Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

A. Pengertian
Bronchopneumonia adalah penyakit virus pada saluran pernafasan bawah yang
ditandai peradangan bronkoli yang lebih kecil.(Kamus Lengkap Kedokteran 2005 D.
Jombatan).
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru
yang terjadi pada anak. (Wong. Donnal, 2004.)
Bronchopneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya behubungan dengan
pengisian alveoli dengan cairan. (Doengus E. Marilynn 1999:hal 164.)
B. Etiologi
Bakteri diplococuspneumonia, pneumococus hemolidcas aureus, haemoptilus
influenza, basilus friendlander (klebisia pneumonia) mycobacterium tuberculosis. Virus
respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik. Jamur citoplasma capsultatum,
criptococcus nepiomas, blastomicess dermatides, coeedirides iritis, aspergillus sp, candida
albicans, mycoplasma pneumonia, aspirasi benda asing. Faktor lain yang mempengaruhi
timbulnya Bronchopneumonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat
malnutrisi energy protein (MEP): penyakit menahun, pengobatan antibiotic yang tidak
sempurna.

C. Patofisiologi
1. Proses Penyakit

Sebagai akibat masuknya zat kimia debu, asap rokok, kuman dll. Melalui jalan
pernafasan atas maka jaringan paru-paru itu akan rusak dan mengakibatkan pau-paru tidak
dapat memenuhi oksigen yang cukup pada tubuh. Dengan adanya produk yang dihasilkan
oleh mikroorganisme tadi berupa seputum yang menambah atau memperbesar sumbatan pada
jalan nafas sehingga memperkecil jumlah oksigen yang dihirup. Sumbatan ini sebagai hasil
dari proses infeksi yang terdapat dalam paru-paru, keadaan ini akan memburuk jika sputum
tidak dikeluarkan sedangkan produk terus betambah. Oksigen yang berlawanan selanjutnya
akan berdiskusi masuk kepembuluh darah kemudian oksigen dan darah tadi akan kembali
kejantung untuk dipompakan keseluruh tubuh, sehingga kurang terpenuhinya kebutuhan
oksigen bagian paru-paru akan mengakibatkan suplai ini kedalam jaringan menjadi
berkuranga. Serta ada gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme
pathogen yaitu virus streptococcus aurent H. Influenza streptococcus pneumonimia bakteri.
Terdapat infiltran yang biasanya mengenai pada multiple lobus terjadinya destruksi sel
dengan menggagalkan debriseluler kedalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi
alveolar dan jalan nafas. Pada anak kondisi ini dapat akut dan kronik misalnya, aspirasi benda
asing dan congenital yang dapat mengakibatkan resiko pneumonia.

Kuman masuk paru – paru

Bersihan jalan nafas Peradangan pada bronchus Pola nafas tidak


tidak efektif efektif

Batuk, panas, CO2 Peradangan paru Gangguan gas

Sesak, nyeri, lelah, retensi Peradangan alveoli

Gangguan kebutuhan nutrisi Sel rongga nutrisi eksudat


Pertukaran dengan aktivitas

Gangguan cairan Peradangan sel epitel paru rusak


( Wheezing, Rhonki )

2. Manisfestasi Klinis

Penyakit ini umumnya timbul mendadak suhu meningkat 39-40 disertai menggigil,
nafas sesak dan cepat, batuk-batuk yang non produktif, nafas bunyi pemeriksaan paru saat
perkusi redup, saat auskultasi suara nafas ronchi basah yang halus dan nyaring.

Batuk filek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi (keadaan tak dapat
melakukan fungsi yang normal). Pernafasan dimulai dengan infeksi saluran bagian atas,
penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan kesulitan menelan.

3. Komplikasi
Komplikasi dari Bronchopneumonia adalah :
a. Atletasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflex batuk hilang.
b. Empisema adalah keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat
disuatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katub endokardial
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak

D. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi
1. Pemberian cairan intravena dan oksigen biasanya dicampurkan glukosa 5% dan
NACL 9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq, 500 ml/botol
infuse.
2. Pasien yang asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia maka dapat
diberika koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah dan diberikan inhalasi
sesuai indikasi.
b. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan. Kemotherapi untuk mycoplasma
pneumonia, dapat diberika eritromicin 4 x 500 mg sehari atau tetrakilin 3-4 mg sehari.
Obat-obat ini meringankan dan memperceoat penyembuhan terutama pada kasus yang
berat.
Pengobatannya seperti :
1. Istirahat umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
2. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan andtusif.
3. Bila terdapat obstruksi jalan nafas, dan lender serta ada febris, diberikan
bronchodilator.
4. Pemberian oksigen umunya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat , antibiotic
yang paling baik.
E. Pengkajian

Pengkajian keperawatan suatu proses sistematis dari pengumpulan data, ferifikasi dan
komunikasi data tentang klien, fase pengkajian meliputi pengumpulan data dari sumber
primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan) dan analisis data sebagai
dasar untuk merumuskan diagnose keperawatan.

Pengkajian merupakan data dasar pasien yang terdiri dari data subyektif dan data
obyektif. Data dasar klien adalah komplikasi data yang dikumpulkan tentang pasien. Data
dasar pasien terdiri dari riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan
diagnostic, data subyektif terdiri dari apa yang dilaporkan, diyakini dan dirasakan klien,
sedangkan data obyektif adalah yang dihasilkan dari observasi.

a. Riwayat pengkajian

1. Adanya riwyat infeksi saluran pernafasan sebelumnya batuk, filek, demam.

2. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah.

3.Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.

4. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernafasan

5. Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernafasan cepat dan dangkal, gelisah
dan sianosis.

b. Pemeriksaan fisik

1. Demam, pakipnea, sianosis, pernafasan cuping hidung

2. auskultasi ronki basah

3. Laboratorium leukosiyosia, LED meningkat atau normal

4. Rontegn dada normal (bercak, konulidasi yang terbesar pada kedua paru)

c. Faktor fisiologis/perkembangan memahami tindakan

1. Usia tingkat perkembangan


2. Toleransi/kemampuan memahami tindakan

3. koping

4. Pengalaman terpisah dari keluarga

5. Infeksi sebelumnya

+ Pernafasan Gejala: Pernafasan dangkal

Tanda : Terdapat seputum, bunyi nafas ronkhi dan wheezing

+ Sirkulasi

Tanda : Penampilan kemerahan atau pucat

+ Makanan/cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual, muntah

Tanda : Malnutrisi, kulit kering, turgor buruk.

+ Nyeri/kenyamanan

Gejala : Sakit kepala, nyeri dada dan batuk.

+ Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan

Tanda: Penurunan toleransi

F. Diagnosa Keperawatan

a. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sputum


b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar kapiler
c. Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
d. Kurang pengetahuan orang tua tentang perwatan klien berhubungan dengan kurangnya
informasi.

G. Perencanan Asuhan Keperawatan

Perencanaan adalah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi meletakkan pusat


tujuan pada klien, menetapkan hasil yang ingin dicapai, dan memilih intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan.
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sputum
Tujuan : Jalan nafas efektif

Kriteria Hasil :- obstruksi tidak terjadi (sputum tidak ada) Ronkhi

(tidak).
-RR: 20-30/menit, suara napas vesikuler.
Intervensi:
Mandiri:
1). Kaji frekuensi / kedalaman pernapasan.
Rasional:Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dada / cairan paru.
2). Auskultasi area paru, catat area penurunan / tidak ada aliran udara dan bunyi
napas advendsius, misal mengi.
Rasional: Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan, bunyi napas bronchial (normal pada bronkus).
3). Bantu pasien latihan napas sering.
Rasional: Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru – paru/jalan
nafas kecil.
4). Berikan cairan sedikitnya (2500 ml/hari (kecuali kontra indikasi). Tawarkan air
hangat, dari pada dingin.
Rasional:Cairan (khususnya air hangat ) memobilisasi dan mengeluarkan
secret.

Kolaborasi:
1) Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesic.
Rasional:Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan dengan hati – hati.
2). Berikan cairan tambahan missal: iv oksigen humidiksi dan ruangan
humidivikasi.
Rasional: Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan (termasuk yang tak
tampak) dan memobilisasi secret.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane


alveolar kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas kembali normal.
Kriteria hasil : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas
secara optimal dan oksigen jaringan secara adekuat.
Intervensi:
Mandiri:
1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.
Rasional: Manifestasi distress pernapasan tergantung pada/indikasi dengan
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2) Observasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku, catat adanya sianosis
periper (kaku) atau sianosis sentral (sirkusional).
Rasional:Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi atau respon tubuh
terhadap demam / menggigil.
3) Awasi frekuensi jantung / irama.
Rasional:Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam / dehidrasi tetapi
dapat sebagai respon terhadap hipoksemia.
4) Kaji status mental.
Rasional:Gelisah, mudah teransang, bingung dan samnolen dapat
menunjukkan hipoksemia / penurunan oksigen selebral.
Kolaborasi:
1) Berikan terapi oksigen dengan benar, missal dengan napas plong, masker
venture.
Rasional: Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas 60
mmHg, oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat
dalam toleransi pasien.
2) Awasi GDA, nadi oksimetri.
Rasional: Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.

3. Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan
pemasukan nutrisi.
Intervensi:
Mandiri:
1) Identifikasi factor yang menimbulkan mual / muntah missal, sputum banyak.
Rasional:Pilih intervensi tergantung pada penyebab masalah.
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin,
berikan/bantu kebersihan mulut setelah muntah.
Rasional:Menghilangkan tanda bahaya, rasa, baud an lingkungan pasien dan
dapat menurunkan mual.
3) Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional:Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan
4) Auskultasi bising usus, observasi / palpasi distensi abdomen.
Rasional: Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi
berat / memanjang.
Kolaborasi:
1) Konsul ke ahli gizi.
Rasional:Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada
situasi/kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
2) Kaji pemeriksaan laboratorium, albumin, kalsium, kalium dan natrium.
Rasional: Mengevaluasi / mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan
nutrisi

4. Kurang pengetahuan orang tua tentang perwatan klien berhubungan dengan


kurangnya informasi
Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya
meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil : Orang tua klien mengerti tentang penyakit anaknya.
Intervensi:
Mandiri:
1) Kaji fungsi normal paru patologi.
Rasional: Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting
menghubungkan dengan program pengobatan.
2) Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan dan
harapan sembuh.
Rasional:Informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan
ansietas dan masalah berlebihan.
3) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
Rasional:Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk
mengasimilasikan informasi/mengikuti program medic.
4) Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif / latihan napas.
Rasional: Selama awal 6 – 8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar
untuk kambuh dari pneumonia.

H. Pelaksanaan/Implementasi

1. Pengertian
Implementasi adalah proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari keperawatan :
pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu, memberikan askep.
Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang
relevan, dengan keperawatan kesehatan berkelanjutan pada klien.

2. Proses atau tahapan


a. Mengkaji ulang pasien. Fase ini merupakan komponen yang memberikan
mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah tindakan keperawatan yang
diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan serta
ketrampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.

3. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien, tanggal dan waktu
serta nama dan perawat yang jelas.

I. Evaluasi

1. Defenisi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proes keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana tujuan an rencana keperawatan tercapai atau
tidak.

2. Jenis evaluasi

a. Evaluasi Pormatif

Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon
segera (pendokumentasian dan implementasi)
b. Evaluasi sumatif

Merupakan rekapitulasi dai hasil observasi dengan analisis status klien pada waktu
tertentu berdasarkan tujuan yang direncanaan pada tahap perencanaan (dalam bentuk soap).

DAFTAR PUSTAKA

Bobok, M Irene. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Doengoes E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC

Laksamana, Hendra. T. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta: D. Jambatan.

Ngastiah. 2005. Perawatan Anak Sakit .Jakarta: EGC

Wong. Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai