PENDAHULUAN
Secara spesifik, Ratna (dalam Panjaitan, 2008) menyebutkan ada tiga unsur
yang harus dilakukan dalam model pendidikan karakter. Pertama, Knowing the
good. Untuk membentuk karakter, anak tidak hanya sekadar tahu mengenai hal-
hal yang baik, namun mereka harus dapat memahami kenapa perlu melakukan
hal itu selama ini anak tahunya mana yang baik dan buruk, namun anak tidak
tahu alasannya. Kedua, feeling the good. Konsep ini mencoba membangkitkan
rasa cinta anak untuk melakukan perbuatan baik. Disini anak dilatih untuk
merasakan efek dari perbuatan baik yang dia lakukan. Ketiga, Acting the good.
Pada tahap ini, anak dilatih untuk berbuat mulia. Ketiga faktor tersebut harus
dilatih secara terus-menerus hingga menjadi kebiasaan. Konsep yang dibangun
adalah habit of the mind, habit of the heart, dan habit of the hands.
Setiap anak harus dibiasakan memiliki kebiasaan yang baik dan positif bagi
tumbuh kembangnya dan juga pembentukan karakternya. Kebiasaan dalam
1
berpikir mampu diasah lewat membaca buku bacaan sesuai dengan usia anak.
Keluarga dapat menerapkan budaya literasi kepada anak dirumah sejak dini.
Kemudian sekolah sebagai lingkungan kedua bagi sang anak. Adapun bacaan
yang dapat dibaca oleh anak dan diajarkan ialah karya sastra baik berupa
dongeng, cerpen maupun puisi. Sastra memiliki peranan penting karena mampu
mengolah daya pikir, imajinasi sehingga mampu membentuk karakter anak.
Manfaat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja khususnya di Divisi Pengaduan
Masyarakat
b. Mahasiswa memiliki kesempatan untuk melaksanakan pengabdian kepada
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Mahasiswa mendapatkan ilmu dan wawasan yang luas dalam berbagai
bidang sesuai dengan penempatan divisi yang telah dijalankan.
2
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Perguruan Tinggi dapat menjalin hubungan yang baik dengan instansi
mitra tempat mahasiswa melaksanakan Praktik Kerja Lapangan, sehingga
diharapkan jalinan kerjasama ini dapat berkelanjutan.
b. Perguruan Tinggi mendapatkan citra baik di mata masyarakat khususnya
instansi mitra dengan usaha dan hasil kerja yang baik dari mahasiswa PKL.
3
1. Observasi
Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), “Observasi adalah pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam
suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”. Adanya observasi
maka dapat ditinjau secara langsung, dan lebih dekat mengenai keadaan dan
kinerja Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang terletak di Jl. Teuku Umar
No.10-12 Menteng, Jakarta Pusat (10350).
2. Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terstruktur karena penulis menggunakan pedoman
wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan
data yang dicari. Wawancara pada penelitian ini dilakukan pada salah seorang
Staff Data dan Informasi di KPAI.
3. Dokumentasi
Menurut Hamidi (2004:72) dokumentasi adalah informasi yang berasal
dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari
perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh
peneliti untuk memperkuat hasil penelitian. Dalam hal ini, penulis
mendokumentasikan situasi, keadaan dan kegiatan yang perlu untuk di
dokumentasikan selama melaksanakan kegiatan PKL di KPAI.
4
b. Profil dan Sejarah Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang dibahas pada
Bab II
c. Permasalahan yang akan dibahas pada Bab III
d. Saran dan kesimpulan yang akan ditarik diakhir bab, yaitu Bab IV.
5
BAB II
Komisi Perlindungan Anak Indonesia merupakan salah satu dari tiga institusi
nasional pengawal dan pengawas implementasi HAM di Indonesia (NHRI/National
Human Right Institusion) yakni KPAI, Komnas HAM, dan Komnas Perempuan.
6
menerbitkan Keppres No. 77 Tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak
Indonesia. Diperlukan waktu sekitar 8 bulan untuk memilih dan mengangkat Anggota
KPAI seperti yang diatur dalam peraturan per-undang-undangan tersebut.
Berdasarkan penjelasan pasal 75, ayat (1), (2), (3), dan (4) dari Undang-
Undang Perlindungan Anak, disebutkan bahwa Keanggotaan Komisi Perlindungan
Anak Indonesia terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu)
orang sekretaris, dan 5 (lima) orang anggota, dimana keanggotaan KPAI terdiri dari
unsur pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi sosial, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, dan
kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak. Adapun keanggotaan
KPAI diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun,
dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Periode I (pertama)
KPAI dimulai pada tahun 2004-2007.
