Anda di halaman 1dari 21

Pembatalan Peraturan Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 Tentang Pemerintahan Daerah Dan Undang-Undang Nomor 5


Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung
Esther
Program Pascasarjana, Ilmu Hukum
Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru

ABSTRAK Dari hasil penelitian Dapat disimpulkan


diundangkannya Undang-Undang Nomor 23
Lahirnya nya undang-undang Undang- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang memberikan kewenangan pada Menteri Dalam
Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan Menteri Dalam membatalkan peraturan daerah
bagi Mendagri dalam membatalkan peraturan tanpa harus meminta persetujuan Presiden.
daerah. Kewenangan dalam pembatalan peraturan Mekanisme dalam pembatalan peraturan daerah
daerah ini juga dimiliki oleh Mahkamah Agung telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Mahkamah Agung. Akibat hukum dari pengujian
Dari latar belakang di atas, Penulis
terhadap pembatalan peraturan daerah maka bila
merumuskan pokok diantaranya: Pertama,
peraturan daerah tersebut dibatalkan.
Bagaimana Kewenangan Menteri Dalam Negeri
Dalam membatalkan Peraturan Daerah Kata Kunci : Pembatalan Peraturan Daerah Oleh
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun Menteri Dalam Negeri dan
2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Mahkamah Agung
Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah
Agung?. Kedua, Bagaimana Mekanisme ABSTRACT
Pembatalan Peraturan Daerah Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang The birth of her legislation Law No. 23
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Year 2014 on Regional Government authority for
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah the Minister of Home Affairs to cancel the local
Agung?, Ketiga, Apa Akibat Hukum Pembatalan regulations. Which was once the cancellation of
Peraturan Daerah Oleh Mahkamah Agung dan local regulations must be approved by the
Menteri Dalam Negeri? president in advance. In addition to the
cancellation of local regulations that may be
Jenis penelitian yang digunakan dalam made by the Minister of the Interior. The
penulisan penelitian ini adalah penelitian hukum authority in the cancellation of these regulations
Normatif, yang membahas tentang Pembatalan is also owned by the Supreme Court as stipulated
Peraturan Daerah Berdasarkan Undang-undang in Law No. 5 of 2004 on the Supreme Court.
Nomor 23 Tahun Nomor 2014 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang From the above background, the author
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung. formulated the principal are: First, How
Sedangkan sifat penelitian ini adalah deskritif, Authority Interior Minister in canceling the
karena Penulis bermaksud memberikan gambaran Regional Regulation Based on Law No. 23 Year
yang jelas dan rinci tentang permasalahan yang 2014 on Regional Government and Law No. 5 of
menjadi pokok penelitian. Mengenai analisis 2004 concerning the Supreme Court ?. Second,
data, Setelah melalui proses pengumpulan data How Cancellation Mechanism Regional
dan pengolahan data, kemudian data dianalisis Regulations Under Law No. 23 of 2014 on
dan dirumuskan kesimpulan deduktif yakni Regional Government and Law No. 5 of 2004 on
menyimpulkan dari pernyataan yang bersifat the Supreme Court ?, Third, What Effects
umum kedalam pernyataan yang bersifat khusus. Cancellation of Regional Regulation by the
Supreme Court?
This type of research used in writing this dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah
research is normative law, which discusses tangganya sendiri.1
Cancellation of Regional Regulation Based on Pemerintah Daerah diberi kewenangan
Law No. 23 of No. 2014 on Regional Government untuk membentuk peraturan daerah untuk
and Law No. 5 of 2004 on the Supreme Court. membantu proses dalam pelaksanaan
While the nature of this research is descriptive, Pemerintahan di daerah. Sesuai ketentuan Pasal
because the author intends to give a clear and 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
detailed picture of the problems that the subject tentang Pembentukan Peraturan perundang-
of research. Regarding data analysis, After going undangan yaitu, “materi muatan peraturan daerah
through the process of data collection and provinsi dan peraturan daerah Kabupaten/Kota
processing of data, then the data is analyzed and berisi materi muatan dalam rangka
formulated conclusions that conclude deductively penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
from general statements into statements that are pembantuan dan menampung kondisi khusus
special. daerah dan/ atau penjabaran lebih lanjut peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi”.2
From the research results can be Dalam pembentukan peraturan daerah,
concluded the enactment of Law No. 23 Year ada hal-hal yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak
2014 on Regional Government has authorized the yang terlibat agar peraturan daerah tersebut
Minister of the Minister to cancel the regional memberikan hal yang positif bagi masyarakat
regulation without having to seek approval of the daerah. Peraturan daerah sebagai produk hukum
President. Mechanisms in the cancellation of di daerah, hendaknya mampu mengarahkan
local regulations have been regulated in Law masyarakat daerah ke arah yang lebih baik dan
Number 23 Year 2014 on Regional Government mampu mengayomi masyarakat. Jika disimak
and Law No. 5 of 2004 on the Supreme Court. pendapat dari Meuwissen yang menyataan bahwa
The legal consequences of testing against the hukum mempunyai keberlakuannya apabila
cancellation of the local regulations when local mampu berlaku secara sosiologis, berlaku secara
regulations are canceled. The local government yuridis dan berlaku secara moral.3
should revoke local regulations within 30 (thirty) Terkait dengan banyaknya peraturan
days after cancellation made by the Supreme daerah yang dianggap bermasalah baik karena
Court. menimbulkan ekonomi biaya tinggi,
memberatkan masyarakat di daerah, sebagai
Keywords: Cancellation of Regional Regulation
sistem instrumen hukum negara telah ditentukan
by the Minister of the Interior and the
mekanisme untuk menyelesaikan konflik
Supreme Court
peraturan atau konflik yang ditimbulkan dari
PENDAHULUAN suatu peraturan. Mekanisme penyelesaian konflik
peraturan dilakukan melalui pengujian peraturan
Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Dasar perundang-undangan. Peraturan daerah yang
Tahun 1945 yang berbunyi “Negara Kesatuan dianggap bertentangan dengan kepentingan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah umum dan/atau bertentangan dengan peraturan
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas yang lebih tinggi dapat diuji oleh dua lembaga
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai Pemerintahan
1
daerah, yang diatur dengan undang-undang”, Soehino, Ilmu Negara,(Yogyakarta: Liberty,
artinya negara Indonesia terdiri dari beberapa 2007), hlm. 224.
2
provinsi, kabupaten dan kota sedangkan H.A.W. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi di
Indonesia (Penjelasan Atas Undang-Undang Republik
Pemerintahnya terdiri dari Pemerintah Pusat dan
Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Pemerintah daerah. Daerah provinsi, Daerah), (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), hlm. 425.
Kabupaten/Kota merupakan daerah yang otonom, 3
B. Arief Sidharta, Meuwissen Tentang
yaitu suatu masyarakat hukum yang mempunyai Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan
batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang Filsafat Hukum, Penerjemah B. Arief Sidharta, (Bandung:
Refika Aditama, 2007), hlm. 46-47.
melalui dua model kewenangan, yaitu judicial peraturan perundang-undangan juga dimiliki oleh
review oleh Mahkamah Agung dan executive Mahkamah Konstitusi yang kemudian dikenal
review oleh Pemerintah yang dilakukan oleh dengan istilah constitutional review berwenang
Departemen Dalam Negeri. menguji undang-undang terhadap Undang-
Undang Dasar Tahun 1945.
Mengenai executive review atau pengujian
peraturan daerah yang dilakukan oleh pemerintah Adanya pengujian terhadap peraturan
terdapat dalam Pasal 251 Ayat 1 Undang-undang daerah yang dilakukan oleh pemerintah tidak
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan sepenuhnya diterima baik oleh daerah-daerah,
Daerah berbunyi “Perda Provinsi dan peraturan pada kenyataannya banyak daerah yang merasa
gubernur yang bertentangan dengan ketentuan keberatan jika peraturan daerah yang telah dibuat
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dengan susah payah, membutuhkan biaya yang
kepentingan umum, dan/atau kesusilaan banyak dan waktu yang lama dan melibatkan
dibatalkan oleh Menteri”. Ketentuan mengenai wakil rakyat pada Dewan Perwakilan Rakyat
pembatalan yang diatur dalam Pasal 251 ayat 1 Daerah pada akhirnya dibatalkan oleh Menteri
ini adalah memberikan kewenangan bagi Dalam Negeri, sehingga Mendagri berpendapat
Mendagri untuk membatalkan peraturan daerah.4 oleh karena peraturan daerah yang sudah
disahkan dan dibuat dengan cara yang benar
Pengujian peraturan perundang-undangan untuk kepentingan rakyat, tidak begitu saja dapat
di bawah undang-undang terhadap undang- dibatalkan dan seandainya dibatalkan pun harus
undang, dilakukan oleh Mahkamah Agung dalam melalui prosedur hukum yang sesuai dengan
menjalankan kekuasaan kehakiman sebagai hierarki pembentukan peraturan perundang-
kewenangan atributif yang ditentukan dalam undangan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor.
Pasal 24A ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 12 Tahun 2011.5
1945, tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan; Pasal 11 ayat (2) huruf b Pengajuan keberatan terhadap peraturan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004, tentang daerah yang dibatalkan oleh pemerintah pusat
Kekuasaan Kehakiman; Pasal 31 ayat (2) tersebut ke Mahkamah Agung sebagai upaya
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004, tentang untuk memperoleh keadilan serta penafsiran yang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor.14 tepat mengenai peraturan daerah yang dibatalkan
Tahun 1985, tentang Mahkamah Agung; Pasal oleh Presiden. Dengan diajukannya keberatan
31A Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009, pembatalan peraturan daerah ke Mahkamah
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Agung akan memberikan kejelasan tentunya
Nomor 14 Tahun 1985, tentang Mahkamah berkaitan pembatalan yang sejatinya
Agung; dan Pasal 1 Peraturan Mahkamah Agung pertimbangan dalam pembatalan suatu peraturan
Nomor 1 Tahun 2004, tentang Hak Uji Materiil. daerah serta apakah memang benar-benar perda
Dalam ketentuan aturan tersebut, Mahkamah tersebut melanggar ketentuan Pasal 250 ayat (2)
Agung berwenang melakukan pengujian terhadap Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2014 atau
peraturan perundang-undangan di bawah undang- tidak terjadi pelanggaran terhadap Pasal tersebut,
undang. serta menolak pembatalan peraturan daerah yang
dilakukan oleh Presiden. Mahkamah Agung
Kewenangan melakukan pengujian bukan hanya menguji keberatan tetapi juga
peraturan perundang-undangan di bawah undang- berwenang menguji Peraturan Perundang-
undang terhadap undang-undang oleh Mahkamah undangan di bawah Undang-undang termasuk
Agung tersebut kemudian dikenal dengan istilah peraturan daerah ketika bertentangan dengan
judicial review atau pengujian peraturan peraturan perundang-undangan di bawah
perundang-undangan oleh lembaga kehakiman. Undang-undang.
