Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas
rahmat danpetunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan berupa makalah yang
berjudul "Badan Hukum Bank".

Sumber dari makalah ini informasi yang didapat dari hasil browsing di internet
referensi buku dan sumber, sumber lainnya. Diantara sumber-sumber tersebut kami
susun, semua informasi dan fakta yang sesuai dengan makalah ini, sehingga menurut
saya data-data di dalam makalah ini sudah cukup akurat.

Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang saya temui
namun saya berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Akhir
kata jika ada sesuatu pada khususnya kata-kata yang tidak berkenan pada hati pembaca
mohon dimaklumi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang , 11 September 2018

Penulis
MAKALAH HUKUM PERBANKAN

Mata Kuliah Hukum Perbankan


Dosen Pengampu :
Dr.Yussy Adelina Manas, S.H., M.H.

disusun oleh :
Grend Sony Amartha

Universitas Andalas
Fakultas Hukum
2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar
Belakang............................................................................................................

B.Rumusan
Masalah..........................................................................................................

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................

A. Bentuk-Bentuk Badan
Hukum.......................................................................................

B. Pendirian Bank Umum dan


BPR..................................................................................

C.Permodalan Bank..............................................................................

BAB III
PENUTUP.....................................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................................................

B.
Saran.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu
negara. Bahkan padaera globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian
dari system keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal yang
demikian itu, maka begitu suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan
beroperasi dari otoritas moneter dari Negara yang bersangkutan, bank
tersebutmenjadi "milik" masyarakat. Oleh karena itu eksistensinya bukan saja
hanya harus dijaga oleh para pemilik bank itu sendiri dan pengurusnya, tetapi
juga oleh masyarakat nasional dan global. Kepentingan masyarakat untuk
menjaga eksistensi suatu bank menjadi sangat penting,lebih-lebih bila diingat
bahwa ambruknya suatu bank akan mempunyai akibat rantai atau dominoeffect,
yaitu menular kepada bank-bank yang lain, yang pada gilirannya tidak mustahil
dapat sangatmengganggu fungsi sistem keuangan dan system pembayaran dari
negara yang bersangkutan.Bank adalah suatu lembaga keuangan yang
eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaandari para nasabahnya yang
mempercayakan dana simpanan mereka pada bank. Oleh karena itubank sangat
berkepentingan agar kadar kepercayaan masyarakat, yang telah maupun yang
akanmenyimpan dananya, terpelihara dengan baik dalam tingkat yang tinggi.
Mengingat bank adalahbagian dari sistem keuangan dan system pembayaran, yang
masyarakat luas berkepentingan ataskesehatan dari sistem-sistem tersebut,
sedangkan kepercayaan masyarakat kepada bank merupakanunsur paling pokok
dari eksistensi suatu bank, maka terpeliharanya kepercayaan masyarakat
kepada perbankan adalah juga kepentingan masyarakat banyak.

B. Rumusan Masalah

 Apa saja bentuk-bentuk dari badan hukum ?

 Bagaimana pendirian Bank Umum dan BPR?


 Apa itu permodalan Bank?

C. Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui bentuk-bantuk dari hukum bank

 Untuk mengetahui bentuk hukum perbankan

 Untuk mengetahui hal yang harus dipahami dalam hukum bank diindonesia

A.Bentuk Hukum Bank

Perusahaan Perseorangan

Perusahaan perseorangan merupakan perusahaan dimana tempat kegiatan


usaha, modal, manajemennya ditangani oleh satu orang, dan orang tersebut adalah
pemilik modal dan pemimpin perusahaan. Tanggung jawab perusahaan
perorangan adalah tidak terbatas. Artinya bahwa orang tersebut (pemilik)
bertanggung jawab terhadap kewajiban atau utang-utangnya dengan
mengorbankan modal yang dimasalahkannya kedalam perusahaan tersebut dan
dengan seluruh hartanya kekayaan milik pribadinya.

Ciri-ciri perusahaan perseorangan :

1. Dimiliki oleh perorangan

2. Pengelolaan terbatas atau sederhana

3. Modal tidak terlalu besar

4. Kelangsungan hidup usaha bergantung pada pemilik perusahhan.

Kebaikan perusahaan perseorangan :

1. Dapat dengan mudah dimulai;

2. Merupakan oganisasi sederhana, sehingga biaya organisasinya pun rendah;


3. Pemilik mempunyai kebebasan dalam mengelolah perusahhan; Perangsang
laba kuat, yang mempunyai arti bahwa pemilik berhak atas seluruh laba
perusahaan, sehingga menumbuhkan gairah untuk memajukan perusahaan

Keburukan atau kekurangan perusahaan perseorangan :

1. Besar perusahaan terbatas, karena daya kemampuan pemilik perusahaan


terbatas;

2. Keterbatasan tenaga kerja;

3. Kemampuan manajemen terbatas

Kelangsungan hidup perusahaan atau kontinuitas perusahaan tidak


terjamin,karena hanya tergantung pada pemilik.

Kebutuhan modal yang dapat di penuhi pemilik perusahaan relatif kecil.Di


dalam pengelolaan perusahaanperseorangan, hampir keseluruhan langsung
ditangani sendiri oleh pemiliknya atau kelurga sendiri. Jika perusahaan
perseorangan berkembang menjadi besar, maka kegiatan manajemen baru akan
terlihat lebih teratur, pemiliktidak lagi mengelola secara langsung. Melainkan
akan duduk sebagai seseoarang komisaris (pengawasa), sedangkan untuk
menjalankan usaha diserahkan kepada orang lain, atau manajer yang bisa berkerja
lebih profesional.

Perseroan Terbatas ( PT )

Perseroan terbatas merupakan organisasi bisnis yang memiliki badan


hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang
hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan
yang ada di dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin
perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk
menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT / persoroan terbatas dibutuhkan
sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun


1995 tentang Perseroan Terbatas, PT adalah badan hukum yang didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Undang-undang No. 1 tahun 1995 serta peraturan pelaksanaannya.

a. PT Merupakan Badan Hukum.