7
B. Misi Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Untuk mencapai visi tersebut, KPAI telah menetapkan misi sebagai berikut:
8
c) proses, meliputi bagaimana prosedur, mekanisme kordinasi, dan SOP-
nya;
2. Penguatan kapasitas kelembagaan dan SDM yang profesional, kredibel
dan terstruktur, sehingga diharapkan tugas dan fungsi KPAI dapat
berlangsung dengan efektif dan efisien;
3. Penguatan kesadaran masyarakat untuk mendorong tersedianya sarana dan
prasarana pendukung yang memberikan kemudahan akses terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak di semua sektor;
4. Perspektif dan pendekatan yang holistik, komprehensif dan bukan parsial
dalam merespon masalah atau kasus, karena masalah atau kasus anak tidak
pernah berdiri sendiri namun selalu beririsan dengan berbagai aspek
kehidupan yang kompleks;
5. Diseminasi konsep Indonesia Ramah Anak (IRA) pada berbagai
pemangku kewajiban dan penyelenggara perlindungan anak yang
meniscayakan adanya child right mainstreaming dalam segala aspek dan
level pembangunan secara berkelanjutan;
6. Penguatan mekanisme sistem rujukan (reveral system) dalam penerimaan
pengaduan, sehingga KPAI. Hal ini dipandang penting untuk
memantapkan proses penanganan masalah perlindungan anak yang
bersumber dari pengaduan masyarakat.
7. Kemitraan strategis dengan pemerintah dan civil society dalam setiap
bidang kerja dan isu agar setiap permasalahan bisa mendapatkan
rekomendasi dan solusinya yang tepat, serta terpantau perkembangannya.
9
1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan dan
pemenuhan hak anak.
2) Memberikan masukan dan usulan dalam perumusan kebijakan tentang
penyelenggaraan perlindungan anak.
3) Mengumpulkan data dan informasi mengenai perlindungan anak.
4) Menerima dan melakukan penelaahan atas pengaduan masyarakat
mengenai pelanggaran Hak Anak.
5) Melakukan mediasi atas sengketa pelanggaran Hak Anak.
6) Melakukan kerjasama dengan lembaga yang dibentuk masrakat di
bidang Perlindungan Anak.
7) Memberikan laporan kepada pihak berwajib tentang adanya dugaan
pelanggaran Undang-undang ini.
10
organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dunia
usaha dan kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak.
11
Gambar 1. Struktur Organisasi KPAI
12
2.1.4 Mekanisme Kerja di KPAI
Hal ini didasarkan pada kebutuhan kualitas kinerja kelembagaan secara organisasi.
Termasuk bagaimana KPAI mampu menghadapi dinamika dan perkembangan masyarakat
yang mengharuskan adanya penyesuaian dalam rangka optimalisasi pengawasan terhadap
perlindungan anak, ayng menuntut penguatan kelembagaan, baik yang bersifat internal
maupun eksternal.
13
meliputi: (i) Bidang Agama dan budaya; (ii) Bidang Pendidikan; (iii) Bidang
Kesehatan dan NAPZA; (iv) Bidang Hak Sipil dan Partisipasi; (v) Bidang
Keluarga dan Pengasuhan; (vi) Bidang ABH; (vii) Bidang Trafficking dan
Eksploitasi; (viii) Bidang Sosial dan Anak Dalam Situasi Darurat; (ix) Bidang
Pornografi dan Cyber Crime.
6. Berdasarkan divisi, ada 7 divisi yaitu: (i) Divisi Advokasi Kebijakan; (ii) Divisi
Pengawasan Monitoring dan Evaluasi; (iii) Divisi Kelembagaan; (iv) Divisi Data
dan Informasi; (v) Divisi Mediasi; (vi) Divisi Kajian dan Telaah; (vii) Divisi
Pengaduan. Adapun susunan pembidangan dan divisi komisioner sebagai berikut:
14
7. Tata Kerja, meliputi tugas dan tanggung jawab komisioner, yang secara umum
terkait dengan tugas dan kewajiban. Tugas Komisioner KPAI meliputi:
1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan dan pemenuhan
Hak Anak;
2) Memberikan masukan dan usulan dalam perumusan kebijakan tentang
penyelenggaraan perlindungan anak.
