Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN ASAM URAT / ARTRITIS GOUT

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit gout/ penyakit
pirai (arthritis pirai) adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme (pemecahan) purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen
(asam deoksiribonukleat DNA). Asam urat sebagian besar dieksresi melalu ginjal
dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna (Syukri, 2007).
Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia
pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin, yaitu purin yang
diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan dari asupan makanan. Zat
purin yang diproduksi oleh tubuh jumlahnya mencapai 85%. Untuk mencapai
100%, tubuh manusia hanya memerlukan asupan purin dari luar tubuh (makanan)
sebesar 15%. Ketika asupan purin masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan
terjadi penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini
menimbulka risiko penyakit asam urat (Noviyanti, 2015).
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari
hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkan
karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Artritis
pirai adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis
akut. Artritis akut disebabkan karena reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat (Arya, 2013).
2. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Penyakit pirai (gout) atau athritis pirai adalah penyakit yang disebabkan oleh
tumpukkan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi.
Menurut Iskandar, 2012 penyebab asam urat darah tinggi (hiperurisemia) terjadi
karena:
1) Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik):
a. Gout primer metabolik terjadi karena sintesa atau pembentukan asam
urat yang berlebihan.
b. Gout sekunder metabolik terjadi karena pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit. Seperti leukemia, terutama yang di obati
dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan mielofibrosis.
2) Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal):
a. Gout renal primer terjadi karena gangguan eksresi asam urat di tubuli
distal ginjal yang sehat.
b. Gout renal sekunder disebabkan oleh ginjal yang rusak, misalnya pada
glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal kronis (chronic renal failure).

3) Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (arthritis


gout akut) secara mendadak, dapat dipicu oleh:
a. Luka ringan
b. Pembedahan
c. Konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya akan
protein purin
d. Kelelahan
e. Stres secara emosional
f. Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat, seperti
salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid (diuretik), asam-asam keton hasil
pemecahan lemak sebagai akibat dari terlalu banyak mengkonsumsi
lemak
g. Kedinginan
Kurang lebih 20-30% penderita gout terjadi akibat kelainan sintesa purin
dalam jumlah besar yang menyebabkan kelebihan asam urat dalam darah. Kurang
dari 75% pederita gout terjadi akibat kelebihan produksi asam urat, tetapi
pengeluarannya tidak sempurna (Bennion, 1979).
3. POHON MASALAH

Primer : Sekunder :

Kelainan metabolisme purin  Diet


bawaan  Obat-obatan
 Proses penyakit

Purin Tinggi

Metabolisme di
Hati
(teroksidasi)

Asam urat tinggi

Gangguan
filtrasi di ginjal

Darah Urine

Hiperurisemia Peningkatan
asam urat di
urin
Penumpukan di sendi

Pembentukan kristal (thopi) Nyeri

Inflamasi

Kaku

Hambatan Mobilitas Fisik Risiko jatuh


4. KLASIFIKASI
Gout mempunyai empat peringkat yang nyata, yaitu:
1. Asimptomatik
2. Akut
3. Interkritikal
4. Kronik
Dalam peringkat pertama (Asimptomatik), aras asid uric plasma bertambah,
tetapi tanpa sembarang gejala. Serangan gout menandakan peringkat kedua (Akut).
Serangan- serangan yang tidak parah biasanya hilang dengan cepat, manakala
serangan- serangan yang pernah berlangsung beberapa hari atau juga beberapa
minggu. Selepas serangan pertama, penyakit itu masuk peringkat interkritikal atau
jarak waktu yang bebas daripada gejala. Periode ini mungkin berlangsung selama
beberapa bulan atau juga tahun. Kebanyakan pesakit gout mengalami serangan
kedua dalam enam bulan hingga 2 tahun serangan pertama. Pada tingkat terakhir
(kronis), seranagn- serangan gout menjadi sering dan poliartikular, yaitu serangan
itu melibatkan banyak sendi pada tiap waktu. Tofus- tofus juga tersedia didalam
banyak sendi. Dalam kasus gout kronis yang sudah parah, kerusakan ginjal,
hypertensi dan karang ginjal dapat juga terjadi.