Dalam hukum Indonesia dikenal bentuk-bentuk usaha yang dinyatakan


sebagai Badan Hukum dan bentuk-bentuk usaha yang Bukan Badan Hukum.
Bentuk usaha yang merupakan Badan Hukum adalah: PT, Yayasan, PT (Persero),
Koperasi. Sedangkan bentuk usaha yang Bukan Badan Hukum adalah: usaha
perseorangan, Firma, Commanditaire Vennotschap (CV), Persekutuan Perdata
(Maatschap). Perbedaan yang mendasar antara bentuk usaha Badan Hukum dan
bentuk usaha Bukan Badan Hukum adalah, dalam bentuk usaha Badan Hukum
terdapat pemisahan harta kekayaan dan pemisahan tanggung jawab secara hukum
antara pemilik bentuk usaha Badan Hukum dengan Badan Hukum tersebut
sendiri.Sedangkan dalam bentuk usaha Bukan Badan Hukum secara prinsip tidak
ada pemisahan harta kekayaan dan pemisahan tanggung jawab secara hukum
antara pemilik dan bentuk usaha itu sendiri.

b. PT Didirikan Berdasarkan Perjanjian.

Perjanjian dibuat oleh paling sedikit 2 pihak. Oleh karena PT harus didirikan
berdasarkan perjanjian maka PT minimal harus didirikan oleh paling sedikit 2
pihak. Pasal 7 UU No.1/1995 mengatur hal tersebut:“Perseroan didirikan oleh 2
(dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”.

c. PT Melakukan Kegiatan Usaha.

Sebagai suatu bentuk usaha, fungsi didirikannya suatu PT adalah untuk


melakukan kegiatan usaha. Dalam mendirikan PT harus dibuat Anggaran Dasar
PT yang didalamnya tertulis maksud dan tujuan PT dan kegiatan usaha yang
dilakukan oleh PT.

Ciri-ciri dan sifat Perseroan Terbatas :

1. kewajiban terbatas pada modal tanpa melibatkan harta pribadi.

2. modal dan ukuran perusahaan besar.

3. kelangsungan hidup perusahaan pt ada di tangan pemilik saham.

4. dapat dipimpin oleh orang yang tidak memiliki bagian saham.

5. kepemilikan mudah berpindah tangan.

6. mudah mencari tenaga kerja untuk karyawan / pegawai.

7. keuntungan dibagikan kepada pemilik modal / saham dalam bentuk dividen.

KOPERASI

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan


hokum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu :

a. Perorangan, yaitu orang yang sukarela menjadi anggota koperasi.

b. Badan hokum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi
yang memiliki lingkup lebih luas.

Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang – orang


atau badan hokum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan
keluar, denganbekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

a. Tujuan Koperasi
Untuk menyejahteraan anggotanya. Tujuan utama adalah mewujudkan
masyarakat adil makmur materian dan spiritual berdasarkan pancasila dan undang
– undang Dasar 1945.

Prinsip – Prinsip koperasi

1) Keanggotaan bersifat sukarela

2) Keanggotaan terbuka

3) Pengembangan anggota

4) Identitas sebagai pemilik dan pelanggan

5) Manajemen dan pengawasan dilaksanakan secara demokratis

6) Koperasi sebagai kumpulan orang – orang

7) Modal yang berkaitan dengan aspek social tidak dibagi

8) Efisiensi ekonomi dari perusahaan koperasi

9) Perkumpulan dengan sukarela

B.Pendirian Bank Umum dan BPR

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENDIRIAN BANK

I. KETENTUAN UMUM

Pada Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun


1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 Menurut jenisnya, Bank terdiri dari :

1.1.Bank Umum

Bank Umum disebut juga sebagai “bank dagang”, “bank komersial”, “bank
kredit”, bahkan di beberapa Negara disebut sebagai “bank deposito”.Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip
syariah ini dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran.Sebagai Bank konvensional, Bank Umum melakukan usaha
perbankan dengan memberikan kredit kepada nasabah baik perorangan maupun
perusahaan. Sedangkan Bank Umum yang menganut prinsip syariah
menggunakan aturan perjanjian berdasarkan Hukum Islam antara bank dengan
pihak lain untuk menyimpan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.

Bank Umum ini sendiri dapat berupa Bank Milik Negara, Swasta,
maupun Koperasi, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima
simpanan dalam bentuk giro, deposito, serta tabungan dan dalam usahanya
terutama memberikan kredit jangka pendek. Kredit jangka pendek ini dipilih
karena dana utama yang diterima juga berjangka waktu pendek, sehingga
pemberian kredit jangka pendek diharapkan tidak mengganggu kemampuan bank
untuk memenuhi jangka pendeknya. Suatu bank dikatakan sebagai Bank Umum
karena bank tersebut mendapatkan keuntungan dari selisih bunga yang diterima
dari peminjam dengan yang dibayarkan oleh bank kepada depositor (disebut
spread).

1.2.Bank Perkreditan Rakyat.

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau


berdasarkan prinsip syariah ini dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.Jadi disini, terlihat bahwa perbedaan antara bank umum
dengan BPR terletak dalam kegiatan pemberian jasa dalam lalu lintas
pembayaran.Bank Perkreditan Rakyat memberikan jasa berupa menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998


disebutkan bahwa:
1. Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai
Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia,
kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur
dengan Undang-undang tersendiri.

2. Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan sekurang-
kurangnya tentang:

a) Susunan organisasi dan kepengurusan;

b) Permodalan;

c) Kepemilikan;

d) Keahlian di bidang Perbankan;

e) Kelayakan rencana kerja.

3. Persyaratan dan tata cara perizinan bank sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) ditetapkan oleh BankIndonesia."

Dari ketentuan di atas dapat dilihat, bahwa langkah pertama yang harus
dilakukan dalam pendirian bank adalah menentukan jenis bank yang akan
didirikan, apakah Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat. Dari kedua jenis
bank, terdapat beberapa perbedaan mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk mendirikan sebuah bank.

II. PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENDIRIAN BANK

2.1. Pendirian Bank Umum

Bank Umum dapat didirikan dan menjalankan usahanya dengan izin Bank
Indonesia selaku Bank Sentral.Pemberian izin untuk mendirikan Bank Umum
dilakukan melalui 2 tahapan.Pertama, tahap persetujuan untuk melakukan
persiapan Pendirian Bank yang bersangkutan.Tahap kedua berupa pemberian izin
usaha yakni izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha setelah
persiapan selesai dilakukan.Selama belum mendapat izin usaha, pihak yang
mendapat persetujuan prinsip tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan
usaha apapun di bidang perbankan.

Penjelasan secara rinci untuk pendirian bank umum dijabarkan dalam SK Direksi
BI No: 32/33/Kep/Dir, Tentang Bank Umum tanggal 12 Mei 1999 :

2.1.1. Syarat Umum

Dalam pasal 3 disebutkan :

1) Bank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin
Direksi Bank Indonesia.

