Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

MANAJEMEN PEMASARAN
PENELITIAN JASA
BLUE BIRD
Nama Dosen : Citra Rizkita. SMB. MM

Disusun Oleh :

DINA KURNIAWATI
HARLAN
INDRA SETIA ROMADLON
SITI ROHIMAH
WINA PANGESTU

Jurusan Manajemen B Malam

Semester III

STIE BISNIS INDONESIA

2018
DAFTAR ISI
MANAJEMEN PEMASARAN
DAFTAR ISI ……………………..................................................................................................................

BAB I
LATAR BELAKANG.............................................................................................................................
PROFIL PERUSAHAAN........................................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


MARKETING MIX 7P..........................................................................................................................
PERILAKU KONSUMEN......................................................................................................................
STRATEGI BERSAING ........................................................................................................................

BAB III PEMBAHASAN


MATERI MARKETING MIX 7P.............................................................................................................
MATERI PERILAKU KONSUMEN.........................................................................................................
MATERI STRATEGI BERSAING .........................................................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN....................................................................................................................................
SARAN..............................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia jasa di Indonesia khususnya pada bidang transportasi sangatlah


cepat. Pemerintah serta pihak swasta berlomba – lomba menciptakan transportasi umum
baru yang memanjakan pelanggan. Perkembangan ini diiringi dengan persaingan yang
mengakibatkan berkurangnya pangsa pasar sebuah perusahaan. Bahkan tidak mungkin akan
menggeser posisi perusahaan dalam waktu singkat karena keagresifan para pesaing baru
tersebut. Dalam kondisi yang seperti ini, maka setiap perusahaan harus dapat
mempertahankan apa yang telah dicapainya atau bahkan menambah eksistensi di bidang
masing – masing, baik perusahaan manufaktur maupun jasa.

Perusahaan yang professional seharusnya sadar akan arti pentingnya sebuah kepercayaan
konsumen. Sadar akan pentingnya kepercayaan akan membentuk keunggulan yang
kompetitif untuk menghadapi persaingan bisnis. Perusahaan perlu membangun, mengelola,
dan memelihara kepercayaan konsumen seiring dengan semakin ketatnya persaingan bisnis
dalam kategori tertentu. Oleh karena itu, dalam usaha memenangkan persaingan bisnis pada
era teknologi yang sangat berkembang ini, kualitas bukan lagi menjadi aspek yang dapat
dibanggakan, karena setiap pelaku bisnis pasti dapat membuat produk / jasa dengan kualitas
yang sangat tinggi. Kualitas sudah merupakan standart yang dengan mudah dan cepat dapat
dimiliki oleh setiap pelaku bisnis. Kepercayaan yang dibangun baik akan terekam dalam benak
konsumen, hal ini merupakan sesuatu yang sulit untuk ditiru karena hal ini akan mendorong
terjadinya pembelian ulang.

Selain membangun kepercayaan konsumen, perusahaan dituntut bukan hanya untuk


menciptakan kepuasan bagi pelanggan namun juga harus dapat menemukan dan
membangun sistem manajemen yang mampu secara professional mempertahankan para
pelanggannya. Pelanggan harus didorong masuk pada zona kesenangan pelanggan (customer
delight) yaitu zona dimana pelanggan merasa senang atau gembira yang akan mengarahkan
pelanggan pada komitmen dan loyalitas, karena pelanggan yang benar – benar merasakan
senang yang akan loyal pada perusahaan (Raharso, 2005:45). Elemen yang diperhitungkan
pada kesenangan pelanggan adalah keadilan (justice), penghargaan (esteem) dan sentuhan
akhir (finishing touch).

Salah satu industri yang cukup bersaing dengan ketat adalah industri jasa, khususnya jasa
transportasi. Pihak pemerintah dan swasta berlomba – lomba memberikan pelayanan
transportasi yang murah, aman dan nyaman. Namun transportasi yang beredar sekarang
masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Keamanan transportasi umum belakangan
ini bisa dibilang kurang, banyaknya tingkat kejahatan yang terjadi pada angkutan umum
membuat masyarakat lebih memilih alat transportasi yang aman ketimbang murah, disini bisa
kita lihat bahwa konsumen semakin pintar dalam memilih apa yang dibutuhkan, bukan apa
yang diinginkan.

