Disusun Oleh
Mahasiswa praktik di Ruang 5 CVCU
A. ANALISA SITUASI
1. Peserta Penyuluhan
a. Pasien dan keluarga pasien
b. Jumlah peserta ± 15 peserta
c. Minat dan perhatian dalam menerima materi penyuluhan cukup baik
d. Interaksi antar penyuluh dan peserta cukup baik
2. Penyuluh
a. Mahasiswa STIKES Banyuwangi, STIKES Hasan Genggong, AKPER Panti
Waluyo, Universitas Muhammadiyah Malang, Poltekes Kemenkes Malang
b. Mampu mengkomunikasikan materi penyuluhan
3. Tempat
a. Ruang 26S unit Stroke
b. Cukup dan sesuai
B. TUJUAN INTRUKSIONAL
Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan peserta mengetahui tentang penyakit RHD
(Rheumatic heart desease) dan cara pencegahannya.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan peserta dapat mengerti dan memahami
pengertian RHD
Setelah dilakukan penyuluhan peserta mampu mengetahui penyebab
terjadinya RHD
Setelah dilakukan penyuluhan peserta mampu mengetahui tanda dan gejala
RHD
Setelah dilakukan penyuluhan peserta mampu mengetahui penatalaksanaan
RHD
Setelah dilakukan penyuluhan peserta mampu mengetahui pencegahan RHD
C. Rencana Kegiatan
1. Metode
Ceramah dan Tanya jawab (diskusi)
2. Media
Power point presentation, leaflet
3. Materi
Terlampir
4. Tahap-tahap Kegiatan
D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Adanya koordinasi dengan CI klinik IPJT RSSA untuk menentukan tempat
dan waktu edukasi
b) Pengorganisasian kegiatan edukasi dilakukan sebelum kegiatan
c) Media dan bahan-bahan untuk edukasi telah siap sebelum edukasi
dilakukan
2. Evaluasi Proses
Penyuluh
a) Diharapkan penyuluh mampu menjelaskan materi secara komunikatif
dan jelas
b) Diharapkan penyuluh mampu mengajak sasaran untuk memperhatikan
dan mendengarkan penyuluh saat menjelaskan
c) Diharapkan penyuluh mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan
oleh sasaran
Sasaran
a) Diharapkan sasaran memperhatikan dengan cermat saat
berlangsungnya penyuluhan
b) Diharapkan sasaran aktif bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti
saat dijelaskan
c) Diharapkan sasaran mampu menjawab pertanyaan dari penyuluh
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau
kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta
Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum
diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut,
Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi
kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau
kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat
adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).
Jantung kita memiliki empat ruangan dengan empat buah katup. Katup di
jantung kita memiliki lidah seperti kelopak bunga yang dapat membuka dan
menutup dan mengizinkan darah untuk bertukar tempat di dalam ruangan
jantung. Salah satunya adalah katup mitral yang menghubungkan atrium dan
ventrikel kiri tempat lewatnya darah dari paru-paru untuk dipompakan kembali
ke seluruh tubuh. Saat jantung memompa katup mitral membuka, dan di
antara denyutan jantung katup mitral menutup mencegah darah kembali ke
atas.
Saat katup mitral mengalami stenosis atau pengerasan, yang
menyebabkan katup mitral tidak dapat membuka secara sempurna, akan
banyak darah yang tidak dapat lewat ke ventrikel kiri sehingga menumpuk di
atrium kiri bahkan sampai menggenangi paru-paru.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah reaksi
autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik.
Infeksi streptococcus β hemolitikus grup A pada tenggorok selalu mendahului
terjadinya demam reumatik baik demam reumatik serangan pertama maupun
demam reumatik serangan ulang.
C. Epidemiologi
Demam rematik sering diderita oleh anak-anak di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia, terutama pada lingkungan bersanitasi rendah dan anak
tumbuh dalam gizi yang rendah.
Demam rematik penyebab lebih dari 233 ribu kematian di seluruh dunia setiap
tahunnya.
Dan saat ini 15,6 juta orang diestimasikan menderita RHD di seluruh dunia
yang maksimal dalam 20 tahun harus menjalani operasi pada katup
jantungnya.
D. Faktor Risiko
1. Faktor usia; di mana semakin tua semakin beresiko gejalanya muncul
2. Endocarditis (peradangan otot jantung)
3. Penderita kencing manis, penyakit ginjal kronis dan Lupus
4. Seorang perokok baik aktif mau pun pasif.
F. Komplikasi
1. Atrial fibrillation sampai dengan gagal jantung
2. Endocarditis
3. Paru-paru terendam cairan
4. Tekanan darah tinggi
5. Bekuan darah yang dapat terbawa ke seluruh tubuh.
G. Penatalaksanaan
Untuk kasus tanpa gejala, dokter hanya akan memantau dengan pemeriksaan
USG jantung secara rutin.
Untuk kasus dengan gejala, dokter akan memberikan terapi untuk menurunkan
tekanan darah, dan diuretik untuk mengurangi volume cairan dalam
tubuh. Kemudian dokter akan memberikan obat-obatan symptomatic untuk
menghilangkan keluhan.
Untuk kasus berat, maka harus dipertimbangkan untuk tindakan operasi.
Dokter akan juga memberikan penanganan untuk mencegah kemungkinan
terjadinya komplikasi, seperti obat-obat aritmia, anti bekuan darah, antibiotik, dll.
Operasi
1. Balloon valvotomy. Dengan menggunakan catheter dan balon kecil yang
dimasukkan melalui pembuluh darah dengan tujuan untuk membuat katup
terbuka.
2. Commissurotomy. Operasi jantung terbuka untuk membuang jaringan parut
pada katup yang bermasalah. Selama operasi berlangsung, jantung dan paru-
paru dialihfungsikan ke heart-lung bypass machine.
3. Valve replacement surgery. Adalah mengganti katup yang rusak dengan
sintetis. Dilakukan bila sudah tidak dapat diperbaiki dengan dua cara di
atas. Juga merupakan operasi jantung terbuka dengan menggunakan heart-
lung bypass machine.
H. Komplikasi
1. Dimulai saat anak-anak, hiduplah dalam lingkungan bersanitasi baik dan
tumbuh dengan gizi yang baik, agar tidak mudah terinfeksi bakteri
Streptococcal grup A ini.
2. Juga dimulai saat anak-anak, di mana bila menderita infeksi radang
tenggorokan dengan tanda-tanda tambahan seperti di atas, berarti ada
kemungkinan menderita demam rematik. Sehingga harus dituntaskan
pengobatannya oleh dokter agar bakteri tidak berkembang menginfeksi katup-
katup jantung.
3. Bila mengetahui pernah terinfeksi demam rematik namun belum ada tanda-
tanda dari RHD, harus ke dokter. Tujuan pertama adalah untuk mencegah RHD
dengan cara diberikan antibiotik secara rutin, dan mendeteksi sedini mungkin
bila sudah terjadi stenosis katup jantung.
4. Bila katup jantung sudah diketahui mengalami stenosis, maka harus menjaga
diri agar katup tidak tambah rusak dan senantiasa evaluasi rutin kondisinya di
dokter.
5. Bila tidak dapat ditangani dengan cara lain, maka operasi merupakan pilihan
untuk mencegah terjadinya gagal jantung dan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Lili ismudiarti rilantono,dkk. 2012. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran
UI.
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Nelson. 2011. Ilmu Kesehatan Anak: Textbook of Pediatrics Edisi 12, Buku kedokteran
EGC, Jakarta.
Sunoto Pratanu. 2012. Penyakit Jantung Rematik, Makalah Tidak dipublikasikan,
Surabaya
Sylvia A. Price. 2011. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4,
Buku kedokteran EGC, Jakarta.
Udjianti, Wajan Juni. 2013. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Wong and Whaley’s. 2011. Clinical Manual of Pediatrics Nursing 4th Edition, Mosby-
Year Book, St.Louis, Missouri.