Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN AKHIR

PERANCANGAN ELEMEN MESIN


KELOMPOK II
JACK PUMP

Ketua Kelompok : GANI ARAFI (1607123297)


Anggota Kelompok : Abd. Habib Barqi AD (1607112404)
M.Wahyu Waldi (1607115426)
Yamesan Putra (1607112285)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
Kelompok Perancangan Elemen Mesin dengan judul “Jack Pump” ini dengan
tepat pada waktunya. Tak lupa pula shalawat serta salam mahabbah kita
hadiahkan kepada junjungan kita kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai
pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna seluruh risalah-Nya.

Penulis untuk menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-


tingginya kepada semua pihak yang telah berjasa memberikan motivasi dalam
rangka menyelesaikan laporan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu.

Penulis telah berusaha menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya.


Namun, penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan penulis, sehingga
masih terdapatnya banyak kesalahan dan kekurangan yang luput dari perhatian
penulis.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca


untuk lebih dapat menyempurnakan laporan ini. Atas perhatiannya penulis
mengucapkan banyak terima kasih.

Pekanbaru, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip Kerja .................................................................................................. 3
2.2 Teori Dasar .................................................................................................... 3
2.2.1 Primer Mover ..................................................................................... 11
2.2.2 Vbelt ................................................................................................... 13
2.2.3 Poros .................................................................................................. 15
2.2.4 Roda Gigi (Gear) ............................................................................... 16
2.2.5 Bearing............................................................................................... 19
BAB III METODOLOGI
3.1 Gambar Teknik Perancangan Alat .............................................................. 20
3.2 Alur Perancangan Umum Pada Jack Pump ................................................. 21
3.3 Alur Perancangan Primer Motor ................................................................. 22
3.4 Alur Perancangan Vbelt ............................................................................... 23
3.5 Alur Perancangan Poros .............................................................................. 24
3.6 Alur Perancangan Roda Gigi ....................................................................... 25
3.7 Alur Perancangan Bearing .......................................................................... 26
3.8 Perhitungan .................................................................................................. 27
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 38
4.2 Saran ........................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Jack Pump .......................................................... 3


Gambar 2.2 Komponen Pada Jack Pump ..................................................... 11
Gambar 2.3 Primer Mover ........................................................................... 12
Gambar 2.4 Dimensi Vbelt .......................................................................... 14
Gambar 2.5 Bentuk Vbelt Yang Digunakan ................................................ 14
Gambar 2.6 Pemasangan Vbelt Pada Pulley ............................................... 14
Gambar 2.7 Poros Transmisi Yang Digunakan .......................................... 15
Gambar 2.8 Roda Gigi Lurus ...................................................................... 17
Gambar 2.9 Bagian Bagian Roda Lurus ..................................................... 17
Gambar 2.10 Bearing Pada Gear Reducer .................................................... 18
Gambar 2.11 Pemasangan Bearing Pada Gear Reducer ............................... 19
Gambar 3.1 Gambar Teknik Perancangan Jack Pump................................ 20
DAFTAR TABEL

Tabel 3,1 Tabel Standar Api ........................................................................ 27


Tabel 3,2 Standar Pumping Speed Strokes ................................................... 28
Tabel 3.3 Forces And Accelerations For Three Types Of Pumping ............ 29
Tabel 3.4 Dimensi Motor Driven Wiflley Sand Pumps ................................ 29
Tabel 3.5 Type Primer Motor Pada Jack Pump ........................................... 30
Tabel 3.6 Data dan Spesifikasi Pitch Diameter ........................................... 31
Tabel 3.7 Modul Standar .............................................................................. 35
Tabel 3,8 Data Dan Spesifikasi Deev Grove Ball Bearing 6004 ................. 37
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan manusia pompa diperlukan dalam berbagai bidang, selain
dalam bidang industri, pertambangan, pertanian dan rumah tangga. Pompa
memang sangat penting peranannya dalam manusia guna mempermudah semua
kegiatan manusia yang berkaitan dengan perpindahan fluida cair dari suatu
tempat ke tempat
yang lain.
Pada bidang industri banyak digunakan macam dan jenis pompa dari ukuran
beserta kapasitasnya, mulai dari ukuran besar hingga kecil. Terutama dalam
proses produksi, fluida sebagai bahan dasar industri dimana pompa berfungsi
untuk menangani berbagai jenis zat cair yang ukuran kekentalannya berbeda.
Pompa angguk atau jack pump merupakan salah satu teknik pengangkatan
buatan atau artificial lift yang digunakan untuk membantu mengangkat minyak
dari lubang sumur ke permukaan sebagai akibat dari penurunan energi alami yang
dimiliki reservoir. Pompa angguk paling umum digunakan karena tidak mudah
rusak, mudah diperbaiki, dikenal banyak dilapangan dan toleran terhadap fluktuasi
laju produksi. Pompa angguk bekerja secara konvensional karena dalam proses
kerjanya menggunakan gerak perpaduan antara peralatan yang ada di permukaan
dan peralatan di bawah permukaan. Pada jangka waktu tertentu, pompa angguk
yang terpasang pada suatu sumur perlu dilakukan perawatan. Secara definisi
disebutkan bahwa perawatan sumur adalah semua jenis pekerjaan yang
berhubungan dengan aktifitas pompa yang bertujuan untuk mempertahankan
produksi sesuai dengan potensinya.
Sebelum dilakukan perencanaan ulang terhadap penggunaan pompa angguk,
perlu dipahami tentang kemampuan produksi dari formasi produktif suatu sumur.
Perencanaan ulang terhadap penggunaan pompa angguk ditentukan berdasarkan
prinsip kerja dan perhitungan-perhitungan yang termuat dalam dasar teori..Metode
perhitungannya dilakukan dengan metode analisis dan dari hasil perhitungan dapat
diketahui besarnya laju produksi tiap sumur.