5. GEJALA KLINIS
Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan pembengkakan
pada sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang sering terkena adalah
persendian kecil pada basis dari ibu jari kaki. Beberapa sendi lain yang dapat
terkena ialah pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari tangan, dan siku.
Pada serangan akut penderita gout dapat menimbulkan gejala demam dan nyeri
hebat yang biasanya bertahan berjam-jam sampai seharian, dengan atau tanpa
pengobatan. Seiring berjalannya waktu serangan artritis gout akan timbul lebih
sering dan lebih lama.
Pasien dengan gout meningkatkan kemungkinan terbentuknya batu ginjal.
Kristal-kristal asam urat dapat membentuk tophi (benjolan keras tidak nyeri
disekitar sendi) di luar persendian. Tophi sering ditemukan di sekitar jari tangan, di
ujung siku dan sekitar ibu jari kaki, selain itu dapat ditemukan juga pada daun
telinga, tendon achiles (daerah belakang pergelangan kaki) dan pita suara (sangat
jarang terjadi).
Secara klinis ditandai dengan adnya artritis, tofi dan batu ginjal. Yang penting
diketahui bahwa asm urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa. Yang
menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium
urat. Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh sebab itu, sering
terbentuk tofi pada daerah-daerah telinga,siku,lutut,dorsum pedis,dekat tendo
Achilles pada metatarsofalangeal digiti 1 dan sebagainya. Pada telinga misalnya
karena permukaannya yang lebar dan tipis serta mudah tertiup angin,kristal-kristal
tersebut mudah mengendap dan menjadi tofi. Demikian pula di dorsum
pedis,kalkaneus karena sering tertekan oleh sepatu. Tofi itu sendiri terdiri dari
kristal-kristal urat yang dikelilingi oleh benda-benda asing yang meradang
termasuk sel-sel raksasa. Serangan sering kali terjadi pada malam hari. Biasanya
sehari sebelumnya pasien tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah
malam terbangun oleh rasa sakit yang hebat sekali. Daerah khas yang sering
mendapat serangan adalah pangkal ibu jari sebelah dalam,disebut podagra. Bagian
ini tampak membengkak, kemerahan dan nyeri ,nyeri sekali bila sentuh. Rasa nyeri
berlangsung beberapa hari sampai satu minggu,lalu menghilang. Sedangkan tofi itu
sendiri tidak sakit,tapi dapat merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan tempat
predileksi kedua untuk serangan ini. Tofi merupakan penimbunan asm urat yang
dikelilingi reaksi radang pada sinovia,tulang rawan,bursa dan jaringan lunak.
Sering timbul ditulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan
manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan artritis akut
pertama.
Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:
1. Mikrotrofi dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis
2. Nefrolitiasis karena endapan asam urat
3. Pielonefritis kronis
4. Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi
Tidak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam darah
tanpa adanya riwayat gout yang disebut hiperurisemia asimtomatik. Pasien
demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar asam uratnya karena menjadi
faktor resiko dikemudian hari dan kemungkinan terbentuknya batu urat diginjal.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1) Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
2) Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama
serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas
normal yaitu 5000 – 10.000/mm3.
3) Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di
persendian.
4) Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan
asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam
asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level
asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan
gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam
urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan peses atau tisu
toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal
direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada
waktu itu diindikasikan.
5) Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau
material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam,
memberikan diagnosis definitif gout.
6) Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan
tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit
berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang
berada di bawah sinavial sendi.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Fase akut
Obat yang digunakan :
a. Colchicine (0,6 mg)
Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk
mengobati serangangout akut, dan unluk mencegah serangan gout Akut di
kemudian hari. Obat ini jugadapat digunakan sebagai sarana
diagnosis.Pengobatan serangan akut biasanya tablet 0,5mg setiap jam,
sampai gejala-gejala serangan Akut dapat dikurangi atau kalau ternyata
dari berat pasien bersangkutan. Beberapa pasien mengalami rasa mual
yang hebat,muntah-muntah dan diarhea, dan pada keadaan ini pemberian
obat harus dihentikan.
b. Fenilbutazon.
Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk
mengobati artritis gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan
efek samping, maka kolkisin digunakan sebagai terapi pencegahan.
Indometasin juga cukup efektif.
c. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi
a. Golongan urikosurik
 Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam
urat dalam serum.
 Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg
perhari.
 Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
 Benzbromaron.
b. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi
hipoxantin menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.

2) Dilakukan pembedahan
Jika ada tofi yang sudah mengganggu gerakan sendi,karena tofi tersebut sudah
terlalu besar.
3) Obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi pencegahan
seperti:Alopurinol dapat mengurangi pembentukan asam urat. Dosis 100-400
mg per hari dapat menurunkan kadar asam urat
serum. Probenesid dan Sulfinpirazin merupakan agen urikosurik, artinya
mereka dapat menghambat proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal dan
dengan dernikian meningkatkan ekskresi asam urat. Pemeriksaan kadar asam
urat serum berguna untuk menentukan etektivitas suatu terapi.

