Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Udara dan pencemaran udara

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap.
Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan dan selalu berubah dari waktu ke
waktu. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air yang berupa uap air.
Jumlah air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu. Udara dalam
istilah meteorologi disebut juga atmosfir yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya
sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Atmosfir merupakan campuran gas-gas yang
tidak bereaksi satu dengan lainnya. Atmosfir terdiri dari selapis campuran gas-gas, sehingga
sering tidak tertangkap oleh indera manusia kecuali apabila berbentuk cairan berupa uap air
dan padatan berupa awan dan debu.

Giddings (1973) mengemukakan bahwa atmosfir pada keadaan bersih dan kering
akan didominasi oleh 4 gas penyusun atmosfir, yaitu 78,09% N2; 20,95% O2; 0,93% Ar; dan
0,032% CO2; sedangkan gas-gas lainnya sangat kecil konsentrasinya. Komposisi udara bersih
yaitu semua uap air telah dihilangkan dan relatif konstan.

Akibat perubahan aktifitas manusia, udara seringkali menurun kualitasnya.


Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi.
Perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen
kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas
udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya.

Universitas Sumatera Utara


Komposisi udara kering yang bersih, dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1. Komposisi udara bersih

konsentrasi dalam volume


komoponen
(Ppm) (%)

Nitrogen (N2) 780.900 78.09

Oksigen (O2) 209.500 20.95

Argon (Ar) 9.300 0.93

Karbon diosida (CO2) 320 0.032

Neon (Ne) 18 1.8 x 10-3

Helium (He) 5.2 5.2 x 10-4

Metana (CH4) 1.5 1.5 x 10-4

Krypton (Kr) 1.0 1.0 x 10-4

H2 0.5 5.0 x 10-5

H2O 0.2 2.0 x 10-5

CO 0.1 1.0 x 10-5

Xe 0.08 8.0 x 10-6

O3 0.02 2.0 x 10-6

NH3 0.006 6.0 x 10-7

NO2 0.001 1.0 x 10-7

NO 0.0006 6.0 x 10-8

SO2 0.0002 2.0 x 10-8

H2S 0.0002 2.0 x 10-8

Giddings (1973

Universitas Sumatera Utara


Pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat
asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan atau komposisi udara dari
keadaan normalnya. Masuknya bahan-bahan atau zat-zat asing ke dalam udara selalu
menyebabkan perubahan kualitas udara. Masuknya bahan-bahan atau zat-zat asing tersebut
tidak selalu menyebabkan pencemaran udara.

2.2. Komponen pencemaran udara

Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan teknologi serta
lalu-lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi. Udara di daerah industri kotor
tekena bermacam-macam pencemar. Dari beberapa macam komponen pencemar udara,
maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah CO, NOx, SOx dan HC
yang ditunjukkan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Komponen pencemaran udara

No Pencemar Simbol

1 Karbon Monoksida CO

2 Nitrogen Oksida NOx

3 Belerang Oksida SOx

4 Hidro karbon HC

Pencemaran udara dapat terjadi akibat salah satu komponen tetapi dapat pula terjadi
sekaligus keempat komponen diatas (Arya Wardana, 2001).

2.3. Pencemaran udara di dalam ruangan


Di daerah perkotaan pada umumnya, 80% dari kehidupan suatu individu tinggal di dalam
ruangan (indoor). Khususnya bayi, orang tua dan penderita penyakit kronis, waktu tinggal di
dalam ruangan lebih banyak. Bahan polutan di dalam rumah, tempat kerja, maupun dalam
gedung yang merupakan tempat-tempat umum, kadarnya berbeda dengan bahan polutan di
luar ruangan. Meningkatnya kadar polutan di dalam ruangan selain dapat berasal dari
penetrasi polutan di luar ruangan, dapat pula berasal dari sumber polutan di dalam ruangan,

Universitas Sumatera Utara


seperti asap rokok, asap yang berasal dari dapur, atau pemakaian obat anti nyamuk. Sumber
lain dari bahan polutan di dalam ruangan adalah perlengkapan pekerja seperti pakaian,
sepatu, ataupun perlengkapan lainnya yang dibawa masuk ke dalam rumah dari tempat
kerja.

