Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III TEBINGTINGGI
Jalan Diponegoro Denpasar Bali (80114)
Telepon. (0361) 227911-15, 225482,223869, Faximile: (0361)224206

LAPORAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)


PELAPORAN HASIL KRITIS LABORATORIUM
I. Latar Belakang
Pemeriksaan penunjang merupakan suatu pemeriksaan medis yang dilakukan atas
indikasi medis tertentu guna memperoleh keterangan-keterangan yang lebih lengkap.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu menegakkan diagnostik tertentu. Salah satunya
adalah pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi
yang berharga untuk membedakan, mengkonfirmasikan diagnosis, menilai status klinis
pasien, mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis atau nilai kritis (critical value) adalah hasil
pemeriksaan laboratorium yang secara signifikan diluar rentang nilai normal pemeriksaan
sehingga memberi indikasi risiko tinggi atau kondisi yang mengancam keselamatan jiwa.
Pelaporan nilai kritis bertujuan mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien rumah sakit
dan meningkatkan efektivitas komunikasi yang efektif terhadap pelaporan nilai kritis (critical
value).
Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis merupakan proses melaporkan
critical value oleh analis ke dokter atau ruangan yang meminta pemeriksaan laboratorium
tersebut.Tujuan dari penetapan critical value adalah untuk meningkatkan pelayanan pasien
dengan memberikan informasi hasil laboratorium pasien yang masuk dalam katagori kritis
kepada klinisi sehingga pasien mendapatkan tindakan medis segera. Pelaporan hasil
laboratorium kritis (critical value) disampaikan kepada dokter penanggung jawab pasien
melalui perawat ruangan dalam jangka waktu kurang dari 30 menit setelah hasil diautorisasi
oleh dokter. Kebijakan adanya penyampaian critical value berdasarkan Keputusan Direktur
Utama Nomor HK.02.04/IV.C11.D23/0742/2015 tentang Kebijakan Pelayanan Laboratorium
Rumah Sakit Bhyangkara TK III Tebing Tinggi.
Salah satu indikator mutu pelayanan yang ditetapkan oleh Rumah Sakit
Bhayangkara TK III Tebing Tinggiuntuk bisa terakreditasi secara internasional adalah
pelaporan hasil dengan nilai kritis (critical value). Indikator yang ditetapkan adalah
tercapainya pelaporan critical value dalam waktu 30 menit sampai ke DPJP. Pelaporan
critical value di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bhayangkara TK III Tebing Tinggi
pada tahun 2015 rata-rata mencapai 82 % dengan target pencapaian 90%. Sementara
itu,rata-rata pelaporan hasil critical value pada bulan Januari-Maret 2016 mencapai 84%
dengan target pencapaian sebesar 100%. Belum tercapainya target tersebut menimbulkan
beberapa permasalahan yaitu terlambatnya penanganan pasien oleh dokter penanggung
jawab pasien (DPJP) yang dapat berdampak pada keselamatan pasien serta terlambatnya
diagnosa pasien mempengaruhi diagnosis, prognosis, atau terapi.
Pada sebuah jurnal penelitian American Society of Clinical Pathologists mengenai
pelaporan critical value tahun 2006 menyebutkan, dengan adanya Laboratory Information
System (LIS) pelaporan hasil critical value dapat tersampaikan rata-rata dalam waktu 22
menit. Dalam penelitiannya juga menyebutkan adanya keterlambatan pelaporan critical
value pada pasien rawat jalan berhubungan dengan jenis pemeriksaan yang diminta.
Sedangkan, pada pasien rawat inap disebabkan karena tidak tercantumnya nama dokter
atau lokasi pasien dirawat pada formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.
Pada evaluasi indicator klinik Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta
tahun 2013 menyebutkan jumlah nilai kritis yang disampaikan kepada dokter yang merawat
pasien selama periode April - Desember 2013 sebanyak 867. Persentase pelaporan pada
masing - masing sub laboratorium yaitu, sub laboratorium mikrobiologi 48%, sub
laboratorium kimia 36%, sub laboratorium imunologi 9%, dan sub labortaorium hematologi
7%.Turnaround time penyampaian nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium pada Instalasi
Laboratorium Klinik dengan target < 15 menit adalah sekitar 83-100%.
Mengingat adanya permasalahan yang muncul sebagai akibat dari terlambatnya
pelaporan critical value, maka perlu dilakukan berbagai upaya perbaikan agar target
pelaporan critical value dapat tercapai.
Terkait dengan hal tersebut di atas, telah dilakukan pertemuan koordinasi dengan
bidang pelayanan penunjang, Instalasi Teknologi Informasi, Bidang Pelayanan Medik,
Bidang Keperawatan, dan IPS PGS. Dari hasil pertemuan tersebut ditemukan permasalahan
sebagai berikut:
1. Sistem dan sarana penunjang pelaporan nilai kritis belum maksimal
2. Belum tersedia system pelaporan yang dapat dilihat disetiap ruang perawatan pasien
3. Jumlah pemeriksaan laboratorium yang semakin banyak sehingga terjadi
keterlambatan pelaporan nilai kritis
4. Pengetahuan dan kemauan petugas dalam pelaporan dan dokumentasi pelaporan
nilai kritis perlu ditingkatkan
5. Tingkat kepatuhan petugas dalam melaksanakan SPO perlu ditingkatkan
6. Kertas dan tinta printer habis
7. Adanya gangguan kerja terhadap petugas laboratorium, berupa banyaknya orang
yang berlalu-lalang dan meminta copy hasil dalam kondisi laboratorium yang sempit
8. Pelaporan nilai kritis masih dilakukan secara manual
9. Terbatasnya jumlah telepon ( tidak ada telepon khusus untuk pelaporan nilai kritis )
10. Perbaikan sistem LIS untuk mempercepat pelaporan nilai kritis segera dilakukan

Alur pelaporan hasil kritis laboratorium adalah sebagai berikut:

Mulai

Ada hasil kritis yang sudah


diauthorisasi oleh dokter.

Petugas laboratorium
menghubungi perawat
ruangan untuk
menyampaikan hasil kritis

Perawat Ruangan
menyampaikan hasil kritis
kepada DPJP dan Residen
dan mencatat di Log Book

DPJP/Residen menerima
laporan hasil kritis dan
memberikan instruksi
tindakan selanjutnya
berdasarkan hasil kristis

Selesai

Selanjutnya untuk dapat memecahkan permasalahan di atas, maka dibentuklah Tim FMEA
yang terdiri dari berbagai unsur terkait. Daftar Tim FMEA yang dibentuk adalah sebagai
berikut:
Dr. I G B Ken Wirasandi, MARS (Koordinator)
Dr. Ida Ayu Putri Wirawati, SpPK (Sekretaris)
Dr. Nyoman Sindhu Adiputra (Anggota)
Rini Riowati, BSc (Anggota)
Ni Nyoman Suardani, AMDAK (Anggota)
Komang Novita Yulia Anggraeni (Anggota)
I Gusti Ngurah Wiratanaya (Anggota)
Made Indah Kesuma Dewi (Anggota)

II. Langkah-langkah FMEA


a. Langkah 1: Menentukan proses berisiko tinggi dalam pelaporan hasil kritis.
Langkah ini diawali dengan mendiskusikan proses pelaporan hasil kritis di Rumah Sakit
Bhayangkara TK III Tebing Tinggidan menentukan risiko-risiko yang terjadi pada setiap
proses.

Proses pelaporan hasil kritis saat ini:

Petugas DPJP/Residen
laboratorium Perawat menerima
Ada hasil menghubungi Ruangan laporan hasil
kritis yang perawat menyampaika kritis dan
sudah ruangan n hasil kritis memberikan
diauthorisa untuk kepada DPJP instruksi
si oleh menyampaika dan Residen tindakan
dokter. n hasil kritis dan mencatat selanjutnya
di Log Book berdasarkan
hasil kristis

b. Langkah 2: Menyusun diagram proses


Proses tersebut dapat digambarkan dalam alur sebagai berikut:

Petugas laboratorium
menghubungi perawat
ruangan untuk
menyampaikan hasil kritis

Perawat Ruangan
menyampaikan hasil kritis
kepada DPJP dan Residen
dan mencatat di Log Book

DPJP/Residen menerima
laporan hasil kritis dan
memberikan instruksi
tindakan selanjutnya
berdasarkan hasil kristis
c. Langkah 3: Mengidentifikasi kemungkinan kegagalan dalam setiap proses yang terjadi

Proses Modus Kegagalan

Petugas laboratorium 1. Kepatuhan petugas laboratorium dalam melaporkan hasil


menghubungi perawat kritis yang tidak konsisten
ruangan untuk 2. Sarana komunikasi yang tidak optimal
menyampaikan hasil kritis

Perawat Ruangan 1. Kepatuhan petugas ruangan dalam melaporkan kepada


menyampaikan hasil kritis DPJP/residen yang tidak konsisten.
kepada DPJP dan Residen 2. Sarana komunikasi yang tidak optimal
dan mencatat di Log Book

DPJP/Residen menerima
laporan hasil kritis dan
memberikan instruksi 1. Kepatuhan terhadap SOP yang belumn optimal
tindakan selanjutnya
berdasarkan hasil kristis

Potensi dari efek kegagalan dan penyebabnya adalah seperti pada tabel di bawah ini:
Potensi kegagalan Potensi
Langkah penyebab/Mekanisme
No Potensi Kegagalan dan efeknya
Proses Kegagalan
(Konsekuensi)
1 Petugas 1. Kepatuhan petugas Pelaporan kepada - Petugas kurang
laboratorium laboratorium dalam perawat ruangan memahami SPO
menghubungi melaporkan hasil kritis tertunda atau tidak hasil kritis
perawat yang tidak konsisten terlaporkan - Beban kerja
ruangan
untuk petugas tinggi pada
menyampaik jam sibuk (peak
an hasil kritis Hours)

2. Sarana komunikasi Pelaporan kepada - Penggunaan


yang tidak optimal perawat ruangan telepon ruangan
tertunda atau tidak untuk keperluan lain
(selain cv)
terlaporkan
- Kerusakan telepon
ruangan
2 Perawat 1. Kepatuhan petugas Pelaporan kepada - Petugas kurang
Ruangan ruangan dalam perawat ruangan memahami SPO
menyampaik melaporkan kepada tertunda atau tidak hasil kritis
an hasil kritis DPJP/ residen yang terlaporkan
kepada tidak konsisten.
DPJP dan 2. Sarana komunikasi Pelaporan hasil - Penggunaan
Residen dan yang tidak optimal kritis tertunda atau telepon RS yang
mencatat di tidak terlaporkan sangat sibuk
Log Book sehingga operator
sulit dihubungi
- Kerusakan telepon
ruangan/RS
3 DPJP/Reside 1. Kepatuhan terhadap Tidak ada tindak Tidak memahami
n menerima SOP yang belumn lanjut dari hasil SPO hasil kritis.
laporan hasil optimal kritis
kritis dan
memberikan
instruksi
tindakan
selanjutnya
berdasarkan
hasil kristis

Penentuan tingkat keparahan RPN proses 1:

Potensi Ken Penyebab Likeli Gap Detek RPM


kegagalan sek hood Kontrol si
Langkah Potensi dan uen
No
Proses Kegagalan efeknya si
(Konsekue
nsi)
1 Petugas 1. Kepatuhan Pelaporan 4 - Petugas 5 Kurangnya 4 80
laboratoriu petugas kepada kurang sosialisasi
m laboratoriu perawat memaha SPO
menghubu m dalam ruangan mi SPO
ngi melaporka
perawat tertunda hasil kritis
n hasil
ruangan atau tidak 4 - Beban 4 Analisis 3 48
kritis yang
untuk tidak terlaporkan kerja beban kerja
menyamp konsisten petugas belum baik
aikan hasil tinggi
kritis pada jam
sibuk
(peak
Hours)

3. Sarana Pelaporan 4 - Pengguna 3 Saran 4 48


komunika kepada an komunikasi
si yang perawat telepon kurang
tidak ruangan ruanganu memadai
optimal ntuk
tertunda keperluan
atau tidak lain
(selain cv)
terlaporkan 4 - Kerusaka 3 Pemelihara 3 36
n telepon an sarana
ruangan yang tidak
optimal
4 - Belum 4 Belum 5 80
memanfa dikembangk
atkan IT an sistem IT
untuk
untuk
penyamp
aian hasil penyampaia
kritis n hasil kritis
2 Perawat 3. Kepatuha Pelaporan 4 - Petugas 4 Kurangnyas 4 64
Ruangan npetugasr kepada kurang osialisasida
menyamp uanganda perawat memaha nsimulasi
aikan hasil lammelap ruangan mi SPO SPO
kritis orkankep
kepada tertunda hasil kritis
ada
DPJP dan atau tidak
DPJP/resi
Residen den yang
terlaporkan
dan tidakkonsi
mencatat sten.
di Log
Book
4. Saranako Pelaporan 4 - Pengguna 3 Saran 4 48
munikasi hasil kritis an komunikasi
yang tidak tertunda telepon kurangmem
optimal RS yang
atau tidak adai
sangat
terlaporkan sibuk
sehingga
operator
sulit
dihubungi

4 - Kerusaka 4 Pemelihara 3 48
nteleponr ansarana
uangan/R yang tidak
S optimal
3 DPJP/Res 2. Kepatuha Tidakadatin 4 Tidakmema 4 Kurangnyas 4 64
iden nterhadap daklanjutdar hami SPO osialisasi
menerima SOP yang ihasilkritis hasilkritis. SPO
laporan belumn danbelumdil
hasil kritis optimal
dan akukannyas
memberik imulasi
an
instruksi
tindakan
selanjutny
a
berdasark
an hasil
kristis
Melakukandesainulang
Dalamrangkamencegahterjadinyakemungkinantertundanyapenyampaianhasilkritislabora
torium, makadiputuskanmenetapkandesainbarudari system pelaporanhasilkritis di
RSUP Sanglah. Penetapandesainbaruiniadalahuntukmengatasikelemahanyang
adapadadesain yang lama. Jikadibandingkanantaradesain yang lama dengan yang
baruadalahsebagaiberikut:

N Disain Lama Disainbaru


o
1 Tidakmemanfaatkan IT Memanfaatkan IT
untukpenyampaianhasildari lab keruangan untukpenyampaianhasilkritiskeru
angan

2 Sosialisasi SPO belum optimal Sosialisaisecara periodic setiap 3


danbelumdilakukansimulasi bulandanbilaadapegawaibaru

3 Analisisbebankerjakurangtajamuntukkebutuha Analisiskerja yang


ntenaga lebihtajamuntukpemenuhantenag
a

4 Pemeliharaansaranakomunikasikurang optimal Pemeliharaansaranakomunikasile


bih optimal.

Analisis RPM desainbaru:


N Desain Lama RPN Desain Lama RPN DesainBaru Persent
o Kons Likeli Det RPN Kons Likeli Dete RPN asepen
ekue hood eksi ekue hood ksi urunan
nsi nsi
1 Tidakmemanfaat 4 4 5 80 4 2 1 8 90%
kan IT
untukpenyampai
anhasildari lab
keruangan
2 Pelaksanaandan 4 4 5 80 4 2 1 8 90%
simulasi SPO
belum optimal
3 Analisisbebanker 4 4 3 48 4 3 3 36 25%
jakurangtajamunt
ukkebutuhantena
ga
3 Pemeliharaansar 4 4 3 48 4 3 4 36 25%
anakomunikasiku
rang optimal

Dari hasilanalisis RPN disainbarumakadisepakatiuntukmelakukandisainulangterhadap


proses pelaporanhasilkritisdenganmelakukan:
1. Pemanfaatan IT untukpenyampaianhasilkritisdarilaboratoriumkeruangperawatan
2. Sosialisasi system/SPO barupelaporanhasilkritiskepadaPerawatruangan,
dokterdanpetugaslaboratoriumsecara periodic

Sedangkan Action Plan dariimplementasidisain yang barusebagaiberikut:


N Action Plan Person In Tim
o Charge e
1 Mengembangkan system IT Dr. 17
untukpenyampaianhasilkritisdarilaboratoriumkeruangperawat Yanson Juni
an 201
6
2 Sosialisasi SPO dan system barukepadadokter, Dr. Ken 28
perawatdanpetugaslaboratorium Wirasand Juni
i 201
6
3 Implementasi system baru Dr. Ken, 1
Dr. Juli
Yanson 201
6

Saran:
1. Pengembangan system IT
untupenyampaianhasilkritisdarilaboratoriumkeruangperawatan
2. Sosialisasi SPO dan system barukepadadokter,
perawatdanpetugaslaboratoriumsecaraperiodic

Denpasar, 8Juni 2016

Dr. Ida AyuPutriWirawati, SpPK


NIP. 196110051987092001

Anda mungkin juga menyukai