Oleh:
KERJA PRAKTIK
Oleh:
ii
DAFTAR ISI
iii
3.4.1 Bagian Bagian Earth Tester .................................................................. 27
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR SINGKATAN
vii
Standar Nasional
SNI 13
Indonesia
Institute of Electrical
IEEE and Electronic 16
Engineering
cm centimeter 18
LCD Liquid Crystal Display
LED Light Emitting Dioda
% Persen 35
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Kerja Praktik (KP) di PT Bukit
Asam Tbk, Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Penulis mengucapkan rasa syukur
karena dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan Kerja Praktik (KP) dengan tepat
waktu. Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan kelulusan
sesuai dengan kurikulum Program Studi Teknik Elektro, Institut Teknologi
Sumatera. Laporan Kerja Praktik yang berjudul “ANALISA PERBANDINGAN
SISTEM PENTANAHAN (GROUNDING) PADA GEDUNG MINE CONTROL
CENTER (MCC) DAN GUDANG HANDAK TAL DI PT BUKIT ASAM TBK
TANJUNG ENIM”.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan laporan kerja praktik selama 30 hari pelaksanaan, yang
mana ucapan ini ditujukan kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat melaksanakan kegiatan kerja praktik dengan lancar.
2. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan, semangat, dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan kerja praktik.
3. Bapak Sabhan Kanata, S.T., M. Eng selaku dosen pembimbing serta dosen
penguji seminar kerja kerja praktik yang telah memberikan bimbingan dan saran
dalam menyelesaikan laporan kerja praktik.
4. Bapak Tami selaku Asisten Manager Perawatan Listrik Power Supply Dan
Distribusi PT. Bukit Asam, Tbk yang telah memberikan izin kepada penulis dan
tim untuk melaksanakan kerja praktik di PT. Bukit Asam Tbk,
5. Ibu Erni Nurainy selaku Supervisor Power Supply Dan Distribusi PT. Bukit
Asam, Tbk yang selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan ilmu serta
bimbingan selama melaksanakan kerja praktik,
6. Bapak Mahendra, Bapak Dedi, Bapak Kencana, Kak Abdul, Kak Hadi, Kak
Dito, Kak Rial selaku pembimbing lapangan yang telah mengajak dan
ix
memberikan ilmu implementasi dari teknik elektro di PT. Bukit Asam Tbk,
7. Seluruh staff di bagian Perawatan Listrik di Power Supply dan Distribusi PT.
Bukit Asam Tbk yang telah memberikan pengalaman baru di lapangan selama
melaksanakan kerja praktik,
8. Bima Hadi Rahmana, Arman Ramadhan, Muhammad Rakheen Andika Pratama,
M. Bintang Imansyah, Febrian Nugroho Wisnu Santoso, Alkautsar Winet Qodri,
Muhammad Mukti Assyidiqi, Rizki Pratama, Reza Fahlendi, Erikson Junaidi
Aritonang selaku rekan kerja praktik yang telah menemani dan saling
memberikan support selama masa kerja praktik.
Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktik ini masih jauh dari kata baik
dan sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan maupun saran yang
membangun dari semua pihak guna menjadi acuan bagi penulis agar dapat
menyempurnakan penulisan laporan menjadi lebih baik kedepannya. Penulis
berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, dan penulis khususnya.
x
BAB I
PENDAHULUAN
11
yang didalamnya terdapat berbagai komponen-komponen dan peralatan listrik
dari kerusakan. Sebab, apabila terjadi kerusakan akan mengakibatkan
terganggunya proses kerja industrii pertambangan untuk beroperasi. Sehingga,
pentanahan ini sangat dibutuhkan agar dapat menjaga kelancaran bekerja dengan
alat-alat yang dapat berfungsi dengan baik.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan dari laporan kerja praktik
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui nilai tahanan pentanahan pada gedung sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
2. Mengetahui langkah-langkah dalam pengukuran grounding bangunan.
3. Mengetahui cara perbaikan sistem pentanahan yang baik pada gedung.
4. Mengetahui spesifikasi grounding pada lokasi pengukuran nilai tahanan
pentanahan atau grounding.
12
1.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktik
Waktu pelaksanaan kerja praktik dimulai dari tanggal 06 Juni 2022 sampai
tanggal 15 Juli 2022 atau selama 30 hari kerja. Waktu pelaksanaan sesuai jam
kerja dari pukul 07.00 – 14.30 WIB dari senin sampai jumat. Tempat kegiatan
Kerja Praktik di PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada bagian Main Switch Station
(MSS) yang beralamat di Jalan Parigi No.1, Tanjung Enim, Kecematan Lawang
Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.
13
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Pada saat ini PT Bukit Asam Tbk Tanjung Enim bergerak di bidang industri
tambang batubara, dimana lingkupi kegiatan dari produksi, pengangkutani dan
14
penjualan, hingga pembangkit listrik tenaga uap yang digunakan untuk keperluan
perusahaani maupun luar. Selain itu, PTBA juga melakukana pengolahan briket,
perkebunan sawit, dan jasai kesehatan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Tanjung Enim 3 x 10 MW milik PTBA yang berlokasi di tambangi Banko Barat.
PLTU ini dibangun untuk pemenuhan energi listrik di tambang PTBA.
Secara geografis letak kantor PT Bukit Asam Tbk berada di Jalan Parigi No.1,
Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi
Sumatera Selatan. Pada Gambar 2.2 dapat dilihat lokasi PT Bukit Asam Tbk
Tanjung Enim yang diambil dari google maps
15
2.3 Struktur Organisasi
PT Bukit Asam Tbk merupakan salah satu perusahaan pertambangan terbesar
di Indonesia memiliki struktur organisasi yang saling terikat satu sama lain untuk
meningkatkan efektifitas kerja, yang bisa dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini.
PTBA dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh 4 orang Direktur,
yaitu : Direktur Pengembangan Usaha, Direktur Keuangan dan Manajemen
Resiko, Direktur Sumber Daya Manusia, dan Direktur Operasi dan Produksi.
Kemudian ada pihak yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama
yaitu Sekretaris Perusahaan, Satuan Pengawasan Intern, dan Sistem Manajemen
Perusahaan dan GCG. Selain itu, juga ada Satuan Kerja/Unit yang memiliki fungsi
sebagai pendukung dibawah Direksi PTBA yang tugasnya adalah menyusun,
mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan di PTBA.
Dibawah Direktur Operasi dan Produksi membawahi beberapa unit kerja
salah satunya ialah Unit Pertambangan Tanjung Enim. Pada Unit ini dipimpin oleh
seorang General Manager (GM) dan dibantu oleh Senior Manager (SM). Salah
satu manager pada Unit Tambang Tanjung Enim adalah Senior Manager
Perawatan yang membawahi beberapa manager, yaitu : Manager Bengkel Utama,
Perawatan Mesin, Perawatan Listrik, dan Perencanaan Perawatan. Untuk Satuan
Kerja (satker) perawatan listrik sendiri terdiri dari 9 Asisten Manager, yaitu :
1. Asisten Manager Perawatan Listrik BWE Sistem
2. Asisten Manager Perawatan Listrik MCC
3. Asisten Manager Perawatan Listrik CHF Tal dan MTB
4. Asisten Manager Perawatan Listrik Trouble Shooting Group A
5. Asisten Manager Perawatan Listrik Trouble Shooting Group B
6. Asisten Manager Perawatan Listrik Trouble Shooting Group C
7. Asisten Manager Perawatan Listrik Trouble Shooting Group D
8. Asisten Manager Power Supply dan Distribusi
16
Gambar 2.3 Struktur Organisasi di PT Bukit Asam Tbk [3]
(http://ptba.co.id)
17
2.3.1 Deskripsi Jabatan
Dari gambar 2.3 diatas, tugas dari masing-masing akan dijelaskan sebagai
berikut.
a. Direktur Utama
Direktur Utama merupakan pemimpin, pengendali dan yang mengkoordinir
Direktorat Utama, Pengembangan Usaha, Keuangan dan Manajemen Resiko,
Sumber Daya Manusia, serta Operasi dan Produksi.
b. Direktur Pengembangan Usaha
Penanggung jawab terhadap perencanaan strategis dan pengembangan
tambang, pengembangan logistik dan infrastruktur, pengembangan energi,
pengembangan hilirisasi dan komersial. Direktur Pengembangan Usaha juga
membawahi anak-anak perusahaan yang berada pada tahap pengembangan dan
inkubasi.
c. Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko
Penanggung jawab terhadap anggaran dan akuntansi keuangan korporat,
manajemen portofolio, teknologi informasi, dan manajemen resiko.
Melaksanakan fungsi keuangan PTBA Holding, kesediaan dana dan investasi
PTBA Grup dan mengkoordinir pengolahan investasi keuangan untuk PTBA
Grup secara keseluruhan.
d. Direktur Sumber Daya Manusia
Penanggung jawab terhadap sumber daya manusia stratejik, sumber daya
manusia operasional, pengelolaan aset dan infrastruktur sipil penunjang hukum
dan regulasi sustainability, dan pengadaan.
e. Direktur Operasi dan Produksi
Penanggung jawab terhadap optimasi produksi, K3L korporat, perencanaan,
Unit Pertambangan Tanjung Enim, perawatan, Unit Pertambangan Ombilin, Unit
Pelabuhan Tarahan, dan Unit Dermaga Kertapati. Selain itu, juga membawahi
anak-anak perusahaan yang bergerak di bidang penambangan batu bara, servis
penambangan, perkebunan, dan pembangkit listrik.
18
BAB III
DASAR TEORI
19
tinggi pada permukaan elektroda. Karena sifat ini, elektroda harus ditempatkan di
dekat atau di dekat stasiun konstruksi. [4]
Sistem pentanahan Franklin membutuhkan batang baut yang tajam untuk
dipasang di bagian atas bagian tersebut. Bagian atas penangkal petir ini
ditunjukkan oleh fakta bahwa dalam kasus di mana muatan terakumulasi di awan,
muatan dimasukkan ke dalam muatan oleh kerapatan muatan, yang kedua
dibandingkan dengan muatan. Oleh karena itu diharapkan bahwa kerapatan
muatan yang ada di bagian lain gedung akan mengenai konduktor petir terlebih
dahulu. Penangkal petir kemudian dibumikan melalui konduktor ke elektroda
pentanahan. Tujuan dari penghantar bawah dan elektroda pentanahan adalah
untuk “melintasi” jalur menuju tanah dan juga arus petir yang masuk atau keluar
dari tanah sehingga getaran tanah atau arus petir tidak menembus bagian lain dari
kation yang terlibat. Penangkal Petir Franklin adalah rangkaian penghantar yang
dijalankan melalui kabel (kabel jatuh) dari atas gedung ke bawah/pondasi. Sebagai
premis, petir cenderung menyambar dari sisi atas. Sehingga efisiensi dan
penghematan bahan dapat tercapai. Sistem Franklin Rodi adalah piramida
tembaga dengan area perlindungan inti imajiner untuk perlindungan skala besar.
Franklin Rod bisa dilihat dalam bentuk pilar di bagian belakang bangunan.
Pengamanan bangunan terhadap petir dengan menggunakan sistem proteksi petir
Franklin merupakan metode yang paling tua namun masih banyak digunakan
karena hasilnya dinilai cukup memuaskan, terutama untuk bangunan dengan
bentuk tertentu seperti menara, candi dan bangunan lainnya dengan atap bernada.
[5]
Sistem pentanahan merupakan salah satu persyaratan umum untuk instalasi
listrik. Pembumian adalah alat pelindung yang mengamankan dan meminimalkan
risiko konsumen listrik jika terjadi bahaya tegangan kontak. Berdasarkan PUIL
2011, syarat uji tahanan pembumian adalah memastikan tahanan pembumian
peralatan dan instalasi listrik lebih baik dari 5 ohm. Jika terjadi korsleting,
kekebalan gangguan biasanya 17 ohm. Jadi untuk membatasi tegangan sentuh
hingga 50V, resistansi pembumian (Rground) harus kurang dari 5 ohm. [6]
Bagian tengah dari sistem dasar bertujuan untuk melindungi orang dari
20
sengatan listrik, baik dalam keadaan normal atau tidak, yaitu kejutan kontak atau
kejutan loncatan. Pembumian diharapkan dapat menjalankan fungsi peralatan
listrik atau elektronik, mencegah kerusakan peralatan listrik atau elektronik,
menyebarkan energi sambaran petir ke tanah, menstabilkan tegangan, dan
meminimalkan kemungkinan sambaran petir. Agar sistem pondasi dapat berfungsi
secara efektif, maka harus memenuhi persyaratan untuk menciptakan jalur
penghalang yang rendah bagi personel dan peralatan dengan menggunakan
sirkulasi yang efektif. Pengulangan kesalahan dan perambatan gelombang
diharapkan; Menggunakan bahan yang tahan terhadap korosi di bawah berbagai
kondisi kimia tanah untuk melindungi kontinuitas penampilan sepanjang masa
pakai instrumen; dengan sistem mekanis yang kokoh namun mudah
perawatannya. [7]
Karena arus petir dan tegangan petir sangat besar, tidak mungkin untuk
menentukan batas tegangan sentuh yang dapat mempengaruhi peralatan dan
personel di dalamnya. Oleh karena itu, ditetapkan standar kelayakan pentanahan
untuk bangunan gedung yang harus memiliki ketahanan dispersi maksimum 5,
dan jika di bawah 5 lebih baik. Namun untuk memberikan tingkat perlindungan
yang lebih baik, maka tingkat tahanan tanah juga ditentukan berdasarkan fungsi
bangunan tersebut, yaitu:
1. Keamanan melindungi perangkat elektronik di dalam gedung, resistansi dasar
di bawah 3 ohm.
2. Sistem yang baik, nilai resistansi standar di bawah 2 ohm ditentukan.
3. Bangunan vital memiliki nilai resistansi yang lebih baik < 1 ohm.
4. Data harus kurang dari 1 ohm (sesuai dengan ukuran hambatan beban
penangkal petir).
5. Bangunan umum 5 ohm atau kurang.i [8]
Menurut (IEEE, 2007) tujuan didirikannya yayasan adalah:
1. Batasi besarnya tegangan ke ground sehingga berada dalam batas yang
diperbolehkan.
2. Menyediakan jalur arus yang dapat mendeteksi terjadinya hubungan yang tidak
diinginkan antara konduktor sistem dan arde. Deteksi ini terjadi ketika
21
pembuka lebar sedang beroperasi, yang mematikan tegangan suplai konduktor.
[8]
22
untuk resistivitas jenis tunggal. Untuk mendapatkan nilai tahanan tanah,
pengukuran yang benar harus dilakukan di lokasi dengan mengalikan titik
pengukuran. [10]
Tabel 3.1 Nilai Tahanan Jenis Tanah
Jenis Tanah Kerikil Kerikil Pasir Tanah Tanah
Tanah Berbatu Kering Basah Basah Pertanian Rawa
Resistansi 3000 1000 500 200 100 30
Jenis
Tanah
(Ω.m)
23
resistansi dan elektrodanya sama dengan konduktor yang terpendam jauh di dalam
tanah. Tetapi arus yang melalui konduktor adalah setengah dari nilai yang
dimasukkan untuk konduktor tertanam penuh. Oleh karena itu, preparasi
tahanannya adalah batang elektroda yang ditanam tegak lurus permukaan bumi.
Penggunaan umum rumus untuk pini individu oleh Profesor H.B. Dwight dari
Massachusetts Institute of Technology adalah : [8]
ρ 4𝑙 (1)
R = 2𝜋𝑙 (ln − 1)
𝑟
Dimana :
ρ = tahanan rata-rata tanah (ohm-cm)
l = panjang pasak tanah (cm)
r = jari-jari penampang pasak (cm)
R = tahanan pasak tanah (ohm)
Selain itu, tahanan pentanahan dapat diperkecil dengan menghubungkan elektroda
secara parallel dengan jarak antara elektroda tersebut minimal dua kali
panjangnya. [11]
𝟏 𝟏 𝟏 𝟏 (2)
= + +⋯+
𝐑𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑹𝒏
Dimana :
Rtotal = Total tahanan pentanahan untuk elektroda (ohm)
R1 = Tahanan pentanahan untuk elektroda ke-1 (ohm)
R2 = Tahanan pentanahan untuk elektroda ke-2 (ohm)
Rn = Tahanan pentanahan untuk elektroda ke-n (ohm)
24
Pada Gambar 3.2 diatas, elektroda batang ini mudah pemasangannya, yaitu
dengan menancapkannya kedalam tanah.kLebihi elektrodai jenis batang (ROD)
adalah tidak memerlukan lahani yang luas.
3.3.2 Elektroda Plat
Bentuk elektroda pelat biasanya persegi atau persegi panjang dan terkubur
lebih dalam di dalam tanah dibandingkan elektroda pita, yaitu minimal 50 cm dari
permukaan bumi. Elektroda pelat digunakan bila diinginkan resistansi rendah ke
tanah dan sulit dicapai dengan elektroda tongkat atau pita. Cara menanamnya
secara vertikal, karena menanam secara horizontal lebih sulit, dan hasilnya tidak
jauh berbeda dengan cara vertikal, sehingga lebih praktis dan ekonomis.
25
Gambar 3.4 Elektroda Pita [8]
(https://repository.uin-suska.ac.id/17968/7/7. BAB II.pdf)
26
soket sambungan: E = bidang bumi P = puncak potensial C = puncak arus. [15]
Jadi terminal E dihubungkan dengan terminal bumi yang akan kita ukur,
kemudian terminal P ditarik membentuk garis dari papan terminal (E) sampai 5
meter dan terminal C berada pada garis lurus dengan terminal E dan P ; jarak 5
meter dari Terminal P. Gambar selesai, kemudian tekan tombol berburu, nilai hasil
pengukuran muncul di layar, yang merupakan nilai resistansi tanah yang ada.
3.4.1 Bagian Bagian Earth Tester
Soil tester memiliki dua jenis yaitu analog dan digital. Untuk memudahkan
pembacaan hasil pengukuran, lebih nyaman menggunakan meteran digital, karena
memberikan hasil pengukuran dan pembacaan yang lebih akurat. Earth Tester
memiliki bagian dan fungsi berikut: :
7
6
3 5
27
1. LCD (layar)
Tampilan ini menunjukkan nilai dasar yang diakhiri dengan kesatuan.
2. Lampu LED hijau (lampu indikator).
Lampu ini berfungsi sebagai lampu isyarat. Ketika tombol "Test" ditekan,
lampu ini akan menyala untuk menunjukkan bahwa meteran bekerja untuk
mengukur nilai ground.
3. Tombol uji
Tombol ini berfungsi sebagai tombol yang akan ditekan saat mengukur nilai
bumi. Saat tombol ini ditekan maka hasil pengukuran muncul di layar dan saat
tombol dilepas nilai yang tertera di layar adalah 0. Untuk mengunci hasil
pengukuran tombol ditekan lalu diputar 90 derajat searah jarum jam.
4. Skala pengukuran
Skala pengukuran yang termasuk dalam meteran adalah 20, 200, 2000. Saat
mengukur, atur sakelar pemilih ke nilai 20 jika nilai pembumian yang akan
diukur di bawah 20. Skala pengukuran harus lebih besar dari nilai yang akan
diukur, hal ini untuk keakuratan hasil pengukuran.
5. Saklar pemilih
Sakelar pemilih ini digunakan untuk memilih skala pengukuran yang
digunakan saat mengukur nilai bumi.
Gambar 3.7 Kabel Warna Kuning, Hijau, dan Merah Earth Tester [17]
(https://www.kucari.com/jual/measurement-testing/alat-ukur-listrik/earth-
tester/)
6. Kawat hijau
Kawat hijau ini merupakan kawat bantu yang digunakan pada saat pengukuran.
Kawat ini terhubung langsung ke kabel ground yang nilai groundnya sedang
diukur dan ujung lainnya terhubung ke meteran.
28
7. Kabel kuning
Kabel kuning ini berfungsi sebagai kabel yang menghubungkan ke elektroda
bantu yang berjarak 5-10 meter dari tempat penempatan elektroda, dan ujung
kabel ini menghubungkan ke meteran.
8. Kabel merah
Kabel merah ini berfungsi sebagai kabel yang menghubungkan ke elektroda
bantu yang berjarak 5-10 meter dari titik elektroda bantu yang menggunakan
kabel kuning, dan ujung kabel ini terhubung ke meteran.
9. Elektroda Bantu
Elektroda bantu pertama dimasukkan pada jarak 5-10 meter dari titik tanam
elektroda utama. Elektroda bantu kedua dimasukkan pada jarak 5-10 meter dari
titik tanam elektroda bantu pertama. [16]
29
BAB IV
PEMBAHASAN
30
4.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk proses pengukuran grounding
bangunan.
Tabel 4.1 Nama Alat dan Bahan
No Nama Alat / Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
1. Earth Tester Krisbow Model 4105a 1 unit
2. Elektroda bantu Besi 2 unit
3. Kabel pengukuran 1.5 mm 15 meter
(merah)
4. Kabel pengukuran 1.5 mm 10 meter
(kuning)
5. Kabel pengukuran 1.5 mm 5 meter
(hijau)
6. Handphone Android Oppo 1 Unit
7 Pisau Cutter 1 Unit
31
meter.
6. Hubungkan juga kabel hijau ke grounding yang sudah terpasang.
7. Lakukan pengukuran grounding (tahanan pembumian) dengan memutar
Selector Switch alat ukur pada posisis 200ohm atau 2000ohm tergantung
kondisi tanah pada area lokasi pengukuran.
8. Kemudian tekan tombol “PRESS TO TEST” pada Earth Tester untuk
mengetahui resistansi grounding pada display alat ukur akan muncul nilai
tahanan pembumian.
9. Mencatat nilai tahanan yang muncul pada layar Earth Tester.
10. Mengembalikan posisi tombol “PRESS TO TEST” ke posisi awal.
11. Selesai.
4.4 Data Hasil Pengukuran
32
Gambar 4.4 Skema Pengukuran Grounding di Gudang Handak TAL
33
Gambar 4.5 Dokumentasi Pengukuran Nilai Tahanan di Gedung MCC
34
hasil pengukuran sebagaimana pada tabel 4.1. Pada gedung MCC dan Gudang
Handak TAL menggunakan satu buah elektroda jenis batang dengan panjang 6
meter. Gedung MCC memiliki jenis tanah ladang, setelah dilakukan pengukuran
didapatkan hasil sebesar 68Ω. Jika dilihat dari tabel nilai tahanan tanah maka nilai
hasil pengukuran sesuai dengan data pada tabel. Kemudian untuk nilai tahanan
grounding nya sendiri yaitu sebesar 0.67Ω, bisa dikatakan nilai tahanan ini cukup
bagus dan sudah sesuai dengan standar PUIL yaitu dibawah 5Ω.
Pada gedung penelitian kedua yaitu Gudang Handak TAL yang berjarak
kurang lebih sekitar 750m dari gedung MCC, dengan jenis tanah ialah kerikil
basah. Setelah dilakukan pengukuran nilai tahanan tanah didapatkan sebesar
763Ω. Jika disesuaikan dengan tabel nilai tahanan pentanahan maka didapatkan
jenis tanah pada gudang Handak TAL ini sesuai dengan keadaan aslinya.
4.5 Analisa
Penghantar yang digunakan untuk pentanahan kedua gedung, yaitu kabel BC
ukuran 50 mm, jenis elektroda yang digunakan adalah elektroda batang dengan
panjang 6 meter dan diameter 0.064 meter. Setelah dilakukan pengamatan dan
pengukuran pada 2 gedung tersebut, dan telah didapatkan nilai resistansi tanah
berdasarkan pengukuran menggunakan earth tester kemudian juga pengukuran
nilai tahanan grounding. Dari hasil pengukuran tersebut didapatkan nilai tahanan
tanah yang berbeda karena jenis tanah dari kedua gedung tersebut juga berbeda.
Sedangkan untuk nilai tahanan grounding, didapatkan pada gedung MCC lebih
baik yaitu dibawah 1Ω sedangkan nilai tahanan pada Gudang Handak TAL diatas
1Ω. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tahanan,
salah satunya adalah jenis tanah. Dimana tingkat kehandalan grounding
tergantung nilai konduktivitas logam terhadap tanah, semakin konduktif tanah
terhadap logam, maka semakin baik. Jenis tanah yang ada disekitar gedung MCC
adalah tanah ladang. Sesuai dengan tabel 3.1 nilai resistansi dari tanah ladang
sendiri juga terhitung kecil jika dibandingkan dengan jenis tanah pada Gudang
Handak TAL yang memiliki jenis tanah kerikil basah. Hal ini dapat disimpulkan
jika dilihat dari jenis tanah maka nilai tahanan pada gedung MCC lebih baik
dibandingkan Gudang Handak TAL. Selain jenis tanah, elektroda juga dapat
35
mempengaruhi nilai tahanan diantaranya panjang/kedalaman elektroda. Pada
kedua gedung didapatkan nilai tahanan yang sudah ideal dan sesuai standar PUIL
2011 yakni <5Ω. Karena, apabila nilai tahanan > 5Ω maka grounding tidak dapat
berfungsi dengan baik dan dapat menyebabkan arus seperti petir tidak dapat
disalurkan dengan maksimal ke bumi sehingga dapat menimbulkan resiko
keamanan bangunan yang didalamnya terdapat peralatan lisrik hingga manusia.
Pada kondisi tertentu, nilai tahanan pentanahan dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kedalaman pemasangan elektroda, jenis tanah, dan titik grounding rod.
Hasil diatas merupakan nilai tahanan pada satu buah elektroda, yaitu sebesar
11.944Ω. Pada gedung MCC terdapat 4 batang elektroda yang disusun paralel,
sehingga nilai tahanan total nya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
2 sebagai berikut :
1 1 1 1
Rtotal = 11.944 + 11.944 + + 11.944
11.944
Rtotal = 2.986Ω
b. Perhitungan Nilai Pentanahan di Gudang Handak TAL
36
Spesifikasi Elektroda batang yang digunakan pada Gudang Handak TAL:
Panjang elektroda (l) = 6 meter
Diameter elektroda = 0.064 meter
Jari-jari elektroda (r) = 0.032 meter
Kedalaman penanaman elektroda = 12 meter
Jumlah titik grounding = 12
Jenis tanah = Kerikil basah
Resistansi tanah (ρ) = 763 Ω
Sama dengan perhitungan pada gedung MCC sebelumnya, nilai resistansi
tanah yang digunakan adalah yang terbesar yaitu 3000Ω. Sehingga, didapatkan
nilai tahanan sebagai berikut :
ρ 4𝑙 763 4𝑥6
R = 2𝜋𝑙 (ln − 1) = 2𝑥3.14𝑥6 (ln 0.032 − 1) = 134.025Ω
𝑟
Nilai tahanan diatas untuk penggunaan satu buah elektroda batang, karena di
gudang Handak TAL menggunakan 12 titik grounding, maka nilai resistansi
seharusnya berdasarkan perhitungan adalah.
𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
= + + …+
𝐑𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑹𝟏𝟐
𝟏 𝟏 𝟏
= 𝟏𝟑𝟒.𝟎𝟐𝟓 + 𝟏𝟑𝟒.𝟎𝟐𝟓 + ⋯ + 𝟏𝟑𝟒.𝟎𝟐𝟓
Rtotal = 11.168Ω
Dari hasil perhitungan diatas, nilai tahanan jenis tanah sebesar 11.168Ω yang
berarti nilai ini masih terlalu besar untuk standar nilai yang seharusnya. Hal ini
bisa terjadi karena nilai tahanan jenis tanahnya terlalu besar, kemudian nilai ini
juga tidak bisa dijadikan acuan yang jelas dikarenakan bisa saja jenis tanah kerikil
basah hanya berada diatas permukaan dalam artian terdapat lebih dari 1 jenis
tanah. Oleh karena itu, untuk memperkecil nilai tahanan agar sesuai dengan
standar yang ditetapkan maka dilakukan penambahan kedalaman dan penambahan
tik grounding rod. Dapat dilakukan dengan menggunakan spesifikasi pada
perhitungan sebagai Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai suatu tahanan,
diantaranya adalah jenis tanah, resistansi tanah, kedalaman elektroda, jumlah titik
grounding, dan beberapa faktor lainnya. Semakin kecil resistansi tanah, maka
semakin kecil juga resistansi tahanannya dan sebaliknya. Begitupun dengan
37
kedalaman dan jumlah titik grounding, semakin dalam dan semakin banyak maka
nilai resistansi akan semakin mudah untuk mencapai nilai standar yaitu <5Ω.
Dari data pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan nilai tahanan
pentanahan pada perhitungan. Dengan selisih yang sangat tinggi yaitu pada
gedung MCC sebesar 345.67% dan pada gudang Handak TAL sebesar 727.25%
dari hasil pengukuran. Perbedaan nilai tahanan secara perhitungan dan
pengukuran ini disebabkan oleh kondisi lapangan saat melakukan pengukuran dan
pada saat pemasangan grounding.
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengukuran dan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan
1. Nilai pengukuran R (pentanahan) pada gedung MCC elektroda batang dengan
panjang 6 m ( elektroda batang di tanam paralel sebanyak 4 buah dengan jarak
12 meter ) di peroleh hasil perhitungan sebesar 2.986Ω dan hasil pengukuran
sebesar0.67Ω. Dengan nilai tahanan jenis tanah ladang 68Ω. Nilai kenaikan
tahanan pentanahan mempunyai nilai sebesar 77.5% ( 2.316 Ω) dari hasil
pengukuran.
2. Nilai pengukuran R (pentanahan) pada gedung Gudang Handak TAL
elektroda batang dengan panjang 6 m ( elektroda batang di tanam paralel
sebanyak 6 buah dengan jarak 12 meter ) di peroleh hasil perhitungan sebesar
11.168Ω dan hasil pengukuran sebesar 1.35Ω. Dengan nilai tahanan jenis
tanah kerikil basah 763Ω. Nilai kenaikan tahanan pentanahan mempunyai
nilai sebesar 87.9% (9.818 Ω) dari hasil pengukuran.
3. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan earth tester krisbow, 3 kabel
warna hijau, kuning, dan merah, dan 2 buah elektroda batang. Dengan jarak
elektroda bantu minimal 5 meter dan maksimal 10 meter.
4. Hasil pengukuran di lapangan dan hasil perhitungan menunjukkan nilai
resistansinya sudah < 5Ω untuk gedung MCC. Sedangkan pada Gudang
Handak TAL didapatkan hasil perhitungan >5Ω, namun hasil pengukuran
sudah <5Ω. Perbedaan nilai tahanan pentanahan yang terdapat pada Gedung
MCC dan Gudang Handak TAL di sebabkan oleh perbedaan jenis tanah.
5. Untuk menurunkan nilai tahanan sistem grounding adalah dengan
menggunakan banyak elektroda. Lebih dari satu elektroda yang dimasukkan
ke dalam tanah dan dihubungkan secara paralel untuk mendapatkan tahanan
yang lebih rendah. Jarak minimum pemasangan antar elektroda sebesar 2
(dua) kali panjangnya. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan menambah
kedalaman penanaman elektroda.
39
6. Penghantar yang digunakan untuk pentanahan kedua gedung, yaitu kabel BC
ukuran 50 mm, jenis elektroda yang digunakan adalah elektroda batang
dengan panjang 6 meter dan diameter 0.064 meter.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada laporan ini adalah,
1. Pada setiap pekerjaan harus selalu mementingkan K3 termasuk dengan
memakai perlengkapan pelindung diri yang ditentukan.
2. Untuk menjaga nilai tahanan pentanahan agar tetap konstan sebaiknya
dilakukan pemeriksaan secara rutin atau berkala.
40
DAFTAR PUSTAKA
[1] "Logo PT Bukit Asam Tbk," PT Bukit Asam Tbk, 2021. [Online].
Available: https://www.ptba.co.id/.
[2] "Peta Lokasi PT Bukit Asam Tbk Tanjung Enim," 2022. [Online].
[Accessed 2022].
[3] "Struktur Organisasi di PT Bukit Asam Tbk," 2022. [Online]. [Accessed
2022].
[4] Erliza Yuniarti, Dedi Hermanto, Prima Ahmadi , "PENGGUNAAN
GYPSUM DAN MAGNESIUM SULFAT SEBAGAI UPAYA
MENURUNKAN NILAI RESISTANSI PENTANAHAN," Jurnal Surya
Energy, vol. 2, no. 1, pp. 140-148, 2017.
[5] Riza Ariesta, Dikpride Despa, Herri Gusmedi, Lukmanul Hakim, "STUDI
ANALISIS SISTEM PENTANAHAN EKSTERNAL PADA GEDUNG
UNIT PELAKSANA TEKNIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI UNIVERSITAS LAMPUNG," Jurnal Informatika dan
Teknik Elektro Terapan, pp. 1-5.
[6] Saeful Mikdar, Tri Hendrawan Budianto, M Yonggi Puriza, "ANALISIS
KELAYAKAN INSTALASI LISTRIK RUMAH TINGGAL DIATAS 15
TAHUN BERDASARKAN PUIL 2011 DI KECAMATAN TANJUNG
PANDAN".
[7] Erliza Yuniarti, Abdul Majid, Faisal, "STUDI PERLAKUAN TERHADAP
TANAH UNTUK MENENTUKAN NILAI RESISTANSI DAN
TAHANAN JENIS PENTANAHAN," Jurnal Surya Energy, vol. 3, no. 2,
pp. 269-275, 2019.
[8] Hefri Yuliadi, Surya Hardi, Rohana, "ANALISIS PERBANDINGAN
TAHANAN PENTANAHAN PADA ELEKTRODA BATANG DAN
PLAT UNTUK PERBAIKAN NILAI RESISTANSI PEMBUMIAN,"
Jurnal Teknik Elektro, vol. 4, no. 1, pp. 68-74, 2021.
[9] Itadmin, "Jasa Pasang Penangkal Petir," Penangkal Petir Rumah, 25
September 2020. [Online]. Available: https://www.penangkalpetir.id/jasa-
pasang-penangkal-petir/. [Accessed 10 September 2022].
[10] Jumari, Yahya Ginting, Poniran Tamba, "SISTEM PENTANAHAN PADA
JARINGAN DISTRIBUSI DI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN
HELVETIA," Jurnal Teknologi Energi Uda, vol. 8, no. 2, pp. 81-86, 2019.
[11] A. Budiman, "Analisa Perbandingan Tahanan Pembumian Peralatan
Elektroda Pasak Pada Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo
Tarakan," Jurnal Nasional Teknik Elektro, vol. 6, no. 3, pp. 152-158, 2017.
[12] Penulis, "Mengenal elektroda pentanahan, jenis tahanan tanah dan cara
mengukurnya," Kelistrikanku, 06 Mei 2016. [Online]. Available:
https://www.kelistrikanku.com/2016/05/elektroda-pentanahan.html.
[Accessed 10 September 2022].
41
[13] Penulis, "Macam-macam elektroda pentanahan," Indonesia Aviation
Electronics and Electrical Technician Association, 29 September 2017.
[Online]. Available: https://iaeeta.org/2017/09/29/macam-macam-
elektroda-pentanahan/. [Accessed 10 September 2022].
[14] Suyamto, Taufik, Idrus Abdul Kudus, "EVALUASI DAN
PERENCANAAN GROUNDING UNTUK PENANGKAL PETIR
GEDUNG SIKLOTORN," vol. 17, pp. 19-26, 2015.
[15] Yusmartato, Ramyulis Nasution, Zulfadli Pelawi, Syaru R,
"PENGUKURAN GROUNDING PADA GEDUNG RUMAH SAKIT
GRANDMITRA MEDIKA MEDAN," Jurnal of Electrical Technology, vol.
6, no. 1, pp. 23-30, 2021.
[16] Putra Autama Harahap, Zuraidah Tharo, Amani Darma Tarigan, "Analisa
Perbandingan Sistem Pentanahan (Grounding) pada Power House dan
Gedung Perkantoran (Studi Kasus PLTA SEI WAMPU I)".
[17] Penulis, "Earth Tester," PT. DARMA SAKTI ADISAPUTRA, [Online].
Available: https://www.kucari.com/jual/measurement-testing/alat-ukur-
listrik/earth-tester/. [Accessed 10 September 2022].
[18] Penulis, "Mengenal elektroda pentanahan, jenis tahanan tanah dan cara
mengukurnya," Kelistrikanku, 06 Mei 2016. [Online]. Available:
https://www.kelistrikanku.com/2016/05/elektroda-pentanahan.html.
[Accessed 10 September 2022].
42
LAMPIRAN
43
44