Mendung masalah masih terselubung dan jutaan kasus permasalahan lainya dinegeri ini, saya ingat
sebuah kisah yang diceritakan oleh guru sejarah kebudayaan islam tentang penaklukan
Kontantinopel oleh Muhammad Al- Fatih, Sebuah kisah epic dan heroik serta bersejarah yang
menjadi pembuktian akan sebuah hadits Rasulullah SAW :
Dari Abdullah bin Bisyr Al-Khatsami , dari ayahnya. Bahwasanya ia mendengarkan Nabi SAW
bersabda : Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah penakluknya
dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya. (HR. Ahmad)
Bulan Mei ini memang layak untuk mengenang kisah heroic yang telah diperlihatkan Muhammad Al
Fatih, karena pemimpin besar itu wafat pada tanggal 3 Mei 1481 dalam usia 49 tahun 1 bulan 5 hari
dengan masa pemerintahannya selama 31 tahun, 2 bulan dan 28 hari.
Dan sedikit dala artikel saya yang singkat membahas tentang tokoh yang telah berhasil membuktikan
ucapan Rasulullah SAW tentang penaklukan Kota Konstantinopel.
Karena kabar gembira yang diucapkan oleh Rasulullah SAW membuat para khalifah serta pemimpin
kaum muslimin berlomba sepanjang masa untuk menaklukan Konstantinopel, dan tercatat dalam
sejarah telah 11 kali upaya dilakukan sepanjang 800 tahun sebelum masa kepemimpinan Muhammad
Al-Fatih datang.
Bahkan seorang sahabat yang mulia, Abu Ayyub Al- Anshari ra dikubur di atas pagar Konstantinopel
berdasarkan wasiatnya sendiri, agar pandangan kaum muslimin selalu bergantung pada kota yang
diberikan kabar gembira penaklukannya oleh Rasulullah SAW yang waktu itu dikuasai oleh imperium
Bizantium yang berkuasa selama beberapa abad lamanya.
Kota ini berdiri pada tahun 658 SM, yang pada awalnya merupakan sebuah desa bagi kaum nelayan
dan dikenal dengan nama Bizanthah. Oleh Kaisar Constantine pada tahun 335 M dijadikan sebagai
ibukota Imperium Romawi Timur (Imperium Bizantium), sehingga digunakan nama Konstantinopel
untuk kota tersebut yang mengikuti nama sang kaisar dan di Konstantinopel inilah terdapat pusat
kepastoran Gereja Ortodoks Timur, Gereja Aya Shopia.
Sejak itu Konstantinopel berkembang menjadi pangkalan utama Imperium Bizantium hingga akhirnya
ia ditaklukkan oleh Bangsa Turki Utsmani pada tahun 1453 M, sehingga sejak saat itu para sultan
berdomisili di kota tersebut hingga kedatangan Mustafa Ataturk yang memindahkan ibukota Turki ke
Ankara pada 1923 M.
Konstantinopel bagaimanapun merupakan kota yang sangat kuat dan kokoh perlindungannya,
dengan disekelilingnya berdiri menara dan benteng membuat semua orang bermimpi untuk
menaklukannya. Perlindungan Konstantinopel terdiri dari berbagai hal : Kota yang berbentuk segitiga
dengan posisi dua sisi dikelilingi air laut serta dijaga 400 kapal dan sisi yang ketiga diliputi dua lapis
pagar dengan ketinggian 25 kaki tebal 10 meter dan 40 kaki tebal 15 meter tetapi mememiliki menara
penjaga yang tingginya 60 kaki dan parit air dengan lebar 60 kaki dan kedalaman 10 meter
Sebelum detik-detik bersejarah penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al-Fatih, sang pemimpin
menyampaikan khutbah yang berisi arahan kepada semua petinggi militernya :
Apabila penaklukan Konstantinopel terwujud untuk kita, maka terbuktilah salah satu hadits
Rasulullah dan salah satu kemukjizatannya kepada kita.Akan menjadi sebuah keberuntungan bagi
kita mendapatkan penghormatan dan pemuliaan yang ada dalam hadits ini. Karenanya sampaikanlah
kepada semua prajurit kita, satu persatu, bahwa kemenangan besar yang akan kita raih akan
menambah kemuliaan dan keagungan Islam. Setiap prajurit harus selalu meletakkan ajaran syariat
agama kita didepan matanya.Jangan sampai ada seseorangpun yang melakukannya hal yang
bertentangan dengan ajaran-ajaran ini.Hindarilah gereja dan tempat-tempat ibadah, jangan sampai
ada yang mengganggunya! Biarkanlah para pendeta dan orang-orang lemah yang tidak berdaya yang
tidak ikut berperang!
Dan jam 1 pagi hari Selasa, 20 Jumadil Awal 857 H/ 29 Mei 1435 M, dimulailah penyerangan umum
atas Konstantinopel dengan disertai takbir yang berkumandang kencang, serangan dilakukan secara
serempak lewat darat dan laut sesuai dengan perencanaan detail yang telah dipersiapkan dengan
begitu baik. Dengan fokus penyerangan dikawasan lembah Lycus, yang dipimpin langsung oleh
Muhammad Al-Fatih.
Berbagai teknik pertempuran termasuk dengan serangan meriam dilancarkan oleh pasukan
Muhammad Al-Fatih sehingga membuat Kaisar Constantine pun terdesak, yang langsung melepas
pakaiannya agar tak dikenali lalu turun dari kudanya dan bertempur hingga terbunuh dimedan perang.
Kematian sang kaisar Constantine semakin menambah semangat pasukan Utsmani dan
meruntuhkan mental pasukan Kaisar Constantine sehingga akhirnya Muhammad Al-Fatih bersama
pasukannya mampu menaklukan Konstatinopel.
Segala puji bagi Allah. Semoga Allah merahmati para syuhada dan mengkaruniakan kemuliaan dan
kehormatan kepada para mujahidin. Dan aku sampaikan kebanggaan dan terima kasih kepada
rakyatku, ungkap Muhammad Al Fatih.
Pada hari itu juga, 29 Mei 1453 M sebelum matahari berada diatas kepala, Muhammad Al-Fatih
sudah berada ditengah kota Konstantinopel diiringi oleh pasukan dan komandanna sambil berucap
Masya Allah! sembari berkata :
Kalian benar-benar telah menjadi para penakluk Konstantinopel yang pernah dikabarkan oleh
Rasulullah SAW.
Lalu Sultan Al-Fatih memerintahkan mengubah gereja Aya Sophia menjadi mesjid dan
mempersiapkan semuanya dengan baik agar dapat melaksanakan shalat jumat pertama dinegeri
yang baru ditaklukan, Konstantinopel.
Setelah itu Kaisar Constantine pun dikuburkan dengan cara yang layak, dan Sultan member
kebebasan bagi kaum Kristen utnuk menjalankan ajaran agamanya dan memilih pemimpin yang
berhak memberikan keputusan dalam persoalan-persoalan sipil.
Demikianlah akhirnya Konstantinopel ditaklukan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih dalam usia nya
yang masih muda, 25 tahun setelah melakukan pengepungan selama 50 hari terhadap kota yang
saat itu berjumlah 300 ribu jiwa.
Akhir April 1481 tampak kesibukan melanda Istana Sultan Utsmani, para menteri dan komandan
pasukan berkumpul dihadapan Sultan Al-Fatih untuk menyiapkan laporan terkait kesiapan para
pasukannya. Jelas sekali Sultan Al-Fatih sedang mempersiapkan sebuah rencana besar yang akan
dipimpinnya langsung.
Pada 25 April 1481, Sultan Al-Fatih berhasil menyeberang Teluk Bosporrus bersama para
pengawalnya dan bermalam disebuah tempat antara Maltabah dan Kabzah, tempat yang kemudian
dikenal dengan Sultan Jairi /tempat merumput kuda sultan.
Hanya saja rencana yang sedang dipersiapkan Sultan Al-Fatih tidak dapat dilanjutkan karena sakit
luar biasa yang diderita oleh Sultan, didampingi oleh Dokter pribadinya, Yaqub Basya yang
memberikan obat-obat yang ternyata tidak mampu menyembuhkan penyakit Sultan tetapi malah
semakin memperburuk keadaannya.
Akhirnya setelah beberapa hari sakit yang diderita tidak menampakkan tanda-tanda kesembuhan
akhirnya Sultan meninggal secara mendadak dan secepat itu tanpa tanda-tanda dan karena rasa
sakit diperutnya?
Itulah yang memunculkan praduga bahwa Dokter Yaqub Basya berada dibalik kematian Sultan,
Dokter Yaqub awalnya bukanlah muslim dan berasal dari Venesia, Italia dengan nama asli Maestro
Lacob dan nama Yaqub diambilnya setelah masuk Islam.
Sebenarnya kota Venesia sendiri sudah melakukan hampir 14 kali percobaan pembunuhan terhadap
sang sultan tetapi tidak pernah berhasil, hal itulah yang memunculkan skenarion iming-iming uang 17
juta dollar kepada Dokter Yaqub, sehingga membuat Dokter Yaqub memberikan racun sedikit demi
sedikit kepada Sultan sehingga belian menghembuskan nafas yang terakhir.
Sedang Dokter Yaqub belum sempat menikmati hadiah uang yang dijanjikan sudah keburu dibuh
oleh para pengawal Sultan Al-Fatih.
Sebelum Sultan Muhammad Al-Fatih meninggal dunia, beliau sempat menyampaikan wasiat kepada
putranya tentang prinsip menjalani hidup, nilai-nilai dan keyakinan yang diyakininya.
Tidak lama lagi aku akan mati. Tetapi aku tidak pernah menyesal karena telah meninggalkan calon
penerus sepertimu.Jadilah seorang yang adil, shaleh dan penyayang.
Lindungilah seluruh rakyatmu tanpa membeda-bedakan dan bekerjalah untuk menyebarkan agama
Islam.
Karena ini adalah kewajiban semua raja diatas muka bumi.Dahulukan perhatianmu kepada agama
atas urusan apapun.
Jangan berhenti untuk terus melakoninya.Jangan memilih orang yang tidak memperhatikan urusan
agama tidak menjauhi dosa-dosa besar dan tenggelam dalam maksiat.Jauhilah bidah yang
merusak.
Jauhi orang yang mengajakmu melakukan bidah itu.Perluaslah negerimu dengan berjihad dan
jagalah jangan sampai harta Baitul Mal itu agar tidak dihambur-hamburkan.
Jangan mengambil harta seorang pun dari rakyatmu kecuali dengan aturan Islam.Berikan jaminan
makanan bagi orang-orang lemah.Muliakanlah sebaik-baiknya orang-orang yang berhak ..
Ketahuilah bahwa para ulama itu seperti kekuatan yang tersebar dalam tubuh negeramu.Maka
muliakan kehormatan mereka dan motivasilah mereka (dengan yang kau miliki)
Jika engkau mendengarkan seorang ulama dinegeri yang jauh. Maka undanglah ia datang dan
muliakanlah ia dengan hati ..
Waspada dan hati-hatilah, jangan sampai engkau terlena dengan harta dan pasukan yang banyak.
Jangan sampai engkau menjauhi para ulama syariat.
Agama adalah tujuan kita, hidayah adalah jalan hidup kita, dan dengan itulah kita akan menang.
Aku datang ke negeri ini seperti seekor semut yang kecil.Lalu Allah memberiku semua nikmat yang
besar ini.
Karenanya ikutilah jalanku dan jejakku.Bekerjalah untuk meneguhkan agama ini dan memuliakan
para pengikutnya. Jangan menggunakan uang Negara untuk kemewahan dan kesi-siaan atau
menggunakannya lebih dari yang seharusnya, karena itu adalah penyebab terbesar kebinasaan.
Yach kaum muslimin harus kehilangan sosok pemimpin yang mampu mewujudkan perkataan
Rasulullah SAW, yaitu penaklukan kota Konstantinopel yang sudah dilakukan selama 8 abad belum
dapat dikalahkan hingga akhirnya datang Muhammad Al-Fatih.
Setelah memimpin selama 30 tahun dan membawa kemakmuran dan kejayaan akhirnya pada 4
Rabiul Awal 886 H atau 3 Mei 1481 M di Askodra, Sang Sultan Al-Fatih akhirnya meninggal dunia
ditengah para prajuritnya dengan meninggalkan sebuah misteri strategi militer yang sedang ia
jalankan (beberapa analisa menjelaskan bahwa Al-Fatih akan menyerang Italia sebelum dirinya
meninggal dunia), Sultan Al-Fatih memang tidak pernah mengatakan setiap kali ditanyakan mengenai
strategi militer yang akan dijalankan.
Jika saja aku memberitahu kepada salah satu lembar jenggotku, maka pasti aku akan
mencabutnya, ungkap AL-Fatih.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat-Nya untuk pemimpin besar yang mampu
menundukkan Konstantinopel dan oleh Rasulullah SAW disebut sebagai sebaik-baiknya pemimpin.
Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah penakluknya dan sebaik-
baik pasukan adalah pasukannya. (HR. Ahmad)
OTHER
MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM TURKI
USTMANI
MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM
TURKI USTMANI
OLEH
KELOMPOK 4
. .
Segala puji hanya milik Allah yang telah melimpahkan segala karunianya yang tidak terhingga,
khususnya nimat iman dan islam. Yang dengan keduanya diperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah atas Baginda Nabi Muhammad SAW, dan atas
keluarga dan sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka itu hingga akhir
zaman.
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT makalah ini telah dapat kami selesaikan,
dengan tema yang telah ditentukan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Wahyudi Rifani M. Pdi sebagai Dosen Pembimbing mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam, atas bimbingannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu
Terima kasih pula kami ucapkan kepada rekan-rekan khususnya dari kelompok 4, atas segala
bantuannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, dan penuh dengan kekurangan,
mudah-mudahan bisa lebih disempurnakan lagi di masa-masa mendatang.
Akhirnya semoga pekerjaan kita ini diberi pahala oleh Allah SWT. Amiin.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................................. 3
D. Batasan ............................................................................................................ 4
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................... 18
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di masa sekarang ini kita umat Islam mendapat ujian yang sangat berat, di mana keadaan umat
Islam sangat ketinggalan dalam segala aspek kehidupan duniawi dibanding umat lain. Padahal kalau
dilihat kebelakang, umat Islam begitu berjaya selama lebih dari 5 abad, bahkan kemajuan yang
dirasakan bangsa-bangsa Barat sekarang, tidak mungkin bisa dilepaskan dari peranan umat Islam di
masa keemasannya.
Umat Islam sekarang perlu berkaca kepada pendahulu mereka, mempelajari sejarah mereka,
dan mengambil itibar serta meneladani perjuangan, semangat mereka dalam memajukan Islam dan
kaum muslimin. Sehingga dengan begitu timbullah rasa bangga, percaya diri, dan berkobarlah
semangat yang sudah lama tergerus oleh bayang-bayang gemerlap kemajuan bangsa-bangsa barat
yang telah memenuhi segala aspek kehidupan kita.
.....
Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya
Kami teguhkan hatimu ... (Hud : 120)[1]
Allah SWT meneguhkan hati Rasulullah serta para sahabat beliau diantaranya dengan
menceritakan para Rasul serta umat-umat terdahulu di dalam Al-Quran..
Dengan mengetahui sejarah para pendahulu kita dapat bercermin bagaimanakah mereka bisa
berhasil, dan bagaimana keadaan umat Islam sekarang dibanding masa dahulu.
[2]
Dan tidaklah bisa memperbaiki akhir ini umat, melainkan oleh sesuatu yang memperbaiki akan
awalnya ..
: : :
: : : :
: . :
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash,
dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau
Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia
mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kami dahulu sedang menulis di sekitar
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang
dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, Kota Heraklius dibuka lebih dahulu. Yaitu: Konstantinopel. [H.R.
Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]
( ) ( ) : .
Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-
baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.[3]
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
3. Mengetahui perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam di masa Kerajaan Turki Usmani
D. Batasan Masalah
Dalam makalah ini kami hanya membahas seputar Kerajaan Turki Usmani mulai kemunculannya
sampai keruntuhannya, dan sekitar yang terjadi di masa kekuasaan Turki Usmani
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah kekhalifahan Bani Abbasiyah runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik
Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa
kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan
peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak
berhenti sampai di situ. Timur Lenk terus menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah
muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar : Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di
Persia. Kerajaan Usmani, disamping yang pertama berdiri , juga yang terbesar dan paling lama
bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol
dan daerah utara negeri China. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan
kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika
mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M,
mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara
mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di sana, di bawah pimpina Ertoghrul,
mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang
melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik
itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak
itu, mereka terus membina wilayah barunya dan memilih Syukud sebagai ibu kota.
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya, Usman.
Putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara
tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II
dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota
Broesse. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin
terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerjaan kecil. Usman
pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah,
kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Secara singkat masa kepemimipinan Kerajaan Turki Usmani
dapat dibagi dalam 5 periode :
Periode I (1299-1402) Pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan yang disusul dengan perluasan
wilayah hingga menyeberang ke daratan Eropa. Kekuatan Timur Lenk kemudian dapat membendung
langkah maju Turki Utsmani, di mana mereka dapat merebut wilayah Timur kerajaan pada 1402.
Periode ke II (1403-1566) Masa transisi; anak-anak Bayazid berebut kekuasaan, sampai
akhirnya dikuasai penuh oleh Muhammad I. Muhammad II (Al-Fatih) menaklukan Konstantinopel
pada 1453, sementara Salim menaklukan Mesir pada 1517.
Periode ke III (1566-1703) Hanya bertahan dan tidak terjadi perluasan wilayah; bahkan
ada wilayahnyayang sudah jatuh (seperti Hongaria) ke pihak musuh.
Periode ke IV (1703-1839) masa kemunduran.
Periode ke V (1839-1924) terjadi modernisasi sampai kemudian jatuh pada 1924. Berdirilan
Republik Islam Turki.[5]
Sultan Orkhan adalah putera Usman I. sebelum Orkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak
membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya. Pada
masa pemerintahannya, dia berhasil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil.
Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah atau Jenissary. Pasukan ini
dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan
senjata meriam.[7]Pada masa ini Turki Usmani dapat menaklukkan Azmir (Smirna) tahun1327 M,
Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini
adalah bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Turki Usmani.[8]
Pengganti Sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya,
sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan beberapa daerah ke benua Eropa. Ia
menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta
membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan
Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai
cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum
muslimin dari daratan Eropa. Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu
Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman raja
Hongaria. Terjadilah peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M).
Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam.
Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia
Monatsir, dan Saloniki.
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya
seperti Eiden, Sharukan dan Mutasya di Asia Kecil dan negeri bekas kekuasaan Bani Saluki. Bayazid
sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan
penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan perangan ini yang
merupakan penyebab terjadinya Perang Salib.[9]
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan
Bayazid. Dan keberhasilan ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke
Konstatinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil.
Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Usmani mengalami kekalahan.
Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa dampak buruk bagi Turki Usmani. Penguasa-penguasa
Seljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan
Bulgaria juga memproklamirkan kemerdekaan. Dalam masa itu, putra-putra Bayazid saling berebut
kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403-1421 M) dapat
mengatasinya.[10]
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada
di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan
Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani.[11] Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M,
kerajaan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada putra-putranya yang satu-sama lain saling
berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan
Mongol. Namun pada saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara putra-putra Bayazid
(Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan terjadi, akhirnya
Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Sultan Muhammad I berusaha keras
menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula. Usaha
Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar
keamanan dalam negeri. Usahanya ini diteruskan oleh Murad II (1421 1484 M) [12]
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sultan Murad II. Cita-citanya
adalah melanjutkan usaha Muhammad I. yaitu untuk menguasai kembali daerah-daerah yang
terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil,
Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali
menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan
tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan
kembali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai
akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad II (Al-Fatih).[13]
7. Muhammad II bin Murad II atau Muhammad Al-Fatih (855 H/1451 M-886 H/1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh
putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih (Sang Penakluk). Ia diberi gelar Al-Fatih karena
dapat menaklukkan Konstantinopel, yang sudah lama ditunggu-tunggu umat Islam sesuai yang
dijanjikan Rasulullah langsung. Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah
meninggalkan solat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat
tahajud sejak baligh. Hanya Sultan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat
wajib, tahajud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.[14] Muhammad Al-Fatih berusaha
membangkitkan kembali sejarah gemilang umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel
sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah
dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam. Tiga
alasan Muhammad II menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
1) Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad
saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
3) Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng
besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng
Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum). Benteng yang didirikan umat
Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk
menyerang kota Konstantinopel. Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad bersama gurunya, Syaikh
Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan
penyerangan ke Byzantium dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 150.000
pasukan dan meriam buatan Urban teknologi baru pada saat itu Muhammad II mengirim surat
kepada Paleologus untuk masuk Islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai atau
perang. Constantine Paleologus menjawab tetap mempertahankan kota dengan dibantu oleh
Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa. Pasukan Muhammad II
menyerbu Byzantium dari arah barat (Balkan). Sedangkan, di bagian timur (di selat Bosporus) dijaga
armada Turki untuk menghalangi bantuan yang di tujukan pada Konstantinopel. Tanggal 28 mei 1453
M pasukan Turki serentak menyerbu kedalam kota, akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan
umat Islam (29 Mei 1453 M) dan Kaisar Bizantium Palaelogus tewas bersama tentara Romawi Timur.
Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia, dan
Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Islam, Yahudi
ataupun Kristen. Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap
sebagaimana fungsinya bagi penganutnya. Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, kota
itu dijadikan sebagai ibukota dan namanya diganti menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini
nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul.[15] Jatuhnya kota
Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara
sekitarnya seperti Serbia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia.
Setelah pemerintahan Sultan Muhammad II, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa
Sultan, yaitu:
Di masa Sultan Salim I, perhatian beralih ke arah timur dengan menaklukkan Persia, Syiria, dan
Dinasti Mamalik Mesir.
Sultan Sulaiman Al-Qanuni termasuk Sultan yang sukses memimpin Kerajaan Turki Usmani, ia tidak
mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah timur atau barat, tetapi seluruh wilayah yang berada di
sekitar Turki Usmani merupakan obyek yang menggoda hatinya. Sultan Sulaiman berhasil
menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budhapes, dan Yaman. Dengan demikian, luas
wilayah Kerajaan Turki Usmani pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia,
Irak, Syiria, Hijaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libya, Tunis, dan Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Setelah Sultan Sulaiman wafat, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang
menyebabkan kerajaan mengalami kemunduran. Akan tetapi, meskipun terus mengalami
kemunduran, kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat,
terutama dalam bidang militer.[16]
13. Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai
berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-
kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang, sehingga
melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti Turki Usmani dapat diserang oleh
tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia.[17] Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin
lemah dan berkurang hingga akhirnya di akhir PD II, Turki termasuk negara yang kalah perang. Kemal
Attaturk kemudian memproklamirkan Republik Turki sebagai ganti dari Kerajaan Turki Usmani.