Selain Mahkamah Agung, kewenangan pengujian
5
Krishna D. Darumurti dan Umbu Rauta, Otonomi
4
Lihat Pasal 251 Undang-Undang Nomor 23 Daerah Perkembangan pemikiran, pengaturan dan
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. pelaksanaan, (Bandung: Citra Aditya, 2003), hlm. 17.
Namun faktanya Menteri Dalam Negeri Yang Berlaku di Indonesia.8 Pada skripsi ini
lebih banyak melakukan pembatalan peraturan meneliti mengenai seluruh lembaga yang
daerah dibandingkan Mahkamah Agung pada memiliki kewenangan yang dapat melakukan
tahun 2016 Kemendagri telah membatalkan 3.143 proses review pada peraturan daerah.
peraturan yang dibatalkan, ada 1.765 peraturan di Ketiga penelitian yang dilakukan Khelda
tingkat provinsi, 1.276 peraturan di tingkat Ayunita, S.H., dengan judul “Analisis Yuridis
kabupaten/kota, dan 111 Peraturan Mendagri Pembatalan Peraturan Daerah Dalam Perspektif
yang dibatalkan.6 Judicial Review Dan Executive Review”,9 Pada
tesis tersebut mengfokuskan pada legalitas hasil
TINJAUAN PUSTAKA judicial review dan executive review. Selain itu
Berkaitan mengenai Peraturan daerah juga melakukan perbandingan antara dua jenis
(Perda) sebenarnya sudah pernah diteliti oleh review tersebut.
beberapa penulis yang menjadikan peraturan Keempat penelitian yang dilakukan Agung
daerah sebagai kajian permasalahan hukumnya, Maldi Saputra dengan judul “Pengaturan
namun penulis juga berupaya menjadikan Executive Review Terhadap Peraturan Daerah
peraturan daerah sebagai objek permasalahan Kabupaten/Kota”,10 Pada Skripsi tersebut
yang akan diteliti. Permasalahan berkaitan mengfokuskan pada Pengaturan terhadap
dengan peraturan daerah yangpenulis teliti ini pelaksanaan dan executive review Peraturan
berbeda dengan penelitian-penelitian yang pernah Daerah Kabupaten/Kota.11
ada sebelumnya seperti : Kelima penelitian yang dilakukan Dany
Pertama Penelitian yang dilakukan oleh Andrian dengan judul“Mekanisme Executive
Putu Novarisna Wiyatna dengan judul Review Peraturan Daerah Menurut Undang-
“Wewenangan Pembatalan Peraturan Daerah Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Tentang Retribusi Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah”,12 Pada Skripsi tersebut
Pemerintahan Daerah”.7 Jika melihat dari judul mengfokuskan pada pelaksanaan executive review
serta rumusan masalah yang diteliti berbeda Peraturan Daerah Menurut Undang-Undang
dengan yang akan penulis teliti mengingat pada Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
tesis tersebut menekankan kepada bentuk hukum Daerah.
pembatalan peraturan daerah serta mengenai Keenam penelitian yang dilakukan
tindakan hukum yang dapat dilakukan pemerintah Sukardi dengan judul “Wewenang Pembatalan
daerah ketika dibatalkannya peraturan daerah Peraturan Daerah”,13 Pada Tesis tersebut
yang telah dibuat tersebut. Sedangkan penulis mengfokuskan pada siapa yang berwewenang
lebih menekankan kepada kepastian hukum dalam melakukan pembatalan terhadap peraturan
terhadap pembatalan peraturan daerah oleh Peraturan.
menteri dalam negeri berdasarkan undang-undang
nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan
daerah. 8
Jimmy Hartono Simamora, “Tinjauan Yuridis
Kedua penelitian yang dilakukan Jimmy Wewenang Pembatalan Peraturan Daerah (Perda)
Berdasarkan Peraturan perundang-undangan Yang
Hartono Simamora ditahun 2011 dengan judul Berlaku di Indonesia, Skripsi, Universitas Riau, 2011.
penelitian “Tinjauan Yuridis Wewenang 9
Khelda Ayunita, “Analisis Yuridis Pembatalan
PembatalanPeraturan Daerah (Perda) Peraturan Daerah Dalam Perspektif Judicial Review Dan
Berdasarkan Peraturan perundang-undangan Executive Review”,Tesis,Universitas Hasanuddin, 2012.
10
Agung Maldi Saputra, “Pengaturan Executive
Review Terhadap Peraturan
Kabupaten/Kota”,Skripsi,Universitas Bengkulu, 2014.

6
Www. Detik. Com diakses pada tanggal 15 12
Dany Andrian, “Mekanisme Executive Review
Oktober 2016. Peraturan Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 32
7 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Putu Novarisna Wiyatna,“Wewenangan
Pembatalan Peraturan Daerah Tentang Retribusi Dalam Daerah”,Skripsi,Universitas Andalas, 2011
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah”. Tesis, 13
Sukardi, “Wewewnang Pembatalan Peraturan
Universitas Udayana, 2010. Daerah”,Tesis ,Universitas Airlangga, 2009.
Ketujuh penelitian yang dilakukan Quindo yakni proses memberikan otonomi kepada
Benjamin Ngaji dengan judul “Kewenangan masyarakat dalam wilayah tertentu.16
Pembatalan Produk Hukum Daerah Oleh
Pemerintah Ditinjau Dari Persfektif Undang- Dalam penyelenggaraan urusan
Undang Dasar Negara RI. Tahun 1945”,14 Pada pemerintahan oleh pemerintah daerah
Tesis tersebut mengfokuskan kewenangan dalam dilaksanakan dengan asas otonomi daerah yang
melakukan pembatalan produk hukum daerah artinya ialah hak, wewenang dan kewajiban
berdasarkan Undang-undang Dasar Republik daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
Indonesia Tahun 1945. sendiri urusan pemerintahan dan masyarakat
setempat, sesuai peraturan perundang-undangan.
KERANGKA TEORI Hal ini mengandung makna bahwa urusan
1. Teori Otonomi Daerah pemerintahan pusat yang menjadi kewenangan
pusat tidak mungkin dapat dilakukan dengan
a. Hubungan Pemerintah Pusat Dengan sebaik-baiknya oleh pemerintahan pusat guna
Pemerintah Daerah kepentingan pelayanan umum pemerintahan dan
Hubungan Pusat dan daerah dalam negara kesejahteraan rakyat disemua daerah. Apalagi
kesatuan menarik untuk di kaji, hal ini kondisi geografis, system politik, hukum, sosial
dikarenakan kelaziman negara yang berbentuk dan budaya beraneka ragam dan bercorak, di sisi
kesatuan pemegang otoritas pemerintahan adalah lain NKRI yang meliputi daerah-daerah
pemerintah Pusat atau dengan kata lain kekuasaan kepulauan dan wilayah negara sangat luas.17
tertumpu di pusat pemerintahan. Kewenangan
yang diberikan oleh Pusat kepada daerah b. Pengertian Mengenai Atribusi, Delegasi dan
biasanya sangat terbatas. Seringkali disebut Mandat
karakter negara kesatuan itu sentralistis. Hal ini
berbeda dengan diametrik dengan negara yang Dalam konsep hukum publik wewenang
berbentuk federal. Dalam negara federal, negara- merupakan konsep inti dari hukum tata negara
negara bagian relatif lebih memiliki ruang gerak dan hukum administrasi negara.18 Pemerintahan
yang leluasa untuk mengelola kekuasaan yang (administrasi) baru dapat menjalankan fungsinya
ada pada dirinya, karena kekuasaan negara atas dasar wewenang yang diperolehnya, artinya
terdesentralisir kenegara bagian.15 keabsahan tindak pemerintahan atas dasar
Dalam negara kesatuan, penyelenggaraan wewenang yang diatur dalam peraturan
desentralisasi dilakukan oleh Pemerintah Pusat. perundang-undangan (legalitiet beginselen).19
Penyelenggaraan di sini mengandung arti Tanpa adanya kewenangan yang dimiliki, maka
penetapan strategi, kebijaksanaan dan program Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak
termasuk pembentukan peraturan perundang- dapat melaksanakan suatu perbuatan atau
undangan dan daerah otonom beserta penyerahan tindakan pemerintahan.
wewenang serta pengembangannya. Perwujudan
Bagir Manan menyatakan Di bidang
desentralisasi di tingkat daerah adalah otonomi
otonomi peraturan daerah dapat mengatur segala
daerah atau disingkat, otonomi, desentralisasi
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
sering disebut pemberian otonomi, dengan kata
lain desentralisasi merupakan pengatonomian,
16
Sudi Fahmi, Konsistensi Hukum Antara
Pemerintahan Pusat dan Daerah Studi Pelaksanaan
Desentralisasi Dalam Bidang Kehutanan, (Yogyakarta,
Total Media, 2009), hlm. 38.
17
14
Quindo Benjamin Ngaji, “Kewenangan Ibid., hlm. 6
Pembatalan Produk Hukum Daerah Oleh Pemerintah
18
Ditinjau Dari Persfektif Undang-Undang Dasar Negara RI. H.M Arief Muljadi, Landasan dan Prinsip
Tahun 1945”,Tesis, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Hukum Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan RI,
2015. (Yogyakarta: Prestasi Pustaka, 2005), hlm. 61.
15
Ni’matul Huda, Problematika Pembatalan 19
Sadjijono, Memahami, Beberapa Bab Pokok
Peraturan Daerah, (Yogyakarta, FH UII Press, 2010), hlm. Hukum Administrasi, (Yogyakarta: Laksbang Presindo,
20 2008), hlm. 49.
yang tidak diatur oleh pusat. Di bidang tugas wewenang berdasarkan suatu wewenang
pembantuan peraturan daerah tidak mengatur pemerintah atributif yang sah atau tidak.
substansi urusan pemerintahan atau kepentingan
masyarakat. peraturan daerah di bidang tugas Dalam hal mandat, maka tidak terjadi
pembantuan hanya mengatur tata cara perubahan apa-apa mengenai distribusi
melaksanakan substansi urusan pemerintahan wewenang yang telah ada, yang ada hanya suatu
atau suatu kepentingan masyarakat.20 hubungan intern, pemberi mandat (mandans)
menugaskanpenerima mandat (mandataris) untuk
Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak atas nama mandans melakukan suatu tindakan
mengandung pengertian kekuasaan untuk hukum dan mengambil serta mengeluarkan
mengatur sendiri (zelffregelen) dan mengelola keputusan-keputusan Tata Usaha Negara tertentu.
sendiri (zelfhestuten), sedangkan kewajiban Jadi pada mandat, wewenang pemerintahan
secara horizontal berarti kekuasaan untuk tersebut dilakukan oleh mandataris atas nama dan
menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana tanggung jawab mandans.
mestinya. Vertikal berarti kekuasaan untuk
menjalankan pemerintahan dalam satu tertib Dalam teori beban tanggung jawab,
ikatan pemerintahan Negara secara keseluruhan.21 ditentukan oleh cara kekuasaan diperoleh, yaitu
pertama, kekuasaan diperoleh melalui attributie.
Secara teoritis, kewenangan yang Setelah itu dilakukan pelimpahan dan dilakukan
bersumber dari peraturan perundang-undangan dalam dua bentuk yaitu delegatie dan mandaat.
tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, Di sisi lain pelimpahan wewenang pusat kepada
delegasi, dan mandat. Pada Atribusi terjadi daerah didasarkan pada teori kewenangan, yaitu
pemberian wewenang pemerintahan yang baru pertama kekuasaan diperoleh melalui atribusi
oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang- oleh lembaga negara sebagai akibat dari pilihan
undangan. Di sini dilahirkan atau diciptakan sistem pemerintahan, setelah menerima
suatu wewenang pemerintahan baru. Dapat diberi kewenangan atribusi berdasarkan Undang-
uraian bahwa ketentuan hukum yang menjadi Undang Dasar Tahun 1945 untuk kemudian
dasar dikeluarkannya keputusan yang dilakukan pelimpahan (afgeleid) yang dapat
disengketakan itu mungkin menyebut dengan dilakukan melalui dua cara yaitu delegasi dan
jelas Badan atau Pejabat Tata Usaha negara mandat, delegasi dapat diturunkan kembali hanya
(TUN) yang diberi wewenang pemerintah, jadi sampai pada sub-sub delegasi.23
dasar wewenang tersebut dinamakan bersifat
atributif.22 Kewenangan pembentukan peraturan
daerah merupakan sumber kewenangan atribusi,
Sedangkan pada delegasi terjadilah karena pembentukan peraturan daerah merupakan
pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh pemberian atribusi untuk mengatur daerahnya, di
Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara yang telah samping itu pembentukan peraturan daerah
memperoleh suatu wewenang pemerintahan merupakan suatu pelimpahan wewenangan
secara atributif kepada Badan atau jabatan Tata (delegasi) dari suatu peraturan perundang-
Usaha Negara lainnya. Dengan demikian, suatu undangan yang lebih tinggi kepada peraturan
delegasi selalu di dahului oleh adanya atribusi perundang-undangan yang lebih rendah.24
wewenang, adalah sangat penting untuk
mengetahui apakah suatu Badan atau Jabatan
Tata Usaha Negara itu pada waktu mengeluarkan
suatu keputusan yang berisi suatu pendelegasian
23
I Ketut Suardita, Kewenangan Pemerintah
20 Kabupaten/Kota Menetapkan Pajak daerah Dalam
Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi
Daerah, (Cetakan Ketiga), (Yogyakarta: Pusat Studi Melaksanakan Otonomi Berdasarkan Undang-undang No.
Hukum (PSH) Fak Hukum UII, 2004), hlm.185-186. 32 Tahun 2004, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 23.
21 24
H.R Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 73. undangan (2) (Proses Dan Teknik Penyusunan),
22
Ibid., hlm. 105. (Yogyakarta: Kansius, 2007), hlm. 23.
c. Pengawasan Terhadap Peraturan Daerah Sedangkan pengawasan represif dilakukan dalam
bentuk :
Menurut Prayudi, pengawasan adalah
proses kegiatan-kegiatan yang membandingkan 1) Menangguhkan berlakunya suatu Peraturan
apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau Daerah.
diselenggarakan itu dengan apa yang
dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.25 2) Membatalkan suatu Peraturan Daerah.
Hasil pengawasan harus dapat menunjukan
Berbeda dengan pengawasan preventif,
sampai dimana terdapat kecocokan atau
pengawasan represif dilakukan setelah peraturan
ketidakcocokan, dan apakah sebab-sebabnya.
daerah diundangkan dan dapat dilakukan pada
Pengawasan yang dilakukan terhadap Peraturan
semua peraturan daerah. Dalam pengawasan
Daerah merupakan pengawasan bersifat yuridis
preventif dan represif dilakukan terhadap
(hukum) dengan tujuan untuk menegakan
peraturan daerah agar tidak bertentangan dengan
yuridiksitas dan/atau legalitas.
kepentingan umum dan/atau peraturan
Prinsip pengawasan yang terkandung perundang-undangan yang lebih tinggi.
dalam negara kesatuan menurut Bagir Manan
2. Kepastian Hukum
adalah Pemerintah Pusat berwenang untuk
campur tangan lebih intensif terhadap persoalan- Kepastian hukum sangat penting dalam
persoalan di daerah.26 Pemerintah Pusat memiliki pengujian peraturan daerah, kepastian hukum
tanggung jawab untuk menjamin keutuhan negara mutlak perlunya guna memberikan jaminan
kesatuan, menjamin pelayanan yang sama untuk keadilan dan kepastian atas legalitas suatu
seluruh rakyat, menjamin keseragaman tindakan pengujian peraturan daerah yang telah dilakukan.
dan pengaturan dalam bidang-bidang tertentu. Tanpa adanya kepastian hukum masyrakat akan
Pengawasan terhadap segala kegiatan dibingungkan atas suatu keputusan yang telah
pemerintahan daerah termasuk Keputusan Kepala dilakukan baik oleh eksekutif maupun yudikatif.27
Daerah dan Peraturan Daerah oleh Pemerintah
Pusat merupakan suatu akibat dari adanya negara Kepastian hukum secara normatif
kesatuan. adalah ketika suatu peraturan dibuat dan
diundangkan secara pasti karena mengatur secara
Ada dua jenis pengawasan baku terhadap
jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak
Peraturan Daerah terhadap satuan pemerintahan
menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan
daerah yaitu:
logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma
Pengawasan preventif itu berbentuk dengan norma lain sehingga tidak berbenturan
memberi pengesahan atau penolakan pengesahan. atau menimbulkan konflik norma. Konflik norma
Sesuai dengan sifatnya, pengawasan preventif itu yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan dapat
dilakukan sebelum Perda itu diundangkan artinya berbentuk kontestasi norma, reduksi norma atau
masih dalam bentuk Rancangan Peraturan distorsi norma.28 Menurut Sudikno Mertukusumo
Daerah. Pengawasam preventif hanya dilakukan kepastian hukum merupakan sebuah jaminan
pada Raperda yang berisi atau yang mengatur bahwa hukum tersebut harus dijalankan dengan
materi-materi tertentu. Pada umumnya materi- cara yang baik.
materi tersebut dianggap penting, yang
menyangkut kepentingan-kepentingan besar
terutama bagi daerah dan penduduknya. 27
Erman Rajagukguk, makalah Disampaikan pada
Pengawasan preventif dilakukan agar tidak diskusi “Peran dan Komitmen BUMN/BUMD dalam
timbul kerugian atau hal-hal yang tidak Memerangi Praktik Bisnis yang Koruptif dalam Kaitan
diinginkan bagi daerah. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”, diselenggarakan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta 4 Juni
25 2012.
Didik Sukrino, Hukum, Konstitusi, dan Konsep
28
Otonomi, (Malang: Setara Press, 20130, hlm. 139. www. Hukumonline.com diakses pada tanggal
26
Ibid, hlm. 140. 21 Oktober 2016
Peraturan perundang-undangan dengan istilah dalam bahasa Inggris Judicial
menempati kedudukan sangat sentral dalam Review. Pengertian Judicial Review dapat dilihat
sistem hukum semua negara di dunia, tidak dalam kamus hukum yang menyatakan Judicial
terkecuali negara-negara common law sistem. review is a court’s power to review the action of
Pentingnya kedudukan peraturan perundang- other branches or levels of goverment, esp, the
undangan dalam sistem hukum suatu negara court power to invalidate legislative an executive
bertujuan untuk memberikan kepastian hukum action as being un constitutional.31Mengenai
dalam menjalankan system pemerintahan di pengujian (toetsingrechts)ada dua macam
negara tersebut.29 pengujian yakni :32

Pemikiran mainstream beranggapan 1. Hak menguji formal (formale toetsingrechts),


bahwa kepastian hukum merupakan keadaan dan
dimana perilaku manusia, baik individu,
kelompok, maupun organisasi, terikat dan berada 2. Hak menguji material (material
dalam koridor yang sudah digariskan oleh aturan toetsingrechts).
hukum. Secara etis, padangan seperti ini lahir dari Hak menguji formal adalah wewenang
kekhawatiran yang dahulu kala pernah untuk menilai suatu produk legislatif seperti
dilontarkan oleh Thomas Hobbes bahwa manusia Undang-undang misalnya yang terjelma melalui
adalah serigala bagi manusia lainnya (homo cara-cara sebagai mana telah ditentukan dalam
hominilupus). Manusia adalah makhluk yang peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
beringas yang merupakan suatu ancaman. Untuk Pengujian formal biasanya lebih kepada
itu, hukum lahir sebagai suatu pedoman untuk menekankan pada kompetensi lembaga yang
menghindari jatuhnya korban. Konsekuensi dari membentuknya. Hak menguji material adalah
pandangan ini adalah bahwa perilaku manusia suatu wewenang untuk menyelidiki dan menilai
secara sosiologis merupakan refleksi dari perilaku apakah suatu peraturan perundang-undangan
yang dibayangkan dalam pikiran pembuat aturan. sesuai atau bertentangan dengan peraturan yang
Barangkali juga pernah dilakukan untuk lebih tinggi derajatnya, serta apakah suatu
mengelola keberingasan para koboy Amerika kekuasaan berhak mengeluarkan suatu peraturan
ratusan tahun lalu. tertentu.33
Berkaitan dengan pengjian yang dilakukan
Meski obyektivisme adalah suatu yang
oleh legislatif review dan eksekutif review maka
tidak mungkin dalam hukum, ia diandaikan ada,
ini disebut dengan pengujian internal. Sedangkan
yakni dalam dan berupa hukum positif, bagi
pengujian eksternal dilakukan oleh lembaga lain
kaum kita mengenali apa yang dilarang dan
yakni lembaga yang berwenang melakukan
diperbolehkan dari hukum positif tersebut. karena
pengujian tersebut adalah Mahkamah Agung dan
itu, ius (keadilan) yang abstrak agar bisa
Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung
diverifikasi harus dipositifkan (ius constitutum)
memiliki kewenangan untuk melakkan uji materi
terlebih dahulu menjadi rumusan hukum positif.30
peraturan perundang-undangan di bawah
Undang-undang terhadap Undang-undang.
3. Teori Judicial Review
Sedangkan Mahkamah Konstitusi memiliki
Hak menguji berasal dari terjemahan
kewenangan uji materi Undang-undang terhadap
Toetsingrechts yang berarti hak untuk menguji
Undang-Undang Dasar.Dengandemikian
atau kewenangan untuk menguji. Jika hak atau
berkaitan mengenai kewenangan menguji
kewenangan menguji ini diberikan kepada hakim
atau lembaga peradilan maka akan dikenal 31
Bryan A, Garner, Black’s Law Dictionary
Seventh Edition, (In chief West GruopSt: Paul, Minn,
29 1999), hlm. 852.
Titon Slamet Jurnia, Pengantar Sistem Hukum
32
Indonesia, (Bandung: Alumni, 2009), hlm. 47. Sri Soemantri, Hak Menguji Di
30
Widodo Dwi Putro, Kritik Terhadap Paradigma Indonesia¸(Cetakan ke II), (Bandung: Alumni, 1997), hlm.
Positivisme Hukum, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2011), 1.
33
hlm. 233. Ibid., hlm. 12.
peraturan Perundang-undangan ada pada 2 Mengingat jika dianalisis peraturan daerah
cabang yakni Mahkamah Agung dan Mahkamah merupakan suatu Peraturan Perundang-undangan
Konstitusi. yang diakui dalam hirarki peraturan perundang-
undangan kemudian jika dianggap bertentangan
Berkaitan dengan hak pengujian yang dengan peraturan perundang-undangan peraturan
dilakukan oleh hakim dalam hal ini Mahkamah daerah tersebut dapat dibatalkan. Pembatalan
Agung, diberikan kewenangan secara atribusi peraturan daerah tersebut dapat dilakukan oleh
dalam peraturan perundang-undangan yakni Pasal Mahkamah Agung ketika terjadi pemahaman
24 A ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berbeda mengenai penafsiran dari pada
menentukan bahwa Mahkamah Agung suatu peraturan daerah. Perbedaan ini muncul
berwenangan mengadili pada tingkat kasasi, ketika peraturan daerah tersebut telah lebih
menguji peraturan perundang-undangan di bawah dahulu dibatalkan oleh Pemerintah Pusat dalam
Undang-undang terhadap Undang-undang dan hal ini kaitannya dengan Pembatalan dengan
memiliki kewenangan lainnya yang diberikan Peraturan Presiden maupun Permendagri.35
oleh Undang-undang. Pasal 20 ayat (2) huruf b
Undang-Undang Nomor. 48 Tahun 2009 Tentang 4. Landasan Hukum Executive Review
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Executive review yakni pengujian atau
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Nomor peninjauan atas peraturan perundang-undangan
5076) menentukan Mahkamah Agung berwenang yang dilakukan oleh lembaga eksekutif terhadap
menguji peraturan perundang-undangan di bawah peraturan perundang-undnagan yang dibuat oleh
undang-undang terhadap undang-undang. lembaga eksekutif sendiri tanpa dimintakan
judicial review kelembaga yudicial karena ada
Pasal 31 ayat (1), (2), dan (3) Undang-
kekeliruan atau kebutuhan baru untuk
undang No. 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan
meninjaunya.36
Atas Undang-undang No. 14 Tahun 1985 tentang
Pada executive review juga diuji oleh
Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik
kelembagaan dan kewenangan yang bersifat
Indonesia Tahun 2004 Nomor 9, (Tambahan
hirarkis.Dalam konteks ini yang diperkenalkan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
dalam istilah “control internal” yang dilakukan
4359), (selanjutnya disingkat UU MA).34
oleh pihak sendiri terhadap produk yang
1. Mahkamah Agung mempunyai wewenang dikeluarkan baik yang berbentuk pengaturan
menguji peraturan perundang-undangan di (regeling), maupun Keputusan (beschikking).37
bawah undang-undang terhadap undang- Dalam rangka pengawasan terhadap
undang. daerah, UU Nomor 23 Tahun 2014 memberikan
2. Mahkamah Agung menyatakan tidak sah kewenangan pada Pemerintah Pusat untuk
peraturan perundang-undangan di bawah melakukan pengawasan terhadap Pemerintah
undang-undang atas alasan bertentangan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
dengan peraturan perundang-undangan Kabupaten/Kota. Khusus pada Pemerintah daerah
yang lebih tinggi atau pembentukannya Kabupaten/Kota pengawasan dilakukan
tidak memenuhi ketentuan yang berlaku. berjenjang oleh gubernur dan selanjutnya
3. Putusan mengenai tidak sahnya peraturan PemerintahPusat yang dalam hal ini adalah
perundang-undangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat diambil baik 35
Sri Soemantri, Hak Menguji Di
berhubungan dengan pemerinksaan pada Indonesia¸(Cetakan ke II), Op.Cit., hlm. 31.
tingkat kasasi maupun berdasarkan 36
Iza Rumesten RS, Sinkronisasi Materi Muatan
pemohonan langsung kepada Mahkamah Produk hukum Derah, (Palembang: Aulia Cendikia Press,
Agung. 2009), hlm. 65.
37

http://khafidsociality.blogspot.com/2016/10/mekanisme-
pembatalan-peraturan-daerah.html. Mekanisme pembatalan
34
Lihat Pasal 31 Undang-undang Nomor 5 Tahun Peraturan Daerah.diakses pada hari selasa tanggal 20
2004 Tentang Mahkamah Agung Oktober 2016
Kementrian Dalam Negeri. Peraturan Pemerintah pembinaan hukum di Negara Indonesia.
Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan hukum bahkan harus diawali dengan
Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan adanya suatu kajian mengenai konsep
Pemerintahan Daerah juga mengatur mengenai pembentukan Peraturan Perundang-undangan, hal
pengawasan terhadap Pemerintahan daerah. ini ditegaskan oleh Satjipto Rahardjo, yang
Peraturan Menteri Dalam Negeri Tentang menegaskan bahwa:38 ”Apabila kita ingin
Pembentukan Produk Hukum Daerah Nomor 1 berbicara mengenai pembinaan hukum dalam arti
Tahun 2014 Tentang Pembentukan produk yang lengkap, masalah pembuatan hukum pun
hukum daerah juga mengatur lebih lanjut termasuk di dalamnya. Tentulah tidak dapat
mengenai pengawasan terhadap Pemerintah diharapkan berbicara tentang pembinaan hukum
daerah. Keberadaan executive review terhadap secara bersungguh-sungguh, apabila hanya
Perda masih menjadi polemik di negara mempersoalkan tentang bagaimana meningkatkan
Indonesia. Di dalam Pasal 7 Ayat (1) Undang- efisisensi suatu peraturan yang ada serta
Undang 12 Tahun 2011 menjelaskan mengenai meningkatkan efisiensi kerja dari lembaga-
hirarki Peraturan perundang-undangan, Perda lembaga hukum.Pada suatu ketika, usaha untuk
Kabupaten/Kota merupakan peraturan yang meningkatkan efisiensi hukum juga dimulai dari
berada di bawah Undang- Undang. pembuatan peraturannya sendiri. Dengan
5. Pembatalan Peraturan Daerah demikian, akan dijumpai wilayah-wilayah tempat
Telah banyak peraturan daerah yang kaitan antara pembangunan, perubahan, dan
dibatalkan, pembatalan ini dikarenakan seperti pembinaan hukum tersebut bertemu”.
yang tertuang dalam Pasal 251 ayat (2) Undang- Pembatalan peraturan daerah tersebut
Undang Nomor. 23 Tahun 2014 yang merupakan bagian dari kewenangan pemerintah
berberbunyi; “Perda Provinsi dan peraturan dalam melakukan pengawasan terhadap
gubernur yang bertentangan dengan ketentuan Pemerintahan Daerah. Sehingga dalam asas
peraturan perundang-undanganyang lebih tinggi, desentralisasi Pemerintah Daerah tidak lepas dari
kepentingan umum, dan/atau kesusilaan Pemerintah Pusat sehingga Pemerintah Daerah
dibatalkan oleh Menteri”. masih tetap dalam kontrol dari Pemerintah Pusat.