8. KOMPLIKASI
1) Penyakit Ginjal
Komplikasi asam urat yang paling umum adalah gangguan-gangguan pada
ginjal. Gangguan pada ginjal terjadi akibat dari penangan pada penderia asam
urat akut terlambat menangani penyakitnya. Pada penderita asam urat ada dua
penyebab gangguan pada ginjal yaitu terjadinya batu ginjal (batu asam urat)
dan risiko kerusakan ginjal.batu asam urat terjadi pada penderita yang
memiliki asam urat lebih tinggi dari 13 mg/dl.
Asam urat merupakan hasil buangan dari metabolisme tubuh melalui urine.
Seperti yang telah diketahui, urine di proses di ginjal. Oleh sebab itu, jika
kadar di dala darah terlalu tinggi maka asam urat yang berlebih akan
membentuk kristal dalam darah. Apabila jumlahnya semakin banyak, akan
mengakibatkan penumpukkan dan pembentukkan batu ginjal.
Batu ginjal terbentuk ketika urine mengandung substansi yang membentuk
kristal, seperti kalsium, oksalat dan asam urat. Pada saat yang sama, urine
mungkin kekurangan substansi yang mencegah kristal menyatu. Kedua hal ini
menjadikannya sebua lingkungan yang ideal untuk terbentuknya batu ginjal.
Batu ginjal tidak menampakan gejala sampai batu ginjal tersebut bergerak di
dalam ginjal atau masuk ke saluran kemih (ureter), suatu saluran yang
menghubungkan ginjal dan kandungan kemih (Noviyanti, 2015).

2) Penyakit Jantung
Kelebihan asam urat dalam tubuh (hiperurisemia) membuat seseorang
berpotensi terkena serangan jantung. Pada orang yang menderita hiperurisemia
terdapat peningkatan risiko 3-5 kali munculnya penyakit jantung koroner dan
stroke. Hubungan antara asam urat dengan penyakit jantung adalah adanya
kristal asam urat yang dapat merusak endotel atau pembuluh darah koroner.
Hiperurisemia juga berhubungan dengan sindroma metabolik atau resistensi
insulin, yaitu kumpulan kelainan-kelainan dengan meningkatnya kadar insulin
dalam darah, hipertensi, sklerosis (Noviyanti, 2015).
3) Diabetes Mellitus
hasil studi baru Eswar Krishnan yang merupakan asisten Profesor
Rheumatology di Stanford University dengan hasil penelitian yang
dipresentasikan di pertemuan tahunan American College of Rheumatology
didapati kesimpulan bahwa, kadar asam urat yang tinggi dalam darah
berkaitan dengan risiko peningkatan diabetes hampir 20% dan risiko
peningkatan kondisi yang mengarah pada perkembangan penyakit ginjal dari
40%.
Para peneliti meninjau catatan dari sekitar 2.000 orang dengan gout dalam
database Veterans Administration. Pada awal penelitian, semua peserta
penelitian tidak menderita diabete atau penyakit ginjal. Selama periode tiga
tahun, 9% laki-laki dengan gout yang memiliki kadar asam urat tidak
terkontrol berada pada kondisi yang mengarah pada perkembangan diabetes
dibandingkan dengan 6% dari mereka dengan kadar asam urat yang terkontrol.
Pada penderita diabetes ditemukan 19% lebih tinggi dengan kadar asam urat
yang tidak terkontrol. Kadar asam urat dalam darah yang lebih tinggi dari
angka 7 mg/dl dianggap tidak terkontrol. Penelitian kedua dilakukan oleh
peneliti yang sama menggunakan database yang sama. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 3 tahun dengan periode gout pada pria
yang memiliki kadar asam urat yang tidak terkontrol memiliki risiko 40%
lebih tinggi untuk penyakit ginjal dibandingkan dengan pria dengan kadar
asam urat terkontrol. Penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa kadar asam
urat yang tidak terkontrol menyebabkan masalah kesehatan, tetapi
menunjukkan hubungan peningkatan kadar tersebut dengan masalah kesehatan
(Noviyanti, 2015).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Biodata klien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku, bangasa, status perkawinan, pendidikan terakhir,,
pekerjaan pasien, dan nama orang tua/ suami/ istri.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya terjadi pada penderita artritis gout yakni keluhan
nyeri yang terjadi pada ibu jari kaki atau pada sendi-sendi lain, nyeri saat
digerakkan, bengkak, dan kemerahan, demam subfebris, periksa adanya nodul
diatas sendi.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Tanyakan adakah riwayat gout dalam keluarga.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang

Faktor riwayat penyakit saat penting diketahui untuk mengetahui penyebab


penyakit. Di sini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti
kapan mulai terjadinya nyeri pada persendian. Pada pengkajian pasien dengan
atritis gout biasanya didapatkan keluhan nyeri pada bagian persendian
pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari tangan, dan siku. Pada
serangan akut penderita gout dapat menimbulkan gejala demam dan nyeri
hebat yang biasanya bertahan berjam-jam sampai seharian, dengan atau tanpa
pengobatan. Seiring berjalannya waktu serangan artritis gout akan timbul lebih
sering dan lebih lama.

e. Pola Pengkajian Menurut Gordon

1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan


a. Data subjektif :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan
dan pemeliharaan kesehatan.
2) Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya.
3) Apa upaya untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah
penyakit.
4) Apa yang dilakukan klien bila mengalami gangguan kesehatan.
b. Data objektif :
1) Observasi penampilan dan keadaan fisik klien.
2) Kaji kebutuhan klien dan kebutuhan ADL sehari – hari.
2. Pola nutrisi metabolik
a. Data subjektif :
1) Tanyakan makanan dan minuman sehari – hari dalam 24 jam.
2) Kaji makanan kesukaan atau yang tidak disukai pasien.
3) Kaji adanya gangguan menelan, mual, dan muntah.
4) Apakah ada alergi atau pantangan terhadap suatu makanan?
5) Tanyakan frekuensi makan dan jumlah makanan yang mampu
dihabiskan.
b. Data objektif :
1) Observasi dan kaji nilai laboratorium
2) Timbang berat badan dan catat hasilnya
3. Pola eliminasi
a. Data subjektif :
1) Tanyakan kebiasaan buang air besar, teratur atau tidak,
frekuensinya dalam sehari, warna dan konsistensinya, adakah sulit
saat membuang air besar dan bagaimana klien mengatasinya.
2) Kaji frekuensi buang air kecil, apakah sering menahan BAK?
b. Data objektif :
1) Observasi intake dan output
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Data subjektif :
1) Kaji tingkat aktivitas klien setiap hari.
2) Tanyakan adanya keluhan lemah, nyeri untuk beraktivitas.
b. Data objektif :
1) Observasi tingkat aktivitas klien.
2) Kaji kemampuan memenuhi kebutuhan ADL.
5. Pola tidur dan istirahat
a. Data subjektif :
1) Tanyakan jumlah tidur semalam.
2) Tanyakan kebiasaan dan jumlah tidur pada siang hari.
3) Tanyakan kebiasaan sebelum tidur.
4) Adakah kesulitan untuk tidur.
b. Data objektif :
1) Observasi keadaan lingkungan yang dapat mengganggu istirahat
klien.
2) Kaji faktor intrinsik individu yang dapat mengganggu istirahat
klien.
6. Pola peran sosial
a. Data subjektif :
1) Tanyakan apakah penyakit ini mempengaruhi klien dan keluarga.
2) Tanyakan apakah hubungan klien dengan keluarga, teman akan
mengalami perubahan.
b. Data objektif :
1) Kaji interaksi klien dengan pasien di sebelah kiri, kanan dan
dengan tenaga perawat dan dokter.
7. Persepsi diri – konsep diri
a. Data subjektif :
1) Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya terhadap gangguan
yang di alaminya saat ini.
2) Bagaimana masalah ini dapat membuat pandangan klien terhadap
diri sendiri.
b. Data objektif :
1) Kaji adanya ungkapan rendah diri klien
2) Kaji respon verbal dan non verbal klien.
8. Pola nilai kepercayaan
a. Data subjektif :
1) Tanyakan apakah klien menganut sistem kepercayaan tertentu.
2) Tanyakan kebebasan klien dalam melakukan kegiatan ibadahnya.
b. Data objektif :
1) Kaji respon verbal dan non verbal klien saat menanyakan nilai
kepercayaannya

f. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
2) Pemeriksaan Cepalo Caudal
g. Pengkajian perubahan pada perkembangan fisiologis, kognitif dan perilaku
sosial pada lansia
 Pengkajian status fungsional :
Pengkajian status fungsional adalah suatu pengukuran kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari secara
mandiri.Indeks Katz adalah alat yang secara luas digunakan untuk
menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit
kronis. Format ini menggambarkan tingkat fungsional klien dan
mengukur efek tindakan yang diharapkan untuk memperbaiki
fungsi. Indeks ini merentang kekuatan pelaksanaan dalam 6 fungsi :
mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan.
Indeks katz dilampirkan.
 Pengkajian status kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul
akibat kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan
kognitif. Akan tetapi perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi
pada otak selama penuaan tidak mempengaruhi kemampuan adaptif
& fungsi secara nyata (ebersole &hess, 1994)
 SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan
intelektual terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam
hubungan dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh dan
kemampuan matematis.

Skore No Pertanyaan Jawaban

+ -

1 Tanggal berapa hari ini

2 Hari apa sekarang ?

3 Apa nama Tempat ini ?

4 Berapa nomor telepon anda ?


Dimana Alamat anda ?
( tanyakan bila tidak memiliki telepon )

5 Berapa umur anda ?

6 Kapan anda lahir ?

7 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?

8 Siapa Presiden sebelumnya ?

9 Siapa nama ibu anda ?

10 Berapa 20 dikurangi 3 ? (Begitu


seterusnya sampai bilangan terkecil)
Keterangan :
1. Kesalahan 0 -2 : Fungsi Inteletual Utuh
2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan Inteletual Ringan
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan Inteletual Sedang
4. Kesalahan 8-10 : Kerusakan Intelektual Berat

 MMSE (mini mental state exam)


Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi,perhatian dank
kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha
30, dengan nialu 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang
memerlukan penyelidikan leboh lanjut. Form MMSE dilampirkan.
 Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap yang behubungan dengan
depresi. Setiap hal direntang dengan menggunakan skala 4 poin untuk menandakan
intensitas gejala. Form dilampirkan.
a. Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan.
Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa terjadi pada
mayoritas lansia.
 Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada seluruh tingkat
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk
mengkaji fungsi social lansia adalah APGAR Keluarga. Instrument disesuaikan untuk
digunakan pada klien yang mempunyai hubungan social lebih intim dengan teman-
temannya atau dengan keluarga. Nilai < 3 menandakan disfungsi keluarga sangat
tinggi, nilai 4 – 6 disfungsi keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi
c) Risiko jatuh dibuktikan dengan gangguan mobilitas

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri akut Dalam waktu 3x24 jam, 1. Kaji 1. Nyeri


berhubungan nyeri berkurang atau lokasi,intensitas merupakan
dengan teradaptasi dengan kriteria , dan tipe nyeri respons
agens cedera hasil : 2. Observasi subjektif yang
biologis 1. Klien melaporkan kemajuan nyeri dapat dikaji
penurunan nyeri ke daerah yang dengan
2. Menunjukkan baru. Kaji nyeri menggunakan
perilaku yang lebih dengan skala 0- skala nyeri
rileks 4 2. Klien
3. Memperagakan 3. Bantu klien melaporkan
keterampilan dalam nyeri biasanya
reduksi nyeri yang identifikasi di atas tingkat
dipelajari dengan faktor pencetus nyeri
peningkatan 4. Jelaskan dan 3. Nyeri
keberhasilan. batu klien dipengaruhi
dengan tindakan oleh ansietas
Skala nyeri 0-1 atau
pereda nyeri dan
teradaptasi
nonfarmakologi peradangan
s dan non- pada sendi
invasif 4. Pendekatan
5. Ajarkan dengan
relaksasi, teknik menggunakan
untuk relaksasi dan
menurunkan nonfarmakolog
ketegangan otot is lainnya telah
rangka, yang menunjukkan
dapat keefektifan
menurunkan dalam
intensitas nyeri mengurangi
6. Ajarkan metode nyeri
distraksi selama 5. Akan
nyeri akut melancarkan
7. Tingkatkan peredaran
pengetahuan darah sehingga
tentang kebutuhan
penyebab nyeri, oksigen
dan jaringan
menghubungka terpenuhi dan
n berapa lama mengurangi
nyeri nyeri
berlangsung 6. Mengalihkan
8. Hindarkan klien perhatian nyeri
meminum ke hal yang
alkohol, kafein, menyenangkan
dan obat 7. Pengetahuan
diuretik tentang yang
9. Kolaborasi : akan dirasakan
Pemberian membentu
alopurinol mengurangi
nyeri dan sapat
membantu
mengembangk
an kepatuhan
klien terhadap
rencana
terapeutik
8. Pemakain
alkohol,
kafein, dan
obat diuretik
akan
menambah
peningkatan
kadar asam
urat dalam
serum
9. Alopurinol
menghambat
biosintesisasa
m urat
sehingga
menurunkan
kadar asam
urat serum

2. Hambatan Dalam waktu 3x24 jam, 1. Kaji mobilitas 1. Mengetahui


mobilitas klien mampu aktivitas yang ada dan tingkat
fisik fisik sesuai dengan observasi kemampuan
berhubungan kemampuannya dengan peningkatan klien dalam
dengan kaku kriteria hasil : kerusakan. Kaji melakukan
sendi 1. Klien dapat ikut secara teratur aktivitas
serta dalam fungsi motorik 2. Imobilisasi
program latihan 2. Atur posisi yang adekuat
2. Tidak terjadi imonulisasi dapat
kontraktur sendi pada lutut mengurangi
3. Bertambahnya 3. Beri alat bantu pergerakan
kekuatan otot tongkat tulang yang
4. Klien 4. Bantu klien menjadi unsur
menunjukkan untuk utama nyeri
tindakan untuk melakukan pada lutut
meningkatkan latihan ROM, 3. Alat bantu
mobilitas perawatan diri tongkat dapat
sendiri sesuai membantu
toleransi klien dalam
melakukan
mobilisasi
4. Untuk
memelihara
fleksibilitas
sendi sesuai
kemampuan

3. Risiko jatuh Dalam waktu 3x24 jam 1. Identifikasi 1. Mengetahui


dibuktikan klien dapat terhindar dari kongitif atau sejauh mana
dengan resiko jatuh dengan defisit fisik pemahaman
gangguan kriteria hasil : klien yang tentang risiko
mobilitas 1. Adanya berpotensi jatuh pada
pendamping tinggi jatuh lingkungan
2. Menyediakan pada tertentu
pendamping saat lingkungan 2. Mengenal
mobilisasi tertentu kebiasan dan
3. Menyediakan 2. Identifikasi faktor yang
pencahayaan yang kebiasaan dan berisko jatuh
adekuat faktor yang 3. Mengetahui
4. Menggunakan berisko jatuh riwayat jatuh
kursi dan tangga 3. Kaji riwayat pasien
dengan aman jatuh pada 4. Mengenali
5. Menghilangkan pasien dan lingkungan
karpet/permadani keluarga yang berpotensi
6. Mengatur untuk 4. Indentifikasi berisko jatuh
menghilangkan karakteristik dapat
cairan yang licin lingkungan mengurangi
pada saat berjalan yang berpotensi pasien dari
7. Menyesuaikan tinggi untuk risiko jatuh
ketinggian toilet, jatuh 5. Mengetahui
kursi, tempat tidur 5. Observasi cara gaya berjalan
sesuai kebutuhan bergerak dan pasien untuk
berjalan pasien menentukan
6. Ajarkan pasien tinggi tidaknya
modifikasi gaya potensi jatuh
berjalan 6. Mengurangi
7. Sesuaikan risiko jatuh
tinggi toilet, 7. Menghindarkan
tempat tidur, pasien pada
kursi unruk risko jatuh
memudahkan 8. Memberikan
mobilisasi pengetahuan
8. Ajarkan risiko jatuh
keluarga pada keluarga
tentang faktor akan
risiko jatuh dan mengurangii
cara risiko jatuh
mengurangi pada pasien
risiko 9. Lingkungan
9. Instruksikan rumah yang
penyesuaian aman akan
rumah untuk menghindarkan
meningkatkan terjadinya
keamanan risiko jatuh
DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, L. J. 2008. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta : EGC


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1988. Standar Praktek Kesehatan
bagi Perawat Kesehatan. Jakarta.

Guyton & Hall. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, jilid III. Jakarta :
Internal Publishing
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada
Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC
Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer C. Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC
Mengetahui

CI/ pembimbing praktik


Mahasiswa

Ni Wayan Pusparini, A. Md Keb Ni Luh Gede Inten Yuliana Dewi

P07120216046
Nrptt. 22.4.048.15075

CT / Pembimbing akademik

Ni Luh Gede Inten Yuliana Dewi

P07120216046

Ns Ketut Sudiantara, A Per Pen, S.Kep., M.kes

196808031989031003

Ns Ketut Sudiantara, A Per Pen, S.Kep., M.kes

196808031989031003
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GOUT ATRHITIS

OLEH :

NI LUH GEDE INTEN YULIANA DEWI

P07120216046

TINGKAT 3B SEMESTER V

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI D-IV KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai