Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

SOFT TISSUE TUMOR

A. Definisi
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan
tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain
adalah otot, tendon, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Soft Tissue Tumor (STT)
adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak
tumbuh seperti kanker. Soft Tissue Tumor adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma
(Brunerr and Suddart, 2001). Soft tissue tumor adalah pertumbuhan sel baru,
abnormal, progesif, sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker (Price, Sylvia
Anderson, 1995).
B. Anatomi Fisiologi
Menurut Evelyn C. Pearce (2008:15), anatomi fisiologi jaringan lunak adalah
sebagai berikut :
1. Otot
Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi
bergerak. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama
dengan jaringan yang lain, semua ini diikat menjadi berkas-berkas serabut
kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontraktil
2. Tendon
Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa serabut-serabut
simpai yang berwarna putih, berkilap, dan tidak elastis.
3. Jaringan ikat
Jaringan ikat melengkapi kerangka badan, dan terdiri dari jaringan areolar dan
serabut elastis.

C. Etiologi
1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi
untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang
abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi
yang mendorong transformasi neoplastic.
3. Lingkungan carcinogens
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu
dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi Infeksi virus
Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan
kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan.
Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

D. Klasifikasi
Tabel Klasifikasi soft tissue tumor berdasarkan jenis jaringan menurut
WHO 2013
No. Soft tissue tumor
Lipoma
1. Tumor Jaringan Lemak
Liposarkoma
Fasilitis Nodularis
Fibromatosis
Tumor dan Lesi Mirip-Tumor pada Jaringan Fibromatosis
2.
Fibrosa Superfisialis
Fibromatosis Profunda
Fibrosarkoma
Histiositoma Fibrosa
Dermatofibrosarkoma
3. Tumor Fibriohistiositik Protuberans
Histiositoma Fibrosa
Maligna
Rabdomioma
4. Tumor Otot Rangka
Rabdomiosarkoma
Leiomioma
Leiomiosarkoma
5. Tumor Otot Polos Tumor otot polos dengan
potensi keganasan tidak
jelas
Hemangioma
Limfangioma
6. Tumor Vaskular Hemangioendotelioma
Hemangioperisitoma
Angiosarkoma
Neurofibroma
Schwannoma
7. Tumor Saraf Perifer
Tumor ganas selubung
saraf perifer
Tumor Sel Granular
Sarkoma Sinovium
8. Tumor yang Histogenesisnya Tidak Jelas Sarkoma bagian lunak
alveolus
Sarkoma Epitelioid
Tabel Klasisikasi Tumor Jaringan Lunak Berdasarkan Pertumbuhan Jinak dan
Ganas

CLASSIFICATION: HISTOGENIC CLASSIFICATION SCHEME FOR


BENIGN AND MALIGNANT SOFT TISSUE TUMORS
Tissue formed Benign soft tissue tumor Malignant soft tissue
tumor (histogenesis)
Fat Lipoma Liposarkoma
Fibrous tissue Fibroma Fibrosarkoma
Skeletal muscle Rabdomioma Rabdomiosarkoma
Smooth muscle Leiomioma Leiomyosarkoma
Synovium Synovioma Sarkoma sinovial
Blood vessel Hemangioma Angiosarkoma; malignant
hemangiopericytoma
Lymphatics Lymphangioma Lymphangiosarkoma
Nerve Neurofibroma Neurofibrosarkoma
Mesothelium Benign mesothelioma Malignant mesothelioma
Tissue histiocyte Benign fibrous Malignant fibrous
histiocytoma histiocytoma
Pluripotent None recognized Malignant mesenchymoma
Uncertain None recognized sarkoma; Ewing's sarkoma; alveolar
epithelioid sarkoma soft parts

E. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada
lokasi di mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh
sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan
bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah
digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar,
berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan
dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran
kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit
diatasnya.

F. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors
(STT) adalah proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira
40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas,
10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor
jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari
tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur
neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti lekukan-lekukan
tubuh.

Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
 Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.
 Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
 Invasi lokal.
 Metastasis jauh

G. Pemeriksaan Diagnostik
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah
pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau
biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan
mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar.
Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh
tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan dapat
diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas. Bila jinak maka cukup
hanya benjolannya saja yang diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan
pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan
kemoterapi. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis
tumor tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Tumor ganas jaringan lunak (sarkoma) seringkali timbul berupa benjolan
yang asimtomatik. Hal ini disebabkan karena tumor ini tumbuh di dalam jaringan
yang mudah ditekan dan seringkali jauh dari alat-alat vital sehingga keluhan yang
dikemukakan oleh pasien biasanya tidak seberapa sampai tumor ini mencapai
ukuran tertentu tergantung dari di mana letak anatomisnya, misalnya untuk tumor
di daerah paha atau pinggul 8-15 cm, pergelangan tangan 3-4 cm dan hanya 0,5-1
cm untuk tumor di jari tangan atau kaki. Gejala yang timbul umumnya disebabkan
oleh karena tekanan atau tarikan terhadap syaraf yang berdekatan atau terhadap
otot. Tidak ada tanda-tanda klinis yang khas untuk membedakan mana yang ganas
dan mana yang jinak, oleh karena itu setiap benjolan/tumor jaringan lunak harus
dibiopsi. Kadang-kadang suatu tumor yang lunak yang secara klinis diduga suatu
lipoma karena letaknya di daerah subcutan, setelah mendapat hasil pemeriksaan
histopatologik kita akan tercengang karena ternyata suatu proses yang ganas.
Pertimbangan untuk membiarkan suatu tumor jaringan lunak hanya dibenarkan
bila benjolan tersebut telah lama ada jauh sebelum pasien memeriksakan diri.
Biopsi pada suatu sarkoma harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga
bila diperlukan eksisi pad terapi definitive nantinya akan turun terangkat.
Sarkoma tumbuh secara radikal dan mendesak jaringan sekitarnya sehingga
terbentuk suatu kapsel semu (pseudocapsule), jadi bukan kapsel yang sebenarnya,
dan di dalam kapsel ini masih terdapat sel tumor. Jadi tidak dibenarkan
melakukan anukloasi, sebagai suatu terapi. Bila kita melakukan sayatan pada
pseudokapsel maka kan mengakibatkan penyebaran sel-sel tumor ke jaringan
sekitarnya sehingga akan menyulitkan pada terapi definitive nantinya. Atas
pertimbangannya tersebut tadi maka biopsy eksisional dikerjakan pada tumor
yang diameternya kurang dari 3 cm, sedangkan bila lebih dari 3 cm maka hanya
dilakukan biopsi insisional saja. Hemostasis harus diperhatikan benar-benar
karena bila terjadi hematom maka sel-sel tumor akan berada di dalamnya dan
penyusupan sel-sel tumor melalui hematom tadi lebih jauh daripada yang invasi
yang terjadi secara alami.
Pemeriksaan klinis tetap memegang peranan dalam menentukan ukuran
tumor, perlekatan terhadap jaringan sekitarnya, memperbandingkan keadaan lesi
sesudah dengan sebelum biopsi, bagaimana fungsi anggota yang bersangkutan,
dan adakah kelainan yang diakibatkan oleh tumor tersebut.
Pemeriksaan klinis tetap memegang peranan dalam menentukan ukuran
tumor, perlekatan terhadap jaringan sekitarnya, memperbandingkan keadaan lesi
sesudah dengan sebelum biopsi, bagaimana fungsi anggota yang bersangkutan,
dan adakah kelainan lainnya diakibatkan oleh tumor tersebut.

Pemeriksaan radiologik pada sarkoma meliputi pemeriksaan :


1. Xerogram yaitu pembuatan foto pembuatan radiologik secara “soft tissue
technigue”, dari daerah yang terkena.
2. Pemeriksaan CT (“computerized tomography”) atau ultrasonografi dari
daerah yang bersangkutan.
3. Pembuatan foto thorax.
4. Pembuatan arteriografi
5. Staging pada sarkoma
Faktor yang paling menentukan dalam prognosa adalah derajat
pemeriksaan histopatologiknya (“histologic grade”). Menurut beberapa
patologist asal sel (“histogenic cell”) juga mempunyai peranan dalam
menentukan prognosa tadi.
Staging suatu sarkoma ditentukan menurut TNMG :
• T : Ukuran tumor
• N : Kelenjar getah bening regional
• M : Metastasis jauh
• G : Grading pemeriksaan histologik
Umumnya suatu sarkoma jarang mengadakan metastasis ke kelenjar getah
bening, hanya 5 % yang bermetastasis ke kgb (sarkoma sinovial dan
rabdomiosarkoma persentasenya lebih besar).

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis :
1. Bedah (Eksisi)
Bedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang jaringan
(tumor) dengan cara memotong. Tindakan ini di lakukan untuk berbagai
tujuan antara lain untuk pemeriksaan penunjang (biopsy), pengobatan lesi
jinak ataupun ganas dan memperbaiki penampilan.
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai
angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan
untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
2. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia
untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar
penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan
cara kemoterapi ini.
3. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tyunggal. Tapi,
terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
Penatalaksanaan Keperawaatan:
1. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
2. Perawatan luka pada pasien
3. Pemberian obat
4. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.

Pathway
WOC Soft Tissue Tumor Trauma (benturan)

Perdarahan
Resiko Terpapar virus
onkogenik
Pengobatan secara tradisional
Perawatan yang kurang baik

Perubahan
Proliferasisel-sel
jaringan
target
mesenkimal
menjadi ganas
pada
(transformasi)
jaringan nonepitelial
atau mutasi
ekstrasel
skeletal
(gen) Radio terapi
Tumor jaringan lunak / jaringan abnormal (benjolan)

Ganguan penurunan Operasi tradisional (tidak sesuai) Gangguan integritas kulit


volume cairan tubuh

Tumor jaringan lunak (ganas)

Toksin metabolik
Menekan TNF α
Benjolan sebesar bola takraw
Peningkatan metabolisme
Perdarahan masiv asam lemak
Ekspansi tumor yang cepat & menekan
ujung ujung saraf jaringan sekitar
Suplai O2 menurun Penurunan jumlah lemak
Perawatan luka tubuh
tidak adekuat
Gangguan perfusi jaringan
Berat badan turun
Nyeri Hb : 7,3
ResTi infeksi Metabolisme anaerob
Resti gangguan intake nutrisi
Penumpukan asam laktat kurang dari kebutuhan
Anemia

Analgetik
Penurunan Lemas
suplai O2 ke jaringan
Imobilitas fisik

Merangsang kerja saraf simpatis Penuruna kerja Saraf parasimpatis


Sensasi kenyang
ProduksiTidak
HCl
Iritasi
nafsu
dilambung
lambung
makanmeningkat Anoreksia Penurunan
Makanangerak peristaltik
menumpuk usus
di lambung
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
 Data klien
 Riwayat penyakit
 Faktor resiko
 Pemeriksaan fisik dan lab
 Pola hidup sehari hari :
Kebutuhan nutrisi, Eliminasi, Personal hygine
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya operasi
b. Post Operasi
 Nyeri berhubungan dengan adanya luka setelah operasi
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya inflamasi
3. Intervensi
a. Pre Operasi
Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya operasi
Kriteria hasil : Klien tampak relaks dan klien dapat mengontrol dirinya.

b. Post Operasi
INTERVENSI RASIONAL

- Berikan penyuluhan kepada klien - Agar pasien dapat memahami penyakit


terhadap penyakit yang dideritanya. yang dideritanya dan pentingnya
tindakan operasi.

- Anjurkan tehnik relaksasi. -Agar pasien dapat tanang dan


mengontrol diri.

- Kolaborasi dengan tim medis dalam - Untuk menyetabilkan kondisi pasien


pemberian terapi dan tindakan.

 Nyeri berhubungan dengan adanya luka setelah dilakukan operasi


pengangkatan tumor.
Kriteria hasil : Nyeri dapat diatasi dan klien dapat beraktifitas normal.

INTERVENSI RASIONAL

-Kaji TTV pada klien. -Untuk mengetahui kondisi klien


sekarang.

- Anjurkan teknik relaksasi pada -Agar klien dapat melakukan teknik


pasien. relaksasi.

-Kolaborasi dengan tim medis dalam - Untuk mengurangi rasa nyeri pada
terapi pemberian obat.. klien.

 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya inflamasi.


Kriteria hasil : Agar kondisi kulit klien dapat kembali normal.
INTERVENSI RASIONAL

-Kaji TTV pada klien. - Untuk mengetahui kondisi klien sekarang.

- Perawatan luka pada pasien. - Agar kondisi luka pada pasien tetap steril
dan bersih.

-Kolaborasi dengan tim medis - Untuk mengembalikan bentuk anatomi


dalam pemberian terapi obat. kulit pada.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Christopher D.M. Fletcher. 2002. World Health Organization Classification of Tumours:
Pathology and Genetics of Tumours of Soft Tissue and Bone. Lyon: IARC Press
Fletcher C, Unni KK, Mertens F. Pathology and Genetics of Tumours of Soft Tissue and
Bone. France: IARC Press; 2002. p. 233-57, 259-64, 297-8, 309-10, 313-6, 338-
43
Potter, Patricia A.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses dan
praktik. Edisi.4 volume 1. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakrata : EGC
Rosenberg AE. Bones, Joints and Soft Tissue Tumors. In: Kumar, Abbas, Fausto, Aster,
editors. Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2010.p. 1293-1302

Anda mungkin juga menyukai