2) Bank hanya dapat didirikan oleh:

a) WNI dan/atau Badan Hukum Indonesia; atau

b) WNI dan/atau Badan Hukum Indonesia dengan WNA dan/atau Badan


Hukum Asing secara kemitraan.

Selanjutnya dalam pasal 4 disebutkan:

1) Modal disetor untuk mendirikan Bank ditetapkan sekurang-kurangnya


sebesar Rp 3.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah);

2) Modal disetor bagi Bank yang berbentuk hukum Koperasi adalah simpanan
pokok, simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam undang-undang
tentang Perkoperasian;

3) Modal disetor yang berasal dari warga Negara asing dan/atau badan hukum
asing, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka (2) huruf b setinggi-tingginya
sebesar 99 % (Sembilan puluh sembilah persen) dari modal disetor bank.

Bila dicermatisyarat-syarat pendirian bank umum tersebut tampak bahwa modal


yang harus disediakan relatif cukup besar.Tampaknya pimpinan BI menyadari
bahwa bank sebagai badan usaha memiliki karakteristik tersendiri jika
dibandingkan dengan badan usaha lainnya.Hal ini terlihat bahwa pimpinan bank
tidak serta merta mengeluarkan izin usaha walaupun modal sudah ada.

2.1.2. Persetujuan Prinsip

Sebagaimana dijabarkan dalam pasal 6:

1) Permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 huruf a diajukan sekurang-kurangnya oleh seorang calon pemilik
kepada direksi Bank Indonesia sesuai dengan format dalam Lampiran I dan wajib
dilampri dengan:

a) Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan anggaran


dasar yang sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama dan tempat kedudukan;

2. Kegiatan usaha sebagai Bank;

3. Permodalan;

4. Kepemilikan;

5. Wewenang, tanggung jawab, dan masa jabatan dewan Komisaris serta


Direksi;

b) Data kepemilikan berupa:

1) Daftar calon pemegang saham berikut rincian besarnya masing-masing


kepemilikan saham bagi Bank yang berbentuk hukum Perseroan
Terbatas/Perusahaan Daerah;

2) Daftar calon anggota berikut rincian jumlah simpanan pokok dan simpanan
wajib, serta daftar hibah bagi Bank yang berbentuk hukum Koperasi;

c) Daftar calon anggota dewan Komisaris dan anggota Direksi disertai dengan:
1. Fotokopi tanda pengenal yang dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP)
atau paspor;

2. Riwayat hidup;

3. Surat penyertaan pribadi (personal statement)yang menyatakan tidak pernah


melakukan tindakan tercela di bidang perbankan, keuangan, dan usaha
lainnya dan atau tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan tindak
pidana kejahatan;

4. Surat keterangan atau bukti tertulis dari bank tempat bekerja sebelumnya
mengenai pengalaman operasional di bidang perbankan bagi calon Direksi
yang telah berpengalaman; dan

5. Surat keterangan dari lembaga pendidikan mengenai pendidikan


perbankan yang pernah diikuti dan/atau bukti tertulis bagi Bank tempat
bekerja sebelumnya mengenai pengalaman di bidang perbankan bagi calon
anggota Dewan Komisaris.

d) Rencana susunan organisasi;

e) Rencana kerja untuk tahun pertama yang sekurang-kurangnya memuat:

1. Hasil penelaahan mengenai peluang pasar dan potensi ekonomi;

2. Rencana kegiatan usaha yang mencakup penghimpunan dan penyaluran


dana serta langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam
mewujudkan rencana yang dimaksud.

f) Bukti setoran modal sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari


modal yang disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), dalam
bentuk fotokopi bilyet deposito pada Bank di Indonesia dan atas nama
“Direksi Bank Indonesia q.q. salah seorang calon pemilik untuk pendirian
Bank yang yang bersangkutan” dengan mencantumkan keterangan bahwa
pencairannya hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi Bank Indonesia;
g) Surat pernyataan dari calon pemegang saham dan Bank yang berbentuk
hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari calon anggota bagi
Bank yang berbentuk hukum Koperasi, bahwa setoran modal sebagaimana
yang dimaksud dalam huruf f:

1. Tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun
dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia;

2. Tidak berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang (money laundering).

2). Daftar calon pemegang saham atau daftar calon anggota sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 huruf b:

a. Dalam hal perorangan wajib dilampiri dengan dokumen sebagaimana yang


dimaksud dalam ayat (1) huruf c angka 1 sampai dengan angka 3;

b. Dalam hal badan hukum wajib dilampiri dengan:

1. Akta pendirian badan hukum, termasuk anggaran dasar berikut perubahan-


perubahan yang telah mendapat pengesahan dari instansi berwenang
termasuk bagi badan hukum asing sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
negara asal badan hukum tersebut;

2. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c angka 1 sampai


dengan angka 3 dari seluruh dewan komisaris dan direksi dari badan hukum
yang bersangkutan;

3. Rekomendasi dari instansi berwenang di Negara asal bagi bbadan hukum


asing;

4. Daftar pemegang ssaham berikut rincian besarnya masing-masing


kepemilikan saham bagi baddan hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan
Daerah, atau daftar anggota berikut rincian jumlah simpanan pokok dan
simpanan wajib, serta daftar hibah bagi badan hukum koperasi;
5. Laporan keuangan badan hukum yang diaudit oleh akuntan public dengan
posisi paling lama 6 (enam) bulan sebelum tanggal pengajuan permohonan
pesetujuan prinsip.

Mencermati persyaratan yang harus dipenuhi jika ingin mendirikan Bank,


agaknya pemerintah tidak ingin mengulangi kekeliruan di masa lalu ketika
muncul Paket kebijaksanaan di bidang perbankan pada tahun 1988 yang lebih
dikenal dengan “Pakto 88”. Jika dicermati Pakto 88 tersebut, syarat-syarat untuk
mendirikan bank tidak terlalu sulit.Namun, bank tidak dikelola secara profesional,
akibatnya bank harus dicabut ijin usahanya oleh pemerintah. Untuk memperkokoh
keberadaan bank sebagai lembaga penyimpan dana yang aman, landasan hukum
perbankan pun diperbaharui.

