PENDAHULUAN
Penyebab :
Cedera atau tertariknya pergelangan tangan
Tanda : Sakit lokal, Sedikit bengkak, gerakan tangan terbatas, kekuatan tangan
berkurang:
a. Patah tulang : Sakit yang sangat, bengkak serius, gerakan gelang tangan
terbatas.
b. Pergeseran Sendi : Menunjukkan posisi pergelangan tangan yang bergeser
Teknik Pengobatan :
a. Cubit tekan kuku jari tangan dan sendi jari yang terserang, ulangi 2-3 kali.
b. Rangsang ringan dengan totokan garis sealur dengan tempat yang sakit.
c. Tekan/Pijat putar titik sakit dan garis sakit pada posisi terbatas dan tidak
terbatas.
d. Pegang pergelangan tangan yang sakit dengan kedua tangan puntir
perlahan 5-10 kali.
e. Basuh dengan bawang merah, kemangi, cuka hangat untuk hilangkan
bengkak.
f. Lengan yang sakit harus diistirahatkan.
Titik-titik rangsang :
- Titik 1 : Antara ibu jari dan telunjuk, 1 jempol dari pertemuan tulang.
- Titik 2 : Punggung tangan tengah lipat pergelangan tangan.
- Titik 3 : 2 Jempol dibawah titik 6 ( usus besar )
- Titik 4 : 1 Jempol atas ujung lipat pergelangan tangan arah tulang lengan
atas
- Titik 5 : 0,5 Jempol atas ujung lipat pergelangan arah jari manis sisi dalam
- Titik 6 : Antara lipat siku dan tonjolan sikut luar.
- Titik 7 : Pertemuan antara 1/3 bawah dan 1/3 tengah tulang lengan atas
Kantung pasir atau kolar servikal kaku adalah jenis yang biasa digunakan
petugas sejak tempat kecelakaan. Apapun jenis immobilisasi yang dilakukan, ia
tetap dipertahankan ditempatnya hingga tulang belakang servikal dinilai dengan
radiograf lateral. Bila fraktura tulang belakang servikal dijumpai, stabilitas
fraktura ditentukan. Semua pasien dengan fraktura tulang belakang servikal yang
diperkirakan tak stabil harus segera diletakkan dalam fiksasi skeletal eksternal dan
traksi dengan ring halo atau kaliper (tong).
Beban traksi bervariasi, namun umumnya ditentukan sekitar 3-5 pon per
ruas tulang belakang servikal. Jadi sebesar 15-25 pon digunakan untuk fraktura
C5 tak stabil. Bila sinar-x ulang menunjukkan reduksi tak lengkap dari pergeseran
fraktura atau subluksasi, maka beban tambahan diberikan hingga fraktura-
dislokasi berkurang (maksimum 5kg per tingkat diatas segmen yang cedera). Pada
kebanyakan fraktura-dislokasi tulang belakang servikal akan dapat diimmobilisasi
dan direduksi dengan efektif memakai fiksasi skelet eksternal dan traksi.
Manipulasi leher berlebihan juga berakibat cedera kord spinal permanen disaat
resusitasi awal pada pasien cedera. Walau mempertahankan jalan nafas adalah
vital, ekstensi yang berlebihan leher disaat intubasi sebelum fraktura servikal
dipastikan harus dicegah. Bila jalan nafas artifisial diperlukan sebelum film
servikal dibuat, maka dilakukan krikotiroidotomi atau intubasi nasal. Namun
intubasi bukan kontra indikasi pada pasien dengan fraktura tulang belakang
servikal asal dilakukan oleh petugas yang berpengalaman, sebaiknya seorang ahli
anestesi terlatih. Pegangan penting atas ada serta beratnya cedera tulang belakang
servikal adalah pelebaran ruang jaringan lunak prevertebral. Cedera dan
ketidakstabilan nyata mungkin tampil dengan tanpa kelainan tulang yang jelas
pada foto polos.
Pada keadaan ini bukti cedera hanyalah pelebaran ruang retrofaringeal
atau retro- trakheal. Ruangan retro faringeal membentang dari pinggir posterior
bayangan udara faringeal ke aspek antero- inferior dari aksis. Pengukuran
melebihi 6-7mm pada anak dan dewasa adalah abnormal. Ruang retrotrakheal
ditentukan oleh ruangan jaringan lunak antara batas posterior bayangan udara
trakheal keaspek antero- inferior badan ruas tulang belakang C6. Walau ruang ini
bervariasi menurut usia dan pernafasan, pengukuran yang melebihi 14mm pada
anak dan 22mm pada dewasa adalah abnormal, cedera tulang belakang leher yang
bermakna harus diduga. Penting untuk menampilkan seluruh ruas tulang belakang
servikal pada foto lateral pada pasien yang mengalami trauma yang jelas. Sering
foto pertama tidak memadai menampilkan C7 karena bertumpuk dengan bahu.
Kerusakan kord spinal irreversibel secara sekunder dapat diakibatkan oleh
manipulasi leher pada pasien dengan fraktura atau dislokasi C7 tak stabil disaat
C7 tak tampak pada foto pertama. Ada beberapa indikasi untuk pemasangan
traksi leher pada pengelolaan awal cedera tulang belakang servikal:
1. Immobilisasi tulang belakang servikal pada pasien dengan fraktura tak
stabil.
2. Reduksi dislokasi atau subluksasi.
3. Distraksi foramina intervertebral pada pasien dengan kompresi radikuler.
4. Mengurangi nyeri yang diakibatkan cedera jaringan lunak bersangkutan.
Terdapat dua indikasi yang jelas untuk tindakan operasi gawat darurat atas
fraktura dan dislokasi tulang belakang servikal:
1. Defisit neurologis progresif.
2. Adanya cedera kord spinal tak lengkap. Pada keadaan tersebut operasi
hanya dilakukan bila terdapat kompresi ekstrinsik atas kord spinal yang
tampak pada mielografi. Intervensi bedah gawat darurat untuk stabilisasi atau
reduksi jarang diperlukan karena biasanya dapat dicapai dengan traksi skelet.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Cedera pada tangan juga kerap terjadi akibat tangan terlalu sering
digunakan, misalnya berupa memar dan robekan pada tendo otot-otot jari tangan,
sendi jari terkilir. Hal ini sering mengakibatkan keluhan di kemudian hari seperti
rasa kaku, pegal linu, dan nyeri pada jari-jari tangan atau pergelangan tangan. Ada
lagi keluhan menahun yang sering dialami yang dikenal dengan nama 'Trigger
Finger', yaitu saat kita dapat menekuk jari tetapi tidak bisa meluruskannya
kembali. Hal ini terjadi akibat adanya pengapuran pada tendo otot jari tangan
yang menghambat pergerakan tangan pada saat jari diluruskan.
Cedera yang sering terjadi adalah teno sinovitis dari otot-otot extensor
lengan bawah, dan biasanya terjadi pada olahraga dayung. Cedera pada
pergelangan tangan jarang terjadi, tetapi bila terjadi dapat sangat mengganggu.
Kita mengenal cedera pergelangan tangan thrower’s wrist, akibat hiperekstensi
pada waktu melempar agar mendapat lemparan yang jauh, dan ini biasa terjadi
pada cabang-cabang olahraga melempar, misalnya tolak peluru.
3.2 SARAN
Pengetahuan, sikap, perilaku untuk dapat mencegah terjadinya cedera
tersebut dapat diwujudkan dengan cara pencegahan melalui: (1) lingkungan, (2)
perlengkapan yang dipakai (equipment), (3) latihan, (4) pemanasan, penguluran,
dan pendinginan yang baik, 4) keterampilan, (5) pemilihan dan pola makan yang
baik, (6) patuh pada peraturan yang berlaku (bermain dengan sportif dan fairplay),
(7) pelatih atau maseur, (8) alat Bantu atau pertolongan, dan (9) perawatan dokter
atau tim medis.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.arisclinic.com/2011/06/jari-tangan-anak-terluka/
http://donipunyablogg.blogspot.com/2010/06/apakah-anda-pernah-merasakan-
keseleo.html
http://danishmubarok.blogspot.com/2011/04/penyebab-pegal-dan-linu-pada-
tangan.html
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=cedera%2Bpada%2Bjari
%2Btangan&source=web&cd=1&ved=0CCMQFjAA&url=http%3A%2F
%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream
%2F123456789%2F3537%2F1%2Fanatomi-
sufitni2.pdf&ei=4L6fTs2kGMqJrAeIoqTdAg&usg=AFQjCNHndVyk3zZOi
i0ZV4uyLDZgIilQ3w&cad=rja
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Servikal.html
http://thifanpokhan.org/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=48