PANAS BUMI
CEPU-KULON PROGO-DIENG
OLEH:
AHMAD MUNAWAR MAHULAUW
20420410015
LAPORAN AKHIR
PENGENALAN LAPANGAN MIGAS DAN PANAS BUMI
CEPU-KULON PROGO-DIENG
ii
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENGENALAN LAPANGAN MIGAS CEPU PPSDM .................................... 1
1.1 Lokasi I : Ruang Penyimpanan Peralatan Pemboran (PPSDM MIGAS CEPU)
............................................................................................................................. 1
1.2 Lokasi II : Kawengan Pertamina ................................................................... 4
1.3 .lokasi 3 : pengeboran migas tradisional di desa ........................................... 6
Teksas,Wonocolo ................................................................................................ 6
BAB 2...................................................................................................................... 7
KULIAH LAPANGAN GEOLOGI NGORO-ORO-SEDAYU-NANGGULAN
................................................................................................................................. 7
2.1 Kalisongo ...................................................................................................... 9
2.2 Pengamatan batulempung dan batubara ...................................................... 10
2.3 Goa payaman ............................................................................................... 12
2.4 Ngoro-oro,patuk,kec.Patuk,Kab.Gunung .................................................... 13
kidul,DIY .......................................................................................................... 13
BAB 3.................................................................................................................... 15
Kuliah lapangan panas bumi di Dieng .............................................................. 15
3.1 WELL PAD 29 (PT.GEO DIPA ENERGI UNIT DIENG) ........................ 16
3.2 Power plant unit 1 ....................................................................................... 23
3.3 Sumur pengeboran HCE 09/rig pra#09 ....................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
gambar 1. 1 crown block ..........................................................................................1
gambar 1. 2 accumulator unit ...................................................................................1
gambar 1. 3 fishing tools ..........................................................................................2
gambar 1. 4 drilling spool ........................................................................................2
gambar 1. 5 link drilling ...........................................................................................3
gambar 1. 6 bit..........................................................................................................3
gambar 1. 7 unit-unit penunjang ..............................................................................3
gambar 1. 8 SRP(sucker rod pump) .........................................................................4
gambar 1. 9HPU(hydraulic pump unit) ....................................................................4
gambar 1. 10 PCP(progressive cavity pump) ...........................................................5
gambar 1. 11 pengeboran tradisional .......................................................................6
iv
BAB I
2. Accumulator
1
3. Fishing Tools
4. Drilling Spool
2
5. Link
6. Bit
gambar 1. 6 bit
7. Sistem Penunjang
3
1.2 Lokasi II : Kawengan Pertamina
1) SRP(Sucker Rod Pump)
jenis pompa ini untuk sumur yang dangkal, penggeraknya dari prime
over(Mesin Generator), Prinsip kerjanya menggunakan gerak rotasi dari
prime over diubah menjadi gerak naik turun.
4
Penjelasan : HPU adalah metode artificial lift yang memiliki prinsip kerja
yaitu memompakan oli ke hydraulic cylinder untuk menekan piston yang
berada di hydraulic cylinder agar HPU bergerak naik turun.
3) PCP (Progressive Cavity Pump)
Progressive Cavity Pump (PCP) adalah salah satu jenis pompa yang
digunakan dalam industri perminyakan sebagai alat pengangkatan buatan.
PCP merupakan salah satu alternatif yang baik untuk pengangkatan buatan
karena mempunyai kekompakan dan efisiensi yang tinggi dengan biaya
yang rendah dibandingkan pompa lainnya. PCP merupakan pompa yang
mempunyai prinsip kerja sebagai positive displacement pump. PCP
mempunyai dua komponen utama yang berada dibawah permukaan, yaitu
rotor dan stator. Rotor berbentuk single helix dan berputar dalam stator yang
berbentuk double helix.
5
1.3 .lokasi 3 : pengeboran migas tradisional di
desa
Teksas,Wonocolo
Sumur minyak tradisional di Desa Wonocolo sudah lebih dari 100 tahun beroperasi
secara tradisional dan dikelola oleh masyarakat setempat. Jumlah sumur yang
awalnya hanya sekitar 200-an, kini terus bertambah menjadi lebih dari 700 sumur.
