dinding dada untuk
 Tidak ada mengoptimalkan
pernafasan cuping keseimbangan
hidung 5. Kolaborasi dalam
pemberian obat
broncodilator sesuai
indikasi

3. Resiko tinggi infeksi b.d. Tujuan: Setelah 1. Observasi adanya


penurunan system imun, dilakukan tindakan tanda-tanda infeksi
2. Observasi TTV
aspek kronis penyakit keperawatan selama 2 x
sesering mungkin
24 jam resiko infeksi
3. Pertahankan teknik
tidak menjadi aktual
isolasi
4. Batasi pengunjung
Kriteria Hasil:
 Terbebas dari bila perlu
5. Lakukan tindakan
tanda-tanda
keperawatan dengan
infeksi
 TTV dalam batas tehnik aseptik
6. Anjurkan klien
normal:
Nadi = 60 – 100 untuk meningkatkan
x/m intake nutrisi
RR = 16 – 24 x/m 7. Kolaborasi dalam
Suhu = 36˚ - pemberian antibiotik
37,5˚ C sesuai indikasi

D. Implementasi
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan dalam
tindakan, selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari
proses keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus
diwujudkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Pelaksanaan dapat
dilakukan oleh perawat yang bertugas merawat klien tersebut atau perawat
lain dengan cara didelegasikan pada saat pelaksanaan kegiatan maka
perawat harus menyesuaikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan
kondisi klien maka validasi kembali tentang keadaan klien perlu dilakukan
sebelumnya. (Basford, 2006)

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan untuk
mengukur keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Bila masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru,
maka perawat harus berusaha untuk mengurangi atau mengatasi beban
masalah dengan meninjau kembali rencana perawatan dengan
menyesuaikan kembali terhadap keadaan masalah yang ada. (Basford,
2006 hal. 24)

Daftar Pustaka

Akhter, K., 2010. Cytomegalovirus. E medicine from Web MD


Betz, Cecily L.2012. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC
Basford. 2006. Konsep Asuhan Keperawatan
Gordon Et All. 2012. NANDA Nursing Diagnoses Definition and
Classification (NIC), Second Edition. USA: Mosby
Hermawan, A.,2009. Cytomegalovirus, Virus Bandel yang Harus
Diwaspadai. Klinik online
Mulyana, S., 2008. TORCH ( Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan
Herpes ) . http://ms32.multiply.com/journal/item/22
Nanda, 2007-2008. Nursing Diagnosis: Definition & Classification.
Philadelphia: Nanda International
Suromo,L.B.,2007. Kewaspadaan Terhadap Infeksi Cytomegalovirus Serta
Kegunaan Deteksi Secara Laboratorik. Semarang: Fakultas Kedokteran

http://www.Spiritia.or.id (diakses tanggal 11 Mei 2015 jam 09.10)


http://www. Roche.Com (diakses tanggal 11 Mei 2015 jam 09.10)
(http://dasar-teori-cytomegalovirus.html) diakses tanggal 11 Mei 2015 jam
09.20
(http://harnita-novia.blogspot.com/2011/05/cytomegalovirus.html) diakses
tanggal 11 Mei 2015 jam 09.20
(http://mvzpry.blogspot.com/2009/05/laporan-pendahuluan-infeksi-
sitomegalo.html) diakses tanggal 11 Mei 2015 jam 09.20

Anda mungkin juga menyukai