3) Mengumpulkan data dan informasi mengenai perlindungan anak.
4) Menerima dan melakukan penelaahan atas pengaduan masyarakat
mengenai pelanggaran Hak Anak.
5) Melakukan mediasi atas sengketa pelanggaran Hak Anak.
6) Melakukan kerjasama dengan lembaga yang dibentuk masrakat di bidang
Perlindungan Anak.
7) Memberikan laporan kepada pihak berwajib tentang adanya dugaan
pelanggaran Undang-undang ini.
15
Sementara, Tim Asistensi dan Kelompok Kerja KPAI memiliki Tugas;
Pengaduan masyarakat di bidang sosial dan anak dalam situasi darurat ayng
diterima oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) selama tahun 2017
16
berjumlah 238 kasus. Dari 238 kasus tersebut, kasus yang paling banyak didominasi
adalah kasus anak dengan masalah kesejahteraan sosial dengan jumlah 119 kasus,
disusul dengan kasus anak korban bencana (darat, laut, udara) dengan jumlah 109
kasus. Konflik sosial yang diadukan kepada KPAI di tahun 2017 hampir semuanya
mengenai kondisi psikologis anak-anak korban bencana alam, penggusuran, dan
kerentanan sosial (kemiskinan). Upaya yang dilakukan KPAI adalah melakukan
pengawasan terpenuhinya hak-hak anak terlantar tersebut di LKSA, melakukan
koordinasi dan pengawasan kepada Pemerintah terkait pelaksanaan perlindungan
sosial, melaksanakan pengawasan bencana alam yang terjadi di suatu daerah melalui
koordinasi dengan Dinasi Sosial setempat untuk memastikan terpenuhinya hak anak
korban bencana.
17
3) Agama dan budaya
Selama tahun 2017, kasus anak terkait agama dan budaya mencapai 208
kasus. Kasus ini terdiri dari: anak korban konflik dan kekerasan atas nama agama dan
budaya, kemudian anak korban tayangan, pertunjukan dan siaran tidak ramah anak,
selanjutnya kasus anak korban pengabaian hak agama, anak korban pernikahan
dibawah umur, terakhir anak korban kecelakaan rekreasi dan kecelakaan berbahaya.
Pemenuhan hak sipil dan partisipasi anak dalam tahun 2017 dalam laporan yang
masuk ke KPAI ada 132 kasus dengan tiga data terbesar persoalan, pertama, anak
tanpa memiliki akta lahir, kedua anak korban denda atau penyalahgunaan akta
lahir dan NIK ganda, kemudian ketiga anak korban kawin campuran. Adapun
upaya yang dilakukan KPAI yaitu mendorong pusat dan daerah agar
meningkatkan anggaran pemenuhan akta lahir anak yang masih dikeluhkan di
beberapa daerah terutama daerah 3T (terpencil, tertinggal, dan terluar).kemudian
mendorong daerah agar peraturan daerah (perda) yang masih menerapkan denda
terkait keterlambatan pencatatan kelaiharan anak dihilangkan atau dibuat
kebijakan pemabayaran Rp.0 untuk emndorong percepatan pengurusan akta lahir
bai keluarga miskin.
18
5) Kesehatan dan NAPZA
6) Pendidikan
19
sekolah-sekolah, maupun di berbagai kesempatan di forum seminar, diskusi, dialog
dan wawancara di media massa baik online, cetak, maupun elektronik. Di sisi lain,
KPAI melaksanakan koordinasi dengan pemerintah kshususnya dinas pendidikan
setempat guna menciptakan dunia pendidikan, kebijakan dan pemantauan yang
lebih baik.
Pada awal bulan September 2017 publik diramaikan dengan adanya akun
@VGKS yang berisi ribuan konten pronografi anak dan video anak yang sedang
berhubungan intim sesama jenis, adanya kecenderungan pelaku adalah anak yang
pernah mengalami kekerasan seksual dan tidak dilakukan rehabilitasi, adapun
penyebarannya menggunakan berbagai media sosial.
Pertumbuhan Fedofil anak pada saat ini memang sangat luar biasa, faktanya
pada kasus Grup Facebook yang bernama Official Loly Candy’s Group 18+ yang
menampilkan konten-konten foto pornografi anak, grup tersebut memiliki 7.497
member. Upaya yang dilakukan KPAI adalah melakukan pengawasan di internet dan
beberapa media sosial terkait dengan konten pornografi dan cyber crime pada anak,
mendorong pemerintah daerah agar diterbitkannya kebijakan tentang perlinfungan
anak dan anti pornografi di daerah, dan lain-lain.
Berdasar data yang telah dihimpun dan diolah KPAI dari tahun 2011-2017
ditemukan angka Anak Berhadapan Hukum (ABH) menduduki peringkat tertinggi
mencapai angka 9266 pengaduan. Kasus paling banyak adalah pengaduan terkait
anak yang mnejadi korban kekerasan seksual. Ini menunjukkan kebutuhan anak
untuk dilindungi secara hukum, moril maupun sosiologis patut menjadi perhatian
pemerintah, legislatif, dan aparat penegak hukum serta perhatian dari masyarakat
luas.
20
Banyaknya pengaduan masyarakat di bidang ABH perlu penanganan secara
cepat dan terintegratif, maka untuk memaksimalkan penanganan pengaduan kasus
ABH, KPAI menggandeng stakeholder terkait untuk menjalin kerjasama dengan
berbagai lembaga terkait baik di pusat maupun di daerah sebagai mitra rujukan ABH
untuk dilakukan upaya pendampingan hukum bagi anak kepada Organisasi bantuan
Hukum (OBH) yang telah terakreditasi oleh Kementerian Hukum dan HAM.
Sedangkan apabila kasus ABH anak yang menjadi korban tindak pidana maka KPAI
akan merujuk korban kepada lembaga rehabilitasi.
Sedikitnya ada empat kasus yang mnejadi high light pada tahun 2017 dalam
bidang trafficking dan eksploitasi. Pertama, kasus anak dalam lingkaran prostitusi
dan dilacurkan. Kedua, perdagangan anak yang dilakukan oleh ibu kandung dan
melibatkan jaringan medis serta penyalur orang tua asuh (ilegal adopsi). Ketiga,
eksploitasi anak dalam dunia kerja (anak di bawah umur). Keempat, peristiwa
eksploitasi pekerja rumah tangga dan sekaligus korban pencabulan oleh seorang
tokoh agama.
21
2.3 Kelompok Kerja Pengaduan
Tugas dan tanggung jawab kelompok kerja pengaduan adalah sebagai berikut:
1. Seluruh pengaduan yang diterima KPAI yang bersifat struktural dan sistemik harus
ditelaah serta ditindaklanjuti.
22
2. Untuk kasus-kasus pengaduan ringan atau sederhana, seluruh komponen
pengaduan bisa langsung melakukan penyelesaian.
3. Untuk kasus-kasus pengaduan berat dan kompleks penanggung jawab Pokja
berkonsultasi dan berkoordinasi dengan komisioner terkait untuk memperoleh
penyelesaian yang terbaik.
4. Apabila suatu kasus tidak bisa diselesaikan oleh komisioner terkait, penanggung
jawab Pokja Pengaduan mengkomunikasikan kepada tim manajemen.
5. Untuk menjaga aktualitas data setiap dua minggu Pokja Pengaduan melaporkan
kepada Pokja Data dan Informasi.
6. Dalam menyelesaikan kasus-kasus pengaduan, Pokja Pengaduan
mempertimbangkan hasil kajian Pokja Penelaahan.
7. Berkas asli kasus pengaduan yang sudah dilimpahkan kepada pihak terkait,
dipantau dan ditelaah diserahkan kepada penanggung jawab Pokja Pengaduan
sebagai arsip.
8. Setiap triwulan Pokja Pengaduan melaporkan hasilnya kepada tim manajemen
sebagai bahan laporan kepada Presiden.
23
hal pada minggu pertama bahkan langsung menerapkan peran yang sudah menjadi
tugas penulis yaitu notulensi pengaduan masyarakat.
Pada minggu kedua, penulis ditempatkan selama tiga hari di divisi Hubungan
Masyarakat (Humas) membantu administrasi persuratan kantor, menerima telepon,
input data, dan lain-lain. Pada minggu kedua tersebut, saya dibantu oleh salah satu
teman magang dari Universitas Bung Karno yang juga bertugas sementara di divisi
Humas.
24
a. Peluang magang di Komisi Perlindungan Anak Indonesia bagi mahasiswa
sangatlah terbuka lebar dari berbagai jurusan dalam setiap periode dan diharapkan
ilmunya dapat diterapkan selama proses magang berlangsung.
b. Para staff tidak segan untuk melibatkan mahasiswa magang dalam kegiatan yang
sedang berlangsung, memungkinkan mahasiswa magang untuk mempelajari hal-
hal yang relevan dengan dunia kerja.
c. Sikap ramah dan tidak segan menjaleskan para staff mampu membantu penulis
memahami dengan lebih baik tugas yang diberikan dan lingkungan kerja yang
sedang berlangsung.
d. Lokasi magang dilengkapi dengan sarana Wi-Fi yang baik, memudahkan penulis
untuk mencari informasi terkait isu seputar anak maupun data yang dibutuhkan
seputar tugas yang diberikan staff.
e. Akses ke lokasi magang (KPAI) sangat dekat dengan stasiun gondangdia sehingga
penulis dapat berjalan kaki dari stasiun dan hanya butuh waktu sekitar 5 menit.
25
BAB III
Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil antara hubungan pria
dan wanita. Merujuk dari Kamus Umum Bahasa Indonesia mengenai pengertian anak
secara etimologis diartikan dengan manusia yang masih kecil ataupun manusia yang
belum dewasa.
Menurut R.A. Kosnan “Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda
dalam jiwa muda dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk
keadaan sekitarnya.” (1984:25). Oleh karena itu anak-anak perlu diperhatikan
secara baik dan sungguh-sungguh terkhusus dalam memahami karakter anak yang
pertama yaitu dari lingkungan keluarga sesuai dengan UU RI No.35 Tahun 2014
pasal 1 yang menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
yang teridiri atas suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anakanya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke
bawah sampai dengan derajat ketiga.
A. Definisi Sastra
Menurut Lukens (1999:10) Sastra menawarkan dua hal utama, yaitu
kesenangan dan pemahaman. Pertama, sastra hadir untuk memberikan hiburan
yang menyenangkan. Sastra menampilkan cerita yang menarik, mengajak
pembaca untuk memanjakan fantasi, membawa pembaca ke suatu alur kehidupan
yang penuh daya suspense, daya yang menarik hati pembaca untuk ingin tahu dan
merasa terikat karenannya, ‘mempermainkan’ emosi pembaca sehingga ikut larut
26
ke dalam arus cerita. Semua itu dikemas dalam bahasa yang juga tidak kalah
menarik.
Lukens (1999:4) menegaskan bahwa tujuan memberikan hiburan, tujuan
menyenangkan dan memuaskan pembaca tidak peduli pembaca dewasa ataupun
anak-anak, adalah hal yang esensial dalam sastra. Sastra sendiri mengandung
eksplorasi mengenai kebenaran kemanusiaan.
1. Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu
mungkin saja ada dan terjadi walaupun tidak harus bahwa ia memang benar-benar
ada dan terjadi. Ada beberapa cerita yang dapat dikategorikan ke dalam realisme
dan pembicaraannya dapat tumpang tindih yaitu cerita realistik (bercerita tentang
masalah-masalah social dengan menampilkan tokoh utama protagonist sebagai
27
pelaku cerita), realisme binatang (cerita binatang yang bersifat nonfiksi. Misalnya
berkaitan dengan bentuk fisik, habitat, cara dan siklus hidup, dan lain-lain),
realisme historis (mengisahkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau) dan
cerita olahraga (cerita yang berkaitan dengan berbagai hal tentang dunia
olahraga).
2. Fiksi formula
Genre ini sengaja disebut sebagai fiksi formula karena memiliki pola-pola
tertentu yang membedakannya dengan jenis yang lain. Jenis sastra anak yang
dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah cerita misteri dan detektif,
cerita romantis, dan novel serial.
3. Fantasi
4. Sastra tradisional
5. Puisi
28
Sebuah bentuk sastra disebut puisi jika didalamnya terdapat pendayagunaan
berbagai unsur bahasa untuk mencapai efek keindahan. Genre pusi anak dapat
berwujud puisi-puisi lirik tembang-tembang tradisional, atau lirik tembang-
tembang niniabobo sebagaimana yang diucapkan atau dinyanayikan si ibu
sewaktu akan menidurkan anak, membujuk agar anak tidak rewel, atau membuat
anak senang adalah salah satu jenis dari puisi anak.
6. Nonfiksi
Bacaan nonfiksi yang sastra ditulis secara atistik sehingga jika dibaca oleh
anak, anak akan memperoleh pemahaman dan sekaligus kesenangan. Ia akan
membangkitkan pada diri anak perasaan keindahan yang berwujud efek
emosisonal dan intelektual. Untuk kepentingan praktis, bacaan nonfiksi dapat
dikategorikan ke dalam subgenre buku informasi dan biografi.
Secara spesifik, Ratna (dalam Panjaitan, 2008) menyebutkan ada tiga unsur
yang harus dilakukan dalam model pendidikan karakter. Pertama, Knowing the
good. Untuk membentuk karakter, anak tidak hanya sekadar tahu mengenai hal-
hal yang baik, namun mereka harus dapat memahami kenapa perlu melakukan hal
itu selama ini anak tahunya mana yang baik dan buruk, namun anak tidak tahu
alasannya. Kedua, feeling the good. Konsep ini mencoba membangkitkan rasa
cinta anak untuk melakukan perbuatan baik. Disini anak dilatih untuk merasakan
efek dari perbuatan baik yang dia lakukan. Ketiga, Acting the good. Pada tahap
ini, anak dilatih untuk berbuat mulia. Ketiga faktor tersebut harus dilatih secara
terus-menerus hingga menjadi kebiasaan. Konsep yang dibangun adalah habit of
the mind, habit of the heart, dan habit of the hands.
Sastra memiliki peranan penting dalam kehidupan anak sebab sastra dapat
mempengaruhi pembentukan karakter anak. Hal ini dapat dilihat dari sikap dan
29
tingkah laku anak. Jika belajar dari berbagai teks kesastraan lewat kegiatan
membaca, memahami, merenungkan, kita akan menemukan fakta bahwa berbagai
konsep tentang kehidupan yang berkarakter, bermartabat, yang memenuhi
idealism bertingkah laku, hampir semuanya dalam bentuk-bentuk sikap dan
tingkah laku. Ia dapat berupa cara bersikap, cara berpikir, cara berasa, dan cara
berperilaku verbal dan nonverbal. Konsep-konsep abstrak sebagaimana yang
dibicarakan dalam buku diejawantahkan dalam sikap dan perilaku tokoh cerita.
Sikap dan perilaku yang dimaksud tentu saja sesuai dengan karakter yang
disandangkan dan wujud sikap dan perilaku yang juga bergantung pada
pengembangan alur. Jadi, belajar kehidupan lewat teks-teks kesastraan tidak
ubahnya belajar langsung terhadap perikehidupan masyarakat, orang per orang,
anak ke anak, pun teman ke temannya. Hal ini, yaitu sastra lewat tokoh ceritanya
mampu menuntun anak, menjadikan anak mengikuti tokoh panutan (protagonis,
berjiwa penolong, pahlawan, dan lain sebagainya) yang mampu memotivasi anak
agar menjadi atau mengikuti jejak tokoh tersebut dalam berbuat kebaikan dan
kabiajikan sejak kecil. Karena sastra selalu berbicara tentang kehidupan, sastra
seklaigus juga memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan itu.
30
Keluarga dapat menerapkan budaya literasi kepada anak dirumah sejak dini.
Kemudian sekolah sebagai lingkungan kedua bagi sang anak. Adapun bacaan
yang dapat dibaca oleh anak dan diajarkan ialah karya sastra baik berupa
dongeng, cerita rakyat, fiksi atau nonfiksi dan juga puisi. Sastra memiliki peranan
penting karena mampu mengolah daya pikir, imajinasi sehingga mampu
membentuk karakter anak.
Budaya literasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang meliputi sistem
ide atau gagasan yang dimiliki oleh manusia terutama pada anak. Hasil dari budaya
literasi tersebut akan menjadikan anak berpikir lebih maju, kreatif, inisiatif dan kritis.
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anak dari perspektif apapun adalah tetap merupakan seorang anak, titipan yang
harus kita jaga dan lindungi. Dalam masa tumbuh kembangnya, anak membutuhkan
kasih sayang, perhatian, pembelajaran dan contoh yang baik dari pihak internal dan
eksternal, serta pandangan yang luas dan menyenangkan karena seorang anak masih
belum tahu banyak hal tentang dunia. Anak tentu masih membutuhkan arahan dari
orang tua dan masih menjadi tanggung jawab orang tua sampai ia tumbuh dewasa.
4.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro Burhan. 2004. Sastra Anak: Persoalan Genre. Jurnal Humaniora. 16(2):
107-122.
http://www.kpai.go.id/
33
LAMPIRAN
34
35
36
DOKUMENTASI
37
38
IKLAN PERLINDUNGAN ANAK
39