2.1.3. Data Kepemilikan Bank

Dalam mendirikan sebuah bank tidak hanya dilihat dari jumlah modal yang
dimilikinya, akan tetapi siapa pemilik dan pengelola bank. Prosedur tersebut
tampak pada ketentuan di bawah ini:

Pasal 9

Permohonan untuk mendapat ijin usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 5


huruf b diajukan oleh Direksi Bank kepada Direksi Bank Indonesia sesuai dengan
format pada lampiran 2 dan wajib dilampiri dengan:

a. Akta pendirian badan hukum, termasuk anggaran dasar badan hukumyang


telah disahkan oleh instansi yang berwenang;

b. Data kepemilikan berupa:

1. Daftar pemegang saham berikut rincian besarnya kepemilikan saham bagi


bank yang berbentuk hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah; atau
2. Daftar angora berikut rincian jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib
serta daftar hibah bagi Bank yang berbentuk hukum Koperasi; yang masing-
masing disertai dengan dokumen sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat
(2);

c. Daftar susunan dewan Komisaris dan Direksi, disertai dengan:

1. Pas foto terakhir ukuran 4 x 6 cm;

2. contoh tandatangan dan paraf;

3. dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c;

4. fotokopi Kartu Izin Menetap Sementara (KIMS) dan fotokopi surat izin
bekerja dari instansi berwenang, bagi warga Negara asing;

d. Susunan organisasi serta system dan prosedur kerja, termasuk susunan


personalia;

e. Bukti pelunasan modal disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat


(1), dalam bentuk fotokopi bilyet deposito pada Bank di Indonesia atas
nama “Direksi Bank Indonesia q.q. salah seorang pemilik Bank yang
bersangkutan” dengan mencantumkan keterangan bahwa pencairannya
hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Direksi
Bank Indonesia.

f. bukti kesiapan operasional berupa:

1. daftar aktiva tetap dan inventaris;

2. bukti penguasaan gedung berupa bukti kepemilikan atau perjanjian sewa-


menyewa gedung kantor;

3. foto gedung kantor dan tata letak ruangan;

4. contoh formulir/warkat yang akan digunakan untuk operasional Bank;

5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
g. Surat pernyataan dari pemegang saham bagi Bank yang berbentuk hukum
Perseroan Terbatas Perusahaan Daerah atau dari anggota bagi Bank yang
berbentuk hukum Koperasi bunga pelunasan modal disetor sebagaimana
dimaksud dalam huruf c:

1. tidak bersal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun
dari Bank dan/atau pihak lain di Indonesia;

2. tidak berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang (money loundering);

h. Surat pernyataan tidak merangkap jabatan melebihi ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) bagi anggota dewan Komisaris;

i. Surat pernyataan tidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 23 ayat (2) bagi anggota Direksi;

j. Surat pernyataan dari anggota dewan Komisaris bahwa yang bersangkutan


tidak mempunyai hubungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (4);

k. Surat pernyataan dari anggota Direksi bahwa yang bersangkutan tidak


mempunyai hubungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat
(1);

l. Surat pernyataan dari anggota Direksi bahwa yang bersangkutan baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama tidak memiliki saham melebihi 25%
dari modal disetor pada suatu perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (3).

Selanjutnya dalam Pasal 13 disebutkan:

1. Kepemilikan Bank oleh Badan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal


3 ayat (2) setinggi-tingginya sebesar modal sendiri bersih badan hukum
yang bersangkutan.

2. Modal sendiri bersih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan:


a. Penjumlahan dari modal disetor, cadangan, dan laba dikurangi penyertaan
dan kerugian, bagi badan hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah;
atau

b. Penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, modal


penyertaan, dana cadangan dan Sisa Hasil Usaha dikurangi penyertaan dan
kerugian bagi Badan Hukum Koperasi.

2.1.4. Yang dapat menjadi Pemilik Bank

Dalam Pasal 15 dijabarkan siapa saja yang dapat menjadi pemilik bank:

1. Yang dapat menjadi pemilik Bank adalah pihak-pihak yang:

a. Tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan sesuai


dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

b. Menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas


yang baik.

2. Pemilik Bank yang memiliki integritas yang baik sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) huruf b, antara lain adalah pihak-pihak yang:

a. Memiliki akhlak dan moral yang baik;

b. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap perkembangan operasional bank


yang sehat;

d. Dinilai layak dan wajar untuk menjadi pemegang saham Bank.

2.1.5. Perubahan Modal

Dalam Pasal 10 disebutkan:


1. Perubahan modal dasar bagi Bank yang berbentuk Hukum Perseroan
Terbatas/Perusahaan Daerah wajib dilaporkan oleh Direksi Bank kepada
bank Indonesia selambat-lambatnya 10 hari setelah tanggal persetujuan
perubahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang dilampiri dengan:

a. Notulen rapat umum pemegang saham;

b. Perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh instansi yang


berwenang.

2. Perubahan modal bagi Bank yang berbentuk Badan Hukum Koperasi, wajib
dilaporkan oleh Direksi Bank kepada bank Indonesia selambat-lambatnya
10 hari setelah tanggal perubahan anggaran dasar dilampiri dengan:

a. Notulen rapat anggota;

b. Perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh rapat anggota.

2.1.6. Perubahan Pemilik

Dalam Pasal 18 disebutkan:

1. Perubahan komposisi kepemilikan yang tidak mengakibatkan penggantian


dan/atau penambahan pemilik Bank, wajib dilaporkan oleh Direksi Bank
kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 hari setelah perubahan
dilakukan.

2. Laporan perubahan komposisi kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) yang diakibatkan adanya penambahan modal disetor wajib dilampiri
dengan:

a. Bukti penyetoran;

b. Notulen rapat umum pemegang saham/rapat anggota.


c. Surat pernyataan dari pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 huruf b;

d. Data kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b.

3. Laporan perubahan komposisi kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) yang tidak mengubah modal disetor wajib dilampiri dengan
dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b,c dan d.

2.1.7. Dewan Komisaris

Yang dapat menjadi Komisaris Bank diatur dalam Pasal 19, yaitu:

1. Anggota dewan Komisaris dan Direksi wajib memenuhi persyaratan sebagai


berikut:

a. Tidak termasuk dalam daftar orang tercela dibidang perbankan sesuai


dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

b. Memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya;

c. Menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas


yang baik.

2. Anggota dewan komisaris dan Direksi yang memiliki integritas yang baik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, antara lain adalah pihak-
pihak yang:

a. Memiliki akhlak dan moral yang baik;

b. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional Bank


yang sehat;
d. Dinilai layak dan wajar untuk menjadi anggota dewan Komisaris dan
Direksi Bank.

Pasal 20

1. Bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dapat menempatkan
Warga Negara Asing sebagai anggota Dewan Komisaris dan Direksi.