1
2

1.2 Masalah
1. Apabila suatu sumur minyak sudah tidak dapat lagi mengangkat fluida dari
dasar sumur ke atas permukaan secara sembur alam, atau dengan
menggunakan metoda yang lain misalnya gas lift tidak memenuhi
persyaratan. Dalam hal ini yang demikian energi dari reservoir hanyalah
digunakan untuk mengalirkan fluida dari reservoir ke lubang sumur dan
permukaan cairan naik dalam lubang sumur tidak sampai permukaan,
sehingga perlu dilakukan pengangkatan buatan yaitu menggunakan jack
pump oil.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan Laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui laju produksi minyak dalam 1 hari dan jenis pompa
minyak dengan menggunakan tenaga pengangkatan buatan yaitu
menggunakan jack pump.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam Laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Perancangan pompa angguk sesuai spesifikasi jenis pompa yang
ditentukan dengan kapasitas Q = 480 liter/menit, dan putaran motor n =
1460 rpm dengan penggerak Gear Reducer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Kerja


Prinsip kerja Jack pump yaitu mengubah gerak rotasi dari Prime Mover
menjadi gerak naik turun oleh sistem Pitman Crank Assembly, kemudian gerak
naik turun ini melalui walking beam di teruskan ke Horse Head di jadikan gerak
lurus naik turun (Up Stroke dan Down Stroke) untuk menggerakan
plunger pompa melalui rangkaian rod (rod string). Dengan demikian minyak
terpompa dari dasar sumur ke permukaan.

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Jack Pump


Sumber : globalspec.com
2.2 Teori Dasar Elemen Mesin
Pump jack adalah penggerak atas tanah untuk pompa piston reciprocating
dalam sumur minyak. Ini digunakan untuk mengangkat cairan secara mekanis dari
sumur jika tidak cukup tekanan lubang bawah untuk cairan mengalir ke
permukaan. Pengaturan ini biasanya digunakan untuk sumur darat yang
menghasilkan sedikit minyak. Pump jack sangat umum di daerah kaya minyak.
Pump jack mengubah gerakan putar motor ke gerakan reciprocating vertikal
untuk menggerakkan poros pompa, yang dipamerkan dalam gerakan mengangguk
yang khas. Istilah teknik untuk jenis mekanisme ini adalah balok berjalan. Itu
sering digunakan dalam desain mesin uap stasioner dan laut di abad ke-18 dan ke-
19.

3
4

 Kelebihan Jack Pump adalah :


1. Tidak mudah rusak.
2. Mudah diperbaiki di lapangan.
3. Fleksibel terhadap laju produksi, jenis fluida dan kecepatan bisa diatur.
4. Keahlian orang di lapangan sangat baik.
5. Dari jauh akan terlihat tidak ada gerakan kalau pompa mati.
6. Harganya relatif murah.
 Sedangkan kekurangan Jack Pump adalah :
1. Berat dan butuh tempat luas, transportasi sulit.
2. Tidak baik untuk sumur miring / off shore.
3. Butuh unit besar sekali untuk laju produksi besar dan sumur dalam.

 Peralatan diatas permukaan yang ( Pumping Unit ) secara garis besar


terdiri:
a. Prime mover (mesin penggerak).
b. Gear reducer.
c. Beam pumping.
 Peralatan bawah permukaan, terdiri:
a. Pipa tubing.
b. Rod string (rangkaian rod).
c. Pompa (Sub surface pump).
 PERALATAN DI PERMUKAAN.
Peralatan di atas permukaan ini berfungsi untuk memindahkan energi dari
prime mover ke pumping unit di mana untuk selanjutnya diteruskan ke pompa
bawah permukaan.
Peralatan ini juga berfungsi untuk mengubah gerak putar menjadi gerak naik turun
melalui crank, pitman, dan walking beam, sedangkan gear reducer untuk
menurunkan putaran tinggi dari prime mover menjadi rendah sesuai dengan stroke
per menit pompa.
1. Prime Mover (Motor Penggerak )
Suatu motor listrik atau gas engine dengan putaran 800 – 1200 RPM dipakai
untuk menggerakkan Pumping Unit.
5

Untuk motor listrik pada umumnya 3-phase, 440 volt, 60 cycle. Untuk gas
engine menggunakan bahan bakar gas alam. Ada juga yang menggunakan
motor dengan bahan bakar solar atau diesel.
2. Gear Reducer
Gear reducer berfungsi untuk menurunkan RPM motor menjadi RPM sesuai
SPM pompa. Didalam terdapat roda gigi penurun RPM. Untuk
memindahakan tenaga atau energi dari prime mover ke gear reducer
digunakan Vbelt yang dilindungi oleh belt cover untuk pengaman.
3. Crank Arm
Crank Arm menghubungkan sumbu putaran rendah (crank shaft) yang
keluar dari gear box yang berputar 360 derajat. Lubang pada crank juga
sebagai tempat kedudukan crank pin bearing yang menghubungkan crank
dengan pitman, dan tempat merubah panjang langkah
pompa. Crank Arm juga sebagai tempat dari kedudukan counter weight.
4. Pitman
Pitman dipasang untuk menghubungkan crank dengan walking beam.
5. Walking Beam
Walking Beam sebagai tempat kedudukan dari equalizer bearing ( tail
bearing ) dan dibawah ditopang oleh saddle bearing ( center bearing) yang
tetumpu pada sampson post. Ujung depan walking beam terpasang horse
head. Walking-beam ini bersama pitman dan crank berfungsi sebagai
pengubah gerak putar menjadi gerak turun naik.
6. Horse Head
Horse-head ditempatkan diujung walking beam dengan bentuk 1/8 lingkaran
agar gerakan Rod string naik turun ( reciprocating ) tetap senter dengan
lubang sumur.
7. Carrier Bar dan Wire line Hanger (Briddle)
Untuk menghubungkan horse head dengan polished rod digunakan wire line
hanger (briddle) yang dikaitkan dengan carrier bar pada polished rod.
Untuk mencegah supaya carrier bar tidak berubah posisinya, maka ditahan
oleh polished rod clamp.
6

