Laporan Keuangan Syariah 2
Laporan Keuangan Syariah 2
Berdasarkan PSAK No.101, laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari komponen-komponen
sebagai berikut:
1. Neraca;
.Laporan neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas merupakanlaporan
Laporan perubahan dana investasi terikat merupakan laporan keuangan yang mencerminkanperubahan dalam
investasi terikat yang dikelola oleh bank untuk kemanfaatan pihak-pihak lainberdasarkan akad mudharabah atau
agen investasi.
Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil merupakan rekonsiliasi antara pendapatan bank Syariah yang
menggunakan dasar akrual (acrual basis) dengan pendapatan yang dibagi hasilkankepada pemilik dana yang
yang mencerminkan peran bank sebagai pemegang amanah dana kegiatansosial yang dikelola secara terpisah.
Laporan sumber dan penggunaan zakat merupakan laporan yang menunjukkan sumber dana,penggunaan dan
dalam jangka waktu serta sumber dana zakat yang menunjukkan dana zakatyang belum disalurkan pada tanggal
tertentu.
c. Dari mana kas atau dana diperoleh untuk membiayai investasi dan operasional perusahaan.
b. Arus (sumber dan penggunaan) kas yang berasal dari kegiatan operasional perusahaan.
c. Arus (sumber dan penggunaan) kas yang berasal dari kegiatan investasi.
d. Arus (sumber dan penggunaan) kas yang berasal dari kegiatan pendanaan.
Laporan arus kas bank syariah disajikan sesuaim dengan PSAK no.2mengenai laporan arus kas dan
PSAK NO 31 mengenai mengenai akuntansi perbankan, dengan catatan menyesuaikan kegiatan dan
transaksi bank syariah.
Berikut diberikan ilustrasi laporan arus kas bank syariahdengan mengacu pada PSAK no. 2 (2002) dengan
diadakanpenyesuaian berdasarkan prinsip syariah.yang berlaku pada operasi bank syariah
1. BENTUK/METODE PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS
Terdapat dua bentuk penyajian laporan arus kas, yang pertama metode langsung dan yang kedua
metode tidak langsung. Perbedaan antara kedua metode terletak pada penyajian arus kas berasal dari
kegiatan operasi. Dengan metode langsung, arus kas dari kegiatan operasional dirinci menjadi arus kas
masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis
penerimaan atau pengeluaran kas. Sementara itu dengan metode tidak langsung, arus kas dari
opersional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan
beberapa hal seperti biaya penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta laba/rugi karena
pelepasan investasi. Berikut ini diberikan contoh bentuk laporan arus kas dengan metode langsung dan
metode tidak langsung.
Metode Langsung
PT ABC
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
(dalam Rupiah)
Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :
Kas yang diterima dari pelanggan 951.000
Dikurangi :
Kas untuk membeli persediaan 555.200
Kas untuk membayar biaya operasi 259.800
Kas untuk membayar biaya bunga 14.000
Kas untuk membayar pajak 29.000
858.000
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000
Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi :
Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000
Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000)
(82.000)
Aliran kas bersih untuk kegiatan investasi
Aliran kas dari kegiatan keuangan :
Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000
Dikurangi :
Kas untuk membayar dividen 23.000
Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000
148.000
Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000
Kenaikan kas 23.000
Saldo kas pada awal tahun 26.000
Saldo kas pada akhir tahun 49.000
Dari laporan terlihat bahwa arus kas yang berasal dari kegiatan operasional dirinci menjadi penerimaan
dari berbagai sumber yang merupakan kegiatan operasional dan pengeluaran kas untuk berbagai
kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan investasi dan keuangan juga dirinci menurut jenis-jenis
kegiatan yang mengakibatkan timbulnya penerimaan dan pengeluara kas.
Sementara jika kita lihat contoh di bawah ini arus kas dari kegiatan operasional tidak dirinci menurut
sumber dan jenis penggunaannya, melainkan net income dikoreksi sehingga net income tersebut
berubah menjadi net cashflows dari operasi.
Akuntansi dapat dijabarkan secara sederhana sebagai suatu sistem atau proses pencatatan setiap
kegiatan ekonomi suatu organisasi – sosial atau komersial – yang menghasilkan suatu laporan yang
bisa dimengerti dan menjadi salah satu sumber pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Metode yang digunakan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang sudah diterima
secara umum (Generally Accepted Accounting Principle), yang di Indonesia dirumuskan oleh Dewan
Standar IAI. Tahun 2012, seluruh dunia akan menggunakan metode akuntansi yang mengacu pada
standard yang sama (IFRS – International Financial Reporting Standard).
Ada 2 asumsi yang digunakan dalam menyiapkan laporan keuangan :
a. Akrual
Efek/pencatatan atas transaksi dan kegiatan ekonomi diakui pada saat terjadinya transaksi, bukan
pada saat terjadinya pembayaran. Apabila bulan Januari 2010, A melakukan penjualan ke B,
pembayaran dilakukan pada akhir bulan berikutnya. A harus mencatat penjualan ke B pada bulan
Januari 2010, bukan pada Februari 2010 ( waktu pembayaran dilakukan). Asumsi ini dapat
digunakan pada organisasi skala menengah ke atas, untuk organisasi kecil yang transaksinya banyak
dilakukan secara tunai, pencatatan secara cash basis (pencataan dilakukan pada saat pembayaran)
lebih efesien bila digunakan.
b. Going Concern
Organisasi diasumsikan berlangsung untuk jangka panjang, tidak ada keinginan untuk menutup
kegiatan bisnisnya. Asumsi ini dapat digunakan sampai saat organisasi memutuskan berhenti
melakukan kegiatan usahanya dengan alasan apapun.
Karakteristik Laporan Keuangan :
Beberapa karakteristik/ prinsip informasi pada Laporan Keuangan sehingga dapat berguna bagi
pembaca laporan keuangan, adalah :
1. Dapat dimengerti
Informasi pada Laporan Keuangan dapat mudah dimengerti oleh pengguna Laporan keuangan yang
memilki pengetahuan bisnis dan akuntansi yang cukup.
2. Relevan
Informasi pad Laporan Keuangan relevan ketika digunakan sebagai alat pengambilan keputusan oleh
pengguna laporan keuangan.
3. Dapat diandalkan
Informasi pada Laporan Keuangan bebas dari error dan bias, sehingga menggambarkan keadaan
organisasi secara benar.
4. Dapat dibandingkan
Informasi pada Laporan keuangan dapat dibandingkan dengan Laporan Keuangan organisasi yang
berbeda, untuk itu penyusunan Laporan Keuangan harus konsisten dari tahun ke tahun, sehingga
memudahkan pengguna laporan keuangan mengidentifikasi tren keuangan dan kinerja organisasi.
xx.xxx.xxx
Bentuk laporan keuangan syari’ah dalam makalah ini merupakan usulan awal. Usulan tersebut perlu dielaborasi
lebih jauh, seperti komparasi normatif dan keterbatasan sumber data empiris. Terdapat kendala teknis dengan
munculnya istilah-istilah baru, seperti pemisahan masing-masing elemen dalam pos ketundukan dan kreativitas,
serta bentuk kuantitatif dan kualitatif, yang tidak lazim dalam koridor akuntansi keuangan. Definisi, pengakuan,
pengukuran dan penyajian mengenai elemen-elemen utama masing-masing laporan juga perlu pendalaman lebih
lanjut.
Agenda ke depan diperlukan penelitian lanjutan mengenai bentuk normatif dan aplikasi Trilogi Laporan Keuangan
Syari’ah. Penelitian dapat dilakukan dengan metode kuantitatif, interpretif, kritis, maupun metode lain sesuai
kebutuhan. Penelitian konstruktif juga masih diperlukan untuk menjabarkan definisi, pengakuan, pengukuran dan
penyajian setiap elemen-elemen Trilogi Laporan Keuangan Syari’ah.
Secara umum laporan keuangan syari’ah dalam penelitian ini berdampak misalnya pada perluasan produk (lembaga
keuangan) syari’ah (lihat tabel 2,3 dan 4 serta keterangannya dalam lampiran). Produk syari’ah menurut
Mulawarman (2007b) saat ini banyak menggunakan mudharabah dan murabahah. Dua produk ini sebenarnya
berasal dari model investasi perdagangan atau “intermediasi dagang” yang banyak digunakan masyarakat Muslim
sebelum hijrah. Intermediasi biasanya mendudukkan pemilik modal maupun lembaga intermediasinya (lembaga
keuangan) dalam posisi lebih kuat dan cenderung ”berkuasa”. Mungkin inilah salah satu sebab merebaknya sifat
kapitalistik Mekkah saat itu, meski hal ini perlu penelitian lebih lanjut.
Dengan demikian diperlukan telaah ”kreatif” produk seperti muzara’ah dan musaqah. Kedua model ini memiliki
substansi kerjasama investasi produktif dengan posisi saling kuat dan peduli sosial-lingkungan. Produk lain, yaitu
qardhul hassan hendaknya tidak diproyeksikan untuk kepentingan charity. Qardhul hassan perlu dikaji ulang dari
prinsip dasarnya, yaitu Qardh, yang lebih berorientasi produktif dan menganut mashlaha sosial-lingkungan.
Perluasan produk memiliki konsekuensi pragmatis dalam akuntansi. Standar Akuntansi Keuangan versi IAI perlu
mengkaji ulang qardhul hassan. Qardhul hassan semestinya tidak terpisah dari laporan keuangan utama, tetapi perlu
masuk dan setara dengan produk lainnya. Model muzara’ah dan musaqah perlu telaah fiqh oleh MUI berkenaan
landasan fiqh, IAI berkenaan pengaturan standar, serta mekanisme keuangan dan akuntansi secara operasional oleh
perusahaan Islam.
Hanya Allah pusat segala kesempurnaan, pencerahan ilmu, berserah diri dan memohon ampun. Billahittaufiq wal
hidayah.