Anda di halaman 1dari 12

8 (DELAPAN) PRINSIF ETIKA KEPERAWATAN

Otonomi (Autonomi);
1 Prinsif otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri

Beneficence (Berbuat Baik);


Prinsif ini menentut perawat untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat
2
mencegah kesalahan atau kejahatan

Justice (Keadilan);
Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
3 benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan

Non-maleficence (tidak merugikan);


4 Prinsif ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

Veracity (Kejujuran);
Prinsif ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi
5 layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien untuk meyakinkan
agar klien mengerti

Fidelity (Kesetiaan);
6 Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.

7 Confidentiality (Kerahasiaan);
kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.

Accountability (Akuntabilitasi);
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai
8
dan dapat dipertanngungjawabkan.

By.Bidang Keperawatan
Th.2018
1. Otonomi (Autonomi);
Prinsif otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri.

1. Otonomi (Autonomi);
Prinsif otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.

2. Beneficence (Berbuat Baik);


Prinsif ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan.

3. Justice (Keadilan);
Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Non-maleficence (tidak merugikan);


Prinsif ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

5. Veracity (Kejujuran);
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti.

6. Fidelity (Menepati janji);


Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan
penderitaan.

7. Confidentiality (Kerahasiaan);
kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.

8. Accountability (Akuntabilitasi);
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.

Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu,
kelompok/keluarga, dan masyarakat.
1 Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan
sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya
baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan

2. Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau
kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati
untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.

3.Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada
klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam
faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.

4 Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien
yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat
keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena
prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.

5.Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan
objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan
informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada
dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada
perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala
ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.

6 Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan,
dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada
orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan
klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus
dihindari.

8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang
tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan
masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi
tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

Log InSign Up

docx
PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS ( ESSAY

8 Pages
PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS ( ESSAY

Jiwa 14 Unibraw
A.

PENDAHULUAN
Keperawatan adalah profesi yang mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan. Dalam arti lain profesi keperawatan bersifat humanistis, dan
lebih mendahulukan kepentingan orang lain dibanding dengan kepentingan pribadi. Perawat memiliki peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan, advokat bagi pasien, pendidik, konselor, koordinator, kolabolator, konsultan dan juga peneliti (Masruroh H, 2014). Seorang
perawat profesional adalah seseorang yang memiliki kemampuan intelektual, teknikal, interpersonal dan memahami etika profesi. Etika profesi
digunakan sebagai acuan dalam melaksanankan praktik keperawatan. Tentang bagaimana suatu hal dikatakan benar dan dikatakan salah.
Perawat sering kali dihadapkan pada suatu kondisi dilema etik yang menempatkan perawat untuk berfikir apa yang harus dilakukan, apa yang
seharusnya dilakukan, apakah tindakannya benar atau tidak dan menuntut perawat untuk mengambil suatu keputusan yang tepat (Dermawan,
2013). Etik sendiri berarti kebiasaan atau budaya. Etika
berasal dari bahasa Yunani “ethos”
yang artinya adat istiadat, kebiasaan. Etika diartikan sebagai kebiasaan yang baik atau tata cara hidup yang baik. Etik mengacu pada metode
yang membatu orang dalam memahami moralitas perilaku manusia. Etik juga merupakan cara pandang terhadap perilaku manusia, standar
perilaku dan keyakinan. Perawat dianggap bertanggung jawab terhadap perilaku etik mereka. Sehingga perawat perlu memahami nilai mereka
sendiri berkaitan dengan tanggung jawab dan tanggung gugat dalam suatu keputusan etik yang diambil. Praktik keperawatan diatur oleh kode
etik keperawatan yang merupakan standart atau prinsip etik yang mencerminkan penilaian moral terhadap tindakan keperawatan yang
dilakukan. Kode etik ditujukan untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai standart profesi dan membatu masyarakat memahami
perilaku profesional, memberi komitmen, memberi garis besar pertimbangan etik, memberi pedoman perilaku profesional dan sebagai panduan
profesi dalam pengaturan diri. Dengan demikian perawat diharapkan terhindar dari masalah etik yang sering terjadi dalam pelaksanaan praktik
keperawatan. (Blais, 2007; Masruroh H, 2014) Dilema etik adalah kondisi yang mengharuskan perawat untuk melakukan analisa, menepis,
melakukan sintesa dan menentukan keputusan terbaik bagi pasien. Dilema etik menempatkan perawat pada kondisi dimana dia harus
menimbang, memilah dan menapis pilihan keputusan yang menjadi sulit diputuskan jika kedua piihan tidak ada yang benar benar baik ataupun
keduanya sama sama baik berdasarkan prinsip etis. Prinsip prinsip etis yang menjadi bahan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan
etis diantaranya adalah otonomi, nonmaleficience, beneficience, justice, fidelity dan veracity. Keputusan etis akan menjadi sulit diambil ketika
terdapat pertentangan antara prinsip prinsip etis tersebut(Fjetland, 2009; Masruroh H, 2014) Prinsip prinsip etika dapat disimpulkan dalam 3
makna yang terkandung didalamya, yaitu memberikan dasar untuk kode etik keperawatan yang bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia,
bertanggung jawab dan praktik keperawatan profesional. Beberapa hal yang dapt menimbulkan masalah peran yang ambigu menimbulkan
dilema etik. Dilema etik dapat terjadi setiap saat ketika perawat harus

memutuskan suatu tindakan antara nilai nilai dan aturan yang dianut. Mengenali tantangan etis yang terlibat meliputi langkah langkah
pengambilan keputusan etis yaitu ; mengidentifikasi bahwa konflik etika dapat terjadi dan menganalisa masalah, merenungkan fakta atau data
data yang relevan, siapa saja yang terlibat dan berkepentingan, konsekuensi yang ditanggung, dan sumberdaya yang tersedia. Perawat harus
dapat memutuskan hal yang tepat diakukan untuk dilakukan dalam situasi ini dan melaksanakan, mengevaluasi dan menilai kembali jalan yang
dipilih utuk menangani diema etis.
B.

CONTOH KASUS
Sebagai contoh kasus dilema etis yang sering terjadi adalah ketika perawat harus memutuskan untuk melakukan tindakan atau tidak, pada
kondisi pasien yang membutuhkan pertolongan medis. Seorang pasien datang ke tempat praktik mandiri perawat dengan luka karena terkena
sayatan pisau. Keadaan luka cukup dalam, terjadi banyak perdarahan dan membutuhkan penanganan segera. Perawatan luka dan balutan saja
tidak cukup, sehingga perlu untuk dilakukan penjahitan. Perawat menyarankan kepada pasien untuk dirujuk ke dokter atau puskesmas. Namun
pasien menolak dan bersikukuh untuk mendapatkan perawatan hanya dari perawat tersebut. Perawat tahu bahwa tindakan harus segera
dilakukan, namun tindakan tersebut bukan wewenangnya dan jika perawat tidak segera melakukan tindakan maka prognosa buruk akan terjadi
kepada pasien. Pada kasus tersebut terdapat nilai nilai yang menjadi pertimbangan diantaranya nilai kemanusiaan dan nilai profesionalitas.
Dalam hal ini sejauh mana perawat boleh melakukan tindakan atas kasus yang terjadi, melanggar prinsip prinsip etika profesi atau tidak. Jika
tidak dilakukan tindakan apa yang akan terjadi. Jika dilakukan tindakan maka akan ada pelanggaran terhadap etika profesi pula. Menjadi
semakin rumit dan pelik ketika dampak emosional terjadi, seperti perasaan bingung, bersalah, frustasi bahkan ketakutan.
C.

PEMBAHASAN
Tujuan utama profesi perawat adalah bertugas sebagai problem solver, yaitu memecahkan masalah kesehatan pasiennya dengan menggunakan
metode pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah digunakan sebgai kerangka bagi perawat untuk membuat keputusan etik. Dengan
cara sebagai berikut ; pertama, menghubungkan kasus dengan teori yang paling tepat. Sehingga perawat mendapatkan gambaran terkait pilihan
keputusan yang harus diambilnya. Mengumpulkan data dan mengidentifikasi masalah yang terjadi. Kedua, perawat harus menghubungkan
dengan prinsip prinsip etika profesi yang berlaku. Ketiga, perawat perlu mengidentifikasi siapa saja yang ikut serta dalam pengambilan
keputusan. Keempat, perawat mengidentifikasi konsekwensi yang mungkin terjadi dari alternatif keputusan yang ada. Dan kelima perlu
memperhatikan keinginan pasien dlam hal ini berkaitan dengan prinsip etik yaitu otonomi yang berarti hak untuk membuat keputusan sendiri
(Blais, 2007). Pada contoh kasus diatas, mendapat perawatan dan tindakan merupakan hak pasien yang harus dipenuhi. Begitu pula keputusan
untuk memilih dan memutuskan pengobatannya sendiri. Disisi lain perawat juga merasa bahwa tindakan tersebut bukan kewenangannya.
Disini fungsi perawat sebagai konselor dan edukator harus dijalankan. Perawat harus mampu memberikan penjelasan kepada pasien tentang
kondisi dan pertimbangan pertimbangan yang perlu dipikirkan demi kebaikan pasiennya. Perawat harus melindungi hak pasien yang telah diatur
dalam kode etik

keperawatan. Meliputi hak untu mendapatkan perawatan, hak untuk memilih da memutuskan perawatan atau pengobatan untuk dirinya
sendiri. Namun perawat juga tidak dapat mengabaikan kode etik yang dan undang undang yang membatasi kewenangan tindakan yang boleh
dilakukan perawat. Jika ditinjaun dari prinsip etik yang menjadi perimbangan dalam pengambilan keputusan yaitu prtamay otonomi. Otonomi
berarti menghargai kemampuan individu yang mempunyai harga diri dan martabat, yang mampu memutuskan sendiri hal hal berkaitan dengan
dirinya. Otonomi berarti kemampuan mengatur atau menentukan sendiri. Otonomi berakar pada rasa hormat terhadap individu. Didalam prinsip
otonomi, perawat harus menghargai dan menghormati hak pasien untuk memilh dan memutuskan sendiri pengobatannya. Kecenderungan
pasien lebih memlih tenaga kesehatan perawat dibandngkan dengan profesi lain untuk meningkatkan status kesehatanya diakibatkan beberapa
faktor. (Brown, 2007) dalam jurnalnya yang berjudul
Consumer pespectives on nurse practicioners and independence practice
di Washingtonmenjelaskan bahwa 90% dari respondennya merasa puas dan menyukai praktik keperawatan dibanding dengan praktik kesehatan
lain. Hal ini dikarenakan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya perawat tidak hanya sekedar memberi
pengobatan, tetapi juga ada unsur “merawat”, bersikap caring dan ramah kepada
pasiennya. Sehingga pasien lebih nyaman dirawat oleh perawat, selain itu biaya perawatan dan akses yang lebih terjangkau menjadikan profesi
keperawan dipilih untuk mengatasi masalah kesehatannya.Keputusan untuk memilih pengobatan dan siapa yang mengobati adalah hak penuh
seorang pasien. Dalam jurnal
A path analytic model of ethical conflict in practice and autonomy in a sample of nurse practicioners (
Connie M Ulrich, 2005)

menyebutkan bahwa pasien memilih perawat dikarenakan adanya kepercayaan bahwa perawta dapat melakukan tindakan keperawatan secara
mandiri. Konflik yang sering terjadi berkaitan dengan otonomi pasien yang menenempatkan perawat pada posisi beresiko. Namun keyakinan
terhadap tugas dan prinsip bahwa perawat dapat perawat mampu melaksanankan tugas secara mandiri dan menerima konsekwensi yang
berlaku (Anne Dreyer, 2011) Prinsip kedua adalah nonmaleficien yang berarti tidak merugikan pasien. Nonmaleficience adalah tidak melukai
atau tidak membahayakan orang lain. Dalam hal ini perawat dituntut untuk melakukan tindakan yang tidak membahayakan atau berisiko
menciderai pasiennya. Dalam kasus telah diuraikan bahwa pasien menolak mendapatkan pengobatan selain dari perawat tersebut, sedangkan
putusn tindakan harus segera dilakukan. Karena jika tidak diakukan tindakan maka perawat malah justru membahayakan pasien. Ditilik dari
prinsip ini nampaknya tindakan perawat yang tepat adalah melakukan tindakan dengan menjahit luka pasien untuk mencegah terjadinya
perdarahan yang lebih hebat yang merugikan pasien. Dalam keperawatan, risiko atau bahaya baik yang disengaja maupun tidak selalu tidak
dapat diterima. Oleh karena itu perawat harus selalu hati hati dlam melakukan pengambilan keputusan etik. Beneficience berarti melakukan
yang baik. perawat memilikki kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu melakukan proses keperawatan dengan baik dan semaksimal
mungkin. Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan tindakan yang menguntungkan pasiennya atas dasar kebaikan, namun dalam
kenyataan sehari hari prinsip ini sering membuat risiko bagi profesi perawat itu sendiri. Seperti halnya pada contoh kasus diatas, perawat
melakukan kebaikan dengan melakukan tindakan
PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS ( ESSAY
Download

keperawatan namun ada risiko yang ditanggung oleh perawat tersebut dikarenakan perawat melakukan tindakan diluar kewenangannya (Blais,
2007; Masruroh H, 2014) Prinsip selanjutnya adalah justice, atau keadilan. Artinya perawat dituntut untuk memberikan perawatan sesuai
dengan kebutuhan pasien. Perawatan yang diberikan harus sesuai dengan standar praktik keperawatan secara profesional dan sesuai dengan
hukum yang berlaku. Jika ditinjau dari prisip ini tindakan perawat dalam kasus diatas perawat sebenarnya melakukan pelanggaran atas justice
karena melakukan tindakan diluar dari kewenangannya, tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Selanjutnya adalah veracity atau kejujuran.
Kebenaran menjadi suatu hal yang harus disampaikan perawat kepada pasiennya. Terkait dengan informasi yan disampaikan kepada pasien
harus akuran, komprehensif dan obyektif sehingga pasien mengerti dan paham mengenai keadaan dirinya. Karena kebenaran merupakan dasar
dalam membentuk hubungan saling percaya (Masruroh H, 2014). Dengan mengidentifikasi keterlibatan prinsip prinsip diatas diharapkan
perawat dapat menimbang dan memilah prinsip apa saja yang bertentangan atau mendukung proses pengambilan keputusan. Adanya prinsip
tersebut membuat perawat dan pasien memiliki pandangan dan pilhan terhadap keputusan yang akan diambil. Mana yang baik untuk dilakukan,
apakah berisiko, bagaimana konsekwensinya, dll. Dengan kata lain, etik, prinsip etik adalah landasan bagi perawat untuk memutuskan suatu
tindakan. Setelah mengidentifikasi dan menganalisa prisnsip prinsip etik yang terlibat, langkah dalam pengambilan keputusan etik selanjutnya
adalah mengikutsertakan pasien, keluarga ataupun profesi lain yang terkait dalam pengambilan keutusan etik. Masalah etik adalah masalah yang
membuat perawat berada pada persimpangan yang menuntut dia untuk mengambil suatu keputusan. Keputusan etik bersifat situasional,
namun tidak dapat serta merta diputuskan sendiri oleh perawat. Keterlibatan pasien dan keluarga merupakan salah satu bentuk penghormatan
terhadap hak pasien. Penghormatan tersebut terkait dengan hak pasien untuk mengetahui dan memutuskan sendiri atau autonomi. Keterlibatan
profesi lain misalakan dokter, ahli gizi atau profesi lain meberikan perawat pandangan terhadap baik dan buruk suatu tindakan. Dengan
melibatkan pihak lain, diharapkan keputusan etis yang diambil adalah keputusan terbaik yang menguntungkan pasien. Langkah selanjutnya
dalam pengambilan keputusan etik adalah menganalisa konsekuensi dari pilihan tindakan yang ada. Baik buruknya, ditinjau dari beberapa prisip
tadi. Bagaimana konsekuensi dari suatu tindakan jika dilakukan, dan bagaimana jika tidak dilakukan. Kemudian langkah terakhir adalah
mengambil keputusan dengan mempertimbangkan keinginan pasien. Kembali lagi pada prinsip etik pertama yaitu autonomi. Keinginan pasien
adalah suatu hal yang harus dipahami dan dihormati. Bagaimanapun juga keputusan tersebut adalah berhubungan dengan kehidupan pasien.
Perawat adalah problem solver bagi pasiennya, dengan fokus utama adalah untuk menyelesaikan masalah klien. Setelah melakukan analisa etik
tentang keputusan apa yang terbaik bagi pasien, perawat menyimpulkan alasan etik. Yaitu apa yang harus dan seharusnya dilakukan berdasarka
prinsip etik yang telah dibahas diatas. Dalam proses pengambilan keputusan etis dikenal beberapa teori yang dapat menjadi pembenaran
terhadap suatu putusan etik, yaitu teori teleologi dan deontologi. Teleologi berasal dari kata telos yang artinya tujuan. dalam hal ini keputusan
etik didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. Bagaimana dampak jika dilakukan tindakan, apakah berdampak baik. Seuatu tindakan dinilai
baik apabila tindakan

tersebut berujuan baik pula. Teori kedua adalah teori deontologi, yaitu suatu konsep yang menitikberatkan pada moral dan kewajiban.
Deontologi berbicara mengenai apa yang seharusnya diakukan. Menurut Kant dalam (Masruroh H, 2014) suatu tindakan dianggap baik apabila
dilakukan berdasarkan kewajiban, terlepas dari tujuan dari tindakan tersebut. Tentu saja jika tindakan yang dilakukan perawat ditinjau dari terori
ini maka kedua duanya memiliki alasan untuk mebenarkan ataupun menyalahkan tindakan tersebut. Pertama jika dipandang dari etika
teleologis, tindakan perawat dianggap benar didasarkan pada tujuan dilakukanya tindakan adalah merupakan kebaikan. Dimana tujuan
dilakukan tindakan adalah didasarkan pada nilai moral demi kebaikan dan kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa pasien, menghormati hak
otonomi pasien, menerapkan prinsip beneficience dan nonmalificience. Sedangkan jika ditinjau dari etika deontologis tindkan perawat dianggap
salah karena kewajiban perawat adalah mematuhi kode etik dan peraturan perundangan yang berlaku tentang praktik keperawatan. Terlepas
dari tujuan tindakan tersebut, perawat dianggap tidak melaksanakan kewajiban suatu profesi yang harus tunduk kepada kode etik dan
peraturan yang berlaku. Begitu pula jika dilihat dari prinsip etik justice bahwa setiap tindakan harus dilakukan berdasarkan standart dan
peraturan hukum yang berlaku. Dalam setia keputusannya perawat tidak akan pernah terlepa dari risiko yang mengancam dirinya. Setiap pilihan
tindakan ad risiko yang ditanggung baik bagi pasien maupun bagi perawat itu sendiri. Untuk itu setiap putusan tindakan yang diambil harus
berdasarkan persetujuan antara pihak pemberi layanan dan pihak yang diberi layanan. Bahwa penerima layanan yaitu pasien dan keluarga
paham terhadap kondisi, konsekwensi dan akibat dari suat keputusan. Olehkarena itu keterlibatan pasien dan keluarga menjadi sangat penting
dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil adalah merupakan keputusan bersama, tugas perawat adalah memberikan
penjelasan dan informasi sejelas mungkin dna harus bersifat obyektif. Kesepakatan atas suatu tindakan yang didahului oleh adanya pemberian
informasi oleh pasien atau keluarga disebut nform konsen. Inform konsen menjadi suatu senjata bagi pasien atu perwat itu sendiri. Inform
consent bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam hal autonomi (Settle, 2014; Toren, 2010) Setelah keputusan tndakan diambil dan
dilakukan, maka tahap yang perlu dilakukan adalah evaluasi. Evaluasi merupakan bagian penting dari proses pengambilan keputusan etik. Tujuan
dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan sebagai outcome dari keputusan yang telah dibuat. Perubahan status
klien, kemungkinan treatment medik, dan fakta sosial dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan jika terjadi kasus atau situasi yang sama.
Terkait dengan bagaimana suatu keputusan etis dibuat, apakah keputusan yang diambil efektif dan tidak merugikan pasiennya.
D.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dilema etik sering terjadi dalam praktik keperawatan, dan akan menjadi pelik ketika dalam upaya pengambilan keputusan terdapat prinsip
prinsip etik yang bertentangan. Sebagai tenaga profesional terkadang perawat berada pada posisi yang sulit untuk memutuskan dikarenakan
alternatif pilihan keputusan yang sama sama memiliki nilai positif dan negatif. Terkadang, pada saat berhadapan dengan kondisi dilema etis dan
dituntut untuk mengambil keputusan membawa dampak emosional bagi perawat itu sendiri. Sperti perasaan frustasi, marah, bingung. Oleh
karena itu keputusan etis tidak dapat diputuskan secara pribadi oleh perawat, namun membutuhkan komunikasi dan pertimbangan dari orang
lain.

Dalam setiap putusan tindakan keperawatan perawat harus melibatkan pasien atau keluarga. Putusan yang diambil harus melalui proses analisa
dan berdasarkan prinsip etik yang berlaku. Keputusan etik yang diambil adalah bersifat situasional, dalam arti hal ini berkenaan dengan tujuan
dan kondisi dari kasus itu sendiri. Dalam suatu keputusan etis suatu keputusan diambil berdasarkan kebutuhan pasien dan tidak merugikan
pasien. Keputusan etis dibuat berdasarkan kesepakatan antara pasien dan perawat. Oleh karena itu sebagai perawat harus mampu meyakinkan
pasien bahwa keputusan etis yang diambil adalah berdasarkan analisa dan pertimbangan yang matang. Kesepakatan persetujuan antara pasien
dan perawat tentang keputusan tindakan tersebut dapat berupa informed consent, baik informed consent yang tertulis maupun yang tidak
tertulis sehingga terdapat bukti yang kuat bahwa keputusan etik tersebut diambil berdasarkan kesepakatan bersama. Dalam setiap pengambilan
keputusan etis peran perawat adalah sebagai konselor dan advokator. Artinya perawat harus memberikan informasi tentang kondisi dan situasi
yang terjadi, dan melibatkan pasien dan keluarga dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai advokat, berarti perawat melindungi hak
pasien untuk mendapatkan perawatan yang menguntungkan dan tidak merugikan pasiennya.

DAFTAR PUSTAKA
Anne Dreyer, Reidun Forde, Per Nortvedt. (2011). Ethical decision-making in nursing homes: Influence of organizational factors.
Nursing Ethics
. doi: 10.1177/0969733011403553 Blais, Kathleen Koenig. (2007).
Praktik keperawatan profesional : Konsep dan perspektif
(4 ed.). Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC. Brown, Deonne J. (2007). Consumer perspectives on nurse practicioners and independent
practice.
Journal of the American academy of nurse practicioners
. doi: 10.1111/j.1745-7599.2007.00261.x Connie M Ulrich, Karen L Soeken. (2005). A path analytic model of ethical conflict in practice and
autonomy in a sample of nurse practicioners.
Nursing Ethics
. doi: 10.1191/0969733005ne792oa Dermawan, Deden. (2013).
Pengantar keperawatan profesional
. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Fjetland, Kirsten J. (2009). Ethical dilemmas: a resource in public health nurses’ everyday work?
Scandinavian journal of caring sciences
. doi: 10.1111/j.1471-6712.2009.00688.x Masruroh H, Joko P, Abdul G. (2014).
Buku pedoman keperawatan
. Yogyakarta: Indoliterasi. Settle, Peggy Doyle. (2014). Nurse activism in the newborn intensive care unit: Actions in response to an ethical
dilemma.
Nursing Ethics
. doi: 10.1177/0969733012475254 Toren, Orly. (2010). Applying an ethical decision-making tool to a nurse management dilemma.
Nursing Ethics
. doi: 10.1177/0969733009355106
READ PAPER

AboutBlogPeoplePapersJob BoardAdvertise We're Hiring!

Anda mungkin juga menyukai