Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas
rahmat danpetunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan berupa makalah yang
berjudul "Badan Hukum Bank".
Sumber dari makalah ini informasi yang didapat dari hasil browsing di internet
referensi buku dan sumber, sumber lainnya. Diantara sumber-sumber tersebut kami
susun, semua informasi dan fakta yang sesuai dengan makalah ini, sehingga menurut
saya data-data di dalam makalah ini sudah cukup akurat.
Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang saya temui
namun saya berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Akhir
kata jika ada sesuatu pada khususnya kata-kata yang tidak berkenan pada hati pembaca
mohon dimaklumi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
MAKALAH HUKUM PERBANKAN
disusun oleh :
Grend Sony Amartha
Universitas Andalas
Fakultas Hukum
2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang............................................................................................................
B.Rumusan
Masalah..........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................
A. Bentuk-Bentuk Badan
Hukum.......................................................................................
C.Permodalan Bank..............................................................................
BAB III
PENUTUP.....................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B.
Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu
negara. Bahkan padaera globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian
dari system keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal yang
demikian itu, maka begitu suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan
beroperasi dari otoritas moneter dari Negara yang bersangkutan, bank
tersebutmenjadi "milik" masyarakat. Oleh karena itu eksistensinya bukan saja
hanya harus dijaga oleh para pemilik bank itu sendiri dan pengurusnya, tetapi
juga oleh masyarakat nasional dan global. Kepentingan masyarakat untuk
menjaga eksistensi suatu bank menjadi sangat penting,lebih-lebih bila diingat
bahwa ambruknya suatu bank akan mempunyai akibat rantai atau dominoeffect,
yaitu menular kepada bank-bank yang lain, yang pada gilirannya tidak mustahil
dapat sangatmengganggu fungsi sistem keuangan dan system pembayaran dari
negara yang bersangkutan.Bank adalah suatu lembaga keuangan yang
eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaandari para nasabahnya yang
mempercayakan dana simpanan mereka pada bank. Oleh karena itubank sangat
berkepentingan agar kadar kepercayaan masyarakat, yang telah maupun yang
akanmenyimpan dananya, terpelihara dengan baik dalam tingkat yang tinggi.
Mengingat bank adalahbagian dari sistem keuangan dan system pembayaran, yang
masyarakat luas berkepentingan ataskesehatan dari sistem-sistem tersebut,
sedangkan kepercayaan masyarakat kepada bank merupakanunsur paling pokok
dari eksistensi suatu bank, maka terpeliharanya kepercayaan masyarakat
kepada perbankan adalah juga kepentingan masyarakat banyak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui hal yang harus dipahami dalam hukum bank diindonesia
Perusahaan Perseorangan
Perseroan Terbatas ( PT )
Perjanjian dibuat oleh paling sedikit 2 pihak. Oleh karena PT harus didirikan
berdasarkan perjanjian maka PT minimal harus didirikan oleh paling sedikit 2
pihak. Pasal 7 UU No.1/1995 mengatur hal tersebut:“Perseroan didirikan oleh 2
(dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”.
KOPERASI
b. Badan hokum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi
yang memiliki lingkup lebih luas.
a. Tujuan Koperasi
Untuk menyejahteraan anggotanya. Tujuan utama adalah mewujudkan
masyarakat adil makmur materian dan spiritual berdasarkan pancasila dan undang
– undang Dasar 1945.
2) Keanggotaan terbuka
3) Pengembangan anggota
I. KETENTUAN UMUM
1.1.Bank Umum
Bank Umum disebut juga sebagai “bank dagang”, “bank komersial”, “bank
kredit”, bahkan di beberapa Negara disebut sebagai “bank deposito”.Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip
syariah ini dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran.Sebagai Bank konvensional, Bank Umum melakukan usaha
perbankan dengan memberikan kredit kepada nasabah baik perorangan maupun
perusahaan. Sedangkan Bank Umum yang menganut prinsip syariah
menggunakan aturan perjanjian berdasarkan Hukum Islam antara bank dengan
pihak lain untuk menyimpan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
Bank Umum ini sendiri dapat berupa Bank Milik Negara, Swasta,
maupun Koperasi, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima
simpanan dalam bentuk giro, deposito, serta tabungan dan dalam usahanya
terutama memberikan kredit jangka pendek. Kredit jangka pendek ini dipilih
karena dana utama yang diterima juga berjangka waktu pendek, sehingga
pemberian kredit jangka pendek diharapkan tidak mengganggu kemampuan bank
untuk memenuhi jangka pendeknya. Suatu bank dikatakan sebagai Bank Umum
karena bank tersebut mendapatkan keuntungan dari selisih bunga yang diterima
dari peminjam dengan yang dibayarkan oleh bank kepada depositor (disebut
spread).
2. Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan sekurang-
kurangnya tentang:
b) Permodalan;
c) Kepemilikan;
3. Persyaratan dan tata cara perizinan bank sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) ditetapkan oleh BankIndonesia."
Dari ketentuan di atas dapat dilihat, bahwa langkah pertama yang harus
dilakukan dalam pendirian bank adalah menentukan jenis bank yang akan
didirikan, apakah Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat. Dari kedua jenis
bank, terdapat beberapa perbedaan mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk mendirikan sebuah bank.
Bank Umum dapat didirikan dan menjalankan usahanya dengan izin Bank
Indonesia selaku Bank Sentral.Pemberian izin untuk mendirikan Bank Umum
dilakukan melalui 2 tahapan.Pertama, tahap persetujuan untuk melakukan
persiapan Pendirian Bank yang bersangkutan.Tahap kedua berupa pemberian izin
usaha yakni izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha setelah
persiapan selesai dilakukan.Selama belum mendapat izin usaha, pihak yang
mendapat persetujuan prinsip tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan
usaha apapun di bidang perbankan.
Penjelasan secara rinci untuk pendirian bank umum dijabarkan dalam SK Direksi
BI No: 32/33/Kep/Dir, Tentang Bank Umum tanggal 12 Mei 1999 :
1) Bank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin
Direksi Bank Indonesia.
2) Modal disetor bagi Bank yang berbentuk hukum Koperasi adalah simpanan
pokok, simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam undang-undang
tentang Perkoperasian;
3) Modal disetor yang berasal dari warga Negara asing dan/atau badan hukum
asing, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka (2) huruf b setinggi-tingginya
sebesar 99 % (Sembilan puluh sembilah persen) dari modal disetor bank.
3. Permodalan;
4. Kepemilikan;
2) Daftar calon anggota berikut rincian jumlah simpanan pokok dan simpanan
wajib, serta daftar hibah bagi Bank yang berbentuk hukum Koperasi;
c) Daftar calon anggota dewan Komisaris dan anggota Direksi disertai dengan:
1. Fotokopi tanda pengenal yang dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP)
atau paspor;
2. Riwayat hidup;
4. Surat keterangan atau bukti tertulis dari bank tempat bekerja sebelumnya
mengenai pengalaman operasional di bidang perbankan bagi calon Direksi
yang telah berpengalaman; dan
1. Tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun
dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia;
2. Tidak berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang (money laundering).
2). Daftar calon pemegang saham atau daftar calon anggota sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 huruf b:
Dalam mendirikan sebuah bank tidak hanya dilihat dari jumlah modal yang
dimilikinya, akan tetapi siapa pemilik dan pengelola bank. Prosedur tersebut
tampak pada ketentuan di bawah ini:
Pasal 9
4. fotokopi Kartu Izin Menetap Sementara (KIMS) dan fotokopi surat izin
bekerja dari instansi berwenang, bagi warga Negara asing;
5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
g. Surat pernyataan dari pemegang saham bagi Bank yang berbentuk hukum
Perseroan Terbatas Perusahaan Daerah atau dari anggota bagi Bank yang
berbentuk hukum Koperasi bunga pelunasan modal disetor sebagaimana
dimaksud dalam huruf c:
1. tidak bersal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun
dari Bank dan/atau pihak lain di Indonesia;
2. tidak berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang (money loundering);
l. Surat pernyataan dari anggota Direksi bahwa yang bersangkutan baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama tidak memiliki saham melebihi 25%
dari modal disetor pada suatu perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (3).
Dalam Pasal 15 dijabarkan siapa saja yang dapat menjadi pemilik bank:
2. Perubahan modal bagi Bank yang berbentuk Badan Hukum Koperasi, wajib
dilaporkan oleh Direksi Bank kepada bank Indonesia selambat-lambatnya
10 hari setelah tanggal perubahan anggaran dasar dilampiri dengan:
a. Bukti penyetoran;
Yang dapat menjadi Komisaris Bank diatur dalam Pasal 19, yaitu:
2. Anggota dewan komisaris dan Direksi yang memiliki integritas yang baik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, antara lain adalah pihak-
pihak yang:
Pasal 20
1. Bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dapat menempatkan
Warga Negara Asing sebagai anggota Dewan Komisaris dan Direksi.
Pasal 21
Pasal 22
4. Direksi Bank dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang
mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas;
Pada pendirian BPR juga diperlukan izin usaha dari Bank Indonesia
sebagaimana Bank Umum. Pada proses izin usaha dari Bank Indonesia diperlukan
2 tahap yaitu tahap persetujuan prinsip dan perolehan izin usaha. Selama salah
satu atau kedua proses ini belum terpenuhi maka BPR tidak dapat melaksanakan
kegiatan usaha apapun di bidang perbankan. Syarat-syarat untuk mendirikan BPR
diatur dalam SK Direksi BI No.32/35/Kep/Dir, tentang Bank Perkreditan Rakyat
tanggal 12 Mei 1999.
1. BPR hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin
Direksi Bank Indonesia
d) Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c.
c. Rp. 500.000.000 (lim ratus juta rupiah) untuk BPR yang didirikan di luar
wilayah tersebut pada huruf a dan huruf b.
2. Modal disetor bagi BPR yang berbentuk hukum Koperasi adalah simpanan
pokok, simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam undang-
undang tentang perkoperasian;
3. Bagian dari modal disetor BPR yang digunakan untuk modal kerja
sekurang-kurangnya berjumlah 50% (lima puluh perseratus)
4. Kepemilikan
2. Daftar calon anggota berikut rincian jumlah simpanan pokok dan simpanan
wajib, serta daftar hibah bagi BPR yang berbentuk hukum Koperasi
1. Fotokopi KTP;
2. Riwayat hidup;
4. Proyeksi arus kas bulanan selama 12 bulan yang dimulai sejak BPR
melakukan kegiatan operasionalnya serta proyeksi neraca dan perhitungan
laba rugi;
g) Surat pernyataan dai pemegang saham bagi BPR yang berbentuk hukum
Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari calon anggota dari BPR
yng berbentu hukum koperasi,bahwa setoran modal sebagaimana dimaksud
dalam huruf f:
1. Tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun
dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia;
2. dokumen sebagimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c angka 1, angka 2 dan
angka 3 dari seluruh Dewan Komisaris dan Direksi badan hukum yang
bersangkutan;
5. laporan keuangan badan hukum yang diaudit oleh Akuntan Publik dengan
posisi paling lama 6bulan sebelum tanggal pengajuan permohonan
pengajuan prinsip, bagi badan hukum yang melakukan penyertaan sebesar
Rp.1.000.000.000 atau lebih.
a) akta pendirian badan hokum, termasuk anggaran dasar badan hukum yang
telah disahkan oleh instansi yang berwenang;
2. daftar anggota berikut rincian jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib
serta daftar hibah bagi BPR yang berbentuk Hukum koperasi, yang masing-
masing disertai dengan dokumen sebagaimana yang dimaksud pasal 6 ayat
(2).
e) bukti pelunasan modal disetor sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (1),
dalam bentuk fotokopi bilyet deposito pada Bank Umum di Indonesia dan
atas nama “Direksi Bank Indonesia q.q. salah seorang pemilik BPR yang
bersangkutan” dengan mencantumkan keterangan bahwa pencairannya
hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari direksi
bank Indonesia;
5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
g) Surat pernyataan dari pemegang saham bagi BPR yang berbentuk hukum
Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari anggota bagi BPR yang
berbentuk hukum koperasi bahwa pelunasan modal disetor sebagaimana
dimaksud dalam huruf c :
1. Tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun
dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia;
Menurut pasal 13
1. Perubahan modal dasar bagi BPR yang berbentuk badan hokum perseroan
terbatas/perusahaan daerah wajib dilaporkan oleh direksi BPR kepada bank
Indonesia selambat-lambatnya 10 hari setelah tanggal persetujuan
perubahan anggaran dasar dari instani yang berwnang dilampiri dengan:
a. Bukti penyetoran;
a. Tidak termasuk dalam daftar oang tercela dibidang perbankan sesuai dengan
yang ditetapkan oleh bank Indonesia
4) Komisaris BPR dilarang menjabat sebagai anggota direksi pada bank umum.
Pasal 21
1) Jumlah anggota direksi BPR sekurang-kurangnya 2 orang;
b) Dewan komisaris dalam hubungan sebagai orang tua, anak dan suami/istri.
3) Direksi BPR dilarang memberikan kuasa hokum kepada pihak lain yang
mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas.
Pasal 23
C.Permodalan Bank
A. Definisi Permodalan
Bank wajib menyediakan modal inti paling kurang 5% dari ATMR baik secara
individual maupun secara konsolidasi dengan perusahaan anak.
a. Agio saham
b. Diagio (-/-)
c. Modal sumbangan
d. Laba/rugi
2. Bagian dari modal inovatif yang tidak dapat diperhitungkan dalam modal inti
Kelompok ini terdiri dari pinjaman subordinasi jangka pendek . Modal tier 3
mulai diperhitungkan pada tahun 1996
Rasio ini bertujuan untuk memastikan bahwa bank dapat menyerap kerugian yang
timbul dari aktivitas yang dilakukannya.
1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
Bank yang telah memenuhi jumlah modal init minimum sebesar Rp.
80.000.000,00 dapat melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain atau
diakuisisi
DAFTAR PUSTAKA
Munir Fuady, S.H., M.H., LL.M. 1999. Hukum Perbankan Modern (Berdasarkan
Undang-Undang Tahun 1998) Buku Kesatu. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.
-------. 2011. Booklet Perbankan Indonesia 2011. Jakarta. Direktorat Perizinan dan
Informasi Perbankan.
Marhaynis Abdul Hay, Hukum Perbankan di Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1977