2. Di antara Dewan Komisaris dan Direksi Bank sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1), sekurang-kurangnya terdapat satu orang anggota dewan Komisaris
dan satu orang anggota Direksi berkewarganegaraan Indonesia.

Pasal 21

1. Jumlah anggota dewan Komisaris sekurang-kurangnya dua orang.

2. Anggota dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib


memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman di bidang perbankan.

3. Anggota dewan Komisaris hanya dapat merangkap jabatan:

a. Sebagai anggota dewan Komisaris sebanyak-banyaknya pada satu bank lain


atau Bank Perkreditan Rakyat; atau

b. Sebagai anggota dewan Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif yang


memerlukan tanggung jawab penuh sebanyak-banyaknya pada dua
perusahaan lain bukan bank atau bukan Bank Perkreditan rakyat.

4. Mayoritas anggota dewan Komisaris dilarang memiliki hubungan keluarga


sampai dengan derajat kedua termasuk suami/istri, menantu, dan ipar
dengan anggota dewan Komisaris lain.

Pasal 22

1. Direksi Bank sekurang-kurangnya berjumlah tiga orang.

2. Mayoritas dari anggota Direksi wajib berpengalaman dalam operasional


bank sekurang-kurangnya 5 tahun sebagai Pejabat Eksekutif pada Bank.
Pasal 23

1. Mayoritas anggota Direksi dilarang memiliki hubungan keluarga sampai


dengan derajat kedua termasuk suami/istri, keponakan, menantu, ipar, dan
besan dengan anggota Direksi lain atau anggota dewan Komisaris;

2. Anggota Direksi dilarang merangkap jabatan sebagai anggota dewan


Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada lembaga perbankan,
perusahaan atau lembaga lain;

3. Di antara anggota-anggota Direksi dilarang secara sendiri-sendiri atau


bersama-sama memiliki saham melebihi 25% dari modal disetor pada suatu
perusahaan lain;

4. Direksi Bank dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang
mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas;

2.1.8. Persetujuan Bank Indonesia

Anggota Komisaris Bank harus mendapat persetujuan dari Pimpinan Bank


Indonesia.Hal ini dijabarkan dalam Pasal 24.

1. Calon anggota dewan Komisaris atau Direksi wajib memperoleh persetujuan


dari Bank Indonesia sebelum diangkat dan menduduki jabatannya;

2. Permohonan untuk memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) wajib disampaikan oleh Direksi Bank kepada Direksi Bank
Indonesia sebelum rapat umum pemegang saham atau rapat anggota yang
mengesahkan pengangkatan dimaksud, disertai dengan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c,Pasal 9 huruf h, I, j, k
dan l;
3. Persetujuan atau penolakan atas permohonan pengangkatan anggota dewan
Komisaris atau Direksi diberikan selambat-lambatnya 15 hari sejak
dokumen permohonan diterima secara lengkap;

4. Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (3), Bank Indonesia melakukan:

a. Penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen sebagaiman dimaksud


dalam ayat (2);

b. Wawancara terhadap calon anggota dewan Komisaris atau Direksi.

5. Laporan pengangkatan anggota dewan Komisaris atau Direksi wajib


disampaikan oleh Direksi Bank kepada Direksi Bank Indonesia selambat-
lambatnya 10 hari setelah pengangkatan dimaksud disahkan oleh rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota, disertai dengan notulen rapat
umum pemegang saham atau notulen rapat anggota.

2.1.9. Pimpinan Cabang

Penggantian Pimpinan Cabang Bank wajib dilaporkan ke Pimpinan


Bank Indonesia, hal ini dijabarkan dalam Pasal 25.Pengangkatan atau
penggantian pemimpin Kantor Cabang wajib dilaporkan oleh Direksi Bank
kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah
tanggal pengangkatan dan dilampiri dengan:

a. Surat pengangkatan dan pemberian kuasa sebagai pemimpin Kantor


Cabang dan Direksi Bank;

b. Dokumen yang menyatakan identitas calon pemimpin Kantor Bank dengan


persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c angka 1,
angka 2, dan angka 3, serta Pasal 9 huruf c angka 1dan angka 2.
2.2. Pendirian Bank Perkreditan Rakyat

Pada pendirian BPR juga diperlukan izin usaha dari Bank Indonesia
sebagaimana Bank Umum. Pada proses izin usaha dari Bank Indonesia diperlukan
2 tahap yaitu tahap persetujuan prinsip dan perolehan izin usaha. Selama salah
satu atau kedua proses ini belum terpenuhi maka BPR tidak dapat melaksanakan
kegiatan usaha apapun di bidang perbankan. Syarat-syarat untuk mendirikan BPR
diatur dalam SK Direksi BI No.32/35/Kep/Dir, tentang Bank Perkreditan Rakyat
tanggal 12 Mei 1999.

2.2.1. Syarat Umum Pendirian BPR

Hal ini dijabarkan dalam Pasal 3:

1. BPR hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin
Direksi Bank Indonesia

2. BPR hanya dapat didirikan oleh:

a) Warga Negara Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh Warga Negara


Indonesia;

b) Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh Warga Negara


Indonesia;

c) Pemerintah Daerah; atau

d) Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c.

2.2.2 Modal BPR

Dalam Pasal 4 disebutkan:


1. Modal disetor untuk mendirikan BPR ditetapkan sekurang-kurangnya
sebesar:

a. Rp. 2.000.000.000 (Dua Milyar Rupiah) untuk BPR yang didirikan


diwilayah Daerah Khusus Ibukota jakarta Raya dan Kabupaten/Kotamadya
Tanggerang, Bekasi, dan Karawang;

b. Rp. 1.000.000.000 (Satu Milyar Rupiah) untuk BPR yang didirikan di


wilayah ibukota propinsi diluar wilayah tersebut pada huruf a;

c. Rp. 500.000.000 (lim ratus juta rupiah) untuk BPR yang didirikan di luar
wilayah tersebut pada huruf a dan huruf b.