Mereka menambang minyak mentah itu dengan peralatan sederhana yakni
menggunakan bor yang ditancapkan ke bawah tanah sedalam 100 hingga 200 meter
kemudian digerakkan menggunakan mesin diesel atau mesin truk, yang dulunya
menggunakan tenaga manusia
6
BAB 2
• Formasi Kebo-Butak : Formasi ini disusun pada bagian bawah berupa batupasir
berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat, dengan ketebalan
lebih dari 650 meter. Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan
batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai
retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit.
• Formasi Semilir : Ketebalan lebih dari 460 meter. Litologi penyusunnya terdiri
dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih. Komposisi tuf dan
batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit.
• Formasi Nglanggran : terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava
andesit-basal serta lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang
mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit
dan sedikit basal, berukuran 2 – 50 cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada
breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk lensa atau
berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir
• Formasi Oyo : Batuan penyusunnya pada bagian bawah terdiri dari tuf dan napal
tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur didominasi oleh batugamping berlapis
7
dengan sisipan batulempung karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya
kalkarenit, kadang-kadang dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit
membulat. Formasi Oyo tersebar luas di sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi ini
lebih dari 140 meter.
• Formasi Wonosari Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari
batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah
napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur.
2. Struktur Geologi
Struktur daerah ini memiliki arah poros lipatan lebih kurang timurlaut –
baratdaya. Disamping perlipatan terdapat juga persesaran, berdasarkan data
geofisika terdapat sesar dengan arah timurlaut baratdaya melalui tepi timur Terban–
Bantul (Untung, dkk, 1977). Berdasarkan data di atas juga data di lapangan dapat
disimpulkan, bahwa Lembar Yogyakarta terdapat dua sistem sesar. Sistem patahan
dengan arah kurang lebih tenggara baratlaut. Pada awal Pleistocen, seluruh daerah
terangkat lagi yang mengakibatkan pembentukan morfologi daerah-dataran tinggi,
dan mengakibatkan terjadinya persesaran daerah ini ( Rahardjo, dkk, 1977).
8
2.1 Kalisongo
150 m sebelah utara sd kalisonggo
Koordinat 70 47 menit 5,5 detik
1100 24
9
2.2 Pengamatan batulempung dan batubara
Koordinat lokasi 70 44 menit 30 detik,1100 11 menit 30 detik
2.2.1 Batulempung (claystone)
Batulempung dapat berpotensi sebagai batuan induk.batuan tersebut memiliki
kemampuan mengawetkan material organik dengan baik.Karena proses
pematangan material organik yang melibatkan suhu dan tekanan,materila organik
yang ada pada batuan tersebut dapat terubah menjadi hidrokarbon.
Deskripsi batulempung
Struktur : stratified (Berlapis)
Tekstur : Ukuran butir : Lempung,<0,002 mm)
Derajat pembundaran :Membulat sempurna
Derajat pemilahan : Very Well sorted
Kemas : Tertutup
Warna : paraleliminasi
Formasi : Nangaulan
Komposisi mineral : foraminifera besar
Fosil : numulites,berumur
10
2.2.2 Batubara
Batubara adalah akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang mati dan tidak sempat
mengalami pembusukan secara sempurna, yang kemudian terpreservasi dengan
baik dalam kondisi bebas oksigen (anaerobic) misalnya pada bagian bawah dari
suatu danau atau pada endapan/sedimen berbutir sangat halus. Proses penimbunan
tersebut terjadi bersamaan dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai
pergeseran tektonik) yang memungkinkan sisa-sisa tumbuhan terakumulasi hingga
sangat dalam. Akibat penimbunan, material tumbuhan terkena suhu dan tekanan
tinggi yang menyebabkan perubahan fisika dan kimiawi. Selama tahap tersebut
persentase hidrogen dan oksigen akan berkurang, sedangkan persentase karbon
akan meningkat. Hasil akhirnya adalah suatu material yang mengandung karbon
lebih dari 50% berdasarkan berat dan 70% berdasarkan volume, yang kita sebut
sebagai batubara
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi dunia, yang
digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik sebesar hampir 40% di seluruh
dunia (Anonim, 2005). Batubara telah memainkan peran yang sangat penting
selama berabad-abad, tidak hanya membangkitkan listrik, namun juga merupakan
bahan bakar utama bagi produksi baja, semen, pusat pengolahan alumina, pabrik
kertas, industri kimia, serta farmasi. Selain itu, terdapat pula produk-produk hasil
sampingan batubara, antara lain sabun, aspirin, zat pelarut, pewarna, plastik, dan
fiber (Anonim, 2005).
Deskripsi batubara
gambar 2. 3batubara
11
Tekstur : Amorf (non-kristalin, tidak terlihat struktur kristalnya)
Komposisi mineral : Endapan bahan organik, kompaksi material yang berasal dari
tumbuhan,
Batugamping merupakan batuan sedimen yang terdiri dari mineral kalsit dan
aragonit yang merupakan dua varian yang berbeda dari mineral kalsit dan aragonit,
yang merupakan dua varian yang berbeda dari CaCO3(kalsium karbonat). Sumber
utama dari calcite adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang
keluar ke air dan terdeposit di lantai samudera sebagai ooze pelagik.
Batugamping ini berasal dari Formasi Sentolo yang
merupakan formasi termuda dalam stratigrafi regional Kulon Progo.Porositas
sekunder dari hasil pelarutan oleh air hujan dapat meningkatkan porositas dari
batugamping, sehingga batuan ini dapat menjadi reservoir dalam sistem petroleum.
Umur batuan ini adalah miosen,Miosen adalah
suatu kala pada skala waktu geologi yang berlangsung antara
23,03 hingga 5,332 juta tahun yang lalu. Seperti halnya
periode geologi yang lebih tua lainnya, lapisan batuan yang
membedakan awal dan akhir kala ini dapat teridentifikasi,
tetapi waktu tepat awal dan akhirnya tidak dapat terlalu
dipastikan.
12
gambar 2. 4 goa payaman
2.4 Ngoro-oro,patuk,kec.Patuk,Kab.Gunung
kidul,DIY
Pegunungan selatan bertempat di bagian selatan Pulau Jawa yang memanjang dari
timur-barat.Bagian utara dibatasi Zona Solo dan bagian seltan oleh Samudera
Hindia.
13
Endapan sedimen vulkaniklastik tersebut berasal dari aktivitas vulkanisme yang
dihasilkan dari sistem subduksi yang kemudian terendapkan pada lingkungan laut
dalam.
Deskripsi batuan
Persilangan serpih lanau = 5.23 m
batupasir=2.14 m
perselingan = 1.83 m
batupasir=5 m
persilangan lanau dan seal = 40 cm
batpasir=2.8 m
persilangan= 5.2 m
batupasirr=1.30 cm
persilangan= 13.9 m
14
(Urutan stratigrafi penyusun Pegunungan Selatan bagian barat dari tua ke muda)
BAB 3
Dieng yang berlokasi di Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu lokasi
proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Geo Dipa Energi. Dengan
kontur pegunungan, sumber air panas, solfatara, fumarole serta bebatuan
mengindikasikan bahwa Dieng merupakan lokasi yang potensial untuk
dikembangkan sebagai sumber energi panas bumi. Total potensi energi panas
bumi di sekitar Dieng diperkirakan sebesar 400 MW
Dataran tinggi di bagian tengah Pulau Jawa ini ini sejak zaman Belanda dikenal
sebagai penghasil sulfur. Menurut Soetarjo Sigit dan kawan-kawan (1969), dari
eksplorasi pada tahun 1921 dan 1923 diketahui ada cadangan 36 ribu ton material
lumpur yang 41% di antaranya mengandung sulfur. Menurut hasil penelitian ahli
Sovyet dan Indonesia, cadangan terbukti sulfur ini sebesar 52.763 ton
15
Dalam perkembangannya, Dieng yang kini dikelola oleh PT. Geo Dipa Energi,
ternyata menyimpan cadangan energi listrik yang sangat besar sehingga berpeluang
bisa berswasembada energi. Selain panas bumi, Dieng juga memiliki potensi wisata
bumi (geowisata). Meskipun masih terdapat beberapa masalah yang dihadapi,
namun potensi panas bumi Dieng berikut geowisatanya masih tetap tinggi.
Sejak Agustus 2001, pengelolaan panas bumi di Dataran Tinggi Dieng diupayakan
oleh anak negeri, yaitu PT. Geo Dipa Energi (disingkat: Geo Dipa). Perusahaan
joint venture antara PLN dan Pertamina ini memperoleh kepemilikan untuk
mengusahakan panas bumi di Dataran Tinggi Dieng.
Geo Dipa memiliki dua lokasi Kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP). Pertama, PLTP Dieng Unit 1 yang berada di Kecamatan Batur, Kabupaten
Banjarnegara. Kedua, PLTP Dieng Unit 2 yang terletak di Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo. Total arealnya seluas 107.351,995 hektare. Adapun energi
listrik yang dihasilkan pembangkit ini sebesar 60 MW yang setara dengan
kebutuhan steam 400.000 kg/jam yang dipasok oleh 8 sumur produksi dari
kemampuan maksimum produksi steam sebesar 1.277 ton/jam atau setara dengan
103,11 MW.
16
Pipa produksi yang mengalami scaling masih menggunakan cara manual
untuk membersihkannya dengan membuat jendela — jendela pada pipa yang jarak
antara jendela sekitar 5m kemudian menggunakan linggis untuk membersihkan
scaling. Apabila pipa produksi panjang maka uap juga akan semakin berkurang,
Dan untuk lebih jelas di bawah ini adalah peralatan peralat produksi uap panas bumi
di well pad 29 :
A.Well head
Annulus valve
Master valve
Wings valve
Top valve
well head
a.annulus valve
17
gambar 3 2 annulus valve
b.Master Valve
Terdiri dari:
• Lower Master Valve dan Upper Master Valve yang berfungsi untuk
membuka dan menutup aliran fluida sumur.
• Jadi keadaan Master Valve selalu dalam keadaan membuka 100% atau
menutup 100%.
• Ukuran Master Valve sebesar 10"- Ansi 900 selain itu juga dipakai ukuran
• 12"- Ansi 900.
c.Wing valve
Wing Valve Berfungsi sebagai jalur well survey. digunakan untuk tujuan-tujuan
perawatan sumur atau pengukuran tekanan, temperatur dan logging sumur.
d. Throttle Valve
Berfungsi untuk mengatur tekanan fluida yang akan dialirkan ke separator
18
gambar 3 3 throttle valve
B.flow line
Berfungsi untuk mengalirkan fluida dari beberapa sumur ke dalam satu
pipa,dimana fluida tersebut dari flow line diarahkan langsung menuju separator.
19
C.Separator
Berfungsi sebagai penyaring steam yang berasal dari sumur produksi
dan memisahkan antara steam dan brine. Dimana steam akan dialirkan ke tahap
power plant kemudian brine akan dalirkan ke AFT/Silencer. Cara kerja
separator adalah dengan gaya gravitasi yang dapat membuat fluida dengan
densitas lebih kecil (uap) akan mengalir ke atas sedangkan fluida dengan
densitas yang tinggi (air dan partikel padat) akan mengalir ke bagian bawah.
Dengan cara tersebut uap, air dan partikel padat akan terpisah. Uap akan
dialirkan ke pipa alir uap dan air akan dialirkan menuju pipa brine.
gambar 3 6 separator
20
gambar 3 7 AFT (Atmosferic mash tank)
E.Pompa injeksi
F. Sumur Injeksi
a. Sumur injeksi berfungsi untuk mengalirkan fluida hasil pemisahan/
kondensat kedalam reservoir panas bumi.
b. Biasanya posisi daerah sumur ini lebih rendah sehingga tidak diperlukan
pompa untuk mengalirkan fluda tersebut menuju ke wellhead sumur injeksi.
21
G.Kolam air panas
Berfungsi untuk menurunkan temperatur dari 940C ke 400C,pada kolam ini
silika terendapkan kemudian dimanfaatkan unutk pagar tembok seperti yang
ada di gambar.
22
3.2 Power plant unit 1
Pada lokasi ini dan diterangkan proses perubahan uap menjadi tenaga listrik Power
Plant Dieng unit I mempunyai kapasitas listrik 150.000 volt. Adaun peralatan yang
di gunakan untuk memproduksi listrik di power plant adalah
A. Rupture Disk
Rupture disk berfungsi sebagai pengaman dari pipa uap yang ada di area power
plant. Rupture disk akan bekerja membuka katup apabila rock muffler sudah tidak
mampu mengatasi tekanan uap yang berlebihan.
B.Scrubber
Fungsi Scrubber sama dengan separator yaitu memisahkan air dan uap.
Scrubber diletakkan sebelum uap masuk ke turbin karena uap dari separator
masih mengandung butiran — butiran air, terlebih jarak antara power plant
dan steam field yang cukup jauh, sehingga memungkinkan terjadinya
kondensasi. Scrubber merupakan pemisah terakhir sebelum masuk main
steam valve.
gambar 3 12 Scrubber
23
C. Demister
Demister adalah alat untuk proses penyaringan uap ( steam ) yang paling terakhir
sebelum steam masuk ke trubin. Proses penyaringan ini merupakan suatu upaya
untuk menghindari proses vibrasi, erosi dan pembentukan kerak ( scalling ) pada
sudat dari nozzle yang akan mengganggu kerja turbin.
gambar 3 13 demister
D.Generator
Generator yang digunakan di PLTP Unit I Dieng memiliki tipe totally closed dan
proses didalamnya menerapkan sistem 3 fasa. Di dalam generator terdapat
rangkaian stator dan rotor. Stator membutuhkan tegangan sekitar 15000 Volt dan
arus 2890 Ampere. Selain itu, generator ini memiliki 2 buah kutub medan, yakni
kutub utara dan kutub selatan yang menghasilkan putaran 3000 rpm. Power factor
generator ini mencapai dengan frekuensi keluaran sebesar 50 HE serta
rangetegangan keluaran antara 13,8 kV — 15 kV. Kapasitas daya generator adalah
75 MVA dengan efisiensi sekitar 95%.
gambar 3 14 generator
24
PT.GEO DIPA ENERGI unit Dieng , secara umum memiliki jenis
pembangkit listrik panas bumi dry steam plant, karna menggunakan uap yang di
salurkan langsung dari reservoir panas bmi untuk menggerakan turbin pemangkit.
Di bawah ini merupakan skema pembangkit listrik panas bumi di PT GEO DIPA
ENERGI unit Dieng
Skema pembangkit listrik di pt geo dipa unit dieng
25
gambar 3 15 skema pembangkit listrik di power plant
Proses menghasilkan listrik dari tenaga uap panas bumi adalah sebagai
berikut :
Pada awalnya dari sumur produksi di ambil uap panas basah sari panas bumi dan
di lanjutkan ke separator di separator uap akan di pisah dari air. Air akan di teruskan
ke kolam penampungan sementara untuk di endapkan kandungan silika dan
kemudian airnya kan di injeksikan ke dalam reservoir lewat sumur injeksi.
Seangkan uap akan di teruskan ke scrabber namun sebelumnya uap akan di
cek kodisi tekanannya agar tetap di bawa 14 bar untuk mencegah terjadihnya
pecahnya alat pengecekan ini di lakúkan di mpture disk, dan ketika uap sampai di
scrubber uap akan di saring Iagi untuk memisahkan uap dari sisa air yg masih
terbawa, setelah itu uap di alirkan ke demister di demister ini uap di saring Iagi
untuk memastikan kalo uap tersebut memang benar-benar kering.
Dari demister uap di gunakan untuk memutar baling baling turbin dan di
konferensi menjadi listrik oleh generator dan teruskan kekonsumen lewat
tarnsmitor.
Uap yang di pakai memutar turbin akan di kondensasi menjadi air di
kondensor, dan dari kondensor air di pompa ke tower pendingin untuk di dinginkan
sebelumdi injeksikan kedalam sumur injeksi.
26
3.3 Sumur pengeboran HCE 09/rig pra#09
27
penggantung (hoisting system). Hoisting system ini adalah bagian utama
dari sebuah menara besar yang disebut rig.
2. Drilling Fluid
Selama melakukan proses pengeboran, dilakukan sirkulasi fluida. Fluida
yang disirkulasikan disebut sebagai drilling fluid. Fungsi dari sirkulasi
fluida di dalam lubang bor adalah:
a. menstabilkan lubang bor selama proses pengeboran.
b. mengontrol formasi, mencegah masuknya fluida geothermal ke dalam
lubang bor.
c. membersihkan mata bor dari serpih-serpih pengeboran, mendinginkan
dan melumas mata bor, mengurangi pengaratan pada mata bor.
Drilling Fluid dibuat oleh seorang mud engineer, berdasarkan perkiraan
tekanan fluida dan jenis batuan formasi. Idealnya, tekanan hidrostatis di
dalam lubang bor sama dengan tekanan formasi, sehingga tidak ada
ekspansi dari dan ke dalam lubang bor. Jenis-jenis Drilling fluid yang
selama ini digunakan dalam eksplorasi adalah:
a. water-based mud, adalah campuran fluida dengan material solid,
berbahan dasar air
b. oil-based mud, adalah campuran fluida dengan material solid, berbahan
dasar minyak
c. foams , dibentuk dari campuran air, gas ( udara, nitrogen) dan
penambah busa.
d. Udara
28
casing dan liner di dalam lubang bor dengan menggunakan bantuan
centralizer untuk membuat posisi setepat mungkin di tengah lubang bor.
4. Comentation
Formasi belum benar-benar terisolasi meskipun casing sudah terpasang di
dalam lubang bor. Masih ada celah antara casing dan dinding lubang bor
yang disebut sebagai anulus. Bagian ini harus diisi semen untuk
menghindarkan komunikasi antara formasi. Proses penyemenan tidak
dilakukan pada bagian yang menggunakan liner.
5. Mengalirkan Fluida dari Formasi
Sebelum tahap pengambilan fluida dari reservoir, lubang bor adalah
berupa sebuah sumur yang dindingnya dilapisi oleh casing. Casing terlekat
erat pada lubang bor dengan menggunakan semen. Tidak ada komunikasi
antara formasi dengan lubang bor, maupun antara formasi satu dengan
lainnya. Untuk mengalirkan fluida reservoir ke dalam lubang bor, dilakukan
proses perforasi. Proses perforasi adalah ‘penembakan’ atau pelubangan
pada dinding casing dengan menggunakan bahan peledak. Jumlah dan
besarnya lubang yang akan dibuat pada casing dapat di disain sesuai dengan
besarnya flowrate yang diinginkan.
Beberapa lubang bor tidak menggunakan casing pada zona reservoirnya,
sehingga tidak diperlukan proses perforasi. Fungsi casing digantikan oleh
liner. Sebagai ganti semen, antara dinding liner dan lubang bor, dimasukkan
gravel, yang antara lain berfungsi sebagai filter. Untuk reservoir yang
berupa batuan yang cukup ‘keras’, tidak digunakan casing maupun liner.
Lubang dibiarkan terbuka dan fluida mengalir langsung dari formasi
(barefoot completion). Setelah fluida reservoir mengalir masuk ke dalam
lubang bor, selanjutnya dibawa naik ke atas. Hal tersebut bisa dilakukan
dengan menggunakan pompa ataupun secara alami.
6. Blowout Preventer (BOP)
Blowout adalah kondisi ketika tekanan dari dalam formasi jauh melebihi
tekanan hidrostatik di dalam lubang bor. Fluida dari dalam formasi akan
keluar menuju ke permukaan dengan tidak terkontrol. Blowout preventer
atau BOP adalah alat bantu yang digunakan untuk menutup permukaan
lubang bor. Spesifikasi BOP yang dipasang disesuaikan dengan perkiraan
tekanan bawah formasi yang ditemui ketika eksplorasi.
29
Jenis-jenis Pengujian Sumur Geothermal
Terdapat banyak jenis pengujian sumur geothermal,salah satunya yaitu
Pengujian Log Driller Ini merupakan rekaman detail setiap jam tentang apa yang
terjadi pada rig pengeboran. Rekaman ini harus tersedia dan berisi informasi
penting yang akan segera digunakan well-site geologist. Rekaman mengandung
informasi perhitungan temperatur lumpur bor selama pemboran dan sirculation
loss. Terakhir merupakan hal yang sangat berarti untuk menunjukkan zona
permeabel dan geologist harus mengecek lokasi dan magnitudonya dengan inti dan
cutting yang tepat. Kecepatan pemboran juga harus diuji, khususnya untuk
membantu menentukan batas formasi. Kecepatan pemboran tergantung pada
beberapa faktor termasuk berat bit, kecepatan rotasi, jenis kondisi, keahlian juru
bor, dan kondisi rig. Juga tergantung pada litologi batuan yang di bor khususnya
kekerasan dan porositas.
LAMPIRAN
Singkapan batuan
30
Deskripsi batuan beku andesit
Deskripsi batulempung
Struktur : stratified (Berlapis)
Tekstur : Ukuran butir : Lempung,<0,002 mm)
Derajat pembundaran :Membulat sempurna
Derajat pemilahan : Very Well sorted
Kemas : Tertutup
Warna : paraleliminasi
Formasi : Nangaulan
Komposisi mineral : foraminifera besar
Fosil : numulites,berumur
31
Deskripsi batubara
Jenis batuan : Batuan Sedimen Non klastik
Warna : Hitam
Struktur : Perlapisan tipis, 3-10 cm, non Stratified
Tekstur : Amorf (non-kristalin, tidak terlihat struktur kristalnya)
Komposisi mineral : Endapan bahan organik, kompaksi material yang berasal dari
tumbuhan,
Goa payaman
32
Spesifikasi sumur HCE-29
1. Status : Production
2. Koordinat : 376.273.00 m E/9 203.381 00 m N
3. Elevasi : 1891.62 masl
4. Tanggal tajak : 10 Mei 1997
5. Tanggal selesai : 5 juli 1997
6. Arah : 21’/N 85’E
7. Kedalaman : 2641 mKU
33
Proses menghasilkan listrik dari tenaga uap panas bumi adalah sebagai
berikut :
Pada awalnya dari sumur produksi di ambil uap panas basah sari panas
bumi dan di lanjutkan ke separator di separator uap akan di pisah dari air. Air akan
di teruskan ke kolam penampungan sementara untuk di endapkan kandungan silika
dan kemudian airnya kan di injeksikan ke dalam reservoir lewat sumur injeksi.
Seangkan uap akan di teruskan ke scrabber namun sebelumnya uap akan di
cek kodisi tekanannya agar tetap di bawa 14 bar untuk mencegah terjadihnya
pecahnya alat pengecekan ini di lakúkan di mpture disk, dan ketika uap sampai di
scrubber uap akan di saring Iagi untuk memisahkan uap dari sisa air yg masih
34
terbawa, setelah itu uap di alirkan ke demister di demister ini uap di saring Iagi
untuk memastikan kalo uap tersebut memang benar-benar kering.
Dari demister uap di gunakan untuk memutar baling baling turbin dan di
konferensi menjadi listrik oleh generator dan teruskan kekonsumen lewat
tarnsmitor.
Uap yang di pakai memutar turbin akan di kondensasi menjadi air di
kondensor, dan dari kondensor air di pompa ke tower pendingin untuk di dinginkan
sebelumdi injeksikan kedalam sumur injeksi.
35
Daftar Pustaka
Iswahyudi, S., & Widagdo, A. (2009). Potensi Batuan Induk Batu Serpih dan
Batu Lempung di Daerah Watukumpul Pemalang Jawa Tengah. Dinamika
Rekayasa, 5(1), 9-13.
36
37