Anda di halaman 1dari 12

KONSEP BUDAYA BELAJAR

SOSIO-ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Sosio-Antropologi Pendidikan
Dosen pembimbing : Agus Sudarsono, M.Pd

Disusun oleh :
1. Lintang Ayu T.W ( 14416241001 )
2. Aditya Rais Muhammad (14416241005 )
3. Ukhti Maghfira (14416241016 )
4. Azola Hawa Mustika (14416241040 )
5. Caecilia Erika Pawestri (14416241047 )

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya belajar sangat diperlukan dalam pembelajaran Sosio-Antopologi, di mana
budaya belajar dipandang sebagai sistem pengetahuan menyiratkan, budaya belajar
berfungsi sebagai “pola bagi kehidupan manusia” yang menjadikan pola tersebut
berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara bersama sebagai
sebuah pedoman, budaya belajar digunakan juga untuk memahami dan
menginterprestasikan lingkungan dan pengalaman, budaya belajar juga di pandang
sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya baik berupa lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial dan budaya belajar juga dipandang sebagai model-model
pengetahuan manusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok
sosial untuk menafsiran benda, tindakan, dan emosi dalam lingkungannya.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian kebudayaan ?
2. Apa pengertian budaya belajar ?
3. Apa syarat kebutuhan hidup dalam system pengetahuan belajar dan budaya belajar
dalam proses adaptasi ?
4. Bagaimana kebudayaan dapat diperoleh dari belajar ?
5. Bagaimana sifat budaya belajar ?
6. Bagaimana konsep budaya belajar dalam lingkup sekolah ?

C. Tujuan
1. Untuk menengetahui pengertian dari kebudayaan.
2. Untuk mengetahui pengertian dari budaya belajar.
3. Untuk mengetahui syarat kebutuhan hidup dalam system pengetahuan belajar.
4. Untuk mengetahui kebudayaan dapat diperoleh dari belajar.
5. Untuk mengetahui sifat dan fungsi budaya belajar.
6. Untuk mengetahui konsep budaya belajar dalam lingkup sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan dapat dipandang sebagai cara-cara mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi. Ada masalah yang universal seperti memenuhi kebutuhan biologis. Namus tiap
masyarakat kemilih cara yang dianggap paling sesuai sehingga tidak ada dua masyarakat
yang.
Kebudayaan dipengaruhi oleh lingkungan fisik seperti ilkim, topografi, kekayaan
alam, dan sebagainya. Kebudayaan daerah tropis berbeda dengan kebudayaan di daerah
dingin, kebudayaan daerah gurun berbeda dengan kebudayaan yang berhutan. Namun
manusie tidak semata-mata pasif. Adanya barang tambang tidak dengan sendirinya
menimbulkan industri. Untuk itu diperlukan inisiatif individu.
Kebudayaan juga dipengaruhi oloeh kontak dengan kebudayaan lain yang dipercepat
oleh perkembangan komunikasi dan transportasi. Yang dipinjam biasanya hal-hal yang
berguna untuk memecahkan masallah-masalah atau sebagai alat untuk mencapai tujuan
masyarakat.
Dalam kebudayaan dapat dibedakan kebudayaan eksplisit yang dapat diamati secara
langsung dalam kelakuan verbal pada anggota-anggota masyarakat. Kelakuan eksplisit
misalnya dapt kita lihat pada kelakuan dua orang atau lebih dalam situasi-situasi normal
menurut peranan masing-masing misalnya dalam interaksi suami-isteti, orang tua-anak,
gru-murid, atasan-bawahan, dan sebagainya. Kebudayaan implisit terdiri atas
kepercayaan, nilai-nilai dan norma-norma yang dapat ditafsirkan ahli antropologi untuk
menjelaskan berbagai kelakuan masyarakat.
Dengan nilai-nilai kebudayaan anggota masyarakat mengetahui apakah yang layak,
pantas, baik, dan seharusnya. Nilai-nilai dapat bersifat positif yakni apa yang ingin
diinginkan dan negatif yakni apa yang tidak diinginkan, misalnya soal kebersihan dan
kesopanan, atau soal penipuan dan kekerasan.
Dengan norma-norma dimaksud aturan-aturan kelakuan yang diterima oleh
masyarakat. Di antaranya ada kebiasaan-kebiasaan seperti soal pakaian (menerima tamu
jangan pakai piama, ke pesta hendaknya pakai dasi, waktu kuliah gadis-gadis jangan pakai
celana jeans, dan sebagainya) yang dianggap sopan dan tidak sopan. Melanggar aturan
serupa ini tidak terlalu mendapat hukuman akan tetapi dipandang tidak tahu aturan atau
tak sopan.

B. Pengertian Budaya Belajar


Konsep budaya belajar bersumber dari konsep budaya, tegasnya kebudayaan diartikan
sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
memahami dan menginterprestasikan pengalaman lingkunagnnya serta menjadi kerangka
landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan.
Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-
model pengetahuan manusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau
kelompok social untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya.
Cara pandang budaya belajar sebagai pengetahuan menyiratkan, bahwa budaya belajar
dapat berfungsi sebagai “pola bagi kelakuan manusia” yang menjadikan pola tersebut
berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara bersamaan.. udaya
belajar dapat juga dipandang sebagai adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik
lingkungan berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social. Adaptasi adalah upaya
menyesuaikan dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan
lingkungnya ; atau sebaliknya manusia juga belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat
sesuai dengan keinginan dan tujuan. Kenyataan lain menunjukan, bahwa lingkungan
dengan segala sumberdaya memiliki keterbatsan-keterbatsan, namun pada pihak lain
kebutuhan manusia dalam rangka memenuhi syarat dasar hidupnya setiap saat senantiasa
mengalami peningkatan. Implikasinya pada setiap pembelajaran baik individu maupun
kelompok akan memiliki pilihan strategi yang satu sama lain salaing berbeda. Individu
atau kelompok pembelajar dengan pengetahuan belajarnya akan melihat permasalahan
adanya keterbatasan tersebut dengan cara merespon secara aktif. Permasalahan yang
berlangsung dilingkungannya itu akan berusahan untuk diatasi dengan pembelajaran.
Kemampuan budaya belajar individu atau kelompok social keadaftipanya ditunjukan
untuk memecahkan berbagai persoalan yang timbul dilingkungannya.

C. Syarat Kebutuhan Hidup Dalam System Pengetahuan Belajar


1. Sistem pengetahuan belajar digunakan untuk adaptasi kerangka memenuhi tiga syarat
kebutuhan hidup, yakni :
a. Syarat dasar alamiah
Berupa kebutuhan biologis, seperti pemenuhan kebutuhan makan, minun, menjaga
stamina, menjadi organ-organ tubuh manusia lebih berfungsi, dsb.
b. Syarat kejiwaan
Yaitu pemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan: takut,
keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan jiwa lainnya.
c. Syarat dasar sosial
Merupakan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat
melangsungkan hubungan, dapat mempelajari kebudayaan,dapat mempertahankan
diri dari serangan musuh.
2. Budaya belajar dapat menjadi piranti proses adaptasi manusia dengan lingkungannya,
baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial :
a. ( Bannet: 1976, melalui Agus Sudarsono: 2015 ) menjelaskan bahwa adaptasi
upaya menyesuaikan dalam arti ganda yakni:
1) Manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan lingkungannya
2) (sealiknya ) manusia belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat disesuaikan
dengan keinginan dan tujuannya.
Pada kenyataannya:
1) Manusia memang tidak hanya sekedar menerima lingkungan dengan apa
adanya
2) Manusia belajar untuk menanggapi berbagai masalah yang ada
dilingkungannya.
Oleh karena itu, pada suatu lingkungan masyarakat terdapat ragam bentuk
tindakan belajar individu atau kelompok yang pada dasarnya terdorong oleh sikap
adaptif mereka
b. ( Montagu: 1969, melalui Agus Sudarsono: 2015 ) upaya menusia melakukan
belajar menyesuaikan dengan lingkungannya senantiasa berhubungan dengan
pranata sosial, psikologis, ekonomi, dan juga fisiknya.
c. ( Spradley: 1972, melalui Agus Sudarsono: 2015 ) Budaya belajar dapat dipandag
juga sebagai strategi adaptasi yang berupa model-model pengetahuan belajar yang
mencakup: serangkaian aturan, petunjuk, resep-resep, rencana, strategi yang
dimiliki dan digunakan oleh individu pembelajar untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
D. Kebudayaan Diperoleh dari Belajar
Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara belajar. Dia tidak
diturunkan secara bilogis atau pewarisan melalui unsur genetis. Hal ini perlu ditegaskan
untuk membedakan perilaku manusia yang digerakan oleh kebudayaan dengan perilaku
mahluk lain yang tingkahlakunya digerakan oleh insting. Ketika baru dilahirkan, semua
tingkah laku manusia yang baru lahir tersebut digerakkan olen insting dan naluri. Insting
atau naluri ini tidak termasuk dalam kebudayaan, tetapi mempengaruhi kebudayaan.
Contohnya adalah kebutuhan akan makan. Makan adalah kebutuhan dasar yang tidak
termasuk dalam kebudayaan. Tetapi bagaimana kebutuhan itu dipenuhi; apa yang
dimakan, bagaimana cara memakan adalah bagian dari kebudayaan. Semua manusia perlu
makan, tetapi kebudayaan yang berbeda dari kelompok-kelompoknya menyebabkan
manusia melakukan kegiatan dasar itu dengan cara yang berbeda.
Contohnya adalah cara makan yang berlaku sekarang. Pada masa dulu orang makan
hanya dengan menggunakan tangannya saja, langsung menyuapkan makanan kedalam
mulutnya, tetapi cara tersebut perlahan lahan berubah, manusia mulai menggunakan alat
yang sederhana dari kayu untuk menyendok dan menyuapkan makanannya dan sekarang
alat tersebut dibuat dari banyak bahan. Begitu juga tempat dimana manusia itu makan.
Dulu manusia makan disembarang tempat, tetapi sekarang ada tempat-tempat khusus
dimana makanan itu dimakan.
Hal ini semua terjadi karena manusia mempelajari atau mencontoh sesuatu yang
dilakukan oleh generasi sebelumya atau lingkungan disekitarnya yang dianggap baik dan
berguna dalam hidupnya. Sebaliknya kelakuan yang didorong oleh insting tidak dipelajari.
Semut-semut yang dikatakan bersifat sosial tidak dikatakan memiliki kebudayaan,
walaupun mereka mempunyai tingkah laku yang teratur. Mereka membagipekerjaannya,
membuat sarang dan mempunyai pasukan penyerbu yang semuanya dilakukan tanpa
pernah diajari atau tanpa pernah meniru dari semut yang lain. Pola kelakuan seperti ini
diwarisi secara genetis.

E. Sifat Budaya Belajar


1. Sifat-sifat budaya belajar
a. Budaya belajar dimilki bersama
Sifat budaya belajar yang melekat dalam kebudayaan diciptakan oleh
kelompok manusia secara bersama. Kerana terlahir dari potensi yang dimilki
manusia, maka budaya belajar kelompok itu merupakan suatu karya yang dimilki
bersama. Bermacam-macam jenis kebudayaan tergantung dari pengkategorianya.
Seorang individu akan menjadi pendukung budaya belajar yang bersumber dari
latar belakang etnis, sekaligus menjadi pendukung budaya belajar masyarakat yang
didiaminya.
b. Budaya belajar cenderung bertahan dan berubah
Karena dimiliki bersama, maka kebudayaan cenderung akan dipertahankan
bersama (masyarakat tertutup / statis).namun disisi yang lain karena hasil
kesepakatan untuk diciptakan dan dimiliki bersama, maka kebudayaan juga akan
dirubah manakala terdapat kesepakatan untuk melakukannya secara bersamaan
(masyarakat terbuka / dinamis). Sifat bertahan dan berubah saling berjelintangan
tergantung dari kesepakatan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Dalam
kenyataannya tidak ada suatu kebudayaan masyarakat dunia yang selamanya
bertahan atau tutup atau selamanya terbuka atau berubah.
Umumnya budaya belajar capat atau lambat mengalami perubahan selain
pertahanan, namun yang harus dicatat adalah adanya perbedaan pada level
individu atau kelompok sosial dalam lamanya bertahan atau cepatnya berubah.
Pada batas-batas tertentu jenis budaya akan mencerminkan dalam sifat budaya
belajar yang cenderung terbuka ataupun sebaliknya yaitu cenderung tertutup. Sifat
budaya belajar terwujud dalam bentuk terbuka atau tertutup dipengaruhi oleh
materi pembelajaran apa yang dipandang penting. Materi belajar yang tidak
relevan dan dibutuhkan memungkinkan akan tidak mengembangkan budaya
belajar terbuka demikian sebaliknya.
c. Fungsi budaya belajar untuk pemenuhan kebutuhan manusia
Kebudayaan diciptakan bersama dan dikembangkan bersama karena dipercayai
akan berdaya guna untuk keperluan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
secara individu maupun kolektif. Demikian dengan budaya belajar yang diciptakan
dan dikembangkan oleh manusia dengan maksud sebagai sarana bagi pencapaian
tujuan hidupnya. Yakni memenuhi kebutuhan hidup pada hari dan masa yang akan
datang. Ada tiga dasar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia bengan
budaya belajarnya, yakni :
1) syarat dasar alamiah yakni syarat pemenuhan kebutuhan biologis
2) syarat kejiwaan atau psikologis yakni syarat kebutuhan untuk sehat secara
kejiwaan
3) kebutuhan dasar sosial yakni kebutuhan untuk berhubungan dan
berkomunikasi dengan sesama manusia.
d. Budaya belajar diperoleh melalui proses belajar
Budaya belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetik yang bersifat
herediter, melainkan dihasilkan melalui proses belajar oleh individu kelompok
sosial dilingkunganya. budaya belajar adalah produk ciptaan manusia yang bersifat
khas yang dibentuk melalui lingkungan budaya.
Faktor yang menentukan dalam mempelajari kebudayaan belajar adalah lewat
komunikasi dengan simbol bahasa. Bagaimanpun sederhanannya suatu
kebudayaan masyarakat, individu atau kelompok sosial pendukungnya masih bisa
berkomunikasi dengan bahasa ciptaannya. Semakin maju suatu budaya belajar,
maka struktur komunikasi berbahasa memperlihatkan kompleksitasnya. Dalam
budaya belajar, peranan bahsa menjadi alat yang kehadirannya sangat diperlukan
dalam pewarisa budaya.

F. Konsep Budaya Belajar Dalam Lingkup Sekolah


Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh masyarakat dari murid-murid. Kehidupan di sekolah serta morma-norma
yang berlaku di situ dapat disebut kebudayaan sekolah. Walaupun kebudayaan sekolah
merupakan bagian dari kebudayaan masyarakar luas, namun mempunyai ciri-ciri yang
khas sebagai suatu “subculture”. Sekolah bertugas untuk menyampaikan kebudayaan
kepada generasi baru dan karena itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan
kebudayaan umum. akan tetapi di sekolah itu sendiri timbul pola-pola kelakuan tertentu.
Ini mungkin karena sekolah mempunyai kedudukan yang agak terpisah dari arus umum
kebudayaan.
Timbulnya sub-kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab yang cukup besar dari
waktu murid terpisah dari kehidupan orang dewasa. Dalam situasi ini dapat berkembang
dalam pola kelakuan yang khas bagi anak muda yang tampak dari pakaian, bahasa,
kebiasaan kegiatan-kegiatan serta upacara-upacara. Sebab lain timbulya kebudayaan
sekolah ialah tugas sekolah yang khas yakni mendidik anak dengan menyampaikan
sejumlah pengetahuan, sikap, keterampilan , yang sesuai dengan kurikulum dengan
metode dan teknik kontrol tertentu yang berlaku di sekolah itu.
Dalam melaksanakan kurikulum dan ekstrakurikuler berkembang sejumlah pola
kelakuan yang khas bagi sekolah yang berbeda dengan yang terdapat pada kelompok-
kelompok lain dalam masyarakat. Tiap kebudayaan mengandung bentuk yang diharapkan
dari anggotanya. Di sekolah diharapkan bentuk kelakuan tertentu dari semua murid dan
guru. Itulah yang menjadi norma bagi setiap murid dan guru. Norma ini nyata dalam
kelakuan anak dan guru, dalam peratutan-peraturaan sekolah, dalam tindakan dan
hukuman terhadap pelanggaran, juga dalam berbagai kegiatan seperti upacara-upacara.

Kenaikan Kelas

Para siswa harus menguasai bahan pelajaran yang ditentukan oleh kurikulum yang
sering diolah dalam bentuk buku pelajaran, diktat atau catatan. Dengan ulangan atau tes
guru meniai kemampuan siswa. Angka dari guru sangat penting bagi murid, guru
mempunyai hak memberikan nilai pada murid. Angka rapor menjadi dasar bagi kenaikan
kelas. Mereka yang naik kelas memasuki fase baru dalam kehidupannya dan makin tinggi
tingkat kelas, makin banyak diharapkan daripadanya misalnya kelakuan yang lebih
matang.

Tinggal kelas merupakan masalah yang berat bagi murid, yang berarti ia ditiggalkan
oleh teman-temannya selama setidaknya satu tahun dan ia harus masuk kelompok anak-
anak yang lebih muda daripadanya. Tinggal kelas pasti juga akan meninggalkan bekas
dalam mentalnya karena murid yang tinggal kelas merasa malu begitu juga bagi orang tua
sang murid.

Upacara-upacara

Saat ini mereka melakukan upacara untuk menerima murid atau mahasiswa baru
dengan upacara perploncoan. Upacara juga dilakukan bila seseorang memasuki fase baru
dalam hidupnya. Eksen-eksen yang terjadi dalam masa perkenalan ini dilakukan oleh
unsur-unsur yang tidak bertanggungjawab yang sering melampiaskan rasa frustasi, rasa
inferioritas, agresi, atau sadisme. Oleh karena itu, kegiatan inisiasi ini dilarang oleh yang
berwajib. Masa “perkenalan” ini memang banyak dan sering menyimpang dari tujuannya,
yakni memperkenalkan sekolah sebagai lembaga pendidikan kepada siswa-siswa baru.

Bentuk upacara yang lain ialah upacara wisuda. Upacara itu melambangkan berbagai
hal yaitu: untuk menyatakan besarnya nilai pendidikan bagi pembinaaan generasi muda
dan kepercayaan bahwa pendidikan membawa kemajuan bagi setiap siswa, bagi mereka
yang lulus wisuda merupakan pengakuan atas taraf pendidikan yang telah dicapai. Selain
itu, wisuda merupakan tanda penghargaan atas keberhasilan siswa dalam pelajarannya
yang diperoleh dengan jerih payah.

Upacara Bendera

Upacara mempunyai fungsi kontrol, menanamkan rasa identifikasi anak dengan


sekolahnya, dan semangat persatuanserta rasa turut bertanggung jawab atas nama baik
sekolahnya. Upacara bendera yang diwajibkan di negara kita antara lain upacara bendera
setiap hari senin dan upacara peringatan kemerdekaan. Upacara ini bertujuan untuk
menanamkan rasa kebangsaan dengan meresap dasar pemikiran, dan cita-cita serta norma-
norma yang terkandung dalam UUD 1945, Pancasila dan Sumpah Pemuda. Dalam
upacara bendera di sekolah juga bisa dimanfaatkan oleh kepala sekolah untuk
menyampaikan pengumumna-pengumuman, petunjuk, peraturan-peraturan baru di
sekolah yang nantinya bisa menjadi tradisi baru disekolah. Upacara lain yang ada di
sekolah misalnya pergantia pengurus OSIS, penyerahan tanda penghargan dan lain
sebagainya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebudayaan dipengaruhi oleh lingkungan fisik seperti iklim, topografi, kekayaan
alam, dan sebagainya. Kebudayaan daerah tropis berbeda dengan kebudayaan di daerah
dingin, kebudayaan daerah gurun berbeda dengan kebudayaan yang berhutan. Namun
manusie tidak semata-mata pasif. Adanya barang tambang tidak dengan sendirinya
menimbulkan industri. Untuk itu diperlukan inisiatif individu.
Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-
model pengetahuan manusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau
kelompok social untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya.
Sistem pengetahuan belajar digunakan untuk adaptasi kerangka memenuhi tiga syarat
kebutuhan hidup, yakni, Syarat dasar alamiah, Syarat kejiwaan, Syarat dasar sosial.
Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara belajar. Dia tidak
diturunkan secara bilogis atau pewarisan melalui unsur genetis.
Sifat-sifat budaya belajar meliputi Budaya belajar dimilki bersama, Budaya belajar
cenderung bertahan dan berubah, Budaya belajar diperoleh melalui proses belajar, Fungsi
budaya belajar untuk pemenuhan kebutuhan manusia.
Konsep budaya belajar disekolah yaitu, Kehidupan di sekolah serta morma-norma
yang berlaku di situ dapat disebut kebudayaan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudarsono, Agus. 2015. Sosio-Antropologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY.

https://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/03/29/konsep-tranmisi-dan-

perubahan-budaya-belajar/ diunduh pada tanggal 30 September Pukul 07.58

WIB

Anda mungkin juga menyukai