Maksud dari bertentangan dengan Karena asas desentralisasi tidak berarti daerah
kepantingan umum diatur dalam pasal 250 ayat 2 dapat bertindak sesuai dengan kehendaknya
Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2014 yang sendiri tetapi tetap pada koridor Negara Kesatuan
berbunyi; Republik Indonesia. Ketika terjadi permasalahn
(2) Bertentangan dengan kepentingan umum berkaitan dengan Pembatalan peraturan daerah ini
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: yang melibatkan Pemerintah Daerah dan
a. terganggunya kerukunan antarwarga Pemerintah Pusat yang masing-masing meiliki
masyarakat; penafsiran berbeda akan sebuah peraturan daerah
b. terganggunya akses terhadap pelayanan serta untuk menemukan suatu kejelasan maksud
publik; daripada suatu peraturan daerah. Diberikan suatu
c. terganggunya ketenteraman dan ketertiban upaya penyelesaian dengan mengajukan hak uji
umum; materiil kepada Mahkamah Agung.
d. terganggunya kegiatan ekonomi untuk METODE PENELITIAN
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Dalam penelitian ini penulis
dan/atau menggunakan metodologi yang dianggap paling
e. diskriminasi terhadap suku, agama dan sesuai dengan keadaan objek penelitian ini dapat
kepercayaan, ras, antar-golongan, dan digolongkan kepada penelitian hukum normatif
gender yakni penelitian hukum yang dilakukan dengan
Konsep pembentukan Peraturan cara mengkaji dan meneliti bahan-bahan pustaka
Perundang-undangan dalam perspektif kajian berupa bahan hukum primer dan bahan hukum
pembatalan peraturan daerah APBD ditingkat
38
provinsi melalui Peraturan Mendagri juga Satjipto Rahardjo, Membangun Dan Merombak
merupakan suatu upaya pembangunan atau Hukum Indonesia, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2009),
hlm. 16
sekunder. Fokus dalam penelitian ini adalah pada jenis penelitian ini terbagi menjadi tiga jenis data,
Perbandingan Pembatalan Peraturan Daerah yaitu bahan hukum primer, bahan hukum
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun sekunder, dan bahan hukum tertier.
2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Bahan hukum primer adalah bahan hukum
undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah yang berasal dari Undang-undang Dasar Republik
Agung. Pendekatan penelitian yang digunakan Indonesia 1945.
dalam menjelaskan dan menjawab permasalahan Bahan hukum sekunder, yakni bahan-
penelitian: bahan hukum yang memberikan penjelasan bahan
a. Adalah pendekatan undang- hukum primer yang beberapa rancangan undang-
undang/yuridis yakni pendekatan yang undang yakni Undang-undang Nomor 23 Tahun
digunakan untuk membandingkan 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-
undang-undang/peraturan yang terkait undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah
dengan permasalahan penelitian adalah Agung, hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah
Undang-Undang Dasar Republik dari kalangan ahli hukum, dan sebagainya.
Indonesia Tahun 1945. Bahan hukum tertier, merupakan bahwa
b. Pendekatan Historis yang digunakan bahan yang memberikan petunjuk maupun
untuk mengkaji latar belakang dari penjelasan.39 seperti, Kamus Besar Bahasa
penelitian ini adalah mengenai Indonesia, kamus hukum dan artikel-artikel yang
banyaknya jumlah pembatalan dapat membantu penelitian ini.
peraturan daerah yang dibatalkan oleh Dalam pengelolaan data dari hasil studi
Menteri Dalam Negeri. Dengan kepustakaan terdapat beberapa tahap yang perlu
menggunakan peraturan perundang- dilakukan, yaitu:
undangan sebagain berikut: 1) Seleksi data. Pemerikasaan data untuk
1. Undang-undang Nomor 22 Tahun mengetahui kesesuaian dan
1999 tentang Pemerintahan Daerah kelengkapan data dengan keperluan
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun penelitian.
2004 tentang Pemerintahan Daerah 2) Klasifikasi data. Menempatkan data
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun berdasarkan penggolongan bidang
2014 tentang Pemerintahan Daerah atau pokok bahasan agar
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun mempermudah dalam
2004 tentang Mahkamah Agung menganalisisnya.
c. Perbandingan/Komparatif dalam 3) Sistematika data. Penyusunan data
pendekatan penelitian ini adalah menurut sistematika yang telah
membadingkan kewenangan dalam ditentukan agar pembahasan dapat
membatalkan peraturan daerah oleh lebih mudah dipahami.
Menteri Dalam Negeri berdasarkan Dengan demikian, yang paling penting
Undang-Undang Nomor 23 Tahun adalah dilakukannya aktivitas ilmiah untuk
2014 Tentang Pemerintahan Daerah menyusun pentahapan perkembangan hukum atau
dan Pembatalan Peraturan Daerah perkembangan peraturan perundang-undangan.40
Yang dilakukan oleh Mahkamah Analisis data dalam penelitian ini
Agung berdasarkan Undang-Undang dilakukan dengan kajian kualitatif secara
Nomor 5 Tahun 2004 Tentang komprehensif. Kewajiban utamanya adalah untuk
Mahkamah Agung. Adapun alasan menelaah pembatalan peraturan daerah
membadingkan kedua peraturan berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun
perundang-undangan tersebut karena
kedua peraturan perundang-undangan 39
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
tersebut memiliki kewenangan dalam Hukum Normatif Suatu Tindakan Singkat, (Jakarta: Raja
membatalkan peraturan daerah. Grafindo, 2007), hlm. 12
40
Dalam penelitian hukum normatif sumber data Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian
berasal dari data sekunder. Data sekunder dalam Hukum, (Cetakan ke-12), (Jakarta: Raja Grafindo Persada
2011), hlm. 99
2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang- muatan peraturan daerah adalah seluruh materi
undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi
Agung. Hasil penelaahan ini diidentifikasi secara daerah dan tugas pembantuan, dan menampung
deskriptif dan sistematis yang berdasarkan pada kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih
kewenangan pembatalan peraturan daerah oleh lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih
menteri dalam negeri berdasarkan Undang- tinggi. Dalam norma hukum norma yang lebih
undang nomor 23 Tahun 2014 tentang rendah dapat dibentuk oleh norma yang lebih
Pemerintah Daerah dan dikuatkan dengan tinggi, sehingga hukum itu berjenjang dan
mekanisme dan penafsiran isi setiap pasal berlapis-lapis membentuk suatu hierarki.41
Undang-undang Pemerintahan Daerah yang
berkaitan pembatalan peraturan daerah Diundangkannya Undang-Undang Nomor.
berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang- maka dengan itu Undang-Undang Nomor. 32
undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak
Agung akibat hukum dari pembatalan peraturan berlaku kembali, oleh karenanya aturan-aturan
daerah kemudian diambil kesimpulan secara mengenai pemerintahan daerah yang masih
induktif sebagai jawaban atas permasalahan. mengacu pada Undang-Undang Nomor. 32 Tahun
HASIL DAN PEMBAHASAN 2004 harus menyesuaikan kepada Undang-
Undang Nomor. 23 Tahun 2014. Terdapat
A. Kewenangan Pembatalan Peraturan perbedaan dan persamaan pengaturan mengenai
Daerah Oleh Menteri Dalam Negeri pembatalan perda yang diatur pada masing-
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 masing Undang-undang tersebut. Pengaturan
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pembatalan peraturan daerah pada Undang-
dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Undang Nomor. 23 Tahun 2014 dapat dilihat
tentang Mahkamah Agung pada Pasal 245;42
1. Kewenangan Pembatalan Peraturan Daerah (1) Rancangan Perda Provinsi yang mengatur
Oleh Menteri Dalam Negeri Berdasarkan tentang RPJPD, RPJMD, APBD,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 perubahan APBD, pertanggungjawaban
tentang Pemerintah Daerah pelaksanaan APBD, pajak daerah,
retribusi daerah dan tata ruang daerah
Kewenangan Pemerintah daerah dalam harus mendapat evaluasi Menteri sebelum
membuat peraturan daerah telah diatur dalam ditetapkan oleh gubernur.
undang-undang nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Namun pembentukan (2) Menteri dalam melakukan evaluasi
Peraturan Daerah oleh Kepala Daerah dan DPRD Rancangan Perda Provinsi tentang pajak
dilarang bertentangan dengan kepentingan umum daerah dan retribusi daerah sebagaimana
dan/atau peraturan perundang-undangan yang dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi
lebih tinggi sebagaimana ditegaskan dalam dengan menteri yang menyelenggarakan
ketentuan Pasal 250 Undang-undang Nomor 23 urusan pemerintahan bidang keuangan
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Untuk dan untuk evaluasi Rancangan Perda
memastikan Peraturan Daerah yang dibentuk oleh Provinsi tentang tata ruang daerah
Kepala Daerah dan DPRD tidak bertentangan berkoordinasi dengan menteri yang
dengan kepentingan umum dan/atau peraturan menyelenggarakan urusan pemerintahan
perundang-undangan yang lebih tinggi maka bidang tata ruang.
dilakukan pengawasan terhadap peraturan daerah
dimaksud.
41
Lihat Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12
Dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Undangan.
42
perundang-undangan menetapkan bahwa materi Lihat Pasal 245 Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintrahan Daerah.
(3) Rancangan Perda kabupaten/kota yang Kemendagri Widodo Sigit Pudjianto di kantor
mengatur tentang RPJPD, RPJMD, Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Kamis, 16
APBD, perubahan APBD, Juni 2016. Widodo mengatakan tata cara
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembatalan perda diatur dalam Undang-Undang
pajak daerah, retribusi daerah, dan tata Nomor 23 Tahun 2014 dan Undang-Undang
ruang daerah harus mendapat evaluasi Nomor 32 Tahun 2004. Kedua peraturan itu
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mengatur tentang pemerintahan daerah. Namun,
sebelum ditetapkan oleh bupati/wali kota. dalam kedua peraturan itu ada perbedaan tentang
tata cara pembatalan perda. Menurut Sigit, pada
(4) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
dalam melakukan evaluasi rancangan Kemendagri hanya bisa membatalkan perda
Perda Kabupaten/Kota tentang pajak untuk empat peraturan, yaitu terkait dengan pajak
daerah dan retribusi daerah berkonsultasi daerah, restitusi daerah, APBD, dan RTRW.
dengan Menteri dan selanjutnya Menteri "Lainnya harus diminta judicial review," kata
berkoordinasi dengan menteri yang Sigit. Namun dengan terbitnya Undang-Undang
menyelenggarakan urusan pemerintahan 23 Tahun 2014, dia melanjutkan, produk hukum
bidang keuangan, dan untuk evaluasi kabupaten/kota bisa dibatalkan gubernur, dan
rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang produk hukum di provinsi bisa dibatalkan
tata ruang daerah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri. Untuk kasus tertentu bila
Menteri dan selanjutnya Menteri gubernur tidak membatalkan perda
berkoordinasi dengan menteri yang kabupaten/kota yang dianggap bertentangan,
menyelenggarakan urusan pemerintahan Menteri Dalam Negeri bisa membatalkannya. "Itu
bidang tata ruang. Hasil evaluasi bisa dibatalkan Menteri Dalam Negeri. Dengan
rancangan Perda Provinsi dan rancangan pertimbangan, ini domain executive review," kata
Perda Kabupaten/Kota sebagaimana Sigit. Apabila perda kabupaten/kota yang
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) jika dibatalkan gubernur tidak diterima pemerintah
disetujui diikuti dengan pemberian nomor kabupaten/kota, mereka boleh banding ke
register. Menteri Dalam Negeri dalam waktu 15 hari. "Itu
semua diatur dalam Undang-Undang 23 Tahun
Menurut Penulis lahirnya Undang-undang
2014," kata Sigit.43
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
telah memberikan kepastian hokum bagi
Pemerintah dalam melakukan executive preview Sedangkan pendapat yang kontra terhadap
pembatalan peraturan daerah yang dilakukan oleh
yang dalam hal ini kewenangan tersebut menjadi
Menteri Dalam Negeri disampaikan oleh Prof.
kewenagan penuh dari Menteri Dalam Negeri
Dr. Mohammad Mahfud MD, menganggap
dalm melakukan pembatalan terhadap peraturan
pembatalan perda tidak bisa dilakukan oleh
daerah baik tingkat Provinsi maupun
Kemendagri, namun hanya bisa dilakukan dengan
Kabupaten/Kota bila dianggap peraturan daerah
uji materi ke Mahkamah Agung, sesuai Undang-
tersebut bertentangan dengan ketertiban umum
Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 24a. Hal ini
dan peraturan perundang-undangan diatasnya.
juga sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12
Yang mana sebelum lahirnya Undang-undang
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Perundang-undangan. Pasal 9 Ayat 2 menyebut,
Daerah pembatalan peraturan daerah yang
bila suatu Peraturan Perundang-Undangan di
dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri harus
bawah undang-undang yang diduga bertentangan
meminta persetujuan dari presiden terlebih
dengan undang-undang, pengujiannya dilakukan
dahulu.
di Mahkamah Agung.44
Pembatalan peraturan daerah yang
dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri jelas 43
Lihat Koran Tempo Terbit Tanggal 18 Juni 2016
menimbulkan pro-kontra. Adapun pendapat yang 44
www. Hukumonline. Com diakses pada tanggal
pro disampaikan oleh Kepala Biro Hukum 28 Februari 2017
Menurut Penulis kewenangan pembatalan bawah undang-undang terhadap undang-
peraturan daerah yang dilakukan oleh Mendagri undang.
tersebut adalah sah. Untuk itu konsekuensi
hukum dari keputusan pembatalan peraturan 2) Mahkamah Agung menyatakan tidak sah
daerah yang dilakukan oleh Mendagri adalah peraturan perundang-undangan di bawah
daerah tersebut harus mencabut peraturan daerah undang-undang atas alasan bertentangan
yang telah dibatalkan oleh menteri dalam negeri dengan peraturan perundang-undangan
sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam yang lebih tinggi atau pembentukannya
undang-undang nomor 23 Tahun 2014 Tentang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
pemerintahan Daerah. Hal ini disebabkan
3) Putusan mengenai tidak sahnya peraturan
kewenangan dalam membatalkan peraturan
perundang-undangan sebagaimana
daerah oleh menteri dalam negeri telah diatur
dimaksud pada ayat (2) dapat diambil baik
dengan jelas dalam Pasal 251 undang-undang
berhubungan dengan pemeriksaan pada
nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan
tingkat kasasi maupun berdasarkan
Daerah.
permohonan langsung pada Mahkamah
2. Kewenangan Pembatalan Peraturan Daerah Agung.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 4) Peraturan perundang-undangan yang
Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung dinyatakan tidak sah sebagaimana
Kewenangan melakukan pengujian dimaksud pada ayat (3) tidak mempunyai
peraturan perundang-undangan di bawah undang- kekuatan hukum mengikat, wajib dimuat
undang terhadap undang-undang oleh Mahkamah dalam Berita Negara Republik Indonesia
Agung tersebut kemudian dikenal dengan istilah dalam jangka paling lambat 30 (tiga
judicial review atau pengujian peraturan puluh) hari kerja sejak putusan diucapkan.
perundang-undangan oleh lembaga kehakiman.
5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat
Selain Mahkamah Agung, kewenangan pengujian
(3) wajib dimuat dalam Berita Negara
peraturan perundang-undangan juga dimiliki oleh
Republik Indonesia dalam jangka waktu
Mahkamah Konstitusi yang kemudian dikenal
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
dengan istilah constitutional review berwenang
sejak putusan diucapkan.
menguji undang-undang terhadap UUD. Apabila
dikaitkan dengan jenis dan hirarki peraturan Kewenangan Mahkamah Agung
perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 7 melakukan pengujian peraturan daerah lahir dari
UU PPPU, maka Mahkamah Agung memiliki kewenangan yang disebut judicial review. Dalam
kewenangan menguji: 1) Peraturan Pemerintah, keadaan demikian, maka Mahkamah Agung
2) Peraturan Presiden, dan 3) Peraturan Daerah.45 adalah lembaga kehakiman yang diberi tugas
menyelesaikan konflik norma yang timbul dari
Demikian pula dalam Pasal 31 ayat (1),
lahirnya suatu produk peraturan perundang-
(2), (3), (4), dan (5) Undang-Undang Nomor. 5
undangan, termasuk peraturan daerah. Dalam
Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang
menjalankan fungsi demikian itu, Mahkamah
Nomor 14 Tahun 1985 tentang mahkamah
Agung bersifat pasif menunggu diajukannya
Agung, dapat dilihat sebagai berikut:46 permohonan keberatan dari para pihak yang
1) Mahkamah Agung mempunyai wewenang berkepentingan di daerah.47
menguji peraturan perundang-undangan di
Menurut penulis kewenangan dalam
melakukan pengujian terhadap peraturan
perundang-undangan yang dimiliki oleh
45
Lihat Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
46 47
Lihat Pasal 31 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) Imam Soebechi, Konsep Uji Materil: Kajian
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Pembentukan dan Uji Materil Peraturan Kebijakan di
Agung. Indonesia, Op.Cit., hlm. 53.
Mahkamah Agung perlu dilakukan peninjauan 3. Dalam hal gubernur sebagai wakil
ulang. Hal ini mengigat untuk menghindari Pemerintah Pusat tidak membatalkan
terjadinya dualism dalam pembatalan peraturan Perda Kabupaten/Kota dan/atau peraturan
daerah sebelumnya keberatan mengenai bupati/wali kota yang bertentangan
pembatalan peraturan daerah dapat dilakukan ke dengan ketentuan peraturan perundang-
Mahkamah Agung. Namun setelah lahirnya undangan yang lebih tinggi, kepentingan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 umum, dan/atau kesusilaan sebagaimana
keberatan atas pembatalan terhadap pembatalan dimaksud pada ayat (2), Menteri
peraturan daerah disampaikan kepada Presiden membatalkan Perda Kabupaten/Kota
dalam waktu 14 (empat belas) hari. Menurut dan/atau peraturan bupati/wali kota.
penulus yang menjadi legaslitas dalam
melakukan pengujian yang dilakukan oleh 4. Pembatalan Perda Provinsi dan peraturan
Mahkamah Agung adalah Undang-undang gubernur sebagaimana dimaksud pada
Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Menteri dan pembatalan Perda
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah tidak Kabupaten/Kota dan peraturan bupati/wali
diatur mengenai kewenagan dalam pembatalan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
peraturan daerah yang dilakukan oleh Mahkamah ditetapkan dengan keputusan gubernur
Agung. sebagai wakil Pemerintah Pusat.

B. Mekanisme Pembatalan Peraturan 5. Paling lama 7 (tujuh) Hari setelah


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 keputusan pembatalan sebagaimana
Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah dimaksud pada ayat (4), kepala daerah
Dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun harus menghentikan pelaksanaan Perda
2004 Tentang Mahkamah Agung dan selanjutnya DPRD bersama kepala
daerah mencabut Perda dimaksud.
1. Mekanisme Pembatalan Peraturan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 6. Paling lama 7 (tujuh) Hari setelah
Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah keputusan pembatalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), kepala daerah
Mengenai mekanisme terhadap harus menghentikan pelaksanaan Perkada
pembatalan peraturan daerah yang dilakukan oleh dan selanjutnya kepala daerah mencabut
Menteri Dalam Negeri terdapat dalam Pasal 251 Perkada dimaksud.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Berbunyi:48 7. Dalam hal penyelenggara Pemerintahan
Daerah provinsi tidak dapat menerima
1. Perda Provinsi dan peraturan gubernur keputusan pembatalan Perda Provinsi dan
yang bertentangan dengan ketentuan gubernur tidak dapat menerima keputusan
peraturan perundang-undangan yang lebih pembatalan peraturan gubernur
tinggi, kepentingan umum, dan/atau sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
kesusilaan dibatalkan oleh Menteri. dengan alasan yang dapat dibenarkan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan,
2. Perda Kabupaten/Kota dan peraturan gubernur dapat mengajukan keberatan
bupati/wali kota yang bertentangan kepada Presiden paling lambat 14 (empat
dengan ketentuan peraturan perundang- belas) Hari sejak keputusan pembatalan
undangan yang lebih tinggi, kepentingan Perda atau peraturan gubernur diterima.
umum, dan/atau kesusilaan dibatalkan
oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah 8. Dalam hal penyelenggara Pemerintahan
Pusat. Daerah kabupaten/kota tidak dapat
menerima keputusan pembatalan Perda
48
Pasal 251 Undang-Undang Nomor 23 Tahun Kabupaten/Kota dan bupati/wali kota
2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
tidak dapat menerima keputusan Mengenai tata cara pelaksanaan
pembatalan peraturan bupati/wali kota wewenang dan proses uji materiil yang dilakukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Mahkamah Agung, disebutkan pada pasal 1 c
dengan alasan yang dapat dibenarkan oleh Perma No.1 tahun 2004 bahwa “permohonan
ketentuan peraturan perundang-undangan, keberatan adalah suatu permohonan yang berisi
bupati/wali kota dapat mengajukan keberatan terhadap berlakunya suatu peraturan
keberatan kepada Menteri paling lambat perundang-undangan yang diduga bertentangan
14 (empat belas) Hari sejak keputusan dengan suatu peraturan perundang-undangan
pembatalan Perda Kabupaten/Kota atau tingkat lebih tinggi yang diajukan ke Mahkamah
peraturan bupati/wali kota diterima. Agung untuk mendapatkan putusan”.
Permohonan keberatan ini diajukan pemohon
Menurut Penulis lahirnya Undang-undang kepada Mahkamah Agung dengan cara langsung
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan diajukan ke Mahkamah Agung; atau dapat
telah memberikan kepastian hokum bagi melalui Pengadilan Negeri yang membawahi
Pemerintah dalam melakukan executive preview wilayah hukum tempat kedudukan Pemohon.49
yang dalam hal ini kewenangan tersebut menjadi
kewenagan penuh dari Menteri Dalam Negeri Pemohon keberatan berdasarkan pasal 1
dalm melakukan pembatalan terhadap peraturan ayat (4) adalah kelompok masyarakat atau
daerah baik tingkat Provinsi maupun perorangan yang mengajukan permohonan
Kabupaten/Kota bila dianggap peraturan daerah keberatan kepada Mahkamah Agung atas
tersebut bertentangan dengan ketertiban umum berlakunya suatu peraturan perundang-undnagan
dan peraturan perundang-undangan diatasnya. tingkatan lebih rendah dari undang-undang.
Hal ini jelas memberikan kepastian hukum dan Permohonan ini diajukan terhadap suatu
kejelasan dalam kewenangan pembatalan peraturan perundang-undangan yang diduga
peraturan daerah. Mengenai kepastian hukum dari bertentangan dengan suatu peraturan perundang-
pembatalan yang dilakukan oleh Menteri Dalam undangan tingkat lebih tinggi. Pengajuan
Negeri telah diatur dalam Pasal 251 Undang- permohonan keberatan diajukan dalam tenggang
undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sejak
Pemerintahan Daerah. ditetapkan peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan.50
2. Meknisme Pembatalan Peraturan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat
Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung bahwa permohonan keberatan yang diajukan ini
beralasan karena peraturan daerah yang diajukan
Mekanisme pengujian peraturan bertentangan dengan Undang-undang atau
perundang-undangan ini, Mahkamah Agung juga peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
telah mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung derajatnya, maka Mahkamah Agung akan
(Perma) Nomor. 1 Tahun 1999 tentang Hak Uji mengabulkan gugatan atau permohonan
Materil yang sudah diganti dengan Perma Nomor. keberatan tersebut. Dalam putusan yang
1 Tahun 2004 tentang Hak Uji Materiil. Di dalam mengabulkan Permohonan keberatan tersebut,
Perma Nomor. 1 tahun 2004 tersebut, Mahkamah maka Mahkamah Agung akan dinyatakan bahwa
Agung mempersempit kewenangan pengujian peraturan perundang-undangan yang dimohonkan
yang dimilikinya dengan hanya terbatas keberatan tersebut, sebagai tidak sah dan tidak
melakukan pengujian materiil terhadap materi berlaku dan tidak berlaku untuk umum, serta
muatan peraturan perundang-undangan. Hal ini memerintahkan kepada instansi yang
berarti, Mahkamah Agung tidak memeriksa atau
menguji aspek formil penyusunan dan
pembentukan peraturan perundang-undangan di
49
bawah undang-undang. Pasal 2 Peraturan Mahkamah Agung Nomor. 1
Tahun 2004.
50
Pasal 2 ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung
Nomor. 1 Tahun 2004.
bersangkutan segera pencabutannya.51 Namun umum serta bertentangan dengan peraturan
bila Mahkamah Agung berpendapat bahwa perundang-undangan yang berada diatasnya.
gugatan atau permohonan keberatan yang
diajukan tersebut tidak beralasan, maka Hal ini diatur dalam Pasal 31 Ayat 2
Mahkamah Agung akan menolak gugatan atau sampai 5 Undang- undang nomor 5 Tahun 2004
permohonan keberatan tersebut.52 Sedangkan Tentang Mahkamah Agung yang berbunyi;53
mekanisme pemberitahuan putusan berdasarkan
2). Mahkamah Agung menyatakan tidak
pasal 7 Perma Nomor.1 tahun 2004, salinan
sah peraturan perundang-undangan
putusan Mahkamah Agung akan diserahkan atau
dibawah undang-undang atas alasan
dikirimkan dengan surat tercatat kepada para
bertentangan dengan peraturan
pihak dan dalam hal diajukan melalui Pengadilan
perundang-undangan yang lebih
Negeri setempat, penyerahan atau pengiriman
tinggi atau pembentukannya tidak
atau salinan putusan Mahkamah Agung
memenuhi ketentuan yang berlaku.
disampaikan juga kepada Pengadilan Negeri yang
mengirim. 3). Putusan mengenai tidak sahnya
peraturan perundang-undangan
Menurut penulis kewenangan dalam
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pembatalan terhadap peraturan daerah diberikan
dapat diambil baik berhubungan
kepada salah satu lembaga yakni eksekutif. Hal
dengan
ini bertujuan agar tidak terjadi dua lisme dalam
pembatalan peraturan daerah dan lebih 4). Pemeriksaan pada tingkat kasasi
memberikan kepastian hokum bagi masyrakat. maupun berdasarkan permohonan
Jadi kewenangan pembatalan dimiliki oleh langsung pada Mahkamah Agung.
Pemerintah dalam hal ini menteri dalam negeri
sementara mahkamah agung bertugas hanya 5). Peraturan perundang-undangan yang
untuk melakukan pengujian saja apabila dinyatakan tidak sah sebagaimana
peraturan daerah tersebut melanggar ketertiban dimaksud pada ayat (3) tidak
umum atau bertentanagan dengan peraturan mempunyai kekuatan hukum mengikat.
perundang-undangan diatsnya Mahkamah Agung Putusan sebagaimana dimaksud pada
menyampaikan hal tersebut kepada Menteri ayat (3) wajib dimuat dalam Berita
dalam negeri untuk membatalkan peraturan Negara Republik Indonesia dalam
daerah tersebut. jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak putusan
C. Akibat Hukum Terhadap Pembatalan diucapkan
Peraturan Daerah Oleh Mahkamah Agung
dan Menteri Dalam Negeri Selain akibat hukum yang timbul
berdasarkan undang-undang nomor 5 tahun 2004
Dibatalkannya suatu peraturan daerah oleh tentang Mahkamah Agung. Pembatalan peraturan
Mahkamah Agung jelas memiliki akibat hukum daerah yang dilakukan oleh Menteri dalam negeri
yakni pearaturan daerah tersebut harus dicabut dn berdasarkan undang-undang nomor 23 Tahun
tidak diberlakukan lagi oleh pemerintah daerah. 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga memiliki
Pembatalan peraturan daerah yang dilakukan oleh akibat hukum. Mengenai akibat hukum atas
Mahkamah Agung jelas harus melalui mekanisme pembatalan peraturan daerah yang dilakukan oleh
yang telah diatur dalam peraturan perundang- Menteri dalam negeri telah diatur dalam Pasal
undangan. Yakni Mahkamah Agung melakukan 251 angka 5 undang-undang nomor 23 tahun
pembatalan terhadap peraturan daerah apabila 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
peraturan daerah tersebut melanggar kepentingan berbunyi: “Paling lama 7 (tujuh) Hari setelah
keputusan pembatalan sebagaimana dimaksud
51
Pasal 6 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung
Nomor.1 Tahun 2004.
52 53
Pasal 6 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung Pasal 31 Ayat 2 sampai 5 Undang- undang
Nomor.1 Tahun 2004. nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung.
pada ayat (4), kepala daerah harus menghentikan 2. Mekanisme pembatalan peraturan daerah
pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD telah diatur dalam Pasal 251 undang-undang
bersama kepala daerah mencabut Perda nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah
dimaksud”.54 daerah. Gubenur dapat membatalkan
peraturan daerah tingkat kabupaten/kota,
Jadi akibat hukum dari pembatalan sedangkan Menteri Dalam Negeri dapat
peraturan daerah yang dilakukan oleh Menteri membatalkan peraturan daerah tingkat
dalam negeri adalah peraturan daerah tersebut Provinsi maupun kabupaten/kota bila
harus dicabut. Bagi pemerintahan daerah yang dianggap bertentangan dengan kepentingan
merasa keberatan atas pembatalan peraturan umum. Sedangakan mekanisme dari
daerah yang dilakukan oleh Menteri dalam negeri pengujian yang dilakukan oleh Mahkamah
untuk peraturan daerah kabupaten/kota dapat Agung terhadap peraturan daerah adalah bila
menyampaikan keberatan kepada Menteri dalam terdapat perbedaan pendapat antara
negeri dalam waktu 14 (empat belas) hari pemerintah pusat dan pemerintah daerah
sedangkan untuk peraturan daerah provinsi dapat terhadap peraturan daerah, maka dapat
menyampaikan keberatan dalam waktu 14 (empat dilakukan permohonan untuk dilakukan
belas) hari kepada Presiden sebagaimana telah pengujian oleh Mahkamah Agung
diatur dalam undang-undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah. 3. Akibat hukum dari pengujian peraturan
daerah yang dilakukan oleh Mahkamah
Kesimpulan Agung maka bila peraturan daerah tersebut
dibatalkan maka daerah harus mencabut
Berdasarkan hasil penelitian serta analisis
peraturan daerah tersebut dalam waktu 30
dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada
(tiga puluh) hari setelah pembatalan yang
bab-bab terdahulu, berikut disajikan kesimpulan
dilakukan oleh Mahkamah Agung. Hal ini
yang merupakan jawaban terhadap permasalahan
sebagaimana telah diatur dalam Undang-
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Undang Nomor. 5 Tahun 2004 tentang
1. Berdasarkan Undang-Undang nomor 23 Mahkamah Agung. Mengenai akibat hukum
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah atas pembatalan peraturan daerah yang
pembatalan peraturan daerah telah menjadi dilakukan oleh Menteri dalam negeri telah
kewenangan dari menteri dalam negeri diatur dalam Pasal 251 angka 5 undang-
sepenuhnya yang mana dahulu pada undang- undang nomor 23 tahun 2014 tentang
undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang berbunyi: “Paling
Pemerintahan Daerah pembatalan peraturan lama 7 (tujuh) Hari setelah keputusan
daerah harus melalui persetujuan Presiden pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat
terlebih dahulu. Sedangkan Mahkamah (4), kepala daerah harus menghentikan
Agung juga memiliki kewenangan dalam pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD
melakukan pengujian terhadap peraturan bersama kepala daerah mencabut Perda
daerah bila peraturan daerah tersebut dimaksud”
dianggap bertentangan dengan kepentingan
umum atau bertentangan dengan peraturan Saran
diatasntya maka Mahkamah Agung dapat Berdasarkan hasil penelitian menurut
membatalkan peraturan daerah tersebut peneliti masih ada kekurangan yang harus
sebagaimana telah diatur dalam undang- dipenuhi, untuk itu penulis memberikan saran-
undang nomor 5 tahun 2004 tentang saran sebagai berikut;
Mahkamah Agung.
1. Bahwa sebaiknya pemerintah daerah lebih
memperhatikan asas-asas dalam
pembentukan peraturan perundang-
54
Lihat Pasal 251 angka 5 undang-undang nomor undangan untuk meminimalisir
23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
pembatalan peraturan daerah oleh Menteri (Penjelasan Atas Undang-
Dalam Negeri karena peraturan tersebut Undang Republik
dianggap bertentangan dengan peraturan Indonesia Nomor 32 Tahun
yang lebih tinggi dan ketertiban umum. 2004 tentang Pemerintahan
Daerah). Jakarta: Rajawali
2. Hendaknya dalam melakukan pengujian Pers..
peraturan daerah lembaga Mahkamah I Ketut Suardita. 2009. Kewenangan Pemerintah
Agung harus bias lebih memperhatikan Kabupaten/Kota
asas dari lahirnya peraturan daerah Menetapkan Pajak daerah
tersebut dan hendaknya perlu diadakan Dalam Melaksanakan
dismissal Proces dalam melakukan Otonomi Berdasarkan
pengujian peraturan daerah di Mahkamah Undang-undang No. 32
Agung. Tahun 2004, Jakarta:
Rajawali Press.
3. Hendaknya pemerintah pusat lebih ketat
Iza Rumesten RS. 2009. Sinkronisasi Materi
dalam melakukan pengawasan terhadap
Muatan Produk hukum
peraturan daerah sehingga dapat
Derah, Palembang: Aulia
meminimalisir pembatalan peraturan
Cendikia Press.
daerah yang dianggap peraturan daerah
Krishna D. Darumurti dan Umbu Rauta. 2003.
tersebut bertentang dengan ketertiban
Otonomi Daerah
umum atau bertentangan dengan peraturan
Perkembangan pemikiran,
diatasnya.
pengaturan dan
DAFTAR PUSTAKA pelaksanaan, Bandung:
A. Buku-buku Citra Aditya.
Maria Farida Indrati S. 2007. Ilmu Perundang-
Bambang Sunggono, 2011. Metodologi undangan (2) (Proses Dan
Penelitian Hukum, Teknik Penyusunan),
(Cetakan ke-12). Jakarta: Yogyakarta: Kansius.
Raja Grafindo Persada. M Arief Muljadi. 2005. Landasan dan Prinsip
Bryan A, Garner. 1999. Black’s Law Dictionary Hukum Otonomi Daerah
Seventh Edition. In chief Dalam Negara Kesatuan
West GruopSt: Paul Minn. RI, Yogyakarta: Prestasi
B. Arief Sidharta. 2007. Meuwissen Tentang Pustaka.
Pengembangan Hukum, Ni’matul Huda 2010. Problematika Pembatalan
Ilmu Hukum, Teori Hukum, Peraturan Daerah,
dan Filsafat Hukum, Yogyakarta, FH UII Press.
Penerjemah B. Arief Sadjijono. 2008. Memahami Beberapa Bab
Sidharta. 2007. Bandung: Pokok Hukum
Refika Aditama. Administrasi, (Yogyakarta:
Bagir Manan, 2004. Menyongsong Fajar Laksbang Presindo.
Otonomi Daerah, (Cetakan Ketiga). Yogyakarta: Satjipto Rahardjo. 2009. Membangun Dan
Pusat Studi Hukum (PSH) Fak Hukum UII. Merombak Hukum
Indonesia, Yogyakarta:
Didik Sukrino. 2013. Hukum, Konstitusi, dan Genta Publishing.
Konsep Otonomi, Malang: Setara Press. Sudi Fahmi. 2009. Konsistensi Hukum Antara
Pemerintahan Pusat dan
H.R Ridwan, 2011. Hukum Administrasi Negara. Daerah Studi Pelaksanaan
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Desentralisasi Dalam
H.A.W. Widjaja. 2005. Penyelenggaraan Bidang Kehutanan,
Otonomi di Indonesia Yogyakarta, Total Media.
Sri Soemantri. 1997. Hak Menguji Di Quindo Benjamin Ngaji. 2015. “Kewenangan
Indonesia¸(Cetakan ke II), Pembatalan Produk Hukum
Bandung: Alumni. Daerah Oleh Pemerintah
Soehino. 2007. Ilmu Negara. Yogyakarta: Ditinjau Dari Persfektif Undang-
Liberty. Undang Dasar Negara RI. Tahun
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2007. 1945”. Tesis. Universitas Atma
Penelitian Hukum Normatif Jaya Yogyakarta.
Suatu Tindakan Singkat,
Jakarta: Raja Grafindo. Khelda Ayunita. 2012. “Analisis Yuridis
Titon Slamet Jurnia. 2009. Pengantar Sistem Pembatalan Peraturan Daerah
Hukum Indonesia. Dalam Perspektif Judicial
Bandung: Alumni. Review Dan Executive
Widodo Dwi Putro. 2011. Kritik Terhadap Review”.Tesis. Universitas
Paradigma Positivisme Hasanuddin.
Hukum. Yogyakarta: Genta
Putu Novarisna Wiyatna, 2010.“Wewenangan
Publishing.
Pembatalan Peraturan Daerah
Tentang Retribusi Dalam
B. Jurnal/Makalah Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah”. Tesis, Universitas
Agung Maldi Saputra. 2014. “Pengaturan
Udayana.
Executive Review Terhadap
Peraturan Sukardi. 2009. “Wewewnang Pembatalan
Kabupaten/Kota”.Skripsi. Peraturan Daerah”. Tesis.
Universitas Bengkulu. Universitas Airlangga.
Dany Andrian. 2011. “Mekanisme Executive
Review Peraturan Daerah C. Peraturan Perundang-undangan
Menurut Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Undang-undang Dasar RI 1945
Tentnag Pemerintah
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Daerah”.Skripsi.
Pemerintahan Daerah
Universitas Andalas.
Erman Rajagukguk. makalah Disampaikan pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
diskusi “Peran dan Pemerintahan Daerah
Komitmen BUMN/BUMD
dalam Memerangi Praktik Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Bisnis yang Koruptif dalam Pajak dan Retribusi Daerah
Kaitan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi”. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang
diselenggarakan Komisi Mahkamah Agung
Pemberantasan Korupsi Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
(KPK), Jakarta 4 Juni 2012 Pembentukan Peraturan
Jimmy Hartono Simamora. 2011. “Tinjauan
Perundang-undangan
Yuridis Wewenang Pembatalan
Peraturan Daerah (Perda) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
Berdasarkan Peraturan Tentang Pedoman Pembinaan
perundang-undangan Yang dan Pengawasan
Berlaku di Indonesia. Skripsi. Penyelenggaraan Pemerintahan
Universitas Riau. Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
2014 Tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah

D. Data Elektronik
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah
_di_Indonesia, Pemerintahan
daerah di Indonesia. diakses hari
rabu, tanggal 19 Oktober 2016
http://www.kemendagri.go.id/basis-
data/2016/10/19/katalog-produk-
hukum-dari-tahun-1945-sd-2016-
update-oktober-2016, Katalog
Produk Hukum dari Tahun 1945
s.d 2014. Diakses pada tanggal
19 Oktober 2016
http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2014
/04/teori-hirarki-dan-keberlakuan
peraturan_5.html, Tentang Teori
Hirarki dan Kerberlakuan
Peraturan, diakses hari senin
tanggal 9 Januari 2017 pukul
20.00 WIB
www. Hukumonline.com diakses pada tanggal 21
Oktober 2016

Www. Detik. Com diakses pada tanggal 15


Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai