Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di antara anggota tubuh manusia yang paling aktif adalah tangan. Tangan
mempunyai banyak fungsi dan kegunaan. Tapi dibalik itu, tangan paling banyak
mengalami beban stres fisik, sehingga sering kelelahan dan cedera. Tangan
manusia merupakan bagian tubuh yang paling banyak bergerak dibanding bagian
tubuh lain, baik untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti pekerjaan rumah
tangga maupun pada saat bekerja seperti menulis, mengetik, menggunakan
komputer, melukis, bermain musik, atau berolahraga.
Banyak ibu rumah tangga yang mengeluhkan rasa kaku dan kesemutan
pada jari-jari tangan, apalagi setelah Hari Raya dan pembantu pulang kampung.
Gangguan ini dikenal sebagai sindroma terowongan karpal (carpal tunnel
syndrome). Ini terjadi akibat penggunaan pergelangan tangan yang berlebihan,
sehingga menimbulkan pembengkakan pada terowongan karpal di pergelangan
tangan, yang selanjutnya menekan saraf medianus.

1.2 Rumusan Masalah


Keseleo adalah cedera pada ligamen yang di sebabkan oleh peregangan
otot yang melebihi kapasitas normal. pada umumnya keseleo ini sering terjadi
pada kaki, pada kasus yang biasanya baik ligamen atau jaringan otot robek dan
memungkinkan dperlukan pembedahan..Serem kan?.hehee..Cedera ini paling
sering kita alami ketika berolahraga, tapi bukan berarti kita harus tidak
berolahraga yah.. :P . kalau dalam bahasa medis cedera ini disebut juga dengan
sprain dan strain.
• Sprain = teregangnya atau robeknya ligamen (yaitu jaringan ikat yang
menghubungkan dua atau lebih tulang dalam sebuah sendi). Sprain dapat
disebabkan oleh tangan terjepit, terpelintir, atau tekanan pada tubuh yang
menyebabkan tulang pada sendi bergeser sehingga menyebabkan ligamen
teregang atau bahkan robek. Biasanya, sprain terjadi pada keadaan seperti
saat orang terjatuh dengan bertumpu pada tangan.
• Strain = teregangnya otot dan tendon (jaringan ikat/penghubungan yg kuat
yg menghubungkan otot dengan tulang). Strain terjadi ketika otot terulur
dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pemain basket atau volly.

1.3 Tujuan dan Manfaat


Ada pula kebalikan dari keadaan di atas, misalnya pada orang usia lanjut yang
tidak melakukan aktivitas, lumpuh akibat stroke, dan orang yang mengalami patah
tulang lengan.
Mereka sering enggan menggerakkan tangannya, sehingga otot-otot akan
memendek, kaku, disertai sendi yang kontraktur. Keadaan ini akan mengakibatkan
keluhan kaku dan nyeri pada tangan. Untuk itu aktifkanlah tangan Anda dan
ingatlah, '
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 Cedera Ringan


Gejalanya mula-mula terasa tebal dan kesemutan pada jempol sampai jari
manis (kecuali kelingking). Lama kelamaan dapat disertai melemahnya otot-otot
jari tangan. Hal ini sering dialami ibu hamil, pekerja komputer, pemain musik
(piano), dan penderita rematik. Keluhan yang biasanya akan hilang bila kita
mengistirahatkan pergelangan tangan selama sekitar 2 minggu. Kalau keluhan ini
menetap, sebaiknya segera ke dokter. Mungkin dibutuhkan pemeriksaan EMG
(Elektromiografi) untuk memastikan ada tidaknya gangguan pada saraf medianus
yang menjadi penyebab keluhan itu.
Cedera pada tangan juga kerap terjadi akibat tangan terlalu sering
digunakan, misalnya berupa memar dan robekan pada tendo otot-otot jari tangan,
sendi jari terkilir. Hal ini sering mengakibatkan keluhan di kemudian hari seperti
rasa kaku, pegal linu, dan nyeri pada jari-jari tangan atau pergelangan tangan. Ada
lagi keluhan menahun yang sering dialami yang dikenal dengan nama 'Trigger
Finger', yaitu saat kita dapat menekuk jari tetapi tidak bisa meluruskannya
kembali. Hal ini terjadi akibat adanya pengapuran pada tendo otot jari tangan
yang menghambat pergerakan tangan pada saat jari diluruskan.
Keadaan ini sering dialami orang yang aktivitasnya banyak memfleksikan
jari tangan, seperti mengepal, memegang dengan kuat (pekerjaan rumah tangga,
pemain tenis, bulutangkis, golf, apalagi yang sering cedera akibat grounding).
Keluhan ini bisa disembuhkan hanya dengan latihan ekstensi jari tangan, menarik
dan pijat jari tangan.
Namun, bila tidak juga hilang, diperlukan obat dan mungkin dibutuhkan
suntikan infiltrasi pada tendo yang terganggu, fisioterapi. Bila tidak berhasil,
mungkin Anda perlu menjalani pembedahan. Tangan paling disenangi penyakit
radang sendi seperti osteoartritis, rheumatoid arthritis, dan gout (artritis akibat
asam urat). Biasanya tampak pembengkakan pada jari tangan, warna merah,
timbul rasa panas dan nyeri jika digerakkan atau disentuh. Bila keadaan ini terjadi,
Anda perlu berkonsultasi ke dokter, mungkin dibutuhkan obat antinyeri atau obat
antlinflamasi untuk menghilangkan nyerinya. Bila tidak berhasil, mungkin Anda
harus menjalani pemeriksaan laboratorium dan rontgen untuk memastikan jenis
dan penyebab gangguan rematik ini.
Ada pula kebalikan dari keadaan di atas, misalnya pada orang usia lanjut
yang tidak melakukan aktivitas, lumpuh akibat stroke, dan orang yang mengalami
patah tulang lengan. Mereka sering enggan menggerakkan tangannya, sehingga
otot-otot akan memendek, kaku, disertai sendi yang kontraktur. Keadaan ini akan
mengakibatkan keluhan kaku dan nyeri pada tangan. Untuk itu aktifkanlah tangan
Anda dan ingatlah.

A. Terkilir Pergelangan Tangan


Cedera yang sering terjadi adalah teno sinovitis dari otot-otot extensor
lengan bawah, dan biasanya terjadi pada olahraga dayung. Cedera pada
pergelangan tangan jarang terjadi, tetapi bila terjadi dapat sangat mengganggu.
Kita mengenal cedera pergelangan tangan thrower’s wrist, akibat hiperekstensi
pada waktu melempar agar mendapat lemparan yang jauh, dan ini biasa terjadi
pada cabang-cabang olahraga melempar, misalnya tolak peluru. Kadang-kadang
kita menjumpai adanya tonjolan di daerah punggung, pergelangan tangan, tangan,
yang disebut ganglion, yang diduga akibat pembesaran pembungkus tendo dan
berisi lendir.
• Penanggulangan
Istirahat untuk beberapa waktu lamanya sambil diberi fisiotherapi
pemanasan ataupun pemijatan dan juga latihan memperkuat otot-otot
lengan bawah, yaitu dengan cara memegang dumbbell dengan telapak
tangan terbuka ke atas sambil mengadakan gerakan volarfleksi pada
pergelangan tangan, dimana lengan bawah diletakkan melekat pada meja.

Penyebab :
Cedera atau tertariknya pergelangan tangan
Tanda : Sakit lokal, Sedikit bengkak, gerakan tangan terbatas, kekuatan tangan
berkurang:
a. Patah tulang : Sakit yang sangat, bengkak serius, gerakan gelang tangan
terbatas.
b. Pergeseran Sendi : Menunjukkan posisi pergelangan tangan yang bergeser
Teknik Pengobatan :
a. Cubit tekan kuku jari tangan dan sendi jari yang terserang, ulangi 2-3 kali.
b. Rangsang ringan dengan totokan garis sealur dengan tempat yang sakit.
c. Tekan/Pijat putar titik sakit dan garis sakit pada posisi terbatas dan tidak
terbatas.
d. Pegang pergelangan tangan yang sakit dengan kedua tangan puntir
perlahan 5-10 kali.
e. Basuh dengan bawang merah, kemangi, cuka hangat untuk hilangkan
bengkak.
f. Lengan yang sakit harus diistirahatkan.

Titik-titik rangsang :
- Titik 1 : Antara ibu jari dan telunjuk, 1 jempol dari pertemuan tulang.
- Titik 2 : Punggung tangan tengah lipat pergelangan tangan.
- Titik 3 : 2 Jempol dibawah titik 6 ( usus besar )
- Titik 4 : 1 Jempol atas ujung lipat pergelangan tangan arah tulang lengan
atas
- Titik 5 : 0,5 Jempol atas ujung lipat pergelangan arah jari manis sisi dalam
- Titik 6 : Antara lipat siku dan tonjolan sikut luar.
- Titik 7 : Pertemuan antara 1/3 bawah dan 1/3 tengah tulang lengan atas

2.2 Cedera Berat


CEDERA SPINAL DAN KORD SERVIKAL Cedera tulang belakang
servikal secara tradisional dibagi atas fraktura dan dislokasi tulang belakang
servikal atas serta bawah. Cedera tulang belakang servikal atas adalah fraktura
atau dislokasi yang mengenai basis oksiput hingga C2. Cedera tingkat ini jarang
pada dewasa, merupakan kurang dari 25% fraktura dan dislokasi pada tulang
belakang servikal. Pada anak- anak, kebanyakan cedera tulang belakang servikal
adalah terjadi pada tingkat atas. Cedera tulang belakang servikal bawah termasuk
fraktura dan dislokasi ruas tulang belakang C3 hingga C7. Ruas tulang belakang
C5 adalah yang tersering mengalami fraktura. Cedera pada tulang belakang
tingkat bawah lebih sering berkaitan dengan cedera kord spinal, mungkin karena
rasio daerah potongan melintang kanal spinal terhadap kord spinal lebih kecil
pada tulang belakang servikal bawah dibanding atas. Karena anatomi dan catu
vaskuler kord spinal yang unik, berbagai sindroma tidak lengkap dapat dijumpai
pada cedera kord spinal servikal. Pada sindroma ini, fungsi sensori dan motor
tertentu terganggu atau hilang, namun lainnya tetap utuh.
1. Sindroma kord sentral paling sering dijumpai setelah suatu cedera
hiperekstensi servikal. Karena sebab tertentu seperti keadaan mekanik dan
catu vaskuler dari kord, bagian sentral dapat mengalami kontusi walau bagian
lateral hanya mengalami cedera ringan. Khas pasien mengeluh disestesi rasa
terbakar yang berat pada lengan, mungkin karena kerusakan serabut
spinotalamik, mungkin saat ia menyilang komisura anterior. Pemeriksaan fisik
menunjukkan kelemahan lengan, dengan utuhnya kekuatan ekstremitas
bawah. Sebagai tambahan, sensasi nyeri dan suhu hilang dalam distribusi
seperti tanjung. Semua lesi yang menyebabkan cedera primer terhadap kord
spinal sentral dapat menimbulkan gambaran defisit serupa, seperti siringo-
mielia, tomor kord spinal intrinsik, dan hidromielia. Sindroma ini secara
jarang dapat terjadi pada kord spinal bawah (konus medularis).
2. Sindroma arteria spinal anterior terjadi karena arteria ini mencatu
substansi kelabu dan putih bagian ventrolateral dan posterolateral kord spinal.
Kerusakan arteria ini berakibat sindroma klinis paralisis bi- lateral dan
hilangnya sensasi nyeri serta suhu dibawah tingkat cedera, namun sensasi
posisi dan vibrasi (fungsi kolom posterior) utuh. Lesi arteria ini bisa karena
cedera tulang belakang, neoplasma yang terletak anterior (biasanya
metastasis) dan cedera aortik.
3. Sindroma Brown-Sequard, pada bentuk yang murni, menunjukkan akibat
dari hemiseksi kord spinal. Defisit neurologis berupa hilangnya fungsi motor
ipsilateral, sensasi vibrasi dan posisi. Sebagai tambahan, sensasi nyeri serta
suhu kontralateral hilang. Luka tembus dan peluru dapat menimbulkan
sindroma Brown-Sequard 'lengkap', namun manifestasi tak lengkap sindroma
ini tampak dengan berbagai ragam pada lesi lain, termasuk trauma dan
neoplasma.
4. Sindroma kolom posterior terjadi bila kolom posterior rusak secara
selektif, berakibat hilangnya sensasi vibrasi dan proprioseptif bilateral
dibawah lesi. Temuan ini tersering dijumpai sekunder terhadap kelainan
sistemik (neurosifilis), namun secara jarang dijumpai setelah trauma kord
spinal. Sasaran utama pengelolaan gawat darurat awal pada pasien dengan
fraktura dan dislokasi tulang belakang leher adalah untuk mencegah cedera
sekunder terhadap kord spinal maupun akar saraf. Ini penting bahkan pada
pasien yang sudah mengalami transeksi fungsional kord spinal seketika pada
tingkat fraktura. Utuhnya bahkan hanya sebuah segmen kord spinal diatas
tingkat cedera dapat membuat perbedaan yang sangat besar dalam rehabilitasi
jangka panjang pada pasien dengan cedera kord spinal permanen.
Immobilisasi leher saat resusitasi atau penilaian medikal awal sangat
menentukan. Ini sering terabaikan pada pasien pada keadaan akut dengan
cedera berganda dan fungsi vital yang tak stabil. Petugas medis gawat darurat
terlatih untuk melakukan immobilisasi terhadap pasien yang mengalami
cedera tersangka

Kantung pasir atau kolar servikal kaku adalah jenis yang biasa digunakan
petugas sejak tempat kecelakaan. Apapun jenis immobilisasi yang dilakukan, ia
tetap dipertahankan ditempatnya hingga tulang belakang servikal dinilai dengan
radiograf lateral. Bila fraktura tulang belakang servikal dijumpai, stabilitas
fraktura ditentukan. Semua pasien dengan fraktura tulang belakang servikal yang
diperkirakan tak stabil harus segera diletakkan dalam fiksasi skeletal eksternal dan
traksi dengan ring halo atau kaliper (tong).
Beban traksi bervariasi, namun umumnya ditentukan sekitar 3-5 pon per
ruas tulang belakang servikal. Jadi sebesar 15-25 pon digunakan untuk fraktura
C5 tak stabil. Bila sinar-x ulang menunjukkan reduksi tak lengkap dari pergeseran
fraktura atau subluksasi, maka beban tambahan diberikan hingga fraktura-
dislokasi berkurang (maksimum 5kg per tingkat diatas segmen yang cedera). Pada
kebanyakan fraktura-dislokasi tulang belakang servikal akan dapat diimmobilisasi
dan direduksi dengan efektif memakai fiksasi skelet eksternal dan traksi.
Manipulasi leher berlebihan juga berakibat cedera kord spinal permanen disaat
resusitasi awal pada pasien cedera. Walau mempertahankan jalan nafas adalah
vital, ekstensi yang berlebihan leher disaat intubasi sebelum fraktura servikal
dipastikan harus dicegah. Bila jalan nafas artifisial diperlukan sebelum film
servikal dibuat, maka dilakukan krikotiroidotomi atau intubasi nasal. Namun
intubasi bukan kontra indikasi pada pasien dengan fraktura tulang belakang
servikal asal dilakukan oleh petugas yang berpengalaman, sebaiknya seorang ahli
anestesi terlatih. Pegangan penting atas ada serta beratnya cedera tulang belakang
servikal adalah pelebaran ruang jaringan lunak prevertebral. Cedera dan
ketidakstabilan nyata mungkin tampil dengan tanpa kelainan tulang yang jelas
pada foto polos.
Pada keadaan ini bukti cedera hanyalah pelebaran ruang retrofaringeal
atau retro- trakheal. Ruangan retro faringeal membentang dari pinggir posterior
bayangan udara faringeal ke aspek antero- inferior dari aksis. Pengukuran
melebihi 6-7mm pada anak dan dewasa adalah abnormal. Ruang retrotrakheal
ditentukan oleh ruangan jaringan lunak antara batas posterior bayangan udara
trakheal keaspek antero- inferior badan ruas tulang belakang C6. Walau ruang ini
bervariasi menurut usia dan pernafasan, pengukuran yang melebihi 14mm pada
anak dan 22mm pada dewasa adalah abnormal, cedera tulang belakang leher yang
bermakna harus diduga. Penting untuk menampilkan seluruh ruas tulang belakang
servikal pada foto lateral pada pasien yang mengalami trauma yang jelas. Sering
foto pertama tidak memadai menampilkan C7 karena bertumpuk dengan bahu.
Kerusakan kord spinal irreversibel secara sekunder dapat diakibatkan oleh
manipulasi leher pada pasien dengan fraktura atau dislokasi C7 tak stabil disaat
C7 tak tampak pada foto pertama. Ada beberapa indikasi untuk pemasangan
traksi leher pada pengelolaan awal cedera tulang belakang servikal:
1. Immobilisasi tulang belakang servikal pada pasien dengan fraktura tak
stabil.
2. Reduksi dislokasi atau subluksasi.
3. Distraksi foramina intervertebral pada pasien dengan kompresi radikuler.
4. Mengurangi nyeri yang diakibatkan cedera jaringan lunak bersangkutan.

Terdapat dua indikasi yang jelas untuk tindakan operasi gawat darurat atas
fraktura dan dislokasi tulang belakang servikal:
1. Defisit neurologis progresif.
2. Adanya cedera kord spinal tak lengkap. Pada keadaan tersebut operasi
hanya dilakukan bila terdapat kompresi ekstrinsik atas kord spinal yang
tampak pada mielografi. Intervensi bedah gawat darurat untuk stabilisasi atau
reduksi jarang diperlukan karena biasanya dapat dicapai dengan traksi skelet.
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Cedera pada tangan juga kerap terjadi akibat tangan terlalu sering
digunakan, misalnya berupa memar dan robekan pada tendo otot-otot jari tangan,
sendi jari terkilir. Hal ini sering mengakibatkan keluhan di kemudian hari seperti
rasa kaku, pegal linu, dan nyeri pada jari-jari tangan atau pergelangan tangan. Ada
lagi keluhan menahun yang sering dialami yang dikenal dengan nama 'Trigger
Finger', yaitu saat kita dapat menekuk jari tetapi tidak bisa meluruskannya
kembali. Hal ini terjadi akibat adanya pengapuran pada tendo otot jari tangan
yang menghambat pergerakan tangan pada saat jari diluruskan.
Cedera yang sering terjadi adalah teno sinovitis dari otot-otot extensor
lengan bawah, dan biasanya terjadi pada olahraga dayung. Cedera pada
pergelangan tangan jarang terjadi, tetapi bila terjadi dapat sangat mengganggu.
Kita mengenal cedera pergelangan tangan thrower’s wrist, akibat hiperekstensi
pada waktu melempar agar mendapat lemparan yang jauh, dan ini biasa terjadi
pada cabang-cabang olahraga melempar, misalnya tolak peluru.

3.2 SARAN
Pengetahuan, sikap, perilaku untuk dapat mencegah terjadinya cedera
tersebut dapat diwujudkan dengan cara pencegahan melalui: (1) lingkungan, (2)
perlengkapan yang dipakai (equipment), (3) latihan, (4) pemanasan, penguluran,
dan pendinginan yang baik, 4) keterampilan, (5) pemilihan dan pola makan yang
baik, (6) patuh pada peraturan yang berlaku (bermain dengan sportif dan fairplay),
(7) pelatih atau maseur, (8) alat Bantu atau pertolongan, dan (9) perawatan dokter
atau tim medis.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.arisclinic.com/2011/06/jari-tangan-anak-terluka/
http://donipunyablogg.blogspot.com/2010/06/apakah-anda-pernah-merasakan-
keseleo.html
http://danishmubarok.blogspot.com/2011/04/penyebab-pegal-dan-linu-pada-
tangan.html
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=cedera%2Bpada%2Bjari
%2Btangan&source=web&cd=1&ved=0CCMQFjAA&url=http%3A%2F
%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream
%2F123456789%2F3537%2F1%2Fanatomi-
sufitni2.pdf&ei=4L6fTs2kGMqJrAeIoqTdAg&usg=AFQjCNHndVyk3zZOi
i0ZV4uyLDZgIilQ3w&cad=rja
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Servikal.html
http://thifanpokhan.org/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=48

Anda mungkin juga menyukai