2. Modal disetor bagi BPR yang berbentuk hukum Koperasi adalah simpanan
pokok, simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam undang-
undang tentang perkoperasian;

3. Bagian dari modal disetor BPR yang digunakan untuk modal kerja
sekurang-kurangnya berjumlah 50% (lima puluh perseratus)

2.2.3. Persetujuan Prinsip

Masalah ini dijabarkan dalam Pasal 6 sebagai berikut:

1. Permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 huruf a diajukan oleh sekurang-kurangnya oleh seorang calon
pemilik kepada Direksi Bank Indonesia sesuai dengan format lampiran 1
dan wajib dilampiri dengan :

a) Rancangan akta pendirian badan huku, termasuk rancangan anggaran dasar


yang sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama dan tempat kedudukan

2. Kegiatan usaha sebagai BPR


3. Permodalan

4. Kepemilikan

5. Wewenang, tanggung jawab, dan masa jabatan dewan Komisaris dan


Direksi;

b) Data kepemilikan berupa:

1. Daftar calon pemegang saham berikut rincian besarnya masing-masing


kepemilikan saham bagi BPR yng berbentuk hukum Perseroan
Terbatas/Perusahaan Daerah

2. Daftar calon anggota berikut rincian jumlah simpanan pokok dan simpanan
wajib, serta daftar hibah bagi BPR yang berbentuk hukum Koperasi

c) Daftar calon anggota dewan Komisaris dan Direksi disertai dengan:

1. Fotokopi KTP;

2. Riwayat hidup;

3. Surat pernyataan yang menyatakan tidak pernah melakukan tidakan tercela


di bidang perbankan. Keuangan, dan usaha lainnya dan/atau tidak pernah
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana kejahatan;

4. Surat keterangan atau bukti tertulis dari pihak sebelumnnyamengenai


pengalaman operasional dibidang perbankan bagi calon Direksi yang tidak
berpengalaman;

5. Surat keterangan dari lembaga pendidikan perbankan yang pernah diikuti


dan/atau bukti tertulis dari pihak Bank tempat bekerja sebelumya mengenai
penglaman dibidang perbankan bagi calon anggota dewan komisaris

d) Rencana susunan organisasi;

e) Rencana kerja untuk tahun pertama yang sekurang-kurangnya memuat:


1. Hasil penelaahan mengenai peluang dasar dan potensi ekonomi;

2. Rencana kegiatan usaha yang mencakup penghimpunan dan


penyaluran dana serta langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam
mewujudkan rencana dimaksud;

3. Rencana kebutuhan pegawai;

4. Proyeksi arus kas bulanan selama 12 bulan yang dimulai sejak BPR
melakukan kegiatan operasionalnya serta proyeksi neraca dan perhitungan
laba rugi;

f) Bukti setoran modal sekurang-kurangnya 30% dari modal disetor


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), dalam bentuk fotokopi Bilyet
deposito pada Bank Umum di Indonesia dana atas nama “Direksi Bank
Indonesia q.q salah seorang calon pemilik untuk pendirin BPR yang
bersanngkutan” dengan mencantumkan keterangan bahwa pencairannya
hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Direksi
Bank Indonesia

g) Surat pernyataan dai pemegang saham bagi BPR yang berbentuk hukum
Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari calon anggota dari BPR
yng berbentu hukum koperasi,bahwa setoran modal sebagaimana dimaksud
dalam huruf f:

1. Tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun
dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia;

2. Tidak berasal dari hasil kegiatan yang melnggar hukum.

2. Daftar calon pemegang saham atau calon anggota sebagiamana dimaksud


dalam ayat (1) huruf b:

a. dalam hal perorangan wajib dilampiri dengan dokumen sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) huruf c angnka 1, angka 2, dan angka 3;
b. dalam hal Badan Hukum wajib dilampiri dengan:

1. akta pendirian badan hukum termasuk anggaran dasar berikut perubahan-


perubahan yang telah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang;

2. dokumen sebagimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c angka 1, angka 2 dan
angka 3 dari seluruh Dewan Komisaris dan Direksi badan hukum yang
bersangkutan;

3. daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masing-masing


kepemilikan saham bagi badan hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan
Daerah, atau daftar anggota berikut rincian jumlah simpanan pokok,
simpanan wajib serta daftar hibah bagi badan hukum koperasi;

4. laporan keuangan posisi akhir bulan sebelum tanggal pengajuan permhonan


persetujuan prinsip;

5. laporan keuangan badan hukum yang diaudit oleh Akuntan Publik dengan
posisi paling lama 6bulan sebelum tanggal pengajuan permohonan
pengajuan prinsip, bagi badan hukum yang melakukan penyertaan sebesar
Rp.1.000.000.000 atau lebih.

2.2.4. Ijin Pendirian BPR

Dalam pasal 9 disebutkan :

Permohonan untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 5


huruf b diajukanoleh direksi BPR kepada direksi Bank Indonesia sesuai dengan
format dalam lampiran 2 dan wajib dilampiri dengan:

a) akta pendirian badan hokum, termasuk anggaran dasar badan hukum yang
telah disahkan oleh instansi yang berwenang;

b) data kepemilikan berupa :


1. daftar pemegang saham berikut rincian besarnya kepemilikan saham bagi
BPR yang berbentuk badan hukum perseroan terbatas/perusahaan daerah;

2. daftar anggota berikut rincian jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib
serta daftar hibah bagi BPR yang berbentuk Hukum koperasi, yang masing-
masing disertai dengan dokumen sebagaimana yang dimaksud pasal 6 ayat
(2).

c) daftar susunan dewan Komisaris dan Direksi disertai dengan:

1. disertai pas foto terakhir ukuran 4x4 cm;

2. contoh tandatangan dan paraf;

3. dokumen sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf c.

d) susunan organisasi serta sistem dan prosedur kerja, termasuk personalia:

e) bukti pelunasan modal disetor sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (1),
dalam bentuk fotokopi bilyet deposito pada Bank Umum di Indonesia dan
atas nama “Direksi Bank Indonesia q.q. salah seorang pemilik BPR yang
bersangkutan” dengan mencantumkan keterangan bahwa pencairannya
hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari direksi
bank Indonesia;

f) Bukti kesiapan operasional antara lain berupa:

1. Daftar aktiva tetap dan inventaris;

2. Bukti penguasaan gedung berupa bukti kepemilikan atau perjanjian sewa


menyewa gedung kantor;

3. Foto gedung kantor dan tata letak ruangan;

4. Contoh formulir/warkat yang akan digunkan untuk operasional BPR;

5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
g) Surat pernyataan dari pemegang saham bagi BPR yang berbentuk hukum
Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari anggota bagi BPR yang
berbentuk hukum koperasi bahwa pelunasan modal disetor sebagaimana
dimaksud dalam huruf c :

1. Tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun
dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia;

2. Tidak berasal dari hasil kegiatan yang melanggar hukum.

h. Surat pernyataan tidak merangkap jabatan melebihi ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam pasal 20 ayat (3) dan ayat (4) bagi anggota dewan
Komisaris;

i. Surat pernyataan tidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam


pasal 22 ayat (2) bagi anggota direksi;

j. Surat pernyataan dari anggota direksi bahwa yang bersangkutan bersedia


menjadi direksi selama sekurang-kurangnya 3 tahun sejak BPR beroperasi
dan tidak akan mengundurkan diri, kecuali mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari bank Indonesia;

k. Surat pernyataan dari anggota direksi bahwa yang bersangkutan tidak


mem[punyai hubungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat
(1)

2.2.5. Kepemilikan BPR

Menurut pasal 13

1. Kepentingan BPR oleh Badan Hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 3


ayat (2) setinggi-tingginya sebesar modal sendiri bersih Badan Hukum yang
bersangkutan;

2. Modal sendiri bersih sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan :


a. Penjumlahan dari modal disetor, cadangan, cadangan dan laba, dikurangi
penyertaan dan kerugian, bagi badan hokum perseroan terbatas/perusahaan
daerah; atau

b. Penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, modal


pernyertaan, dana cadangandan sisa hasil usaha dikurangi penyertaan dan
kerugian, bagi badan hukum koperasi.

Selanjutnya dalam pasal 15 disebutkan:

Yang dapat menjadi pemilik BPR adalah pihak-pihak :

a. Tidak termasuk dalam daftar orang tercela dibidang perbankan sesuai


dengan yang diterapkan oleh Bank Indonesia.

b. Menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas,


antara lain :

1. Memiliki akhlak dan moral yang baik;

2. Mematuhi peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Bersedia mengembangkan BPR yang sehat.

2.2.6. Perubahan modal

Hal ini dijabarkan dalam pasal 16 sebagai berikut :

1. Perubahan modal dasar bagi BPR yang berbentuk badan hokum perseroan
terbatas/perusahaan daerah wajib dilaporkan oleh direksi BPR kepada bank
Indonesia selambat-lambatnya 10 hari setelah tanggal persetujuan
perubahan anggaran dasar dari instani yang berwnang dilampiri dengan:

a. Notulen rapat umum pemegang saham;

b. Perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh rapat anggota.


2. Perubahan modal bagi BPR yang berbentuk hokum koperasi wajib
dilaporkan oleh direksi BPR kepada bank Indonesia selambat-lambatnya 10
hari setelah tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar dilampiri dengan:

a. Notulen rapat umum pemegang saham;

b. Perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh rapat anggota.

2.2.7. Perubahan Pemilik Modal

Dalam pasal 17disebutkan :

1. Penggantian dan/atau penambahan pemilik BPR wajib terlebih dahulu


memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia;

2. Tatacara penggantian dan/atau penambahan pemilik BPR sebagaimana


perundang-undangan yang berlaku tentang merger, konsolidasi dan akuisi
bank;

Selanjutnya dalam pasal 18 dikemukakan :

1. Perubahan komposisi kepemilikan yang tidak mengakibatkan penggantian


dan/atau penambahan pemilik wajib dilaporkan oleh direksi BPR kepada
Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 hari setelah perubahan dilakukan;

2. Laporan perubahan komposisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang


diakibatkan adanya penambahan modal disetor wajib dilampiri dengan:

a. Bukti penyetoran;

b. Notulen rapat umum pemegang saham/rapat anggota;

c. Surat pernytaan dari pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam pasal 9


huruf g;

d. Data kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam pasa 9 huruf b.


3. Laporan perubahan komposisi kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) yang tidak mengubah modal disetor wajib dilampiri dengan
dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d;

2.2.8. Anggota Komisaris dan Direksi

Dalam pasal 19 disebutkan :

Anggota dewan komisaris dan direksi wajib memenuhi persyaratan sebagai


berikut :

a. Tidak termasuk dalam daftar oang tercela dibidang perbankan sesuai dengan
yang ditetapkan oleh bank Indonesia

b. Menurut penilaian bank Indonesia yang bersangkutan memiliki


integritas, antara lain :

1. Memiliki akhlak dan moral yang baik;

2. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Bersedia mengembangkan dan melakuan kegiatan ussaha BPR secara sehat.

Selanjutnya dalam pasal 20 disebutkan:

1) Jumlah anggota dewan Komisaris dan Direksi sekurang-kurangnya 1 orang;

2) Anggota dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib


memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman di bidang perbankan;

3) Anggota dewan komisaris BPR dapat merangkap jabatan sebagai komisaris


sebanyak-banyaknya pada 3 BPR dan/atau BPR berdasarkan prinsip
syariah;

4) Komisaris BPR dilarang menjabat sebagai anggota direksi pada bank umum.

Pasal 21
1) Jumlah anggota direksi BPR sekurang-kurangnya 2 orang;

2) Anggota direksi sekurang-kurangnya berpendidikan formal setingkat


Diploma II atau sarjana muda;

3) Sekurang-kurangnya 50% dari anggota direksi wajib berpengetahuan dalam


operasional bank sekurang-kurangnya 2 tahun sebagi pejabat di bidang
pendanaan dan/atau perkreditan.

2.2.9. Syarat Menjadi Anggota Direksi

1) Anggota direkasi dilarang mempunyai hubungan keluarga dengan :

a) Anggota direksi lainnya dalam hubungan sebagai orangtua termasuk mertua,


anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk hubungan sebagai
orangtua, anak dan suami/istri;

b) Dewan komisaris dalam hubungan sebagai orang tua, anak dan suami/istri.

2) Anggota direksi BPR dilarang merangkap jabatan sebagai anggota direksi


atau pejabat eksekutif pada lembaga perbankan, perusahaan atau lembaga
lain;

3) Direksi BPR dilarang memberikan kuasa hokum kepada pihak lain yang
mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas.

Pasal 23

1. Dalam hal terjadi penggantian anggota dewan komisaris dan/atau direksi,


calon pengganti jabatan tersebut wajib memperoleh persetujuan dari direksi
bank Indonesia sebelum diangkat dan menduduki jabatannya;

2. Permohonan untuk memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) wajib disampaikan oleh direksi BPR kepada Bank Indonesia
sebelum rapat umum pemegang saham atau rapat anggota yang
mengesahkan pengangkatan dimaksud, disertai dengan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c, huruf h, huruf I dan huruf k;

3. Persetujuan atau penolakan atas permodalan pengangkatan anggota dewan


komisaris dan direksi diberikan selambat-lambatnya 15 hari setelah
dokumen permohonan diterima secara lengkap;

4. Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (3), Bank Indonesia melakukan :

a) Penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen sebagaiimana yang


dmaksud dalam ayat (2);

b) Wawancara terhadap calon anggota dewan komisaris dan direksi.

5. Laporan pengangkatan anggota dewan komisaris dan/atau direksi wajib


disampaikan oleh direksi BPR kepada bank Indonesia selambat-lambatnya
10 hari setelah pengangkatan dimaksud disahkan oleh rapat umum
pemegang saham atau rapat anggota sesuai dengan format dalam lampiran
5, disertai notulen rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.

2.2.10. Peningkatan Status BPR

BPR dapat ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum. Persyaratannya adalah


BPR tersebut harus memiliki tingkat permodalan, yang selama 12 bulan terakhir
atau sekurang-kurangnya 10 bulan terakhir tergolong sehat dan selebihnya cukup
sehat. BPR tersebut juga harus memenuhi persyaratan modal disetor untuk
menjadi Bank Umum dan memenuhi ketentuan Direksi dan dewan Komisaris
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Bank Umum.

C.Permodalan Bank

Permodalan bagi bank sebagaimana perusahaan pada umumnya selain


berfungsi sebagai sumber utama pembiayaan terhadap kegiatan operasionalnya
juga berperan sebagai penyangga terh adap kemungkinan terjadinya
kerugian.Selain itu, modal juga berfungsi untuk menjaga kepercayaan masyarakat
terhadap kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi.

Untuk memastikan bahwa industri perbankan memiliki pemodalan yang


cukup, dalam mendukung kegiatan usahanya, otoritas pengawas bertanggung
jawab untuk menetapkan jumlah minimum pemodalan yang harus dimiliki bank
dengan mengeluarkan ketentuan mengenai pemodalan minimum (regulatory
capital).

Sejalan dengan perkembangan instrument keuangan dan semakin


kompleksnya bidang usaha yang dijalankan, maka bank akan terekspos risiko
pasar sehingga diperlukan penyediaan modal dalam meyerap dampak resiko
pasar.

A. Definisi Permodalan

Definisi umum mengenai permodalan diperkenalkan pertama kali dalam


dokumen Accord 88 (Juli 1988). Definisi yang sama tetap digunakan baik
dalam amandement to incorporate market risk (1996) maupun dokumen basel II
(Juni 2004). Merujuk pada peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008
tentang kewajiban penyediaan modal minimum Bank Umum, bahwa penetapan
proporsi dan peranan masing-masing kelompok modal secara ringkas dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1. Modal Tier 1 (Modal Inti)

Bank wajib menyediakan modal inti paling kurang 5% dari ATMR baik secara
individual maupun secara konsolidasi dengan perusahaan anak.

Tier 1 terdiri dari :

1. Modal yang disetor harus memenuhi persyaratan sbb :

a. Diterbitkan dan telah dibayar penuh


b. Bersifat permanen

c. Tidak diproteksi maupun dijamin oleh bank atau perusahaan anak

d. Tersedia untuk menyerap kerugian yang terjadi

2. Cadangan tambahan Modal :

a. Agio saham

b. Diagio (-/-)

c. Modal sumbangan

d. Laba/rugi

e. Dana setoran modal

2. Modal Tier 2 (Modal Pelengkap)

Kelompok ini terdiri dari campuran instrumen utang.Tier 2 terdiri dari :

1. Instrumen modal dalam bentuk saham atau intrumen modal lainnya

2. Bagian dari modal inovatif yang tidak dapat diperhitungkan dalam modal inti

3. Revaluasi aktiva tetap.

3. Modal Tier 3 (modal pelengkap tambahan)

Kelompok ini terdiri dari pinjaman subordinasi jangka pendek . Modal tier 3
mulai diperhitungkan pada tahun 1996

B. Rasio Kecukupan Modal

Rasio ini bertujuan untuk memastikan bahwa bank dapat menyerap kerugian yang
timbul dari aktivitas yang dilakukannya.
1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)

Sesuai denga peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001 tentang kewajiban


penyediaan modal minimum Bank Umum, komponen Modal bank terdiri dari
Modal Inti (Tier 1) dan modal pelengkap (tier 2) dikurangi seluruh penyertaan
bank.

Bagian dari cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif yang


melebihi 1.25% dari aktiva tertimbang menurut rasio (ATMR) tidak dapat
ditambahkan untuk modal pelengkap tambahan (tier 3).

Pinjaman subordinasi sebagaimana di atur dalam ketentuan yang berlaku dan


melebihi 50% dari modal inti (tier 1) dapat digunakan sebagai komponen modal
pelengkap tambahan (tier 3) dengan tetap memenuhi persyaratan yang sesuai
dengan perlakuan terhadap tier 3.

Sebagai modal pelengkap tambahan (tier3) adalah pinjaman yang sekurang-


kurangnya memenuhi kriteria antara lain :

a. Tidak dijamin oleh bank bersangkutan dan telah disetor penuh

b. Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya dua tahun

c. Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia.

2. Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum di Indonesia

Sesuai denga peraturan Bank Indonesia Nomor 9/16PBI/2007 atas perubahan


peraturan Bank Indonesia Nomor 7/15/PBI/2005 tentang jumlah modal inti
minimum bank umum.
Tujuan umum untuk menetapkan ketentuan jumlah modal inti minimum
bank umum adalah untuk mewujudkan indutru perbankan keuangan dalam rangka
membantu mendorong pertumbuha ekonomi nasional termasuk upaya
menggerakkan kegiatan usaha di sector riil., di butuhkan permodalan perbankan
yang sehat dan kuat.

Untuk kebutuhan pemantauan Bank Indonesia, Bank harus menyampaikan


laporan realisasi action plans pemenuhan modal inti minimum yang terdapat
dalam rencana bisnis Bank.

Bank yang telah memenuhi jumlah modal init minimum sebesar Rp.
80.000.000,00 dapat melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain atau
diakuisisi

DAFTAR PUSTAKA

Sentosa Sembiring, S.H., M.H. 2000.Hukum Perbankan. Bandung. Mandar Maju.

Munir Fuady, S.H., M.H., LL.M. 1999. Hukum Perbankan Modern (Berdasarkan
Undang-Undang Tahun 1998) Buku Kesatu. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.

-------. 2011. Booklet Perbankan Indonesia 2011. Jakarta. Direktorat Perizinan dan
Informasi Perbankan.

Drs. Muhamad Djumhana. 1998. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung. PT.


Citra Aditya Bakti.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan


Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Marhaynis Abdul Hay, Hukum Perbankan di Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1977

Anda mungkin juga menyukai