Antara carrier bar dengan clamp sering dipasang spacer untuk


tempat dynamometer, guna mengukur beban pada polished rod. Pada ujung
paling atas polished rod dipasang polished rod eye berfungsi
untuk keperluan well service untuk mencabut polished rod, dan melindungi
drad pada ujung polished rod.
8. Stuffing Box.
Dipasang menahan minyak agar minyak tidak menyembur keluar bersama-
sama dengan naik turunnya polished rod sehingga aliran dapat di atur ke
flow line. Didalam stuffing box terdapat packing untuk menahan bocoran
minyak.
9. Polished Rod
Polished rod atau stang putih adalah stang penghubung antara
rangkaian sucker rod di bawah permukaan dengan perangkat pumping unit
di permukaan. Polished rod diperlukan hanya satu batang saja pada
unit sucker rod pump tetapI polished rod mempunyai kekuatan yang
melebihi sucker rod karena polished rod menahan beban maksimum seluruh
rangkaian sucker rod. Polished rod mempunyai permukaan yang licin dan
halus, terbuat dari baja keras. Standard diameter polished rod : 1”, 1 1/8”, 1
¼”, dan 1 ½” Panjang polished rod : 8’, 11’, 16’, dan 22’ .
10. Counter Weight
Pada crank balance pumping unit, counter weight dipasang pada crank,
sedangkan pada beam balance pumping unit, counter wight dipasang pada
ujung belakang walking beam. Counter weight berfungsi untuk memberikan
balancing beban pada pumping unit sehingga beban pada upstroke sada
dengan beban pada down stroke. Dengan demikian beam pumping unit
tidak cepat rusak.
11. Brake (Rem)
Rem berfungsi untuk mengatur posisi horse head kalau pumping unit harus
dimatikan untuk keperluan perbaikan pada well atau pada Pumping Unit itu
sendiri.
7

 PERALATAN DI BAWAH PERMUKAAN.


1. POMPA (SUB SURFACE PUMP)
Peralatan Sucker rod pumping di bawah permukaan terdiri dari 4 (empat)
komponen utama, yaitu :
working barrel, plunger, travelling valve dan standing valve. Berdasarkan
cara pemasangan pompa dibawah permukaan ini diklasifikasikan menjadi 2
(dua) type yaitu:
2. Tubing pump.
Pada type ini working barrelnya dipasang langsung di ujung bawah tubing,
dan diturunkan bersama tubing. Bila terjadi kerusakan pada working barrel
atau standing valve maka untuk memperbaiki keseluruhan dari tubing harus
dicabut.
3. Rod pump (Insert pump).
Pada type rod pump: working barrel, plunger, travelling valve dan standing
valve merupakan satu unit kesatuan yang dipasang langsung pada rod string,
dan dijangkarkan dalam tubing . Kapasitas pompa yang diperoleh lebih kecil
karena ukuran plunger kecil., Apabila terjadi kerusakan pada barrel atau
standing valve maka untuk memperbaiki cukup cabut rod string , dan tidak
perlu memcabut tubing.
 Komponen-komponen pompa bawah permukaan (sub surface pump) :
a. Working Barrel, yaitu merupakan tabung silinder tempat naik turunnya
plunger.
b. Plunger, yaitu suatu piston panjang yang terbuat dari metal stainless
steel dan bergerak naik turun (sesuai dengan prinsip pemompaan) yang
berfungsi untuk mengangkat fluida dari dasar sumur ke kolom tubing
hingga sampai ke permukaan. Plunger ada 2 macam, yakni:
 Metal plunger ( plain, dan grooved)
 Soft packed plunger (ring type, cup type, kombinasi ring dan cup type)
Plunger mempunyai nominal clearence antara 0,001 sampai 0,005 inchi di
dalam barrel pompa, yang biasanya ditulis 0,001 fits atau 0,005 fits.
Misalnya plunger dengan diameter 2 7/8 in fits -3, yang berarti plunger tersebut
diameternya berkurang 0,003 inchi (tiga per seribu inchi).
8

c. Travelling valve, yaitu katup berbentuk bola, yang bergerak membuka


dan menutup dan terletak pada plunger. Valve ini akan membuka
disaat plunger bergerak turun (down sroke), dan menutup saat upstroke
d. Standing Valve, yaitu katup yang berbentuk bola dan terletak pada
bagian bawah pompa yang berfungsi untuk menahan fluida agar tidak
turun atau keluar dari working barrel pada waktu down stroke.
Contoh penulisan pompa bawah permukaan menurut standar API menggunakan
kode sebagai berikut :
Code ; 25 - 225 - THC - 11 - 4 - 4
Kelompok ; [1] [2] [3] [4] [5] [6]
Dalam bilangan angka ataupun huruf menjelaskan suatu ukuran ataupun
jenis dari perangkat pompa tersebut, seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Ukuran Dan Jenis Dari Perangkat Pompa (Sumber : www.Lufkin.com)
Kelompok Bilangan Menyatakan Ukuran

[1] 25 Ukuran tubing, 2 7/8 in OD


[2] 225 Diameter pompa, 2 ¼ in
[4] 11 Panjang barrel pompa, 11 ft
[5] 4 Panjang nominal plunger, 4 ft
[6] 4 Panjang extention, 4 ft
Kelompok Huruf Menyatakan jenis

T Jenis pompa : Tubing Type


H Jenis barrel : Heavy wall barrel
[3] C Jenis seating : Cup type
Untuk penggunaan plunger yang optimal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Diameter Plunger Rate (bbl)
1 ¼ in – 1½ in 100
1 ½ in – 1 ¾ in 200
1 ¾ in – 2 in 300
2 in – 2 ¼ in 400
2 ¼ in – 2 ½ in 500
2 ½ in – 2 ¾ in 600
9

4. Gas Anchor
Untuk menghindari turunnya efficiency volumetric pompa yang diakibatkan
oleh banyaknya gas yang masuk kedalam pompa, maka dipasang Gas
Anchor yang berfungsi untuk memisahkan gas dari cairan formasi sebelum
fluida masuk ke dalam pompa. Pada pengoperasian Sucker Rod Pump di
lapangan sering terjadi gas locking, dimana pompa terkunci oleh gas yang
berekspansi saat up stroke dan terkompresi disaat down stroke. Hal ini
terjadi karena gas formasi banyak yang masuk ke dalam pompa.
5. Sucker Rod (Batang Isap).
Energi yang ditransmisikan dari peralatan di permukaan ke bawah
permukaan melalui rangkaian sucker rod. Sucker rod adalah stang baja
yang pejal, menurut standar API mempunyai panjang 25 feet dan 30 feet.
Ukuran Sucker Rod menurut API : 5/8”, ¾”, 7/8”, 1” dan 1 1/8”.
Ujung sucker rod berupa pin-pin, atau box-pin, untuk menyambung sucker
rod untuk membentuk rangkaian (rod string) digunakan sucker rod
coupling, dan untuk menyambung dua ukuran yang berbeda
digunaka reducer coupling (misalnya 7/8” x ¾ “ )
 Ukuran Sucker Rod dapat dilihat pada tabel, Untuk desain dari harga
maksimum tekanan kerja (working stress).
 Sucker rod mempunyai working stress 30.000 psi untuk klas C, dan
35.000 psi untuk klas D.
Tabel 2.2 Dimensi Polished Rod (Sumber : www.Lufkin.com)
Diameter Sucker
Diameter nominal Panjang Diameter pin Rod yang sesuai.
(in) (ft) pin (in) (in)
1 8, 11, 16 ¾ ½
1 1/8 8, 11, 16, 22 15/16, 1 1/16 5/8, ¾
1¼ 11, 16, 22 1 3/16 7/8
1½ 16, 22 1 3/8 1
Dalam perencanaan sucker rod dipilih rod yang ringan, yang berarti rod
yang paling ekonomis tanpa mengakibatkan kelebihan stress pada rod.
10

Rod yang digunakan tidak harus selalu sama diameternya, tetapi


dirangkai (dikombinasi) dimana rod yang berdiameter paling kecil dirangkai
pada bagian paling bawah. Kombinasi rangkaian ini disebut tappered rod
string. Sedangkan apabila menggunakan satu macam rangkaian saja
disebut untappered rod string.
6. Pony Rod
Pony rod adalah batang baja, sama seperti sucker rod tetapi mempunyai
panjang yang lebih pendek. Pony rod berfungsi untuk menyesuaikan
panjang rangkaian sucker rod yang dibutuhkan sesuai dengan kedalaman
pompa bawah permukaan. Ukuran pony rod sama dengan ukuran sucker
rod. Panjang pony rod mulai dari 1 1/3’, 2’, 3’, 4’, 6’, 8’, 10’ dan 12 feet.
5. Tubing
Pada umumnya sumur minyak, tubing merupakan media alir fluida formasi
dari dasar sumur ke permukaan. Pada sumur minyak dengan metoda
pengangkatan buatan menggunakan Sucker Rod Pump, tubing berfungsi
pula sebagai tempat menggantungkan pompa dengan jenis Tubing Type.
Panjang tubing menurut standar API terbagi dalam dua range, yaitu:
- Range I , panjang 20 – 24 feet
- Range II, panjang 28 – 32 feet
 Jenis sambungan tubing : API Non Upset, API External Upset, Atlas
Bradford, VAM.
 Sedangkan Ukuran tubing menurut API (OD): 2 3/8”, 2 7/8”, 3
½”, 4”, 4 ½”.
 Grade tubing : F.25, H.40, J.55, C.75, N.80, P.105.

Gambar 2.2 Komponen pada Jack Pump


Sumber : en.wikipedia.org
11

Adapun elemen mesin yang terlibat dalam perancangan ini adalah sebagai
berikut :
 Motor Listrik (Primer Mover).
 V belt.
 Poros
 Gear.
 Bearing.
 Rod string.Motor Listrik (Primer Mover).
2.2.1 Motor Listrik ( Primer Mover )
Sebagai penggerak utama dari seluruh rangkaian yang terdapat pada
pompa, baik itu yang berada di atas permukaan maupun yang berada di bawah
permukaan.
Primer Mover memutar roda gigi peredam gigi melalui drive V-belt. Dua
Primer Mover paling umum adalah motor listrik dan mesin pembakaran internal
(IC). Keputusan tentang mana yang akan digunakan tergantung pada berbagai
pertimbangan, yang meliputi hal-hal berikut:
Ketersediaan sumber listrik (listrik atau cairan yang mudah terbakar) :
1. HP diperlukan untuk memompa sumur.
2. Efisiensi sistem.
3. Kemampuan untuk mengontrol PM untuk mencocokkan on/off operasi
potensial dari unit pemompaan.
4. Ketersediaan personil lapangan dan / atau layanan yang mampu
memelihara dan memperbaiki peralatan.
5. Kondisi gas (manis atau asam) atau ketersediaan sekarang dan di masa
depan gas atau cairan (yaitu, propana atau diesel) jika mesin IC
digunakan.
6. Biaya yang diharapkan saat ini dan masa depan untuk sumber listrik.
7. Biaya total siklus penuh yang diantisipasi (termasuk modal awal, operasi,
pemeliharaan, waktu henti, dan perbaikan) selama durasi sumur.
8. Pertimbangan ini, serta faktor-faktor lain, telah dibahas dalam berbagai
publikasi.
12

Gambar 2.3 Primer Mover


Sumber : alibaba.com
𝑁1
Ratio Putaran = (2.1)
𝑁2
Keterangan :
N1 = Putaran motor Penggerak (input speed)
N2 = Putaran mesin (Output Speed)

2.2.2 Vbelt

V-belt, berfungsi sebagai sabuk pada proses pemidahan gerak dari prime
mover ke gear reducer.
Rumus Rumus Yang Digunakan Dalam Perancangan Vbelt Sebagai Berikut:
A. Panjang Belt (Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin by
Sularso).

(𝑅2 − 𝑅1)2
𝐿 = 𝜋 (𝑅1 + 𝑅2) + 2𝑥 + (2.2)
𝑥
B. Kecepatan Sabuk (Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin by
Sularso).
𝜋𝑥𝐷2𝑥𝑁
𝑉= (2.3)
60
C. Sudut Kemiringan (Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin by
Sularso).

𝑅2−𝑅1
sin 𝛼 = (2.4)
𝑥
13

D. Sudut Kontak (Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin by


Sularso).

(180−2𝛼) 𝑥 𝜋
𝜃= (2.5)
180

E. Daya Yang Ditransmisikan (Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen


Mesin by Sularso).
(𝑇1 − 𝑇2) 𝑉
𝑃 = (2.6)
75
F. Rasio Tegangan (Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin by
Sularso).

𝑇1
2,3 log 𝑇2 = 𝜇𝑥𝜃 (2.7)

G. Luas Penampang Sabuk(Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin


by Sularso).

𝑎+𝑏
𝐴= 𝑡𝑥 (2.8)
2

H. Tegangan Tarik (Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin by


Sularso).
𝑇1
𝐹= (2.9)
𝐴

Gambar 2.4 Dimensi Vbelt


Sumber :MonotaRO
14

Gambar 2.5 Bentuk Vbelt Yang Digunakan


Sumber :MonotaRO

Gambar 2.6 Pemasangan VBelt Pada Pulley.


Sumber : Oil And Gas Management Center
2.2.3 Poros
Poros adalah salah satu Elemen Mesin yang berbentuk silindris
memanjang dengan penampang yang biasanya berbentuk lingkaran yang memiliki
fungsi sebagai penyalur daya atau tenaga melalui putaran sehingga poros ikut
berputar. Jadi, poros bisa dikatakan transmisi atau penghubung dari sebuah
elemen mesin yang bergerak ke sebuah elemen mesin yang akan digerakan.
Ada berbagai macam penamaan poros, mulai dari shaft maupun axis ada
juga yang menyebut poros sebagai as namun disini as lebih berperan sebagai
poros yang statis dan tidak ikut berputar sebagai penyalur daya atau tenaga. Poros
yang digunakan ialah poros transmisi merupakan poros yang mengalami
pembebanan puntir (torsi), pembebanan lentur murni, maupun kombinasi dari
pembebanan torsi dengan lentur.
15

Gambar 2.7 Poros Transmisi Yang Digunakan


Sumber : teknik-mesin1

Rumus Yang Digunakan Dalam Perancangan Poros Adalah Sebagai Berikut :


A. Menentukan Torsi transmisi pada poros (Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin by Sularso).
𝑃𝑥50
𝑇= (2.10)
2𝜋𝑁
B. Menentukan momen lengkung maximum pada tiap pulley (Dasar
Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin by Sularso).

M = 1000 x 1 (2.11)

C. Menentukan momen puntir ekivalen (Dasar Perencanaan dan Pemilihan


Elemen Mesin by Sularso).

𝑇𝑐 = √𝑀2 + 𝑇 2 (2.12)

D. Menentukan diameter poros (Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen


Mesin by Sularso).
𝜋
𝑇𝑐 = 𝑥 𝜏 𝑥 𝑑3 (2.13)
16
𝑇𝑐
𝑑3 = 𝜋 (2.14)
16 𝑥𝜏

2.2.4 Roda Gigi (Gear)

Transmisi dengan system roda gigi adalah berfungsi untuk meneruskan daya
dan putaran dari poros penggerak ke poros yang digerakkan.
16

Roda gigi lurus digunakan untuk poros yang sejajar atau paralel.
Dibandingkan dengan jenis rodagigi yang lain rodagigi lurus ini paling mudah
dalam proses pengerjaannya (machining) sehingga harganya lebih murah.
Rodagigi lurus ini cocok digunakan pada sistim transmisi yang gaya kelilingnya
besar, karena tidak menimbulkan gaya aksial.
a. Prinsip Kerjanya
Berdasarkan pasangan roda gerak Bentuk gigi dibuat untuk
menghilangkan slip,sehingga transmisi putar dan gaya dapat berlangsung dengan
baik.
Rumus Rumus Yang Digunakan Dalam Perancangan Gear :
A. Diameter Lingkaran Pitch (p) (Aaron D. Deutschman)
(2𝑎)
𝐷1 = (2.15)
1+𝑖

(2𝑎𝑖)
𝐷2 = (2.16)
1+𝑖
B. Jumlah Gigi (Aaron D. Deutschman)

𝐷12
𝑍1 = (2.17)
𝑚

𝐷22
𝑍2 = (2.18)
𝑚
C. Jarak Antar Poros (C) (Aaron D. Deutschman)

𝑑1 + 𝑑2
𝑎= (2.19)
2
D. Kecepatan Pitch Line (Aaron D. Deutschman)
𝜋𝑥𝑑𝑥𝑛
𝑉𝑝 = (2.20)
12
E. Jumlah Putaran Roda Gigi (Aaron D. Deutschman)

𝐷1 𝑥 𝑁1 = 𝐷2 𝑥 𝑁2 (2.21)
17

F. Kecepatan Keliling pada lingkaran jarak bagi (Aaron D. Deutschman)


𝜋𝑥𝑑1 𝑥 𝑛
𝑉1 = (2.22)
100

𝜋𝑥𝑑2 𝑥 𝑛
𝑉2 = (2.23)
100
G. Daya Yang Ditransmisikam (H) (Aaron D. Deutschman)

𝑃 = 𝐹𝑡 𝑥 𝑣 (2.24)

𝑃
𝐹𝑡 = (2.25)
𝑣

Gambar 2.8 Roda Gigi Lurus


Sumber: Rodagigi.com

Gambar 2.9 Bagian Bagian Roda Gigi


Sumber : King Of Blog
18

2.2.5 Bearing
Sebuah elemen mesin yang berfungsi untuk membatasi gerak relatif antara
dua atau lebih komponen mesin agar selalu bergerak pada arah yang diinginkan.
Bearing menjaga poros (shaft) agar selalu berputar terhadap sumbu porosnya, atau
juga menjaga suatu komponen yang bergerak linier agar selalu berada pada
jalurnya. fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah poros agar poros
dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan. Bantalan harus cukup
kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik.
 Prinsip Kerja
Apabila ada dua buah logam yang bersinggungan satu dengan lainnya saling
bergeseranmaka akan timbul gesekan , panas dan keausan . Untuk itu pada kedua
benda diberi suatu lapisan yang dapat mengurangi gesekan , panas dan keausan
serta untuk memperbaikikinerjanya ditambahkan pelumasan sehingga kontak
langsung antara dua benda tersebut dapat dihindari.
Rumus Rumus Yang Digunakan Dalam Perancangan Bearing :
A. Menentukan Umur Bearing
Umur Bearing =

𝐶 1.000.0000
𝐿10ℎ = ( )3 𝑥( (2.26)
𝑃 60𝑥𝑛

Gambar 2.10 Bearing pada gear reducer


Sumber : Wordpress.com
19

Gambar 2.11 Pemasangan Bearing pada gear reducer


Sumber : global-b2b-network.com
BAB III
METODOLOGI

3.1 Gambar Teknik Perancangan Jack Pump

Gambar 3.1 Teknik Perancangan Jack Pump


Keterangan Gambar :
1.Prime Motor
2.Vbelt
3.Pulley
4.Counter Weight
5.Gear Reducer
6.Pitman Arm
7.Walking Beam
8.Horse Head
9.Bridle
10.Polished Rod
11.Stuffing Box
12.Tee

20
21

3.2 Alur Perancangan Umum Pada Pump Jack

START

IDENTIFIKASI MASALAH

PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN KOMPONEN


ELEMEN MESIN :
 PRIMER MOVER
 V BELT
 POROS
 RODA GIGI LURUS
 BEARING

GAMBAR TEKNIK PERANCANGAN

T Y
SESUAI

HASIL AKHIR
PERANCANGAN

END
22

3.3 . Alur Perancangan Prime Motor

START

ELEMEN MESIN DAN


PARAMETER
PERANCANGAN

PERANCANGAN PRIME
MOTOR

JENIS PRIME
MOTOR
SESUAI DENGAN
DAYA MOTOR

GAMBAR TEKNIK

PERHITUNGAN
PERANCANGAN
T Y

SESUAI

END
23

3.4 . Alur Perancangan Vbelt

START

ELEMEN MESIN DAN


PARAMETER PERANCANGAN

PERANCANGAN V BELT

JENIS BELT

GAMBAR TEKNIK

PERHITUNGAN
PERANCANGAN

T Y
SESUAI

END
24

3.5 . Alur Perancangan Poros

START

ELEMEN MESIN DAN


PARAMETER PERANCANGAN

PERANCANGAN POROS

JENIS MATERIAL
DIAMETER POROS
BEBAN KERJA

GAMBAR TEKNIK

PERHITUNGAN
PERANCANGAN

T Y
SESUAI

END
25

3.6 . Alur Perancangan Gear

START

ELEMEN MESIN DAN


PARAMETER PERANCANGAN

PERANCANGAN GEAR

JENIS MATERIAL
DIAMETER PITCH
JUMLAH GIGI PINION

GAMBAR TEKNIK

PERHITUNGAN
PERANCANGAN

T Y
SESUAI

END
26

3.7 . Alur Perancangan Bearing

START

ELEMEN MESIN DAN


PARAMETER PERANCANGAN

PERANCANGAN
BEARING

UMUR BEARING
JENIS BEARING

GAMBAR TEKNIK

PERHITUNGAN
PERANCANGAN

T Y
SESUAI

END
27

3.8 Perhitungan
1. Mills Acceleration Factor
𝑆. 𝑁 2
𝛼=
70.500
240 𝑖𝑛 𝑥 212 𝑆𝑃𝑀
=
70.500
= 1,501
Keterangan :
α = Mills Accleration Factor
S = Panjang Langkah (in)
N = Kecepatan Pompa (SPM)
2. Berat Fluida Diatas Pompa
Tabel 3.1 Tabel Standar API (Sumber : www.machinerylubrication.com)

𝑀𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑝𝑖 20 = 7.778


3. Berat Rod Di Udara
𝑊𝑟 = 𝐿𝑥𝑚
𝑊𝑟 = 3,35𝑥358,65
= 1201,4 𝑘𝑔
= 2648,63 𝑙𝑏
Keterangan :
L = Panjang Rod
m = Berat Rod
28

4. Menentukan Laju Produksi Sumur Pompa


𝑃𝐷 = 𝐴𝑝 𝑥 𝑆𝑝 𝑥 𝑁
= 0,758 𝑖𝑛2 𝑥240 𝑖𝑛 𝑥 21 𝑆𝑃𝑀
= 3.956,4 𝐵𝑎𝑟𝑟𝑒𝑙/𝐷𝑎𝑦
= 629.067,6 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟/𝐷𝑎𝑦
Tabel 3.2 Standar Pumping Speed Strokes (Sumber : www.Lufkin.com)
Pump Depth Plunger Size Tubing Size Rod Size Pumping Speed
ft in in in Stroke /min
1000-1100 2 1/2 3 1 24-19
110-1250 2 1/2 3 1 24-19
1250-1650 2 1/2 2 1/2 1 24-19
1650-1800 1 2 1/2 1 24-19
1800-2150 2 1/2 2 1/2 2 24-19
2150-3000 2 1/2 2 2 dan 3 24-19
3000-3700 2 1/2 2 2 dan 3 22-18
3700-4000 1 2 2 dan3 21-18

5. Pada Saat Up Stroke


𝑆. 𝑁 2
𝑃𝑃𝑅𝐿 = 𝑊1 (1 + )
70.500
= 2.133,4 (1 + 1,501 )
= 5.335,5 𝑙𝑏
6. Pada Saat Up Stroke
𝑆. 𝑁 2
𝑃𝑃𝑅𝐿 = 𝑊2 (1 − )
70.500
= 1.084,1 (1 − 1,501 )
= −525,098 𝑙𝑏
7. Torsi Yang Terjadi pada counterbalance
𝑆
𝜏 = (𝑊 − 𝐶)𝑥 ( ) 𝑥𝑠𝑖𝑛𝜃
2
240 𝑖𝑛
𝜏 = (12974,5 𝑙𝑏 − 4000 𝑙𝑏/𝑖𝑛)𝑥 ( ) 𝑥 sin 120
2
𝑙𝑏
𝜏 = (8.974,5 𝑥 120 𝑖𝑛 𝑥 0,866)
𝑖𝑛

𝜏 = 932.675,3 in − lb
29

Tabel 3.3 Forces And Accelerations for three types of Pumping Motion
(Sumber : www.Lufkin.com)

8. Kecepatan Gear Reducer Jika Dihubungkan Dengan Belt


𝑁𝑢
𝑍= 𝑁

3.500 𝑟𝑝𝑚
=
21 𝑆𝑃𝑀
= 166,67 𝑅𝑃𝑀/𝑆𝑃𝑀
9. Diameter Engine Sheave
𝑁𝑍𝑑𝑢
𝑑𝑒 =
𝑁𝑒
240 𝑥 166,67 𝑥 0,5
=
2800
= 7,14 𝑖𝑛
30

Tabel 3.4 Dimensi Motor Driven Wiflley Sand Pumps (Sumber : globalspec.com)

10. Jenis Pompa Yang Digunakan


Type Pompa : KCG-29

Kecepatan Aliran : 480 L/min


Kecepatan Motor : 1460 r/min = 11 kw

Tabel 3.5 Type Primer Mover Pada Jack Pump


(Sumber : www.alibaba.com/product-detail/KCG-high-temperature-stainless-
steel-gear)
Kapasitas aliran Tekanan hisap Motor
Port ukuran kecepatan
Model Discharge Vakum
m3/h L/min mm r/min KW Moel
Mpa m
0.6
KCG-1 1 16.7 Φ25 1400
1.0
1.5 Y90L-4
0.6
KCG-1.5 1.5 25 Φ25 1400
1.0
0.6
KCG-2 2 33.3 Φ25 1420 2.2 Y100L1-4
1.0
0.6 2.2 Y100L1-4
KCG-3 3 50 Φ25 1420
1.0 3 Y100L2-4
0.6 3 Y100L2-4
KCG-5 5 83.3 Φ40 1420
1.0 4 Y112M-4
0.6 3 Y100L2-4
KCG-6 6 100 Φ40 1420
1.0 4 Y112M-4
0.6 4 Y132M1-6
KCG-7.5 7.5 125 Φ50 1440
1.0 5.5 Y132M2-6
0.6 3
KCG-10 10 167 Φ50 1440 5.5 Y132S-4
1.0
0.6
KCG-12 12 200 Φ55 960 5.5 Y132M2-6
1.0
0.6
KCG-15 15 250 Φ55 1440 5.5 Y132S-4
1.0
0.6 5.5 Y132M2-6
KCG-18 18 300 Φ70 970
1.0 7.5 160M2-6
0.6
KCG-29 29 480 Φ70 1460 11 Y160M-4
1.0
0.6 970 15 Y180L-6
KCG-38 38 633 Φ100
1.0 980 22 Y200L2-6
0.6 980 18.5 Y200L-6
KCG-45 45 750 Φ100
1.0 960 30 Y225M-6
0.6 1470 22 Y180L-4
KCG-58 58 960 Φ100
1.0 1480 30 Y200L-4
31

Tabel 3.6 Data Dan Spesifikasi Pitch Diameter (Sumber : globalspec.com)

11. Perancangan Pulley dan Vbelt


 Daya (p) = 11 Kw (14,75 Hp)
 Putaran Mesin = 3600 rpm
 Diameter Pulley Motor (d1) = 164 mm
 Diameter Pulley Gear Reducer (d2) = 360 mm
 Jarak Antar Pulley (x) = 1495,5 mm
 Jari Jari Pulley (r1) = 82 mm
 Jari Jari Pulley (r2) = 180 mm
 Jenis Belt = Belt Type A
A. Panjang Belt
(𝑅2−𝑅1)2
𝐿 = 𝜋 (𝑅1 + 𝑅2) + 2𝑥 + 𝑥
𝐿 = 𝜋 (180 𝑚𝑚 + 82 𝑚𝑚) + 2(1495,5 𝑚𝑚)
(360 𝑚𝑚 − 164 𝑚𝑚)2
+
1495,5 𝑚𝑚
= 𝜋 (262 𝑚𝑚) + (2991 𝑚𝑚) + 25,68 𝑚𝑚
= 3.839,36 𝑚𝑚
= 3.839,36 𝑚𝑚
= 3,89 𝑚
B. Kecepatan Sabuk
𝜋𝑥𝐷2𝑥𝑁
𝑉= 60
𝜋 𝑥 0,360 𝑚𝑚 𝑥 3600 𝑟𝑝𝑚
𝑉= 60

𝑉 = 67,85 𝑚/𝑠
C. Sudut Kemiringan
𝑅2−𝑅1
sin 𝛼 = 𝑥
32

180 𝑚𝑚 − 82 𝑚𝑚
=
1495,5 𝑚𝑚
= 0,0655 𝑚𝑚
𝛼 = 3,75 °

D. Sudut Kontak
(180−2𝛼) 𝑥 𝜋
𝜃= 180
180−2(3,75 °) 𝑥 𝜋
𝜃= 180

180 − 7,5 𝑥 𝜋
=
180

= 3 𝑟𝑎𝑑
E. Daya Yang Ditransmisikan
(𝑇1−𝑇2) 𝑉
𝑃 = 75
(𝑇1−𝑇2) 67,85 𝑚/𝑠
5,364 = 75
7,37
(𝑇1 − 𝑇2) =
0,904
(𝑇1 − 𝑇2) = 8,15 𝑘𝑔

F. Rasio Tegangan

𝑇1
2,3 log 𝑇2 = 𝜇𝑥𝜃
𝑇1
2,3 log = 0,3𝑥3 𝑟𝑎𝑑
𝑇2
𝑇1 0,9
log =
𝑇2 2,3
𝑇1
= 2,487 kg
𝑇2

𝑇1 = 2,487 𝑥 𝑇2
𝑇1 − 𝑇2 = 8,15 𝑘𝑔
2,487 − 𝑇2 = 8,15
8,15
𝑇2 = 1,487

𝑇2 = 5,480 𝑘𝑔
𝑇1 = 2,487 𝑥 5,480 𝑘𝑔
𝑇1 = 13,62 𝑘𝑔
33

G. Luas Penampang Sabuk

𝑎+𝑏
𝐴= 𝑡𝑥 2
4 + 12
𝐴=9𝑥
2
𝐴 = 72 𝑚𝑚2

H. Tegangan Tarik

𝑇1
𝐹= 𝐴
13,62 𝑘𝑔
𝐹= 72 𝑚𝑚2
13,62 𝑘𝑔
𝐹= 72 𝑚𝑚2

𝐹 = 0,189 𝑘𝑔/𝑚𝑚2

𝐹 = 1,89 𝑀𝑝𝑎

12.Perancangan Poros
Daya Yang Ditrasmisikan Oleh Poros : 14,75 𝐻𝑝
Putaran pada poros : 3600 rpm
Jenis Material : BAJA AISI 4140
Terdapat 2 bantalan dengan jarak :2m
Beban masing masing pulley (W) : 1500 N
𝑁
Tegangan geser (𝜏) : 50
𝑚𝑚2

A. Menentukan Torsi transmisi pada poros


𝑃𝑥𝜏
𝑇 = 2𝜋𝑁
10999,96795𝑥1000𝑥50
𝑇= 2𝑥3,14𝑥1200

549.998.397,5
𝑇= 7.536

𝑇 = 72.982,80 𝑁/𝑚
B. Menentukan momen lengkung maximum pada tiap pulley
M = 1000 x 1
M = 1000 Nm
34

C. Menentukan momen puntir ekivalen :

𝑇𝑐 = √𝑀2 + 𝑇 2

𝑇𝑐 = √10002 + 72.982,802
𝑇𝑐 = 72.989,65 𝑁𝑚

D. Menentukan diameter poros


𝜋
𝑇𝑐 = 𝑥 𝜏 𝑥 𝑑3
16
𝑇𝑐
𝑑3 = 𝜋
𝑥𝜏
16

72.989,65
𝑑3 = 0,196 𝑥 50

𝑑 = 3√7.447,92
𝑑 = 19,52 𝑚𝑚
E. Menentukan Daya Yang Ditrasmisikan Oleh Poros
2𝜋𝑁𝑇
𝑃=
60
2𝜋𝑥 1460 𝑟𝑝𝑚𝑥72.982,80 𝑁𝑚
𝑃=
60
669.504.106,69 𝑁𝑚
𝑃=
60
𝑃 = 14,75 𝐻𝑝
13. Perancangan Roda Gigi Lurus
A. Diameter Lingkaran Pitch (p)
(2𝑎)
𝐷1 = 1+𝑖

2𝑥90
=
1+4
=36 mm
(2𝑎𝑖)
𝐷2 =
1+𝑖

2𝑥90𝑥4
=
1+4
=144 mm
35

B. Jumlah Gigi
Tabel 3.7 Modul Standar(Sumber : globalspec.com)

𝐷11
𝑍1 =
𝑚
361
=
3
= 12 𝑔𝑖𝑔𝑖
𝐷22
𝑍2 =
𝑚
1442
=
3
= 48 𝑔𝑖𝑔𝑖
C. Jarak Antar Poros (C)
𝑑1 + 𝑑2
𝑎=
2
36𝑚𝑚 + 144𝑚𝑚
=
2
= 90𝑚𝑚
D. Kecepatan Pitch Line
𝜋𝑥𝑑𝑥𝑛
𝑉𝑝 =
12
3,14𝑥36𝑚𝑚𝑥3600𝑟𝑝𝑚
=
12
= 33,912 𝑓𝑡/𝑚𝑖𝑛
36

D. Jumlah Putaran Roda Gigi


𝐷1 𝑥 𝑁1 = 𝐷2 𝑥 𝑁2
36 𝑚𝑚 𝑥 3600 𝑟𝑝𝑚 = 144 𝑚𝑚 𝑥 𝑁2
36 𝑚𝑚 𝑥 3600 𝑟𝑝𝑚
𝑁2 =
144 𝑚𝑚
𝑁2 = 900 𝑟𝑝𝑚
D. Kecepatan Keliling pada lingkaran jarak bagi
𝜋𝑥𝑑1 𝑥 𝑛
𝑉1 =
100
3,14𝑥36𝑚𝑚𝑥3600𝑟𝑝𝑚
=
100
= 4.0649,4 𝑚/𝑚𝑖𝑛
= 67,824 𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝜋𝑥𝑑2 𝑥 𝑛
𝑉2 =
100
3,14𝑥144𝑚𝑚𝑥3600𝑟𝑝𝑚
=
100
= 16.277,76 𝑚/𝑚𝑖𝑛
= 271,296 𝑚/𝑑𝑒𝑡
D. Daya Yang Ditransmisikam (H)
𝑃 = 𝐹𝑡 𝑥 𝑣
𝑃
𝐹𝑡 =
𝑣
14,7512𝐻𝑝
𝐹𝑡 =
67,824 𝑚/𝑑𝑒𝑡
5495,8 𝑊𝑎𝑡𝑡
𝐹𝑡 =
67,824 𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝐹𝑡 = 81,03 𝑁
14.Perancangan Bearing
Type Bearing = Deep Grove Ball Bearing 6004
Beban Statik = 5 KN
Beban Dinamik = 9,95 KN
37

Tabel 3.8 Data Spesifikasi Deep Grove Ball Bearing 6004

𝐶 1000.0000.000
Umur Bearing = 𝐿10ℎ = (𝑃)3 𝑥( )
60𝑥𝑛

9,95 𝐾𝑁 3 1000.0000.000
=( ) 𝑥( )
5 𝐾𝑁 60𝑥𝑛
1000.0000.000
= 1,99 𝑥( )
60𝑥3600

= 9.212,9 𝐽𝑎𝑚 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖


= 383,87 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari perancangan ini adalah sebagai berikut:
1. Laju produksi minyak dalam 1 hari menggunakan jack pump yaitu
629.067,6 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟/𝐷𝑎𝑦 Pada kedalaman 3706-4000ft . Type pompa yang
digunakan Pompa Type KCG-29 dengan Kecepatan Aliran yaitu 480 L/min dan
Kecepatan Motor 1460 r/min (11 kw).

5.1 Saran
Adapun saran dari perancangan ini adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan pembuatan laporan perancangan ini sebaiknya mahasiswa
melakukan kunjungan industry untuk mencari data sepsifikasi alat yang ingin
dirancang di perusahaan . Agar pada saat perhitungan perancangan pump jack
sesuai dengan yang diinginkan.

38
DAFTAR PUSTAKA

“Artificial Lift Sucker RodPumping ”, Atlantic RichField Co. ,


Manual. 1972.
Brown, K. E.: “The Technology of Artificial Lift Methods", vol. 2A. ,
Pen Well Publ. , 1980.
API RP11L4 “Curves for Selecting Beam Pumping Units”, 1970.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai