Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERADABAN ISLAM

SULTAN MUHAMMAD II DALAM UPAYA PENAKLUKAN KOSTANTINOPEL


Muhammad Robiussani

Abstrak: Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana upaya yang dilakukan Sultan
Muhammad II dalam penaklukkan Konstantinopel 1453? Bagaimana dampak jatuhnya
Konstantinopel ke tangan Turki Utsmani terhadap konstalasi sosial, ekonomi dan politik?
Metode yang digunakan adalah metode Sejarah atau metode historis, yang meliputi heuristik,
kritik, interpretasi, dan historiografi. Yang paling utama adalah meriam raksasa yang disebut
meriam Orban, yang bisa menembakkan bola meriam batu seberat 700 kilogram sejauh satu
setengah meter. Pengeboman pertama dimulai pada 6 April. Hal ini berakibat pada
terhambatnya interaksi Barat dan Timur. Sedangkan dampak politik yang terjadi atas jatuhnya
Konstantinopel adalah pola pemerintahannya berada di bawah kendali Turki.
Kata Kunci: Penaklukan, Kostantinopel

Pendahuluan
Konstantinopel secara geografis terletak di negara Turki. Konstantinopel termasuk
daerah pesisir pantai terbesar yang terletak cukup strategis sebagai sebuah kota pelabuhaan
untuk bersinggah dan menetap bagi kapal-kapal dari Timur dan Barat, terhampar di daratan
berbentuk segitiga seperti tanduk dan terletak di sebelah Barat Selat Bosphorus yang
memisahkan antara Benua Eropa dan Asia. Di sebelah Utara kota ini terdapat Teluk Tanduk
Emas , sebuah pelabuhan alami yang sempurna. Dan di seberang Selat Bosphorus terdapat
daratan yang kaya dengan hasil bumi, Semenanjung Asia Kecil atau lebih dikenal dengan
Anatolia. Posisinya di tengah dunia membuat Konstantinopel menjadi kota pelabuhan paling
sibuk karena sebagai jalan penghubung antara Benua Eropa dan Benua Asia pada masanya.

Wilayah ini begitu unik, terletak di persimpangan jalur perdagangan dan gerbang
militer; sejarah pendudukannya terkenal dengan barisan pasukan jalan kaki dan pasukan
pendayung. Di persimpangan ini Kota Kristen mengendalikan kekayaan di dataran tinggi. Ke
arah Timur kekayaan Asia Tengah dapat dialirkan lewat Bosphorus ke gudang-gudang di Kota
Kerajaan Byzantium; emas barbar, kulit binatang dan budak-budak Rusia; caviar (telur ikan)
dari Laut Hitam; lilin dan garam, rempah- rempah, gading batu amber dan permata dari Timur
Jauh. Ke arah Selatan, ada banyak jalur menuju kota di Timur Tengah; Damaskus, Aleppo,
Baghdad; ke Barat, ada jalur laut melalui Selat Dardanela yang berakhir di Laut Mediterania
yang luas; rute ke Mesir dan delta Nil, pulau-pulau kaya di Sicilia dan Crete, semenanjung
Italia dan tempat-tempat lain yang terdapat hingga ke Selat Gibraltar. Tak jauh dari lokasi ini
terdapat sumber daya alam yang cukup berlimpah seperti kayu gelondongan, batu gamping,
batu pualam dan ikan musiman di arus laut Selat Bosphorus dan sementara ladang Thrace
Eropa sebuah dataran rendah di Anatolia begitu kaya akan minyak zaitun, jagung dan anggur 1.

Kota ini dikenal sebagai Byzantium; berusia seribu tahun saat Konstantin Agung
menjadikannya Ibu Kota Kekaisaran Romawi pada 330 M. Sejak itu kota ini dinamai
Konstantinopel, Kota Konstantin. Sebagai Ibu Kota imperium terbesar pada masanya
Konstantinopel dihuni oleh berbagai etnis Yunani. Kaisar Konstantin I menjadikannya sebagai
«kota yang paling diinginkan di seluruh dunia» dengan memperkeras seluruh jalan kota dengan
batu porfiri dan gedung-gedung marmer di kanan kirinya, tiang-tiang dan alun-alun disediakan
disetiap sudut kota lengkap dengan taman-taman dan monument-monumen kemenangan. Di
situ juga terdapat hippodrome yang dapat menampung ratusan ribu orang untuk menyaksikan
pacuan kuda. Kota ini juga penuh dengan barang-barang berharga dari seluruh dunia yang
terkumpul sebagai hadiah rampasan perang seperti kuda Alexandria, emas dan perak yang
berlimpah dan uang pajak dari negara- negara jajahan.

Dengan kekayaaan seperti itu maka wajar saja Konstantinopel menjadi kota yang paling
diperebutkan dan diinginkan. Ancaman datang dari darat dan laut untuk menguasai kota ini.
Wilayah Konstantinopel yang sebagian besar berbatasan dengan laut juga mengharuskannya
memiliki pasukan laut yang kuat dan Byzantium menjadi pasukan laut terkuat pada masanya
dan hegemoninya dibuktikan dengan penguasaan Laut Mediterania yang menjadi tempat
peperangan laut selama berabad-abad sebagai perairan Byzantium. Setidaknya itulah anggapan
seluruh dunia pada Byzantium dengan Konstantinopel. Dan gelar ‘pasukan laut tanpa tanding’
ini yang akhirnya dicoba oleh pasukan Muslim pada abad ke-7.

Sejak Islam masih berusia muda, usaha penaklukkan Konstantinopel sudah banyak
dilakukan. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan, «Konstantinopel pasti tertaklukkan.
Sebaik-baik panglima dan tentara adalah yang menaklukkan kota itu.» Usaha pertama untuk
mengepung Konstantinopel dilakukan pada tahun 34 H. / 654 M. pada masa pemerintahan
Usman bin Affan. Dia mengirimkan Muawiyah bin Abu Sophian r.a. dengan pasukan yang
besar untuk mengepung dan menaklukkannya. Tetapi mereka pulang dengan tangan hampa
disebabkan oleh kokohnya pagar yang mengilingi Konstantinopel.

Percobaan ini diikuti dengan beberapa kali usaha penaklukkan. Yang terpenting ada
dua: Pertama; yang dilakukan pada masa Muawiyah bin Abu Sophian r.a. Dalam usaha

1
Crowley, Roger. 2005, 1453 Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim. Jakarta: Penerbit PT.
Pustaka Alvabet.
penaklukkan itu Abu Ayub Al-Anshari wafat dan dikuburkan di bawah pagar Konstantinopel.
Usaha terpenting kedua adalah yang dilakukan pada masa Sulaiman bin Abdul Malik. Pada
saat itu dia mengirimkan pasukan tentara sejumlah 20.000 orang dan sekitar seratus perahu
untuk mengepung dan menaklukkan Konstantinopel. Tetapi usaha itu belum juga berhasil
akibat suhu udara yang sangat dingin. Pasukan itu kemudian ditarik mundur oleh Umar bin
Abdul Aziz setelah dirinya naik tahta menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik yang mangkat
pada saat tentara masih berada di medan pertempuran. Umar bin Abdul Aziz takut tentara itu
akan binasa. Konstantinopel tetap bertahan, hingga Dinasti Turki Utsmani berkuasa. Tetapi
itupun setelah sekian kali percobaan. Pada masa Sultan Bayazid I. Tetapi gagal karena serangan
Kaum Salib dari Barat dan serangan Mongol dari Timur.

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II bin Murad II Turki Utsmani mencoba
untuk menaklukkan Konstantinopel dengan semua pasukan yang dikerahkan dan yang paling
utama adalah adanya pasukan Janissari dan 265 orang tentara yang dilengkapi dengan meriam
besar. Yang berada di barisan paling depan adalah Sultan Muhammad II sendiri lalu diikuti oleh
para ulama, sesepuh dan para pemuka negara. Di bawah hujan api dan panah, dengan mantap
pasukan Turki Utsmani bergerak maju dan akhirnya berhasil menduduki Konstantinopel.
Sultan Muhammad memasuki Konstantinopel pada hari Selasa, 20 Jumadilawal 857 H / 29
Mei 1453 M. Sejak itu Sultan Muhammad II digelari dengan Al-Fatih . Gelar ini menjadi sangat
terkenal dan mengalahkan nama aslinya dikemudian hari. Gereja Aya Sophia diubah menjadi
Masjid. Sejak itu Konstantinopel menjadi Ibu Kota Turki Utsmani dan oleh Sultan Muhammad
II diubah namanya menjadi Islambol , kemudian mengalami pergeseran ucapan sehingga
menjadi Istanbul.

Pembahasan

Upaya Sultan Muhammad II Dalam Mengerahkan Kekuatan Turki Utsmani

Dinasti Utsmani berasal dari suku Qayigh Aghuz yang dipimpin oleh Sulaiman Syah.
Anak Sulaiman Syah, yaitu Erthogrol Ibn Sulaiman Syah mengabdi kepada Sultan Allaudin II.
Ketika Seljuk diserang Byzantium, Erthogrol membantu Sultan Seljuk hingga berhasil
mematahkan serangan Byzantium. Karena jasa tersebut, Sultan Alauddin II memberi hadiah
kepada Erthogrol, yaitu sebuah wilayah yang bernama Sogud 2.

2
Freely, Jhon. 1996, Istanbul Kota Kekaisaran. Jakarta : Penerbit PT. Pustaka Alvabet.
Pada tahun 1300 M, Mongol menyerang Dinasti Seljuk dan Sultan Alauddin II mati
terbunuh. Sepeninggal Sultan Alauddin II, Seljuk terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil. Dalam
keadaan yang demikian, Usman menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah
yang dikuasainya. Sejak itu, Dinasti Utsmani dibentuk dan pemimpin mereka yang pertama
adalah Usman Ibn Erthogrol (Usman I). Putera Erthogrol inilah yang dianggap sebagai pendiri
Kerajaan Utsmani. Sejak itulah Kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri 3.

Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman pada tahun 699 H wilayah
kerajaan dapat diperluas secara berangsur- angsur. Usman sebagai sultan pertama lebih banyak
mencurahkan perhatiannya kepada usaha-usaha untuk memantapkan kekuasaannya dan
melindungi wilayahnya dari segala macam serangan, khususnya dari Byzantium yang memang
mengancam hendak menyerang.

Dalam masa pemerintahannya, Usman I berusaha memperkuat tentara dan memajukan


negerinya. Kepada Raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga
hal, yaitu:

1. Masuk Islam
2. Membayar Jizyah (upeti tahunan yang harus dibayarkan penduduk non muslim sebagai
tanda ketundukan mereka atas perlindungan Islam kepada mereka)
3. Berperang

Penerapan sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja
kecil yang tunduk kepada Usman I. Dalam bidang pendidikan, Usman I juga mengantarkan
pada pengorganisasian sebuah sistem pendidikan madrasah yang tersebar luas. Madrasah
Usmani pertama didirikan di Izmir pada tahun 1331, ketika itu sejumlah ulama di datangkan
dari Iran dan Mesir untuk mengembangkan pengajaran Muslim dibeberapa teritorial baru. Tapi
hal ini tidak begitu berkembang, karena Turki Usmani lebih memfokuskan kegiatan mereka
dalam bidang kemiliteran, sehingga dalam khazanah Intelektual Islam kita tidak menjumpai
ilmuan terkemuka pada awal berdirinya Turki Usmani.

Diakhir kehidupannya Usman I menunjuk Orkhan anak yang lebih muda dari kedua
orang putranya sebagai calon pengganti pemimpin kerajaan. Keputusan tersebut disandarkan
pada pertimbangan kemampuan dan bakat anaknya masing- masing. Orkhan sebagai prajurit
yang potensial telah mendapat pengawasan dari ayahnya dan telah menunjukkan

3
Badri K. Yatim, 1999, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
kemampuannya dalam konteks militer pada penaklukkan Broessa. Sementara Alauddin lebih
potensial dalam bidang agama dan hukum. Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik
oleh ayahnya4.

Sepeninggal Usman I pada Tahun 1326 M, kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan
Orkhan I . Orkhan mengadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer. Orkhan
melantik seorang wazir agung untuk menangani administrasi dan kemiliteran pusat dan
mengangkat sejumlah gubernur sipil untuk sejumlah propinsi yang ditaklukkan. Kepala-kepala
jabatan disatukan dalam sebuah dewan kerajaan. Pembaruan dalam tubuh organisasi militer
oleh Orkhan, tidak hanya dengan memutasi personil-personil pimpinan, tetapi juga dengan
merombak keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-
anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk
dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru
yang disebut pasukan Janissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara
Utsmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar
dalam penaklukkan negeri-negeri non Muslim5. Di samping Janissari, ada lagi prajurit dari
tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau
kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena ia mempunyai peranan yang
besar dalam perjalanan ekspansi Turki Utsmani. Orkhan meninggal tahun 1359 dan
mewariskan kesultanan yang berkembang pesat kepada puteranya Murad I.

Pengganti Sultan Orkhan adalah Sultan Murad I. Murad I dikenal sebagai sosok yang
sangat pemberani, dermawan, dan agamis. Ia sangat kokoh memegang semua aturan dan
berlaku adil pada rakyat dan tentaranya. Selain memantapkan keamanan di dalam negerinya,
Sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan beberapa daerah ke benua Eropa. Ia
menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai Ibu Kota kerajaan yang baru yang
kelak lebih terkenal dengan nama Edirne.

Bayazid adalah putra sekaligus pengganti Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya


dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan
Negeri-negeri bekas kekuasaan Bani Saluki. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan
penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal
terjadinya Perang Salib.

4
Freely, Jhon. 1996, Istanbul Kota Kekaisaran. Jakarta : Penerbit PT. Pustaka Alvabet.
5
Edyar, Busman dan Hayati, lda. 2009, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Pustaka Asatrus.
Ekspansi Kesultanan Utsmani sempat terhenti beberapa lama. Tentara Mongol yang
dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Bayazid menahan serangan Timur
Lenk. Namun kemudian beliau berhasil ditawan dalam pertempuran Ankara tahun 1402.
Tertangkapnya Bayazid menimbulkan perebutan kekuasaan antara anak-anak Bayazid
sehingga kekuasaan Utsmani menjadi kacau. Utsmani pun kehilangan beberapa daerah
kekuasaannya di Eropa dan Anatolia karena daerah tersebut memanfaatkan keadaan Utsmani
yang sedang kacau untuk melepaskan diri . Muhammad I yang dapat mengatasi perebutan
kekuasaan menjadi penerus tahta Ustmani selanjutnya. Sultan Muhammad I dapat mengangkat
citra Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan,
memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang
mengharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun 824 H Sultan
Muhammad I meninggal6.

Sepeninggalnya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sultan Murad I.


Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang
dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari Kerajaan
Turki Utsmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika
Albania, Falokh, dan Hungaria. Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai
tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II
menderita kekalahan dalam perang salib itu.

Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II
dapat dilanjutkan kembali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi
normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan
Muhammad II .

Tatkala mengetahui Muhammad II diangkat menjadi Sultan Utsmani dan Murad II


berada pada tempat yang jauh dari pemerintahan, dengan segera Paus Eugene IV membujuk
Ladislas untuk mengkhianati perjanjian-perjanjian damai dan memanfaatkan situasi ini untuk
meletuskan Perang Salib mengusir kaum Muslim dari Eropa. Dengan cepat kapal-kapal
Venezia memblokade Selat Dardanela untuk mencegah diarahkan ke Varna sebuah kota
pelabuhan di Laut Hitam untuk menyerang kaum Muslim dari utara. Di saat yang sama,
Byzantium juga mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dengan melepaskan Orhan
sepupu Muhammad II, tawanan mereka untuk mengklaim tahta Kesultanan Utsmani. Keadaan

6
Osman, Latif. 1979, Ringkasan Sejarah Islam. Jakarta : Penerbit Widjaya.
menjadi sangat kacau di Edirne, keresahan masyarakat akan serangan Tentara Salib dari Utara
dan Barat, kerusuhan yang diakibatkan pendukung Orhan dan ketidakhadiran Murad II
membuat situasi menjadi tidak terkendali. Sementara Muhammad II yang baru mempelajari
cara pemerintahan juga tidak berdaya dan bingung menyikapi gejolak politik yang belum
pernah dihadapinya. Dengan segera, ia meminta bantuan kepada ayahnya yang berada di
Anatolia untuk segera datang dan membantunya menghadapi urusan yang sangat genting di
Edirne7.

Dalam pertempuran, Murad II mendapatkan kemenangan yang sangat gemilang.