Blue Bird Group adalah salah satu perusahaan jasa transportasi yang dimulai dari jenis
taksi. Blue Bird merupakan taksi pertama di Indonesia yang mulai beroperasi pada tahun
1972. Banyaknya award yang dimiliki oleh Blue Bird Group didukung oleh kemampuan
perusahaan dalam menjaga kualitas pelayanan selama bertahun - tahun. Ditahun 2018 ini
lebih dari 44 merek taksi yang beredar di masyarakat. Banyaknya pesaing ini membuat Blue
Bird Group harus mampu membangun lingkungan yang kondusif agar terciptanya loyalitas
pelanggan.

Sesuai dengan kondisi tersebut, maka penulis tertarik akan peran Blue Bird sebagai senior
di dunia jasa transportasi umum di Indonesia khususnya taksi yang mereknya sendiri sudah
memiliki tempat di hati konsumen, apakah dengan memiliki hal tersebut akan terciptanya
loyalitas pelanggan bagi Blue Bird? Dengan alasan inilah maka penulis melakukan penelitian
mengenai kepercayaan dan elemen pembentuk kesenangan pelanggan. Penelitian yang
dilakukan berjudul “ANALISIS PENGARUH KEPERCAYAAN DAN ELEMEN KESENANGAN
PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN (STUDI KASUS TAKSI BLUE BIRD)”.
1.2 Profil Perusahaan

Blue Bird Group merupakan perusahaan transportasi asal Indonesia. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 1972 di Jakarta. Perusahaan ini melayani jasa transportasi dan
pariwisata. Cabang Blue Bird Group di Indonesia antara lain, Jakarta, Tangerang, Bekasi,
Bandung, Surabaya, Cilegon, Semarang, Manado, Makassar, Denpasar, Mataram, Medan,
Pekanbaru, Batam, Palembang, dan Padang

Terinspirasi dari dongeng di Eropa tentang harapan dan doa seorang gadis untuk
mendapatkan kebahagiaan yang akhirnya terkabul berkat kebaikan seekor burung biru, Blue
Bird pun lahir lebih dari sekadar jawaban sebuah doa dan harapan. Ia kini telah berkembang
menjadi sebuah perusahaan transportasi terdepan, memenuhi harapan dan cita-cita bukan
hanya bagi pendirinya yaitu, almarhumah Ny. Mutiara Djokosoetono dan anaknya Chandra
Suharto dan Purnomo Prawiro, tetapi juga bagi ribuan karyawan.

Pada tahun 1972, jauh sebelum Jakarta berkembang menjadi kota metropolis yang
berpenduduk sekitar 12 juta orang, Blue Bird telah hadir. Cikal bakal perusahaan ini yaitu
layanan "Golden Bird", yang kemudian dikenal sebagai "Chandra Taksi", sebagai sebuah
perusahaan penyedia jasa sewa mobil yang khusus melayani para jurnalis asing serta
pelanggan lain yang berkunjung ke Jakarta. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka tak perlu
waktu lama bagi perusahaan untuk mendapatkan izin usaha mengelola perusahaan taksi.

Awalnya, "Blue bird" muda didirikan untuk menyediakan alternatif jasa transportasi
berkualitas yang memang belum ada pada waktu itu. Blue bird menjadi pelopor pengenaan
tarif taksi berdasarkan sistem argo, serta melengkapi seluruh armadanya yang ber-AC dengan
radio komunikasi. Untuk mempertahankan kualitas pelayanan, perusahaan pun membangun
sejumlah bengkel khusus untuk merawat armadanya.

Setelah sukses berbisnis di layanan taksi reguler Blue Bird, dan taksi limousine "Golden
Bird", serta usaha sewa mobil. Perusahaan kemudian mengembangkan usaha bus carter "Big
Bird" pada tahun 1979. Pada tahun 1993 Blue bird pun menghadirkan layanan taksi eksekutif
"Silver Bird". Setelah lebih dari satu dekade, Blue Bird Group kini memiliki empat divisi utama.

Pengalaman panjang mengelola bisnis transportasi mendukung upaya perusahaan


mengembangkan teknologi baru dan mengelola sumber daya manusia agar tetap unggul. Dari
kantor pusatnya di Jakarta, perusahaan ini telah berkembang pesat merambah bisnis lainnya
dengan tetap memperhatikan layanan pelanggan sebagai pedoman.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Marketing Mix 7P

Salah satu strategi yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran perusahaan adalah
marketing mix strategy yang didefinisikan oleh Kotler dan Armstrong (1997) yang menyatakan
bahwa marketing mix as the set of controllable marketing variables that the firm bleads to
produce the response it wants in the target market”.

Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa bauran pemasaran merupakan variable-variabel
terkendali yang digabungkan untuk menghasilkan tanggapan yang diharapkan dari pasar
sasaran. Dan untuk usaha jasa terdapat 7 unsur marketing mix (Marketing Mix-7p) yaitu:
Produk, Price, Promotion, Place, Partisipant, Proses, Dan Physical Evidence.

1. Product (produk)
Produk merupakan elemen penting dalam sebuah program pemasaran. Strategi produk
dapat mempengaruhi strategi pemasaran lainnya. Pembelian sebuah produk bukan hanya
sekedar untuk memiliki produk tersebut tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen.

2. Price (harga)
Menurut Monroe (2005) menyatakan bahwa harga merupakan pengorbanan ekonomis
yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain itu harga salah satu
faktor penting konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak
(Engel, Blackwell dan Miniard, 1996).

Harga dikatakan mahal, murah atau biasa-biasa saja dari setiap individu tidaklah harus sama,
karena tergantung dari persepsi individu yang dilatar belakangi oleh lingkungan kehidupan
dan kondisi individu (Schifman and Kanuk, 2001).

3. Promotion (promosi)
Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan informasi dari penjual kepada konsumen
atau pihak lain dalam saluran penjualan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku. Melalui
periklanan suatu perusahaan mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan
masyarakat melalui media-media yang disebut dengan media massa seperti Koran, majalah,
tabloid, radio, televise dan direct mail (Baker, 2000:7).
Media promosi yang dapat digunakan pada bisnis ini antara lain (1) Periklanan, (2) Promosi
penjualan, (3) Publisitas dan hubungan masyarakat, dan (4) Pemasaran langsung. Penentuan
media promosi yang akan digunakan didasarkan pada jenis dan bentuk produk itu sendiri.

4. Place (saluran distribusi)


Kotler (2000: 96) menyatakan bahwa “Saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga
yang melakukan segala kegiatan (Fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan
status pemiliknya dari produsen ke konsumen”. Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa
saluran distribusi suatu barang adalah keseluruhan kegiatan atau fungsi untuk memindahkan
produk disertai dengan hak pemiliknya dari produsen ke konsumen akhir atau pemakai
industri.

Distribusi berkaitan dengan kemudahan memperoleh produk di pasar dan tersedia saat
konsumen mencarinya. Distribusi memperli hatkan berbagai kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk menjadikan produk atau jasa dipe roleh dan tersedia bagi konsumen
sasaran.

5. People (partisipan)
Yang dimaksud partisipan disini adalah karyawan penyedia jasa layanan maupun
penjualan, atau orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
proses layanan itu sendiri, misalnya dalam jasa kecantikan :diantaranya adalah para
reception, dokter, dan beauty therapis.

6. Process (proses)
Proses adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan diberikan kepada
konsumen selama melakukan pembelian barang. Pengelola usaha melalui front liner sering
menawarkan berbagai macam bentuk pelayanan untuk tujuan menarik konsumen. Fasilitas
jasa konsultasi gratis, pengiriman produk, credit card, card member dan fasilitas layanan yang
berpengaruh pada image perusahaan.

7. Physical Evidence (lingkungan fisik)


Lingkungan fisik adalah keadaan atau kondisi yang di dalamnya juga termasuk suasana.
Karakteristik lingkungan fisik merupakan segi paling nampak dalam kaitannya dengan situasi.
Yang dimaksud dengan situasi ini adalah situasi dan kondisi geografi dan lingkungan institusi,
dekorasi, ruangan, suara, aroma, cahaya, cuaca, pelatakan dan layout yang nampak atau
lingkungan yang penting sebagai obyek stimuli (Belk 1974 dalam Assael 1992).
Dari ketujuh elemen marketing mix tersebut yang merupakan kunci sukses bagi sebuah
usaha (jasa yang bertempat/salon/spa/warnet) diantaranya adalah kelengkapan produk
layanan yang siap ditawarkan (one stop service), lokasi yang strategis, keramahan dan
efektivitas pelayanan, tempat parkir yang memadai, dan fasilitas lain pendukung kenyamanan
konsumen.
2.2 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “Mengapa konsumen melakukan


dan apa yang mereka lakukan”. Schiffman dan Kanuk (2008:6) mengemukakan bahwa studi
perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat
keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan
energi). Konsumen memiliki keragaman yang menarik untuk dipelajari karena ia meliputi
seluruh individu dari berbagai usia, latar belakang budaya, pendidikan, dan keadaan sosial
ekonomi lainnya. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mempelajari bagaimana
konsumen berperilaku dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku tersebut.

Definisikan perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller (2008:214):


Perilaku konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih,
membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk
memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.

Definisisi perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2008:6):


Perilaku konsumen menggambarkan cara individu mengambil keputusan untuk
memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli
barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi.

Dari dua pengertian tentang perilaku konsumen di atas dapat diperoleh dua hal yang
penting, yaitu: (1) sebagai kegiatan fisik dan (2) sebagai proses pengambilan keputusan.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong
tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan,
menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.
2.3 Strategi Bersaing

Stategi Bersaing adalah upaya yang di lakukan oleh suatu perusahaan dalam
memenangkan sebuah pasar sasaran dengan cara memberikan keunggulan-keunggulan
dalam bersaing, menganalisis pesaing serta melaksanakan strategi pemasaran bersaing
efektif Strategi Bersaing sangat diperlukan untuk membantu perusahaan dalam mencapai
sasaran dan tujuan tertentu.

Tujuan Pelaksanaan Strategi Bersaing Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong :

1. Membentuk suatu positioning yang tepat.

2. Mempertahankan pelanggan yang setia.

3. Mendapat pangsa pasar baru.

4. Memaksimalkan penjualan.

5. Mencipatakan kinerja bisnis yang efektif.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Marketing Mix 7P

1. PRODUK
Blue Bird Group menyediakan berbagai macam layanan transportasi mulai dari taxi reguler
hingga rental limousin dan bus untuk konsumen. Semua itu ditujukan agar penumpangan
merasa aman dan nyaman. Selain di bisnis transportasi,Blue Bird Group juga bergerak di
bidang logistik seperti pengirimas barang (kargo), ada pula di bidang industry, Blue Bird
Group menjalanankan jasanya untuk pembuatan bus, penyewaan alat berat dan pembuatan
(restu ibu pusaka). Untuk mempermudah pelanggannya, Blue Bird Group menyediakan e-
payment bagi para pelanggan yang tidak membawa uang cash. E-payment ini bekerja sama
dengan bank-bank besar diIndonesia seperti, Bank Mandiri,Bank BNI,dll. Sejauh ini saya
liat(terutama untuk taksi reguler) armada yang di sediakan cukup bagus, nyaman dan
berkualitas. Di dalam armada taksinya terdapat nomor customer care yang akan menanggapi
keluhan, saran dan kritik dari para pelanggan. Serta terdapat juga identitas supir pengemudi
taksi tersebut untuk memberikan rasa percaya bahwa kita sebagai pelanggan berada ditangan
yang benar dan akan selamat hinggake tujuan. Dan semenjak mulai mencuat nya armada
aplikasi online oleh beberapa perusahaan baru dengan begitu banyak nya pula pelanggan
yang ikut tertarik menggunakan jasa yang pamor beberapa dekade ini maka Blue Bird ikut
serta mengikuti perkembangan zaman dengan meluncurkan aplikasi nya dan ikut dalam
aplikasi GO-JEK indonesia maka pelanggan dapat memesen nya denganmudah. Namun yang
sering saya lihat perembangannya lebih sering melihat pelanggan yang memesan melalui
aplikasi tidak dengan melambaikan tangan di pinggir jalan seperti dulu.

2. Place
Outlet-outlet Blue Bird Group tersebar di berbagai wilayah strategis di indonesia seperti di
mall, tempat-tempat hiburan dan hotel, sehingga pelanggan dengan mudah menemukan
taksi PUSAKA ataupun taksi silver bird. Selain itu taksi-tasi yang keliling mencari penumpang
juga banyak beroperasi di jalan raya karena armda yang dimiliki blue bird saat ini mencapai
29.000 armada.

3. Promotion
Promosi tentang produk blue bird ini kebanyakan melalui word to mouth dari pelanggan-
pelanggan yang pernah menggunakan jasa yang diberikan oleh Blue Birdgroup ini. Pihak Blue
Bird sendiri jugamemasang neon box di jalan-jalan kota besaragar yang berisi iklan tentang
taksi ataupun car rent Blue Bird dan tidak lupa pula disertakan no.telepon agar pelanggan
dapat dengan mudah memesan produk blue bird group lewat telepon.

4. Price
Harga yang ditetapkan oleh Blue Bird Group sesuai dengan kualitas yang diterima
pelanggan, namun bersaing dengan mobil dari aplikasi online lainnya. Dan bagasi yang ada
bisa digunakan pelanggan untuk menaruh barang bawaan berlebih tapi jika dengan para
driver aplikasi online akan ditolak dan kadang tidak seramah driver taxi. Maka patutlah kocek
yang dikeluarkan dengan pelayanan yg diterima.

5. People

 Employees
Supir : Supir dari Blue Bird Goup sangat ramah dan menguasai jalan sehingga penumpang
percaya bahwa ia akan diantar ke tempat tujuan dengan aman dan selamat karena supir Blue
Bird mengendarai mobilnya dengan sangat hati-hati dan tidak ugal-ugalan.

Customer Service : Customer service dari Blue bird juga sangat ramah dan sabar dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pelanggan.

Receptionist : sama seperti supir dan customer service Blue Bird, receptionist Blue Bird juga
sangat ramah dan memiliki suara yang halus dan sopan menanyakan kepada konsumen dalam
pemesanan taksi nanti ke tujuan mana dan dibutuhkan jam berapa. Setelah mendapat
informasi rumah si pelanggan yangmemesan taksi dll, receptionist ini akan mencari armada
yang sedang beroperasidi dekat rumah si pelanggan agar pelanggan tidak menunggu lama.

Customer
Kebanyakan pelanggan Blue Bird merasa puas dengan pelayanan yang diberikanoleh Blue Bird
Group.

6. Physical Evidence
Masalah physical evidence ini, dapat dilihat dari armada-armadanya, baik taksi sampai alat-
alat berat yang disediakan oleh Blue Bird Group yang semuanya dalam keadaan baik, bersih
dan tidak rusak. Desainnya dibuat agar para pelanggan nyaman.Selain itu, dalam bidang
trasportasi penumpang, supir-supir baik itu daro taksi ataupun bus, semuanya memakai
seragam yang bersih dan wangi. Radio dan taksi meternyapun berjalan baik.

7. Process
Pelanggan yang akan memesan produk Blue Bird Group, baik itu memesan taksi, bus
ataupun alat-alat berat, dapat menghubungi nomor yang telah diberikan oleh pihak Blue Bird
Group di daerahnya Paraa ke tempat tujuan mereka. Setelah sampai barulah si penumpang
membayar jasa yang sudah mereka terima sesuai dengan argo yang tertera dalamargometer
di dalam taksi. Biasanya pelanggan merasa puas dan jarang sekali merasa karena pelayanan
yang diberikan sesuai dengan keinginan mereka dan dapat memuaskan mereka.

3.2 Perilaku Konsumen


Upaya recovery yang dilakukan Blue Bird tidak cukup sekadar memulihkan reputasi,
diperlukan strategi yang lebih fundamental untuk memberikan value baru yang lebih
extraordinary kepada pelanggan. BlueBird menjawab tantangan era disruption ini dengan
menggandeng sang “disruptor” Go-Jek untuk menghadapi perubahan perilaku konsumen
ini.

Kasus demonstrasi 10 ribu anggota Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) pada 22
Maret 2016 lalu yang menuntut pemerintah untuk memberhentikan operasi jasa transportasi
berbasis online, telah menyeret nama besar Blue Bird ke pusaran negatif. Reputasi
perusahaan transportasi darat terbesar di Tanah Air itu tercoreng, lantaran demonstrasi yang
berbuntut anarkis itu melibatkan para pengemudi taksi Blue Bird. Rekaman kamera yang
menunjukkan pengemudi taksi berseragam biru ini sedang melakukan aksi sweeping
terhadap para pengendara taksi lain yang tidak ikut dalam unjuk rasa, dalam sekejap menjadi
viral di dunia maya. Kalimat nyinyir, kecaman pedas, hingga meme negatif yang menyindir
manajemen Blue Bird yang dinilai membiarkan para pengemudi taksinya untuk ikut
berdemonstrasi—menghantam perusahaan jasa angkutan taksi yang leader di kategorinya
ini. Reputasi Blue Bird makin terpuruk ketika media massa nasional menayangkan aksi anarkis
yang berbuntut kekecewaan publik terhadap brand layanan taksi yang dikenal santun,
nyaman, dan aman ini. Manajemen Blue Bird cukup tanggap menghadapi krisis yang terjadi
saat itu, Pada hari saat terjadinya demonstrasi, manajemen melakukan klarifikasi di akun
resmi media sosialnya. Manajemen juga mengimbau agar sopir Blue Bird tidak mengikuti aksi
demonstrasi dan tetap melayani penumpang. Pada hari yang sama, manajemen Blue Bird
menggelar press conference yang dihadiri oleh Komisaris Utama Blue Bird sekaligus putri
pemilik perusahaan ini, Noni Sri Aryati Purnomo. Konten press conference berisi permohonan
maaf dan janji untuk menggratiskan layanan taksi selama satu hari pasca demonstrasi kepada
seluruh pelanggan di wilayah Jabodetabek. Demo besar para pengemudi taksi se-Jabodetabek
ini sejatinya hanya puncak gunung es dari fenomena disruption dan persoalannya yang
melanda sejumlah industri di Indonesia. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang
mengubah perilaku konsumen Indonesia, pada tahun lalu secara signifikan telah
mempengaruhi bisnis jasa transportasi darat di Indonesia. Dengan teknologi telekomunikasi,
konsumen angkutan darat kini dapat menyewa kendaraan dengan lebih mudah
(menggunakan aplikasi di smartphone), lebih murah (dibandingkan tarif sewa kendaraan
reguler), dan lebih cepat (karena jumlah armadanya sangat banyak mengingat manajemen
menggunakan sistem crowdsourcing untuk mendapatkan pengemudi dan kendaraan
sewanya). Jadi, siapa saja yang memiliki kendaraan kini bisa bergabung dalam bisnis ini yang
saat ini dikembangkan oleh tiga brand besar, yaitu Go-Jek, Grab, dan Uber. Bayangkan, dalam
situasi di mana peraturan belum dibuat untuk mengatur bisnis baru ini, Blue Bird harus sudah
menghadapi kompetisi yang sangat ketat. Tak heran kalau dalam waktu yang tidak terlalu
lama sejak ketiga brand pendatang baru bisnis transportasi darat ini masuk ke pasar, bisnis
Blue Bird langsung tergerus. Tidak hanya manajemen yang galau menghadapi bisnis yang
menurun, para pengemudi yang setiap hari berada di lapangan lebih galau lagi mendapati
pelanggannya yang pada lari. Di tengah kegalauan inilah muncul ide demonstrasi yang
berdampak pada reputasi brand Blue Bird. Jadi, upaya recovery yang dilakukan Blue Bird tidak
cukup sekadar memulihkan reputasi. Perlu upaya yang lebih fundamental untuk memberikan
value layanan baru dan melakukan revitalisasi demi menghadapi peta persaingan baru serta
perubahan lansekap bisnis transportasi darat di Indonesia. Menggandeng Sang Disruptor
Menyadari hal ini, Blue Bird pada 1 Februari 2017 lalu secara legowo menggandeng “Sang
Disruptor” Go-Jek, pelopor penyedia angkutan berbasis online Indonesia yang secara
signifikan mengubah peta bisnis jasa angkutan darat di negeri ini. Kerjasama strategis antara
Blue Bird dan Go-Jek ini diumumkan secara resmi oleh CEO Go-Jek Nabiel Makarim lewat
press release yang dikirimkan ke sejumlah media. Melalui partnership ini, Blue Bird dapat
memperluas akses layanannya kepada konsumen yang telah mengunduh aplikasi Go-Jek—
diperkirakan jumlahnya mencapai sekitar 10 juta orang. Jasa Blue Bird dapat dipesan melalui
fitur Go-Car Go-Jek, sehingga sistem pembayaran serta promo yang ditetapkan Go-Jek juga
berlaku untuk Blue Bird. Misalnya, untuk pembayaran dengan Go-Pay, pengguna Blue Bird
akan mendapat diskon sebesar 30%. Sejatinya, pada tahun lalu, segera setelah krisis terjadi,
Blue Bird meremajakan aplikasi mobile My Blue Bird-nya dengan meluncurkan versi terbaru
pada Mei 2016. Lewat aplikasi ini Blue Bird menawarkan berbagai fitur—di antaranya
kemampuan melihat taksi yang tersedia di sekitar lokasi, sistem penilaian untuk pengemudi,
dan advanced booking. Fitur-fitur tersebut diberikan atas saran terbanyak dari para
responden survei online dan offline yang diselenggarakan Blue Bird dalam rangka proses
peningkatan pelayanan dan pengalaman penumpang. Sigit P. Djokosoetono, Direktur PT Blue
Bird Tbk., pada saat re-launching mengatakan bahwa aplikasi My Blue Bird ini akan terus
disempurnakan. “Jadi ini hanyalah awal dari penyempurnaan itu,” katanya sambil
menambahkan bahwa aplikasi My Blue Bird diperkenalkan pertama kali pada 2011. Seiring
perkembangan kompetisi, penumpang menginginkan aplikasi yang dapat melakukan lebih
banyak hal. “Karena itu, selain fitur-fitur yang hari ini telah tersedia, kami juga akan
menambahkan segera berbagai fitur pada update berikutnya, di antaranya pembayaran non-
tunai (cashless), Blue Bird eVoucher, serta kode promosi. Nantinya juga akan ada fitur Easy
Ride, di mana penumpang yang menyetop taksi di jalan, tetap bisa membayar via aplikasi.”
3.3 Strategi Bersaing

Ini Strategi Blue Bird Hadapi Persaingan Bisnis Transportasi

PT Blue Bird terus melakukan perubahan teknologi dalam pemesanan armada taksinya, guna
bertahan dalam gempuran transportasi online yang semakin masif.

Saat ini, taksi berlambang burung biru sudah memiliki aplikasi pemesanan taksi secara online
yaitu My Blue Bird. Namun, perseroan tidak puas tidak hal tersebut dan akan dikembangkan
secara luas.

Direktur Blue Bird Sigit P Djokosoetono mengatakan, pemesanan taksi Blue Bird saat ini dapat
dilakukan dengan cara online dengan aplikasi My Blue Bird, untuk melengkapi pemesanan
melalui sambungan telepon ke operator.

"Cara pesan bukan hanya lewat handphone saja, sehingga ke depan aplikasi lain yang disebut
multi access channel yang perseroan kembangkan," tutur Sigit di Jakarta.

Sigit menjelaskan, layanan yang dikembangkan perseroan nantinya berbentuk platform


semacam e-commerce, seperti booking.com Agoda, dan Traveloka untuk memenuhi
permintaan masyarakat terhadap semua armada Blue Bird.
"Blue Bird siapkan platform seperti itu, jadi pesan darimana saja Blue Bird ada, bukan hanya
dari aplikasi karena layanan kami bukan hanya taksi, melainkan ada bus, rental. Sehingga
nantinya semua akan masuk dalam satu platform," tutur Sigit.

Sementara itu, disinggung terkait rencana kerjasama dengan perusahaan ride sharing
transportasi, Go-Jek yang mencakup teknologi, pembayaran dan promosi, Sigit belum dapat
menjelaskan secara detail.

"Kami akan sampaikan dalam waktu dekat bentuk pemesanannya seperti apa dan bukan
memakai fitur dia (Go-Jek)," pungkas Sigit.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


1.1 Kesimpulan

Blue Bird Group merupakan perusahaan transportasi asal Indonesia. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 1972 di Jakarta, untuk marketing mix 7P nya ialah dalam segi hal
produk Blue Bird Group menyediakan berbagai macam layanan transportasi mulai
dari taxi reguler hingga rental limousin dan bus untuk konsumen, untuk place
outlet Blue Bird Group tersebar di berbagai wilayah strategis di indonesia seperti
di mall, tempat-tempat hiburan dan hotel, Promosi tentang produk blue bird ini
kebanyakan melalui word to mouth dari pelanggan-pelanggan yang pernah
menggunakan jasa yang diberikan oleh Blue Birdgroup ini, Harga yang ditetapkan
oleh Blue Bird Group sesuai dengan kualitas yang diterima pelanggan, physical
evidence ini, dapat dilihat dari armada-armadanya, baik taksi sampai alat-alat
berat yang disediakan oleh Blue Bird Group yang semuanya dalam keadaan baik,
Pelanggan yang akan memesan produk Blue Bird Group, baik itu memesan taksi,
bus ataupun alat-alat berat, dapat menghubungi nomor yang telah diberikan oleh
pihak Blue Bird. perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta
proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum
membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah
melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Strategi bersaing Saat ini,
taksi berlambang burung biru sudah memiliki aplikasi pemesanan taksi secara online
yaitu My Blue Bird.

1.2 Saran
berdasarkan penelitian yang diangkat yaitu penerapan strategi pemasaran dalam
pengembangan jasa transportasi taksi konvensional blue bird untuk menghadapi
jasa transportasi berbasis aplikasi online di jakarta ini . ada beberapa saran yaitu :
1. Untuk strategi harga atau tarif sebaiknya taksi blue bird lebih mengambil
keputusan menurunkan harga agar menyesuaikan dengan kompetitor dan
pasar. Dengan mengajukan proses penurunan tarif kepada pemerintah jakarta
agar dapat bersaing dan usahanya tidak mengalami kebangkrutan.
2. Untuk strategi bauran promosi sebaiknya jasa transportasi taksi konvensional
blue bird lebih memanfaatkan menggunakan media internet yang murah bisa
menggunakan website maupun media sosial seperti instagram, facebook, dan
twitter, dimana masyarakat pada saat ini lebih tertarik dengan hal yang praktis
mudah dan murah.

Anda mungkin juga menyukai