PENGOLAHAN TEBU
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA II
Oleh :
FIRMAN JOHAN SITORUS (2002043)
JOSIA SAKA PRIMA TARIGAN (2002050)
SUFRIA DANTA TARIGAN (2002058)
ANUGRAH ARIANTO PUTRA SIMANJUNTAK (2002071)
PROGRAM STUDI
2022
LAPORAN MAGANG
PENGOLAHAN TEBU
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA II
Oleh :
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................................1
Lokasi Magang..................................................................................................................1
Ruang Lingkup Magang....................................................................................................1
Metode Kerja Magang.......................................................................................................2
Tujuan Magang..................................................................................................................2
Kegunaan Magang.............................................................................................................3
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN....................................................4
Sejarah Umum Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II...........................................................4
Lokasi Pabrik 5
Luas Areal 5
Struktur Organisasi Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II....................................................5
Visi Dan Misi 7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................8
Uraian Produksi.................................................................................................................8
Stasiun Analisa Brix 8
Stasiun Analisa Trash 11
Cane Yard (Lapangan Tebu) 12
Stasiun Gilingan 13
Stasiun Pemurnian 18
Stasiun Penguapan (Evaporator Station) 23
Stasiun Masakan 24
Stasiun Putaran 26
Pengemasan dan Penggudangan 29
Penyediaan Air.................................................................................................................30
Boiler 31
Genset ( Generator set )...................................................................................................37
ii
Turbin Generator..............................................................................................................39
Diesel Generator..............................................................................................................40
Limbah 41
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................43
Kesimpulan 43
Saran 43
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Gambar 30 Tangki Penyediaan Air..................................................................31
Gambar 31RuangPembakaran..........................................................................31
Gambar 32 Forced Draft Fan (FDF).................................................................32
Gambar 33 Induced Draft Fan (IDF)................................................................33
Gambar 34 Blower............................................................................................33
Gambar 35 Deaerator........................................................................................33
Gambar 36 Feed Water Pump (FWP)...............................................................34
Gambar 37 Turbin Water Pump.......................................................................34
Gambar 38 High Pressure Steam Header ( HPSH ).........................................35
Gambar 39 Chimney.........................................................................................35
Gambar 40 Baggasse Feeder............................................................................36
v
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Magang adalah bentuk nyata dari mata kuliah pengenalan lapangan yang
dilaksanakan mahasiswa ITSI. Hal ini dilakukan untuk memenuhi syarat
kurikulum studi Teknlogi Pengolahan Hasil Perkebunan (TPHP) Institut
Teknologi Sawit Indonesia (ITSI) dan untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang ahli dalam bidangnya serta merupakan harapan bagi masyarakat
dimasa depan.
Lokasi Magang
Magang ini dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara II, Pabrik Gula
Kwala Madu Desa, Kwala Madu, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara
vi
Ruang Lingkup Magang
Adapun ruang lingkup dari magang adalah:
1. Alat dan Mesin Pengolahan
Mahasiswa diharapkan mengenal alat-alat dan mesin pengolahan yang
digunakan di PG Kwala Madu PTPN II (alat dan mesin pengolahan, alat
angkut dan lain-lain dan mampu menjelaskan fungsi dan cara kerjanya.
2. Bahan Baku dan Mutu Olah
Mahasiswa diharapkan mengenal dan mampu menjelaskan
segalaaspek yang menyangkut bahan baku, mutu olah dan operasional
laboratorium di PG Kwala Madu PTPN II.
3. Pengolahan Gula Kristal Putih
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan proses pengolahan di PG
Kwala Madu PTPN II mulai dari awal hingga akhir. Menjelaskan diagram
proses, neraca bahan dan neraca massa pada proses pengolahan gula kristal
putih.
4. Sistem Pembangkit Tenaga
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan kesetimbangan energi PG
Kwala Madu PTPN II dan operasional sistemm pembangkit tenaga di PG
tersebut.
vi
i
Tujuan Magang
Adapun tujuan Magang di PG Kwala Madu PTPN II Langkat adalah:
1. Menyelesaikan salah satu matakuliah wajib sebagai syarat untuk
memenuhi atau mengikuti kurikulum Program Studi Teknologi
Pengolahan Hasil Perkebunan.
2. Mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dalam
bidang pengolahan tebu menjadi gula produksi
3. Mengetahui proses pengolahan tebu hingga menjadi gula produksi.
4. Mengetahui pengolahan limbah yang dihasilkan pabrik.
Kegunaan Magang
6. Mahasiwa memperoleh pengalaman kerja dan mampu menerapkan teori
yang diperoleh di perkuliahaan dengan kenyataan di lapangan serta
mampu mengetahui proses maintenance di pabrik.
Mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang pengolahan
tebu menjadi gula produksi
vi
ii
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Umum Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II
ix
Lokasi Pabrik
x
sesuatu pekerjaan dan cara mengerjakannya. Disamping itu, struktur juga
mempengaruhi perilaku dan fungsi sesuatu kegiatan di dalam organisasi.
xi
Adapun struktur yang belaku di Pabrik Gula Kwala Madu adalah berbentuk garis,
dimana wewenang berjalan menurut garis lurus dari pimpinan tertinggi hingga
sampai kepada karyawan pelaksana di pabrik. Jadi setiap atasan mempunyai
bawahan-bawahan untuk menerima perintah secara lisan maupun tulisan.
Visi
Dari Perusahaan perkebunan menjadi perusahaan multi usaha
berdaya saing tinggi
Misi
Mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya dan usaha
memberikan kontribusi optimal menjaga kelestarian dan
pertambahan nilai
xi
i
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uraian Produksi
Gula yang diproduksi oleh Pabrik Gula Kwala Madu adalah gula tebu yang
berbentuk sakarosa dengan rumus kimia :
xi
ii
Prosedur kerja:
1. Supir memberikan surat perintah tebang angkut (SPTA) kepada
petugas di stasiun analisa brix.
2. Tebu diambil sebanyak 2-3 batang.
3. Tebu diperas pada mesin gilingan tebu dan nira ditampung pada
sebuah wadah.
4. Air nira kemudian dianalisa brixnya menggunakan refraktometer
serta dilihat pH nya menggunakan kertas lakmus.
5. Selanjutnya petugas mengisi hasil analisa brix dan pH pada SPTA.
xi
v
Stasiun Persiapan (Timbangan)
Jembatan timbang yang terdapat pada Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II
adalah 2 unit. Pada tahap ini, tebu yang akan digiling terlebih dahulu dipersiapkan
kualitas dan kuantitasnya. Kualitas meliputi kondisi fisik tebu, tingkat kebersihan
dan potensi rendemen atau kandungan gula di dalamnya. Sedangkan kuantitas
dilihat dari jumlah gula yang akan dihasilkan. Dari segi kualitas, tebu yang baik
yaitu yang memenuhi syarat yaitu masak, bersih dan segar. Adapun fungsi
jembatan timbang adalah:
xv
a. Mengetahui jumlah berat tebu yan masuk
b. Mengetahui berat hasil produksi gula kristal putih yang keluar
c. Menimbang berat limbah blotong yang keluar dari pabrik, menimbang
barang-barang yang masuk dan keluar, yang berhubungan dengan pabrik
maupun kebun.
xv
i
4. Administrasi timbangan
a. Sebelum dilakukan penimbangan supir menyerahkan surat
pengantar (SPTA) yang sudah diperiksa di pos keamanan.
b. Petugas timbangan menimbang truk beserta muatan untuk
mengetahui berat bruto. Selanjutnya truk menuju stasiun trash.
Stasiun Analisa Trash
Setelah melalui proses penimbangan, terlebih dahulu diperiksa
kebersihannya. Yaitu dengan melakukan analisa trash. Analisa trash dilakukan
terhadap sampel tebu yang diambil dari media sarana angkutan tebu (truk atau
container). Dari sampel tersebut dipisahkan kotoran-kotoran (kelaras/daun tebu,
sogolan/tebu muda, pucuk tebu, tebu mati dan kotoran lainnya). Sebaiknya
masing- masing jenis trash ditimbang dan dicatat pada buku jurnal analisa trash.
Kemudian total berat trash dibagi berar sampel × 100% = persentase trash.