Secara alamiah kadar gas radon di dalam ruangan lebih besar dari pada kadar di luar
ruangan (outdoor). Sebagai sumber gas radon adalah tanah, lantai rumah dan bahan
bangunan seperti batu, batu bata dan beton. Kadar gas radon di dalam ruangan tergantung
dari ventilasi dari ruangan tersebut. Bahan polutan lain yang kadarnya di dalam ruangan
lebih besar dari pada di luar ruangan adalah formaldehid.

Bahan ini bersumber dari bahan kimia ureaformaldehid yang banyak di pakai pada peralatan
perabot rumah tangga.

Bahan partikel yang terdapat di dalam ruangan dapat saja sama dengan di luar
ruangan, hanya saja kadarnya yang berbeda. Partikel di dalam ruangan dapat terdiri dari
partikel debu rumah, partikel asap rokok dan bahan alat kecantikan.

Perbedaan bahan polutan di dalam dan di luar ruangan tergantung dari beberapa faktor
seperti:

a. Gaya hidup individu


b. Keadaan sosial ekonomi
c. Struktur gedung
d. Kondisi bahan polutan di dalam dan di luar ruangan
e. Ventilasi dan sistem pendingin ruangan (AC)
f. Geografi dan meteorologi
Bahan polutan berupa gas dan partikel di dalam ruangan adalah sebagai berikut: gas CO,
gas SO2, gas CO2, gas NO2, gas NH3, aerosol propellant dan polutan partikel hidup.

2.4. Sumber utama gas CO


Di Amerika Serikat (1969) diperkirakan bahwa kendaraan bermotor dapat menghasilkan
sekitar 97 ribu ton gas CO yang merupakan 65% dari seluruh CO buatan manusia. Dengan
demikian 60% gas CO ditemukan di kota besar dan wilayah perkotaan. Sebagai gambaran

Universitas Sumatera Utara


adalah kadar gas CO 141 ppm (part per million) di jalan bebas hambatan New York dan 147
ppm di Los Angeles sewaktu kendaraan macet pada jam-jam ramai/sibuk.

Walaupun demikian mobil bukan satu-satunya sumber gas CO di perkotaan, tetapi


asap rokok juga sangat nyata di kota besar. Telah diteliti bahwa kadar gas CO yang berasal
dari asap rokok sekitar 400 dan 475 ppm. Sebesar 54% gas CO yang diisap oleh perokok
masuk ke dalam peredaran darah. Secara umum diperoleh data bahwa para pekerja di
industri akan terpapar gas CO di tempat kerja akibat dari asap rokok (H. J. Mukono, 1997).

2.5. Dampak pencemaran gas karbon monoksida


Karbon monoksida adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak
berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129OC. Gas CO sebagian besar
berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan. Di kota besar yang
padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif
tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk
dari proses industri.

Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas
hasil kegiatan gunung berapi dan proses biologi. Oksigen dan gas CO dapat bereaksi dengan
darah (hemoglobin): Hemoglobin + O2 –> O2Hb (oksihemoglobin)

Hemoglobin + CO –> COHb (karboksihemoglobin)

Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu
kontak relatif singkat. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan
menimbulkan rasa pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh
manusia ternyata berbeda.

Konsentrasi gas CO disuatu ruang akan naik bila di ruangan itu ada orang yang
merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO
dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000
ppm selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam asap rokok menyebabkan
kandungan COHb dalam darah orang yang merokok jadi meningkat. Keadaan ini sudah
barang tentu sangat membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok
dalam waktu yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi CO-Hb dalam darahnya sekitar
6,9%. Hal inilah yang menyebabkan perokok berat mudah terkena serangan jantung (Arya
Wardana, 2001).

Universitas Sumatera Utara


2.5.1. Dampak gas CO terhadap tubuh manusia
Saat manusia menghirup udara untuk bernapas, maka udara yang mengandung oksigen,
nitrogen dan karbon monoksida akan tertarik ke dalam paru-paru dan terus ke alveoli.

Alveoli yang menyerupai kantung kecil terbentuk dari lapisan sel tipis dan diperkuat oleh
jaringan yang amat lembut. Di dalam alveoli gas akan mengalami perubahan melalui udara
dan sistem peredaran darah. Dalam keadaan normal tekanan oksigen didalam alveoli akan
lebih besar dari tekanan oksigen di dalam pembuluh darah. Dengan demikian molekul
oksigen menembus dinding jaringan dan terikat oleh molekul hemoglobin di dalam sel darah
merah.

Kadar CO akan meningkat apabila seseorang itu menderita sakit. Gas oksigen dan karbon
monoksida akan ditarik oleh zat besi dalam hemoglobin dan hemoglobin ini mempunyai daya
ikat yang besar terhadap karbon monoksida. Apabila udara mengandung CO sebesar 30 ppm,
maka besarnya CO dalam darah sekitar 5 persen. Ini akan tetap dipertahankan sebesar 5%,
jika frekuensi pernapasan dan kadar CO di atmosfer tidak berubah. Kadar HbCO juga
tergantung kepada dua keadaan, yaitu frekuensi pernapasan dan kadar CO di atmosfer. Jika
kadar HbCO meningkat maka kadar oksigen berkurang karena molekul CO menangkap
sebagian besar dari hemoglobin. Berkurangnya kadar oksigen tubuh akan menyebabkan
kelainan yang berkaitan dengan gas CO.

Gejala-gejala keracunan gas CO antara lain pusing, rasa tidak enak pada mata, telinga
berdengung, mual, muntah, detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran
bernapas, kelemahan otot-otot, tidak sadar dan bisa meninggal.

2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas udara


Kualitas udara dalam ruang suatu gedung sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
yang berasal dari dalam gedung sendiri maupun di luar gedung. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas udara dalam ruang adalah:
1. Faktor fisik
a. Temperatur
b. kelembaban
c. pergerakan udara

Universitas Sumatera Utara


2. Faktor Kimia

a. Patrikulat (asbestos, debu, konstruksi)


b. produk-produk pernapasan seperti uap air, karbondioksida
c. Gas-gas produk kebakaran seperti CO, NO2, CO2, asap rokok, zat
pembersih, bahan adesif atau perekat dan cat (Tri, Endah, 2005).

2.7. Kecepatan angin

Angin merupakan udara yang bergerak sebagai akibat perbedaan tekanan udara antara
daerah yang satu dengan lainnya. Perbedaan pemanasan udara menyebabkan naiknya
gradien tekanan horizontal, sehingga terjadi gerakan udara horizontal di atmosfer.
Oleh karena itu perbedaan temperatur antara atmosfer di kutub dan di khatulistiwa
serta antara atmosfer di atas benua dengan di atas lautan menyebabkan gerakan udara
dalam skala yang sangat besar. Angin lokal terjadi akibat perbedaan temperatur
setempat. Pada skala makro, pergerakan angin sangat dipengaruhi oleh temperatur
atmosfer, tekanan pada permukaan tanah dan gerakan rotasi bumi.

Untuk sebuah daerah efek sirkulasi angin terjadi tiap jam, tiap hari dan dengan
arah dan kecepatan yang berbeda-beda. Distribusi frekuensi dari arah angin
menunjukan daerah mana yang paling tercemar oleh polutan. Salah satu hal penting
dalam meramalkan penyebaran zat pencemar adalah mengetahui arah dan penyebaran
zat pencemar.

Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara
tempat asal dan arah angin sebagai faktor pendorong.

Secara umum polutan-polutan di atmosfer terdispersi dalam 2 cara yaitu melalui


kecepatan angin dan turbulensi atmosfer. Turbulensi atmosfer tejadi akibat gerakan angin
yang berfluktuasi dan memiliki frekuensi lebih dari 2 cycles/hr. Fluktuasi turbulensi terjadi
pada arah vertikal dan horizontal, hal ini merupakan mekanisme yang efektif untuk
menghilangkan polutan di udara. Turbulensi menyebabkan terjadinya aliran udara melalui 2
cara yaitu pusaran termal dan pusaran mekanis.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Standard Baku Mutu Keputusan Menteri Kesehatan No.
261/No.1405/menkes/SK/XI/2002 kecepatan aliran udara berkisar antara 0,15 - 0,25 ms-1
atau lebih rendah menjadikan ruangan tidak nyaman karena tidak ada pergerakan udara
sebaliknya bila kecepatan udara terlalu tinggi akan menyebabkan kebisingan di dalam
ruangan.

2.8. Kelembaban udara


Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Di dalam
atmosfer terdapat H2O dalam bentuk uap atau gas, cairan atau air dan salju atau es dalam
bentuk padat. Banyaknya uap air yang dikandung udara tidak sama di berbagai tempat.
Setiap saat ada uap air yang masuk dan dilepas oleh atmosfer. Uap air ditransfer ke udara
melalui proses penguapan karena panas matahari. Air yang menguap dari permukaan bumi
berasal dari lautan, sungai dan hutan. Bervariasinya jumlah uap air ini dikarenakan adanya
proses penguapan, pengembunan dan pembekuan. Walaupun jumlah air di atmosfer sangat
sedikit dibandingkan dengan gas-gas lainnya yang ada di atmosfer, tetapi uap air yang ada di
atmosfer memegang peranan penting dalam proses cuaca.

Tinjauan pada cuaca dan iklim uap air ini merupakan komponen udara yang sangat
penting. Sebagian gas-gas penyusun atmosfer yang dekat permukaan laut relatif konstan
dari tempat satu ketempat lain. Sedangkan uap air merupakan bagian yang konstan,
bervariasi dari 0 sampai 3 %.

Adanya variabillitas uap air ini baik berdasarkan tempat maupun waktu adalah
karena :

a. Besarnya jumlah uap air dalam udara merupakan indikator kapasitas potensial
atmosfer tentang terjadinya presipitasi.
b. Uap air merupakan sifat menyerap radiasi bumi sehingga uap air akan menentukan
cepatnya kehilangan panas dari bumi dan dengan sendirinya juga ikut mengatur
temperatur.
c. Makin besar jumlah uap air dalam udara, makin besar jumlah energi potensial
tersedia dalam atmosfer dan merupakan sumber atau asal terjadinya hujan angin.

Universitas Sumatera Utara


2.8.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban udara
kelembaban udara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Sinar matahari
Sumber panas utama untuk bumi dan atmosfer adalah matahari, dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Energi radiasi dari matahari yang sampai kepermukaan bumi
disebut insolation (incoming solar radiation).

Insolation terdiri atas sinar-sinar dengan panjang gelombang lebih pendek dalam spektrum
matahari dan paling efektif memanasi bumi. Jika sinar dari spektrum matahari mencapai
bumi sebagian diserap dan dirubah dari gelombang panjang yang dikenal sebagai panas.

b. Kabut
Kabut dapat terjadi diwaktu malam yang cerah, ketika udara dingin mengalir melalui
permukaan air yang masih panas hal seperti itu yang terjadi didaerah kutub yang disebut
asap laut dan juga terdapat diatas selokan-selokan pada pagi hari. Kabut dapat terjadi pada
cuaca tanpa angin sebagai akibat dari temperatur yang turun terus. Kabut terdiri dari tetes-
tetes air yang sangat kecil yang melayang-layang di udara dan mengakibatkan berkurangnya
penglihatan mendatar pada pada permukaan bumi hingga kurang dari 1 km. Tetes-tetes kecil
ini dapat dilihat dengan mata biasa, jika berada pada suatu tempat yang cukup penerangan.
Mereka bergerak mengikuti gerakan udara yang ada. Udara dalam keadaan kabut akan
terasa lembab, sejuk dan basah dengan kelembaban udara disekitar 100%.

c. Hujan
Hujan adalah jatuhan titik air yang mencapai tanah. Hujan yang tidak dapat
mencapai tanah disebut verga. Hujan yang mencapai tanah dapat diukur dengan jalan
mengukur tinggi air dengan cara-cara tertentu. Hasil pengukuran ini kemudian disebut curah
hujan dengan tanpa mengingat macam atau bentuk hujan pada saat mencapai tanah.
Intensitas hujan ditentukan dari tingkat berakumulasinya curah hujan diatas suatu
permukaan yang datar, jika air hujan tersebut tidak mengalir.

Fluktuasi kandungan uap air di udara lebih besar pada lapisan udara dekat
permukaan dan semakin kecil dengan bertambahnya ketinggian. Hal ini terjadi karena uap air
bersumber dari permukaan dan proses kondensasi berlangsung juga pada permukaan. Pada
siang hari kelembaban lebih tinggi pada udara dekat permukaan disebabkan penambahan
uap air hasil evepotranspirasi dari permukaan.

Universitas Sumatera Utara


Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi matahari selama
siang hari tersebut. Sebaliknya pada malam hari kelembaban lebih rendah pada udara dekat
permukaan.

Pada malam hari akan berlangsung proses kondensasi atau pengembunan yang
memanfaatkan uap air yang berasal dari udara. Oleh sebab itu, kandungan uap air di udara
dekat permukaan tersebut akan berkurang.

Kelembaban udara pada ketinggian lebih dari 2 meter dari permukaan tidak
menunjukan perbedaan yang nyata antara malam dan siang hari. Pada lapisan udara yang
lebih tinggi tersebut, pengaruh angin menjadi lebih besar. Udara lembab dan udara kering
dapat tercampur lebih cepat. Tinggi rendahnya kelembaban udara dapat menentukan besar
kecilnya kandungan bahan pencemar baik di ruang tertutup maupun ruang terbuka akibat
adanya pelarut bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran.

Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20 % dapat menyebabkan
kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban tinggi akan meningkatkan
pertumbuhan mikroorganisme. Jika dibandingkan dengan Standar Keputusan Menteri
Kesehatan No. 261/ No. 1405/menkes/SK/XI/2002 dimana kelembaban yang ideal
berkisar 40 -60 %.

2.9. Suhu udara


Suhu merupakan karateristik inherent, dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan
panas dan energi. Suhu udara akan berubah dengan nyata selama periode 24 jam.
Perubahan suhu udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di
atmosfer. Serapan energi sinar matahari akan mengakibatkan suhu udara meningkat. Suhu
udara harian maksimum tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum pada
saat berkas cahaya jatuh tegak lurus yakni pada waktu.

Sebagian radiasi pantulan dari permukaan bumi juga akan diserap oleh gas-gas dan
partikel-partikel atmosfer. Karena kerapatan udara dekat permukaan lebih tinggi dan lebih
berkesempatan untuk menyerap radiasi pantulan dari permukaan bumi, maka pada siang
hari suhu udara dekat permukaan akan lebih tinggi dibandingkan pada lapisan udara yang
lebih tinggi, sebaliknya pada malam hari terutama saat menjelang subuh, suhu udara dekat
permukaan akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara pada lapisan udara
yang lebih tinggi. Pada siang hari dengan kondisi cuaca cerah suhu udara akan tinggi akibat

Universitas Sumatera Utara


sinar matahari yang diterima sehingga akan mengakibatkan pemuaian udara. Pemuaian
udara mengakibatkan pengenceran konsentrasi gas pencemar.

Perubahan suhu pada setiap ketinggian mempunyai pengaruh yang besar pada
pergerakan zat pencemar udara di atmosfer. Di atmosfer akan terjadi penurunan suhu dan
tekanan sesuai dengan pertambahan tinggi. Udara ambien mempengaruhi terbentuknya
stabilitas atmosfer. Dalam keadaan dimana suhu sekumpulan udara lebih tinggi dari
sekitarnya, maka kerapatan dari udara yang bergerak naik dengan kecepatan rendah lebih
kecil daripada kerapatan udara lingkungannya dan udara berhembus secara kontinu. Pada
saat udara bergerak turun akan terbentuk aliran udara vertikal dan turbulensi terbentuk.
Keadaan atmosfer dalam kondisi di atas dikatakan tidak stabil. Ketika sekumpulan udara
menjadi lebih dingin dibandingkan dengan udara sekitarnya, sekumpulan udara itu akan
kembali ke elevasinya semula. Gerakan ke bawah akan menghasilkan sekumpulan udara
yang lebih hangat dan akan kembali ke elevasi semula. Dalam kondisi atmosfer seperti ini,
gerakan vertikal akan diabaikan oleh proses pendinginan adiabatik atau pemanasan, dan
atmosfer akan menjadi stabil. Jika sekumpulan udara terbawa ke atas akan melalui bagian
yang mengalami penurunan tekanan dan akibatnya kumpulanan udara itu akan menyebar.
Ekspansi tadi memerlukan kerja untuk melawan lingkungannya dan terjadi penurunan
temperatur.

Biasanya proses ini berlangsung singkat karena itu untuk menganalisanya dilakukan
anggapan tidak terjadi transfer panas pada sekumpulan udara yang ditinjau serta
sekumpulan udara mempunyai kerapatan dan suhu sama. Dengan diberlakukannya baku
mutu ini, maka berarti bahwa udara yang mengandung unsur-unsur melebihi standar tadi
akan disebut tercemar. Diharapkan bahwa bila kualitas udara dapat dipelihara sehingga
kadar berbagai zat tadi tidak terlampaui, maka diharapkan tidak akan terjadi gangguan
kesehatan terhadap manusia, hewan, tumbuhan, maupun harta benda (Zendrato, Eliyunus,
2010).

Suhu udara sangat berperan dalam kenyamanan bekerja karena tubuh


manusia menghasilkan panas yang digunakan untuk metabolisme basal dan muskuler.
Namun dari semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20 % saja yang dipergunakan
dan sisanya akan dibuang ke lingkungan. Jika dibandingkan dengan Standar Baku
Mutu sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/ No.1405/menkes/SK/XI/2002 bahwa
suhu yang dianggap nyaman untuk suasana bekerja 18 – 26˚C.

Universitas Sumatera Utara


Suhu udara ruang kerja yang terlalu dingin dapat menimbulkan gangguan kerja bagi
karyawan, salah satunya gangguan konsentrasi.

2.10. Metode analisis data


Metode analisis yang digunakan Analisis Linier Berganda (Multiple Regression Linier) akan
ditentukan hubungan X1, X2, X3 terhadap Y sehingga akan di dapatkan regresi Y atas X1, X2, X3
selanjutnya dilakukan pengujian koefisien-koefisien regresi dan di tentukan koefisien
determinansi.

dengan : X1 = kecepatan angin

X2 = suhu udara

X3 = kelembaban udara

Y = kadar CO

Dalam hal ini ada tiga variabel, yaitu variabel X1, variabel X2 dan variabel X3 yang
masing-masing menyatakan Y.

Y = F (X1, X2, X3) …………………………………………. (2.1)

2.10.1. Regresi linier berganda


Untuk regresi linier ganda dengan tiga variabel bebas digunakan rumus :

Y = ao + a1 X1 + a2 X2 + a3 X3 ………………………...….. (2.2)

Koefisen a0, a1, a2 dan a3 dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

∑ Yi = a 0 n + a1 ∑ X 1i + a 2 ∑ X 2i + a 3 ∑ X 3i .............................................. (2.3)
∑ Yi X 1i = a 0 ∑ X 1i + a1 ∑ X 12i + a 2 ∑ X 1i X 2i + a 3 ∑ X 1i X 3i ........................... (2.4)
∑ Yi X 2i = a 0 ∑ X 2i + a1 ∑ X 1i X 2i + a 2 ∑ X 22i + a 3 ∑ X 2i X 3i ......................... (2.5)
∑ Yi X 3i = a 0 ∑ X 3i + a1 ∑ X 1i X 3i + a 2 ∑ X 2i X 3i + a 3 ∑ X 32i ...................... (2.6)
Harga a0, a1, a2 dan a3 dapat langsung disubstitusikan kepersamaan (2.1) dan
diperoleh model regresi linier Y atas X1, X2 dan X3. a1 berarti perubahan rata-rata Y untuk
setiap perubahan satuan dalam variabel X1 apabila X1, X2 dan X3 dianggap tetap, maka a2
dianggap sebagai perubahan rata-rata Y untuk setiap perubahan satuan dalam variabel.

Universitas Sumatera Utara


Untuk memperoleh JKreg dan JKres digunakan rumus :

JKreg = a1 Σ X1 Y + a2 Σ X2 Y + a3 Σ X3 Y . + n Σ Xn Y……. (2.7)

JKres = Σ (Yi - Ŷ)2 ……………………………………………. ..(2.8)

dengan Σ (Yi - Ŷ)2 adalah deviasi nilai Y disekitar rata-rata.

Untuk menghitung R2 digunakan persamaan :

JK reg
R2 = ................................................................................. (2.9)
∑y 2
i

Dengan x1i = X 1i − X 1 , x 2i = X 2i − X 2 , x3i = X 3i − X 3 ……. x ki = X ki − X k dan

y i = Yi − Y .( Dajan, Anto, 1973).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai