Anda di halaman 1dari 6

2.

KOMUNIKASI INTERAKSIONAL

Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm (1954) yang


menekankan pada proses komunikasi dua arah di antara para komunikator.
Dengan kata lain komunikasi belangsung dua arah: dari pengirim kepada
penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan
bahwa komunikasi selalu berlangsung. Pandangan interaksional mengilustrasikan
bahwa seseorang dapat menjadi pengirim maupun penerima dalam sebuah
interaksi, tetapi tidak menjadi keduanya sekaligus.
Elemen yang penting dalam model ini adalah umpan balik (feedback) atau
tanggapan terhadap suatu pesan. Umpan balik dapat berupa verbal ataupun
nonverbal, sengaja maupun tidak sengaja. Umpan balik amat membantu
komunikator untuk mengetahui apakah pesan mereka telah tersampaikan atau
tidak dan sejauh mana pencapaian makna terjadi. Dalam model interaksional ,
umpan balik terjadi setelah pesan diterima, tidak saat pesan sedang dikirim.
Adapun elemen atau bagian lain yang terpenting dalam konsep komunikasi
interaksional ditandai dengan adanya bidang pengalaman (field of experiences)
seseorang, buadaya atau keturunan yang dapat mempengaruhi kemampuan
berkomunikasi dengan yang lainnya. Setiap peserta komunikasi membawa
pengalaman yang unik dan khas dalam setiap perilaku komunikasi yang dapat
mempengaruhi komunikasi yang terjadi. Secara skematis dapat dilihat dalam
gambar model interaksional berikut ini:
2.1 KELEBIHAN

Ø Komunikasi sirkuler memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk


memberikan pendapat mereka.
Ø Model komunikasi Schramm bersifat dinamis dan selalu berubah sehingga sangat
membantu dalam berbagai praktek komunikasi secara umum.
Ø Pengirim pesan dan penerima pesan saling bertukar pesan dalam tingkatan yang
sama aktifnya.
Ø Gangguan semantik merupakan konsep yang membantu pemahaman berbagai
permasalahan yang dapat terjadi selama penafsiran pesan.
Ø Umpan balik memberikan kemudahan untuk mengetahui apakah pesan yang
ditafsirkan oleh penerima pesan sesuai dengan tujuan atau tidak.
Ø Konsep interpretasi membuat komunikasi menjadi efektif.
Ø Bidang pengalaman atau efek psikologis membantu pemahaman proses
komunikasi dalam beberapa cara dibandingkan dengan cara tradisional.
Ø Konsep konteks membuat berbagai faktor lingkungan dapat dimasukkan ke dalam
penafsiran pesan dan membawa perubahan dalam nilai pesan.

2.2 KELEMAHAN

Ø Umpan balik tidak terjadi secara simultan


Ø Umpan balik terjadi secara tertunda atau membutuhkan waktu yang lama
Ø Umpan balik bersifat tidak langsung
Ø Komunikasi tidak berjalan secara dinamis
Ø Pola komunikasi dapat diprediksi
Ø Komunikasi menjadi bersifat linear manakala penerima pesan tidak memberikan
respon atau umpan balik
Ø Model komunikasi Schramm tidak dapat digunakan dalam berbagai tingkatan
komunikasi dan proses komunikasi yang kompleks.
Ø Pesan yang dikirimkan dan diterima mungkin saja ditafsirkan secara berbeda.
Ø Hanya ada dua sumber yang berkomunikasi, beberapa sumber membuat proses
menjadi lebih kompleks dan model tidak dapat diimplementasikan.

2.3 CONTOH

(elemen feedback)
Saya yang memberi tahu Farras bahwa besok ada kelas pengganti,
kemudian si Farras balik bertanya pada Saya, “besok kuliah pengganti mata kuliah
apa?”, Saya pun menjawab ” besok kuliah pengganti mata kuliah Teori
Komunikasi”, “oh oke lah siap” jawab Farras. Di saat yang bersamaan Saya
bertanya pada Farras,”kamu tahu tentang materi apa yang akan diajarkan pada
mata kuliah pengganti?” “tahu, pada mata kuliah pengganti kita membahas materi
lanjutan dari minggu lalu, yaitu tentang model-model komunikasi.” jawab si
Farras, “oh begitu ya, terimakasih ya atas jawabannya”, “oke sama-sama,
terimakasih juga ya informasinya”, “oke sip”
(elemen field of experiences)
Sepasang sahabat hangout. Sepasang sahabat ini merupakan dua orang dengan
pengalaman yang berbeda, latar belakang keluarga yang berbeda, tempat tinggal,
kebiasaan, adat istiadat, agama, bahasa, dan pendidikan. Masing-masing dari
mereka akan menceritakan pengalaman-pengalaman mereka selama ini.
Pengalaman-pengalaman ini (dan yang lain) akan mempengaruhi bagaimana dua
orang ini ketika bersama dan hampir pasti akan mempengaruhi cara keduanya
mempertahankan hubungan mereka.
3. PENGERTIAN KOMUNIKASI TRANSAKSIONAL

Model Transaksional Model komunikasi transaksional menggarisbawahi


pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalam
sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional mengatakan
bahwa proses tersebut kooperatif, yakni pengirim dan penerima sama-sama
bertanggung jawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi.
Dalam model komunikasi linear, makna dikirim dari satu orang ke orang lainnya.
Dalam model
nteraksional, makna dicapai melalui umpan balik dari pengirim dan penerima.
Model komunikasi transaksional ini dikemukakan oleh Barnlund. Dalam
model komunikasi ini memberikan penekanan pada proses pengiriman dan
penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalam suatu sistem
komuniakasi. Dalam mekanisme pengiriman dan penerimaan pesan, proses
komunikasi berlangsung secara kooperatif dimana pengirim dan penerima secara
bersama-sama bertanggung jawab terhadap ekses/akibat dari proses komunikasi
yang berlangsung, apakah efektif atau tidak, karena dalam model ini makna
dibangun oleh umpan balik dari peserta komunikasi. Model transaksional
berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan dan menerima pesan, kita
berurusan baik dengan elemen verbal maupun elemen nonverbal. Dengan kata
lain, peserta komunikasi (komunikator) melakukan proses negosiasi makna.
Dalam model ini juga terdapat bidang pengalaman, tetapi terjadi
perpotongan. Dengan demikian, pada proses komunikasi yang berlangsung
masing-masing menunjukkan proses pemahaman yang terjalin secara aktif,
sehingga timbul suatu pemahaman baru sebagai hasil proses interaksi, integrasi,
dan komuniaksi di antar masing-masing peserta komunikasi dengan latar
pengalaman yang berbeda-beda.
3.1 KELEBIHAN

Komunikasi bersifat dinamis.


Respons verbal dan nonverbal bisa diketahui secara langsung.
Komuniaksi tatap muka.
Komunikasi yang terjadi semakin efektif

3.2 KELEMAHAN

Memiliki sifat spontan


Tidak memiliki struktur yang beraturan
Tidak memiliki tujuan yang terencan
Terjadi secara kebetulan
Bersifat sambil lalu

3.3 CONTOH

Saat saya berpapasan dengan dosen di kampus saya mengatakan “Selamat siang,
Bu” pada saat bersamaan ( Selamat siang merupakan stimulus ) dosen tersenyum,
senyum dosen itu respon, maka terjadilah transaksi. (contoh I)
Seminar penyuluhan katarak dihadiri oleh pembicara seorang dokter ahli mata dan
peserta seminar adalah orang-orang penderita katarak. Pengalaman tentang
pengobatan (memberi pengobatan dan menerima pengobatan) merupakan
perpotongan pengalaman diantara dua pihak yang melakukan transaksi. Kesamaan
pengalaman ini membuat seminar dapat berjalan dengan baik karena para peserta
seminar tidak harus mengerutkan kening mendengar istilah kedokteran tentang
penyakit katarak mata ini, dan dokterpun tidak harus menjelaskan ulang tentang
istilah yang berkaitan dengan penyakit tersebut.
Kesimpulan
Model interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik
pengirim amupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat menjadi
keduanya sekaligus, sedangkan Model Transaksional bersifat kooperatif, baik
pengirim maupun penerima sama-sama bertanggung jawab terhadap dampak dan
efektivitas komunikasi yang terjadi. Dengan demikian, model
Transaksional membuat komunikasi yang terjalin menjadi lebih efektif.
Daftar pustaka
Rohim, H.Syaiful, Msi. 2016. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, & Aplikasi.
Yogyakarta : Rineka cipta
https://pakarkomunikasi.com/model-komunikasi-barnlund-konsep
wikipedia

Anda mungkin juga menyukai