Misalnya diambil sampel tebu 60kg, setelah dipisahkan, berat trash nya 4kg maka
persentase trash = (4/60) × 100% = 6,67%. Pada umumnya PG mengharapkan
persentase trash yang baik dibawah 5%.Analisa ini bermaksud untuk mengetahui
persentase kotoran tebu sebagai nilai disiplin pemanen tebu di kebun dan sebagai
bahan evaluasi kinerja pihak kebun.
xv
ii
4. Sesuai kriteria yang diharapkan PG persentase trash yang baik adalah
dibawah 5% dengan grade A. Apabila jumlah trash diatas 5% maka tebu
diberi grade B yang artinya kualitas tebu kurang baik. Selain itu di PG
Kwala Madu tebu cacah diberikah grade C.
Cane Yard (Lapangan Tebu)
Cane yard adalah suatu lapangan tempat penimbun tebu. Kapasitas
lapangan ini dipersiapkan dapat menampung timbunan tebu sebanyak 12 jam
kapasitas pabrik. Misalnya pabrik gula kapasitas 4000ton/hari (24 jam) maka luas
cane yard sebaiknya dapat menampung untuk 2000ton tebu. Jika 1 truk tebu rata-
rata muatan 10ton dan luas tempat penumpukannya 18m2 maka luas cane yard
yang dibutuhkan (2000/10)×18 = 3600m2.
xv
iii
2. Cane Loader / Cane Stacker, yaitu beberapa truck angkutan tebu berupa
model dumptruck. Tebu yang telah di bongkar di cane yard dengan sistem
dumping. Tebu yang telah di bongkar di cane yard disusun dengan alat
cane loader. Alat inijuga mengangkat tebu menuju feeding cane table.
Stasiun Gilingan
Pada proses selanjutnya cane carrier membawa tebu masuk ke cane leveler
(bagian pengaturan tebu) guna mengatur pemasukan tebu menuju cane cutter I.
Pada cane cutter I tebu dipotong-potong secara horizontal, dicacah dan dipotong-
potong agar mempermudah proses penggilingan. Selanjutnya dibawa ke bagian
cane cutter II.
-Cane cutter I
-Cane cutter II
xi
x
-Unigrator
xx
Mekanisme kerja dari stasiun penggilingan ini adalah sebagai berikut :
1. Tebu pada Unigrator dibawa elevator menuju mesin gilingan I. Air perasan
(nira) dari gilingan I ditampung pada bak penampung I. Ampas dari mesin
gilingan I masuk ke mesin gilingan II untuk digiling kembali. Air perasan
(gilingan) yang diperoleh dari bak penampung I disebut primary juice
masuk ke dalam bak penampung nira I.
2. Ampas tebu dari gilingan I kemudian diberi air nira perasan yang berasal
dari gilingan III kemudian dilanjutkan ke gilingan II. Nira mentah yang
berasal dari penggilingan I dan II ditampung pada bak penampung I. Nira
mentah yang berasal dari gilingan I dan II masih mengandung ampas halus
yang kemudian nira mentah pada bak penampungan I sama- sama disaring
pada juice strainer, lalu nira yang disaring ditampung dalam tangki dan
siap dipompakan pada stasiun pemurnian.
3. Ampas tebu yang berasal dari penggilingan II kemudian ditambahkan
siraman air nira kembali yang berasal dari perasan gilingan ke IV lalu
dibawa ke penggilingan III untuk digiling kembali. Nira ditampung pada
bak penampung II dan digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan I,
agar nira yang masih terkandung didalam tebu dapat teperas dengan
efisien
4. Ampas tebu dari penggilingan III kemudian ditambahakan siramam air
nira kembali yang berasal dari persan gilingan V lalu dibawa ke
penggilingan
IV. Air perasan ditampung pada bak penampung III dan digunakan untuk
menyiram ampas pada gilingan II agar nira yang dikeluarkan semakin
optimal.
5. Ampas tebu yang berasal dari gilingan IV kemudian diberi air imbibisi
dengan temperature sekitar 80°C– 85°C berasal dari kondensat evaporator
badan IV dan V. Air perasan dari gilingan V kemudian ditampung pada
bak penampungan III dan digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan
III agar nira yangdikerluarkan semakinoptimal.
xx
i
Gambar 10 Stasiun Gilingan
6. Ampas tebu (Bagasse) dari gilingan V diangkut dengan satu unit conveyor
menuju boiler. Limbah padat berupa ampas halus hasil gilingan V
diharapkan sudah dalam keadaan kering yang dimana ampas halus ini
selanjutnya akan digunakan sebagai bahan bakar boiler dan ampas halus
dipisah untuk selanjutnya digunakan untuk membantu proses penyaringan
nira mentah pada alat vacum filter di stasiun pemurnian.
a. Kualitas tebu (HK) meliputi jenis tebu, kadar sabut, umur tebu, kandungan
kotoran tebu, kadar gula atau pol tebu.
b. Persiapan tebu sebelum masuk gilingan, yaitu tipe atau jenis pencacahan
awal.
xx
ii
c. Suhu air imbibisi.
d. Derajat kompresi gilingan terhadap ampas.
e. Jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran roll, bentuk alur roll,
setelan gilingan, stabilitas kapasitas giling, tekanan, sanitasi gilingan.
xx
iii
Perhitungan persentase kandungan pol (kadar gula reduksi) pada ampas tebu
Stasiun Pemurnian
Nira mentah yang diperoleh dari stasiun gilingan selanjutnya ditampung di
dalam bak penampung kemudian dipompakan menuju stasiun pemurnian. Nira
yang berasal dari stasiun penggilingan merupakan nira mentah yang masih
mengandung kotoran disamping gula, dapat dikatakan nira mentah ini hampir
semua komponen atau partikel yang terdapat pada tebu masih ada didalamnya.
Proses pemurnian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari dalam nira
sehingga nira dihasilkan lebih murni mengandung sakarosa.
xx
iv
2. Pemanasan Nira I (Juice Heater I)
Setelah nira mentah ditimbang, selanjutnya nira mentah ditampung
pada tangki penampung nira tertimbang. Kemudian nira mentah
dipompakan ke Juice Heater I (primary heater) yang memiliki 2 unit
pemanas. Tujuan dari pemanas I adalah untuk menyempurnakan reaksi
yang telah terjadi dan mematikan mikroorganisme, sehingga
komponen yang ada dapat dipisahkan dari nira pada tangki
pengendapan nanti. Pada badan pemanas juice heater I nira mentah
dipanaskan hingga suhu 70°C, kemudian nira dialirkan ke dalam juice
heater II dan dipanaskan hingga mencapai suhu 75°C. Uap panas Juice
Heater nira I merupakan uap bekas yang dihasilkan dari badan
evaporator I dan II, dengan demikian uap yang digunakan dapat
xx
v
pembentukan inti endapan. Penambahan kapur tohor diatur dengan
control valve yang dikendalikan oleh pH indicator controlle
xx
vi
Gambar 16 Proses Pembakaran Blerang
xx
vi
Gambar 18 Juice Heater II
xx
vi
Gambar 19 Rotary Vacum Filter (RVF) Gambar 20 Settling Tank
Evaporator yang tersedia ada lima unit yaitu empat unit beroperasi dan
satu unit sebagai cadangan apabila ada kegiatan pembesihan. Selama Proses
berlangsung temperatur dari masing-masing evaporator berbeda-beda. Untuk
menghemat panas yang diperlukan maka media pemanas untuk evaporator I
digunakan uap bekas yang berasal dari Pressure vessel, sedangkan media pemanas
evaporator yang lain memanfaatkan kembali uap yang terbentuk dari evaporator
sebelumnya. Pada evaporator I sebesar 115°C-120°C dan berangsur-angsur turun
sampai temperature 50 – 65°C pada evaporator IV. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menurunkan tekanan yang berbeda-beda dari evaporator I sampai
dengan evaporator IV.
xx
ix
Pada tangki evaporator uap bekas yang digunakan berasal dari uap sisa dari
penggilingan yang disalurkan oleh tangki LPSH (Low Pressure Steam Heat) uap
yang masuk ketangki evaporator kemudian ditangkap oleh kondensor yang
berfugsi mengubah fase uap bekas menjadi air yang disebut air kondensat dan
mengeluarkan gas amonia dari uap. Proses pengubahan air kondensat terjadi pada
evaporator III dan IV kemudian air kondensat dipompakan ke tangki imbibisi
yang air nya akan digunakan untuk air umpan pada stasiun boiler.
xx
x
1. Masakan A
Masakan A adalah masakan paling awal. Bahan masakan yang digunakan
pada masakan A yaitu Nira Kental, Klare SHS dan Leburan dan bibitan
dari gula C kemudian dimasak kembali hingga menghasilkan ukuran 0,9-1
mm. Hasil dari masakan ini yaitu Klare SHS (Super High Sugar) yang
digunakan kembali sebagai bahan masakan Gula A, StroopA sebagai
bahan masakan untuk masakan D, dan leburan yaitu gula SHS yang tidak
mengkristal. Gula A pada Pan A yang dihasilkan akan dikirim ke Feed
Mixer kemudian di putar menghasilkan StroopA dan gula A. StroopA
dikirimkan ke Pan D sebagai bahan masakan D, sedangkan gula A
dikirimkan ke Feed Mixer SHS. Pada Feed Mixer SHS dihasilkan Klare
SHS dan Gula SHS. Klare SHS kemudian di kirim ke tangki bahan A
untuk di proses kembali di masakan A, Sedangkan Gula SHS masuk ke
pengeringan lalu disaring. Saringan ini terdiri dari 3 saringan dengan
ukuran yang berbeda yaitu masakan A, Sedangkan Gula SHS masuk ke
pengeringan lalu disaring. Saringan ini terdiri dari 3 saringan dengan
ukuran yang berbeda yaitu:
a. saringan 1 untuk memisahkan gula kasar, gula normal dan gula
halus.
b. Saringan 2 untuk memisahkan gula normal dan gula halus.
c. Saringan 3 untuk memisahkan gula halus dibawah standart yang
disebut dengan Leburan atau gula yang tidak mengkristal. Leburan
tersebut dikembalikan lagi ke tangki bahan untuk diproses kembali.
Pada masakan A terdapat 4 buah Pan masakan yaitu Pan 1,2 3, dan 4 yang
dapat mengkristalkan 68% dari nira kental yang masuk. Pan pada
pemasakan ini diatur dengan tekanan vacuum 650 mmHg. Tujuan dari
perlakuan ini yaitu agar gula tidak mengalami karamelisasi yang
menyebabkan gula berwarna merah.
2. Masakan C
Gula D2 yang berasal dari masakan D kemudian dimasak kembali menjadi
xx
xi
bibit di pan C untuk kemudian dikristalkan kembali hingga ukurannya
mencapai ukuran 0,7 mm. Bahan masakan untuk masakan C yaitu Nira
kental, Klare SHS dan Leburan. Kemudian hasil dari masakan C diputar
dan menghasilkan Gula C dan StroopC. StroopC akan digunakan kembali
pada masakan D sebagai bahan masakan.
3. Masakan D
StroopA yang berasal dari masakan A akan dimasak kembali dimasakan D
di mana proses masakan ini menghasilkan Kristal gula D dan molasses
atau tetes. Bahan masakan untuk masakan D yaitu Foundan dengan ukuran
0,003 mikron, StroopA dan klare D. Foundant, StroopA dan klare D
kemudian dimasak hingga menghasilkan kristal gula dengan ukuran 0,3
mm dan menjadi gula D kemudian gula D di putar menghasilkan Gula
D1 dan Molases (tetes). Selanjutnya gula D tersebut akan di putar sembali
sehingga dihasilkan gula D2 inilah yang berukuran 0,3 mm dengan
kualitas yang lebih baik dari gula D1. Selain Gula D2 putaran ini juga
menghasilkan Klare D yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan
masakan Gula D. Pada masakan D terdapat dua buah Pan yaitu Pan 5 dan
6 masakan yang dapat mengkristalkan 58% dari nira kental yang masuk.
Stasiun Putaran
Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari stroop dan
tetes yang terdapat dalam masakan. Hasil pengkristalan dalam pemasakan adalah
xx
xi
campuran antara kristal gula, stroop dan tetes. Alat pemutar bekerja berdasarkan
gaya sentrifugal. Sistem pemutaran yang digunakan di Pabrik Gula Kwala Madu
ada 5 jenis putaran yaitu :
a. Putaran A dan B
Nira kental yang berasal dari masakan dialikan ke stasiun putaran dan
diputar untuk mendapatkan kristal gula, dimana pada putaan ini juga
terdapat saringan yang memisahkan antara sroop A dan kistal gula A pada
putaran A dan stroop B dan kistal B pada putaran B.
b. Putaran D1 dan D2
Nira kental yang berasal dari putaran B dialirkan ke stasiun pemutaran D1
dan D2 diputar untuk mendapatkan kristal gula sebagai pembibitan gula
pada masakan A dimana pada putaran ini juga terdapat saringan yang
memisahkan molases (tetes) dan kristal gula D.
xx
xi
Gambar 24 Mesin Putaran High Grade
Kristal gula yang berasal dari stasiun putaran dibawa ke sugar elevator dimana
kondisi gula SHS masih dalam keadaan basah. Oleh karena itu dilakukan
pengeringan dan pendinginan untuk mendapatkan gula SHS yang standar. Gula
SHS tersebut dimasukkan ke dalam sugar dryer dan cooler dimana sistem
pemanasan dan pengeringan dilakukan dengan cara mekanis dan memberikan
udara panas pada suhu kira-kira 80 – 900C yang dialirkan melalui air dryer
langsung ke dryer cooler, kemudian gula tersebut dimasukkan ke Bucket Elevator
dan diteruskan ke Vibrating Screen Pada vibrating screen kristal gula SHS telah
mencapai kekeringan dan pendinginan yang cukup.
xx
xv
Gambar 28 Pengemasan Gula 50 kg
Pada prose pengemasan gula kristal putih di Pabril Gula Kwala Madu
selain pengemasan gula 50kg ada juga pengemasan gula dengan ukuran 1kg.
Proses pengemasan gula 1kg juga dilakukan secara otomatis menggunakan mesin
pengemasan dan terdapat tulisan Walini pada kemasannya. pengemasan dan
terdapat tulisan Walini pada kemasannya.
Air yang digunakan untuk Pabrik Gula Kwala Madu adalah berasal dari
sungai. Air tersebut tidak berlangsung digunakan untuk proses produksi maupun
air umpan ketel, sebab air sungai itu belum memenuhi persyaratan untuk
digunakan. Oleh karena itu diperlukan perlakuan terhadap air agar memenuhi
syarat untuk digunakan. Air yang telah diproses diantaranya adalah air bersih yang
masuk ke dalam storage tank. Air ini dibagikan ke boiler, stasiun gilingan, stasiun
pemurnian, stasiun masakan, untuk air pendingin pada peralatan dan pompa-
pompa stasiun masakan dimana air yang digunakan ini diproses lagi. Disamping
xx
xv
itu air dari storage
xx
xv
tank digunakan untuk pencuci peralatan, lantai dan pemakaian lainnya.
Bagian-bagian boiler :
a. Ruang bakar ( furnace) Ruang bakar berfungsi sebagai ruang
pembakaran ampas tebu agar menghasilkan panas yang
dibutuhkan untuk menguapkan air pada drum air untuk
menghasilkan steam / uap
xx
xi
Gambar 33 Induced Draft Fan (IDF)
e. Blower
Berfugsi untuk membantu perputaran udara atau oksigen yang
dihasilkan dari FDF yang kemudian disalurkan ke boiler.
Gambar 34 Blower
f. Deaerator
Berfungsi untuk memanaskan air yang akan dipakai untuk proses
penguapan di boiler. Air akan dipanaskan sampai bersuhu 105°C
agar kerja boiler tidak lama, mengisi air berkisar 50-60% level
drum.
Gambar 35 Deaerator
xl
g. Feed Water Pump ( FWP ) FWP berfungsi untuk menyalurkan air
yang telah dipanaskan dari deaerator ke drum boiler untuk
menghasilkan uap.
h. Turbin Derator
Berfungsi untuk menyalurkan air dari drum water ke deaerator
untuk dipanaskan, bisa juga menyalurkan langsung ke drum
penguapan ketika dalam keadaan darurat.
i. Drum Boiler
Sebagai tempat terjadinya penguapan air untuk menghasilkan
steam yang diperlukan untuk kerja pabrik
j. High Pressure Steam Header
( HPSH ) Sebagai tempat menampungnya uap yang dihasilkan
dari drum, berisi uap baru / uap kering dengan tekanan 20-22
kg/m3 dan temperatur uapnya 325°C.
xl
i
k. Low Pressure Steam Header ( LPSH )
Berfungsi sebagai tempat penampungan uap bekas yang telah
dipakai diseluruh turbin yang berada di pabrik, yang kemudian
disupply ke evaporator 0,8kg , pemasakan 0,4-0,5 kg . Pada
stasiun putaran memerlukan 3kg jika tekanan tidak mencapai 3kg
maka disupply uap baru yang berasal dari HPSH.
Gambar 39 Chimney
m. Elevator / Conveyor
Berfungsi untuk menaikan ampas tebu dari tempat penyimpanan
agar sampai ke furnace supaya bisa mendapatkan bahan bakar
untuk pembakaran tersebut.
xl
ii
n. Bagassae Feeder
Berfungsi untuk memberikan ampas yang berasal dari elevator
dan conveyor, ampas yang datang secara perlahan lahan
dikirimkan ke furnace melalui bagasse feeder tersebut.
xl
iii
turbin, untuk memaksimalkan efesiensi tekanan uap yang diberikan
oleh fluida maka perlu desain sudu yang tepat. Berikut ini adalah data
penggunaan turbin uap di Pabrik Gula Kwala Madu PT.Perkebunan
Nusantara II berkapasitas 34,36 ton/jam. Turbin uap di pabrik ini
berupa alternator powerhouse , IDF , FDF , FWP, turbin penggerak di
stasiun gilingan.
Genset ( Generator set )
Genset adalah singkatan dari Generating Set. Fungsi genset ialah alat
untuk membangkitkan tenaga listrik. Tenaga listrik yang dihasilkan didapat dari
pengubahan tenaga mekanik menjadi tenaga listrik. Di dunia industri, genset
dimanfaatkan sebagai pengganti listrik/cadangan jika terjadi pemadaman listrik
yang disediakan pihak Pembangkit Listrik Negara (PLN). Bahan bakar dari genset
ini adalah solar pada pabrik gula kwala madu. Fungsi genset di pabrik gula kwala
madu adalah :
Adapun sumber energi listrik yang digunakan di Pabrik Gula Kwala Madu
PT. Perkebunan Nusantara II adalah 3 buah Genset ( Generator Set) dengan
daya 450 Kpa , 500 Kpa, dan 30 Kpa dan juga berasal dari Turbin Steam
Generator yang berdaya 4500 Kpa.
xl
iv
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑢𝑎𝑝(𝑡𝑜𝑛 𝑢𝑎𝑝/ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝐾𝐸𝑆
𝑇𝑒𝑏𝑢 𝑔𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 (𝑡𝑜𝑛 𝑡𝑒𝑏𝑢/ℎ𝑎𝑟𝑖)
Cara Mengoperasikan Ketel Uap
1. Syarat-syarat sebelum pengoperasian:
a. Tangki air umpan dalam keadaan penuh dengan mutu air
memenuhi syarat air umpan.
b. Pompa air dalam keadaan baik.
c. Seluruh peralatan pengaman ketel uap dalam keadaan baik.
d. Tinggi permukaan air dalam ketel sesuai dengan batas yang di
tentukan.
e. Bahan bakar cukup tersedia.
2. Urutan Pengoperasian Ketel
Jika syarat diatas sudah terpenuhi maka ketel uap dihidupkan dengan urutan
sebagai berikut:
a. Jalankan rotary feeder dan conveyor bahan bakar.
b. Masukkan bahan bakar ampas tebu kedalam ruang bakar.
c. Hidupkan Ash Conveyor.
d. Buka damper FDF agar udara masuk ke ruang bakar ± 20%
menggunakan Elektro Motor Listrik.
e. Setelah steam naik kira-kira 15kg/cm2 buka kran induk.
f. Tutup by pass damper IDF lalu hidupkan IDF.
g. Setelah putaran IDF normal lalu hidupkan turbin FDF, Elmot
dihentikan.
3. Penjagaan Boiler pada saat operasi
Setelah ketel uap beroperasi maka pabrik secara keseluruhan dapat
dioperasikan secara ideal, karena sistem yang dihasilkan ketel uap (boiler)
selain untuk pembangkit energi turbin juga sebagai pembangkit temperatur
proses pengolahan.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a. Jaga ketinggian air uper drum (60-70%).
b. Pastikan sistem otomatis dan peralatan dalam keadaan baik, dapat
xl
v
juga di kontrol melalui gelas penduga.
c. Jaga tekanan steam pada tekanan kerja (18-20kg2).
d. Periksa ruang bakar, jangan sampai bahan bakar menumpuk
dengan cara menyetel demper FDF dan mengorek abu dari ruang
bakar secara manual.
e. Lakukan blowdown sesuai dengan level dan TOS yang tinggi.
f. Lakukan pembersihan pipa dengan shoot blower secara periodik
(1x per shift).
4. Menghentikan ketel uap
Untuk menghentikan ketel uap laukan langkah-langkah berikut ini:
a. Hentikan conveyor bahan bakar, Rotary bagasse feeder, blower
IDF dan FDF.
b. Turunkan tekanan dengan perlahan-lahan.
c. Buka kran buangan (air vent)
d. Tutup kran induk boiler I dan II yang ke HPSH.
e. Atur level air pada ketel uap dengan ketinggian 60% pada gelas
penduga dan selanjutnya matikan pompa-pompa air untuk
pengisian ketel.
Turbin Generator
xl
vi
Jumlah : 2 unit
Tahun Pembuatan : 1982/Shiko Elektrik Japan
Diesel Generator
Limbah yang terdapat pada Pabrik Gula Kwala Madu yaitu berupa
ampas tebu, blotong, molasses, sisa air pengolahan. Limbah yang ada pada
pabrik gula ini dimanfaatkan kembali oleh pabrik untuk kebutuhan
masyarakat dan kebutuhan pabrik dan memiliki nilai yang tinggi yang
dapat menguntungkan perusahaan.
Limbah ampas tebu yang dihasilkan pada masa giling sebesar
105704,27 ton. Ampas terbu tersebut dikirim ke stasiun boiler melalui
elevator yang akan dialirkar ke lubang lubang menuju dapur pembakaran
pada boiler. Sisa ampas tebu yang tidak masuk ke lubang akan menuju
gudang ampas yang nantinya akan di pressbal menjadi bentuk kubus yang
dimanfaatkan sebgai bahan ganti kayu bakar untuk memanaskan boiler.
Pemakaian ampas tebu untuk 2 boiler adalah 30- 34 ton/jam.
Limbah blotong yaitu berupa nira kotor yang dicampur dengan
ampas halus yang nantinya akan masuk ke vakum filter untuk memisahkan
nira tapis dengan kotoran. Kotoran yang dihasilkan dari vakum filter
disebut
xl
vi
blotong. Limbah blotong yang dihasilkan dari proses pemunian nira
mentah adalah sebesar 11537,69 ton. Blotong yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk pupuk bagi para petani.
Hasil samping dari stasiun putaran yaitu berupa molasses atau
tetes. Molasses adalah salah satu limbah produk hasil dari pengolahan gula
tebu yang sudah tidak dapat dikristalkan lagi dan masih mengandung
sukrosa dan non gula. Molasses yang dihasilkan pada masa giling sebesar
16360,00 ton yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bioetanol,
alkohol, kecap, pakan ternak, dan penyedap rasa.
xl
ix
BAB IV
l
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Purwati, P. E. (2015). AMPAS TEBU SEBAGAI BAHAN BAKAR
ALTERNATIF PADA PUSAT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU). Jurnal
Elektrikal, Volume 2 No 1, Juni 2015, 1 –13, 2, 1-13.
NURHANA, S. (2017). Laporan Tugas Akhir Penentuan Titik Kendali Kritis Pada
Proses Produksi Gula Kristal Putih di PG. Gondang Baru Klaten
(Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Milaniyah, I., Chrisnandari, R. D., & Setyawan, K. D. (2022). PENGARUH PENAMBAHAN
SUSU KAPUR TERHADAP NILAI TURBIDITY NIRA TEBU DALAM PEMBUATAN
GULA PASIR. DISTILAT: JURNAL TEKNOLOGI SEPARASI, 8(2),
1
2