Anda di halaman 1dari 19

Tradisi Masyarakat Islam

Yang Bersumber Dari Ajaran Agama Hindu

Bismillah..
Kita mengenal sebuah ritual keagamaan di dalam masyarakat muslim ketika
terjadi kematian adalah menyelenggarakan selamatan kematian/kenduri
kematian/tahlilan/yasinan (karena yang biasa dibaca adalah surat Yasin) di hari
ke 7, 40, 100, dan 1000 harinya. Disini kami mengajak anda untuk mengkaji
permasalahan ini secara praktis dan ilmiah.

Setelah diteliti ternyata amalan selamatan kematian/kenduri


kematian/tahlilan/yasinan (karena yang biasa dibaca adalah surat Yasin) di
hari ke 7, 40, 100, dan 1000 hari, bukan berasal dari Al Quran, Hadits (sunah
rasul) dan juga Ijma Sahabat, malah kita bisa melacaknya dikitab-kitab agama
hindu.

Disebutkan bahwa kepercayaan yang ada pada sebagian ummat Islam, orang
yang meninggal jika tidak diadakan selamatan (kenduri: 1 hari, 3 hari, 7 hari, 40
hari dst, /red ) maka rohnya akan gentayangan adalah jelas-jelas berasal dari
ajaran agama Hindu. Dalam agama Hindu ada syahadat yang dikenal dengan
Panca Sradha (Lima Keyakinan). Lima keyakinan itu meliputi percaya kepada
Sang Hyang Widhi, Roh leluhur, Karma Pala, Samskara, dan Moksa. Dalam
keyakinan Hindu roh leluhur (orang mati) harus dihormati karena bisa menjadi
dewa terdekat dari manusia [Kitab Weda Smerti Hal. 99 No. 192]. Selain itu
dikenal juga dalam Hindu adanya Samskara (menitis/reinkarnasi).

Dalam Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193 yang
berbunyi : "Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh,
empat puluh, seratus dan seribu.

Dalam buku media Hindu yang berjudul : "Nilai-nilai Hindu dalam budaya

1
Jawa, serpihan yang tertinggal" karya : Ida Bedande Adi Suripto, ia
mengatakan : "Upacara selamatan untuk memperingati hari kematian orang
Jawa hari ke 1, 7, 40, 100, dan 1000 hari, jelas adalah ajaran Hindu".

Telah jelas bagi kita pada awalnya ajaran ini berasal dari agama Hindu,
selanjutnya umat islam mulai memasukkan ajaran-ajaran islam dicampur
kedalam ritual ini. Disusunlah rangkaian wirid-wirid dan doa-doa serta
pembacaan Surat Yasin kepada si mayit dan dipadukan dengan ritual-ritual
selamatan pada hari ke 7, 40, 100, dan 1000 yang tidak pernah diajarkan oleh
Nabi dan para sahabatnya. Apakah mencampur-campur ajaran seperti ini
diperbolehkan??

Iya, campur mencampur ajaran ini tanpa sadar sudah diajarkan dan menjadi
keyakinan nenek moyang kita dulu yang ternyata sebagian dari kaum muslimin
pun telah mewarisinya dan gigih mempertahankannya.

Lalu apakah kita lebih memegang perkataan nenek moyang kita daripada apa-
apa yang di turunkan Allah kepada RasulNya?

Allah berfirman :

          
        
   

”Dan apabila dikatakan kepada mereka :”Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah”. Mereka menjawab :”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah
kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. Apakah mereka akan
mengikuti juga, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu
apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS Al Baqoroh ayat 170)

Allah berfirman :

       



"Dan janganlah kamu mencampuradukkan Kebenaran dengan Kebatilan dan
janganlah kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya" (QS
Al Baqarah 42)

Allah subhanahu wa ta'ala menyuruh kita untuk tidak boleh mencampuradukkan


ajaran agama islam (kebenaran) dengan ajaran agama Hindu (kebatilan) tetapi

2
kita malah ikut perkataan manusia bahwa mencampuradukkan agama itu boleh,
Apa manusia itu lebih pintar dari Allah???

Selanjutnya Allah berfirman :

        


       
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu".(QS. Albaqoroh : 208).

Allah menyuruh kita dalam berislam MENYELURUH, tidak setengah-setengah...

TIDAK SETENGAH HINDU...SETENGAH ISLAM...

Banyak upacara adat yang menjadi tradisi di beberapa lingkungan masyarakat


Islam yang sebenarnya tidak diajarkan dalam Islam. Tradisi tersebut ternyata
bukan bersumber dari agama Islam, tetapi bersumber dari agama Hindu. Agar
lebih jelasnya dan agar umat Islam tidak tersesat, marilah kita telah secara
singkat hal-hal yang seolah-olah bermuatan Islam tetapi sebenarnya bersumber
dari agama Hindu.

1. Tentang Selamatan yang Biasa Disebut GENDURI [Kenduri atau Kenduren]

Genduri merupakan upacara ajaran Hindu. [Masalah ini] terdapat pada kitab
sama weda hal. 373 (no.10) yang berbunyi “Antarkanlah sesembahan itu pada
Tuhanmu Yang Maha Mengetahui”. Yang gunanya untuk menjauhkan kesialan.

“Sloka prastias mai pipisatewikwani widuse bahra aranggaymaya


jekmayipatsiyada duweni narah”.

[Hal ini] bertentangan dengan Firman Allah :

         

”Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” (QS. Adz-Dzariyat [51]:57)

3
Juga terdapat pada kitab siwa sasana hal. 46 bab ‘Panca maha yatnya’. Juga
terdapat pada Upadesa hal. 34, yang isinya:

a. Dewa Yatnya [selamatan] Yaitu korban suci yang [secara] tulus ikhlas
ditujukan kepada Sang Hyang Widhi dengan jalan bakti sujud memuji, serta
menurut apa yang diperintahkan-Nya (tirta yatra) metri bopo pertiwi.

b. Pitra Yatnya Yaitu korban suci kepada leluhur (pengeling-eling) dengan


memuji [yang ada] di akhirat supaya memberi pertolongan kepada yang masih
hidup.

c. Manusia Yatnya Yaitu korban [yang] diperuntukan kepada keturunan atau


sesama supaya hidup damai dan tentram.

d. Resi Yatnya Yaitu korban suci [yang] diperuntukan kepada guru atas jasa ilmu
yang diberikan (danyangan).

e. Buta Yatnya Yaitu korban suci yang diperuntukan kepada semua makhluk
yang kelihatan maupun tidak, untuk kemulyaan dunia ini (unggahan).

[Hal ini] bertentangan dengan Firman Allah:

          
        
   

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan ”
Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah
kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu
apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".(QS. Al-Baqoroh[2]:170)

[Lihat juga QS. Al-Maidah[5]:104,

4
          
         
    
104. apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang
diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah
untuk Kami apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya".
dan Apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk?.

Az-Zukhruf [43]:22)

         
 
22. bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya Kami mendapati bapak-bapak
Kami menganut suatu agama, dan Sesungguhnya Kami orang-orang yang
mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka".

Tujuan dari yang [disebutkan] di atas merupakan usaha untuk meletakkan diri
pada keseimbangan dalam hubungan diri pribadi dengan segala ciptaan Tuhan,
[serta] untuk membantu kesucian/penghapus dosa.

[Hal ini] bertentangan dengan Firman Allah :

        


 

Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan ”


(membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan
.kepada-Nya” (QS. Az-Zumar [39]:2)

Periksa juga surat Al-Kahfi (18): 110,

5
         
          
    
110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Periksa juga surat Az Zumar (39): 65,

        


     
65. dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan
hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi.

Periksa juga surat An Nahl (16): 36,

         
           
        
36. dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu",
Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah
dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan
baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah
s.w.t.

[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah
s.w.t.

Periksa juga surat Al A’rof (7): 59,65,73,85,

          
         
59. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata:
"Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya."

6
Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan
ditimpa azab hari yang besar (kiamat).

            
     
65. dan (kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain
dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"

           
           
           
   
73. dan (kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka
shaleh. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata
kepadamu dari Tuhammu. unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, Maka
biarkanlah Dia Makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya
dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan
yang pedih."

          
          
       
           
85. dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan[552] saudara
mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak
ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti
yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan
dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan
timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi
sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika
betul-betul kamu orang-orang yang beriman".

[552] Mad-yan adalah nama putera Nabi Ibrahim a.s. kemudian menjadi
nama kabilah yang terdiri dari anak cucu Mad-yan itu. Kbilah ini diam di
suatu tempat yang juga dinamai Mad-yan yang terletak di pantai laut merah
di tenggara gunung Sinai.

7
Periksa juga surat An Nisa’ (4): 116,

             
       
116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu)
dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,
Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.

Periksa juga surat Al An’am (6): 88,

           
     
88. Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. seandainya
mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan
yang telah mereka kerjakan.

Periksa juga surat 17: 39.

           
       
39. Itulah sebagian Hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. dan
janganlah kamu Mengadakan Tuhan yang lain di samping Allah, yang
menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam Keadaan tercela
lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).

2. Tentang Sesajen

“Makiyadi sandyan malingga renbebanten kesaraban kerahupan dinamet


deninhuan keletikaneng rinubebarening………..”

Sesajen tujuannya memberi makan leluhur pada waktu hari tertentu atau
dilakukan pada setiap hari. [Dilakukan] untuk memberikan keselamatan kepada
yang masih hidup, juga persembahan kepada Tuhan yang telah memberikan
sinar suci kepada para Dewa. Karena pemujaan tersebut dianggap
mempengaruhi serta mengatur gerak kehidupan, bagi mereka yang masih
menginginkan kehidupan [dan] hasil/rezeki di dunia akan mengadakan pemujaan
dan persembahan ke hadapan para Dewa. [Hal ini] juga terdapat pada kitab
Bagawatgita hal. 7 no. 22, yang artinya “Diberkati dengan kepercayaan itu, dia
mencari penyebab apa yang dicita-citakan”.

8
[Masalah ini] bertentangan dengan Firman Allah :

             
   

”Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan
tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat
(yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-
orang yang zalim."(QS. Yunus [10]:106)

3. Tentang Wanita Hamil

Selama bayi dalam kandungan dibuatkan tumpeng selamatan (telonan,


tingkepan). [Hal ini] terdapat dalam kitab Upadesa hal. 46. Dan setelah bayi lahir,
ari-ari[nya] terlebih dahulu dibersihkan dan dicampurkan dengan bunga, dan
kemudian dimasukkan dalam kelapa/kendil untuk kemudian ditanam. Bila
perempuan di kiri pintu, bila laki-laki di kanan pintu dan diadakan genduri
(sepasar, selapan, telonan, dst)

Tentang bunga:

Putih : Dewa Brahma

Merah : Dewa Wisnu

Kuning : Dewa Syiwa

4. Tentang Penyembelihan Kurban

Penyembelihan kurban untuk orang mati pada hari naasnya (hari 1,7,4,….1000)
[terdapat] pada kitab Panca Yadnya hal. 26, Bagawatgita hal. 5 no. 39 yang
berbunyi “Tuhan telah menciptakan hewan untuk upacara korban, upacara
kurban telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan dunia.” (Mewedha, yasinan,
tahlilan)

Bertentangan dengan Firman Allah :

"Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS.An-Al’aam [6]: 162).

9
Lihat juga 27: 80, dan 35: 22

5. Tentang Kuade/Kembar Mayang

Kuade merupakan hasil karya dan sebagai simbol pada manusia atas
kemurahan para Dewa-Dewa. Sedang kembar mayang sebagai penolak balak
dan lambang kemakmuran.

Kita harus yakin atas pertolongan Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

           
        
160. jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu;
jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan
yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah
kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.(QS. Ali Imron [3]: 160)

Sesuai perintah Alloh [mengenai] jalan keselamatan:

         


           
  
15. Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia
berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka
Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa
tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami
mengutus seorang rasul. (QS.Al-Isro’[17]: 15).

Periksa juga QS Az-Zumar (39): 55

         
      
55. dan ikutilah Sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu[1315]
sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,

[1315] Maksudnya: Al Quran

6. Tentang Mendirikan Rumah

Pada dasarnya rumah yang baru lulus [selesai dibangun], melakukan [hal-hal]
sebagai berikut:

10
a. Membuat carang pendoman (takir)

b. Peralatan jangga wari (tikar, kasur, bantal, sisir, cermin)

7. Tentang Hari/Saptawara [berkaitan dengan mencari rezeki]

Minggu Raditya 5 [arah Timur]

Senin Soma 4 [arah Utara]

Selasa Anggoro 3 [arah Barat Daya]

Rabu Buda 7 [arah Barat]

Kamis Respati 8 [arah Tenggara]

Jum’at Sukra 6 [arah Timur Laut]

Sabtu Sanescara 9 [arah Selatan]

Palawara hari:

Tumanes Legi 5

Pahing 9

Pon 7

Wage 4

Kliwon 8

8. Tentang Pujian

[yakni yang dilakukan sesudah adzan untuk menunggu iqomat] Terdapat pada
kitab Rig Weda hal. 10 :”Tunja tunji ya utari stoma indrastya wajrinah nawidhi
asia sustutim” Artinya: ‘Makin tinggilah pujian kami dalam nyanyian kepada Dewa
Indra Yang Perkasa’.

[Hal ini] bertentangan dengan Firman Alah :

11
         
      
205. dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah
kamu Termasuk orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’roof [7]: 205).

Periksa juga QS. Al A’rof (7): 55,

         


55. Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas[549].

[549] Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.

Periksa juga QS. Maryam (19): 1,2,3

          
  
1. Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad[897].

2. (yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-
Nya, Zakaria,

3. Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.

[897] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al
Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya.
diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena
dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya.
golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada
pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian
Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa
Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf
abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya
buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran
itu.

BERIKUT INI DIKUTIP DARI : TIM PENYUSUN DAN PENELITI NASKAH


BUKU - DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN HINDU DAN BUDHA
 Roh itu bertingkat kedudukannya, berfungsi menunjang kelestarian alam
dan kita yang masih hidup

 Menunjang kehidupan roh tersebut

12
 Meningkatkan kedudukan roh walau di alam Dewata, agar akhirnya
manunggal dengan Brahma dan agar tidak terlahir lagi dalam bumi
[reinkarnasi]

 Bahwa amerta adalah santapan yang diperlukan untuk kelestarian para


dewa dan roh dewa dan roh suci lainnya. Dan apabila kita berhasil
mempersembahkan amerta itu ke hadapan para dewa, maka sebagai
imbalan, roh tersebut yang ada hubungannya dengan kita diampuni dan
dibebaskan serta berhak mendapat tempat yang lebih tinggi

 Bahan baku amerta ialah makanan, minuman serta sari rasa yang sedap.
Inilah yang dibutuhkan makhluk itu

 Dengan memenuhi persyaratan, kita bisa memohon amerta untuk


kepentingan pribadi maupun dewa dan roh yang lain. Dengan
mengorbankan makanan [dan] minuman tertentu dapat dijadikan bahan
dasar permohonan. Semakin banyak persembahan atau kurban akan
semakin baik. Dan amerta semakin banyak, akhirnya roh pemohon
bersama dengan bahan [menyebar] ke alam sekitar melalui suara dengan
pemujaan, genta, dan asap dupa.

 Slametan memberikan kekuatan hidup para dewa, memberikan ampunan


kepada roh yang berdosa, [dan] dapat memberikan kesucian pada roh
yang sudah diampuni dosanya.

 Akan tetapi kalau tidak, slametanasura akan bebas mengganggu


manusia. Banyak orang sakit, kesurupan, roh orang yang baru meninggal
mengikuti sanak keluarga

 Para dewa akan puas kalau [diadakan] genduri. Sesaji roh suci itu pun
akan sering turun ke bumi sebagai tamu luhur bagi masyarakat pemuja
sekaligus menurunkan berkah subur makmur panen berlimpah. Dewa
akan turun keseluruhan dengan berpasangan, menyantap genduri [dan]
sesajen yang dipersembahkan.

Subhanakallohumma wa bihamdihi, asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa


astaghfiruka wa atuubu ilaika Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamin

APAKAH 3 BULANAN, 7 BULANAN BAGIAN DARI AJARAN ISLAM?

Apakah 3 bulanan (Telonan), 7 bulanan (Mitoni dan Tingkepan) masa


kehamilan, bagian dari Ajaran Islam ?

13
Seorang mantan Pandita Hindu ditanya;

Pertanyaan : Apakah Telonan, Mitoni dan Tingkepan dari ajaran Islam ?


[Telonan : 3 bulan masa kehamilan, Mitoni dan Tingkepan : 7 Bulan masa
kehamilan]

Jawab : Telonan, Mitoni dan Tingkepan yang sering kita jumpai di tengah-tengah
masyarkat adalah teradisi masyarakat Hindu. Upacara ini dilakukan dalam
rangka memohon keselamatan anak yang ada di dalam rahim (kandungan).
Upacara ini biasa disebut Garba Wedana [garba : perut, Wedana : sedang
mengandung]. Selama bayi dalam kandungan dibuatkan tumpeng selamatan
Telonan, Mitoni, Tingkepan [terdapat dalam Kitab Upadesa hal. 46]

Intisari dari sesajinya adalah :

1. Pengambean, yaitu upacara pemanggilan atman (urip)

2. Sambutan, yaitu upacara penyambutan atau peneguhan letak atman (urip)


pada si jabang bayi

3. Janganan, yaitu upacara suguhan terhadap "Empat Saudara" [sedulur


papat] yang menyertai kelahiran sang bayi, yaitu : darah, air, barah, dan ari-ari
[orang Jawa menyebut : kakang kawah adi ari-ari]

Hal ini dilakukan untuk panggilan kepada semua kekuatan-kekuatan alam yang
tidak kelihatan tapi mempunyai hubungan langsung pada kehidupan sang bayi
dan juga pada panggilan kepada Saudara Empat yang bersama-sama ketika
sang banyi dilahirkan, untuk bersama-sama diupacarai, diberi pensucian dan
suguhan agar sang bayi mendapat keselamatan dan selalu dijaga oleh unsur
kekuatan alam.

Sedangkan upacara terhadap ari-ari, ialah setelah ari-ari terlepas dari si bayi lalu
dibersihkan dengan air yang kemudian dimasukkan ke dalam tempurung kelapa
selanjutnya dimasukkan ke dalam kendil atau guci. Ke dalamnya dimasukkah
tulisan "AUM" agar sang Hyang Widhi melindungi. Selain itu dimasukkan juga
berbagai benda lain sebagai persembahan kepada Hyang Widhi. Kendil
kemudian ditanam di pekarangan, dikanan pintu apabila bayinya laki-laki, dikiri
pintu apabila bayinya perempuan.

14
Kendil yang berisi ari-ari ditimbun dengan baik, dan pada malam harinya diberi
lampu, selama tiga bulan. Apa yang diperbuat kepada si bayi maka diberlakukan
juga kepada Saudara Empat tersebut. Kalau si bayi setelah dimandikan, maka
airnya juga disiramkan kepada kendil tersebut. (Kitab Upadesa, tentang ajaran-
ajaran Agama Hindu, oleh : Tjok Rai Sudharta, MA. dan Drs. Ida Bagus Oka
Punia Atmaja, cetakan kedua 2007)

Dikutip dari buku : Santri Bertanya Mantan Pendeta (Hindu) Menjawab


__________________________

1. KEPUTUSAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA (NU) KE-5

Di Pekalongan, pada tanggal 13 Rabiul Tsani 1349 H / 7 September 1930 M.


Lihat halaman : 58.

Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya melempar kendi yang penuh air hingga pecah pada waktu
orang-orang yang menghadiri UPACARA PERINGATAN BULAN KE TUJUH dari
umur kandungan pulang dengan membaca shalawat bersama-sama, dan
dengan harapan supaya mudah kelahiran anak kelak. Apakah hal tersebut
hukumnya haram karena termasuk membuang-buang uang (tabzir) ?

Jawab :

Ya, perbuatan tersebut hukumnya H A R A M karena termasuk tabdzir.


2. KEPUTUSAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA (NU) KE-7

Di Bandung, pada tanggal 13 Rabiul Tsani 1351 H / 9 Agustus 1932 M.


Lihat halaman : 71.

Menanam ari-ari (masyimah/tembuni) hukumnya BOLEH. Adapun menyalakan


lilin (lampu) dan menaburkan bunga-bunga di atasnya itu hukumnya HARAM,
karena membuang-buang harta (tabzir) yang tidak ada manfa'atnya.

Wallahu 'alam.

15
SELAMATAN NUJUH BULANAN DALAM PANDANGAN ISLAM

Bismillah...

Pertanyaan:

Apakah ada dasar hukum selamatan kehamilan, seperti 3 bulanan atau 7


bulanan (bahasa Jawa : Mitoni). Pada acara tersebut juga disertai dengan
pembacaan diba’. Terus terang saya belum pernah membaca riwayat tentang
selamatan seperti di atas pada masa Rasulullah. Mohon penjelasannya

Jawab:
Selamatan kehamilan, seperti 3 bulanan atau 7 bulanan (Nujuh Bulanan) [*],
tidak ada dalam ajaran Islam. Itu termasuk perkara baru dalam agama.

Dan semua perkara baru dalam agama adalah bid’ah, dan semua bid’ah
merupakan kesesatan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

‫ة‬ ‫ة‬ ‫ب‬


‫لوإبلياَككدم ٍلوكدملدلثاَت ٍادلككموُبر ٍفلبإلن ٍككلل ٍ كدملدثلة ٍبددلعةة ٍلوككلل ٍبددلعة ٍ ل‬
‫ضلللة‬
"Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru
(dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah merupakan kesesatan".
(HR Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi, 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al
‘Irbadh bin Sariyah).

Kemudian, jika selamatan kehamilan tersebut disertai dengan keyakinan akan


membawa keselamatan dan kebaikan, dan sebaliknya jika tidak dilakukan akan
menyebabkan bencana atau keburukan, maka keyakinan seperti itu merupakan
kemusyrikan. Karena sesungguhnya keselamatan dan bencana itu hanya di
tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala semata. Allah berfirman:

               
 

16
76. Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak
dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" dan Allah-lah
yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(QS Al Maidah:76).

Demikian juga dengan pembacaan diba’ pada saat perayaan tersebut, ataupun
lainnya, tidak ada dasarnya dalam ajaran Islam. Karena pada zaman Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat, diba' itu tidak ada.
Diba’ yang dimaksudkan ialah Maulid Ad Daiba’ii, buku yang berisi kisah
kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan pujian serta
sanjungan kepada Beliau. Banyak pujian tersebut yang ghuluw (berlebihan,
melewati batas). Misalnya seperti perkataan:

Dahi Beliau (Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ) seperti fajar,


rambut depan Beliau seperti malam, hidung Beliau berbentuk (huruf) alif,
mulut Beliau berbentuk (huruf) mim, alis Beliau berbentuk (huruf) nun,
pendengaran Beliau mendengar suara qolam (pena yang menulis taqdir),
pandangan Beliau menembus tujuh lapisan (langit atau bumi).

(Lihat Majmu’atul Mawalid, hlm. 9, tanpa nama penerbit. Buku ini banyak dijual di
toko buku-toko buku agama).

Kalimat “pendengaran Beliau mendengar suara qolam (pena yang menulis


taqdir)”, jika yang dimaksudkan pada saat mi’raj saja, memang benar,
sebagaimana telah disebutkan di dalam hadits-hadits tentang mi’raj. Namun jika
setiap saat, maka ini merupakan kalimat yang melewati batas. Padahal
nampaknya, demikian inilah yang dimaksudkan, dengan dalil kalimat berikutnya,
yaitu kalimat “pandangan Beliau menembus tujuh lapisan (langit atau bumi)”.
Dan kalimat kedua ini juga pujian ghuluw (melewati batas). Karena
sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengetahui
perkara ghaib. Yang mengetahui perkara ghaib hanyalah Allah Azza wa Jalla .
Allah berfirman:

           
   
65. Katakanlah: "tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara
yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.
(QS An Naml:65).

‘Aisyah Radhiyallahu 'anha, istri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, pernah


menerima tuduhan keji pada peristiwa “haditsul ifk”. Dan Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam tidak mengetahui kebenaran tuduhan tersebut, sampai kemudian

17
turun pemberitaan dari Allah dalam surat An Nuur yang membersihkan ‘Aisyah
dari tuduhan keji tersebut. Dan buku Maulid Ad Daiba’ii berisi hadits tentang Nur
(cahaya) Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang termasuk hadits palsu.

Dalam peristiwa Bai’atur Ridhwan, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam


tidak mengetahui hakikat berita kematian Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu 'anhu ,
sehingga terjadilah Bai’atur Ridhwan. Namun ternyata, waktu itu Utsman
Radhiyallahu 'anhu masih hidup. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala
memerintahkan RasulNya untuk mengumumkan:

           
             
     
50. Katakanlah: aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada
padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan
kepadamu bahwa aku seorang malaikat. aku tidak mengikuti kecuali apa yang
diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang
melihat?" Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (QS Al An’am:50).

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, bagaimana mungkin seseorang boleh


mengatakan “pandangan Beliau menembus tujuh lapisan (langit atau bumi)”?

Semoga jawaban ini cukup bagi kita. Kesimpulan yang dapat kita ambil, bahwa
selamatan kehamilan [1] dan pembacaan diba’ termasuk perbuatan maksiat,
karena termasuk bid’ah.

Catatan sendiri:

PERHATIAN
[*] Mitoni/Telonan dan tingkepan (tujuh bulanan) yang sering kita jumpai di
tengah-tengah masyarakat adalah termasuk tradisi agama hindu (ini kesaksian
mantan Pendeta Hindu yang masuk Islam).

Upacara ini dalam rangka memohon keselamatan anak yang ada dalam rahim
(kandungan). Upacara ini biasa disebut GARBA WEDANA. Garba artinya perut,
Wedana artinya yang lagi mengandung.

Selama bayi dalam kandungan di buatkan TUMPENG selamatan telonan,


tingkepan. Ini terdapat dalam kitab UPADESA halaman 46.
Adapun intisari sesajinya antara lain :

18
a. Pengambean, yaitu upacara pemanggilan atman (urip)

b. Sambutan, yaitu acara pembetulan letak cabang bayi

c. Janganan, yaitu suguhan terhadap EMPAT SAUDARA yang menyertai


kelahiran sang bayi. yaitu : Darah, Air (ketuban), barah dan ari-ari
(masyimah/tembuni).

[1] termasuk selamatan 4 bulanan

_______________
Sumber: http://www.abuayaz.blogspot.com/

19

Anda mungkin juga menyukai