Dengan demikian runtuhlah kerajaan dan kekhalifahan Turki Usmani.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani yang demikian luas dan berlangsung
dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain.
Yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bidang Militer
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat,
sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun demikian, kemajuan
Kerajaan Usmani mencapai masa keemasannya itu, bukan semata-mata karena keunggulan politik
para pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu. Yang
terpenting diantaranya adalah keberanian , keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya
yang sanggup bertempur kapan dan di mana saja.
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur
ketike terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah
terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik, dan strategi tempur militer Usmani berlangsung
tanpa halangan berarti. Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer yang
besar ini dilanda kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Merasa merasa dirinya sebagai
pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi, keadaan tersebut segera dapat diatasi
oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer.
Pembaruan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya dalam bentuk mutasi
personel-personel pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa
non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan
dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan
terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah
yang dapat mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan
dorongan yang amat besar dalam penaklukan negari-negeri non-Muslim.
Di samping Jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah
pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi,
karena ia mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16,
angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer turki Usmani yang
tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas, baik di Asia, Afrika, maupun
Eropa. Faktor utama yang yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah tabiat bangsa
Turki itu yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat
alami yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang
teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas.
Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadrul adham
(perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di
bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-alawiyah.
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I, disusun sebuah kitab
undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-abhur, yang menjadi pegangan
hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan
Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar Al-Qanuni.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan
mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka kelihatan
tidak begiu menonjol. Karena itulah, di dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan
ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani. Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam
pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah, seperti Masjid
Al-Muhammadi atau Masjid Jami Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid
Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satu
masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah masjid yang asalnya gereja Aya Sopia.
Hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup gambar-gambar Kristiani yang ada sebelumnya.
Pada masa Sultan Sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya, banyak dibangun masjid,
sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.
Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinat Sinan, seorang arsitek
asal Anatolia.
3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan
politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat
dengan syariat sehingga, fatwa Ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai
tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti, sebagai pejabat urusan
agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi
masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan.
Pada masa Turki Usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang
ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan
militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara Jenissari,
sehingga mereka sering disebut Tentara Bektasyi, sementara tarekat Maulawi mendapat dukungan
penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.
Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir, dan hadits boleh
dikatakan tidak mengalami perkembangan yang yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk
menegakkan satu faham (madzhab) keagamaan dan menekan madzhab lainnya. Sultan Abdul Hamid
II, misalnya begitu fanatik terhadap aliran Asyariyah. Ia merasa perlu mempertahankan aliran
tersebut dari kritik-kritikan aliran lain. Ia memerintahkan kepada Syekh Husein Al-Jisri menulis kitab
Al-Hushun Al-Hamidiyah (benteng pertahanan Abd. Al-Hamid) untuk melestarikan aliran yang
dianutnya itu. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka ijtihad
tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiah
(semacam catatan) terhadap karya-karya masa klasik.[18]
Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani mulai memasuki fase
kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu
tidak langsung terlihat. Perlahan tapi pasti kejayaan Turki Usmani mulai memudar, karena para
pemimpin yang menggantikannya tidak mempunyai kemampuan yang cukup memadai untuk
mengatasi permasalahan yang timbul, diantaranya pemberontakan-pemberontakan di wilayah-
wilayah kekuasaan, dan bangsa-bangsa Eropa yang mulai mengalami masa kemajuan yang pesat.
Hingga akhirnya di akhir Perang Dunia II 1942 H dimotori oleh Kemal Attaturk, Kerajaan Turki Usmani
berubah menjadi Republik Turki. Maka dengan demikian berakhirlah kerajaan Islam yang berkuasa
selama 6 abad.
Banyak faktor yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani itu mengalami kemunduran, diantaranya
adalah :
1. Wilayah kekusaan yang sangat luas, sedangkan administrasi pemerintahan kerajaan tidak beres.
2. Heterogenitas penduduk dengan wilayah yang sangat luas, sehingga perbedaan bangsa dan agama
acapkali menyebabkan terjadinya pemberontakan.
3. Pemerintahan yang lemah setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni, menyebabkan banyak terjadi
kekacauan di pemerintahan.
4. Pemberontakan tentara Jenissari, tentara yang menjadi sumber kekuatan militer Turki Usmani,
pernah terjadi 4 kali.
5. Kemerosotan Ekonomi.
6. Terjadi stagnasi dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara bangsa-bangsa Eropa
sedang mengalami masa pesatnya ilmu pengetahuan.[19]
Bagaimanapun, kerajaan Turki Usmani banyak berjasa, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan
Islam ke Benua Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk pertama kalinya lebih banyak ditujukan ke Eropa
Timur yang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama Islam. Akan tetapi, karena dalam
bidang peradaban dan kebudayaan kecuali dalam hal-hal yang yang bersifat fisik
perkembangannya jauh berada di bawah kemajuan politik, maka, bukan saja neger-negeri yang
sudah ditaklukkan akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, tetapi juga masyarakatnya tidak
banyak yang memeluk agama Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asal-muasal Kerajaan Turki Usmani adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri China. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke
Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh,
ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-
13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah
saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di sana, di bawah pimpinan
Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang
berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan.
Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan
Bizantium. Sejak itu, mereka terus membina wilayah barunya dan memilih Syukud sebagai ibu kota.
Setelah Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya,
Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah
antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin
II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota
Broesse. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin
terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerjaan kecil. Usman
pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah,
kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.
2. Kerajaan Turki Usmani pernah dipimpin sebanyak 40 orang raja, di mana yang pertama adalah
pendirinya yaitu Sultan Usman bin Ertoghrul, kemudian dilanjutkan raja-raja setelahnya. Diantara raja
yang paling sukses adalah Muhammad Al-Fatih dan Sultan Sulaiman I.
3. Di masa Kerajaan Turki Usmani perkembangan yang paling pesat adalah di bidang militer dan
infrastuktur, sedangkan bidang lain tidak terlalu mengalaami kemajuan berarti.
4. Kerajaan Turki Usmani mulai mengalami masa kemunduran setelah wafatnya Sultan Sulaiman Al-
Qanuni, sultan setelahnya tidak mampu meneruskan jalannya pemerintahan dengan baik, sementara
bangsa-bangsa Eropa mengalami masa kemajuan ilmu pengetahuan, hingga akhirnya tahun1942
Republik Turki diproklamirkan menggantikan kerajaan Turki Usmani.
B. Saran
1. Agar seluruh mahasiswa dan kaum muslimin mempelajari sejarah perjuangan umat Islam masa lalu
agar memicu semangat ingin memajukan Islam
2. Terus tingkatkan ilmu pengetahuan, karena kita sudah sangat tertinggal dengan bangsa Barat
3. Tetaplah teguh dan bangga dengan ke islaman karena Islam memiliki sejarah yang sangat
membanggakan
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Quranul Karim
http://bukitbarisan.wordpress.com/2009/12/29/kisah-penaklukan-konstantinopel-1453-m-dan-
terbunuhnya-dracula-1476-m/ [diakses : 12 Maret 2014]
2. Http://www.slideshare.net/lukmanul/turki-utsmani [29 Maret 2014, 22:35]
6. Maktabah Syamilah
7. Peradaban Islam di Turki Era Turki Usmani,
http://melianatureoku.blogspot.com/2013/02/peradaban-islam-di-turki-era-turki.html [ diakses : 11
Maret 2014 ]
8. Sejarah Penaklukan Konstantinopel Oleh Sultan Muhammad Al-Fatih,
http://soalsdn2.blogspot.com/2012/09/sejarah-penaklukan-konstantinopel-oleh.html [ diakses : 11
Maret 2014 ]
10. Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003
Konstantinopel
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sejarah
o 1.1 Bizantium
o 1.2 306337
o 1.3 395527
o 1.4 527565
2 Catatan kaki
3 Referensi
4 Lihat pula
5 Pranala luar
Konstantinopel didirikan oleh Kaisar Romawi Konstantinus I di atas situs sebuah kota yang
sudah ada sebelumnya, Bizantium, yang didirikan pada permulaan masa ekspansi kolonial
Yunani, kemungkinan besar sekitar 671-662 SM. Situs ini terletak di jalur darat
dari Eropa ke Asia, dan jalur laut dari Laut Hitam ke Laut Mediterania, serta memiliki sebuah
pelabuhan yang besar dan masyhur di Tanduk Emas.
306337[sunting | sunting sumber]
Kaisar Konstantinus Imempersembahkan kota Konstantinopel kepada Maria dan Kanak-Kanak Yesus
dalam sebuah mosaik Gereja Hagia Sophia, sekitar tahun 1000
Konstantinopel dibangun selama enam tahun, dan diresmikan pada 11 Mei 330. [7] Konstantinus
membagi kota yang diperluas itu, seperti Roma, menjadi 14 kawasan, dan mendandaninya
dengan fasilitas-fasilitas umum yang layak bagi sebuah metropolis kekaisaran. [8] Akan tetapi,
mula-mula, Roma baru Konstantinus tidak memiliki semua kemuliaan Roma lama. Kota ini
memiliki seorang proconsul, bukannya seorang prefek urban. Tidak memiliki praetor, tribun,
ataupun quaestor. Meskipun memiliki senator-senator, mereka hanya begelarclarus,
bukan clarissimus, seperti di Roma. Konstantinopel juga tidak memiliki jajaran administratif yang
mengatur suplai pangan, polisi, patung-patung, kuil-kuil, saluran-saluran pembuangan, saluran-
saluran air bersih, atau fasilitas-fasilitas umum lainnya. Program baru pembangunan
diselenggarakan dengan tergesa-gesa: Pilar-pilar, pualam-pualam, daun-daun pintu, dan ubin-
ubin dipindahkan dari kuil-kuil kekaisaran ke kota baru itu. Dengan cara yang sama, banyak
karya seni yunani dan Romawi segera terlihat di alun-alun dan jalan-jalan. Kaisar mendorong
pendirian bangunan-bangunan pribadi dengan cara menjanjikan kepada para pemilik bangunan
hadiah lahan dari tanah negara di Asiana dan Pontica, dan pada 18 Mei 332 dia mengumumkan
bahwa, sebagaimana halnya di Roma, bahan pangan akan disalurkan secara cuma-cuma
kepada warga kota. Konon saat itu jumlahnya mencapai 80.000 ransum sehari, disalurkan dari
117 titik distribusi di seluruh kota.[9]
Dari Augustaeum terbentang sebuah jalan raya, Mese (bahasa Yunani: [], secara
harfiah berarti "[Jalan] Tengah"), dipagari jajaran pilar. Karena membentang turun dari bukit
pertama dan naik ke bukit kedua, jalan ini melintasi sisi kiri Praetorium atau Gedung Kehakiman.
Kemudian melintasi Forum Konstantinus yang berbentuk oval tempat dewan senat kedua dan
sebuah pilar tinggi yang dipuncaknya tegak sebuah arca Konstantinus dalam rupa Helios,
bermahkota sebuah lingkaran suci dengan tujuh berkas sinar dan menghadap ke arah matahari
terbit. Dari sana Mese melintasi Forum Taurus, kemudian Forum Bous, dan akhirnya naik ke
bukit ketujuh (atau Xerolophus) melewati Gapura Kencana di Tembok Konstantinus. Setelah
pendirian Tembok Theodosius pada abad ke-5, Mese diperpanjang sampai ke Gapura
Kencana yang baru. Panjang keseluruhannya mencapai tujuh Mil Romawi.[10]
395527[sunting | sunting sumber]
Theodosius I adalah Kaisar Romawi terakhir yang memerintah Keaisaran Romawi yang utuh (detail dari
Obelisk di Hippodromos Konstantinopel
Prefek Kota Konstantinopel pertama yang diketahui adalah Honoratus, yang menjabat sejak 11
Desember 359 sampai 361. Kaisar Valens membangun Istana Hebdomon di
tepian Propontis dekat Gapura Kencana, kemungkinan besar untuk digunakan pada saat
pemeriksaan pasukan. Semua kaisar sampai dengan Zeno dan Basiliscus dinobatkan dan
diumumkan di Hebdomon. Theodosius I membangun Gereja Yohanes Pembaptis sebagai
tempat penyimpanan tengkorak orang suci itu (sekarang disimpan di Istana Topkap di Istanbul,
Turki), mendirikan sebuah tugu peringatan atas dirinya di Forum Taurus, dan merombak
reruntuhan kuil Aphrodite untuk dijadikan sebuah gudang kereta Prefek
Pretoria; Arcadius membangun sebuah Forum baru yang dinamakan menurut namanya sendiri
di Mese, dekat tembok-tembok Konstantinus.
Sekitar periode ini, Uldin, seorang pemimpin kaum Hun, muncul di Danube dan bergerak maju
ke Thrace, namun dia dikhianati oleh banyak pengikutnya, yang menyeberang ke pihak Romawi
dan memukul mundur raja mereka kembali ke utara sungai itu. Karena kejadian ini, tembok-
tembok baru didirikan untuk mempertahankan Konstantinopel, dan armada di Danube
ditingkatkan.
Sementara itu, kaum Barbar menguasai Kekaisaran Romawi Barat: Kaisarnya lari ke Ravenna,
dan kerajaannya binasa. Setelah peristiwa ini, Konstantinopel benar-benar menjadi kota terbesar
di Kekaisaran Romawi sekaligus di dunia. Kaisar-kaisar tidak lagi mondar-mandir dari satu ibu
kota dan istana ke ibu kota dan istana lainnya. Mereka berdiam di istananya dalam kota besar
itu, dan mengutus jenderal-jenderal untuk memimpin bala tentara mereka. Kemakmuran
Mediterania Timur dan Asia Barat mengalir masuk ke Konstantinopel.
527565[sunting | sunting sumber]
Peta Konstantinopel (1422) karya Kartografer asal FirenzeCristoforo Buondelmonti[11] adalah peta
Konstantinopel tertua yang masih ada, dan satu-satunya peta yang berasal dari masa sebelum kota itu
ditaklukkan bangsa Turki pada 1453
Selama periode akhir Romawi dan awal Bizantin, Agama Kristen menuntaskan permasalahan-
permasalahan mendasar akan identitasnya, dan perselisihan antara
kubu Ortodoks dan Monofisit menimbulkan kekacauan yang serius. Kekacauan ini diekspresikan
melalui keikutsertaan dalam keanggotaan pendukung tim biru dan hijau pada balapan kereta.
Para pendukung tim biru dan tim hijau konon[13] memelihara kumis dan janggut, mencukur
rambut di bagian depan dan memanjangkan rambut di bagian belakang kepala, mengenakan
jubah berlengan lebar dan berikat pinggang; dan membentuk kelompok-kelompok yang
meraung-raung dan melakukan kejahatan di jalanan pada malam hari. Pada akhirnya
kekacauan-kekacauan ini memuncak pada sebuah pemberontakan besar pada 532, yang
dikenal sebagai kerusuhan "Nika" (dari pekik-perang "Kemenangan!" yang diteriakkan para
pemberontak).
Kebakaran yang disulut para pemberontak Nika menghanguskan basilika St. Sophia yang
dibangun Konstantinus, yakni gedung Gereja utama Konstantinopel, yang berdiri di utara
Augustaeum. Yustinianus menugaskan Anthemius dari Tralles dan Isidorus dari Miletus untuk
menggantikannya dengan gedung GerejaSt. Sophia yang baru dan yang tiada duanya. Gedung
ini adalah katedral agung Gereja Ortodoks, yang kubahnya konon bertahan di ketinggian atas
kehendak Tuhan semata, dan yang terhubung langsung dengan istana sehingga keluarga
kerajaan dapat pergi ke Gereja tanpa perlu melalui jalanan.[14] Peresmiannya digelar pada 26
Desember 537 dan dihadiri kaisar, yang berseru, "Wahai Salomo, aku telah
menyaingimu!"[15] Pengurusan St. Sophia ditangani oleh 600 orang termasuk 80 imam, dan
menghabiskan biaya pembangunan sebesar 20.000 pon emas.[16]
Yustinianus juga menugaskan Anthemius dan Isidorus untuk meruntuhkan bangunan asli Gereja
Para Rasul Kudus yang dibangun Konstantinus dan menggantikannya dengan sebuah
gedung gereja baru dengan nama yang sama. Gereja ini dirancang dalam bentuk salib sama-sisi
dengan lima kubah, dan dihiasi mosaik-mosaik indah. Gereja ini terus menjadi tempat
pemakaman para kaisar mulai dari Konstantinus sendiri sampai abad ke-11. Ketika
Konstantinopel jatuh ke tangan Turki pada 1453, Gereja ini diruntuhkan untuk menyediakan
tempat bagi makam Mehmed II Sang Penakluk. Yustinianus juga memperhatikan aspek-aspek
lain dari lingkungan pembangunan kota. Dia menetapkan larangan mendirikan bangunan di tepi
laut, dengan maksud untuk menjaga keindahan pemandangan.[17]
Bagian yang telah direstorasi dari benteng pertahanan yang melindungi Konstantinopel selamaAbad
Pertengahan
Di awal abad ke-7, Bangsa Avar dan kemudian Bangsa Bulgar menduduki sebagian besar
wilayah Balkan sehingga menjadi ancaman dari Barat bagi Konstantinopel. Di saat yang
sama, Kekaisaran Sassaniyah di Persiamenduduki Prefektur Timur, dan menerobos maju
ke Anatolia. Heraclius, putera eksark Afrika, berlayar ke Konstantinopel dan dinobatkan sebagai
kaisar. Karena situasi militer sangat mengkhawatirkan, dia sempat mempertimbangkan
pemindahan ibu kota kekaisaran ke Kartago, namun diurungkannya setelah warga
Konstantinopel memohon-mohon padanya untuk tetap tinggal. Konstantinopel kehilangan
haknya atas gandum gratis pada 618, setelah Heraclius sadar bahwa kota itu tak lagi dapat
memperoleh pasokan dari Mesir akibat peperangan dengan Persia. Populasi Konstantinopel
menurun drastis karenanya, dari 500.000 menjadi 40.000-70.000 jiwa saja. [20]
Smentara kota besar itu dikepung musuh, Heraclius memimpin bala tentaranya memasuki
wilayah Persia dan dalam waktu singkat berhasil memulihkan status quo pada 628, setelah
Persia melepaskan seluruh wilayah taklukan mereka. Meskipun demikian, kekaisaran terus
melemah karena gempuran-gempuran Bangsa Arabsehingga kehilangan provinsi-provinsinya di
Afrika dan Tenggara Mediterania untuk selamanya. Pengepungan pertama Konstantinopel oleh
Kaum Muslim berlangsung dari tahun 674 sampai 678, dan pengepungan keduaberlangsung
dari tahun 717 sampai 718. Sementara Tembok-tembok Theodosius tak dapat ditembus oleh
serangan darat, sebuah penemuan baru yang dikenal dengan julukan "Api Yunani"
memampukan Angkatan Laut Bizantin menghancurkan armada Arab dan memungkinkan
pasokan makanan tetap mengalir ke dalam kota. Pada pengepungan kedua, pertolongan yang
sangat menentukan diulurkan oleh Bangsa Bulgar. Kegagalan pengepungan ini sangat
merugikan Kekhalifahan Umayyah, serta memulihkan perimbangan kekuatan antara Bizantin
dan Arab.
Krisis Ikonoklasme, 726-845[sunting | sunting sumber]
Leo III yang berhasil memukul mudur serangan bangsa Arab baik dari daratan maupun lautan
memulai pemerintahannya dengan kontroversi religius terbesar dalam sejarah
Byzantium; Ikonoklasme. Dimulai 726 ia memerintahkan pasukan kekaisarannya untuk
melepaskan lukisan Kristus yang menggantung di gerbang Chalke, yang merupakan lukisan
religius paling penting di kota. Dia meyakini bahwa pemujaan lukisan-lukisan ini adalah bentuk
penyembahan berhala. Kaum Ikonodul, mereka yang memuja patung suci, mencoba
mencegahnya dan membuat pimpinan pasukan kekaisaran terbunuh. Prajurit pun mengejar
kaum Ikonodul dan membunuh pimpinannya putri Theodosia. Akhirnya Theodosia dikanonisasi
sebagai pelindung para Ikonodul.
Kebijakan Ikonoklasme Leo ini diteruskan oleh Konstantin V yang memperbarui kampanye
menentang penyembahan berhala pada tahun 754 dengan lebih ketat dibanding sebelumnya.
Konstantin V meninggal pada 14 September 775, ia digantikan oleh putranya Leo yang juga
meneruskan kebijakan Ikonoklasme ayahnya. Ia memiliki istri bernama Eiren yang berasal dari
Athena, yang merupakan penganut Ikonodul yang taat namun merahasiakannya dari suaminya.
Leo IV meninggal pada 8 September 780, digantikan putranya Konstantin yang belum berusia
sepuluh tahun, dan ibunya, Eiren ditunjuk sebagai wali. Eiren langsung mengembalikan ikon-
ikon dan memecat pendukung Ikonoklasme di pemerintahan yang digantikan dengan para
Ikonodul. Pada 24 September 787 di Nicea diselenggarakan Konsili Ekumenis Ketujuh. Setelah
mengadakan pertemuan selama satu bulan, dewan mengeluarkan keputusan untuk memulihkan
ikon-ikon dengan penegasan boleh dimuliakan dan tak boleh disembah. Setelah Konstantin VI
beranjak dewasa, ia berkuasa sendiri tanpa lagi perwakilan Eirene yang turun takhta. Namun,
Eiren memutuskan merebut kekuasaanya, dan pada 15 Agustus 797 ia perintahkan pengawal
pribadinya menangkap Konstantin dan memenjarakannya. Konstantin dihari yang sama
dibutakan matanya dan dikirim ke sebuah biara di pulau Prinkip, dan tak lama meninggal dunia
di sana. Eirene kemudian digulingkan dalam sebuah kudeta, dan pada 31 Oktober 802
Nicephorus menduduki singgasana, lalu Eirene diasingkan dari Konstantinopel dan tak pernah
kembali. Necephorus terbunuh dalam perang dan digantikan putranya, Stauracius, yang
meninggal pada 11 Januari 812 dan digantikan oleh Michael Rhangabe kaka iparnya. Michael
mencoba mengembalikan perdamaian agama dan membuat murka para penganut Ikonoklasme.
Michael I hanya berkuasa selama dua puluh bulan, dan pada 813 kaisar baru dinobatkan di Aya
Sofya sebagai Leo V. Leo adalah penganut Ikonoklasme dan kembali memperbarui pelarangan
lukisan suci. Dengan memimpin sebuah sinode pada tahun 815 di Aya Sofya; hal ini mencabut
keputusan Konsili Ekumenis Ketujuh pada 787 dan mengonfirmasi sinode Ikonoklasme pada
tahun 754. Leo yang terbunuh pada 820 digantikan oleh Michael, dan meninggal pada 2 Oktober
829. Michael II digantikan putranya Theopilus yang juga menganut Ikonoklasme namun cukup
toleran seperti ayahnya. Theopilus yang meninggal pada 20 Januari 842 digantikan putranya,
Michael III, yang baru berusia dua tahun dan diwakilkan oleh ibunya, Theodora.
Pada 845 mereka memimpin sebuah konsili yang mencabut keputusan sinode Ikonoklasme
pada tahun 754 dan mengonfirmasi Konsili Ekumenis Ketujuh pada tahun 787. Dengan begitu,
berakhirlah Krisis Ikonolasme.
4. ^ Room, Adrian, (1993), Place Name changes 1900-1991, Metuchen, N.J., & London:The
Scarecrow Press, Inc.,ISBN 0-8108-2600-3 hal. 46, 86.
5. ^ Britannica, Istanbul.
6. ^ Lexicorient, Istanbul.
7. ^ Koin-koin peringatan yang dikeluarkan pada era 330-an sudah menyebut kota
itu Konstantinopolis (lihat, mis., Michael Grant, The climax of Rome (London 1968), hal. 133),
atau "Kota Konstantinus". Menurut Reallexikon fr Antike und Christentum, Jilid 164 (Stuttgart
2005), kolom 442, tidak ada bukti untuk tradisi bahwa Konstantinus secara resmi menjuluki kota
ini "Roma baru" (Nova Roma). Mungkin saja sang kaisar menyebut kota ini "Roma kedua"
(bahasa Yunani: , Deutra Rhm) dengan dekrit resmi, seperti yang dicatat oleh
sejarawan Gereja abad ke-5 Socrates dari Konstantinopel: Lihat Nama-nama Konstantinopel.
9. ^ Socrates II.13, dikutip oleh J B Bury, History of the Later Roman Empire, hal. 74.
10. ^ J B Bury, History of the Later Roman Empire, hal. 75. et seqq.
12. ^ Margaret Barker, Times Literary Supplement 4 Mei 2007 hal. 26.
13. ^ Procopius' Secret History: lihat P Neville-Ure, Justinian and his Age, 1951.
18. ^ Early Medieval and Byzantine Civilization: Constantine to Crusades, Dr. Kenneth W.
Harl.
19. ^ Past pandemics that ravaged Europe, BBC News, November 7, 2005.
20. ^ The Inheritance of Rome, Chris Wickham, Penguin Books Ltd. 2009, ISBN 978-0-670-
02098-0 (halaman 260)
Kejatuhan Konstantinopel
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kejatuhan Konstantinopel
15 kontemporer.
Hasil
Kemenangan telak Utsmaniyah;[1]dan
berakhirnya Kekaisaran Bizantium
Kekaisaran Kesultanan
Bizantium Utsmaniyah
:
[c]
Kedespotan
Serbia[2]
Republik Genoa
Republik Venesia
[d]
:
Kerajaan Sisilia
[e]
:
Negara Kepausan
Komandan
Konstantinos Mehmed II
XI-
Zaganos
Loukas Pasha
Notaras
Suleyman
Theophilos Baltoghlu
Palaiologos-
Demitrios
Cantacuzene-
Giovanni
Giustiniani Longo (WIA)[3]
[f]
:
Girolamo
[4]
Minotto
[g]
:
[5]
Orhan elebi
Kekuatan
[a]
:
7,000[6]
50,000[11][12][13][14]
8,000[7] 80,000[15][16][17]
[b]
:
[8]
10,000 100,000[7]160,000[18][19]
200,000[3] hingga
[2]
12,000 300,000[20]
26 kapal[9]
Dari 7,000 - 10,000 70 kapal,[21] 20
tentara dalam pasukan galley[22]
Bizantium, 700 adalah orang 70 meriam[23] (14 kaliber
Yunani dan Genoa dari pulau besar dan 56 kaliber kecil)
[24]
Khios dan Genoa (400 direkrut
di Genoa dan 300 di Khios), 800
tentara dipimpin oleh orang- 90 - 126 kapal [2]
Korban
kontemporer[28]
Palaiologos
S
Peperangan Romawi Timur-Utsmaniyah
Bapheus Kampanye
Daftar isi
1 Persiapan
o 1.1 Kekuatan
2 Referensi
3 Bacaan lanjutan
Persiapan[sunting sumber]
Peta Kekaisaran Romawi Timuryang semakin kecil akibat ditaklukkan terus menerus olehKesultanan
Utsmaniyah sebelum Konstantinopel ditaklukkan.
Ketika Sultan Murad II digantikan oleh anaknya Mehmed II pada awal 1451, secara luas bahwa
sultan muda baru, yang saat itu berumur 19 tahun, akan menjadi penguasa yang belum mampu
dan tidak menimbulkan ancaman besar bagi kedudukan Kristen
di Balkan dan Aegea. [30]Keyakinan ini diperkuat oleh utusan yang dikirim kepada Mehmed
kepadanya pada awal pemerintahan.[31]Ketika musim semi dan musim panas 1452, Mehmed II,
yaitu buyut dari Bayezid I sudah membangun benteng di dekat Bosphorus di sisi Asia yang
disebut Anadolu Hisar yang sekarang dibangun benteng kedua beberapa mil di
utara Konstantinopel di sisi Eropa, tepat di seberang selat dari Anadolu Hisar yang akan
menaikkan pengaruh Turki di selat itu.[31] Adapun aspek terutama yang relevan dari benteng ini
adalah kemampuannya untuk mencegah bantuan dari koloniGenoa di pantai Laut Hitam dari
mencapai kota. Benteng ini disebut dengan Rumeli Hisar, Rumeli dan Anadolu menjadi nama-
nama bagian Eropa dan Asia dari Kesultanan Utsmaniyah, masing-masing. Benteng baru ini
juga diketahui sebagaiBoazkesen, yang memiliki makna, yaitu pemblokir-selat yang
menekankan posisi strategis. Nama Yunani benteng itu adalah,Laimokopia yang juga
menyandang makna ganda yang sama. Pada Oktober 1452, Sultan Mehmed
II memrintahkan Turakhan Beg dan anaknya, Ahmad dan Omar untuk memimpin kekuatan besar
untuk Peloponesia dan tetap ada sepanjang musim dingin untuk menjaga para
lalim Thomas dan Demetrios dari membantu saudara mereka, Konstantinus selama
PengepunganKonstantinopel.[32]
Kaisar Bizantium Konstantinus XI meminta Eropa Barat untuk menolong, namun pertolongan itu
tidak bertemu dengan sukses. Sejak saling ekskomunikasi Ortodoks dan Katolik Roma pada
tahun 1054, Katolik Roma Barat telah berusaha untuk memperoleh kekuasaan atas timur;
adapun serikat telah mencoba sebelumnya di Lyon pada tahun 1274 dan memang, beberapa
kaisar Paleologos memang diterima di gereja Latin. Kaisar Yohanes VII Palaiologos telah
berusaha untuk bernegosiasi dengan Paus Eugenius IV, dan pada Konsili Florence yakni pada
tahun 1439 dan menghasilkan proklamasi, di Florence dari Uni Banteng.
Sebuah Meriam Raksasa Turkiyang digunakan untuk mengepungKonstantinopel pada pengepungan yang
kedua.
Di musim panas 1452, ketika tugas Rumeli Hisari sudah selesai dan ancaman yang berasal
dari Kesultanan Utsmaniyah semakin dekat, Konstantinus menulis surat untuk Paus untuk
berjanji dan melaksanakan perserikatan tersebut. Adapun, dinyatakan berlaku oleh pengadilan
kekaisaran pada hari Selasa, 12 Desember 1452 dan pelaksanaannya dikerjakan setengah hati.
[31]
Walaupun dia sangat ingin untuk sebuah keuntungan, Paus Nicolas V tidak mempunyai
pengaruh Bizantium dan pikirnya memiliki lebih dari Raja-Raja Barat dan Pangeran-
pangerannya, beberapa di antaranya untuk waspada meningkatkan kontrol Kepausan, dan ini
bukanlah sarana buat berkontribusi dengan upaya, mengingat bahwa negara yang melemah
di Perancis danInggris dari Perang Seratus Tahun, sedang Spanyol berada dalam
akhir Reconquista, selain itu pertempuran internal dalamKerajaan
Jerman,Hungaria dan Polandia yang mengalami kekalahan pada Pertempuran Varna pada 1444.
Meskipun beberapa pasukan telah datang dari negara kota perdaganganItalia bagian utara,
kontribusi Barat tidak memadai untuk mengimbangi kekuatan Utsmani. Beberapa individu barat
datang untuk mempertahankan kota untuk. Salah satunya adalah seorang prajurit yang
digunakan untuk melengkapi pasukan yang berasal dari Genoa, yaitu Giovanni Giustiniani, yang
tiba dengan 700 pria bersenjata lainnya di Januari 1453.[33]Seorang spesialis dalam
mempertahankan kota-kota bertembok, ia langsung diberi komando pertahanan dinding tanah
oleh kaisar, sekitar pada waktu yang sama para kapten dari kapal Venesiakebetulan hadir
di Tanduk Emas menawarkan jasa mereka pada Kaisar, yaitu membuat pembatas yang
berlawanan dari arah Venesia, dan Paus Nicholas mengambil langkah untuk mengirimkan tiga
buah kapal yang sarat akan ketentuan, yang berlayar di dekat akhir Maret.[34]Di Venesia,
sementara itu, musyawarah sedang berlangsung untuk mempertimbangkan jenis bantuan yang
akan dipinjamkan oleh Republik kepadaKonstantinopel. Senat memutuskan untuk mengirim
armada, akan tetapi ada penundaan, dan akhirnya ditetapkan pada akhirApril, tapi armada
terlambat sehingga armada yang dikirimkan itu tak ikut dalam pertempuran. [35]Selanjutnya, 7
kapal Italia keluar dari ibu kota saat Giustiniani, maka tiba-tiba ada seorang pria yang bersumpah
mempertahankan ibu kota. Pada saat yang sama, upaya Konstantinus menjanjikan hadiah untuk
Sultan, berakhir dengan ekskusi duta besar Kaisar bahkan diplomasi Bizantium tidak bisa
menyelamatkan kota. [31]Maka dia pun segera mengajukan bermacam-macam tawaran kepada
sultan agar mau menarik pasukannya dan sebagai penggantinya akan menyetorkan uang dan
akan menyatakan ketaatan padanya dan tawaran-tawaran lainnya. Namun Sultan Muhammad
Al-Fatih, alih-alih menerima tawaran itu, malah dia dengan tegas meminta kaisar menyerahkan
kota Konstantinopel. Jika demikian, maka sultan akan memberi jaminan bahwa tidak akan ada
seorang penduduk pun dan satu gereja pun yang akan diganggu. [36]
Karena khawatir akan serangan dari Angkatan Laut Kesultanan Utsmaniyahdi sepanjang pantai
Tanduk Emas, maka Konstantinus XI memerintahkan agar rantai diletakkan di mulut pelabuhan.
Rantai yang mengapung di atas gelondongan kayu, cukup kuat untuk mencegah kapal Turki
untuk memasuki pelabuhan. Perangkat ini adalah salah satu dari dua yang digunakan sebagai
bantuan sementara oleh Bizantium dengan harapan untuk memperluaskan pengepungan
sampai kemungkinan kedatangan bantuan asing. Angkatan Laut Utsmani berusaha melampaui
rantai-rantai besar yang dipasang pasukan Bizantium, yang merupakan sarana utama mereka
untuk melindungi kota dari serangan luar.[36]Strategi ini berhasil diterapkan, karena pada
tahun 1204 tentara Perang Salib Keempat berhasil dielakkan pertahanan tanah Konstantinopel
dengan menerobos dinding perlindungan bagian sisi Tanduk Emas. Strategi lain yang digunakan
oleh Bizantium adalah perbaikan dan fortifikasi tembok tanah, yaitu Dinding Theodosia. Kaisar
Konstantinus XI dianggap perlu memastikan bahwa dinding Kabupaten Blachernae itu adalah
yang paling dibentengi karena bagian dinding utara menonjol. Benteng tanah yang terdiri 60 ft
(18 m), lebar parit depan yang bertangkup itu pada dinding-dindingnya bagian dalam dan luar
diberi jarak setiap 50-60 meter untuk diletakkan di situ menara untuk mengawasi. [37]
Kekuatan[sunting sumber]
Tentara yang mempertahankan Konstantinopel relatif sedikit; berjumlah kira-kira 7.000 orang,
2.000 orang di antaranya adalah orang asing.[38]Pada awal pengepungan, mungkin 50.000 orang
hidup di dekat tembok perlindungan, termasuk para pengungsi dari daerah sekitarnya.
[39]
Komandan Turki Dorgano, yang berada di Konstantinopel dalam bayaran kaisar, juga menjaga
seperempat dari kota di sisi arah laut dengan Turki dalam upahnya.[40] Orang Turki ini tetap loyal
terhadap Kaisar dan tewas pada pertempuran berikutnya.
Dinasti Utsmaniyah, dilain pihak, memiliki kekuatan yang lebih besar. Menurut studi terbaru dan
data arsip Utsmani menunjukkan bahwa ada sekitar 80.000 tentara Utsmaniyah termasuk
5/6.000-10.000 tentara elit Yanisari[3][16][17], dan ribuan pasukan Kristen,[40] yakni 1.500 kavaleri
bahwa penguasa Serbia ura Brankovi diberikan sebagai dari kewajiban untuk sultan
Utsmaniyah. Tetapi hanya beberapa bulan sebelumnya, ia telah dibayar untuk memperbaiki
dinding Konstantinopel. Saksi Barat kontemporer pengepungan, yang cenderung membesar-
besarkan kekuatan Sultan, dengan mengatakan jumlah-jumlah yang banyak dan lebih tinggi
mulai dari 160.000-200.000 atau 300.000 orang pasukan. [3] (Niccol Barbaro: 160.000[41];Jacopo
Tedaldi, pedangang Florence[42] dan George Sphrantzes:[18] 200.000; Kardinal Isidor dari
Kiev [43] dan Uskup AgungMetilene, Leonardo di Chio:[44] 300,000).[45][46]
Disposisi dan Strategi Turki Utsmani[sunting sumber]
Mehmed membangun armada untuk mengepung kota dari laut (sebagian diawaki oleh
pelaut Yunani danGallipoli).[16] Menurut perkiraan kontemporer, kekuatan armada Turki Utsmani
adalah terentang 100 kapal (Tedaldi), [42] 145 (Barbaro),[41] 160 (Ubertino Pusculo),[47] 200250
(Isidore dari Kiev,[43] Leonardo di Chio)[48] hingga 430 (Sphrantzes).[18]Perkiraan modern yang
lebih realistis memprediksikan kekuatan armada kapal adalah 126, khusus terdiri dari 6 kapal
besar, kapal biasa 10, 15 kapal kecil, 75 perahu dayung besar, dan 20 kuda pengangkut.
Sebelum pengepungan Konstantinopel, diketahui bahwa Kesultanan Utsmaniyah mempunyai
kemampuan melemparkan meriam ukuran sedang, tetapi kisaran beberapa bagian mereka
dapat mencapai mampu melewati medan yang lebih jauh melampaui harapan orang-orang yang
mempertahankan Konstantinopel. Kemajuan Utsmaniyah secara instrumental dalam produksi
sosok senjata misterius dengan nama Orban, menurut Hungaria (walapun beberapa pendapat
itu dari Jerman).[49] Satu meriam dirancang oleh Orban dinamai "Basilika" mempunyai tinggi yaitu
27 feet (8.2 m) dan mampu melemparkan meriam seberat 600 lb (272 kg) lebih dari 1 mil (1.6
km).[50]
Seorang pembuat bangunan awalnya mencoba untuk menjual jasa kepada Bizantium, yang
tidak mampu untuk mengamankan dana yang dibutuhkan untuk mempekerjakan dia. Orban
kemudian meninggalkan Konstantinopel dan mendekati Mehmed II, mengklaim bahwa senjata
itu bisa dari ledakan dinding sisi Babilonia itu sendiri. Mengingat dana berlimpah dan bahan yang
berlimpah juga, insinyur Hungaria membangun senjata dalam waktu tiga bulan di Adrianopel, di
mana ia diseret oleh enam puluh lembu ke Konstantinopel. Sementara itu juga, Orban juga
menghasilkan meriam instrumental lainnya untuk kekuatan pengepungan oleh pasukan Turki. [51]
Meriam Orban mempunyai beberapa kelemahan, yaitu: butuh 3 jam untuk mengisi kembali
meriam itu, suplai meriam Orban sangat singkat, dan meriam itu dikatakan sudah jatuh ketangan
lain setelah 6 minggu (tapi, fakta ini diperselisihkan[3], yang dilaporkan hanya dalam surat Uskup
Leonardo di Chio[44] dan di dalam surat dan seringkali tidak dapat dipercayai sebuah
kronikel Rusia dari Nestor Iskander).[52]Setelah sebelumnya membuat pengecoran besar, kira-
kira 150 miles (240 km) jauhnya, Mehmed sekarang sekarang harus menjalani proses
melelahkan, yaitu mengangkut potongan-potongan besar artilerinya. Dikatakan, meriam besar
Orban mempunyai disertai oleh kru dari 60 ekor sapi dan lebih dari 400 orang .[49]
Mehmed merencanakan untuk menyerang Dinding Theodosia, yang merupakan bagian terumit
dari dinding dan parit yang melindungi Konstantinopel dari serangan yang berasal dari
arah barat. Pasukannya berkemah di luar kota pada hari Senin setelah Paskah, 2 April 1453.
Sebagian besar pasukan Turki Utsmani berkemah di selatan Tanduk Emas,
pasukan Eropa biasa berkemah terbentang di seluruh dinding, yang diperintah oleh Karaja
Pasha. Pasukan biasa dari Anatolia di bawah Ishak Pasha di selatan Lycus sampai ke Laut
Marmara. Mehmed sendiri mendirikan tenda berwarna merah-emasnya dekat Mesotheichion, di
mana senjata dan resimen elit, juga Yanissari, juga diposisikan. Bashi-bazouktersebar di
belakang garis depan pertahanan. Pasukan lain di bawah Zagan Pasha dipekejakan di utara
Tanduk Emas. Komunikasi dipertahankan dengan jalan yang dibangun melewati rawa dekat
Tanduk Emas.[53]
Disposisi dan Strategi Bizantium[sunting sumber]
Kota Konstantinopel mempunyai jarak sekitar 20 km dari dinding (Dinding Theodosia: 5,5 km;
dinding laut di sepanjang Golden Horn: 7 km; dinding laut di sepanjang Laut Marmara: 7,5 km)
salah satu rangkaian dinding benteng terkuat yang ada pada waktu itu. Dinding itu baru saja
diperbaiki (di bawah Yohanes VII Palaiologos) dan dalam kondisi yang cukup baik, memberikan
pejuang Konstantinopel alasan yang cukup untuk percaya bahwa mereka bisa bertahan sampai
bantuan dari Barat tiba.[54]Selain itu juga, pejuang mempunyai perlengkapan yang relatif baik,
yaitu dilengkapi dengan 26 armada: 5 dari Genoa, 5 dari Venesia, 3 dari Venesia-Kreta, 1
dari Ancona, 1 dari Aragon, 1 dari Perancis, dan 10 dari Bizantium itu sendiri.
Pada 5 April, Sultan sendiri tiba bersama tentara terakhirnya, sedangkan para pejuang Romawi
Timur mengambil posisi mereka.[55]Sebagaimana mereka cukup untuk menempati dinding secara
keseluruhan, sudah diputuskan bahwa hanya dinding luar akan berawak. Konstantinus dan
pasukan Yunaninya menjaga Mesoteichion, bagian tengah dinding tanah, di mana mereka
dilintasi oleh sungai Lycus. Pada bagian dianggap sebagai titik terlemah pada dinding dan
serangan yang paling dikhawatirkan di sini. Giustiniani ditempatkan di utara kaisar di Gerbang
Charisia (Myriandrion); kemudian selama pengepungan, ia pindah ke Mesoteichion untuk
bergabung bersama Konstantin, meninggalkan Myriandrionuntuk mengisi tempat saudara
Bocchiardi. Minotto dan orang Venesia-nya ditugaskan di Istana Blachernae, bersama
dengan Teodoro Caristo, yaitu saudara Langasco dan Uskup Agung Leonardo di Chio. Di
sebelah kiri kaisar, kemudian jauh ke selatan terdapat komandan Cataneo, bersama
tentara Genoa, dan Theophilus Palaeologus yang menjaga Gerbang Pegae bersama
tentara Yunaninya. Bagian dinding tanah dari Gerbang Pegae dan Gerbang Emas (sendiri dijaga
oleh orang Genoa tertentu yang disebut Manuel) yang dipertahankan oleh Filippo Contarini,
sementara Demetrius Cantacuzenus mengambil posisi di bagian selatan dinding Theodosia.
Dinding laut jarang berawak, dengan Jacobo Contarini di Stoudion, kekuatan pertahanan darurat
biarawan Yunani ke tangan kirinya, dan Pangeran Orhan ada di Pelabuhan Eleutherius. Pr
Julia ditempatkan di Istana Agung dengan pasukan Genoa; Kardinal Isidore dari Kiev menjaga
ujung semenanjung dekat perintang pelabuhan. Dinding laut di selatan pantai Tanduk Emas
dipertahankan oleh Venesia dan Genoa di bawah Gabriele Trevisano.
Serangan terakhir[sunting sumber]
Lukisan oleh pelukis Yunani Theophilos Hatzimihail menggambarkan pertempuran di dalam kota,
Konstantinus terlihat menunggangi kudap putih.
Persiapan untuk serangan terakhir dimulai pada petang 26 Mei dan berlanjut keesokan harinya.
[56]
Selama 36 jam setelah dewan perang memutuskan untuk menyerang, Utsmaniyah secara
besar-besaran menggerakan tentara mereka untuk oefensif umum. [56] Tentara diberi kesempatan
untuk berdoa dan beristirahat pada tanggal 28, dan kemudian serangan terakhir akan
dilancarkan. Di pihak Bizantium, suatu armada kecil Venesia dengan 12 kapal, setelah
menyusuri Aigeia, tiba di Ibukota pada 27 Mei dan melaporkan kepada Kaisar bahwa tidak ada
armada bantuan Venesia yang besar yang akan datang.[57] Pada 28 Mei, ketika Utsmaniyah
bersiap untuk serangan terakhir, prosesi keagamaan berskala besar digelar di dalam kota. Saat
petang suatu upacara khidmat digelar di Hagia Sophia, di mana Kaisar dan perwakilan gereja
Latin dan Yunani ikut serta, bersama-sama dengan kaum bangsawan dari kedua pihak. [58]
Tidak lama setelah tengah malam pada 29 Mei serangan mati-matian dimulai. Pasukan Kristen
Kekaisaran Utsmaniyah menyerang pertama kali, diikuti oleh gelombang serangan berturut-turut
oleh azapireguler, yang miskin pelatihan dan perlengkapan, serta pasukanAnatolia yang
berfokus pada bagian dinding Blachernai di barat laut kota, yang telah rusak oleh meriam.
Bagian ini dibuat lebih tua, pada abad kesebelas, dan jauh lebih lemah. Pasukan Anatolia
berhasil menembus bagian dinding ini dan memasuki kota namun dengan cepat dihalau keluar
oleh pasukan bertahan. Akhirnya, seiring pertempuran terus berlanjur, gelombang terakhir, yang
terdiri atas Yanisari elit, menyerang dinding kota. Jenderal Genoa yang memimpin serangan
darat,[3][43][44] Giovanni Giustiniani, terluka parah selama serangan, dan evakuasinya dari benteng
memicu kepanikan di kalangan pasukan bertahan. [59] Giustiniani dibawa ke Khios, di mana dia
meninggal akibat lukanya beberapa hari kemudian.
Dengan mundurnya pasukan Genoa yang dipminpin Giustiniani ke dalam kota dan menuju
pelabuhan, Konstantinus dan pasukannya, kini tinggal berjuang sendirian, terus bertempur dan
mampu menahan Yanisari untuk sementara, tapi akhirnya mereka tidak mampu menghentikan
Yanisari memasuki kota. Pasukan bertahan juga kewalahan di beberapa titik di bagian
Konstantinus. Ketika bendera Utsmaniyah berkibar di atas sebuah gerbang belakang kecil,
Kerkoporta, yang terbuka, kepanikan merebak, dan pertahanan pun runtuh, seiring Yanisari,
yang dipimpin oleh Ulubatl Hasan terus menekan. Tentara Yunani berlarian ke rumah untuk
melindungi keluarga, tentara Venesia berlarian ke kapal-kapal mereka, dan beberapa tentara
Genoa melarikan diri ke Galata. Sisanya bunuh diri dengan melompat dari dinding kota atau
menyerah.[4] Rumah-rumah Yunani yang paling dekat dengan kota adalah yang pertama
mengalami penyerangan oleh Utsmaniyah. Disebutkan bahwa Konstantinus, melepaskan regalia
ungunya, memimpin serangan terakhir terhadap pasukan Utsmaniyah yang berdatangan, dan
meninggal dalam bentrokan yang terjadi di jalanan besama para tentaranya. Di pihak lain, Nicol
Barbaro, seorang saksi mata Venesia selama pengepungan, menulis dalam buku hariannya
bahwa dikatakan bahwa Konstantinus gantung diri ketika Utsmaniyah menembus gerbang San
Romano, meskipun nasib akhirnya tak diketahui.[60]
Setelah serangan awal, pasukan Utsmaniyah menyebar di sepanjang kalanan kota, Mese,
melewatkan forum-forum besar, dan melewatkan Gereja Rasul Suci, yang diinginkan
oleh Mehmed II untuk dijadikan tempat kedudukan patriark yang akan ditunjuknya, yang akan
membantunya untuk lebih baik dalam mengendalikan rakyat Kristennya. Mehmed II telah
mengirim tentara untuk melindungi bangunan-bangunan penting seperti gereja tersebut.
Sedikit penduduk sipil yang beruntung berhasil kabur. Ketika orang Venesia melarikan diri ke
kapal-kapal mereka, Utsmaniyah telah merebut dinding Tanduk Emas, namun tentara
Ustmaniyah tidak membunuh mereka karena lebih tertarik untuk menjarah rumah-rumah di kota.
Akibatnya, Tanduk Emas diabaikan sehingga orang Venesia mampu selamat. Kapten Venesia
memerintahkan anak buahnya untuk mendobrak gerbang Tanduk Emas, lalu mengisi kapal
dengan tentara Venesia dan pengungsi dari kota. Segera setelah mereka pergi, beberapa kapal
Genoa dan bahkan kapal Kaisar mengikuti mereka keluar dari Tanduk Emas. Tak lama setelah
itu, Angkatan Laut Utsmaniyah kembali menguasai Tanduk Emas pada tengah hari. [4]
Pasukan Utsmaniyah mendatangi Augusteum, lapangan luas di depan gereja Hagia
Sophia yang gerbang perunggunya dihalangi oleh kerumunan pendduk sipil di dalam bangunan,
meminta bantuan tuhan. Setelah pintunya didobrak, tentara Utsmaniyah memisahkan orang-
orang berdasarkan kemungkinan harga mereka di pasar budak. Mehmed II mengizinkan
pasukannya menjarah kota selama tiga hari sesuai adat. [61] Para tentara memperebutkan
sejumlah rampasan perang.[62] Menurut ahli bedah Venesia Nicol Barbaro "sepanjang
haripasukan Turk membantai banyak sekali orang Kristen di seluruh kota". Menurut Philip
Mansel, ribuan penduduk sipil dibunuh dan 30.000 penduduk sipil diperbudak atau diusir.
[63]
Suatu catatan saksi mata, yang muncul di buku They Saw It Happen in Europe 1450-1600
(1965) karya C.R.N. Routh, menceritakan sebagai berikut:
Tidak akan ada yang mampu menyamai horror dari tontonan yang mengerikan dan menakutkan ini.
Orang-orang yang ketakutan oleh jeritan berlarian dari rumah mereka dan dibunuhi oleh pedang
sebelum mereka tahu apa yang sedang terjadi. Dan beberapa dibantai di dalam rumah mereka di
mana mereka berusaha bersembunyi, dan beberapa di gereja di mana mereka mencari perlindungan.
Para tentara Turk yang murka . . . tidak memberi ampun. Ketika mereka telah membantai dan tidak
ada lagi perlawanan, mereka berlanjut menjarah dan berkeliaran di seluruh kota mencuri,
menelanjangi, merampok, membunuh, memperkosa, menawan pria, wanita, anak-anak, orang tua,
anak muda, biarawan, pendeta, orang-orang dengan semua jenis dan kondisi . . . Ada para perawan
yang terbangun dari tidur yang menganggu dan mendapati para penjahat itu berdiri di atas tubuh
mereka dengan tangan penuh darah dan wajah penuh kemarahan hina. Campuran segala bangsa ini,
para biadab kalut ini mendatangi rumah-rumah mereka, menyeret mereka, memaksa mereka,
menodai mereka, memperkosa mereka di persimpangan jalan dan membuat mereka tunduk pada
kekejaman yang pang mengerikan, Bahkan disebutkan bahwa ketika melihat para tentara ini, banyak
gadis yang langsung kaku dan nyaris meninggal.
Para orang tua dengan penampilan mulia ditarik rambut putihnya dan secara memilukan dipukuli.
Para pendeta dijadikan tawanan berkelompok, beserta para perawan saleh, biarawan, dan pertapa
yang mengabdi hanya kepada Tuhan dan hidup hanya untuk-Nya kepada-Nya mereka
mengorbankan diri, yang ditarik dari sel mereka dan yang lainnya dari gereja di mana mereka
mencari perlindungan, meskipun mereka menangis dan terisak dan pipi kurus mereka, dijadikan
obyek hinaan sebelum dibunuh. Anak-anak lembut dirampas dengan brutal dari payudara ibu mereka
dan anak gadis diperkosa secara aneh dan mengerikan, dan ribuan hal mengerikan lainnya terjadi. . .
Tempat-tempat suci dinodai, dirusak dan dijarah . . . benda-benda suci secara hina dilemparkan,
patung dan wadah suci dinodai. Ornamen dibakar, dihancurkan berkeping-keping atau dibuang ke
jalanan. Mezbah para santo secara brutal diobrak-abrik untuk dicari sisa-sisa yang kemudian
dilemparkan ke udara. Piala dan gelas untuk perayaan Misa disishkan untuk pesta pora mereka atau
dihancurkan atau dlelehkan atau dijual. Pakaian para pendeta yang bersulam emas dan dihiasi
mutiara dijual kepada penawar termahal dan dilemparkan ke api untuk mengambil emasnya. Banyak
sekali buku suci dan duniawi yang dibuang ke api atau dirobek-robek atau dinjak-injak. Namun
sebagian besarnya dijual dengan harga yang sangat rendah, untuk beberapa sen. Altar para santo,
direnggut dari fondasinya, dijungkirkan. Semua tempat persembunyian suci dirusak dan dihancurkan
untuk memperoleh harta karun suci di dalamnya . . .
The Sack of Constantinople, 1453[64]
Referensi[sunting sumber]
1. ^ Constantine XI (14491453) and the capture of Constantinople
4. ^ a b c d e f Donald Nicol. "Constantine XI and Mehmed II: the fall of Constantinople 1448-
53"
5. ^ Nicol, Donald M. (1999). Bizans'n Son Yzyllar (12611453). stanbul: Tarih Vakf Yurt
Yaynlar.ISBN 975-333-096-0 s.418-420.
7. ^ a b Merle Severy. Byzantine Empire. National Geographic. Vol. 164, No. 6 December
1983, hlm. 755?.
8. ^ A Global Chronology of Conflict: From the Ancient World to the Modern Middle ... ,
Spencer C. Tucker, 2009, hlm. 343
9. ^ Nicolle, David (2000). Constantinople 1453: The end of Byzantium. Oxford: Osprey
Publishing. hlm. 45. ISBN 1-84176-091-9.
10. ^ http://www.greece.org/romiosini/fall.html
11. ^ J. E. Kaufmann, Hanna W. Kaufmann: The Medieval Fortress: Castles, Forts, and
Walled Cities of the Middle Ages, Da Capo Press, 2004, ISBN 0-306-81358-0, page 101
12. ^ Ikram ul-Majeed Sehgal: Defence Journal (Issue 8), 2005, page 49
13. ^ Daniel Goffman: The Ottoman Empire and Early Modern Europe, Cambridge University
Press, 2002,ISBN 0-521-45908-7, page 52
14. ^ James Patrick: Renaissance And Reformation, Marshall Cavendish, 2007, ISBN 0-
7614-7650-4,page 618
15. ^ Norwich, John Julius (1997). A Short History of Byzantium. New York: Vintage Books.
22. ^ Uyar, Mesut; Erickson, Edward J. (2009). A military history of the Ottomans: from
Osman to Atatrk. Santa Barbara: Praeger. hlm. 37. ISBN 978-0-275-98876-0.
23. ^ Michael Lee Lanning: The Battle 100: The Stories Behind History's Most Influential
Battles, Sourcebooks, Inc., 2005, ISBN 1-4022-2475-3, pg 139140
24. ^ Saul S. Friedman: A history of the Middle East, McFarland, 2006, ISBN 0-7864-5134-3,
page 179
25. ^ Nicolle, David (2007). The Fall of Constantinople: The Ottoman Conquest of Byzantium.
New York: Osprey Publishing. hlm. 237, 238.
26. ^ Ruth Tenzel Fieldman, The Fall of Constantinople, Twenty-First Century Books, 2008,
hlm. 99
27. ^ "Constantinople City of the World's Desire 14531924". The Washington Post. 4
February 1997. Diakses 28 October 2012.
28. ^ a b Steven Runciman: The Fall of Constantinople 1453, ISBN 1-107-60469-9, Cambridge
University Press, 2012, hlm. 215.
29. ^ Crowley, Roger (2006). Constantinople: The Last Great Siege, 1453. Faber. ISBN 0-
571-22185-8.(reviewed by Foster, Charles (September 22, 2006)."The Conquestof Constantinople
and the end of empire". Contemporary Review. "Beberapa mengatakan Abad Pertengahan
berakhir kemudian")
31. ^ a b c d Norwich, John Julius (1997). A Short History of Byzantium. New York: Vintage
Books. hlm. 373.
32. ^ Setton, Kenneth M. (1978), The Papacy and the Levant (12041571), Volume II: The
Fifteenth Century, DIANE Publishing, hlm. 146, ISBN 0-87169-127-2, "Sementara Mehmed II
sedang membuat persiapan untuk Pengepungan Konstantinopel, ia mengirim surat untuk jenderal
tua Turakhan dua anak laki-lakinya, Ahmed Beg dan Omar Beg untuk menginvasi Morea dan
tetap berada di sana sepanjang musim dingin untuk menjaga lalim Thomas dan Demetrius dari
kepergian mereka berdua untuk membantu saudara mereka, yaitu Konstantinus XI"
37. ^ Michael Spilling, ed., Battles That Changed History: Key Battles That Decided the Fate
of Nations ( London, Amber Books Ltd. 2010) p.187.
38. ^ Menurut Phrantzes, Konstantinus telah memerintahkan untuk membuat sensus, Kaisar
terkejut ketika jumlah laki-laki yang mampu membawa senjata ternyata hanya 4.983
orang.Leonardo di Chio menyampaikan jumlahnya 6.000 Orang Yunani. Lihat buku The Conquest
of Constantinople: 1453 Karya Steven Runciman tahun 1965, hal. 85.
40. ^ a b deremilitari.org
41. ^ a b Nicol Barbaro, Giornale dell'Assedio di Costantinopoli, 1453. The autograph copy is
conserved in the Biblioteca Marciana in Venice. Barbaro's diary has been translated into English
by John Melville-Jones (New York:Exposition Press, 1969), part of which is available
on deremilitare.org
42. ^ a b Concasty, M.-L., Les Informations de Jacques Tedaldi sur le sige et la prise de
Constantinople
44. ^ a b c Leonardo di Chio, Letter to Paus Nicholas V, tertanggal 16 Agustus 1453, di edit
oleh J.-P. Migne,Patrologia Graeca, 159, 923A944B.
45. ^ Leonardo di Chio, Letter, 300.000).
49. ^ a b Norwich, John Julius (1997). A Short History of Byzantium. New York: Vintage Books.
hlm. 374.
50. ^ Davis, Paul (1999). 100 Decisive Battles. Oxford. hlm. 166. ISBN 978-0-19-514366-9.
52. ^ Ahli lain yang dipekerjakan Dinasti Utsmaniyah adalah Ciriaco de 'Pizzicoli, ia dikenal
sebagai Ciriaco dari Ancona
55. ^ The following information is taken from Runciman (1965), pp. 9294.
56. ^ a b Norwich, John Julius (1997). A Short History of Byzantium. New York: Vintage Books.
hlm. 378.
57. ^ Norwich, John Julius (1997). A Short History of Byzantium. New York: Vintage Books.
hlm. 377.
59. ^ Sources hostile towards the Genoese (such as the Venetian Nicol Barbaro), however,
report that Longo was only lightly wounded or not wounded at all, but, overwhelmed by fear,
simulated the wound to abandon the battlefield, determining the fall of the city. These charges of
cowardice and treason were so widespread that the Republic of Genoa had to deny them by
sending diplomatic letters to the Chancelleries of England, France, the Duchy of Burgundy and
others. See C. Desimoni, Adamo di Montaldo, in Atti della Societ Ligure di Storia Patria, X, 1874,
pp. 2967.
60. ^ Barbaro added the description of the emperor's heroic last moments to his diary based
on information he received afterward. According to some Ottoman sources Constantine was killed
in an accidental encounter with Turkish marines a little further to the south, presumably while
making his way to the Sea of Marmara in order to escape by sea. See Nicolle (2000).
61. ^ Smith, Michael Llewellyn, The Fall of Constantinople, History Makers magazine No. 5,
Marshall Cavendish, Sidgwick & Jackson (London).
62. ^ Reinert, Stephen (2002). The Oxford History of Byzantium. New York: Oxford UP.
hlm. 283. ..."the conquering sultan would quickly turn his attention to the more difficult task of
rebuilding, repopulating and revitalizing the city."
63. ^ Mansel, Philip (1995). Constantinople: City of the World's Desire. Hachette UK.
hlm. 79. ISBN 0-7195-5076-9.
64. ^ The Sack of Constantinople, 1453 - EyeWitness to History (2011)
Kerajaan ini runtuh setelah Konstantinopel dikuasai dinasti Ottoman pada 1453. Era
keemasan dari kerajaan Bizantium berada di bawah kekuasaan Justinian I (527-565) yang
berhasil memperluas wilayah hingga Eropa bagian barat. Sepanjang sejarah, masyarakat
Bizantium sering menganggap diri mereka bangsa Romawi, padahal masyarakat Bizantium
hampir tidak pernah menguasai Roma dan berbicara dalam bahasa Yunani.
Kerajaan Bizantium mengalami perkembangan ketika Justinian I menjadi raja pada tahun
527. Hanya lima tahun setelah pemerintahannya, Konstantinopel diserang oleh pemberontak
Nika. Konstantinopel menjadi terpecah dalam dua bagian yang saling berusaha untuk
merebut kekuasaan di kota ini. Namun pemberontakan tersebut justru memberi keuntungan.
Upaya pemusnahan pemberontak tersebut justru menjadi situasi yang menguntungkan bagi
Justinian I. Gereja Hagia Sophia, yang dihancurkan pemberontak, dibangun kembali menjadi
katedral yang baru dan jauh lebih megah. Dengan pembangunan sebuah katedral yang sangat
indah, Justinian berusaha memperluas wilayah kekuasaan kerajaannya. Ia mengambil
kembali wilayah Afrika Utara, Italia, dan beberapa wilayah Eropa Barat.
Pada tahun 541-542, sebuah wabah menyebar di kerajaan Bizantium. Wabah ini sampai
melanda pihak kerajaan, meski Justinian masih tetap bertahan hidup. Menurut para
sejarawan, wabah ini menewaskan sepertiga dari populasi Konstantinopel. Dampak dari
wabah ini semakin menguat seiring dengan kondisi cuaca yang semakin dingin sehingga
membuat terjadinya kekurangan pasokan pangan. Beberapa riset memperkirakan bahwa
kondisi ini terjadi akibat melintasnya komet Halley pada tahun 536 hingga menutupi
permukaan bumi, sehingga membuat temperatur menurun. Selain itu ada juga faktor erupsi
vulkanis gunung El Salvador.
Dark Age
Beberapa abad setelah kematian Justinian I, Bizantium memasuki Dark Age, dan kerajaan
sepertinya ditimpa kesialan yang terus menerus. Memasuki abad ke 7, bagian barat wilayah
yang ditaklukkan Justinian mulai terlepas satu per satu. Italia dikuasai Lombard, Gaul
diperintah Frankish, dan bagian pantai dari Spanyol direbut oleh kerajaan Visigoth.
Selain itu, sepanjang tahun 630 sampai 660, wilayah timur dari kerajaan termasuk Mesir
direbut oleh bangsa Arab. Kondisi kerajaan Bizantium menjadi semakin memburuk. Bangsa
Arab terus menerus menekan wilayah kekuasaan Bizantium, diikuti perlawanan bangsa
Slavia, dan orang-orang dari Eropa Tengah yang masuk ke wilayah Balkan.
Pada akhir abad ke 7, berbagai kota kekuasaan Bizantium telah banyak kehilangan identitas
sosial dan budaya. Meski konstantinopel masih bertahan, kota tersebut telah banyak
mengalami penurunan dibanding sebelumnya.
Kerajaan ini tidak pernah kembali ke masa kejayaannya saat diperintah oleh Justinian I. Akan
tetapi, situasi militer di kerajaan Bizantium menjadi stabil memasuki abad ke 9. Pada abad ke
11, Bizantium merebut kembali sejumlah wilayah yang sebelumnya lepas. Memasuki 1025,
Bizantium menjadi kekuatan dominan di wilayah Balkan dan Timur Tengah. Bizantium
masih berusaha mempertahankan momentum kebangkitan. Ada begitu banyak nomaden yang
memasuki wilayah Turki dan sekitarnya, begitu juga wilayah Italia yang mulai diramaikan
bangsa Normandi.
Pada tahun 1203, sekelompok pasukan perang salib mencari uang untuk membiayai ekspedisi
mereka ke Mesir mendapat ajakan Pangeran Alexius Angelos dari Bizantium yang
mengundang mereka menuju Konstantinopel sebelum berangkat ke Mesir. Mereka diminta
membantu Pangeran ini memperoleh Konstantinopel untuk bayaran sekitar 200.000 marks,
mendapat pasokan yang mereka butuhkan, dan menyediakan 10.000 prajurit.
Saat itu, militer Bizantium sedang dalam kondisi terburuk. Kematian raja Comnesus
membuat perebutan kekuasaan dan kudeta berlangsung secara terus menerus. Saat pasukan
perang salib menguasai Konstantinopel pada 1204, mereka menurunkan raja saat itu dan
memberikan tahta kekuasaan kepada penguasa Latin dari barat. Penguasa tersebut tetap
bertahan hingga akhirnya jenderal dari Mesir bernama Michael Palaeologus kembali merebut
Konstantinopel dan menjadi raja bernama Michael VIII.
Situasi di Bizantium semakin memburuk ketika perang sipil berlangsung setelah kematian
Andronikos III. Perang sipil ini berlangsung selama 6 tahun dan menghancurkan kerajaan
tersebut. Ditengah berlangsungnya perang sipil, penguasa Serbia Stefan IV Dushan
mengambil alih sebagian wilayah kekuasaan Bizantium. Wilayah tersebut disatukan dalam
kekuasaan kerajaan Serbia.
Kondisi kerajaan Bizantium diperburuk dengan munculnya dinasti Ottoman muncul sebagai
kekuatan baru di Eropa. Ottoman berhasil mengalahkan kerajaan Serbia dan menguasai seisi
wilayah Balkan.
Kerajaan Bizantium terkepung. Mereka mencari bantuan dari penguasa di wilayah Eropa
barat, sembari berupaya menyatukan kembali Gereja Ortodoks di Timur dengan Katolik
Roma. Ajakan penyatuan ini dipertimbangkan oleh pihak Katolik Roma dan disampaikan
lewat dekrit raja di Ottoman, akan tetapi, penduduk kota dan pendeta Kristen Ortodoks
menolak kebijakan ini.
Menghadapi ancaman dari Dinasti Ottoman, kerajaan Bizantium mendapatkan bantuan dari
pasukan katolik Roma untuk melindungi Konstantinopel. Akan tetapi, pada akhirnya, para
pasukan ini sibuk dengan urusannya masing-masing dan tidak berbuat apa-apa untuk
melindungi wilayah Bizantium. Saat menghadapi ancaman Dinasti Ottoman, Konstantinopel
sedang kekurangan penduduk dan mengalami kebobrokan. Populasi di kota ini berkurang
drastis sehingga lebih terlihat seperti wilayah pedesaan yang punya banyak lahan kosong.
Pada tahun 1453, pasukan Sultan Mehmed berjumlah 80.000 orang dan mengepung kota
tersebut. Kerajaan Bizantium melakukan peperangan dengan membuat parit pertahanan di
pinggiran kota. Namun pasukan Ottoman akhirnya berhasil merebut Konstantinopel dari
kerajaan Bizantium setelah pertempuran selama 2 bulan.