Hampir 20.000 pasukan gabungan yang dipimpin Hungaria dihukum atas pengkhianatan
mereka. Saat situasi mulai stabil, Muhammad II segera membuat kebijakan baru sebagai
manifestasi obsesinya sejak kecil, yaitu penaklukkan Kontantinopel. Sedikit demi sedikit,
Muhammad II membenahi pemerintahan Utsmani agar sesuai dengan visi besarnya untuk
menaklukkan Konstantinope8l. Adapun upaya dan strategi yang dilakukan Muhammad II untuk
mempersiapkannya adalah sebagai berikut:

1. Menguatkan keadaan negara


Sultan Muhammad II akan membangun sebuah benteng baru yang dibuat di
wilayah Eropa, benteng yang dapat menjadi pertahanan, penyerangan sekaligus
pengawasan dan kontrol pada waktu bersamaan (Roger Crowley, 2005 : 70). Selain itu,
keberadaan benteng ini juga akan menjadi pemutus suplai makanan dan perlengkapan
perang serta bantuan pasukan dari komunitas Genoa di Black Sea. Lebih dari itu,
dengan benteng itu dia dapat menahan dan mengawasi pergerakan logistik di
Konstantinopel karena Selat Bosphorus ibarat nadi utama yang mengalirkan kehidupan
ke Konstantinopel. Pada 15 April 1452, pekerjaan dimulai. Dalam pengawasan
Muhammad II, pembangunan benteng berlangsung dengan sangat cepat. Tepat pada
tanggal 31 Agustus 1452, benteng di Selat Bosphorus ini selesai hanya dalam 4 bulan.
Muhammad II dapat menyelesaikan bangunan yang berdiri megah diatas lahan 31,250
m2 dengan tiga menara utama dan 14 menara penjaga. Sejak saat itu, tidak satupun
kapal dapat melewati Selat Bosphorus tanpa pemeriksaan, Muhammad II sesungguhnya
telah memutus nadi utama Konstantinopel dan menambah pengepungan terhadap
Konstantinopel dengan keberadaan Rumeli Hisari. Dengan pembangunan benteng ini,

7
Crowley, Roger. 2005, 1453 Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim. Jakarta: Penerbit PT.
Pustaka Alvabet.
8
Syalabi, Ahmad. 1987, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta : Penerbit Pustaka Al- Husna.
Muhammad II dapat memantau logistik Konstantinopel, persenjataan dan persediaan
bahan makanannya dan juga mengetahui rumor dan setiap berita yang sangat diperlukan
untuk menentukan taktik dan strategi perang nantinya 9.
2. Pembaruan sistem militer
Sultan Muhammad II melakukan pembaruan dibidang kemliteran. Ia juga
menyeleksi tentaranya yang layak untuk ikut dalam divisi Janissari dan secara umum
dalam pasukan Utsmani, sebagaimana Rasulullah dulu juga menyeleksi tentara yang
ikut dalam perang Tabuk. Hanya yang ‘kuat’ saja yang diperbolehkan ikut. Divisi
Janissari ini dikepalai oleh seorang aga, yaitu posisi setingkat jenderal dan membawahi
empat brigade, yaitu brigade cemaat (pasukan depan), brigade boluk (pengawal inti
Sultan) dan brigade sekban. Masing-masing brigade terdiri dari beberapa orta (satu orta
sama seperti batalyon yang terdiri dari 300-1300 tentara) yang setingkat dengan
batalion dan dipimpin oleh corbaci (kolonel). Beberapa catatan sejarawan menunjukkan
bahwa pada akhir awal abad ke-15, senjata api telah diperkenalkan pada tentara
Janissari walaupun jumlahnya belum banyak, namun pedang, tombak dan panah tetap
mendominasi sebagai senjata Janissari. Berbeda dengan Janissari, divisi Sipahi
Kesultanan Utsmani adalah asli Turki, keberadaan mereka sama tuanya seperti sejarah
Turki sendiri. Pasukan ini dibagi menjadi pasukan infanteri dan kavaleri, baik dengan
pakaian zirah yang berat ataupun ringan. Senjata yang digunakan pada umumnya
adalah tombak, panah dan pedang, walaupun ada juga yang menggunakan gada dan
kapak. Mereka dikenal oleh pasukan Eropa karena ketangkasan, kecepatan geraknya
dan seolah dapat muncul darimana saja. Pada masa Muhammad II, pasukan Sipahi
mencapai 40.000 personil yang siap menerima perintah Sultan sebagai komandan
tertinggi Kesultanan Utsmani 10.
3. Tajdid persenjataan

Selain dari pembaruan sebuah sistem militer, Muhammad II juga melakukan


modernisasi persenjataan dengan meminta para penasehatnya untuk memanggil ahli
senjata dari Italia untuk menjelaskan secara rinci sistem perang kaum Kristen Barat.
Orban direkrut menjadi ahli pembuat senjata Sultan Muhammad II Tiga bulan
berikutnya, orban membuat meriam-meriam, meriam paling besar yang pernah dilihat
siapapun pada zamannya. Cetakan baru dari campuran tanan liat, serta linen dan jerami,

9
Imber, Colin. 2009, Kerajaan Ottoman, 1300- 1650. Jakarta : Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
10
Siauw, Felix Y. 2011, Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta : Penerbit Khilafah Press.
dibuat dengan ukuran 8,2 meter. Cetakan meriam baru ini terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian depan dengan lubang peluru berdiameter 70 cm. Cetakan ini kemudian didirikan
dengan moncong meriam menghadap kebawah, sedangkan inti cetakan yang akan
membentuk lubang peluru dibentuk dari tanah liat yang telah dikeringkan, ditempatkan
di tengah sehingga menyisakan ruang kosong untuk dipenuhi dengan cairan panas
leburan tembaga dan timah. Di sekeliling cetakan tanah liat diperkuat dengan batu,
kayu, besi dan tanah serta pasir basah, untuk menahan berat logam cair yang
dituangkan11.

Penaklukan Kostantinopel

Muhammad II mengerahkan seluruh pasukannya untuk bergerak menuju


Konstantinopel pada awal musim semi tahun 1453, dengan pasukan pelopor yang mendirikan
perkemahan dekat dengan tembok Theodosius pada 2 April, hari Senin Paskah. Tiga hari
kemudian Muhammad II tiba dengan sisa pasukannnya, sebuah pasukan berjumlah sekitar
80.000 orang, mendirikan markas yang terlihat dari Gerbang St. Romanus, di tengah-tengah
Tembok Theodosius. Kemudian sang Sultan mempersiapkan persenjataan meriamnya. Yang
paling utama adalah meriam raksasa yang disebut meriam Orban, yang bisa menembakkan bola
meriam batu seberat 500 kilogram sejauh satu setengah meter. Pengeboman pertama dimulai
pada 6 April, dengan bola meriam raksasa Orban menghantam tembok daratan dengan akibat
yang mematikan. Tetapi, setiap malam seluruh masyarakat Konstantinopel bahu membahu
memperbaiki kerusakan di tembok itu dengan diiringi nasihat dan semangat sang Kaisar
sendiri12.

Armada Turki berhasil dipukul mundur saat berusaha menembus rantai pertahanan di
teluk Tanduk Emas. Pada 18 April, pasukan darat Turki meluncurkan serangan tiba-tiba
dibagian dinding yang mengalami kerusakan paling parah. Walaupun dengan serangan yang
ganas dan kondisi tembok yang sudah hancur, penyerbuan itu berhasil dipatahkan. Dua hari
kemudian empat kapal laut tiba dengan persediaan dari Genoa dan Sisilia, mengelabui kapal
perang Turki yang mencoba mencegahnya masuk ke kota melalui Tanduk Emas. Pengeboman
Turki berlanjut hingga Minggu 27 Mei dan kerusakan yang cukup parah terjadi di Kota
Konstantinopel, melihat keadaan yang semakin terdesak dari pasukan bertahan. Muhammad II
mengirimkan pesan kepada Pasukan bertahan Kota Konstantinopel untuk menuntut

11
Philip K. Hitti, T.T., History of the Arabs. Jakarta : Penerbit PT. Serambi Ilmu Semesta.
12
Siauw, Felix Y. 2011, Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta : Penerbit Khilafah Press.
penyerahan tanpa syarat, dan Sultan menawarkan untuk membiarkan Konstantin pergi tanpa
dilukai untuk mendirikan negara di tempat lain di bawah pengawasan kekhalifahan Utsmani.
Selain itu Sultan juga akan berbelas kasihan dengan rakyat kota itu bila mereka menyerah; bila
tidak mereka akan menghadapi peperangan yang dahsyat. Konstantin menolak tawaran Sultan
sehingga, Muhammad II memerintahkan para wazirnya untuk memulai persiapan penyerangan
habis-habisan atas kota itu, dan menjanjikan tiga hari penjarahan kepada pasukannya saat
mereka berhasil menguasai Konstantinopel. Menurut hukum Islam, sebuah kota yang berhasil
direbut dengan kekuatan bersenjata boleh dijarah selama tiga hari 13.

Sultan membagi pasukannya menjadi dua gelombang oleh pasukan Azap, pasukan non
reguler yang merupakan bagian paling besar dari pasukan Utsmani, sedangkan pasukan kedua
disusun dari para Akinci dan Sipahi, pasukan Antolia dan Eropa dengan perlengkapan perang
yang lebih baik dan lebih terlatih daripada pasukan Azap. Sedangkan serangan dibagi menjadi
tiga titik utama, yaitu tembok Mesoteichion antara gerbang St. Romanus dan gerbang Charisian
di lembah Lycus sebagai titik pusat dari serangan. Dua titik lainnya adalah istana Blachernae
serta gerbang militer II di sebelah Selatan tembok. Pasukan laut juga diperintahkan sebisa
mungkin menyerang melalui laut Marmara dan Teluk Tanduk Emas 14.

Keadaan semakin mendesak, Sultan Muhammad II kini dihadapkan kepada dua pilihan
sulit. Semua pasukannya telah dikerahkan, artileri terus menerus ditembakkan tanpa henti
selama 54 hari, 5.400 peluru telah menghantam tembok Konstantinopel dan
memporakporandakannya, namun kesemuanya belum mampu menghabisi perlawanan pasukan
bertahan. Tersisa pada Sultan satuan tempur terkhir, pasukan elit Janissari yang telah dia
persiapkan untuk menjadi pasukan tebaik. Jumlah mereka mungkin tertinggal hanya 7.000
orang saat itu. Apabila ia mengerahkan pasukan Janissari secara besar-besaran maka hanya ada
dua kemungkinan ekstrim; apakah Konstantinopel dapat direbut, ataukah dia harus
mengangkat pengepungan karena semua pasukannya telah terluka 15. Muhammad II mengambil
keputusan cepat dengan mengerahkan pasukan Janissari. Akhirnya garis pertahanan
Konstantinopel lumpuh. Sultan Muhammad II kemudian memasuki pusat Kota Konstantinopel
pada tanggal 29 Mei 1453.

Kemenangan tentara Islam Kesultanan Turki Utsmani di bawah pimpinan Sultan


Muhammad II terhadap tentara Romawi Timur yang ditandai dengan direbutnya Ibu Kota

13
Freely, Jhon. 2009, Sultan Mehmed II Sang Penakluk. Jakarta : Penerbit PT. Pustaka Alvabet.
14
Siauw, Felix Y. 2011, Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta : Penerbit Khilafah Press.
15
Siauw, Felix Y. 2011, Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta : Penerbit Khilafah Press.
Konstantinopel sekaligus yang mengakhiri kekuasaan Kerajaan Romawi Timur pada tanggal
29 Mei 1453, membuka sejarah peranan negara berideologi Islam ke dalam percaturan politik
antar bangsa.

Kesimpulan

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II bin Murad II, Turki Utsmani mencoba
untuk menaklukkan Konstantinopel. Sultan Muhammad II melakukan persiapan yang sangat
matang dengan penuh perhitungan. Sultan Muhammad II mengetahui untuk dapat
menaklukkan Konstantinopel, ia harus memajukkan dan mengkondusifkan negaranya terlebih
dahulu. Maka dari itu Sultan Muhammad II mencoba untuk menstabilkan keadaan negaranya.
Karena pada saat itu terjadi beberapa gejolak politik dan ancaman baik dari dalam maupun dari
pihak luar.

Muhammad II belajar dari peristiwa- peristiwa pengepungan Konstantinopel


sebelumnya bahwa kota itu tidak akan dapat ditaklukkan selama mereka masih dapat menerima
bantuan lewat jalur laut. Yang paling utama adalah meriam raksasa yang disebut meriam Orban,
yang bisa menembakkan bola meriam batu seberat 700 kilogram sejauh satu setengah meter.
Pengeboman pertama dimulai pada 6 April.

Setelah pengepungan selama 54 hari akhirnya tembok Konstantinopel berhasil dibobol.


Yang berada di barisan paling depan adalah Sultan Muhammad II sendiri lalu diikuti oleh para
ulama, sesepuh dan para pemuka negara. Di bawah hujan api dan panah, pasukan Turki
Utsmani bergerak maju. Sultan Muhammad memasuki Konstantinopel pada hari Selasa, 20
Jumadilawal 857 H / 29 Mei 1453 M. Sejak itu Konstantinopel berada di bawah kekuasaan
Kesultanan Turki Utsmani.

Dampak ekonomi yang terjadi pasca jatuhnya Konstantinopel ke tangan pemerintah


Kesultanan Turki, arus pelayaran di wilayah Mediterania praktis dikuasai secara mutlak oleh
Turki Utsmani. Hal ini berakibat pada terhambatnya interaksi Barat dan Timur, apalagi dengan
permusuhan yang terjadi antara Turki dan Barat akibat Perang Salib. Kemunduran perdagangan
di Laut Tengah dan terputusnya hubungan antara dunia Timur dan Eropa menimbulkan
kesulitan bagi bangsa Eropa untuk mendapatkan rempah- rempah. Akibatnya, rempah-rempah
dari dunia Timur menjadi barang langka dan harganya sangat mahal. Hal itu tentu saja
menimbulan kegoncangan perekonomian di Eropa.
Sedangkan dampak politik yang terjadi atas jatuhnya Konstantinopel adalah pada saat
Konstantinopel berada di bawah kekuasaan Byzantium puncak pemerintahan ada ditangan
Kaisar. Kaisar berhak mengangkat pembesar- pembesar Gereja, dan juga yang memutuskan
mengenai perselisihan dogma agama. Hal ini berbeda dengan Eropa, Kepausan Roma terlepas
dari keuasaan raja atau kaisar. Bahkan Paus Roma menganggap kekuasaannya melebihi
kekuasaan dari para raja yang ada di Eropa. Kekuasaan Kaisar Byzantium, termasuk
Konstantinopel tergantung pada angkatan perang yang terlatih yang dibiayai dari pajak dan
monopoli sutera16.

Dengan jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Utsmani secara otomatis pola


pemerintahannya berada di bawah kendali Turki. Kemenangan Turki dan tentara Islam di
Konstantinopel menampakkan kekuatan baru dalam pergaulan antar bangsa. Maka dimulailah
sebuah babakan baru dalam pola interaksi antara Barat dan Islam, yang lebih banyak terjadi
karena faktor permusuhan di antara kedua pihak.

16
Romein, J. M. 1956, Aera Eropa, Peradaban Eropa Sebagai Penyimpangan dari Pola Umum. Bandung :
Penerbit Gonaco N.V.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syalabi, 1987, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta : Penerbit Pustaka Al- Husna.

Busman Edyar. dan Ilda Hayati, 2009, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Pustaka Asatrus.

Colin Imber, 2009, Kerajaan Ottoman, 1300- 1650. Jakarta : Penerbit PT. Elex Media
Komputindo.

Felix Y. Siauw, 2011, Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta : Penerbit Khilafah Press.

J.M Romein, 1956, Aera Eropa, Peradaban Eropa Sebagai Penyimpangan dari Pola Umum.
Bandung : Penerbit Gonaco N.V.

Jhon Freely, 1996, Istanbul Kota Kekaisaran. Jakarta : Penerbit PT. Pustaka Alvabet.

Jhon Freely, 2009, Sultan Mehmed II Sang Penakluk. Jakarta : Penerbit PT. Pustaka Alvabet.

Latif Osman, 1979, Ringkasan Sejarah Islam. Jakarta : Penerbit Widjaya.

Philip K. Hitti, T.T., History of the Arabs. Jakarta : Penerbit PT. Serambi Ilmu Semesta.

Roger Crowley, 2005, 1453 Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim. Jakarta:
Penerbit PT. Pustaka Alvabet.

Yatim, Badri K. 1999, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai