Anda di halaman 1dari 84

ii

ABSTRAK

Nama : Galih Fajar Padmasana


NIM : 12040284079
Program Study : S1-Pendidikan Sejarah
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi, MS.

Pariwisata di Indonesia menjadi salah satu penyumbang


devisa bagi negara dan sebuah roda penggerak bagi
perekonomian daerah. Apabila diselenggarakan dengan baik,
pariwisata akan memberikan dampak positif bagi masyarakat di
lingkungan sekitar objek wisata. Pemerintah Indonesia pada
tahun 1991 mencanangkan program Visit Indonesia Year sebagai
salah satu tindakan lanjutan setelah mengeluarkan Undang-
undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990 Tentang
Kepariwisataan, hal ini mencerminkan keseriusan pemerintah
untuk lebih memajukan industri pariwisata sebagai penggerak
ekonomi daerah

Kabupaten Nganjuk memiliki berbagai objek wisata di


daerahnya, salah satu yang paling tersohor adalah Objek Wisata
Air Terjun Sedudo, gabungan antara daya tarik keindahan alam
dan kesakralan Ritual Siraman Suro yang ada pada Objek Wisata
ini membuatnya ramai dikunjungi pengunjung. Pemerintah
Kabupaten Nganjuk mulai menyelenggarakan pariwisata di Air
Terjun Sedudo pada tahun 1987, namun baru memulai
pengembangannya pada tahun 1992. Data yang disajikan dalam
penelitian ini adalah dari tahun 1993-1997, untuk data pada
tahun 1992 tidak diperoleh, namun dapat diperoleh

ii
iii

gambarannya lewat interpretasi data lainnya dan wawancara


lesan

Rumusan masalah yang akan dibahas adalah 1) bagaimana


pengembangan objek wisata Air Terjun Sedudo pada tahun 1992-
1997 2) bagaimana dampak sosial ekonomi pengembangan objek
wisata Air Terjun Sedudo terhadap penduduk lokal pada tahun
1992-1997 3) bagaimana signifikansi dampak pembangunan objek
wisata Air Terjun Sedudo terhadap pendapatan daerah
Kabupaten Nganjuk 1992-1997. Dalam penelitian ini digunakan
metode sejarah. Heuristik menjadi tahap awal untuk
mengumpulkan sumber-sumber. Tahap Kritik untuk menyeleksi
sumber yang valid. Tahap interpretasi dilakukan dengan
mengaitkan dan menganalisi sumber. Tahap historiografi
melakukan penulisan kembali hasil interpretasi dalam bentuk
skripsi ini.

Berdasarkan hasil analisis sumber menunjukkan bahwa


pengembangan pariwisata yang dilakukan pemerintah Nganjuk
pada tahun 1992-1997 berdampak langsung pada kondisi objek
wisata Air Terjun Sedudo yang semakin baik sarana dan
prasarananya, pengembangan yang dilakukan juga membuat
jumlah pengunjung semakin meningkat tiap tahunnya

Selain itu pengembangan objek wisata Air Terjun Sedudo


pada tahun 1992-1997 berdampak cukup signifikan terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nganjuk, hal ini
dibuktikan dengan tabel persentase pendapatan pariwisata Air
Terjun Sedudo yang menyumbang angka cukup banyak untuk
PAD Kabupaten Nganjuk

Dampak sosial ekonomi yang terjadi dari pengembangan


objek wisata Air Terjun Sedudo adalah adanya beberapa
pergeseran profesi masyarakat sekitar objek wisata dari profesi

iii
iv

agraris ke non-agraris, profesi non-agraris yang dimaksud juga


termasuk profesi baru yang muncul dari pengembangan objek
wisata Air Terjun Sedudo, seperti penjual makanan minuman,
penjual cinderamata, jasa foto dan penyelenggara penginapan
serta travel. Berdasarkan sumber yang didapat, pembangunan
dan pengembangan pariwisata Air Sedudo menggerakkan
perekonomian masyarakat sekitar lewat kedatangan pengunjung
setiap harinya, seperti pembangunan kios yang menjadikan
banyak masyarakat sekitar dapat berjualan di area objek wisata

Kata Kunci : Pariwisata, Air Terjun Sedudo, Sosial


Ekonomi

iv
v

ABSTRACT

Name : Aisyah Syafiera


NIM : 12040284064
Study program : History Education
Subject : History
Faculty : Faculty of Social Sciences and Law
Name of Institution: State University of Surabaya
Supervisor : Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi, MS.

Tourism in Indonesia become one foreign exchange earner for the


country and can be a driving force for the regional economy if organized
properly. The Indonesian government in 1991 launched a program of
Visit Indonesia Year as one of the follow-up actions after issuing the
Law of the Republic of Indonesia 9 1990 about tourism, it reflects the
seriousness of the government to further promote the tourism industry
as an economic driver area
Nganjuk has a variety of attractions in the area, one of the most
famous attractions is the Niagara Sedudo, a combination of natural
beauty and attractiveness of the sacred ritual splash Suro available on
these attractions make it crowded with visitors. Government Nganjuk
began organizing tourism here in 1987, but only started its development
in 1992
The formulation of the issues to be discussed are 1) how tourism
development Waterfalls Sedudo in 1992-1997 2) how the impact of
socio-economic development of attractions Niagara Sedudo against the
local population in 1992-1997 3) how the significance of the impact of
development attraction Waterfalls sedudo to regional revenue Nganjuk
1992-1997. This study used the historical method. Heuristics be the first
step to gather resources. Phase criticism for selecting a valid source.
Phase interpretation is done by correlating and analyzing sources. Phase

v
vi

historiography re-writing interpretation results in the form of this


thesis.

Based on the results of the analysis indicate that the development


of tourism resources by the government in 1992-1997 Nganjuk direct
impact on the conditions of attraction Niagara Sedudo are getting better
facilities and infrastructure, development by also making the number of
visitors is increasing every year

In addition, the development of attractions Niagara Sedudo in


1992-1997 had significant impact on the improvement of regional
revenue Nganjuk, this is evidenced by the table percentage Niagara
tourism revenue figures Sedudo that contribute quite a lot to PAD
Nganjuk
Socio-economic impacts arising from the development of
attractions Niagara Sedudo is the existence of some shift in the
profession surrounding community attraction of professional
agricultural to non-agricultural, professional non-agricultural is also
including new professions emerged from the development of attractions
Niagara Sedudo, such as sellers of food and beverages, souvenir sellers,
photo services and accommodation and travel organizers. Based on the
source obtained, the construction and development of water tourism
drive the economy Sedudo surrounding communities through the
arrival of visitors every day, such as the construction of kiosks that
makes many people around can sell at area attractions
Keywords: Tourism, Niagara Sedudo, Social Economy

vi
vii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ................................... E ro!B


ok
mark
n
o
td
efin
ed
.
HALAMAN PENGESAHAN ................................................... E ro!B
ok
mark
n
o
td
efin
ed
.
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................ E ro!B
ok
mark
n
o
td
efin
ed
.
MOTTO ....................................................................................... E
ro!B
ok
mark
n
o
td
efin
ed
.
KATA PENGANTAR ................................................................ E ro!B
ok
mark
n
o
td
efin
ed
.
ABSTRAK.................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................... 1
A. Latar belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan masalah ................................................................. 6

C. Tujuan ..................................................................................... 8

D. Manfaat................................................................................... 8

E. Kajian Pustaka ........................................................................ 8

F. Metode Penelitian .................................................................. 12

G. Sistematika Penulisan ........................................................... 16

BAB 2 OBJEK WISATA AIR TERJUN SEDUDO ................... 18


2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Disekitar Objek
Wisata Air Terjun Sedudo ........................................................ 18

2.2 Legenda dan Asal Mula Air Terjun Sedudo..................... 20

2.3 Potensi Wisata Alam di Air Terjun Sedudo ..................... 24

BAB 3 PENGEMBANGAN PARIWISATA AIR TERJUN


SEDUDO ........................................................................................... 26
vii
viii

3.1 Kondisi Objek Wisata Air Terjun Sedudo ............................... 26

3.2 Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo 1992-1997


............................................................................................................ Err
or! Bookmark not defined.

3.2.1 Dasar-Dasar dan Teori dalam Pengembangan Objek


Pariwisata .......................................................................................... 28

3.2.2 Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo 1992-1997


............................................................................................................ 34

3.2.3 Dampak dan Hasil Pengembangan Obek Wisata Air Terjun


Sedudo Terhadap Jumlah Pengunjung dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) ................................................................................... 40

3.2.4 Pendapatan Dari Hasil Retribusi Tiket Masuk


............................................................................................................ Err
or! Bookmark not defined.

3.2.5 Pengaruh Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) ........ 47

3.3 Kebijakan Pemerintah Daerah Nganjuk Terhadap Objek


Wisata Air Terjun Sedudo ............................................................... 50

BAB 4 DAMPAK SOSIAL EKONOMI .......................................... 53


4.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Objek Wisata
Air Terjun Sedudo ............................................................................ 53

4.2 Dampak Sosial Ekonomi Setelah Pembangunan Objek Wisata


Air Terjun Sedudo 1992-1997 ......................................................... 55

4.2.1 Dampak Sosial Ekonomi ........................................................ 57

4.2.2 Dampak Sosial Budaya ........................................................... 60

4.3 Perubahan Sosial Ekonomi yang Terjadi di Sekitar Objek


Wisata Air Terjun Sedudo ............................................................... 63

BAB 5 PENUTUP ............................................................................. 66


viii
ix

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 66

5.2 Saran ............................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 70


LAMPIRAN A .................................................................................. 73

ix
x

DAFTAR TABEL

x
xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial Universitas


Negeri Surabaya
2. Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol Nganjuk ke Dinas
Pariwisata Nganjuk dan Arsip Daerah Nganjuk
3. Foto Terkini Kondisi Air Terjun Sedudo
4. Lembar Data dari Dinas Penelitian berupa Hasil Retribusi
Pendapapatan dan Jumlah Pengunjung
5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990
Tentang Kepariwisataan
6. Daftar Pertanyaan Kepada Bapak Nurhadi Nugroho
Selaku Kabid Objek dan Daya Tarik Wisata Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Kabupaten Nganjuk
dan Bapak Malik Djunaedi Penjual Makanan Minuman
di Area Lokasi Objek Wisata Air Terjun Sedudo

xi
1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia sebagai salah satu dari negara yang sedang


berkembang mencari cara untuk meningkatkan pemasukan
devisa negara dengan menempuh pembangunan industri
pariwisata dengan lebih memantapkan dan menaruh perhatian
yang lebih mendalam menyangkut pariwisata. Berbagai
kebijakan ditempuh salah satunya melalui Tap No.
IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang
menempatkan industri pariwisata pada urutan keenam setelah
pertanian, industri, pertambangan, energi dan prasarana.
Ketetapan MPR ini dalam hal pariwisata berisi perlunya
peningkatan dan perluasan untuk meningkatkan penerimaan
devisa, memperluas lapangan kerja dan memperkenalkan
kebudayaan sehingga memerlukan langkah-langkah yang lebih
terarah berdasarkan kebijaksanaan terpadu dan pembinaan serta
pengembangan pariwisata dalam negeri lebih ditujukan kepada
pengenalan budaya bangsa dan tanah air. 1

Nusantara ini memiliki potensi yang sangat besar di


bidang pariwisata. Ini dapat dilihat dari indahnya berbagai
macam pemandangan alam, kebudayaan dan sejarah bangsa,
festival dan upacara-upacara yang unik, berbagai macam seni

1Tap MPR No IV/MPR/1978 Garis-garis Besar Haluan Negara dalam

Nyoman S. Pendit, 2003, Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta, PT


Pradnya Paramita, hlm.10.

1
2

lukis dan kerajinan tangan, dan banyaknya tempat yang sangat


menarik para wisatawan sepanjang tahun. 2

Perkembangan kepariwisataan di Indonesia pun


mengalami kemajuan yang cukup pesat seperti negara-negara
berkembang lainnya didunia. Pemerintah sekarang sedang
menggalakan pariwisata menjadi komoditi yang ditawarkan
pada wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara.
Penggalakan pariwisata Indonesia sebenarnya telah ditetapkan
oleh Presiden Republik Indonesia sejak tahun 1989 yaitu dengan
menetapkannya tahun 1991 sebagai Tahun Kunjungan Indonesia
atau Visit Indonesia Year 1991 (VIY).3

Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang wajar karena


pariwisata merupakan proses globalisasi yang masuk ke
Indonesia secara simultan. Sejak awal disadari bahwa kegiatan
pariwisata harus dapat dimanfaatkan untuk pembangunan. 4
Sektor pariwisata, terutama pariwisata internasional termasuk
dalam program pembangunan nasional di Indonesia sebagai
salah satu sektor pembangunan ekonomi. 5

Industri pariwisata dalam dekade terakhir ini banyak


mendapatkan perhatian khusus dari beberapa negara

2Oka A. Yoeti, 2001, Tours And Travel Management Jakarta, PT. Pradnya

Paramita, hlm 1
3Fadjria Novari Manan dkk, 1993, Pariwisata dan Pengaruhnya terhadap

Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Lombok Barat, Jakarta, Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 2
4I Gusti Ngurah Bagus, 2005, Hubungan Pariwisata dengan Budaya di Indonesia,

Prospek dan Masalahnya.


5Selo Soemardjan, 1974, Pariwisata dan Kebudayaan dalam Prisma No.1 Tahun

III Februari, hlm. 56.

2
3

berkembang karena mempunyai sumbangan dan kontribusi yang


tidak sedikit terhadap pemasukan pendapatan dari wisatawan
baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Pendapatan daerah dapat meningkat dengan adanya arus
kunjungan wisatawan domestik, demikian juga dengan adanya
kunjungan para wisatawan mancanegara yang secara kuantitatif
ikut memberikan sumbangan devisa negara yang tidak sedikit
sehingga banyak negara yang berlombameningkatkan kualitas
industri pariwisata untuk menarik perhatian para wisatawan
domestik maupun mancanegara. Peranan pariwisata dalam
pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi,
yakni segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), segi sosial
(penciptaan lapangan kerja), dan segi kebudayaan
(memperkenalkan kebudayaan kita kepada wisatawan). Ketiga
segi tersebut tidak saja berlaku bagi wisatawan asing, tetapi juga
untuk wisatawan domestik.6 Jadi bisa disimpulkan bahwa
pariwisata adalah sebuah kegiatan ekonomi, sedangkan tujuan
utama dari pengembangan pariwisata ialah untuk mendapatkan
keuntungan dalam hal perekonomian, khususnya, bagi
masyarakat maupun daerah (negara).7

Provinsi Jawa Timur menyimpan banyak sekali potensi


wisata, yang dapat dikenalkan kepada wisatawan asing maupun
domestik, salah satunya di Kabupaten Nganjuk yang memiliki
beragam jenis pariwisata, baik wisata alam, wisata sejarah dan

6Hari Hartono, Perkembangan Pariwisata, Kesempatan Kerja dan


Permasalahannya. PRISMA Th. III No. 2 (Feb, 1974) hlm. 45 dalam James J.
Spillane. 1993, Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya (Yogyakarta, Kanisius,
hlm. 54
7I Gde Pitana dan Putu G. Gayatri, 2005, Sosiologi Pariwisata, Yogyakarta:
ANDI, hlm. 31

3
4

kebudayaan, maupun wisata kerohanian. Objek-objek wisata


tersebut antara lain Air Terjun Sedudo, Air Terjun Roro Kuning,
Monumen Dr. Soetomo, Gua Margo Tresno, Candi Mpu Sendok
dan Taman Rekreasi Anjuk Ladang (TRAL).

Pembangunan sektor pariwisata di Kabupaten Nganjuk


juga mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Nganjuk. Hal ini dapat dilihat di visi Pemerintah Daerah
Kabupaten Nganjuk yaitu, meningkatkan ekonomi masyarakat
melalui pembangunan pertanian, industri, perdagangan dan
pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan didukung oleh
ketersediaan infrastruktur yang memadai. Untuk meningkatkan
pariwisata daerah salah satu ukurannya adalah jumlah
kunjungan wisatawan. Untuk itu perlu dikembangkan obyek-
obyek pariwisata daerah sehingga dapat menarik kunjungan
masyarakat. Agar kunjungan dapat meningkat perlu terjalin
koordinasi dan kerjasama dengan pengusaha pariwisata baik di
dalam maupun luar Kabupaten Nganjuk.

Terdapat beberapa objek wisata di Kabupaten Nganjuk.


Salah satunya adalah Air Terjun Sedudo yang terletak di Desa
Ngliman, Kecamatan Sawahan. sekitar 30 km dari pusat kota
Nganjuk. Air Terjun Sedudo adalah salah satu obyek wisata alam
yang terkenal di Kabupaten Nganjuk. Air terjun yang berada
pada ketinggian 1.438 meter di atas permukaan laut (dpl)
memiliki ketinggian sekitar 105 meter. Lokasinya yang berada di
lereng Gunung wilis membuat panorama alam di kawasan Air
terjun Sedudo semakin mempesona 8

8Harimintadji, 1994, Nganjuk dan Sejarahnya, Nganjuk, PN. hal 85

4
5

Selain sebagai objek wisata, Air Terjun Sedudo juga


sebagai tempat pelaksanaan Upacara Prana Prahista (Siraman
Suro) setiap tanggal 1 suro yaitu ritual memandikan arca. Hal ini
semakin menambah daya tarik bagi wisatawan baik lokal
maupun mancanegara. Air Terjun Sedudo juga termasuk dalam 7
besar Air Terjun tertinggi dan terindah di Indonesia. Pada tahun
1987 pemerintah Nganjuk mulai menyadari akan potensi dari
objek wisata Air Terjun Sedudo dan mulai meningkatkan
pembangunan disana serta menjadikan Upacara Prana Prahista
atau lebih sering disebut sebagai Ritual Siraman Suro sebagai
kalender wisata tahunan Kabupaten Nganjuk9. Hal ini secara
tidak langsung menjadikan Air Terjun Sedudo sebagai ikon
pariwisata dan ujung tombak sektor pariwisata dari Kabupaten
Nganjuk.

Sektor pariwisata merupakan salah satu andalan


disamping industri kecil dan agro industri, merupakan suatu
instrumen untuk menghasilkan devisa dan sekaligus diharapkan
akan memperluas kesempatan kerja dan menciptakan
kesempatan kerja dan menciptakan usaha bagi masyarakat.
Kemajuan pariwisata dan pembangunan suatu daerah memiliki
hubungan silang ketergantungan, artinya semakin maju sektor
pariwisata, maka akan semakin besar kontribusi yang akan
diberikan sektor pariwisata kepada pemerintah daerah tersebut,
begitulah sebaliknya semakin maju pembangunan suatu daerah
maka sudah barang tentu tersedia sarana dan prasarana yang
menunjang kemajuan pariwisata.

9Harimintadji, 1994, Nganjuk dan Sejarahnya, Nganjuk, PN, Hlm 86

5
6

Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi


pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, akan
tetapi lebih dari itu pembangunan mempunyai perspektif yang
lebih luas. Dimensi sosial yang sering diabaikan dalam
pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat tempat yang
strategis dalam pembangunan. Dalam proses pembangunan,
selain memperhitungkan dampak aktifitas ekonomi terhadap
kehidupan sosial masyarakat, lebih dari itu dalam proses
pembangunan dilakukan upaya yang bertujuan untuk mengubah
struktur perekonomian ke arah yang lebih baik. Karenanya
berdasarkan pemaparan tersebut penulis tertarik untuk meneliti
dampa sosial ekonomi pembangunan objek wisata Air Terjun
Sedudo terhadap masyarakat Nganjuk pada umumnya.
Terutama yang menjadi fokus penelitian adalah dalam rentang
waktu 1992-1997, karena pada tahun 1992 pemerintah
Kabupaten Nganjuk melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
mulai melakukan berbagai pembangunan dan pengembangan
terhadap wisata Air Terjun Sedudo, sehingga menarik untuk
diteliti apakah dalam rentang waktu tersebut ada dampak sosial
ekonomi yang ditimbulkan.

B. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam suatu penelitian mutlak


diperlukan untuk mencegah pelebaran masalah yang akan
dibahas. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada dua
lingkup, yaitu ruang lingkup spasial dan ruang lingkup
temporal.

Batasan spasial yang digunakan dalam penelitian ini


terpusat pada wilayah Objek Wisata Air Terjun Nganjuk dan
Dinas Pariwisata yang berada di kota Nganjuk.

6
7

Batasan temporal penelitian ini adalah tahun 1992-1997


karena pada tahun-tahun tersebut sedang berlangsung program
visit Indonesia year yang bertujuan untuk lebih meningkatkan
kedatangan wisatawan ke objek-objek wisata di seluruh
Indonesia, diawali pada tahun 1992 karena pada tahun tersebut
Pemerintah Kabupaten Nganjuk mulai melakukan
pengembangan di Objek Wisata Air Terjun Sedudo sebagai
tindakan dari adanya Visit Indonesia Year dan kemudian
diakhiri pada tahun 1997 karena pada tahun tersebut
pengembangan Objek Wisata Alam Air Terjun Sedudo diambil
alih oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nganjuk
yang baru berdiri pada tahun itu. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tahun 1992-2997 adalah masa awal pengembangan Objek Wisata
Alam Air Terjun Sedudo sebelum ditangani oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nganjuk. Sehingga
penulis berminat mencari hubungan dampak pengembangan
Objek Wisata Air Terjun Sedudo dari tahun 1992-1997 pada
kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar objek wisata Air
Terjun Sedudo

C. Rumusan masalah

1. Bagaimana pengembangan objek wisata Air Terjun Sedudo


pada tahun 1992-1997?
2. Bagaimana dampak sosial ekonomi pengembangan objek
wisata Air Terjun Sedudo terhadap penduduk lokal pada
tahun 1992-1997?
3. Bagaimana signifikansi dampak pembangunan objek wisata
Air Terjun Sedudo terhadap pendapatan daerah Kabupaten
Nganjuk (1992-1997)?

7
8

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan pengembangan pariwisata Air Terjun


Sedudo pada tahun (1992-1997)
2. Untuk menganalisisa dampak sosial ekonomi pengembangan
pariwisata Air Terjun Sedudo terhadap penduduk lokal pada
tahun (1992-1997)
3. Untuk menghitung signifikansi dampak pembangunan objek
wisata Air Terjun Sedudo terhadap pendapatan daerah
Kabupaten Nganjuk (1992-1997)

E. Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan bagi pembaca khususnya tentang


sejarah pariwisata Air Terjun Sedudo
2. Memberikan pemahaman tentang nilai-nilai kearifan lokal
yang terdapat dalam ragam kebudayaan di Indonesia

F. Kajian Pustaka

Tinjauan pustaka adalah telaah yang dilakukan terhadap


beberapa pustaka atau sumber yang berguna untuk mendukung
proses penulisan skripsi ini. Telaah pustaka memiliki kegunaan
yang sangat penting dalam penelitian karena memiliki beberapa
fungsi diantaranya; memperdalam masalah yang hendak diteliti,
menegaskan kerangka konseptual yang akan dijadikan landasan
pemikiran, dan mempertajam konsep yang digunakan supaya
memudahkan dalam merumuskan hipotesa.

8
9

Buku pertama adalah Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan


Prospeknya karya James J. Spillane.10 Buku ini membahas
mengenai sejarah pariwisata pada awalnya sampai akhirnya
berkembang dan diartikan secara umum sebagai perjalanan
wisata. Perkembangan industri pariwisata memunculkan banyak
pengaruh, terutama pengaruh ekonomi dalam hal penyediaan
lapangan pekerjaan. Relevansi buku dengan skripsi ini adalah
dari bidang kajiannya mengenai dunia pariwisata serta objek
wisata yang disertai prediksi terhadap perubahan ekonomi dan
sosial yang terjadi.

Buku kedua adalah Peran Pariwisata Dalam Pembangunan


oleh Suzanna Ratih Sari.11. Buku ini menceritakan tentang
peranan pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan
pemerintah untuk mendapatkan penghasilan non migas.
Disamping perolehan devisa, juga menciptakan dan memperluas
lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat,
mendorong pelestarian lingkungan hidup, mendorong
pelestarian dan pengembangan budaya bangsa bangsa dan
mendorong perkembangan daerah. Kelebihan buku ini adalah
dalam pembahasan mengenai dampak multiguna dari
pariwisata. Industri wisata tidak hanya memunculkan peranan
yang baik dalam kelangsungan hidup masyarakat, tetapi
sekaligus memunculkan dampak yang kurang baik, khususnya
dalam hal pelestarian alam dan pencemaran lingkungan yang
dibahas secara rinci.

10James J. Spillane, 1987 Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya,

Yogyakarta: Penerbit Kanisius


11 Suzanna Ratih Sari, 2003, Peran Pariwisata Dalam Pembangunan,

Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

9
10

Buku ketiga merupakan karangan I Gde Pitana dan Putu


G. Gayatri berjudul Sosiologi Pariwisata.12 Buku ini membahas
tentang pariwisata dengan penekanan aspek sosiologis, yaitu
memberikan kejelasan bahwa pariwisata bukan saja menyangkut
permasalahan ekonomi saja namun saling berkaitan erat dengan
aspek yang ditimbulkan, termasuk aspek sosial, budaya,
lingkungan, politik, dan keamanan. Bahkan pariwisata sudah
menjadi sebuah prime-mover dalam perubahan sosial-budaya di
berbagai daerah.

Buku keempat adalah DampakPengembangan Pariwisata


Terhadap Kehidupan Budaya Daerah Sumatra Barat yang diterbitkan
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek
Inventarisasi dan Pembinaan Nilai Nilai Budaya Sumatra Barat. 13
Buku ini menyinggung mengenai perkembangan pariwisata yang
berpengaruh terhadap sosial budaya masyarakat. Adanya objek
wisata budaya dan wisata alam tampak dampak yang
ditimbulkan oleh banyaknya wisatawan yang berkunjung,
diantaranya dampak terhadap kesenian, sistem teknologi
tradisional, perilaku masyarakat setempat, dan kehidupan
beragama.

Buku kelima berjudul Dampak Ekonomi, Sosial, dan Budaya


Objek Wisata Candi Prambananmerupakan Laporan Hasil Penelitian
Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan

12I Gde Pitana dan Putu G. Gayatri, op.cit.


13Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Inventarisasi
dan Pembinaan Nilai Nilai Budaya Sumatra Barat, 1991, Dampak Pengembangan
Pariwisata Terhadap Kehidupan Budaya Daerah Sumatra Barat

10
11

Ilmu Politik Universitas Diponegoro. 14 Sektor pariwisata


berkembang pesat seiring dengan kemajuan teknologi
transportasi dan komunikasi, meningkatnya kemakmuran,
berubahnya gaya hidup, serta meningkatnya waktu libur atau
waktu luang. Banyaknya potensi kekayaan alam yang ada di
Indonesia adalah modal potensial untuk menarik wisatawan.
Keberadaan Taman Wisata Candi Prambanan (TWCP) yang
disertai dengan pembangunan fisik menimbulkan dampak sosial
terhadap penduduk lokal, baik dampak terhadap sosial ekonomi
maupun sosial budaya. Dampak sosial ekonomi yang terangkum
dalam laporan hasil penelitian ini memudahkan penulis dalam
menganalisa perubahan sosial ekonomi masyarakat Desa
Ngliman terhadap keberadaan objek wisata Air Terjun Sedudo.
Perbedaan pustaka ini dengan skripsi penulis adalah dari segi
narasi, batasan tema, ruang lingkup temporal dan penulisan.
Dalam pustaka ini fokus terhadap akibat yang ditimbulkan oleh
adanya objek wisata Candi Prambanan, baik dampak positif dan
negatif tanpa ada pembatasan temporal sehingga bersifat meluas.
Pembatasan tema yang digunakan oleh penulis adalah objek
wisata Air Terjun Sedudo telah membawa perubahan terhadap
kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Batasan tema
yang digunakan ini diharapkan dalam karya penulis tidak keluar
dan meluas dari batasan yang sudah ditetapkan. Ruang lingkup
temporal yang penulis kaji yaitu tahun tahun 1992-1997 dengan
batasan waktu tersebut dapat diketahui pengaruh yang
ditimbulkan dari adanya Objek Wisata Air Terjun Sedudo bagi
masyarakat setempat yaitu masyarakat Desa Ngliman. Karya

14Hastuti Purwani, 1996, Laporan Hasil Penelitian Tentang Dampak

Ekonomi, Sosial dan Budaya Objek Wisata Candi Prambanan, Semarang: FISIP UNDIP

11
12

penulis atau skripsi ini termasuk tulisan ilmiah yang mempunyai


aturan-aturan penulisan tertentu. Aturan-aturan itu meliputi tata
cara penulisan atau pengetikan, ukuran kertas, pemakaian huruf
standar, kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar serta
penggunaan kaidah ilmiah atau akademis yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Adapun untuk kajian terdahulu Sedudo pernah


disinggung dalam beberapa bentuk skripsi dan jurnal ilmiah
seperti kajian terdahulu tentang Tradisi Siraman Suro pernah
disinggung dalam skripsi yang diterbitkan IAIN Sunan Ampel
Surabaya, yang berjudul “Upacara Siram Sedudo, Desa Ngliman,
Kecamatan Sawahan, Kabupupaten Nganjuk” dalam skripsi
tersebut dijelaskan secara detail sejarah, mitos dan legenda yang
berkembang serta prosesi adat dari Tradisi Siraman Suro di Air
Terjun Sedudo

Kajian terdahulu tentang Tradisi Siraman Suro di Air Terjun


Sedudo juga pernah ditulis Noor Ifansyah Wijayanto dalam
jurnal yang diterbitkan Jurusan Sosiologi, FISIP UNAIR yang
berjudul “Ritual Air Terjun Sedudo, Konstruksi Masyarakat
Tentang Upacara Ritual Air Terjun Sedudo, Desa Ngliman,
Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk” dalam jurnal ini
dibahas mengenai proses konstruksi sosial masyarakat Desa
Ngliman terhadap Ritual Air Terjun Sedudo melalui perspektif
teori sosial, khususnya teori sosial Berger.

G. Metode Penelitian

Dalam merekonstruksi sejarah masa lampau diperlukan


suatu proses penelitian. Penelitian ini dilakukan berdasarkan
disiplin sejarah atau ilmu sejarah yang telah ada, sehingga

12
13

mampu menemukan sumber-sumber yang sesuai dengan topik


yang diinginkan. Dalam penelitian sejarah terdapat empat
tahapan yang bersifat spesifik (khusus). Empat tahap tersebut
adalah heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.15 Oleh
karena itu, penelitian mengenai Dampak Sosial Ekonomi
Pengembangan Objek Priwisata Air Terjun Sedudo (1992-1997)
ini akan dilakukan dalam empat tahapan tersebut.
Tahap pertama yang dilakukan adalah heuristik. Terdapat
dua jenis sumber yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
sumber primer dan sekunder. Sumber primer yang digunakan
adalah wawancara dan pengamatan langsung ke dalam
lingkungan sekitar Objek Wisata Air Terjun Sedudo. Sementara
sumber sekunder yang digunakan adalah bukuEkonomi
Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya karya James J. Spillane, Peran
Pariwisata Dalam Pembangunan oleh Suzanna Ratih Sari, I Gde
Pitana dan Putu G. Gayatri berjudul Sosiologi Pariwisata, dan
buku-buku lainnya yang berkaitan dengan Dampak Sosial
Ekonomi Pengembangan Pariwisata.. Sumber-sumber tersebut di
dapatkan melalui penelusuran di perpustakaan daerah,
perpustakaan Unesa, perpustakaan jurusan Pendidikan Sejarah,
serta melalui perpustakaan online.
Tahap kedua adalah melakukan kritik. Tidak semua
sumber yang diperoleh dari proses heuristik merupakan sumber
relevan yang dapat digunakan sebagai sumber sejarah, baik
melalui segi otentikitas keaslian sumber ataupun dari isi sumber
tersebut. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah kritik sumber untuk
menguji kelayakan sumber untuk digunakan dalam peneletian

15Aminuddin Kasdi, 2005, Memahami Sejarah, Surabaya : Unesa University

Press, hlm. 10-11

13
14

sejarah. Tahap kritik dibagi menjadi dua, yaitu kritik ekstern dan
kritik intern. Namun dalam penulisan ini penulis melakukan
kritik ekstern untuk memvalidasi kebenaran sumber primer dari
hasil wawancara dan pengamatan langsung sedangkan untuk
kritik intern digunakan untuk mengkaji kevalidan suatu sumber
yang digunakan.16 Dalam melakukan kritik intern, penulis
membandingkan satu sumber dengan sumber yang lain,
bagaimana pengembangan Objek Wisata dapat berdampak
positif atau negatif terhadap kondisi social ekonomi masyarakat
sekitarnya
Tahap ketiga adalah melakukan interpretasi. Interpretasi
merupakan penafsiran terhadap fakta.17 Dalam tahap ini telah
dapat ditetapkan dari sumber yang telah melalui tahap kritik,
sumber-sumber yang lebih bermakna karena saling berhubungan
atau saling menunjang.18 Sumber-sumber yang telah didapatkan
dihubungkan antara fakta satu sama lain untuk mengetahui
sejarah dari yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas.
Tahap keempat adalah melakukan historiografi.
Historiografi adalah suatu bentuk penulisan yang bertujuan
untuk menyajikan hasil laporan dari penelitian yang dilakukan
dengan penulisan sejarah secara baik dan benar.19 Dalam
penelitian ini, sistematika penulisan mengenai Dampak Sosial
Ekonomi Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo tahun
1992-1997

16Saefur Rochmat, 2009, Ilmu Sejarah dalam Prespektif Ilmu Sosial, Yogyakarta: Graha
Ilmu, hlm. 148
17Koentjaraningrat, 1981, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : PT.

Gramedia, hlm. 11
18Saefur Rochmat, op. cit., hlm.150
19Koentjaraningrat, Op. cit., hlm.11

14
15

BAB I yaitu pendahuluan dengan latar berlakang, batasan


masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II tentang
gambaran umum Objek Wisata Air Terjun Sedudo, kondisi sosial
ekonomi masyarakatnya dan kondisi saran dan prasarananya
BAB III membahas mengenaipengembangan Objek Wisata
Air Terjun Sedudo dan kebijakan pemerintah Nganjuk terhadap
pengembangan pariwisata tersebut BAB IV Dampak Sosial
Ekonomi Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo
terhadp masyarakat sekitar BAB V: penutup yang berisikan
kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dibuat merupakan
jawaban dari rumusan masalah dari apa yang dikaji dalam
penelitian.

15
16

H. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 Kajian Pustaka
1.6 Metode Penelitian
1.7 Sistematika
BAB II : OBJEK WISATA AIR TERJUN SEDUDO
2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam di Sekitar Air
Terjun Sedudo
2.2 Legenda dan Asal Mula Air Terjun Sedudo
2.3 Potensi Wisata Alam Air Terjun Sedudo
BAB III : PENGEMBANGAN PARIWISATA AIR TERJUN
SEDUDO
3.1 Kondisi Objek Wisata Air Terjun Sedudo Sebelum
Tahun 1987
3.2 Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo
Tahun 1992-1997
3.3 Kebijakan Pemda Nganjuk Terhadap Objek Wisata
Air Terjun Sedudo

BAB IV : DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI

4.1 Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitar


Objek Wisata Air Terjun Sedudo

16
17

4.2 Dampak Sosial dan Ekonomi Setelah Pembangunan


Objek Wisata Air Terjun Sedudo 1992-1997
4.3 Perubahan Sosial dan Ekonomi yg Terjadi di Sekitar
Objek Wisata Air Terjun Sedudo

17
18

BAB 2
OBJEK WISATA AIR TERJUN SEDUDO

A. Letak Geografis dan Keadaan Alam Disekitar Objek Wisata


Air Terjun Sedudo

Objek wisata Air Terjun Sedudo adalah sebuah objek


wisata di kawasan timur Gunung Wilis yang terletak di
ketinggian 1.428 meter di atas permukaan laut, memiliki Air
Terjun Sedudo sebagai daya tarik utama objek wisata alam
tersebut, Air Terjun Sedudo sendiri memiliki ketinggian sekitar
105 meter dan termasuk salah satu air terjun tertinggi di
Indonesia. Objek wisata Air Terjun Sedudo termasuk dalam
wilayah administrasi Kabupaten Nganjuk, terletak di sisi selatan
ibukota Kabupaten Nganjuk dan berjarak sekitar 30 Km, Air
Terjun Sedudo masuk wilayah Desa Ngliman Kecamatan
Sawahan, layaknya objek wisata air terjun lainnya, Air Terjun
Sedudo juga terletak di topografi daerah pegunungan dengan
wilayah yang sebagian besar berupa perbukitan dan daerah
hijau, jalanan berkelok dan menanjak juga akan mewarnai
sebagian besar perjalanan menuju ke objek wisata tersebut, cuaca
di objek wisata Air Terjun Sedudo cenderung dingin dan sejuk
khas kawasan pegunungan, hal ini juga menjadi salah satu yang
menarik wisatawan untuk menuju kesana, perpaduan wisata
alam pegunungan dihiasi dengan air terjun yang tinggi
menjulang menjadi solusi yang tepat untuk mengisi hari libur
atau merefleksikan diri di akhir pekan.
Sesuai dengan letaknya di lereng pegunungan, Desa
Ngliman yang menjadi lokasi Air Terjun Sedudo memiliki
penduduk yang sebagian besar menggantungkan bidang
pertanian untuk menopang hidupnya, alam yang hijau dan tanah
18
19

yang subur mejadi berkah tersendiri bagi masyarakat desa


Ngliman untuk menggantungkan hidupnya pada kekayaan alam,
berbagai macam tanaman pangan serta buah-buahan dan
sayuran dapat tumbuh subur di desa ini, bila kita melakukan
perjalanan dari arah Kota Nganjuk menuju ke Desa Ngliman
sepanjang perjalanan mata akan disuguhi iringan pohon buah-
buahan semacam rambutan, durian dan cengkeh serta hamparan
area persawahan yang luas. Dengan kekayaan alam tersebut tak
ayal sektor ekonomi tumbuh pesat di desa ini, pada hari-hari
biasanya Desa Ngliman menjadi sentra dari buah-buahan dan
sayuran yang akan dibawa ke kota. Tepat pukul 4 pagi para
pedagang sayuran dari berbagai wilayah Kabupaten Nganjuk
dating ke pasar sawahan untuk membeli sayuran untuk
kemudian dijual lagi di daerahnya masing-masing, kegiatan
ekonomi semacam ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun,
akses jalan yang baik menuju ke kota serta tersedianya
transportasi umum untuk menuju ke Desa Ngliman turut
memperlancar majunya kegiatan ekonomi di desa ini.

Hanya ada satu akses jalan yang menghubungkan Desa


Ngliman dengan Kota Nganjuk, dan jalan tersebut sudah dapat
dikatakan baik, karena sudah mampu mengakomodasi
kebutuhan masyarakat akan akses transportasi yang baik, di
Kecamatan Sawahan letak Desa Ngliman berada sudah terdapat
sebuah terminal yang terhubung langsung dengan terminal yang
ada di Kecamatan Brebek dan terminal Nganjuk kota, kendaraan
yang beroperasi semacam minibus kecil yang beroperasi dari
pagi hingga malam, dapat disimpulkan bahwa sarana
transportasi sudah dapat dikatakan layak.

19
20

B. Legenda dan Asal Mula Air Terjun Sedudo

Pada zaman kerajaan Kediri, sang raja memiliki seorang


putri yang mempunyai penyakit aneh seperti cacar namun sangat
menjijikan bagi yang melihatnya, akhirnya oleh sang raja yang
tidak lain ayahnya sendiri putri tersebut disuruh untuk berobat
ke sebuah padepokan yang berada di daerah Pace. Pemilik
padepokan sekaligus teman dari raja ini disuruh menyembuhkan
dan menyembuyikan identitas sang putri dari rakyat sekitar,
akhirnya setiap pagi putri di mandikan di air terjun Roro Kuning
untuk menyembuhkan penyakit sekaligus pada pagi hari air
terjun Roro Kuning belum dipakai oleh rakyat sekitar. 20

Kian hari penyakit putri berangsur-angsur sembuh, paras


cantiknya kian terlihat kembali, anak dari pemilik padepokan
tersebut mulai mengetahui siapa si putri ini bahwa si putri
tersebut adalah anak dari raja Kediri yang sedang berobat di
padepokan milik ayahnya. Akhirnya kedua anak dari pemilik
padepokan tersebut mengejar hati dari putri kerajaan Kediri.

Pada akhirnya ketiga insan tersebut merajut cinta, namun


cerita barulah bermulai ketika si putri tersebut sembuh dari
penyakitnya, akhirnya sang raja dari kerajaan Kediri
menjodohkan putri tersebut dengan calon pilihan sang ayah yang
tidak lain adalah raja dari kerajaan Kediri, lalu kedua anak dari
pemilik padepokan tesebut patah hati berat, akhirnya sampai
berbulan - bulan kedua anak tersebut mengurung diri di sebuah
kamar, hingga suatu ketika mereka keluar dari kamar dengan

20Harimintadji, 1994, Nganjuk dan Sejarahnya, Nganjuk, PN Keluarga.


Hlm 97

20
21

sikap yang berubah total. Dulu yang begitu ramah dengan orang
sekitar kini kedua anak tersebut tidak memiliki sopan santun
sama sekali terhadap orang lain semenjak peristiwa tesebut.

Sikap yang dimiliki oleh kedua anaknya, akhirnya


membuat pemilik padepokan tersebut yang tidak lain adalah
ayahnya sendiri mengutus kedua anak tersebut bersemedi untuk
melupakan jalinan kasih dengan putri kerajaan Kediri, namun
sebelum melakukan semedi kakak beradik ini mengucapkan
sebuah ikrar sang adik tidak akan pernah sopan santun lagi
kepada orang lain sedangkan sang kakak akan selalu hidup
melajang.

Sang kakak bertapa di sebuah air terjun tertinggi maka dari


itu air terjun yang berada paling tinggi di namakan air terjun
Sedudo yang artinya “Sing mendudo” atau dalam bahasa
Indonesian artinya “yang melajang”, sedangkan adiknya bertapa
di air terjun Singo Kromo Letak dari air terjun Singo Kromo
berada di bawah air Sedudo. Nama dari kedua air terjun tersebut
di ambil dari janji mereka sewaktu akan melakukan semedi dulu.

C. Sejarah Ritual Air Terjun Sedudo

Keberadaan air terjun pada mulanya hanya sebagai proses


alam biasa, namun dalam perkembangannya tidak terlepas dari
cerita misteri yang kemudian mentradisi. Seperti halnya cerita

21
22

yang mewarnai air terjun Sedudo yang kemudian


melatarbelakangi lahirnya ritual Tirta Amarta Sedudo.21

Diceritakan bahwa siraman diambil dari kata dasar


“Siram” yang dalam istilah Jawa berarti mandi atau
menyiramkan air ke seluruh tubuh. “Tirta” dalam istilah Jawa
diartikan dengan air. Kata “Amarta” atau orang Jawa
menyebutnya “Ngamarta” diambil dari sebuah nama kerajaan
yang terkenal dalam cerita Jawa. Dan kata “Sedudo” sendiri
merupakan gabungan dari kata “Se” yang berarti satu dan kata
“Dudo” yang berarti seorang lelaki yang sudah tidak mempunyai
istri. Kata “Sedudo” itupun sekarang digunakan sebagai nama air
terjun yang berada di lereng gunung Wilis, tepatnya di Desa
Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk. Menurut
kepercayaan penduduk, sang dudo tersebut ialah orang yang
membuka cikal bakal Desa Ngliman, yang setiap hari mandi di
air terjun. Air terjun tersebut sering digunakan oleh sang duda,
akhirnya dikenal istilah Sedudo. Sebagai penghormatan terhadap
sang dudo yang dianggap sebagai cikal bakal Desa Ngliman itu,
kebiasaan mandi di air terjun tersebut kemudian diikuti oleh
masyarakat Desa Ngliman yang dilaksanakan tiap satu tahun
sekali.

Diceritakan pula bahwa air terjun Sedudo ini dianggap


suci dan mempunyai nilai magis yang tinggi. Oleh karena itu,
airnya digunakan dalam upacara Prana Prahista 22, yaitu upacara

21www.eastjava.com/tourism/nganjuk/ina/ceremonies.html diakses 17

Februari 2016
22 Jawa Pos, 21 Februari 2015, Pesona wisata Kabupaten Nganjuk,

Surabaya, PT Jawa Pos

22
23

memandikan arca yang terdapat di Candi Candrageni dan Candi


Ngetos. Kepercayaan ini diperkuat dengan adanya mitos bahwa
setiap orang yang mandi di air terjun Sedudo pada bulan Syura
akan awet muda.

Pada masa lampau, kawasan Sedudo merupakan tempat


pertapaan Ki Ageng Ngaliman, tokoh pelopor penyebaran agama
Islam di Nganjuk. Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, maka
setiap bulan Syura sebuah upacara ritual selalu digelar acara
pengambilan air dari air terjun Sedudo. Pengambilan air Sedudo
itu diisi dengan acara iring-iringan gadis berambut panjang yang
berbusana adat Jawa, berjalan perlahan menuju kolam yang
berada tepat di bawah air terjun.

Masyarakat percaya bahwa air yang mengalir tak henti-


hentinya mengalir di Sedudo bersumber dari tempat keramat,
yakni tempat di mana para dewa bersemayam. Tak heran, ketika
malam tahun baru Hijriyah 1 Muharram, atau biasa dikenal
malam 1 Syura oleh masyarakat Jawa, ribuan pengunjung selalu
memadati Sedudo. Di tengah dinginnya air terjun Sedudo,
masyarakat mandi beramai-ramai di kolamnya.

Aspek sejarah lain, khususnya tentang pemanfaatan


Sedudo oleh kalangan raja dan ulama di zaman Kerajaan
Majapahit dan kejayaan Islam, sangat mempengaruhi
kepercayaan masyarakat tentang khasiat air terjun tersebut. Di
jaman Majapahit, Sedudo sering digunakan untuk mencuci
senjata pusaka milik raja dan patih dalam Prana Pratista.
Sementara di zaman kerajaan Islam, Sedudo sangat dikenal
sebagai kawasan pertapaan Ki Ageng Ngaliman. Dari itu pula,

23
24

ritual memandikan pusaka juga selalu diadakan di kawasan air


terjun Sedudo ini.

D. Potensi Wisata Alam di Air Terjun Sedudo

Secara kasat mata Air Terjun Sedudo mempunyai banyak


sekali potensi wisata alam maupun kebudayaan yang dapat
dimaksimalkan, bukan hanya menjual panorama indah nan
menyejukkan seperti banyak objek wisata air terjun lainnya di
Indonesia, tetapi Air Terjun Sedudo dapat memberikan cakupan
yang lebih luas di nilai magis dan kebudayaan, dengan hanya
mendengar mitos bahwa Air Terjun Sedudo mempunyai air yang
dapat menjadikan seseorang awet muda saja sudah banyak orang
yang berbondong-bondong mendatanginya apalagi ditambah
dengan suasana sakral di bulan suro tatkala di Air Terjun Sedudo
dilaksanakan Upacara Ritual Siraman Suro. Maka akan sangatlah
disayangkan apabila pihak yang berwenang tidak mampu
memaksimalkan potensi wisata yang ada di Air Terjun Sedudo,
oleh sebab itu pemerintah Kabupaten Nganjuk melalui Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan terus menerus mengembangkan
sarana dan prasana di objek wisata Air Terjun Sedudo agar objek
wisata tersebut tidak kehilangan daya tariknya dan diharapkan
akan memberikan dampak yang positif terhadap pemasukan
daerah di bidang pariwisata
Tampak fisik Air Terjun Sedudo sendiri adalah sebuah air
terjun setinggi 105 meter yang berada di lereng perbukitan
Gunung Wilis, air terjun ini mengeluarkan debit air yang cukup
besar, disekeliling Air Terjun Sedudo nampak bebatuan gunung
dan hamparan pepohonan pegunungan yang bersinggungan
dengan sungai yang mengalir antara air terjun tersebut, hawa
yang ada disini cukup sejuk khas kawasan pegunungan, dan

24
25

bahkan bila kita berada di sekeliling air terjun akan terasa


percikan air yang keluar layaknya huajan yang sedang turun. Di
dalam Air Terjun Sedudo kita bisa melepaskan kepenatan dengan
menikmati dinginnya hawa pegunungan atau kita bisa mandi
dan bermain air dibawah aliran air terjun

25
26

BAB 3
PENGEMBANGAN PARIWISATA AIR TERJUN SEDUDO

A. Kondisi Objek Wisata Air Terjun Sedudo

Objek Wisata Air Terjun Sedudo baru dikelola oleh


Pemerintah Kabupaten Nganjuk pada tahun 1992 dan Dinas
Pariwisata Kabupaten Nganjuk sendiri baru berdiri pada tahun
1997, sehingga sebelum tahun 1992 pengembangan Objek Wisata
Air Terjun Sedudo dilakukan secara swadaya oleh masyarakat
sekitar, baru kemudian setelah tahun 1992 dikelola oleh
pemerintah Kabupaten Nganjuk23, Keberadaan Air Terjun
Sedudo dengan keindahan alam dan cerita mistis yang
menaunginya sudah lama dikenal orang bahkan sebelum tahun
1992. Dibumbui oleh mitos lokal bahwa mandi di bawah Air
Terjun Sedudo dapat memperpanjang usia membuat Air Terjun
Sedudo selalu ramai dikunjungi,orang-orang berbondong-
bondong berjalan kaki menuju kesana dengan pengharapan akan
memperoleh kepanjangan usia

Sebelum tahun 1992 pengelolaan Objek Wisata Air Terjun


Sedudo masih dilakukan secara swadaya oleh masyarakat
sekitar, dengan dipimpin oleh kepala desa dari desa
Ngliman,dengan pengelolaan yang bersifat swadaya dan
menerapkan asas gotong royong maka sarana dan prasarana
penunjang tentu tak selengkap sekarang, belum adanya fasilitas
tersebut membuat Objek wisata Air Terjun Sedudo tampak

23Keterangan dari bapak Drs. Nurhadi Nugroho M.M Kabid Objek dan Daya

Tarik Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Kabupaten Nganjuk


pada tgl 15 Februari 2016

26
27

seperti Air Terjun di atas gunung yang sulit sekali ditempuh.


Mitos yang berkembang dulu adalah bahwa bila ingin
memperoleh keabadian dari Air Terjun sedudo maka seseorang
yang hendak kesana harus jalan kaki untuk mencapainya makin
membuatnya sakral dan diistimewakan

Menurut penulis ada perbedaan sosial antara masyarakat


pengunjung Air Terjun Sedudo sebelum dan sesudah tahun 1992,
bila sebelum tahun 1992 masyarakat pengunjung adalah orang
yang benar-benar ingin memperoleh khasiat dari Air Terjun
Sedudo maka pada tahun-tahun sesudah tahun 1992 masyarakat
pengunjung Objek Wisata Air Terjun Sedudo cenderung datang
hanya untuk berekreasi sambil menikmati keindahannya.
Semakin bertambah tahun mitos yang mengiringi Air Terjun
Sedudo semakin berkurang pengikutnya.

Berikut ini adalah kondisi sarana dan prasarana yang ada di


Objek Wisata Air Terjun Sedudo sebelum tahun 1992

Tabel 3.1
Kondisi Sarana dan Prasarana di Air Terjun Sedudo Sebelum
Tahun 1992

No. Sarana dan Prasarana Ketersediaan

Ada tetapi terbatas dan tak


1. Kendaraan Umum
sampai ke lokasi Air Terjun

2. Akses jalan masuk Ada

27
28

Lahan parkir
3. Tidak ada
kendaraan

Papan peringatan dan


4. Tidak ada
rambu-rambu

5. Toilet Tidak ada

6. Mushola Tidak ada

Kantin dan area


7. Tidak ada
beristirahat

8. Tempat souvenir Tidak ada

9. Kantor pusat informasi Tidak ada

10. Tempat bermain anak Tidak ada

Berdasarkan Wawancara dengan Bapak Nurhadi Nugroho


Kabid Objek dan Daya Tarik Wisata Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan KAbupaten Nganjuk pada tgl 15 Februari 2016

B. Pengembangan Objek Pariwisata

Pengembangan Kepariwisataan dapat didefinisikan secara


khusus sebagai upaya penyediaan atau peningkatan fasilitas dan
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
28
29

Berkembangnya suatu objek wisata tergantung pada produksi


industri pariwisata yang meliputi daya tarik wisata, kemudahan
perjalanan, sarana dan fasilitas serta promosi 24. Negara yang
sadar akan pengembangan pariwisata berdasarkan Direktorat
Jenderal Pariwisata biasa mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :

1. Perencanaan pengembangan pariwisata harus menyeluruh


sehingga seluruh bagi pengembangan pariwisata di
perhitungkan dengan memperhatikan pula perhitungan
untung rugi apabila dibandingkan dengan pembangunan
sektor lain.
2. Pengembangan pariwisata harus diintegrasikan ke dalam pola
dan program pembangunan semasa ekonomi, fisik dan sosial
sesuatu negara.
3. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa
sehingga membawakan kesejahteraan ekonomi yang tersebar
luas dalam masyarakat.
4. Pengembangan pariwisata harus sadar lingkungan sehingga
pengembangannya mencerminkan ciri-ciri khas budaya dan
lingkungan alam sesuatu negara, bukannya justru merusak
lingkungan alam dan budaya yang khas itu.
5. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa
sehingga pertentangan sosial dapat dicegah seminimal
mungkin dan dapat menimbulkan perubahan-perubahan
sosial yang positif.

24Oka A. Yoeti, 2001, Tours And Travel Management, Jakarta: PT. Pradnya

Paramita hal 29

29
30

6. Penentuan tata cara pelaksanaannya harus disusun sejelas-


jelasnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang
masak sesuai kemampuan.
7. Pencatatan (monitoring) secara terus-menrus mengenai
pengaruh pariwisata terhadap suatu masyarakat dan
lingkungan sehingga merupakan bahan yang baik untuk
meluruskan kembali akibat perkembangan pariwisata yang
merugikan sehingga merupakan sarana pengendalian
pengembangan yang terarah.

Pengembangan potensi daya tarik/atraksi wisata meliputi


daya tarik alami yang bersifat melekat dengan keberadaan obyek
wisata alam tersebut. Selain daya tarik alami, suatu obyek wisata
juga memiliki daya tarik buatan manusia. Air Terjun Sedudo
dalam hal ini memiliki daya tarik alami yang berupa keindahan
alam dan keberadaan air terjun, dalam mengembangkan
keindahan alam yang sudah melekat perlu berpegang pada
unsur-unsur dasar pengembangan pariwisata, Unsur-unsur
pengembangan pariwisata tersebut adalah

1. Atraksi

Atraksi atau daya tarik dapat timbul dari keadaan alam


(keindahan panorama, flora dan fauna, sifat khas perairan
laut.danau), obyek buatan manusia (museum, katedral, masjid
kuno, makam kuno dan sebagainya), ataupun unsur-unsur dan
peristiwa budaya (kesenian, adat istiadat, makanan dan
sebagainya). Atraksi yang melekat pada Air Terjun Sedudo
adalah keindahan alam, keberadaan air terjun, dan Ritual
Siraman Suro yang dilakukan tiap tahunya

30
31

2. Transportasi

Perkembangan transportasi berpengaruh atas arus


wisatawan dan juga perkembangan akomodasi. Di samping itu
perkembangan teknologi transportasi juga berpengaruh atas
fleksibilitas arah perjalanan, Jika angkutan dengan kereta api
bersifat linier, tidak banyak cabang atau kelokannya, dengan
kendaraan mobil arah perjalanan dapat menjadi lebih bervariasi.
Demikian pula dengan angkutan pesawat terbang yang dapat
melintasi berbagai rintangan alam dan waktu dengan lebih
singkat

3. Akomodasi

Tempat menginap dapat dibedakan antara yang dibangun


untuk keperluan umum (hotel, motel, tempat pondokan, tempat
berkemah waktu liburan) dan yang diadakan khusus peorangan
untuk menampung menginap keluarga, kenalan atau anggota
perkumpulan tertentu/terbatas.

4. Fasilitas Pelayanan

Penyediaan fasilitas dan pelayanan makin berkembang


dan bervariasi sejalan dengan perkembangan arus wisatawan.
Perkembangan pertokoan dan jasa pelayanan pada tempat wisata
dimulai dengan adanya pelayanan jasa kebutuhan sehari-hari
(penjual makanan, warung minum/jajanan); kemudian jasa-jasa
perdagangan (pramuniaga/pembantu penjualan, tukang-tukang
atau jasa pelayanan lain); selanjutnya jasa untuk kenyamanan
dan kesenangan (toko pakaian, toko perabot rumah tangga; lalu
jasa yang menyangkut keamanan dan keselamatan (dokter,
apotek, polisi, pemadam kebakaran); dan pada akhirnya
31
32

perkembangan lebih lanjut menyangkut juga jasa penjualan


barang mewah.

5. Infrastruktur

Infrastruktur yang memadai diperlukan untuk


mendukung jasa pelayanan dan fasilitas pendukung.
Pembangunan infrastruktur secara tidak langsung juga memberi
manfaat bagi penduduk setempat disamping mendukung
pengembangan pariwisata. Hal ini menyangkut tidak saja
pembangunan infrastruktur transportasi seperti jalan, pelabuhan,
dan jalan kereta api, tetapi juga penyediaan saluran air minum,
penerangan listrik, dan juga saluran pembuangan limbah25

Pengembangan pariwisata bertujuan memberikan


keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Basis
pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya
keragaman budaya, seni, dan alam (pesona alam).
Pengembangan sumber daya tersebut dikelola melalui
pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya secara
terpadu antara pengembangan produk pariwisata dan
pengembangan pemasaran pariwisata melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka pengembangan
pariwisata. Dalam GBHN 1999 disebutkan bahwa
mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang
utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris
dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis, agronomis,

25
Karyono, A. Hari, 1997, Kepariwisataan. Jakarta : Grasindo, hal 30

32
33

sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak


merusak lingkungan.

Industri parwisata harus ditegakkan di atas landasan


prinsip-prinsip dasar yang nyata yang disebut dasar unsur atau
dasasila yang meliputi politik, pemerintahan, perasaan ingin
tahu, sifat ramah tamah, jarak waktu, atraksi, akomodasi,
pengangkutan, harga-harga, publisitas dan promosi serta
kesempatan berbelanja. Bagi suatu daerah yang ingin
mengembangkan atau membangun industri pariwisata maka
harus memperhatikan dasasila pariwisata sebagai landasan
perhitungan bagi perencanaan sehingga industri pariwisata
dapat memberi hasil yang maksimal bagi pembangunan daerah
yang bersangkutan. Pengembangan kepariwisataan tentu tidak
luput dengan pembangunan yang berkelanjutan untuk
mendorong pengembangan objek wisata dalam hal ini menurut
Undang-Undang No.9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, pasal
(5), menyatakan bahwa Pembangunan Obyek dan Daya Tarik
Wisata (ODTW) dilakukan dengan cara mengusahakan,
mengelola, dan membuat obyek-obyek baru sebagai obyek dan
daya tarik wisata, kemudian pasal (6) dinyatakan bahwa,
pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan
memperhatikan :

1. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan


kehidupan ekonomi dan sosial budaya.
2. Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat.
3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup.

33
34

4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri26

C. Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo 1992-1997

Dalam penelitian ini objek wisata yang diteliti dampak


pengembangannya terhadap kondisi sosial masyarakatnya
adalah di Objek Wisata Air Terjun Sedudo yang terletak di Desa
Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk. Seperti yang
telah dipaparkan diawal, bahwa pengembangan Objek Wisata
Air Terjun Sedudo dimulai pada tahun 1992 oleh Pemerintah
Kabupaten Nganjuk, belum ada dinas terkait yang secara khusus
menangani pengembangan tersebut, karena Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Daerah Kabupaten Nganjuk sendiri baru berdiri
pada tahun 1997. Namun hal ini tidak mengurangi jalannya
pengembangan objek wisata tersebut, hal ini dibuktikan dengan
selalu adanya kegiatan pengembangan tiap tahun yang
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Nganjuk dari tahun 1992-
1997 yaitu tahun dimana dapat disebut sebagai tahun awal masa
pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo, berikut adalah
tabel yang memberikan gambaran kegiatan pengembangan
tersebut, dari tahun 1992-1997

26
Undang-Undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan
Pasal 6

34
35

Tabel 3.1
Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo

No. Tahun Kegiatan

Memasukkan acara Tradisi Siraman Suro ke


1. 1992 dalam kalender budaya tahunan Kabupaten
Nganjuk

Membangun sarana dan prasarana awal seperti


2. 1993
toilet dan tangga menuju ke Air Terjun

3. 1994 Membenahi Saluran Air

Membangun kios-kios dan membuka


4. 1995 kesempatan penduduk lokal untuk berjualan di
area wisata

Membangun taman untuk mempercantik


5 1996
tampilan

35
36

6. 1997 Membuat kolam Air dibawah Air Terjun Sedudo

Sumber : Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat suatu gambaran


bahwa pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo pada
tahun 1992-1997 pada dasarnya juga sudah mengikuti dasar-
dasar konsep pengembangan pariwisata seperti yang telah
dijabarkan sebelumnya, bila mengacu pada 5 unsur
pengembangan pariwisata yaitu atraksi, transportasi, akomodasi,
fasilitas pelayanan dan infrastruktur, pengembangan Objek
Wisata Air Terjun Sedudo pada tahun 1992-1997 setidaknya telah
memenuhi 3 dari 5 unsur-unsur pengembangan pariwisata.
Dalam bidang atraksi Air Terjun Sedudo sudah memiliki bekal
yang kuat untuk menarik wisatawan, selain atraksi yang berupa
daya tarik alamnya, Air Terjun Sedudo juga menawarkan daya
tarik lain dalam hal Ritual Siraman Suro yang rutin dilakukan
dan mitos-mito tentang Air Terjun yang melekatinya, tanpa
menambahkan daya tarik lain semisal pertunjukan rutin atau
even rutin yang digelar disana semestinya Air Terjun Sedudo
sudah menjadi magnet yang kuat bagi wisatawan untuk
mengunjunginya, namun untuk lebih menarik wisatawan lagi
memang dirasa perlu untuk selalu melakukan inovasi terhadap
kegiatan kebudayaan disana, dan langkah yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Nganjuk pada tahun 1992 dengan
memasukkan Ritual Siraman Suro sebagai kalender budaya
tahunan Kabupaten Nganjuk sudah tepat, dengan terus
dilakukannya inovasi yang mengikuti perkembangan jaman
niscaya Air Terjun Sedudo tidak akan kehilangan wisatawannya
36
37

dan pada saat ini menurut penulis inovasi yang dilakukan Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Kabupaten Nganjuk sudah
sangat maju, kemudian menyinggung masalah pengembangan
atraksi daya tarik alam pada Air Terjun Sedudo, keputusan
Pemerintah Kabupaten Nganjuk pada tahun 1996 dengan
membangun taman bermain juga tepat, hal ini menambah
kekayaan Objek Wisata Air Terjun Sedudo selain wisata air
terjunnya itu sendiri. Kemudian pengembangan dalam hal unsur
infrastruktur sudah dilakukan Pemerintah Kabupaten Nganjuk
secara bertahap, dimulai dari pembangunan sarana dan
prasarana awal seperti toilet dan tangga menuju ke air terjun
pada tahun 1993, kemudian berlanjut ke tahun berikutnya pada
1994 membangun saluran air yang berfungsi membuang limbah
aliran Air Terjun Sedudo dan terakhir pada tahun 1997
membangun kolam air di bawah Air Terjun Sedudo yang
berfungsi sebagai tempat mandi bagi orang-orang yang ingin
mandi di bawah Air Terjun Sedudo. Sejumlah pengembangan
tersebut dirasa sangat penting bagi masa-masa awal
pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo, yang mana
pembangunan sejumlah infrastruktur diatas merupakan
infrastruktur dasar yang penting untuk menambah kenyamanan
wisatawan yang dating ke Air Terjun Sedudo. Unsur
pengembangan pariwisata berikutnya yang sudah terpenuhi
adalah dalam hal pengembangan fasilitas pelayanan yang mana
hal ini sudah terpenuhi lewat usaha Pemerintah Kabupaten
Nganjuk yang membangun kios-kios tempat berdagang dan
membuka kesempatan penduduk lokal untuk berjualan disana,
sedangkan unsur-unsur yang belum terpenuhi adalah
transportasi dan akomodasi, dimana pada tahun 1992-1997 belum
adanya transportasi dan akomodasi yang memadai bagi
wisatawan yang berniat mengunjungi Objek Wisata Air Terjun
37
38

Sedudo, kondisi jalan masih curam dan bergelombang, dan


angkutan umum hanya sampai ke Terminal Sawahan,
pengunjung yang tidak membawa kendaraan pribadi harus
mencari transportasi lain untuk sampai kesana, sedangkan
kehadiran hotel dan penginapan sebagai tempat bermalam
wisatawan belum ada sama sekali pada tahun 1992-1997

D. Deskripsi Kegiatan Pengembangan Objek Wisata Air Terjun


Sedudo Pertahun

1. 1992

Sejalan dengan adanya program Visit Indonesia Year yang


dicanangkan pemerintah pada tahun 1991 untuk lebih
menggalakkan potensi pariwisata yang ada di Indonesia,
pemerintah Nganjuk juga turut serta mengikuti program tersebut
dengan cara memasukkan Tradisi Ritual Siraman Suro Air Terjun
Sedudo sebagai kalender budaya kegiatan yang dilakukan pada
bulan suro, dengan demikian pada tahun tersebut pemerintah
Nganjuk sudah mulai turut serta dalam pelaksanaan Tradisi
Ritual Siraman Suro di Air Terjun Sedudo. Dalam dasar-dasar
pengembangan objek wisata hal ini sudah termasuk dalam
pengembangan atraksi sebagai daya tarik untuk mendatangkan
wisatawan. Pada tahun ini belum ada catatan resmi tentang
berapa jumlah pengunjung yang datang pada tahun itu, tetapi
bila merujuk pada data di tahun 1993 yang berada di angka
15.445 orang pengunjung, maka pada tahun ini jumlah
pengunjung diperkirakan berada di kisaran 15 ribu pengunjung,
karena pada tahun 1992 tidak ada insiden apapun yang dapat
mempengaruhi jumlah pengunjung keseluruhan secara
signifikan

38
39

2. 1993

Pada tahun ini pengembangan Objek Wisata Air Terjun


Sedudo difokuskan dalam pembangunan sarana-sarana dasar
dalam pengembangan pariwisata. Hal ini sejalan dengan konsep
teori pengembangan pariwisata yang menyebutkan bahwa
infrastruksur merupakan salah satu komponen yang harus
dipenuhi dalam hal pengembangan kepriwisataan. Pada tahun
ini sarana dan prasarana dasar mulai dibangun seperti toilet dan
mushola, serta dibangun tangga ke bawah untuk menuju ke air
terjun, dikarenakan jarak lokasi parkir dan air terjun masih
setinggi 20 meter dan jalan setapak tersebut masih rawan longsor
apabila diguyur hujan, maka kehadiran tangga tersebut
memudahkan pengunjung yang akan menuju ke lokasi air terjun

3. 1994

Saluran air yang bagus juga merupakan salah satu


komponen yang harus dipenuhi dalam dasar-dasar
pengembangan pariwisata, karena limbah yang tidak jelas
pembuangannya akan sangat menggangu kondisi suatu objek
wisata. Hal ini juga menjadi salah satu perhatian oleh
Pemerintah Nganjuk untuk membangun saluran air pada tahun
1994, dimana limbah dan air dapat tersalurkan dengan baik
karena sistem saluran air sudah tertata dengan baik

4. 1995

Pada tahun ini Pemerintah Kabupaten Nganjuk mulai


membangun kios-kios untuk kemudian disewakan kepada
penduduk sekitar untuk menjual berbagai cinderamata dan oleh-
oleh, adapun untuk penduduk yang tidak mendapatkan kios
39
40

dapat menggelar dagangannya di sekitar Objek Wisata Air Terjun


Sedudo dengan ketentuan tidak mengganggu aktifitas pariwisata
di sana

5. 1996

Meskipun sudah nampak cantik dengan pemandangan


alamnya namun penataan pemandangan dengan membangun
taman-taman kecil disekitar area Objek wisata dirasa perlu
dilakukan, sehingga pada tahun 1995 dibangun taman-taman
kecil yang menjadi awal dibangunnya taman bermain anak di Air
Terjun Sedudo

6. 1997

Mitos dan kepercayaan yang hidup di Air Terjun Sedudo


membuat minat masyarakat untuk mandi di bawah Air Terjun
Sedudo sangat besar, sehingga area dibawah Air Terjun Sedudo
selalu penuh dengan pengunjung. Untuk memuaskan
pengunjung maka pada tahun 1997 dibangun kolam tambahan
yang letaknya dibawah kolam asli Air Terjun Sedudo, sehingga
pada hari-hari besar kedua kola mini masih memadai untuk
menampung pengunjung yang ingin mandi dibawah Air Terjun
Sedudo

E. Dampak dan Hasil Pengembangan Obek Wisata Air Terjun


Sedudo Terhadap Jumlah Pengunjung

Pengembangan yang dilakukan oleh Pemerintah


Kabupaten Nganjuk diharapkan mampu menambah jumlah
wisatawan yang datang ke Objek Wisata Air Terjun Sedudo,
namun tentunya hal tersebut tidaklah mudah dilakukan, karena
keterbatasan sumber daya pada masa awal pengembangan Objek
40
41

Wisata Air Terjun Sedudo dan belum adanya suatu badan


kedinasan khusus yang menangani pengembangan Objek Wisata
Air Terjun Sedudo, maka pengembangan tersebut hanya sebatas
pada membangun infrastruktur dasar dari Objek Wisata Air
Terjun Sedudo, belum nampaknya hasil yang signifikan dari
kegiatan pengembangan tersebut dapat dilihat dari jumlah
kunjungan Objek Wisata Air Terjun Sedudo yang fluktuatif dari
tahun 1992-1997, belum nampak adanya lonjakan kunjungan
wisatawan yang datang kesana, bahkan pada tahun 1994 terjadi
penurunan wisatawan yang cukup besar dikarenakan terjadi
bencana tahan longsor. Berikut tabel kunjungan Objek Wisata Air
Terjun Sedudo
Tabel 3.2
Jumlah Kunjungan Objek Wisata Air Terjun Sedudo

Tahun Kunjungan Objek Wisata Air Banyaknya


Terjun Sedudo Pengunjung

1993 15.445

1994 9.322

1995 13.075

1996 12.720

1997 14.080

Sumber : Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk

41
42

Berdasarkan tabel tersebut pada tahun 1993 dengan


jumlah 15.445 orang dan pada tahun 1994 dengan 14.080 orang
merupakan posisi dengan jumlah pengunjung paling tinggi pada
kurun 5 tahun tersebut. Namun pada tahun 1994 jumlah
pengunjung berkurang menjadi 9322 orang, dikarenakan pada
tahun ini terjadi bencana tanah longsor yang cukup mereduksi
jumlah pengunjung pada tahun itu. Tahun 1995 pengunjung
mengalami peningkatan sebesar 47,01 % yaitu sebanyak 13.705
orang dan tahun 1996 pengunjung mengalami penurunan
menjadi 12.720 orang. Pada tahun 1997 pengunjung kembali
mengalami kenaikan sebesar 10,69 % dari tahun sebelumnya
sebanyak 14.080 orang.

Penurunan kunjungan wisatawan ke tempat wisata yang


ada di Kabupaten Nganjuk secara langsung dapat berpengaruh
terhadap pendapatan masyarakat di sekitar obyek wisata.
Masyarakat yang menggantungkan hidup dari keberadaan obyek
wisata seperti pedagang makanan minuman dan souvenir, serta
angkutan umum terancam gulung tikar karena pendapatan
mereka turun dibandingkan tahun sebelumnya. Disamping
adanya faktor alam seperti bencana alam, seharusnya Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk lebih
memaksimalkan perannya di dalam mempromosikan obyek
wisata alam yang ada di Kabupaten Nganjuk. Pengembangan
obyek-obyek wisata juga belum mendapatkan hasil yang optimal
dikarenakan ada beberapa peran Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Nganjuk yang belum berjalan dengan baik
seperti promosi melalui media cetak, media elektronik serta
bimbingan sadar wisata kepada masyarakat. Untuk
meningkatkan pariwisata daerah, salah satu ukurannya adalah
jumlah kunjungan wisatawan. Untuk itu perlu dikembangkan
42
43

Objek Wisata Alam Air Terjun Sedudo sehingga dapat menarik


kunjungan masyarakat. Agar kunjungan dapat meningkat perlu
terjalin koordinasi dan kerjasama dengan pengusaha pariwisata
baik di dalam maupun luar kabupaten nganjuk. Selain itu
mengingat kabupaten nganjuk merupakan daerah agraris perlu
dikembangkan konsep pariwisata yang bernuansa agrowisata.

Potensi yang dimiliki obyek wisata di Kabupaten Nganjuk


belum dikelola secara optimal sehingga keberadaan aset wisata
belum mendapat respon positif wisatawan dalam bentuk
kunjungan wisatanya. Salah satu tolok ukur perkembangan
pariwisata adalah pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan
karena dengan peningkatan jumlah wisatawan yang datang
secara langsung akan diikuti oleh perkembangan sarana dan
prasarana pendukung pariwisata, pembangunan wilayah yang
sesuai dengan kebutuhan pelayanan bagi wisatawan.

F. Dampak Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo


Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nganjuk

Pariwisata adalah salah satu bagian dari instrument


pendapatan asli daerah (PAD), dan salah satu cara megukur
dampak pengembangan suatu objek wisata terhadap PAD adalah
dengan melihat dari signifikansi pendapatan objek pariwisata
tersebut terhadap PAD. Dalam hal ini meskipun jumlahnya
sedikit, namun pendapatan dari sektor pariwisata khusunya
Objek Wisata Air Terjun Sedudo cukup mampu untuk
menambah PAD Kabupaten Nganjuk, mengingat potensi tersebut
tentu pendapatan dari retribusi tiket masuk Objek Wisata Air
Terjun Sedudo tidak dapat diabaikan, berikut adalah tabel
pendapatan retribusi Objek Wisata Air Terjun Sedudo Tahun

43
44

1993-1997 untuk kemudian dianalisa tentang pengaruhnya


terhadap PAD Kabupaten Nganjuk

Tabel 3.3
Pendapatan Retribusi Objek Wisata Air Terjun Sedudo

Pendapatan Retribusi yang


Diperoleh Dari Tiket Masuk Perolehan Pendapatan dari
Objek Wisata Air Terjun Harga Tiket Masuk
Sedudo

1993 Rp 15.445.000,00

1994 Rp 9.322.000,00

1995 Rp 13.705.000,00

1996 Rp 12.720.000,00

1997 Rp 14.080.000,00

Sumber : Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk

Pendapatan Obyek Wisata Air Terjun Sedudo diperoleh


dari hasil penjualan tiket dimana setiap orang yang masuk
diharuskan membeli tiket. Untuk satu tiket dijual dengan harga
Rp 1.000,00 per orang baik anak – anak maupun dewasa. Tiket
tersebut berlaku di tahun 1993 sampai 1997, penetapan harga

44
45

tiket tersebut diatur dalam Peraturan Daerah No. 4 Tahun 1993


Tentang Retribusi Tempat Pariwisata dan Olahraga 27

Berdasarkan tabel tersebut, pendapatan retribusi tiket


masuk dari Objek Wisata Air Terjun Sedudo fluktuatif dari tahun
1993-1997 hal ini menunjukkan bahwa pengembangan Objek
Wisata Air Terjun Sedudo yang belum maksimal karena masih
dalam tahap awal juga berdampak lurus terhdap pendapatan
dari retribusi tiket masuknya, belum maksimalnya jumlah
wisatawan yang datang ke Objek Wisata Air Terjun Sedudo
selain mengakibatkan berkurangnya jumlah retribusi tiket
masuk, juga berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat yang
melakukan kegiatan ekonomi di area tempat wisata, hal ini
seharusnya menjadi sebuah perhatian untuk Pemerintah
Kabupaten Nganjuk untuk mengembangkan potensi
pariwisatanya, karena dampak maksimalnya potensi pariwisata
turut mendongkrak ekonomi masyarakat sekita dan PAD
Kabupataen Nganjuk

Belum maksimalnya peran Pemerintah Kabupaten


Nganjuk dalam mengembangkan potensi pariwisatanya juga
bukan hanya terjadi di Objek Wisata Air Terjun Sedudo, namun
juga di objek wisata lain, hal ini dapat dilihat dari pendapatan
pariwisata Kabupaten Nganjuk yang terangkum secara kolektif
dalam tabel realisasi pendapatan pariwisata Kabupaten Nganjuk
dari tahun 1993-1997

27
http://kabnganjuk.jdih.jatimprov.go.id/?wpfb_dl=44, diakses tanggal 22
juli 2016

45
46

Tabel 3.4
Realisasi Pendapatan Pariwisata Kabupaten Nganjuk

Perkembangan
PAD Seluruh
Pariwisata Target Realisasi
Kabupaten
Nganjuk

1993 Rp 110.155.000,00 Rp 73.391.000,00

1994 Rp 80.813.000,00 Rp 75.618.000,00

1995 Rp 82.108.000,00 Rp 80.618.000,00

1996 Rp 117.500.000,00 Rp 108.003.000,00

1997 Rp 117.500.000,00 Rp 103.673.000,00

Sumber : Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa perkembangan


Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) pariwisata mengalami fluktuasi
dari tahun ke tahun. Dapat dilihat dari tabel pula bahwa apa
yang ditargetkan tidak sejalan dengan realisasinya. Realisasi
tertinggi terdapat pada tahun 1997 yaitu sebesar Rp
108.003.000,00.

46
47

Dari tabel tersebut juga dapat dicermati bahwa antara


target pendapatan pariwisata daerah selalu tidak pernah
menyentuh angka yang sudah direalisasikan, hal ini dapat
diakibatkan karena pengembangan pariwisata di Kabupaten
Nganjuk pada tahun 1993-1997 masih belum maksimal. Kurang
maksimalnya pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten
Nganjuk dapat diakibatkan karena belum adanya badan
kedinasan daerah yang secara khusus menangani pariwisata di
Kabupaten Nganjuk, serta belum adanya Perda yang mengatur
tentang pengembangan pariwisata dan konsepnya, pada tahun
1993 sudah ada Perda, namun hanya sebatas mengatur tentang
retribusi tempat pariwisata dan olahraga

G. Pengaruh Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dalam sistem atau bentuk perekonomian khususnya


perekonomian daerah, peran pemerintah daerah mutlak
diperlukan tidak hanya sebagai penyedia akan jasa dan barang
publik meainkan juga memelihara kestabilan ekonomi,
mempercepat pertumbuhan ekonomi, serta memperbaiki
distribusi pendapatan di wilayah-wilayah daerahnya Pendapatan
Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarakan Peraturan Daerah sesuai
perundang-undangan28. PAD memiliki peran penting dalam
rangka pembiayaan pembangunan di daerah. Berdasarkan pada
potensi yang dimiliki masing-masing daerah, peningkatan dalam
penerimaan PAD ini akan dapat meningkatkan kemampuan

 28
Halim Abdul, 2004, Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat.,
Jakarta, hal 57

47
48

keuangan daerah. Seiring dengan perkembangan perekonomian


daerah yang semakin terintegrasi dengan perekonomian nasional
dan internasional, maka kemampuan daerah dalam
mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber penerimaan PAD
menjadi sangat penting. Sampai saat ini yang termasuk
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang berasal dari
daerah itu sendiri dan di dapat melalui pajak daerah, retribusi
daerah, BUMD, dan hasil kerjasama dengan pihak ketiga.

Dari penggolongan retribusi tersebut obyek wisata Air Terjun


Sedudo termasuk pungutan retribusi jasa yang pengelolaannya
dilakukan oleh pihak ketiga, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Nganjuk, berikut ini adalah tabel PAD
Kabupaten Nganjuk tahun 1993-1997

Tabel 3.5
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nganjuk

Pendapatan Asli Daerah


Jumlah
Kabupaten Nganjuk Tahun

1993 7.896.573.187

1994 8.067.776.609

1995 9.039.684.784

1996 11.252.653.670

48
49

1997 13.447.884.969

Sumber : Arsip Daerah Nganjuk

Dari data PAD Kabupaten Nganjuk tersebut, untuk


menghitung signifikansi pengembangan Objek Wisata Air Terjun
Sedudo terhadap PAD Kabupaten Nganjuk, dilakukan
perbandingan persentase antara PAD Kabupaten Nganjuk dan
pendapatan pariwisata Air Terjun Sedudo dari tiket retribusi,
berikut ini adalah tabel persentase signifikasnsi pendapatan
pariwisata sedudo terhadap PAD Kabupaten Nganjuk

Tabel 3.6
Persentase Signifikansi Pendapatan Pariwisata Air Terjun
Sedudo Terhadap PAD Kabupaten Nganjuk

Tahun Pendapatan PAD Kabupaten Perse


Pariwisata Nganjuk ntase

1993 Rp 15.445.000 Rp. 7.896.573.187 0,23%

1994 Rp 9.322.000 Rp. 8.067.776.609 0,17%

1995 Rp 13.705.000 Rp. 9.039.684.784 0,15%

1996 Rp 12.720.000 Rp. 11.252.653.670 0,18%

1997 Rp 14.080.000 Rp. 13.447.884.969 0,14%

49
50

Dari data diatas dapat dilihat bahwa penerimaan sektor


pariwisata cukup berpengaruh secara signifikan terhadap
penerimaan PAD Kabupaten Nganjuk, angka tersebut dapat
dikatakan cukup besar karena perlu diketahui bahwa data
penerimaan pariwisata diatas hanya bersumber dari Objek wisata
Air Terjun Sedudo saja, sedangkan Kabupaten Nganjuk sendiri
masih memiliki potensi wisata dari objek wisata lainnya, seperti
TRAL (Taman Rekreasi Anjuk Ladang), Air Terjun Roro Kuning
dan Gua Margo Tresno. Angka PAD dan pendapatan pariwisata
tidak selalu berbanding lurus, dimana PAD Kabupaten Nganjuk
selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya dari tahun 1993-
1997, namun pendapatan pariwisata Objek Wisata Air Terjun
Sedudo cenderung fluktuatif tiap tahunnya

Hal ini seharusnya sudah menjadi perhatian utama bagi


pemerintah Kabupaten Nganjuk melalui Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Nganjuk dengan terus memaksimalkan
potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Nganjuk, karena
pendapatan pariwisata dapat membantu bertambahnya PAD.
Atas dasar inilah perlu adanya kajian mengenai strategi yang
tepat untuk mengembangkan pariwisata di Kabupaten Nganjuk,
dan mencari alternatif strategi pengembangan pariwisata di
Kabupaten Nganjuk khususnya Obyek Wisata Air Terjun
Sedudo.

H. Kebijakan Pemerintah Daerah Nganjuk Terhadap


Kepariwisataan Kabupaten Nganjuk

Pemerintah indonesia sebagai pemangku kebijakan


berusaha memajukan potensi pariwisata yang ada di daerah
demi menggalakkan potensi pariwisata dan memperbanyak
wisatawan yang mengunjunginya,baik wisatawan asing maupun

50
51

domestic. Sejalan dengan hal tersebut pemerintah Indonesia


mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun
1990 Tentang Kepariwisataan yang bertujuan untuk memberikan
pedoman dasar tentang penyelenggaraan dan pengembangan
industri pariwisata

Menyadari akan potensi wisata di Air Terjun Sedudo yang


cukup besar, Pemerintah Kabupaten Nganjuk berusaha
mengupayakan agar kegiatan pariwisata di sana dapat berjalan
dengan baik dan sistematis. Penyelenggaraan tersebut juga
berpegang pada UU yang telah diterapkan pemerintah, dalam
hal ini pada tahun-tahun tersebut belum ditemukan adanya
suatu Perda yang secara khusus mengatur kegiatan Pariwisata di
Kabupaten Nganjuk, kecuali Perda No. 4 Tahun 1993 Tentang
Retribusi Tempat Pariwisata dan Olahraga, yang secara khusus
hanya mengatur tentang besaran retribusi daerah terhadap
sejumlah tempat wisata dan olahraga di Kabupaten Nganjuk,
sehingga pada tahun-tahun tersebut dasar dan acuan peraturan
yang digunakan adalah UU Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990
Tentang Kepariwisataan

Dalam hal penyelenggaraan wisata di Air Terjun Sedudo.


Pemerintah Kabupaten Nganjuk berpegang pada pasal 10 yang
menyatakan bahwa kegiatan pariwisata harus dilakukan oleh
badan usaha yang memiliki badan hukum di Indonesia yang
mana badan hukum tersebut juga harus memiliki izin
penyelenggaraan pariwisata. Sejalan dengan aturan tersebut
penyelenggaraan pariwisata di Air Terjun Sedudo dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Nganjuk sejak tahun 1992 dan berpindah
ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Kabupaten
Nganjuk pada tahun 1997

51
52

Pengembangan suatu objek wisata juga tidak dapat


dilepaskan dari peran masyarakat sekitar dari objek wisata
tersebut, seperti tertuang dalam UU Republik Indonesia No. 9
Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan Pasal 30 yang menyatakan
bahwa masyarakat diberikan peranan seluas-luasnya dalam
mengelola pariwisata di daerahnya masing-masing. Pemerintah
Nganjuk dalam mengelola Objek Wisata Air Terjun Sedudo juga
melibatkan masyarakat sekitar dalam pengelolaan pariwisata
tersebut, peranan ini dapat berupa pengawasan dan
pemeliharaan Objek Wisata itu sendiri, hal ini terbukti dengan
banyaknya masyarakat sekitar Objek Wisata Air Terjun Sedudo
yang bekerja sebagai penjaga loket, tempat parkir, maupun
petugas kebersihan29

29UU Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan

52
53

BAB 4
DAMPAK SOSIAL EKONOMI

A. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Objek


Wisata Air Terjun Sedudo

Keadaan sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan


bertingkat, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang,
dan rendah. Sosial ekonomi30adalah kedudukan atau posisi
seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis
aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah
tinggal, dan jabatan dalam organisasi, sedangkan sosial ekonomi
adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan
orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan
hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber
daya. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan
pengertian keadaan sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah
kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan
dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan pemilikan
kekayaan atau fasilitas serta jenis tempat tinggal.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat menjadi sebuah


acuan untuk menentukan kondisi sosial ekonomi masyarakat di
sekitar Objek Wisata Air Terjun Sedudo, secara gambaran besar
kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar Objek Wisata Air
Terjun Sedudo adalah bersifat agraris, dengan mata pencaharian
yang sebagian besar masih bertumpu pada sektor pertanian dan

30Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta 1994

53
54

perkebunan, kondisi sosial ekonomi ini memungkinkan


terbentuknya interaksi sosial berjenis kekerabatan atau gotong
royong, dengan semangat pedesaan yang tinggi dan senantiasa
mengedepankan sifat guyub rukun.

Terdapat berbagai macam unsure dan elemen masyarakat


yang ada di desa Ngliman, tempat lokasi objek wisata Air Terjun
Sedudo antara lain :

1. Para Tetua Desa (bopo)


Dalam hal ini keberadaan mereka erat kaitannya dengan
kentalnya unsure kebudayaan yang masih melekat erat
pada desa Ngliman, para tetua desa ini dianggap orang
yang paling mengerti akan kesakrakalan Air Terjun
Sedudo, pada acara tradisi siraman sedudo dapat terlihat
peran yang sangat dominan dari para tetua desa ini

2. Pemangku Jabatan (Pamong Deso)


Pamong deso tak ubahnya seperti pemerintah dalam
sebuah tatanan hierarki kehidupan bermasyarakat, mereka
terdisi atas Lurah (Kepala Desa), Carik (Sekretaris Desa),
Bayan atau Kamituwo (Bendahara Desa), Modin (Pengurus
Kematian Warga), Jogoboyo (Pengatur Jalan), Jogotirto
(Pembagi Air dan Saluran Irigasi), mereka inilah yang
bertugas mengatur roda pemerintahan di desa, untuk
memilih siapa yang menjabat biasanya diadakan pemilihan
secara demokratis

54
55

3. Saudagar Pemilik Lahan


Para pemilik sebagian besar area persawahan dan
perkebunan, yang biasanya mempekerjakan orang lain
untuk menggarap sawahnya

4. Buruh Tani

Buruh tani adalah mereka yang tidak memili lahan sendiri


untuk bercocok tanam tetapi memiliki skill dan keahlian
dalam bercocok tanam, sehingga mereka bekerja kepada
pada pemilik lahan

B. Dampak Sosial Ekonomi Setelah Pembangunan Objek


Wisata Air Terjun Sedudo 1992-1997

Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh


atau akibat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dampak
diartikan sebagai pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik
negatif maupun positif.

Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata


dapat memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan
permasalahan. Penduduk setempat mempunyai peran yang
sangat penting dalam upaya pengembangan obyek wisata,
karena penduduk setempat mau tidak mau terlibat langsung
dalam aktifitas-aktifitas yang

Berkaitan dengan kepariwisataan di daerah tersebut,


misalnya bertindak sebagai tuan rumah yang ramah,
penyelanggara atraksi wisata dan budaya khusus (tarian adat,
upacara-upacara agama, ritual, dan lain-lain), produsen cindera
mata yang memiliki ke khasan dari obyek tersebut dan turut
menjaga keamanan lingkungan sekitar sehingga membuat
55
56

wisatawan yakin, tenang, aman selama mereka berada di obyek


wisata tersebut. Akan tetapi apabila suatu obyek wisata tidak
dikembangkan atau ditangani dengan baik atau tidak
direncanakan dengan matang, dapat menyebabkan kerusakan
baik secara lingkungan maupun dampak-dampak negatif
terhadap ekonomi maupun sosial.

Perlu dikemukakan juga bahwa dalam melihat dampak


social ekonomi pariwisata terhadap masyarakat setempat,
masyarakat tidak dapat dipandang sebagai suatu yang menyatu
dan tunggal, melainkan harus juga dilihat segmen-segmen yang
ada, karena dampak terhadap kelompok sosial yang satu belum
tentu sama bahkan bisa bertolak belakang dengan dampak
terhadap kelompok sosial yang lain. Demikian juga mengenai
penilaian tentang positif dan negatif, sangat sulit digeneralisasi
untuk suatu masyarakat, karena penilaian positif atau negatif
tersebut sudah merupakan penilaian yang mengandung nilai,
sedangkan nilai tersebut tidak selalu sama bagi segenap
kelompok masyarakat. Artinya, dampak positif ataupun negatif
masih perlu dipertanyakan,

Berdasarkan teori diatas maka peneliti menyimpulkan


bahwa dampak perkembangan pariwisata itu tergantung pada
bagaimana pemerintah dan pembuat kebijakanyang terkait
mengelola objek wisata tersebut. Apabila pengembangannya
dilakukan dengan benar maka dampak yang akan ditimbulkan
adalah dampak positif, tapi apabila pengembangannya tidak
dilakukan dengan perencanaan yang matang, maka dampak
yang akan ditimbulkan adalah dampak negatif.

56
57

Secara teoritis dampak pariwisata terhadap kondisi sosial


ekonomi masyarakat lokal dapat di kategorikan menjadi delapan
kelompok besar 31, yaitu:

1. Dampak terhadap penerimaan devisa


2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat
3. Dampak terhadap kesempatan kerja
4. Dampak terhadap harga-harga
5. Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan
6. Dampak terhadap kepemilikan dan control
7. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya
8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah.

Melalui landasan teoritis tersebut dapat ditelusuri bahwa


dampak Ekonomi dan sosial dalam pengembangan Objek Wisata
Air Terjun Sedudo disini dapat dilihat dari meningkatnya
perekonomian warga sekitar dan terserapnya tenaga kerja baru di
sekitar kawasan Objek Wisata Air Terjun Sedudo, meningkatnya
pembangunan jalan dan infrastruktur dan meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata Kabupaten
Nganjuk yang dapat dicermati dalam tabel yang pendapatan
retribusi tiket dan tabel peningkatan PAD Kabupaten Nganjuk

C. Dampak Sosial Ekonomi

Terdapat berbagai macam aktifitas ekonomi baru yang


timbul akibat pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo

31Gde Pitana dan Putu G. Gayatri,Sosiologi Pariwisata (Yogyakarta: ANDI), 2005

57
58

pada tahun 1992-1997, aktifitas ekonomi baru antara lain juga


menciptakan sejumlah profesi baru.

Tabel 4.1Jenis Profesi Baru yang Timbul dari Pengembangan


Objek Wisata Air Terjun Sedudo Tahun 1992-1997

No. Jenis Profesi

Jasa Ojek dari Terminal Sawahan menuju ke Air Terjun


1.
Sedudo

2. Pemandu Wisata

3. Penjaga loket retribusi

4. Petugas Parkir

5. Petugas kebersihan

6. Jasa Foto langsung cetak

7. Penjual makanan dan minuman

8. Penjual Souvenir

9. Jasa travel pariwista

10. Jasa penginapan

58
59

Dapat dilihat dalam tabel bahwa dengan mengembangkan


potensi pariwisata daerah minimal akan menciptakan 10
lapangan pekerjaan baru, yang masih bisa bertambah sesuai
kondisi.

Dalam mendapatkan sumber sejarah tentang bagaimana


kegiatan ekonomi di sekitar Objek Wisata Air Terjun Sedudo
pada tahun 1992-1997 penulis melakukan wawancara dengan
Bapak Malik Djuanedi seorang pedagang makanan berusia 62
tahun yang telah berjualan sejak tahun 1991, wawancara
dilakukan pada tanggal 10 Juli 2016, berdasarkan pernyataan
Bapak Malik disusun narasi deskriptif sebagai berikut, yaitu pada
tahun 1992 penjual makanan dan minuman baru berjumlah 4
kios, kemudian baru pada tahun 1995 ada pembangunan 10 kios
yang berupa 3 kios besar dan 7 kios kecil, sedangkan untuk
penjual cindera mata belum ada, dan baru ada pada tahun 1995
memanfaatkan 3 kios besar yang dibangun Pemerintah Nganjuk.
Pada tahun 1992-1997 pendapatan penjual makanan dan
minuman seperti Bapak Malik berkisar antara 50.000 sampai
150.000 perbulan, pendapatan ini semakin meningkat pertahun
seiring dengan nilai tukar rupiah, pada hari-hari libur
pendapatan ini meningkat dari hari biasa dan pada bulan suro
dimana terdapat Ritual Siraman Suro di Air Terjun Sedudo,
pendapatan dari hasil makanan dan minuman pada bulan itu
bisa mencapai 150.000 lebih. Untuk jasa penjualan cindera mata
yang baru hadir pada tahun 1995 pendapatan dalam jasa ini lebih
besar dari penjual makanan dan minuman yaitu berkisar antara
150.000 sampai 200.000 perbulan

59
60

Sedangkan untuk jasa penginapan tour travel dan foto


langsung jadi pada tahun 1992-1997 belum ada, penginapan
untuk wisatawan biasanya disediakan oleh penduduk sekitar
Objek Wisata Air Terjun Sedudo dengan harga 5000 hingga
10.000 rupiah permalamnya, sebagai catatan penginapan baru
akan ramai menjelang bulan suro, sedangkan untuk bulan-bulan
diluar suro penginapan cenderung sepi bahkan tidak ada

Setelah adanya pengembangan yang dilakukan pada tahun


1992-1997, pendapatan para pedagang dan mereka yang
menggantungkan hidupnya disini semakin meningkat, hal ini
dapat dimengerti karena pengembangan yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Nganjuk seperti pembangunan
infrastruktur dan fasilitas mampu menambah jumlah wisatawan
yang datang, sedangkan pembengunan kios-kios mampu
menambah kuantitas pedagang yang dating ke Objek Wisata Air
Terjun Sedudo

D. Dampak Sosial Budaya

Analisis dampak sosial budaya pada dasarnya merupakan


upaya untuk menentukan apa kira-kira akibat yang akan muncul
dalam masyarakat seandainya dalam masyarakat tersebut atau di
lokasi tempat mereka tinggal muncul kegiatan baru atau terjadi
perubahan fisik tertentu. Prakiraan ini dipandang penting karena
ini terkait erat dengan keuntungan dan kerugian yang akan
dipetik jika kegiatan baru tersebut dibiarkan, atau lingkungan
yang ada di situ diubah. Dengan melakukan analisis ini dampak
ini akan dapat diketahui lebih dulu, apakah kegiatan yang tela
direncanakan akan diteruskan atau tidak, dan pengelolaan dan
pengembangan pariwisata dapat dikategorikan sebagai sebuah

60
61

gerakan budaya yang baru yang hadir pada masyarakat sekitar


Objek Wisata Air Terjun Sedudo

Dampak pariwisata sebagai suatu aktivitas tidak hanya


dapat dilihat pada aspek pembangunan fisiknya saja. Pariwisata,
yang komponen wisatawannya merupakan komponen pokok,
juga mempunyai pengaruh terhadap aspek sosial budaya dari
objek wisata yang dikunjungi, yaitu terhadap kehidupan
penduduk sekitarnya.

Berdasarkan teori diatas maka penulis merumuskan bahwa


dampak perkembangan pariwisata tidak hanya dapat dilihat dari
aspek pembangunan fisiknya saja, akan tetapi juga dapat dilihat
dari perubahan sikap dan moral masyarakat setempat.
Wisatawan baik lokal maupun mancanegara pasti memiliki
kebiasaan yang berbeda-beda, oleh sebab itu apabila wisatawan
itu datang ke suatu daerah tujuan wisata tidak menutup
kemungkinan masyarakat setempat akan mengadopsi kebiasaan
wisatawan tersebut.

Hal Itu pula yang kemudian terjadi di dalam lingkungan


Objek Wisata Air Terjun Sedudo, dimana pertemuan kedua
kebudayaan akhirnya sedikit banyak telah merubah kebudayaan
masyarakatnya, kehadiran dan penetrasi kebudayaan semakin
dirasakan setelah pengembangan Objek Wisata Air Terjun
Sedudo lewat pengunjung yang datang dan campur tangan
pemerintah lewat beragam kebijakannya untuk memajukan
kawasan Objek Wisata Air Terjun Sedudo

Berikut ini adalah tabel dampak pengembangan Objek Wisata


Air Terjun Sedudo di ranah sosial dan budaya

61
62

Tabel 4.2 Dampak Sosial Budaya Pengembangan Objek


Wisata Air Terjun Sedudo

1. Meningkatnya sektor pendidikan dan bertambahnya


golongan kaum terpelajar

2. Pelestarian tradisi ritual siraman suro dan peninggalan


sejarah berkaitan dengan Air Terjun Sedudo

3. Adanya perubahan mata pencaharian penduduk dari


pertanian ke non pertanian

5. Bergesernya ketaatan terhadap mitos Air Terjun Sedudo


seiring masuknya teknologi informasi dan komunikasi

6. Munculnya semangat gotong royong untuk menjaga dan


melestarikan fasilitas dari Objek Wisata Air Terjun Sedudo

7. Adanya sikap meniru kebudayaan lewat kebudayaan


baru yang masuk

62
63

E. Perubahan Sosial Ekonomi yang Terjadi di Sekitar Objek


Wisata Air Terjun Sedudo

Perubahan Sosial Ekonomi menurut pendapat Selo


Soemardjan32, Perubahan Sosial ekonomi adalah segala
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Menurut John
Lewis Gillin dan John Philip Gillin, Perubahan sosial sebagai
suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik
karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi
ataupun penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat.Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam
struktur sosial atau organisasi sosial masyarakat. Perubahan
sosial meliputi perubahan dalam berbagai hal, seperti perubahan
teknologi, perilaku, norma, sistem nilai, pola dan keyakinan.
Perubahan tersebut dikaitkan dengan perubahan yang
mempengaruhi sebagian besar individu dalam masyarakat
tertentu.

1. Ciri-Ciri Perubahan Sosial Ekonomi

a. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang (dinamis),

b. Perubahan pada satu lembaga akan menyebabkan perubahan


pada lembaga lainnya,

32Selo
Soemardjan, 1974. Pariwisata dan Kebudayaan dalam Prisma No.1 Tahun III
Februari hal 56

63
64

c. Perubahan yang cepat (revolusi) dapat menyebabkan


disorganisasi

b. dalam kelompok dan bersifat sementara,

a. Perubahan sosial tidak hanya mencakup material /


spiritualnya saja

Berdasarkan Teori diatas yang menjadi pijakan penulis dalam


melihat fenomena perubahan sosial ekonomi yang ada di sekitar
Objek Wisata Air Terjun Sedudo, sejatinya dampak sosial
ekonomi dan perubahan sosial ekonomi berada di ranah
pembahasan yang sama, maka ada beberapa dari perubahan
sosial ekonomi tersebut yang merupakan sebuah dampak dari
pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo, maka penulis
menuliskan penjelasan di mana letak perubahan sosial ekonomi
yang terjadi dari dampak pengembangan Objek Wisata Air
Terjun Sedudo, beberapa fenomena perubahan sosial ekonomi itu
antara lain

Adanya beberapa pergerakan peralihan profesi dari


masyarakat di sekitar Objek Wisata Air Terjun Sedudo dari
pertanian ke non pertanian, kawasan wisata Air Terjun Sedudo
sejatinya merupakan daerah agraris, dengan adanya
pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo maka
dimungkinkan adanya beberapa pergerakan profesi kearah
sektor pariwisata karena dirasa lebih menjanjikan

Perubahan kepercayaan masyarakat terhadap mitos Air


Sedudo yang semakin memudar, dewasa ini kadar kepercayaan
masyarakat semakin memudar lantaran mereka berfokus
subjektif bahwa Air Terjun Sedudo adalah suatu Objek Wisata

64
65

Perubahan interaksi sosial masyarakat sekitar yang lebih


terbuka terhadap kehadiran orang asing, selayaknya orang di
kawasan pedesaan, mereka terkadang masih tertutup terhadap
interaksi dengan individu dari luar desa, dengan semakin
meningkatnya arus wisatawan di Objek Wisata Air Terjun
Sedudo maka pola interaksi sosial masyrakatnya menjadi lebih
terbuka

Munculnya struktur sosial baru di kawasan Objek Wisata Air


Terjun Sedudo yaitu mereka yang menggantungkan hidupnya
tetap pada sektor pertanian, dan mereka yang menggantungkan
hidupnya pada Objek Wisata Air Terjun Sedudo, misalkan
pengelola objek wisata, pemilik homestay atau penginapan dan
pedagang di sekitar Objek Wisata Air Terjun Sedudo

Munculnya berbagai macam komunitas baru seiring


berkembangnya Objek Wisata Air Terjun Sedudo, yaitu Karang
Taruna desa yang biasa bertugas menjaga tempat parkir,
Komunitas seniman penyelenggara Ritual Siraman Suro, mereka
biasanya bertugas menyelenggarakan prosesi ritual termasuk
menghadirkan Tari Bedhayek saat prosesi dan Komunitas sinden
dari Desa Ngrajek yang mengadakan wisuda sinden di Air
Terjun Sedudo

65
66

BAB 5
PENUTUP

A. Kesimpulan

Nusantara ini memiliki potensi yang sangat besar di


bidang pariwisata. Ini dapat dilihat dari indahnya berbagai
macam pemandangan alam, kebudayaan dan sejarah bangsa,
festival dan upacara-upacara yang unik, berbagai macam seni
lukis dan kerajinan tangan, dan banyaknya tempat yang sangat
menarik para wisatawan sepanjang tahun.

Perkembangan kepariwisataan di Indonesia pun


mengalami kemajuan yang cukup pesat seperti negara-negara
berkembang lainnya didunia. Pemerintah sekarang sedang
menggalakan pariwisata menjadi komoditi yang ditawarkan
pada wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara.
Penggalakan pariwisata Indonesia sebenarnya telah ditetapkan
oleh Presiden Republik Indonesia sejak tahun 1989 yaitu dengan
menetapkannya tahun 1991 sebagai Tahun Kunjungan Indonesia
atau Visit Indonesia Year 1991 (VIY)

Kabupaten Nganjuk memiliki Air Terjun Sedudo sebagai


andalan pariwisatanya, dan pengembangan objek wisata ini
dimulai pada tahun 1992. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pengembangan pariwisata Air Terjun Sedudo berbanding
lurus dengan jumlah kunjungan pengunjung pertahun yang
semakin meningkat, kecuali pada tahun 1994 yang mengalami
penurunan jumlah pengunjung dikarenakan bencana tanah
longsor.

66
67

Selain itu jumlah pendapatan yang masuk dari retribusi tiket


masuk juga berdampak pada Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Nganjuk, hal ini dapat dilihat dari angka persentase penerimaan
pariwisata dan PAD Kabupaten Nganjuk, sebagai catatan
persentase tersebut hanya untuk Objek Wisata Air Terjun
Sedudo, sedangkan seperti yang diketahui Kabupaten Nganjuk
juga masih memiliki banyak potensi wisata lainnya

Untuk kebijakan yang dijadikan pemerintah Kabupaten


Nganjuk dalam mengelola penyelenggaraan pariwisata di Air
Terjun Sedudo adalah Undang-Undang Republik Indonesia No. 9
Tahun 1990 tentang kepariwisataan, belum ada Perda khusus
untuk mengelola Objek Wisata Air Terjun Sedudo pada tahun
1992-1997. Peraturan dasar pemerintah ini dijadikan dasar
Pemerintah Kabupaten Nganjuk dalam mengelola Objek Wisata
Air Terjun Sedudo, termasuk dalam hal pembinaan dan
memasukkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan objek
wisata

Sedangkan untuk dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan


dari pengembangan Objek Wisata Air Terjun Sedudo adalah
munculnya profesi baru di sekitar objek wisata yang bersifat non
agraris seperti penjual makanan dan minuman, penjual
cinderamata dan penyelenggara jasa tour travel serta adanya
beberapa pergerakan peralihan profesi dari masyarakat di sekitar
Objek Wisata Air Terjun Sedudo dari pertanian ke non pertanian,
kawasan wisata Air Terjun Sedudo sejatinya merupakan daerah
agraris, dengan adanya pengembangan Objek Wisata Air Terjun
Sedudo maka dimungkinkan adanya beberapa pergerakan
profesi kearah sektor pariwisata karena dirasa lebih menjanjikan

67
68

Perubahan kepercayaan masyarakat terhadap mitos Air


Sedudo yang semakin memudar, dewasa ini kadar kepercayaan
masyarakat semakin memudar lantaran mereka berfokus
subjektif bahwa Air Terjun Sedudo adalah suatu Objek Wisata

Perubahan interaksi sosial masyarakat sekitar yang lebih


terbuka terhadap kehadiran orang asing, selayaknya orang di
kawasan pedesaan, mereka terkadang masih tertutup terhadap
interaksi dengan individu dari luar desa, dengan semakin
meningkatnya arus wisatawan di Objek Wisata Air Terjun
Sedudo maka pola interaksi sosial masyrakatnya menjadi lebih
terbuka

Munculnya struktur sosial baru di kawasan Objek Wisata Air


Terjun Sedudo yaitu mereka yang menggantungkan hidupnya
tetap pada sektor pertanian, dan mereka yang menggantungkan
hidupnya pada Objek Wisata Air Terjun Sedudo, misalkan
pengelola objek wisata, pemilik homestay atau penginapan dan
pedagang di sekitar Objek Wisata Air Terjun Sedudo.

B. Saran

Saran dari penelitian ini adalah diharapkan pemerintah


Kabupaten Nganjuk dapat terus senantiasa mengembangkan
potensi pariwisata yang ada di wilayahnya secara maksimal,
khusunya terhadap objek wisata Air Terjun Sedudo, yang sudah
menjadi ikon pariwisata dari Kabupaten Nganjuk itu sendiri,
perlu diperhatikan pula bahwa pembangunan dan
pengembangan objek pariwisata juga harus memanfaatkan
kaidah-kaidah aturan dasar pengembangan objek pariwata, agar
kelak nantinya pengembangan yang di lakukan senantiasa
memberikan dampak positif, baik bagi pengunjung dan
wisatawan maupun kepada warga di sekitar objek wisata
68
69

69
70

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Abdulsyani. (1994). Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan.


Jakarta

Aminuddin Kasdi. 2005. Memahami sejarah. Surabaya : Unesa


Univerity Press

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek


Inventarisasi dan Pembinaan Nilai Nilai Budaya Sumatra Barat.
1991. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Budaya
Daerah Sumatra Barat,

Dokumen Dinas Pariwisata Pemkab Nganjuk, Rencana


Strategis Dinas Pariwisata Kabupaten Nganjuk, 1997-2002.

Fadjria Novari Manan dkk. 1993. Pariwisata dan Pengaruhnya


terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Lombok Barat
(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan)
Gde Pitana dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata
(Yogyakarta: ANDI)
Gusti Ngurah Bagus. 1998. Hubungan Pariwisata dengan Budaya
di Indonesia, Prospek dan Masalahnya.
Hari Hartono. 1974. Perkembangan Pariwisata, Kesempatan
Kerja dan Permasalahannya. PRISMA Th. III No. 2
Harimintadji, 1995, Nganjuk dan Sejarahnya. Nganjuk : P.N
Keluarga

70
71

Hastuti Purwani, et.al. 1991 Laporan Hasil Penelitian Tentang


Dampak Ekonomi, Sosial dan Budaya Objek Wisata Candi Prambanan
(Semarang: FISIP UNDIP).
James J. Spillane. 1993.Ekonomi Pariwisata Sejarah dan
Prospeknya (Yogyakarta: Kanisius)
Karyono, A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : Grasindo.
Suwantoro, Gamal. SH. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta :
Penerbit Andi Yogyakarta.

Kodiran, 1998, Akulturasi Sebagai Mekanisme Perubahan


Kebudayaan, Yogyakarta, Junal Humaniora FIB Universitas Gajah
Mada

Koentjaranigrat. 1994, Masyarakat dan Kebudayaan di Indonsia.


Jakarta : Djambatan

Noor Ifansyah Wijayanto. 2004. Ritual Siraman Sedudo,


Konstruksi Masyarakat Tentang Ritual Siraman Sedudo, Desa
Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk : Jurnal Jurusan
Sosiologi FISIP Universitas Airlangga

Oka A. Yoeti. 2001. Tours And Travel Management (Jakarta: PT.


Pradnya Paramita
Rogers, Everett M. 1994. A History of Communication Study: A
Biographical Approach. New York: Free

Selo Soemardjan, 1974.Pariwisata dan Kebudayaan dalam Prisma


No.1 Tahun III Februari
Skripsi, Sejarah dan Ritual Siraman Suro di Air Terjun Sedudo,
Surabaya, Jurnal IAIN Sunan Ampel Surabaya

Suzanna Ratih Sari. 2003. Peran Pariwisata Dalam Pembangunan


(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro)

71
72

Tap MPR No IV/MPR/1978 Garis-garis Besar Haluan Negara


dalam Nyoman S. Pendit. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar
Perdana. (Jakarta: PT Pradnya Paramita)
Tim Jurusan Sejarah. 1995. Pedoman Penulisan Skripsi
Mahasiswa Program Strata – 1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra
Universitas Diponegoro, (Semarang: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Universitas Diponegoro Fakultas Sastra)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 1990
dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010 tentang
Kepariwisataan.

72
73

LAMPIRAN

73

Anda mungkin juga menyukai